• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan sosialisasi pada anak adalah bagaimana seorang anak itu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan sosialisasi pada anak adalah bagaimana seorang anak itu"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Kemampuan sosialisasi pada anak adalah bagaimana seorang anak itu berhubungan dengan orang lain, bersama dengan orang lain dan berteman dekat. Berawal dari hubungan dengan orang tua/pengasuh bermain dan berinteraksi sosial atau teman sebaya saat usia prasekolah, formasi jaringan sosial dan teman dekat. Kemampuan sosialisasi merupakan komponen yang penting pada fungsi kesehatan dan perkembangan, serta berperan pada tugas perkembangan indeks kemampuan sosialisasi pada usia anak yaitu penerimaan teman sebaya dan kemampuan berteman dekat komunikasinya penting untuk adaptasi dan perkembangan selanjutnya. Kemampuan sosialisasi merupakan prediktor yang penting untuk berhasil dalam pendidikan pekerjaan dan lingkungan sosial menyatakan bahwa anak yang tidak memiliki dasar kemampuan sosialisasi pada usia 2-6 tahun akan bermasalah dalam sosialisasi ketika dewasa. ( Mussen dkk, 2017 dalam Listroyorini, 2016).

Perkembangan sosialisasi anak dipengaruhi oleh keluarga, teman bermain dan sekolah. Lingkungan pertama serta utama yang dikenal sejak saat lahir yaitu keluarga. Ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya merupakan lingkungan sosial yang berasal dari keluarga, besar perannya bagi perkembangan dan pembentukan kepribadian individu. Kebiasaan yang ditanamkan keluarga baik itu positif maupun negatif secara tidak langsung akan terbentuk dalam kepribadian anak. Kemampuan sosialisasi menjadi aspek penting dalam perkembangan anak, karena masa anak prasekolah merupakan masa peralihan dari lingkungan keluarga

(2)

kedalam lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Didalam lingkungan sekolah anak tidak hanya memasuki dunia sosialisasi yang lebih luas melainkan anak juga menemukan suasana lingkungan yang berbeda, teman, guru, atau aturan – aturan yang berbeda dengan lingkungan keluarga (Chaplin, 2002 dalam Teviana, 2012).

Dari definisi – definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sosialisasi adalah proses anak – anak belajar mengenai standar, nilai dan sikap yang diharapkan kebudayaan atau lingkungan masyarakat mereka. ( Mussen dkk, 2007 dalam Listroyorini, 2016).

Secara optimal sesuai umur anak ( Depkes RI, 2007). Perkembangan sosial mengacu pada perkembangan anak dalam hubungannya dengan linkungan sosial agar mandiri dan dapat berinteraksi untuk bersosialisasi. Para ahli pendidikan dan psikolog berpendapat bahwa kemandirian adalah menentukan keberhasilan dalam kehidupan seseorang (Retniwati ,2008) Pemeriksaan tumbuh kembang di Jawa Timur kota Surabaya pada tahun 2010 telah di lakukan pada 2.231.542 anak balita dan prasekolah yaitu 63,48 % dari 3.657,353 anak balita, cakupan tersebut menurun di bandingkan tahun 2009 sebesar 64,03 % dan masih dibawah target yaitu 80% perlu perbaikan agar dapat di perbaiki bila terjadi masalah atau keterlambatan tumbuh kembang pada anak.

Berdasarkan data WHO (World Health Oraganizational). melaporkan bahwa 5-25 % dari anak anak usia prasekolah menderita ganguan perkembangan berbagai masalah perkembangan seperti keterlambatan motorik, bahasa, dan sosialisasi dalam beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat angka kejadian di Indonesia antara 13-18% kemandirian anak prasekolah di Negara berkembang

(3)

dan maju adalah 53% mandiri tidak bergantung pada pada orang lain dan 9% masih tergantung pada orang tua anak prasekolah 38% yang kurangnnya kemandirian sosialisasi. Profil masalah kesehatan perkembangan anak pada tahun 2010 di laporkan bahwa dari jumlah anak sebanyak 3.634,505 jiwa di temukan 54,03% anak dideteksi memiliki kemampuan sosialissi dan kemandirian yang baik,cakupan tersebut masih di bawah target yakni 90% (Depkes RI,2010). Berdasarkan survey Kesehatan Rumah Tangga, prevalensi stimulasi orang tua terhadap kemampuan sosialisasi dan kemandirian anak usia prasekolah di Indonesia mencapai 58,09 % orang tua yang belum melakukan stimulasi anak secara optimal.

Pola pengasuhan adalah asuhan yang di berikan ibu atau pengasuh lain berupa sikap, dan perilaku dalam hal kedekatanya dengan anak, memberi makan, merawat, menjaga kebersihan, memberi kasih sayang, dan sebagainya (Septiani 2012). Menurut Papilia (2008) dalam Teviana (2012) pola asuh orang tua meliputi 3 hal antara lain. pola asuh otoriter, autoriative, dan permisif. Pola asuh otoriter adalah gaya asuh yang menuntut anak, mengikuti perintah orang tua, tegas dan tidak memberi peluang anak untuk mengemukakan pendapat.

Wong et al,(2008) mengolongkan pola asuh anak menjadi tiga yaitu: pola asuh otoriter, pola asuh oterretatif, pola asuh permisif. Pada pola asuh oteriter orang tua sangat menanamkan disiplin pada anaknya dan menuntut prestasi tinggi. Namun di pihak lain orang tua tidak memberikan kesempatan pada anaknya untuk mengemukakan pendapat sesuatu sekaligus memenuhi kebutuhan anak, tipe pola asuh oteriter ini membuat anak mandiri karena sifat orang tua yang terlalu di seplin dan tegas, tetapi kemandirian anak tersebut bukan lahir dari kesadarannya

(4)

sendiri, melainkan kemandirian karena sikap oarng tua terlalu memaksa dalam memperoleh prestasi anak. Sedangkan pola asuh permisif, orang tua menunjukan sikap demokratis dan kasih sayang tinggi, tetapi dengan kendali dan tuntunan prestasi yang rendah, pada tipe pola asuh ini anak tidak mandiri karena orang tua terlalu memanjakan anaknya sehingga tidak peduli dengan tanggungjawab, susah bergaul, dan dapat menghambat perkembangan moral anak. Demikian juga dengan pola asuh otoritatif, orang tua memberikan kontrol dengan mengendalikan anak untuk mencapai target tertentu. Akan tetapi orang tua juga memberi anak kesempatan untuk menyampaikan keluhan dan pendapatnya.

Dalam peneliti Wong et al, menunjukan bahwa pola pengasuhan otoritatif sangat mendukung perkembangan kemandirian (Healta Autonomy) pada anak, Efektifitas pola pengasuhan orang tua terhadap anak biasa di lihat dari cara anak berperilaku dalam kehidupannya sehari-hari. terutama dari perilaku sosial anak itu sendiri jika orang tua telah memperbiasakan anak dengan mengajarkan perilaku yang baik, maka perilaku yang di tunjukan anak tersebut juga akan baik pula begitupun sebaliknya, jika orang tua memberikan anak pembiasaan perilaku sosial yang kurang baik maka anak akan meniru perilaku orang tersebut. karena perkembangan sosial merupakan suatu tahapan perilaku sosial anak dalam mengikuti kematangan sosial dan interaksinya dengan lingkungan.(Nurdeni, 2008).

Sosialisasi pada anak prasekolah adalah proses mempelajari kebiasaan, cara hidup dan adat istiadat masyarakat tertentu. Kemampuan sosialisasi anak menjadi suatu aspek penting dalam perkembangan anak, karena masa anak di Taman Kanak-kanak ( prasekolah ) merupakan masa peralihan dari lingkungan

(5)

masyarakat. Di dalam lingkungan sekolah anak tidak hanya memasuki dunia sosialisasi yang lebih luas melainkan anak juga menemukan suasana kehidupan yang berbeda, teman, guru, atau aturan-aturan yang berbeda dengan lingkungan keluarga ( Chaplin, 2002 dalam Teviana 2012). Dalam masa prasekolah umur 2-6 tahun, anak-anak mulai mengunakan keterampilan mereka untuk berinteraksi dan mengerti dunia orang dan benda- benda, mereka menemukan siapa mereka, menentukan apa yang mereka dapat melakukan dan membentuk perasaan dari diri mereka, anak-anak prasekolah dapat di tarik keluar ke dalam dunia. Pertama berjuang untuk otonomi dan mengontrol diri mereka sendiri dan yang lain. Dan kemudian mengunakan bahasa, kognitif motor dan keterampilan sosial untuk mengumpulkan informasi tentang dunia (Soetjiningsih,2014) Berdasarkan hasil survey pada tanggal 14 November 2018 di taman kanak-kanak PG-TK Al Hidayah Waringin Kecamatan Wonokromo Surabaya tentang kemampauan sosialisasi pada anak usia 3-5 tahun di dapatkan 4 anak mengalami ganguan sosialisasi seperti anak yang pendiam dan tidak mau ikut bemain dengan teman2 yang lainnya.

Berdasarkan latar belakang di atas di harapkan orang tua menjadi peran utama dalam mendidik anaknya, Guru sebagai teman sebaya yang merupakan lingkungan ke dua anak karena orang tua yang berperang penuh dalam penentuan perkembangan dan melakukn pemantauan secara teratur dan berkesinabungan sedini mungkin pemantauan dapat di lakukan melalui kegiatan posyandu dan oleh guru di sekolah karena permasalahan prilaku anak tidak terlepas dari proses bersosialisasi anak. Maka dari itu penelitih tertarik melakukan penelitiaan di PG-TK Al Hidayah Waringin Kecamatan Wonokromo Surabaya

(6)

dengan Judul Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemampuan Sosialisasi pada Anak Usia 3-5 Tahun di PG-TK AL HIDAYAH Waringin Kecamatan Wonokromo Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemampuan Sosialisasi pada Anak Usia 3-5 Tahun di PG-TK AL HIDAYAH Waringin Kecamatan Wonokromo Surabaya.?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemampuan Sosialisasi pada Anak Usia 3-5 Tahun di PG-TK AL HIDAYAH Waringin Kecamatan Wonokromo Surabaya.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi Pola Asuh Orang Tua Anak Usia 4-6 Tahun di PG-TK AL HIDAYAH Waringin Kecamatan Wonokromo Surabaya.

2. Mengidentifikasi Kemampuan Sosialisasi pada anak usia 3-5 Tahun di PG-TK AL HIDAYAH Waringin Kecamatan Wonokromo Surabaya. 3. Menganalisis Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Kemampuan

Sosialisasi pada anak usia 3-5 Tahun di PG-TK AL HIDAYAH Waringin Kecamatan Wonokromo Surabaya

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat dan sebagai bahan masukan dalam perkembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan

(7)

khususnya yang berkaitan dengan penerapan pola asuh orang tua dalam perkembangan perilaku sosial di sekolah khususya tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemampuan Sosialisasi pada Anak Usia 3-5 Tahun di sekolah PG-TK AL HIDAYAH Waringin Kecamatan.Wonokromo Surabaya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil Penelitian ini di harapkan dapat menjadi sumber informasi bagi para orang tua dan masyarakat dalam memberikan pola pengasuhan yang baik untuk perkembangan dan dapat meningkatakan mutu pelayanan di sekolah pada anak usia prasekolah. Sebagai pengalaman pertama bagi penelitih dalam memperoleh ilmu pengetahuan baru yang berkaitan dengan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemampuan Sosialisasi pada Anak Usia 3-5 Tahun di PG-TK AL HIDAYAH Waringin Kecamatan Wonokromo Surabaya.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan mengidentifikasi total biaya peledakan yang dikeluarkan oleh PT Vitrama Properti masih belum optimal, sehingga menyebabkan untuk mencapai volume

Fungsi dari aplikasi ini adalah untuk memasukan data barang masuk dan data barang keluar , pada aplikasi ini proses penginputan data barang dilakukan dengan cara memasukan

Lebih baik membeli jajan dari pada menyisihkan uang untuk DANSOS disetiap hari senin Saya belajar bersama teman dengan menggunakan buku catatan milik saya Saya tidak peduli kepada

Kemudian Giancoli (1998) juga menyatakan bahwa periode dapat diartikan sebagai waktu yang dibutuhkan untuk. satu siklus

Gambar diatas menunjukkan bahwa pada Juli 2017 terjadi peningkatan impor nonmigas, hal tersebut dikarenakan bulan sebelumnya Papua Barat tidak melakukan

pada penelitian ini berdasarkan tabel 9 terdapat data yang tidak sesuai dengan teori dimana pada perilaku pencegahan kategori kurang ada 1 responden (1.3%)

Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora

konsep adaptasi mahluk hidup terhadap lingkungan. Kondisi ekosistem sungai Padang Guci, Air Nelenagau, dan Air Nipis sebagai habitat ikan Sicyopterus