1 1.1. LATAR BELAKANG
Untuk memperlancar pembangunan nasional diperlukan beberapa faktor
pendukung yaitu stabilitas yang baik dan terjamin. Selain itu ada faktor yang
lebih penting, yaitu dana yang harus cukup dan memadai. Dana tersebut diproleh
dari dana dalam dan luar negeri. Pada dasarnya dana yang diterima dari luar
negeri hanya sebagai pelengkap atau cadangan, bilamana dana yang didapat dari
dalam negeri tidak mencukupi untuk pembangunan. Tapi pada kenyataannya
dana dari dalam negeri sangat tidak mencukupi.
Salah satu sumber dana dalam negeri yang paling tinggi adalah hasil dari
pemungutan pajak. Sudah lazim di setiap negara-negara, pajak adalah
pendapatan terbesar yang dapat diterima oleh suatu negara atas penerimaan dana
dalam negeri. Pajak yang di pungut dari masyarakat antara lain :
1. Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan terhadap orang pribadi dan badan,
berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama
2. Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan/atau bangunan
berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak
Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang nomor 12 Tahun 1994 tanggal 9 November 1994.
PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan/atau
bangunan. Keadaan subyek (siapa yang membayar) tidak ikut
menentukan besarnya pajak.
3. Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas :
a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha;
b. Impor Barang Kena Pajak;
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha;
d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah . Pabean;
e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di
f. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
4. Pajak Penjualan atas Barang Mewah
PPnBM merupakan jenis pajak yang merupakan satu paket dalam
Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai. Namun demikian,
mekanisme pengenaan PPnBM ini sedikit berbeda dengan PPN.
Berdasarkan Pasal 5 Ayat (1) Undang-undang PPN, Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah dikenakan terhadap :
1. penyerahan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah yang
dilakukan oleh Pengusaha yang menghasilkan Barang Kena
Pajak Yang Tergolong Mewah di dalam Daerah Pabean dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya;
2. impor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah.
Dengan demikian, PPnBM hanya dikenakan pada saat penyerahan
BKP Mewah oleh pabrikan (pengusaha yang menghasilkan) dan pada
saat impor BKP Mewah. PPnBM tidak dikenakan lagi pada rantai
penjualan setelah itu. Adapun fihak yang memungut PPnBM tentu
saja pabrikan BKP Mewah pada saat melakukan penyerahan atau
penjualan BKP Mewah. Sementara itu, PPnBM atas impor BKP
mewah dilunasi oleh importir berbarengan dengan pembayaran PPN
5. Pajak Bea Cukai
Pabean adalah instansi (jawatan, kantor) yang mengawasi, memungut,
dan mengurus bea masuk (impor) dan bea keluar (ekspor), baik
melalui darat, laut, maupun melalui udara. Di Indonesia, instansi yang
menjalankan tugas-tugas ini adalah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
sebagai unsur pelaksana tugas pokok dan fungsi Departemen
Keuangan Republik Indonesia di bidang kepabeanan dan cukai.
Kepabeanan sendiri berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan
pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah
pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar.
Cukai adalah pungutan negara yang dinakan terhadap barang-barang
tertentu yang mempunyai sifat dan karakteristik tertentu, yaitu:
konsumsinya perlu dikendalikan, peredarannya perlu diawasi,
pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat
atau lingkungan hidup, atau pemakaiannya perlu pembebanan
pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan.
Untuk membayar pajak tersebut masyarakat dikukuhkan menjadi
pengusaha kena pajak atau wajib pajak. Secar otomatis wajib pajak
tersebut harus mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebagai
nomor identitas wajib pajak yang terdaftar. Prosedur Nomor PokokWajib
Pajak (NPWP) telah diatur dalam peraturan Direktur Jendral Pajak No.
(NPWP) dan/ atau pengukuhan pengusaha keana pajak, perubahan data
dan pemindahan wajib pajak dan/ atau pengusaha kena pajak. Hal tersebut
membuat penulis merasa tertarik untuk membahasnya lebih lanjut
mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tersebut ke dalam sebuah
laporan kerja praktek yang berjudul “ Prosedur Pengurusan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan di KPP
Pratama Majalaya”
1.2. TUJUAN KERJA PRAKTEK
Adapun tujuan dari kerja praktek lapangan ini adalah :
Untuk mengetahui,
1. Prosedur pengurusan NPWP bagi wajib pajak orang pribadi dan
badan.
2. Hambatan dalam pengurusan NPWP bagi wajib pajak orang
pribadi dan badan.
3. Penanggulangan dalam mengatasi hambatan-hambatan pengurusan
NPWP bagi wajib pajak orang pribadi dan badan.
1.3. KEGUNAAN KERJA PRAKTEK
Ada beberapa manfaat yang di dapat daari kerja praktek yang dilakukan,
a. Bagi Penulis
Dapat menjadi landasan bagi penulis dan pandang tentang apa yang
akan dilakukan saat memasuki dunia kerja dan sudah terbiasa dengan
keadaan yang ada sehingga memudahkan untuk beradaptasi dengan
cepat.
b. Bagi KPP Majalaya
Ikut menunjang program akademik, dan secara langsung
membantu pemerintah menyiapkan tenaga kerja yang terampil di
bidangnya.
Ikut membantu pemerntah untuk menyiapkan mahasiswa untuk
menjadi para pekerja yang berkualitas.
Menjalin kerja sama dan saling mengenal antara Intansi kerja dan
pendidikan, sehingga bisa dijadikan referensi untuk menyiapkan
tenaga kerja yang lebih maju dan kompetetif.
c. Bagi Universitas
Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi
pelajaran yang diperoleh dibangku kuliah.
Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya
dan sebagai bahan evaluasi.
Memberikan gambaran tentang kesiapan mahasiswa dalam
1.4. LOKASI dan WAKTU KERJA PRAKTEK
Penulisan ini dibuat dengan melalui kerja praktek untuk memperoleh data
yang di inginkan yang dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Majalaya, yang beralamat di Jl. Peta No.7 Bandung.
Adapun waktu pelaksanaan kerja praktek yang disetujui terhitung dari
8
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Singkat Perusahaan
2.1.1. Sejarah KPP Pratama Bandung Majalaya
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya (yang merupakan
gabungan fungsi dari KPP, KP. PBB dan KARIKPA) telah dipersiapkan
keberadaannya sesuai dengan SE-19/PJ/2007 tanggal 13 April 2007
tentang Persiapan Penerapan Sistem administrasi Perpajakan Moderen
Pada Kantor Wilayah DJP dan Pembentukan KPP Pratama di Seluruh
Indonesia Tahun 2007-2008. Semua ini dilakukan sehubungan dengan
adanya reorganisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak berdasrkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007. Adapun Saat
Mulai Beroperasi (SMO) KPP Pratama Majalaya adalah tanggal 28
Agustus 2007 setelah diresmikan oleh Kepala Kantor Wilayah DJP Jawa
Barat I.
Kantor Pelayanan Pajak Majalaya telah memiliki gedung sendiri (eks.
Karikpa Bandung Satu dan Dua) yang beralamat di Jalan Peta No. 7
Bandung dan memiliki wilayah administrasi fiskal yang merupakan
gabungan dari beberapa kantor pajak terdahulu, yaitu: KPP Cimahi dan
Walaupun secara geografis KPP Pratama Majalaya berada di wilayah
Kota Bandung, tetapi wilayah yang ‘dikuasainya’ sejatinya adalah
Kabupaten Bandung. Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di
Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Soreang. Kabupaten ini
berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, dan
Kabupaten Sumedang di utara, Kabupaten Garut di timur dan selatan, serta
Kabupaten Cianjur di barat dan selatan.
Pada Tahun 2006, Kabupaten bandung terdiri dari 45 Kecamatan
dengan jumlah desa seluruhnya 431 desa dan 9 kelurahan. Sejak tahun
2007, berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 2007, kabupaten ini dimekarkan
menjadi Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat (dengan
ibukota di Ngamprah). Adapun wilayah Kabupaten Bandung yang menjadi
tanggung jawab KPP Pratama Majalaya berjumlah 15 kecamatan, antara
lain: Kecamatan Majalaya, Cileunyi dan lain-lain.
Didalam penyusunan monografi fiskal merupakan gambaran umum
mengenai potensi fiskal dari wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Majalaya yang disajikan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dengan
segala aspeknya dalam rangka menentukan arah kebijaksanaan dalam
mengambil keputusan. Sedangkan data sekunder yang dijadikan acuan
dalam menyusun monografi fiskal ini adalah buku ‘Kabupaten Bandung
Dalam Angka 2007 terbitan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
Monografi Fiskal untuk daerah kerja Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Majalaya antara lain menggambarkan :
1. Keadaan ekonomi sosial dan hal-hal yang spesifik yang ada di
masing-masing daerah
Sektor sosial ekonomi yang menonjol pada wilayah kerja Kantor
Pelayanan Pajak Majalaya adalah sektor pertanian tanaman pangan
(termasuk perkebunan), peternakan, dan perikanan, hal ini dapat terlihat
pada tingkat masyarakat yang bekerja pada usaha tersebut yang secara
rata-rata mengalami peningkatan.
2. Sektor-sektor usaha yang menonjol dan mempunyai potensi perpajakan
Sektor usaha yang menonjol dan potensial adalah sektor industri
pengolahan, baik industri besar maupun sedang, misalnya: industri
garment dan lain-lain, disamping sektor lainnya, seperti sektor
perdagangan, sektor perhubungan, sektor komunikasi, sektor
pariwisata, sektor peternakan dan keuangan dan perbankan serta sektor
jasa konstruksi bangunan/properti.
3. Sektor-sektor Strategis dari wilayah yang bersangkutan
Potensi ekonomi di wilayah Kabupaten Bandung sebagaimana yang
nampak dibeberapa wilayah kota kecamatan, mempunyai nilai strategis
yang menunjang adalah, sektor peternakan, sektor pariwisata, sektor
komunikasi, sektor perdagangan dan sektor industri serta sektor jasa
4. Potensi yang masih dapat digali dan kendala untuk menggali potensi
yang ada
Potensi ekonomi di wilayah Kabupaten Bandung sebagaimana yang
nampak dibeberapa wilayah kota kecamatan, potensi fiskal yang dapat
digali adalah sektor perdagangan, sektor peternakan, sektor perikanan,
dan sektor pariwisata.
Sektor industri merupakan sektor utama dalam perekonomian
Kabupaten Bandung. Sektor ini (dahulu pernah) merupakan
penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Kabupaten Bandung. Guna meningkatkan penerimaan
pajak (seperti PPN, PPh, PBB dan BPHTB) diwilayah administrasi
fiskal Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya, kami berusaha
‘membedah’ seluruh aspek ekstensifikasi dan intensifikasi melalui
rekomendasi-rekomendasi dalam mengidentifikasi dan memecahkan
masalah.
2.1.2. Geografis
Peta wilayah yang menjadi wewenang administrasi fiskal Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Majalaya berbeda dengan luas wilayah
administrasi Kabupaten Bandung yang meliputi 15 kecamatan dari 30
kecamatan (sesuai dengan UU Nomor 12 Tahun 2007 tentang
pemekaran di Kabupaten Bandung Barat).
Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis
umum letak Kabupaten Bandung berada pada 6°,41’ – 7°,19’ Lintang
Selatan dan diantara107°22’ –108°5’ Bujur Timur dengan luas wilayah
176.239 ha. Batas Utara Kabupaten Bandung Barat; Sebelah Timur
Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut; Sebelah Selatan
Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur sebelah Barat Kabupaten
Bandung Barat; di bagian Tengah Kota Bandung dan Kota Cimahi.
Kabupaten Bandung terdiri atas 30 kecamatan, 266 Desa dan 9
Kelurahan. Adapun untuk wilayah kerja KPP Pratama Majalaya,adalah:
Batas Utara Kabupaten Subang, Wilayah KPP Pratama Cimahi
(Lembang, Parongpong dsb.) dan Kabupaten Sumedang; sebelah Timur
Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut; sebelah Selatan Kabupaten
Garut; sebelah Barat Kota Bandung dan Wilayah KPP Pratama Soreang
(Pangalengan, Banjaran dsb.).
Keadaan Fisik Kabupaten Bandung (Wilayah KPP Pratama Majalaya):
a.Kabupaten Bandung Bagian Utara, merupakan gabungan variasi antara
dataran tinggi yang terdiri dari pegunungan atau bukit-bukit dan dataran
rendah yang pada umumnya digunakan sebagai areal perumahan,
persawahan, perkebunan.
b.Kabupaten Bandung Bagian Tengah, merupakan daerah yang cenderung
Citarum yang membelah bagian ini pernah menjadikan sektor industri
(garment/tekstil) tumbuh dan berkembang.
c.Kabupaten Bandung Bagian Timur, merupakan dataran tinggi yang
didominasi oleh bukit-bukit yang memiliki potensi dan nilai strategis
bagi sektor perdagangan dan jasa karena bagian ini dilalui oleh jalan
raya lintas propinsi.
d.Kabupaten Bandung Bagian Barat, merupakan dataran rendah yang
banyak daerahnya dipakai untuk membangun sarana perumahan (nilai
tambah bagi sektor jasa konstruksi) karena aksesnya yang mudah
dijangkau dari Kota Bandung serta bernilai strategis bagi sektor
perikanan.
e.Kabupaten Bandung Bagian Selatan, merupakan daerah yang didominasi
oleh pegunungan dan bukit-bukit. Sektor yang paling menonjol untuk
bagian ini adalah perkebunan, lebih spesifik lagi yaitu perkebunan teh –
karena berbatasan langsung dengan Kecamatan Pangalengan (Wilayah
KPP Pratama Soreang). Di samping itu, sektor peternakan (yang
menghasilkan susu sapi) juga menjadi andalan masyarakat di bagian ini.
Semua itu tercermin dengan adanya komunitas resmi yang bernama
Koperasi Pengusaha Susu Bandung Selatan (KPBS).
Wilayah pemerintahan Kabupaten Bandung sesuai data tahun 2007
1. Wilayah Selatan, meliputi:
- Kecamatan Kertasari;
- Kecamatan Pacet;
- Kecataman Ibun.
2. Wilayah Tengah, meliputi:
- Kecamatan Majalaya;
- Kecamatan Solokanjeruk.
3. Wilayah Utara, meliputi:
- Kecamatan Cimenyan;
- Kecamatan Cilengkrang;
- Kecamatan Cileunyi;
- Kecamatan Rancaekek.
4. Wilayah Timur, meliputi:
- Kecamatan Nagreg;
- Kecamatan Cicalengka;
- Kecamatan Cikancung;
- Kecamatan Paseh.
5. Wilayah Barat, meliputi:
- Kecamatan Bojongsoang;
2.1.3. Gambaran Sektor Usaha
Seperti telah digambarkan dalam Monografi Fiskal KPP Pratama
Majalaya yang disusun tahun 2008, sektor usaha yang menonjol dan
potensial untuk wilayah Kabupaten Bandung ada 3 (tiga) kelompok dan
dapat digambarkan/dijelaskan sebagai berikut:
1.Sektor Perindustrian yang terdiri dari industri besar dan industri sedang
merupakan sektor utama dalam perekonomian Kabupaten Bandung dan
sampai saat ini masih menjadi primadona dalam kaitannya dengan
penerimaan pajak karena merupakan penyumbang terbesar dalam
pembentukan PDRB Kabupaten Bandung. Sektor ini didominasi oleh
industri tekstil disusul oleh industri pakaian jadi dan industri makanan
dan minuman.
2.Posisi kedua ditempati oleh sektor perdagangan baik besar atau eceran.
Hal ini berbanding lurus dengan tingkat perekonomian masyarakat yang
cenderung meningkat seiring dengan pertambahan populasi dan
pertumbuhan jasa konstruksi (properti). Pertumbuhan yang cukup
signifikan pada sektor ini juga mengakibatkan tingkat konsumsi untuk
listrik, gas dan air meningkat.
3.Sektor jasa (usaha persewaan), real estat dan perbankan (keuangan) adalah
2.1.4. Visi dan Misi
Dalam pelaksanaan kegiatan perpajakan Indonesia Direktorat
Jenderal Pajak mempunyai visi dan misi yang dijadikan sebagai dasar
penyelenggaraan perpajakan.
Visi Direktorat Jenderal Pajak
Menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi
perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan
integritas dan profesionalisme yang tinggi.
Misi Direktorat Jenderal Pajak
Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-Undang
Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang
efektif dan efisien.
2.2. Struktur Organisasi
Dalam suatu perusahaan baik perusahaan kecil maupun besar, struktur
organisasi sangatlah penting, karena struktur organisasi merupakan alur job
description dalam pelaksaan kerja yang baik dan terarah, serta dapat diketahui
batas tanggung jawab dari suatu pekerjaan. KPP Pratama Bandung Majalaya yang
merupakan suatu organisasi yang besar senantiasa mengadakan pembaharuan
Penulis akan mengemukakan Struktur Organisasi dan uraian tugas di KPP
Pratama Bandung Majalaya. Struktur organisasi KPP Pratama Bandung Majalaya
dibuat dalam bentuk garis komando karena alur dan tanggung jawab secara
vertikal, dimana terdapat satu komando atau pimpinan yang memerintah dari atas
sampai ke bawah. Demikian pula tangga organisasi harus diajukan ke pihak atasan
untuk mendapat penyelesaian. Hal tersebut dapat terlihat pada gambar struktrur
organisasi KPP Pratama Bandung Majalaya berikut ini :
Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Majalaya
Kepala Kantor
Pelaksana Pelaksana Pelaksana
Supervisor
Sumber: KPP Pratama Bandung Majalaya
Gambar.2.1
2.3. Deskripsi Jabatan
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Memiliki wewenang mengelola pelaksanaan penyuluhan,
pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang perpajakan dalam
wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan memonitor realisasi intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
Dan memiliki tanggung jawab menegakkan disiplin pegawai memberikan
penghargaan atau menjatuhkan hukuman disiplin kepada pegawai
2. Kepala Subbagian Umum
Memiliki wewenang melaksanakan tugas pelayanan
kesekretariatan dengan cara mengatur kegiatan tata usaha dan
kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan untuk
menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Memiliki wewenang membantu pelaksanaan pengumpulan,
pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,perekaman dokumen
perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi
e-SPT dan e-filing serta bertanggung jawab dalam penyiapan laporan kinerja 4. Seksi Pelayanan
Bertanggung jawab membantu pelaksanakan penetapan dan
penerbitan produk hukum perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat
pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan,
5. Kepala Seksi Penagihan
Memiliki wewenang dalam melaksanakan urusan penatausahaan
piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif,
usulan penghapusan piutang pajak, serta bertanggung jawab dalam
penyimpanan dokumen-dokumen penagihan sesuai ketentuan yang
berlaku.
6. Kepala Seksi Pemeriksaan
Bertangung jawab melaksanakan penyusunan rencana
pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan
penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi
pemeriksaan perpajakan lainnya.
7. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Memiliki wewenang dalam melaksanakan pengawasan kepatuhan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib
Pajak dan konsultasi teknis perpajakan. Bertanggung jawab dalam
penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi
data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan
evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.
8. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Memiliki wewenang dalam melaksanakan pengamatan potensi
perpajakan, pencarian data dari pihak ketiga, pendataan obyek dan subyek
pajak. Dan bertanggung jawab dalam penilaian obyek pajak dalam rangka
9. Juru Sita Pajak
Bertanggung jawab melakukan urusan penundaan dan angsuran
tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta
penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
10.Account Representative
Memiliki wewenang dalam melaksanakan pengawasan kepatuhan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib
Pajak dan konsultasi teknis perpajakan. Dan bertanggung jawab dalam
penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi
data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil
banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.
11.Operator Console
Bertanggung jawab dalam melaksanakan pemeliharaan dan
monitoring data, program administrasi perpajakan, melakukan sosialisasi
program administrasi perpajakan, pengecekan, perbaikan komputer dan
perangkat penunjangnya, serta mengawasi pengoperasian komputer dan
back-up data dalam rangka memenuhi pelayanan terhadap pemakai
2.4. Aspek Kegiatan Perusahaan
Di KPP Bandung Majalaya di bagi menjadi beberapa bagian. Dimana
setiap bagian memiliki kegiatan yang berbeda tetapi saling berkaitan. Kegiatan
Adapun kegiatan perusahaan yang dilakukan oleh setiap bagian di KPP
Pratama Bandung Majalaya yaitu sebagai berikut:
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak
a.Menerima konsep penerbitan ketetapan pajak/produk hukum
b.Meneliti ketetapan pajak/produk hukum
c.Menyetujui dan menandatangani ketetapan pajak/produk hukum.
2. Kepala Subbagian Umum
a.Menerima arsip in aktif (non berkas Wajib Pajak) yang diserahkan oleh
Seksi-seksi terkait dengan membuat berita acara
b.Menugaskan Pelaksana untuk menyimpan dan menata arsip yang masih
mempunyai nilai guna berdasarkan klasifikasi arsip yang berlaku dalam
filing, box atau sarana penyimpan arsip lainnya
c.Menugaskan Pelaksana untuk membuat daftar inventaris penyimpanan
arsip
d.Menugaskan Pelaksana untuk melayani peminjaman arsip dengan
membuat bon peminjaman
e.Memantau dan mengawasi pelaksanaan tugas pemrosesan berkas/arsip
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
a.Mempelajari bahan penyusunan laporan kegiatan Seksi
b.Menyusun laporan kegiatan Seksi
c.Menyampaikan Laporan Kegiatan Seksi kepada Kepala Kantor.
4. Seksi Pelayanan
b.Mengusulkan program penyuluhan perpajakan kepada Kepala Kantor
c.Melakukan koordinasi dengan Subbagian Umum dan seksi terkait
d.Melaksanakan program penyuluhan.
5. Kepala Seksi Penagihan
a.Menugaskan Juru Sita Pajak untuk membuat Surat Teguran, Surat Paksa
Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) dan Surat Permintaan
b.Pemblokiran berdasarkan daftar tunggakan pajak dalam Sistem Aplikasi
Komputer
c.Meneliti konsep Surat Teguran, Surat Paksa, SPMP, dan Surat Permintaan
Pemblokiran serta menyampaikan kepada Kepala Kantor untuk
ditetapkan.
6. Kepala Seksi Pemeriksaan
a.Menerima penugasan dari Kepala Kantor mengenai rencana pemeriksaan
pajak dari Kantor Wilayah
b.Meneliti dan menganalisis kemampuan beban kerja Kelompok Tenaga
Fungsional Pemeriksa Pajak
c.Menugaskan Pelaksana untuk menyusun konsep penyesuaian rencana
pemeriksaan pajak
d.Menerima, meneliti dan memaraf serta menyampaikan konsep
penyesuaian rencana pemeriksaan pajak kepada Kepala Kantor.
7. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
a.Menerima pertanyaan secara tertulis dari Wajib Pajak tentang ketentuan
b.Menugaskan AR untuk melaksanakan bimbingan/himbauan kepada Wajib
Pajak atas ketentuan perpajakan yang berlaku serta konsultasi teknis
perpajakan dari permasalahan Wajib Pajak yang disampaikan secara
lisan maupun tertulis
c.Meneliti dan menyetujui konsep surat jawaban atas pertanyaan tentang
ketentuan teknis perpajakan serta meneruskan kepada Kepala Kantor
untuk ditandatangani
d.Menugaskan AR untuk menatausahakan surat jawaban serta
mengirimkannya melalui Subbagian Umum dengan Buku Ekspedisi.
8. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
a.Mempelajari bahan penyusunan laporan kegiatan Seksi
b.Menyusun laporan kegiatan Seksi Ekstensifikasi Kantor Pelayanan Pajak
c.Menyampaikan laporan kegiatan Seksi Ekstensifikasi kepada Kepala
Kantor.
9. Juru Sita Pajak
a.Menerima tugas dari Kepala Seksi Penagihan untuk membuat Surat
Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) dan
Surat Permintaan Pemblokiran berdasarkan daftar tunggakan pajak
dalam Sistem Aplikasi Komputer
b.Membuat Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan
Penyitaan (SPMP) dan Surat Permintaan Pemblokiran berdasarkan daftar
tunggakan pajak dalam Sistem Aplikasi Komputer dan menyampaikan
c.Menerima kembali Surat Paksa, SPMP, dan Surat Permintaan Pemblokiran
yang telah ditandatangani Kepala Kantor serta menatausahakan dan
melaksanakan
10.Account Representative
a.Mengumpulkan, menerima atau mencari data atau informasi yang
berhubungan langsung dengan isi Profil Wajib Pajak
b.Membuat/memutakhirkan Profil Wajib Pajak pada Sistem Aplikasi
Komputer dan Profil manual Wajib Pajak
c.Membuat usulan rencana kunjungan kerja ke lokasi Wajib Pajak dalam
rangka pengawasan/pemutakhiran data Wajib Pajak
d.Melakukan kunjungan kerja ke lokasi Wajib Pajak berdasarkan Surat
Tugas
e.Membuat laporan hasil kunjungan kerja ke lokasi Wajib Pajak serta
laporan tindak lanjut hasil kunjungan kerja tersebut serta menyampaikan
ke Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
11.Operator Console
a.Menerima tugas dari Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi untuk
menyajikan informasi perpajakan
b.Memproses, menganalisa dan menyajikan informasi perpajakan;
c.Menyampaikan konsep informasi perpajakan kepada Kepala Seksi
d.Pengolahan Data dan Informasi
25
3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Selama kurang lebih 1 (satu) bulan terhitung sejak 26 Juli 2010 – 26
Agustus 2010 penulis melaksanakan kerja praktek di KPP Pratama Bandung
Majalaya dan penulis ditempatkan di bagianPelayanan. Dalam menjalankan Kerja
Praktek diharapkan penulis dapat membantu dan mendukung proses perusahaan.
3.2. Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek
Kegiatan selama mengikuti Praktek Kerja Lapangan adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.1
Tabel Kegitan Kerja Praktek
Tanggal Kegiatan Jam
26-07-2010
s/d
26-08 -2010
Melayani pembuatan NPWP
Menginput data pribadi atau badan yang
mendaftar NPWP
Melayani pajak bumi dan bangunan (PBB)
Mengantarkan berkas data ke seksi-seksi lain
3.3. Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek
3.3.1. Prosedur Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dan Badan
Wajib Pajak (WP) mengisi formulir pendaftaran dan
menyampaikan secara langsung atau melalui pos ke Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan
(KP4) setempat dengan melampirkan :
1. Untuk WP Orang Pribadi Non-Usahawan :
Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau foto kopi paspor
ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang
berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing.
2. Untuk WP Orang Pribadi Usahawan :
o Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor
ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang
berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing;
o Surat Keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari
instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa.
3. Untuk WP Badan :
o Fotokopi akte pendirian dan perubahan terakhir atau surat
o Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor
ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang
berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing, dari
salah seorang pengurus aktif.
o Surat Keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang
berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa.
4. Untuk Bendaharawan sebagai Pemungut/ Pemotong
o Fotokopi KTP bendaharawan.
o Fotokopi surat penunjukan sebagai bendaharawan.
5. Untuk Joint Operation sebagai wajib pajak Pemotong/pemungut:
o Fotokopi perjanjian kerja sama sebagai joint operation.
o Fotokopi NPWP masing-masing anggota joint operation.
o Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor
ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang
berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing, dari
salah seorang pengurus joint operation.
6. Wajib Pajak dengan status cabang, orang pribadi pengusaha tertentu atau
wanita kawin tidak pisah harta harus melampirkan foto kopi surat
keterangan terdaftar.
7. Apabila permohonan ditandatangani orang lain harus dilengkapi dengan
3.3.1.1Pendafataran NPWP dan PKP Melalui Elektronik (Elektronic Registration)
Pendaftaran NPWP dan PKP oleh Wajib Pajak dapat juga
dilakukan secara elektronik yaitu melalui internet di situs Direktorat
Jenderal Pajak dengan alamat www.pajak.go.id. Wajib Pajak cukup
memasukan data-data pribadi (KTP/SIM/Paspor) untuk dapat memperoleh
NPWP. Berikut langkah-langkah untuk mendapatkan NPWP melalui
internet :
1. Cari situs Direktorat Jenderal Pajak di Internet dengan alamat
www.pajak.go.id.
2. Selanjutnya anda memilih menu e-reg (electronic registration).
3. Pilih menu “buat account baru” dan isilah kolom sesuai yang diminta .
4. Setelah itu anda akan masuk ke menu “Formulir Registrasi Wajib Pajak
Orang Pribadi”. Isilah sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang
anda miliki.
5. Anda akan memperoleh Surat Keterangan Terdaftar (SKT) sementara yang
berlaku selama 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran dilakukan. Cetak
SKT sementara tersebut beserta Formulir Registrasi Wajib Pajak Orag
Pribadi sebagai bukti anda sudah terdaftar sebagai Wajib Pajak.
6. Tanda tangani formulir registrasi, kemudian kirimkan/sampaikan langsung
Pajak seperti yang tertera pada SKT sementara anda. Setelah itu anda akan
menerima kartu NPWP dan SKT asli.
3.3.1.2. Wajib Pajak Pindah
Dalam hal WP pindah domisili atau pindah tempat kegiatan usaha,
WP agar melaporkan diri ke KPP lama maupun KPP baru dengan
ketentuan:
1. Wajib Pajak Orang Pribadi Usahawan
Pindah tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas; adalah surat keterangan tempat tinggal baru atau tempat
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang baru dari instansi yang
berwenang (Lurah atau Kepala Desa)
2. Wajib Pajak Orang Pribadi non usaha
Surat keterangan tempat tinggal baru dari lurah atau Kepala Desa,
atau surat keterangan dari pimpinan instansi perusahaannya.
3. Wajib Pajak Badan.
Pindah tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha; adalah surat
keterangan tempat kedudukan atau tempat kegiatan yang baru dari
3.3.1.3.Penghapusan NPWP dan Persyaratannya
1. WP meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan, disyaratkan adanya
fotokopi akte kematian atau laporan kematian dari instansi yang
berwenang.
2. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan,
disyaratkan adanya surat nikah/akte perkawinan dari catatan sipil.
3. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak.
Apabila sudah selesai dibagi, disyaratkan adanya keterangan tentang
selesainya warisan tersebut dibagi oleh para ahli waris.
4. WP Badan yang telah dibubarkan secara resmi, disyaratkan adanya akte
pembubaran yang dikukuhkan dengan surat keterangan dari instansi yang
berwenang.
5. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya
sebagai BUT, disyaratkan adanya permohonan WP yang dilampiri
dokumen yang mendukung bahwa BUT tersebut tidak memenuhi syarat
lagi untuk dapat digolongkan sebagai WP.
6. WP Orang Pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai WP.
3.3.1.4Pencabutan Pengukuhan PKP
1. PKP pindah alamat.
2. WP Badan yang telah dibubarkan secara resmi.
Penghapusan NPWP dan Pencabutan Pengukuhan PKP dilakukan
melalui proses pemeriksaan.
3.3.2. Hambatan-hambatan dalam pengurusan NPWP
1. Tempat KPP tidak sesuai dengan wilayah yang dimilikinya atau
dipegangnya.
2. Masih kurangnya penyuluhan yang dilakukan oleh KPP tentang
pentingnya NPWP yang harus dimilki bagi wajib pajak.
3. Masih kurangnya pelayanan dan media-media untuk
mempermudah pengurusan NPWP.
3.3.3. Penanggulangan dalam hambatan-hambatan pengurusan NPWP
1. Dibuatnya tempat KPP yang lebih strategis yang mudah dicapai
oleh wilayah-wilayah yang dimilikinya atau dipegangnya.
2. Dilakukannya penyuluhan secara besar-besaran mengenai
pentingnya memiliki NPWP bagi wajib pajak.
3. Lebih ditingkatkannya mutu pelayanan karyawan KPP dan
32
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Wajib Pajak (WP) mengisi formulir pendaftaran dan menyampaikan
secara langsung atau melalui pos ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau
Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) setempat
dengan melampirkan ketentuan yg sudah diberikan.
2. Dalam pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pun ada
hambatan-hambatan yang di dapat seperti tempat yg kurang strategis,
masih kurangny penyuluhan tentang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
yang dilakukan oleh petugas berwenang, masih kurangny pelayanan dan
media-media untuk mempermudah pengurusan NPWP.
3. Adapun beberapa penanggulangan yang dilakukan petugas berwenang
tentang hambatan-hambatan dalam pengurusan Nomor Pokok Wajib
Pajak.
4.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan penulis
adalah sebagai berikut :
1. Wajib pajak (WP) bisa memahami ataw mengetahui dengan pasti apa saja
Pokok Wajib Pajak (NPWP) agar pengurusan dapat berjalan dengan
lancar.
2. Kantor pajak dan petugas pajak bisa dapat memperkecil
hambatan-hambatan dandapat menahan sesuatu yang secara besar akan menjadi
hambatan-hambatan yang akan menambah hambatan-hambatan yang telah
ada.
3. Penanggulangan yang harus dilakukan ialah adanya solusi yang dapat
menguntungkan semua yang berhubungan langsung dengan pengurusan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) agar tidak ada salah satu pihak yang