• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Lingkup Ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Lingkup Ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

63

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Lingkup Ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

Pajak sangat berperan dalam kemajuan suatu bangsa terutama bangsa Indonesia, pajak digunakan sebagai alat untuk melaksanakan Pembangunan nasional, Pembangunan nasional pada dasarnya diselenggarakan untuk masyarakat dan dilakukan bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia, oleh karena itu peranan penerimaan dalam negeri (terutama pajak) sangat penting serta mempunyai kedudukan sangat strategis, karena suatu negara tidak akan berjalan tanpa adanya dukungan dana dalam negeri.

Peranan pajak sangat penting untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Pajak diharapkan atau ditargetkan menyumbang 78 persen dari APBN 2013, tetapi di tahun 2013, Dirjen Pajak gagal mencapai target Rp 1.139,3 triliun. Hingga Desember 2013, penerimaan pajak baru Rp 917 triliun atau maksimal penerimaan pajak hanya Rp 919 triliun.

Padahal potensi penerimaan pajak di Indonesia cukup banyak.Namun potensi itu tidak berarti menjadikan penerimaan pajak meningkat atau mencapai target setiap tahunnya, pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, baru 2 kali mencapai target pajak dalam kurun waktu 11 tahun, yaitu di tahun 2004 dan 2008.

Maka diperlukannya langkah-langkah untuk dapat mengoptimalkan penerimaan negara, dengan menggali potensi pajak yang dimiliki oleh wilayah kerja masing-masing, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) berusaha mencari langkah- langkah yang tepat untuk meningkatkan penerimaan pajak melalui peningkatan jumlah Wajib Pajak terdaftar.

(2)

Salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak yang dilakukan untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak. Wajib Pajak yang belum terdaftar dan belum memiliki NPWP agar segera mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dan surat pengukuhan pengusaha kena pajak.

Direktur Jendral Pajak telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor SE- 06/PJ.9/2001, Surat Edaran ini berisi tentang pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak, Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP), dan Intensifikasi pajak adalah kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam administrasi DJP, dan dari hasil pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak.

Kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi sangat penting untuk meningkatkan penerimaan pajak dengan cara menambah jumlah Wajib Pajak agar terdafar dan mendaptkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) di KPP domisili Wajib Pajak serta mengoptimalkan penerimaan dari Wajib Pajak yang sudah terdaftar dan sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) di KPP yang sesuai dengan domisili Wajib Pajak.

Sesuai dengan Surat Edaran Nomor SE- 06/PJ.9/2001 yang dikeluarkan oleh Direktur Jendral Pajak, Pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di seluruh KPP sama oleh karena itu penulis melakukan penelitian di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga. KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga melakukan kegiatan ekstensifikasi sejak KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga berdiri 1 Oktober 2007, dalam melaksanakan kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga menggunakan beberapa dasar hukum peraturan perpajakan dan undang-undang hukum perpajakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Peraturan-peraturan perpajakan yang berkaitan langsung dengan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak, antara lain:

1. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-16/PJ/2007 tanggal 25 januari 2007 tentang Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi yang Berstatus sebagai Pengurus, Komisaris, Pemegang Saham atau

(3)

Pemilik dan Pegawai melalui Pemberi Kerja atau Bendaharawan Pemerintah.

2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-116/PJ/2007 tanggal 29 Agustus 2007 tentang Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi melalui Pendataan Objek Pajak Bumi dan Bangunan.

3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-175/PJ/2006 tanggal 19 Desember 2006 tentang Tata Cara Pemutakhiran Data Objek Pajak dan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan/atau Memiliki Tempat Usaha di Pusat Perdagangan atau Pertokoan.

4. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-06/PJ.9/2001 tanggal 11 Juli 2001 tentang Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak.

5. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-35/PJ/2013 tanggal 24 Oktober 2013 tentang Tata Cara Ekstensifikasi

4.2. Evaluasi atas Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak pada KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

Pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga harus sesuai dengan dasar hukum yang ada, sesuai dengan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE - 06/PJ.9/2001 setiap KPP seharusnya melakukan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak sesuai dengan prosedur yang ada di dalam surat edaran tersebut.

Penerapan prosedur ini harus dilakukan agar terjadi keseragaman perlakuan terhadap semua Wajib Pajak. Pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi ini bertujuan mewajibkan setiap objek Wajib Pajak, baik pribadi maupun badan, mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Selain itu, prosedur diterapkan juga untuk mengatur pelaksanaan dilapangan

(4)

supaya sesuai dengan rencana, berjalan lancar dan tertib, serta mencapai target yang telah ditetapkan.

Namun tidak semua prosedur yang telah ditetapkan dapat dijalankan dengan sempurna dan sesuai dengan peraturan.Hal ini disebabkan karena adanya kendala di masing-masing KPP yang mungkin berbeda-beda. Oleh karena itu, akan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

4.2.1. Evaluasi Sumber Daya Manusia

Pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga dilakukan oleh seksi ekstensifikasi, Seksi ekstensifikasi yang berada di KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga terbentuk sejak KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga berdiri pada tanggal 1 Oktober 2007. Dibentuknya seksi ekstensifikasi mempunyai tujuan yaitu menjaring masyarakat atau Wajib Pajak yang belum memiliki NPWP,

Dengan adanya tujuan tersebut diharapkan pegawai yang berada di seksi ekstensifikasi dapat menjalankan program-program yang ada di seksi ekstensifikasi dengan baik, namun suatu masalah yang muncul apabila kita bandingkan antara sumber daya manusia yang ada atau pegawai seksi ekstensifikasi dibandingkan dengan luasnya wilayah dan banyaknya data yang masuk dan harus ditolak.

KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga meliputi tiga kelurahan di kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan, yaitu meliputi kelurahan Gunung, Melawai dan Petogogan.Berikut ini adalah tabel wilayah yang ditangani KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga.

(5)

Tabel 4.1

Data Kependudukan Wilayah KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

No. Nama Kelurahan Luas Wilayah

Jumlah Penduduk

WP Badan WP Orang Pribadi

1. Kelurahan Gunung 132,3 Ha 11.141 978 5.160

2. Kelurahan Melawai 125.15 Ha 4.477 2.850 3.362

3. Kelurahan Petogogan 86.47 Ha 18.219 1.209 5.469

Total 343.92 Ha 33.837 5.037 13.991

Sumber : Seksi Ektensifikasi KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

Apabila kita perhatikan dari data KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga memiliki wilayah yang luas, sesuai data yang diperoleh dari seksi ekstensifikasi total luas wilayah 343.92 Ha serta KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga membawahi jumlah penduduk yang banyak sebesar 33.837 penduduk.

Dengan membawahi wilayah yang luas serta jumlah penduduk yang besar ini menunjukkan akan sangat banyak data yang masuk dan yang harus dikelola, apabila kita bandingkan antara luas wilayah dan jumlah penduduk yang harus dilayani dengan jumlah pegawai ekstensifikasi yang ada sangat tidak berimbang.

Dikarenakan pegawai seksi ekstensifikasi yang berada di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga Hanya memiliki 5 anggota yang terdiri dari satu kepala seksi dan empat anggota, dengan tidak berimbangnnya antara luas wilayah dan jumlah penduduk dengan jumlah pegawai seksi ekstensifikasi akan membuat kinerja seksi ekstensifikasi sangat kurang efektif dan efesien oleh karena itu penambahan sumber daya manusia adalah salah satu solusi untuk seksi ekstensifikasi KPP

(6)

Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga supaya program-program yang direncanakan dapat terealisasi sesuai dengan target.

Bukan hanya kuantitas sumber daya manusia yang harus diperhatikan kualitas sumber daya manusia juga tidak kalah pentingnya untuk dievaluasi. Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001 petugas pelaksana ektensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak adalah petugas yang memenuhi kualifikasi sebagai petugas pelaksana kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak meliputi:

petugas yang ditunjuk oleh Kepala KPP, Petugas Kantor Penyuluhan Pajak yang ditunjuk oleh Kepala KPP, dan petugas lain yang ditunjuk oleh Kepala Kanwil DJP.

Dari informasi di atas dapat kita simpulkan bahwa untuk menjadi petugas pelaksana kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak tidak harus mempunyai latar belakang pendidikan khusus atau latar belakang pendidikan tertentu.Semua pegawai dapat menjadi petugas pelaksanaan apabila telah di berikan kepercayaan oleh kepala KPP dan kepala Kakanwil DJP.

4.2.2. Tahap Persiapan Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak

Supaya pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dapat dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, oleh karena itu pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak Harus dipersiapkan terlebih dahulu. Tahap persiapan awal KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga yaitu membuat perencanaan pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dengan sebaik-baiknya sehingga tujuan yang dituju dapat tercapai .perencanaan adalah suatu proses mendefinisikan tujuan serta membuat strategi untuk tercapainya suatu tujuan.

Sesuai dengan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE- 06/PJ.9/2001 kegiatan dalam tahap perencanaan di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga adalah sebagai berikut:

1. KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga melakukan indentifikasi data-data yang diperoleh dari seksi pengelolaan data dan informasi KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga serta mecocokan data yang diperoleh dengan data Master File Lokal ( MFL ) melalui program

(7)

Sistem Informasi Perpajakan ( SIP ). Kegiatan ini dilakukan karena banyaknya perubahan yang terjadi setiap harinya. Misalnya, jumlah penduduk yang bertambah atau berkurang, kegiatan usaha yang bermunculan atau yang telah tutup dan dilakukan identifikasi apabila ada target yang berpeluang menjadi Wajib Pajak.

2. KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga membuat daftar nominatif Wajib Pajak yang belum mempunyai NPWP dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SP PKP) sesuai dengan data yang dimiliki. Seksi ekstensifikasi mulai mengumpulkan data yang yang telah didapat dari pihak luar, seperti data kekayaan masyarakat seperti, kepemilikan mobil dengan harga lebih dari Rp 200.000.000, kepemilikan motor dengan harga lebih dari Rp 10.000.000, kepemilikan toko, kepemilikan rumah sebagaimana yang telah diatur PER-166/PJ/2007 pendataan objek unit tempat usaha dan unit perumahan dan/atau unit apartemen, yang memiliki NJOP tertentu. NJOP tertentu untuk unit perumahan sebagaimana dimaksud NJOP Bumi dan Bangunan paling rendah Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah); dan NJOP Bangunan paling rendah Rp 700.000,00/m2 (tujuh ratus ribu rupiah per meter persegi). NJOP untuk unit apartemen, ditetapkan NJOP Bumi dan Bangunan paling rendah RP 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).Dengan data yang ada tersebut kemudian seksi ekstensifikasi memberikannya ke seksi PDI agar seksi PDI mencocokkannya dengan data yang ada di MFL. Proses ini bertujuan untuk mencari tahu apakah orang- orang dengan data yang telah didapatkan tadi telah terdaftar sebagai Wajib Pajak pada MFL. Apabila nama dan alamat yang ada ternyata telah tercantum pada data MFL sebagai Wajib Pajak, maka data tersebut dicoret dan dikeluarkan. Sedangkan yang tidak tercantum pada MFL dimasukkan ke dalam daftar nominatif. Kemudian seksi ekstensifikasi mengirimkan pemberitahuan kepada semua calon Wajib Pajak yang terdapat di dalam daftar nominatif tersebut.

3. KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga mempersiapkan sarana dan prasarana administratif yang diperlukan. Dalam proses ini Seksi Ekstensifikasi melakukan koordinasi dengan Seksi PDI. Seksi PDI

(8)

menyiapkan semua data yang diperlukan, seperti himbauan ber-NPWP, register pemberitahuan, register laporan pemeriksaan pajak, dan lain-lain.

Setiap surat yang dikirim kepada calon Wajib Pajak dibuat rangkap tiga.

Satu dikirim ke calon Wajib Pajak, satu diarsipkan didalam file yang dinamakan himbauan NPWP, dan satu lagi diarsipkan bersama data sumber calon Wajib Pajak yang bersangkutan.

4. KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga melaksanakan koordinasi dengan instansi di luar Direktorat Jendral Pajak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak. KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga bekerja sama dengan pihak luar sebagai pendukung lancarnya pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan juga melakukan kerja sama dengan pihak lainnya yang berkaitan, baik instansi swasta maupun instansi pemerintahan. Kerjasama dengan instansi pemerintahan terlihat dengan adanya kerjasama dengan Dinas Kependudukan ini diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan penduduk dari waktu ke waktu di setiap wilayah yang dibawahi KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga, lalu bekerjasama dengan kecamatan kebayoran baru serta kelurahan Gunung, kelurahan Melawai, kelurahan Petogogan yang berguna untuk mengetahui lebih dalam mengenai indetitas Wajib Pajak. Sementara itu kerjasama dengan pihak swasta ditandai dengan adanya kerjasama dengan pihak pengelola gedung pertokoan dan ruko yang ada di wilayah KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga .

5. KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga membuat dan mengirimkan pemberitahuan kepada Wajib Pajak yang terdapat dalam daftar nominative dengan menggunakan formulir untuk Wajib Pajak di wilayah pemukiman dan untuk Wajib Pajak di sentra perdagangan atau pembelanjaan atau pertokoan atau perkantoran, seperti di mall, plaza, atau sentra ekonomi lainnya dengan menggunakan surat edaran, KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga telah merencanakan menyebarkan undangan ke 300 orang di wilayah kelurahan Gunung, Petogogan, Melawai dan Walikota Jaksel, serta merencanakan undangan 600 orang para pedagang dan pemilik kios di Kawasan Bisnis Blok M.

(9)

Berdasarkan penelitian penulis, tahap persiapan ekstensifikasi Wajib Pajak yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga telah sesuai dengan SE-06/PJ.9/2001 yang dilakukan berdasarkan prioritas dalam pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak. KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga melakukan prioritas terhadap Wajib Pajak Para Bendaharawan (Satker Wilayah Kelurahan Gunung, Petogogan, Melawai dan Walikota Jaksel), selain itu melakukan prioritas terhadap Wajib Pajak para Pedagang dan pemilik kios (kawasan bisnis Blok M Square melawai Kebayoran Baru Jakarta Selatan)..

4.2.3. Tahap Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak

Tahap pelaksanaan adalah tahap terpenting dalam kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak. Tahap pelaksanaan menjadi terpenting dalam kegiatan ekstensifikasi karena mempunyai tujuan prioritas untuk menambah jumlah Wajib Pajak dan pengusaha Kena Pajak .

1. atas pemberitahuan yang dilakukan KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga kepada Wajib Pajak. Respon yang diterima KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga dari Wajib Pajak beranekaragam sehingga pelaksanaan mempunyai kemungkinan terjadi seperti

- Wajib Pajak menanggapi dan bersedia untuk mendaftarkan diri dan diberikan NPWP dan dikukuhkan sebagai PKP di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga dengan mengisi formulir pendaftaran terhadap Wajib Pajak tersebut.

- Wajib pajak tidak menanggapi pemberitahuan, walaupun pemberitahuan telah diterima. Terhadap Wajib Pajak tersebut akan dilakukan tindak lanjut oleh KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga seksi pengolahan data dan informasi (PDI), yakni data Wajib Pajak tersebut diteruskan ke seksi pelayanan untuk dilakukan proses pemberian NPWP dan pengukuhan sebagai PKP secara jabatan sesuai dengan tata cara yang sudah di tentukan.

(10)

- Wajib pajak menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak memiliki NPWP atau belum perlu dikukuhkan sebagai PKP. Terhadap Wajib Pajak tersebut KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga akan melakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan.

- Wajib Pajak menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan sudah memiliki NPWP atau telah dikukuhkan sebagai PKP di KPP lain.

- Wajib Pajak tidak menanggapi oleh karena pemberitahuan kembali dari kantor pos. Terhadap Wajib Pajak tersebut, KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga akan melakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan.

2. Terhadap Wajib Pajak yang berusaha di sentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran atau mal atau plaza atau sentra ekonomi lainnya, seluruhnya dilakukan PSL.

3. Terhadap Wajib Pajak dilakukan proses pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP sesuai ketentuan yang berlaku.

4. Terhadap Wajib Pajak pada Seksi PDI data Wajib Pajak tersebut diteruskan ke Seksi Tata Usaha Perpajakan untuk dilakukan proses pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP secara jabatan sesuai dengan tata cara yang sudah ditentukan.

5. Terhadap Wajib Pajak dilakukan pencocokan data pada PSL, yaitu:

- Dalam hal Wajib Pajak telah terdaftar dengan nama dan alamat domisili Wajib Pajak sesuai dengan MFL, dilakukan updating dalam daftar dimaksud dengan membubuhkan catatan bahwa Wajib Pajak sudah terdaftar dan sekaligus mencantumkan NPWP dalam kolom keterangan;

(11)

- Dalam hal Wajib Pajak telah terdaftar namun nama dan alamatnya berbeda dengan data MFL, dilakukan PSL;

- Dalam hal Wajib Pajak ternyata belum terdaftar, dilakukan PSL.

4.2.4 Tahap Pengawasan Ekstensifikasi

Tahap pengawasan dilakukan dalam kegiatan ekstensifikasi mempunyai tujuan memonitor pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi agar tujuan ekstensifikasi dapat tercapai dengan tata cara yang sesuai dengan ketentuan atau dasar hukum yang berlaku.

KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga melakukan pengawasan atau memonitor dengan cara mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi yang sudah berjalan dan melakukannya secara rutin. Pengawasan kegiatan ekstensifikasi di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga mengunakan tahap-tahap pengawasan yang sesuai dengan SE-06/PJ.9/2001

1. Setiap tim pelaksana kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak, secara berkala membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak untuk dikompilasi oleh Kepala Seksi PDI.

2. Kepala Kantor Penyuluhan Pajak bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak di wilayahnya, dan secara periodik melaporkan hasil kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak tersebut kepada Kepala KPP atasannya.

3. Kepala KPP bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak di wilayahnya, dan secara periodik melaporkan hasil kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak tersebut kepada Kakanwil DJP atasannya.

4. Kakanwil DJP bertanggung jawab untuk mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak di wilayahnya, dan secara periodic melaporkan hasil kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak tersebut kepada Direktur Jenderal Pajak.

(12)

Tahap-tahap pengawasan tersebut adalah sebagai alat ukur seberapa efektif dan efesien suatu kegiatan ekstensifikasi yang dilakukan KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga.

4.3 Evaluasi atas Pelaksanaan Intensifikasi Pajak Pada KPP Pratama Jakarta Kebayaoran Baru Tiga

Intensifikasi pajak adalah kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam administrasi DJP, dan dari hasil pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak.

Kegiatan intensifikasi sebuah proses kelanjuatan dari kegiatan ekstensifikasi yakni hasil Wajib Pajak baru yang didapat dari ektensifikasi akan dilakukan penggalian potensi pajak lebih lanjut. Intensifikasi bertujuan memperluas cakupan subjek dan objek sehingga memberi peluang negara untuk meningkatkan pendapatan pajak dari wajib pajak.

Karena pentingnya kegiatan ekstensifikasi guna peningakatan penerimaan pajak maka dalam sub bab ini penulis akan melakukan evaluasi kegiatan intensifikasi di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

4.3.1 Tahap Evaluasi Sumber Daya Manusia

Di KPP Kebayoran Baru Tiga, kegiatan intensifikasi pajak dilakukan oleh Seksi yang bernama Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon). Waskon Mempunyai tugas melakukan pengawasan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, melakukan instensifikasi serta melakukan rekonsiliasi pada Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi serta melakukan hasil banding.

(13)

Ada 4 Seksi Waskon di KPP ini.Masing-masing waskon menangani wilayah yang berbeda.Wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga meliputi tiga kelurahan di kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan, yaitu meliputi kelurahan Gunung, Melawai dan Petogogan.Pembagian wilayah ini ditentukan berdasarkan luas wilayah dan penerimaan pajaknya.berikut ini ada beberapa pembagian seksi waskon di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga yang masing-masing sudah memiliki tugas dan wilayah tertentu,yaitu :

a. Waskon I bertugas menangani Kelurahan Petogogan

b. Waskon II bertugas menangani Kelurahan Melawai Blok 1,2,3,5,6,7 c. Waskon III bertugas menangani Kelurahan Gunung

d.Waskon 1V bertugas menangani Kelurahan Melawai Blok 4, 8,9,10,11,12

Untuk kuantitas SDM setiap Seksi Waskon mempunyai pegawai 6-7 orang, yang dikepalai oleh masing-masing Kepala Seksi. Kepala Seksi membawahi beberapa pegawai dan Account representatif (AR) Waskon I,II,III memiliki 6 pegawai AR, Waskon IV memiliki 5 pegawai AR

Jumlah ini sangat tidak sebanding apabila kita bandingakan Jumlah pegawai dengan Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga yang sangat banyak sehingga mereka mengalami kewalahan dalam menjalankan tugas mereka

Hal ini mengakibatkan proses penggalian potensi Wajib Pajak terganggu karena disetiap waskon paling sedikit melakukan penggalian potensi pajak sebanyak ribuan orang, kinerja yang tidak optimal ini mengakibatkan jumlah penerimaan pajak tidak mengalami kenaikan yang signifikan.

Sedangkan untuk kualitas para pegawai di setiap Seksi Waskon, seperti diketahui pada Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001 petugas pelaksana ektensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak adalah petugas yang memenuhi kualifikasi sebagai petugas pelaksana kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak meliputi: petugas yang ditunjuk oleh Kepala KPP, Petugas Kantor Penyuluhan

(14)

Pajak yang ditunjuk oleh Kepala KPP, dan petugas lain yang ditunjuk oleh Kepala Kanwil DJP. Jadi dapat diketahui bahwa kriteria petugas intensifikasi pajak tidak berbeda dengan petugas ekstensifikasi Wajib Pajak.

Dengan tidak adanya ketentuan terhadap jenjang pendidikan maka siapa saja bisa menjadi petugas intensifikasi pajakHal ini dapat mengakibatkan kegiatan intensifikasi pajak berjalan dengan tidak efektif.Pembagian tugas kepada pegawai yang kurang berkompeten di bidangnya bisa saja terjadi karena tidak adanya ketentuan khusus dalam SE-06/PJ.9/2001.

sedangkan kegiatan intensifikasi harus orang yang benar-benar menguasai pajak. Ini dikarenakan Account Representativeharus melakukan pemeriksaan pajak.

Kegiatan yang harus dilakukan Account Representative antara lain melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak serta evaluasi hasil banding.

Pegawai pajak yang bertugas sebagai Account Representative adalah pegawai yang benar-benar kompeten dibidang perpajakan. KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga dapat melakukan pelatihan-pelatihan perpajakan terhadap pegawai yang ada serta mengikuti diklat-diklat yang dibuat oleh DJP, sehingga pegawai memiliki kemampuan yang memadai untuk menjadi Account Representative.

4.3.2 Tahap Persiapan Intensifikasi

Persiapan yang dilakukan Waskon dalam mempersiapkan kegiatan intensifikasi Wajib Pajak relative lebih sedikit apabila kita bandingkan dengan persiapan yang dilakukan oleh seksi ekstensifikasi dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak Ini dikarenakan data yang diperlukan untuk dianalisis oleh seksi Waskon , sudah tersedia di dalam file.

(15)

Berikut tahap persiapan yang perlu dilakukan:

1. Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan. Pada tahap ini seksi Waskon akan menyiapkan daftar Wajib Pajak yang akan ditelaah pemenuhan kewajiban perpajakannya apakah telah sesuai. Lalu data lain yang diperlukan lagi adalah Register Laporan Pemeriksaan Pajak dan Register Surat Perintah Pemeriksaan Pajak.

2. Kerjasama dengan instansi lain. Dalam melakukan kegiatan intensifikasi pajak, Seksi Waskon harus bekerja sama dengan instansi lain yang terkait seperti Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) dan Kanwil DJP Jakarta Selatan. Kerja sama dengan KPPBB diperlukan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang berhubungan dengan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Karena dari PBB, Seksi Waskon melalui AR bisa menganalisis potensi pajak yang dimiliki oleh Wajib Pajak. Kerja sama dengan Kanwil DJP. Jakarta Selatan diperlukan untuk mengirimkan dan melaporkan rencana kerja kegiata intensifikasi pajak yang dilakukan oleh Seksi Waskon.

Tahap persiapan kegiatan intensifikasi pajak dilakukan oleh seksi Waskon KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga dilakukan dengan sangat baik sesuai dasar hukum SE-06/PJ.9/2001, namun karena tidak seimbangnya pegawai pajak yang ada dengan jumlah Wajib Pajak sehingga menimbulkan masalah yang akan mempengaruhi kinerja seksi waskon.

ini terlihat pada saat memeriksa data dan informasi mengenai Wajib Pajak menjadi tidak efektif dan efesien , dan apabila seksi waskon terlalu fokus memeriksa data Wajib Pajak yang banyak sehingga menciptakan masalah baru yaitu menyebabkan kerja sama dengan pihak luar tidak berjalan optimal sehingga data yang diperoleh oleh seksi Waskon sangat minim. Dengan data yang minim, kegiatan intensifikasi pajak menjadi tidak optimal.Karena untuk melakukan penggalian potensi wajib pajak terdaftar diperlukan data dari berbagai pihak.

(16)

Selain itu, seksi Waskon harus melakukan pendekatan secara langsung dan berkesinambungan dengan para pejabat yang berwenang dalam instansi atau perusahaan dengan memberikan jaminan bahwa data yang diminta KPP hanya akan digunakan untuk keperluan perpajakan dengan tetap menjamin kerahasiaan serta kode etik antar instansi.

4.3.3 Tahap Pelaksanaan Intensifikasi Pajak

Intensifikasi pajak adalah kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam administrasi DJP, dan dari hasil pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak.

Kegiatan intensifikasi sebuah proses kelanjuatan dari kegiatan ekstensifikasi yakni hasil Wajib Pajak baru yang didapat dari ektensifikasi akan dilakukan penggalian potensi pajak lebih lanjut. Intensifikasi bertujuan memperluas cakupan subjek dan objek sehingga memberi peluang negara untuk meningkatkan pendapatan pajak dari wajib pajak.

Untuk meningkatkan pendapatan pajak tersebut ada tiga strategi yang harus dilakukan, yaitu:

1. Membentuk satuan tugas khusus ekstensifikasi dan intensifikasi pajak yang terintegritas dan bertanggungjawab untuk proses pelaksanaannya.

2. Penyertaan tunjangan khusus untuk seluruh pegawai pajak.

3. Menumbuhkan semangat rela membayar pajak.

Intensifikasi pajak dilakukan dengan cara merubah peraturan yang telah ada yang ditujukan untuk memperluas cakupan dan obyek pajak. Ada 3 metode yang digunakan KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga untuk melancarkan program intensifikasi pajak, yaitu :

(17)

A. Kegiatan Mapping atau Pemetaan

Mapping adalah pemetaan yang menggambarkan potensi perpajakan yang dapat dikelompokkan berdasarkan wilayah/lokasi, subjek pajak, jenis pajak, dan sektor/sub sektor usaha, sesuai kebutuhan atau keuggulan yang terdapat di wilayah kerja kantor pelayanan pajak dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai potensi perpajakan dan keunggulan di wilayah kerja masing-masing kantor atau unit kerja yang akan digunakan sebagai prtunjuk dan sarana analisis dalam rangka penggalian potensi penerimaan, pelayanan dan pengawasan.

Berikut penulis akan uraikan langkah-langkah mapping yang dilakukan di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga :

1. Pengelompokan Mapping Wilayah lokasi atau usaha

a. Wilayah

Administrasi Pemerintahan

(Kelurahan,Kabupaten/Kota,provinsi).Kegunaannya untukmengetahui luas dan struktur wilayah beserta pembagian wilayah berdasarkan batas wilayah pemerintahan beserta jumlah penduduk, wilayah yang dikenakan PBB, jumlah Wajib Pajak tedaftar dan potensi jumlah calon Wajib Pajak.

b. Wilayah Ekonomi

Kegunaannya untuk mengetahui potensi ekonomi berdasarkan wiayah kegiatan ekonomi seperti lokasi industri, perdagangan, pemukiman mewah, lokasi wisata, lokasi pertambangan, lokasi perkebunan, lokasi pertanian, lokasi kehutanan, lokasi perairan, lokasi pelabuhan dan lokasi pergudangan yang ada dilokasi kerja unit kantor yang bersangkutan.

(18)

c. Subjek Pajak

Kegunaannya untuk mengetahui gambaran umum dari subjek pajak dilakukan untuk menilai pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh Orang Pribadi maupun Badan.

2. Analisis Mapping merupakan kegiatan untuk mengetahui potensi perpajakan yang dapat digali dari Wajib Pajak yang telah terdaftar dan dikelompokkan sebelumnya.Yang berhubungan dengan potensi jumlah Wajib Pajak contohnya:

a. Jumlah penduduk dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajakterdaftar dan Wajib Pajak yang efektif.

b. menilai apakah Wajib Pajak tertentu kewajiban perpajakannya padat di naikkan.

3. Tindak Lanjut Mapping

Kegunaannya untuk memilih kelompok-kelompok yang potensial untuk ditindak lanjuti dengan memperhatikan :

a. Potensi pajaknya b. Tingkat kepatuhannya

c. Tingkat kesulitan dan implementasinya d. deterrent effect

B. Profilling (Pembuatan Profil Wajib Pajak)Profilling adalah kegiatan membuat profil Wajib Pajak yang memuat identitas, kegiatan usaha, dan riwayat perpajakan Wajib Pajak secara berkesinambungan. Tujuan dari dilakukannya profilling adalah untuk menyajikan informasi yang dapat digunakan oleh pegawai intensifikasi sebagai bahan analisis, serta untuk mengukur tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

C. Benchmarking(Perbandingan)Benchmarking adalah kegiatan untuk menetapkan standar ukuran atau besaran yang wajar untuk sektor-sektor usaha tertentu dan digunakan sebagai pembanding untuk menguji

(19)

kepatuhan Wajib Pajak yang mempunyai kegiatan usaha dan dijadikan pedoman oleh petugas pajak untuk menilai kewajaran dari kegiatan usaha yang dilaporkan Wajib Pajak. Benchmarking disusun berdasarkan kelompok usaha dan dilakukan atas rasio-rasio yang berkaitan dengan tingkat laba dan input-input perusahaan. Dengan program benchmarking diharapkan KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga dapat melakukan penilaian kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

Dengan metode yang telah dilakukan di atas, KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga mengharapkan penerimaan pajak bisa meningkat meskipun jumlah wajib pajak tidak meningkat.Dibutuhkan kejujuran dan integritas tinggi dari setiap pihak, pegawai intensifikasi maupun wajib pajak atau pihak luar.

4.3.4 Tahap Pengawasan Intensifikasi Pajak

Tahap pengawasan yang dilakukan Seksi Waskon atas berlangsungnya kegiatan intensifikasi pajak tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan Seksi Ekstensifikasi. Ini dikarenakan KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga melakukan tahap pengawasan sesuai dengan SE - 06/PJ.9/2001. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pengawasan Seksi Waskon adalah:

1. Pelaporan hasil kegiatan. Seperti halnya kegiatan ekstensifikasi, setiap tim pelaksana kegiatan intensifikasi pajak, secara berkala membuat laporan hasil pelaksanaan intensifikasi pajak untuk dikompilasi oleh Kepala Seksi PDI. Lalu Kepala Seksi PDI melakukan kompilasi hasil pemeriksaan pajak dan melaporkannya kepada Kepala KPP. Laporan diberikan tanggal 20 bulan berikutnya. Selanjutnya Kepala KPP memberikan laporan hasil kegiatan intensifikasi pajak kepada Kakanwil DJP diatasnya secara periodik.

2. Mengevaluasi secara berkala. Kegiatan pelaporan secara bertingkat ini mengharuskan setiap tingkatan melakukan evaluasi secara berkala

(20)

terhadap kegiatan intensifikasi pajak. Tujuannya adalah agar tidak ada kesalahan di dalam pelaporan, karena apabila ada salah di salah satu tingkatan, laporan akan terus salah sampai tingkat yang paling atas.

Evaluasi yang dilakukan meliputi hasil pelaksanaan dan kendala-kendala yang dihadapi di lapangan, lalu mencari upaya-upaya sebagai solusi pemecahan masalah yang ada.

4.4 Hambatan –hambatan yang dihadapi dalam kegiatan ekstensifikasi wajib pajak dan intensifikasi pajak serta upaya-upaya mengatasinya

4.4.1 Hambatan –hambatan yang dihadapi dalam kegiatan ekstensifikasi wajib pajak dan intensifikasi pajak

Kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak di KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga bisa dikatakan cukup berjalan dengan baik.Namun KPP Pratama KebayoranBaru Tiga tetap mengalami beberapa hambatan yang mengakibatkan pencapaian hasil yang kurang optimal. Beberapa hambatan tersebut adalah:

1. Terbatasnya Sumber Daya Manusia

Masalah yang sering terjadi KPP adalah terbatasnya sumber daya manusia. Jumlah pegawai Seksi Ekstensifikasi di KPP Pratama Kebayoran baru Tiga hanya 5 orang dan di Seksi Waskon 1 sampai Waskon 4 rata-rata hanya berjumlah 6-7 orang, yang termasuk Kepala Seksi, sedangkan jumlah penduduk yang mencapai 33.837 jiwa dengan luas wilayah 343,92Ha

Jika dilihat dari perbandingan tersebut, rasanya jumlah pegawai di Seksi Ekstensifikasi dirasa kurang berimbang.Hal ini menjadi kelemahan di KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga dalam menjalankan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak.Tugas pegawai di Seksi Ekstensifikasi dan Waskon juga tidak kalah banyak. Selain harus melakukan tugas lapangan, juga harus melakukan tugas administratif di kantor.

Untungnya dalam melakukan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak dibantu oleh Account Representatif dan Seksi lainnya.

(21)

2. Rendahya Kesadaran Wajib Pajak dalam melaksanakan kegiatan perpajakan Rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak sangat diperlukan dalam pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak.Kepercayaan masyarakat terhadap instansi perpajakan adalah hal utama yang harus dibangun agar masyarakat mau memenuhikewajiban perpajakannya dengan suka rela. Tetapi pihak KPP harus lebih berupaya lebih banyak lagi melalui berbagai penyuluhan, seminar, pelatihan, brosur, majalah, surat kabar, TV, radio dan sebagainya.

Tingkat kesadaran masyarakat untuk mendaftarkan diri sebagai WP tidak menunjukkan kemajuan yang bearti, sehingga jumlah WP terdaftar tidak bertambah secara signifikan.Selain itu, ketidakpahaman masyarakat mengenai bagaimana cara pemenuhan kewajiban perpajakan yang benar juga menjadi hambatan bagi KPP Pratama Jakarta Kebayoran baru Tiga . Ketidakpahaman masyarakat mengenai pajak meliputi apa itu fungsi pajak, mengapa harus membayar pajak, kemana uang pajak digunakan, dan bagaimana cara menyampaikan kewajiban perpajakan. Undang-undang perpajakan yang adapun relatif tidak dipahami oleh Wajib Pajak.

3. Data yang tidak akurat

Data adalah faktor penting dalam kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak. KPP Pratama Jakarta Kebayoran baru tiga memperoleh data dari beberapa sumber, misalnya dari Pemda (Kelurahan dan Kecamatan), instansi didalam lingkungan DJP, dan pengelola perkantoran.

Seringkali data yang diperlukan oleh KPP tidak sesuai atau tidak lengkap, entah itu karena kesalahan KPP yang tidak tertib dalam melakukan penyimpanan data, atau karena instansi-instansi lain yang tidak dapat memberikan data yang KPP perlukan dikarenakan berbenturan dengan data rahasia perusahaan atau instansi.

Hal yang sering terjadi adalah tidak akuratnya data yang dimiliki oleh pemda setempat (kelurahan atau kecamatan) mengenai data kepependudukan, misalnya alamat yang tidak lengkap, warga yang pindah namun tidak lapor ke

(22)

kelurahan, atau warga yang telah meninggal tetapi pemda setempat tidak melakukan perubahan data.

4. Masih kurangnya kerjasama denga pihak terkait

KPP sebagai unit terkecil dari kesatuan Direktorat Jenderal Pajak yang berhadapan langsung dengan Wajib Pajak. Selain memerlukan kerjasama dan dukungan dari kantor pusat, KPP juga memerlukan kerjasama dengan instansi ataupun pihak luar yang terkait, misalnya seperti PPAT, Pemda setempat, pengelola atau pusat perbelanjaan, dan lain-lain. Hal ini harus dilakukan karena sebagian Wajib Pajak yang terjaring didapatkan dari data di KPP yang biasanya memiliki keterkaitan dengan instansi lain.

Kendati upaya kerjasama telah dilakukan KPP Pratama Jakarta Kebayoran baru Tigadengan pihak lain tetapi penulis menilai kerjasama tersebut belum efektif dan efesien terlihat dari kurang akuratnya data- data yang diperoleh KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga.

5. Laporan SPT Wajib Pajak Tidak sesuai dengan sebenarnya

Dalam kegiatan Ekstensifikasi danIntesifikasi masalah yang biasa timbul adalah masyarakat atau WP dalam laporan SPT tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga KPP Pratama Jakarta kebayoran Baru Tiga tidak dapat mengoptimalakan kegiatan ekstensifikasi Wajib pajak dan Intensifikasi Pajak

4.4.2 Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi Pajak

Untuk mengatasi hambatannya sistem pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak, KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga melakukan berbagai upaya untuk menghilangkan hambatan tersebut atau paling tidak meminimalisirkan hambatan yang ada, berikut ini upaya- upaya yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga.

(23)

1. Menggiatkan sosialisasi dan penyuluhan perpajakan

Dalam rangka mengatasi rendahnya tingkat kesadaran Wajib Pajak, maka KPP Pratama Kebayoran baru Tiga melakukan upaya penyuluhan dan sosialisasi perpajakan. Sosialisasi yang diberikan oleh KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga tidak hanya untuk masyarakat yang belum menjadi Wajib Pajak, tetapi juga untuk Wajib Pajak terdaftar agar dapat memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik.

Sosialisasi yang dilakukan pihak KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga melalui penyuluhan-penyuluhan di Kelurahan, RT RW setempat.Penyuluhan juga bisa dilakukan di lembaga pendidikan, asosiasi profesi, dan lain sebagainya. Selain melalui penyuluhan, sosialisasi juga dapat melalui canvassing. Canvassing dilakukan bukan hanya untuk menjaring Wajib Pajak baru, tetapi juga untuk membuka wawasan masyarakat tentang perpajakan.

Dalam melakukan sosialisasi, petugas berupaya menerangkan masyarakat yang belum ber-NPWP mengenai betapa pentingnya pajak bagi keberlangsungan suatu negara, keuntungan memiliki NPWP, dan bagaimana cata mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dan dikukuhkan sebagai PKP.Untuk Wajib Pajak baru petugas menyampaikan bahwa pajak bukanlah urusan yang sulit. Bagi mereka yang memiliki keterbatasan waktu dan tidak paham bagaimana memenuhi kewajiban perpajakan mereka, petugas akan menerangkan cara pembayaran dan pelaporan pajak yang praktis, dengan cara elektronik misalnya.

Selain itu, peran media seperti iklan layanan masyarakat dan rubrik- rubrik tentang perpajakan di media cetak juga dinilai sangat membantu.Dengan adanya iklan baik di media cetak maupun elektronik yang berisi berbagai informasi perpajakan dapat membuka wawasan masyarakat mengenai pajak.

2. Meningkatkan Kerjasama dengan Pihak Terkait

Sejauh ini KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga telah melakukan kerjasama dengan instansi-instansi terkait, namun masih sangat sedikit. Kerjasama yang telah dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Kebayoran baru tiga hanya dengan pemda setempat (kelurahan dan kecamatan), lingkungan DJP, dan pengelola perkantoran.

(24)

Baru tahun ini KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga akan melakukan upaya untuk melakukan kerjasama dengan pengelola pasar di wilayahnya seperti di kawasan Bisnis Blok M Squre Melawai Kebayoran baru Jakarta Selatan .

Kerjasama dengan Pemda, dalam hal ini adalah dengan membuat Nota Kesepahaman. Nota Kesepahaman akan menjadi fasilitas dalam upaya permintaan data kependudukan terbaru, selain itu juga untuk kemudahan izin dan akses masuk ke lingkungan pemukiman penduduk dan pusat perkantoran dalam rangka melaksanakan sosialisasi perpajakan.

Jika dibandingkan dengan SE - 06/PJ.9/2001, kerjasama yang dilakukan oleh KPP Pratama Kebayoran baru Tiga masih sangat minim.

Banyak kerjasama dengan pihak terkait yang belum dilakukan seperti dengan PLN, notaris, bank-bank, baik bank swasta maupun negeri, Telkom, dan lain sebagainya yang dinilai dapat membantu pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak. Akan lebih baik kalau kerjasama dengan pihak yang terkait ditingkatkan, sesuai tertera di SE - 06/PJ.9/2001.

3. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

Masalah keterbatasan SDM yang dialami oleh Seksi Ekstensifikasi dan Seksi Waskon merupakan masalah yang umum terjadi di KPP. Untuk mengatasi masalah tersebut,baik Seksi Ekstensifikasi maupun Seksi Waskon KPP Pratama Kebayoran baru Tiga berifikir untuk menambah jumlah SDM yang ada.

Pada tahun ini Kementrian Keuangan Republik Indonesia membuka lowongan Pegawai Negeri Sipil yang diperuntukan Direktorat Jendral Pajak dan Direktorat Jendral Bea cukai Tentunya upaya penambahan jumlah SDM yang ada juga dibarengi dengan upaya peningkatan kualitas dari pegawai itu sendiri.

Untuk saat ini, KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga baru mengupayakan peningkatan kualitas SDM dengan cara mengikuti semua level pegawai ke pelatihan-pelatihan perpajakan. Dengan upaya itu, diharapkan pegawai akan meningkat kemampuannya di bidang ekstensifikasi

(25)

Wajib Pajak dan intensifikasi pajak. Jadi, walau dengan SDM yang terbatas semua fungsi yang ada dapat dijalankan dengan baik.

4. Pemanfaatan Data Internal

Untuk mengatasi hambatan dalam perolehan data dari pihak eksternal, KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga memanfaatkan data internal yang telah ada. Data yang paling efektif yang bisa digunakan KPP dalam kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak adalah melalui SPT dan data PBB yang dimasukkan Wajib Pajak.Selain itu, untuk lebih mengoptimalkan data yang ada, hendaknya data disimpan dengan tertib agar mudah mencarinya sewaktu diperlukan.Up-dating data juga perlu dilakukan secara berkala agar data yang terekam di dalam MFL benar-benar akurat.

4.5. Hasil Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak pada KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

4.5.1. Hasil Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak Dilihat Dari Pertumbuhan Jumlah Wajib Pajak Terdaftar

Sesuai dengan Direktur Jenderal Surat Edaran Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001 tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak, Dalam rangka meningkatkan Wajib Pajak terdaftar dan mengoptimalkan penerimaan pajak, dipandang perlu untuk menegaskan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi Pajak oleh karena itu penulis mengevaluasi kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi dari sisi pertumbuhan jumlah wajib pajak terdaftar. Disusun dengan table wajib pajak terdaftar dari tahun 2009-2013

(26)

Tabel 4.2

Pertumbuhan Wajib Pajak Terdaftar Tahun 2009-2013

Uraian 2009 2010 2011 2012 2013

Wajib

PajakBadan 4.248 4.478 4.737 5.024 5.195

Wajib Pajak Orang Pribadi

11.350 12.741 13.480 14.083 13.674

Total 15.598 17.219 18.217 19.107 18.869

Sumber : Seksi PDI, KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru TIga Grafik 4.1

Pertumbuhan Wajib Pajak Terdaftar Tahun 2009-2013

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000

Wajib Pajak Badan Wajib Pajak OP

2009 2010 2011 2012 2013

(27)

Seperti yang kita lihat di tabel 4.2 dan grafik 4.1 program ekstensifikasi dan intensifikasi di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga sudah berjalan dengan baik terlihat dari pertumbuhan Wajib Pajak terdaftar dari tahun 2009-2012, pertumbuhan Wajib Pajak Terdaftar dari tahun 2009-2012 disebab kan beberapa faktor salah satu faktor adalah kegiatan penyisiran terhadap pengusaha di pusat perkantoran dan sentral bisnis di wilayah cakupan kerja KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga seperti kelurahan Petogogan, melawai, gunung proses kegiatan penyisiran ini sudah dilakukan serentak sejabodetabek di KPP sejak tahun 2008.

Selain kerja keras yang dilakukan seksi ekstensifikasi dan waskon dalam melakukan penyisiran, pertumbuhan Wajib Pajak terdaftar juga dipengaruhi kerjasama yang dilakukan semua pegawai pajak di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga dalam program Sensus Pajak Nasional (SPN) yang mulai dilaksanakan sejak tahun 2011.

Sensus Pajak Nasional adalah kegiatan pengumpulan data mengenai kewajiban perpajakan dalam rangka memperluas basis pajak, pencapaian target penerimaan perpajakan dan pengamanan penerimaan negara dengan mendatangi subjek pajak diseluruh Indonesia, yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak dan bekerja sama dengan pihak lain. tetapi apabila kita lihat dari tabel 4.2 pertumbuhan Wajib Pajak terdaftar dari tahun 2012-2013 terjadi penurunan jumlah Wajib Pajak terdaftar.

Peneliti melakukan wawancara terhadap petugas pajak di seksi ekstensifikasi dan seksi waskon, mereka beralasan penyebab penurunan jumlah Wajib Pajak dari tahun 2012-2013 dikarenakan adanya perubahan baru tentang PTKP, Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012 Tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak, ketentuan mengenai penyesuaian besarnya PTKP baru akan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2013. untuk Wajib Pajak Orang Pribadi diri sendiri Rp15.840.000 menjadi Rp 24.300.000 dan tambahan istri yang penghasilannya digabung dengan suami dan Rp 1.320.000 menjadi Rp 2.025.000 untuk Wajib Pajak kawin dan tambahan untuk masing-masing anak.

(28)

4.5.2. Hasil Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak Dilihat Dari Pertumbuhan Pengusaha Kena Pajak ( PKP )

Pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP, termasuk pemberian NPWP secara jabatan terhadap Wajib Pajak PPh orang pribadi yang berstatus sebagai karyawan perusahaan, orang pribadi yang bertempat tinggal di wilayah atau lokasi pemukiman atau perumahan, dan orang pribadi lainnya (termasuk orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan), yang menerima atau memperoleh penghasilan melebihi batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP),

Pemberian NPWP dilokasi usaha, termasuk pengukuhan sebagai PKP, terhadap orang pribadi pengusaha tertentu yang mempunyai lokasi usaha di sentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran atau mal atau plaza atau kawasan industri atau sentra ekonomi lainnya,

Pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP terhadap Wajib Pajak badan yang berdasarkan data yang dimiliki atau diperoleh ternyata belum terdaftar sebagai Wajib Pajak dan atau PKP baik di domisili atau lokasi.Berikut hasil kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi dilihat dari pertumbuhan PKP.

oleh karena itu penulis mengevaluasi kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi dari sisi pertumbuhan jumlah Pengusaha Kena Pajak ( PKP ) terdaftar. Disusun dengan tabel wajib pajak terdaftar dari tahun 2011-2013

Tabel 4.3

Pertumbuhan Pengusaha Kena Pajak ( PKP ) Tahun 2011-2013

Uraian 2011 2012 2013

Jumlah PKP 1640 542 839

Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

(29)

Pertumbuhan Pengusaha Kena Pajak ( PKP )

Apabila kita perhatikan dari tabel 4.3 pertumbuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dari tahun 2011

ada penurunan yang sangat parah sebear 1098 ini suatu hasil yang cukup buruk dari kegitan ekstensifikasi dan intens

Dari keterangan seksi Waskon KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga mengenai penurunan Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang terjaring dari program-program ekstensifikasi

memahami bagaimana cara memenuhi kewajiba yang taat karena dari berbagai WP atau PKP.

Di tahun 2013 seksi Waskon KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga melakukan sosialisasi cara memenuhi kewajiban

sentra perdagangan atau perbelanjaan atau p

plaza atau kawasan industri atau sentra ekonomi lainnya, peningkatan dari tahun 2012 ke 2013 namun kenaikan

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800

Grafik 4.2

Pertumbuhan Pengusaha Kena Pajak ( PKP ) Tahun 2011-2013

Apabila kita perhatikan dari tabel 4.3 pertumbuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dari tahun 2011-2013 naik turun deri tahun 2011 ke tahun 2012 ada penurunan yang sangat parah sebear 1098 ini suatu hasil yang cukup buruk dari kegitan ekstensifikasi dan intensifikasi,

Dari keterangan seksi Waskon KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga mengenai penurunan Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang terjaring dari program ekstensifikasi, ini disebabkan Wajib Pajak yang belum memahami bagaimana cara memenuhi kewajibannya sebagai WP ata

yang taat karena dari berbagai WP atau PKP.

Di tahun 2013 seksi Waskon KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga melakukan sosialisasi cara memenuhi kewajiban sebagai WP atau PKP

sentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran atau mal atau plaza atau kawasan industri atau sentra ekonomi lainnya,

dari tahun 2012 ke 2013 namun kenaikannyatidak terlalu tinggi.

Jumlah PKP

Apabila kita perhatikan dari tabel 4.3 pertumbuhan Pengusaha Kena 2013 naik turun deri tahun 2011 ke tahun 2012 ada penurunan yang sangat parah sebear 1098 ini suatu hasil yang cukup buruk

Dari keterangan seksi Waskon KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga mengenai penurunan Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang terjaring dari Wajib Pajak yang belum nnya sebagai WP atau PKP

Di tahun 2013 seksi Waskon KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga sebagai WP atau PKP di tempat ertokoan atau perkantoran atau mal atau plaza atau kawasan industri atau sentra ekonomi lainnya, sehingga terjadi

idak terlalu tinggi.

2011 2012 2013

(30)

4.5.3. Kontribusi pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak terhadap Penerimaan pajak

Tabel 4.4

Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

Tahun 2011

Uraian Rencana 2011 Realisasi Tahun 2011

Realisasi Tahun 2010

Persentase Pertumbuhan

Persentase Setahun Pajak

Penghasilan

(PPh) 428.184.249.999 496.884.847.608 342.926.316.852 44,90% 116,04%

Pajak

Pertambahan

Nilai (PPN) 281.892.830.000 250.671.299.607 183.029.077.556 39,96% 88,92%

Pajak Lain-lain

757.420.000 622.151.514 165.956.486 274,89% 82,14%

Total 710.834.499.999 748.178.298.729 526.121.350.894 42,20% 105,25%

Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

Grafik 4.3

Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

Tahun 2011

Sumber: seksi PDI KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga 0

100,000,000,000 200,000,000,000 300,000,000,000 400,000,000,000 500,000,000,000 600,000,000,000

PPh PPN Pajak Lain-lain

rencana realisasi

(31)

Apabila kita perhatikan pada tabel 4.4 dan grafik 4.3 diatas realisasi penerimaan pajak 2011 sudah ada peningkatan dari tahun 2010 terlihat dari Pajak Penghasilan (PPh) meningkat dari 342.926.316.852 menjadi 496.884.847.608 bertumbuh sebesaar 44,90% dan juga PPh telah melampaui target atau rencana PPh sebesar 428.184.249.999 Pada tahun 2011 dengan realisasi tahun 2011 496.884.847.608 pencapaiannya mencapai 116,04%.

Sedangkan apabila kita perhatikan PPN realisasi 2011 mengalami peningkatan dari tahun 2010, meningkat dari 183.029.077.556 menjadi 250.671.299..607 pertumbuhannya sebesar 39,96% tetapi PPN tahun 2011 tidak mencapai target dari rencana yang dinginkan, PPN direncanakan mendapat penerimaan pajak sebesar 281.892.830.000 tetapi yang teralisasi sebesar 250.671299.607 atau mencapai 88.92% dari target yang diinginkan. Sama halnya dengan PPN, Pajak lainya mengalami pertumbuhan dari tahun sebelumnya tetapi tidak mencapai target yang diinginkan pada tahun 2011.

Tabel 4.5

Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

Tahun 2012

Uraian Rencana 2012 Realisasi Tahun 2012

Realisasi Tahun 2011

Persentase Pertumbuh

an

Persentase Setahun Pajak

Penghasilan (PPH)

542,331,304,848 547,310,666,301 496,884,847,608 10.15% 100.92%

Pajak Pertambah

an Nilai

237,426,566,604 436,294,838,513 250,671,299,607 74.05% 183.76%

Pajak Lain-

lain 488,319,312 191,298,030 627,055,567 -69.49% 39.17%

Total 780.246.190.764 983.796.802.844 748.183.202.782 26,08% 126,8%

Sumber: seksi PDI KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

(32)

Grafik 4.4

Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

Tahun 2012

Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiaga

Apabila kita perhatikan pada table 4.5 dan grafik 4.4 diatas realisasi penerimaan pajak 2012 sudah ada peningkatan dari tahun 2010 terlihat dari Pajak Penghasilan (PPh) meningkat dari 496.884.847.608 menjadi 547.310.666.301 bertumbuh sebesaar 10,15% dan juga PPh telah melampaui target atau rencana PPh sebesar 542.331.304.848 Pada tahun 2012 dengan realisasi tahun 2012 547.310.666.301 pencapaiannya mencapai 100,92%.

Sedangkan pabila kita perhatikan PPN realisasi 2012 mengalami peningkatan dari tahun 2011, meningkat dari 250.671.299.607 menjadi 436.294.838.513 pertumbuhannya sebesar 74,05% dani PPN tahun 2012 mencapai target dari rencana yang dinginkan,

PPN direncanakan mendapat penerimaan pajak sebesar 237.426.566.604 yang teralisasi sebesar 436.294.838.513 atau mencapai 183.76% dari target yang diinginkan. beda halnya denagan PPh dan PPN yang mengalami pertumbuhan dari tahun sebelumnya , Pajak lainya mengalami penurunanan penerimaan pajak dari tahun sebelumnya penurunan terjadi sebesar -69.49% dan Pajak lainya tidak bisa mencpai target 2012.

0 100,000,000,000 200,000,000,000 300,000,000,000 400,000,000,000 500,000,000,000 600,000,000,000

PPh PPN Pajak Lain-lain

rencana realisasi

(33)

Tabel 4.6

Rencana dan Ralisasi Penerimaan Pajak KPP Pratama Jakarta Kebeyoran Baru Tiga

Tahun 2013

Uraian Rencana 2013 Realisasi Tahun 2013

Realisasi Tahun 2012

Persentase Pertumbu

han

Persentase Setahun Pajak

Penghasilan

(PPH) 797.702.000.002 540.156.499.137 547,310,666,301 98.69% 67.71%

Pajak Pertambaha

n Nilai 362.548.999.997 556.007.881.458 436,294,838,513 127.43% 153.36%

Pajak Lain- lain

570.000.000 230.156.575 191,298,030 120.31% 40.37%

Total 1.160.820.999.999 1.096.394.537.170 983.796.802.844 111.44% 94.44%

Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga Grafik 4.5

Rencana dan Ralisasi Penerimaan Pajak KPP Pratama Jakarta Kebeyoran Baru Tiga

Tahun 2013

0 100,000,000,000 200,000,000,000 300,000,000,000 400,000,000,000 500,000,000,000 600,000,000,000 700,000,000,000 800,000,000,000 900,000,000,000

PPh PPN Pajak Lain-lain

rencana realisasi

(34)

Apabila kita perhatikan tabel 4.6 dan grafik 4.5 diatas PPh mengalami penurunan dari tahun sebelumnya 2012 sebesar 547.310.000.301 menjadi 540.156.499.137 di tahun 2013 dan pada tahun 2013 KPP Pratama tidak dapat mencapai target dari rencana penerimaan pajak, sesuai data di table 4.6 terjadi selisih yang cukup besar mencapai 7.153.501.200. penulis melakukan wawancara terhadap seksi ekstensifikasi dan seksi PDI untuk mengetahui penyebab tidak teralisasi perencanaan tahun 2013, hasil wawancra penulis penyebab tidak teralisasi perencanaan penerimaan pajak tahun 2013 ialah masih banyak data yang belum masuk di kpp Kebayoran Baru Tiga, data yang belum masuk disebabkan terlambatnya pengiriman SPT ke KPP Kebayoran Baru Tiga dalam kegiatan Dropbox. Beda halnya dengan PPh, PPN mengalami pertumbuhan dari tahun sebelumnya dan melebihi target perencanaan tahun 2012. Begitu pula Pajak lainya mengalami pertumbuhan dari tahun sebelumnya tetapi tidak mencapai target yang diinginkan.

Grafik 4.6

Rencana dan Realisasi 2011-2013 Di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

Apabila kita perhatikan grafik diatas pertumbuhan perencanaan dan realisasi dari tahun ketahun mengalami peningkatan.Tahun 2011 perencanaan yang ingin dicapai KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga sebesar 710,834,499,999 dengan

710,834,499,999 780,246,190,764

1,160,820,999,999

748,178,298,729

983,796,190,764

1,096,394,537,170

0 200,000,000,000 400,000,000,000 600,000,000,000 800,000,000,000 1,000,000,000,000 1,200,000,000,000 1,400,000,000,000

2011 2012 2013

perencanaan realisasi Column1

(35)

target tersebut KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga mampu meralisasikan dan melampaui target tersebut, realisasi pada tahun 2011 sebesar 748.178.298.729.dan perencanaan dan realisasi juga mengalami pertumbuhan dari tahun 2010-2011 sebesar

Begitu juga tahun 2012 perencanaan KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga sebesar 780,246,190,764 mampu terealisasi dan melampaui target sebesar 983,796,190,764 ini termasuk prestasi yang membanggakan karena mampu mencapai target dengan persentase 126,8% dalam setahun. Perncanaan dan realisasi juga mengalami pertumbuhan dari tahun 2011 ke tahun 2012 sebesar 26,08%

Beda halnya dengan tahun 2011dan 1012 yang mampu mencapai target, pada tahun 2013 KPP Pratama Jakarta Keabayoran Baru Tiga gagal mencapai target atau rencana yang diinginkan di tahun 2013 rencana yang ingin dicapai sebesar 1,160,820,999,999 tetapi KPP hanya mampu memenuhi atau teralisasi sebesar 1,096,394,537,170ini sangat berbanding terbalik dengan pencapaian KPP di tahun 2012.

Ketidakmampuan KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga mempertahankan prestasi bagus yang telah dicapai tahun 2012 disebabkan banyak faktor. Perlu diketahui bahwa peningkatan penerimaan pajak tidak bergantung sepenuhnya terhadap pertumbuhan jumlah Wajib Pajak terdaftar. Banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi stabilitas penerimaan pajak, diantaranya adanya perubahan Undang-Undang, kondisi perekonomian dunia maupun nasional, tingkat pendapatan, tingkat kepatuhan Wajib Pajak, dan lain-lain.

Disinilah peran program ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak diperlukan. Beberapa upaya terus dijalankan oleh Seksi Ekstensifikasi dan Seksi Waskon guna meningkatkan jumlah penerimaan pajak. Upaya yang paling sering dilakukan adalah dengan memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang kejelasan peraturan ataupun perundang-undangan yang berkaitan dengan pajak, cara penyampaian dan penyetoran pajak yang mudah dimengerti dan praktis, juga dijelaskan kemana uang yang Wajib Pajak bayarkan sebagai pajak digunakan, yaitu tidak lain untuk kemajuan pembangunan negara.

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat-Nya hingga selesainya tugas akhir ini dengan judul “ Analisis Pengaruh Penempatan Alat

Media animasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media yang menayangkan reproduksi virus yang dibuat oleh peneliti dengan media animasi yang diadopsi dari

Tari Sambut Sepintu Sedulang ini diharapkan dapat menambah sumber kepustakaan yang lebih jelas mengenai Tari Sambut Sepintu Sedulang selain itu tari tersebut

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kain tradisonal Bali merupakan suatu karya hasil budaya masyarakat Bali yang di teruskan secara turun-temurun dan

Pembelajaran menulis persuasi melalui teknik pembelajaran reka cerita gambar beriorentasi lingkungan dan moral (penelitian kuarsi eksperimen pada kelas X SMAN 3 BANDUNG TAHUN

Kuesioner yang telah diisi oleh responden terlebih dahulu diedit untuk mengecek kebenaran data berdasarkan pengisian kuesioner. Pada tahap editing ini peneliti melakukan

Besarnya imbal hasil portofolio saham dipengaruhi oleh (1) proporsi dana (alokasi dana) yang diinvestasikan pada masing-masing saham, dimana semakin besar alokasi dana yang

The Essentials Of Technical Communication By Elizabeth Tebeaux, Sam Dragga with simple web link, very easy download, and also finished book collections become our good services to