• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Dampak Kebijakan Makroekonomi terhadap Perekonomian Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Dampak Kebijakan Makroekonomi terhadap Perekonomian Indonesia"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

41 Dampak Kebijakan Makroekonomi terhadap Perekonomian

Indonesia

Suharwan Hamzah 1* , Silvi Asna Prestianawati 2 , I Made Hary Kusmawan 3

1 Departemen Ilmu Ekonomi, Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin

2 Departemen Ilmu Ekonomi, Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya

3 Program Studi Ekonomi Pembangunan, Ekonomi dan Bisnis, Universitas Tabanan

* E-mail Korespondensi: suharwanhamzah@fe.unhas.ac.id ABSTRACT

This study aims to analyze the impact of exports, imports, investment, labor, exchange rates, and inflation on the Indonesia's economic growth. The data used in this study were the secondary data about the Indonesian economy, by using a time series data from 2001-2018.

The data were analyzed using multiple linear regression with the "ordinary least square"

approach. The results of this study showed that import, investment, labor and inflation do not affect the Indonesia's economic growth, which indicates their small contributions. While the export variable determines the increase in the economic activity through an increasing of foreign exchange reserves. The exchange rate variable has an impact to the economic activity, which tends to reduce it.

Keywords : Economic Growth, Export, Import, Investment, Labor, Exchange Rate, Inflation ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak ekspor, impor, investasi, tenaga kerja, kurs, dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder perekonomian Indonesia, menggunaka data runtun waktu (time series) dari tahun 2001-2018. Data dianalisis dengan menggunakan regresi linear berganda dengan pendekatan “ordinary least square”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel impor, investasi, tenaga kerja, dan inflasi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang mengindikasikan kecilnya sumbangan yang diberikan oleh variabel tersebut. Sedangkan variabel ekspor sangat menentukan peningkatan kegiatan perekonomian melalui kenaikan cadangan devisa. Variabel kurs berpengaruh dalam menurunkan kegiatan perekonomian Indonesia.

Kata kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Ekspor, Impor, Investasi, Tenaga Kerja, Kurs, Inflasi

PENDAHULUAN

Perkembangan perekonomian merupakan suatu keharusan dari setiap negara dalam aktivitas pembangunan ekonominya. Salah satu penanda pembangunan ekonomi dalam suatu negara tampak pada angka perkembangan ekonomi yang menggambarkan kinerja ekonomi sesuatu negara ataupun daerah dalam suatu negara (provinsi dan kabupaten).

(2)

42 Perhatian masyarakat ekonomi global tertuju kepada pada langkah-langkah untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi selama beberapa tahun belakangan ini. Para ekonom dan pemimpin setiap negara sangat menginginkan terjadinya ekspansi ekonomi (economic growth).Semua negara di dunia dalam kehidupan ekonominya menitikberatkan pada peningkatan pertumbuhan. Berdasarkan pasang surut perkembangan ekonomi yang tercatat dalam catatan statistik nasional, pemerintahan di negara manapun dapat dengan cepat bangkit atau jatuh terpuruk. Tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan output dan pendapatan nasional suatu negara sering digunakan untuk menentukan keberhasilan program pembangunan yang dijalankan pada suatu negara .

Pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang menjadi prioritas utama dalam suatu perekonomian negara. Berbagai macam cara dan strategi demi tercapainya tingkat pertumbuhan ekonomi akan dilakukan oleh suatu negara sebab menjadi cerminan tingkat kesejahteraan bagi masyarakatnya. Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi merupakan meningkatnya kapasitas negara dalam jangka panjang untuk menyediakan barang dan jasa kepada penduduknya (Todaro, 2008).

Salah satu aspek yang mendukung berkembangnya perekonomian negara yakni dengan adanya aktivitas perdagangan internasional, melalui ekspor dan impor. Dengan adanya perdagangan internasional, akan terjadi spesialisasi produk, dalam hal ini suatu negara dapat mengekspor hasil produksi untuk dipertukarkan hasil produksi negara lain dengan biaya yang lebih rendah sehingga menyebabkan meningkatnya output pendapatan nasional. Kegiatan perdagangan internasional menimbulkan masuknya modal asing ke suatu negara. Modal tidak akan mengalir dari negara maju ke negara sedang berkembang ketika perdagangan internasional tidak dilakukan (Jhingan, 2000). Neraca perdagangan yang terdiri dari komponen ekspor dan impor barang dan jasa merangkum seluruh transaksi perdagangan internasional dalam suatu negara.

Salah satu faktor penentu yang memberikan sumbangan besar dalam proses perkembangan perekonomian jangka panjang adalah investasi. Dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi, kegiatan proses produksi (barang dan jasa) di semua sektor ekonomi sangat diperlukan. Investasi dalam bentuk penyediaan barang dan jasa tersebut tentunya akan menciptakan peluang kerja dan peningkatan pada pendapatan masyarakat, sehingga pertumbuhan ekonomi akan meningkat (Sukirno, 2000).

(3)

43 Penyediaan sumberdaya modal, tenaga kerja dan teknologi merupakan indikator pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara. Sumber dana dalam bentuk penanaman modal (pemerintah, masyarakat, pinjaman luar negeri, investasi asing) sangat dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja. (Mubyarto: 2000). Kegiatan produksi (barang dan jasa) di semua sektor ekonomi akan menciptakan kesempatan kerja sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat, yang pada akhinya meningkatkan perekonomian suatu negara. Namun ketersediaan modal tersebut harus didukung oleh tenaga kerja yang terdidik dan terlatih dalam proses produksi, serta pengembangan wirausaha. Menurut Schumpeter bahwa golongan pengusaha merupakan golongan pengumpul modal yang akan menentukan kegiatan proses produksi. (Sukirno, 2000).

Indonesia tidak terhindarkan dari dinamika roda ekonomi global karena merupakan negara berkembang. Indonesia menghadapi tantangan dalam hal kesiapan menghadapi era perdagangan bebas global dan bersamaan dengan itu pula menghadapi sejumlah keadaan ekonomi yang kurang menguntungkan yang terjadi didalam negeri. Terlepas dari aktivitas ekonominya, kontribusi Indonesia terhadap perdagangan global masih rendah dan sangat bergantung pada pasar luar negeri. Tetapi Indonesia terus berupaya memperkuat posisi dan perannya di kancah internasional.

Oleh karena itu, kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah adalah kebijakan yang harus mampu mengatasi masalah ekonomi secara keseluruhan. Di satu sisi dapat meningkatkan ekspor sebagai penghasil devisa untuk membiayai impor serta pembayaran bunga dan pembayaran utang luar negeri, dan di sisi lain dapat mengurangi tingkat inflasi. Penekanan pada tingkat inflasi diarahkan untuk mencegah penurunan daya beli masyarakat, terutama golongan mayoritas yang mengkonsumsi banyak kebutuhan dasar, tetapi di sisi lain juga merupakan alat yang kuat untuk mempertahankan nilai tukar yang kompetitif untuk mendukung ekspor dan dapat mengatasi masalah kesempatan kerja. Hal inilah yang membuat tulisan ini mengkaji tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia dan peranan berbagai unsur pendukung yang mempengaruhinya (ekspor, impor, investasi, tenaga kerja, kurs, dan inflasi)

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi menurut Harrord-Domard (Mankiw, 2003) bahwa dalam jagka panjang, perekonomian dapat tumbuh dalam jangka panjang atau dalam keadaan steady

(4)

44 growth, asalkan perekonomian berada dalam full employment dan penggunaan penuh barang- barang modal masyarakat. Selanjutnya tabungan masyarakat memilki besaran yang proporsional dengan besarnya pendapatan nasional.

Lebih lanjut Mankiw juga mengemukakan model pertumbuhan Solow yang menunjukkan keterkaitan antara tabungan, pertumbuhan populasi, dan kemajuan teknologi terhadap tingkat hasil perekonomian dan pertumbuhannya sepanjang waktu. Model ini menunjukkan bagaimana kenaikan dalam persediaan modal, angkatan kerja, dan kemajuan teknologi saing berhubungan dalam kegiatan perekonomian sehingga akan mempengaruhi secara keseluruhan dalam output barang dan jasa suatu negara (Mankiw, 2003).

Ekspor

Dalam teori perdagangan internasional (Krugman dan Obstfeld, 2000) menyebutkan bahwa ekspor dapat dilihat dari sisi permintaan dan penawaran. Dari sisi permintaan, harga ekspor, nilai tukar riil, pendapatan dunia dan kebijakan devaluasi mempengaruhi adanya ekspor, sedangkan dari sisi penawaran, harga ekspor, harga domestik, nilai tukar riil, investasi, impor bahan baku, dan kebijakan deregulasi mempengaruhi ekspor.

Berdasarkan Jung & Marshall (Pardamean, 2013), terdapat empat hipotesis yang dapat menggambarkan hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi yakni (1) export-led growth hypothesis (ekspor sebagai motor pengerak pertumbuhan ekonomi), (2) export- reducing growth hypothesis (ekspor menyebabkan pertumbuhan ekonomi menurun), (3) generated export hypothesis (pertumbuhan ekonomi dalam negeri merupakan motor penggerak ekspor), dan (4) growth-reducing export hipothesis (pertumbuhan ekonomi menyebabkan ekspor menurun).

Impor

Impor merupakan kegiatan membeli barang dari luar negeri ke perekonomian dalam negeri.

Berdasarkan teori Hecksher-Ohlin dalam melihat hubungan impor terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara, bahwa suatu barang akan diimpor oleh suatu negara yang menggunakan faktor produksi yang jarang dimiliki oleh negara tersebut. Kegiatan ini akan menguntungkan bagi negara tersebut dibandingkan memproduksi barang sendiri tetapi tidak mampu melakukan efeisiensi. (Sukirno, 2004).

(5)

45 Berdasarkan teori keunggulan absolut Adam Smith, suatu negara akan melakukan spesialisasi terhadap faktor produksi tertentu yang akan menghasilkan pertambahan produksi dunia yang diperoleh dengan adanya perdagangan internasional antar negara yang dapat dinikamati besama. Sedangkan teori keunggulan komparatif Richardo, bahwa perdagangan masih dapat terjadi selama negara memiliki keunggulan komparatif dalam menghasilkan suatu macam komoditi, dalam artian manfaat perdagangan masih ada walaupun negara tersebut mengalami kerugian. Selanjutnya teori Hecksher-Ohlin menyatakan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena perbedaan relatif dari factor endowment dan intensitas faktor-faktor produksi. (Salvatore, 1997).

Investasi

Investasi merupakan pengeluaran yang diperuntukkan dalam rangka peningkatan persediaan barang modal yang terdiri dari pabrik, mesin, kantor, dan produk tahan lama lainnya (Dornbusch dan Fischer, 2004).

Menurut Irawan dan Suparmoko (1992), terdapat teori yang dapat menjelaskan hubungan tingkat investasi terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara, yakni : (1) gradualist theory (negara terbelakang sebaiknya jangan melakukan industrialisasi secepatnya karena faktor resiko dan kesalahan juga tinggi, (2) big push theory (usaha yang minimal dalam meningkatkan pendapatan, hanya mendorong pertambahan penduduk sehingga menghambat peningkatan pendapatan perkapita), (3) balanced growth theory investasi tidak akan meningkataan perekonomian jika hanya sebatas pada “titik pertumbuhan” tertentu atau harus secara menyeluruh (Rosenstein-Rodan), (4) unbalanced growth theory (Hirschman) bahwa masyarakat berpendapatan rendah tidak mampu merubah sistem perekonomian dari tradisional ke perekonomian modern.

Tenaga Kerja

Teori ketenagakerjaan menurut Lewis (dalam Todaro, 2008) bahwa pertumbuhan output dan penyediaan pekerja di sektor lain dipengaruhi oleh kelebihan pekerja pada satu sektor. adanya pekerja yang berlebih merupakan modal untuk mengakumulasi pendapatan, asalkan lancarnya kegiatan perpindahan pekerja dari sektor subsistem ke sektor modern dan tidak terjadinya penumpukan dalam perpindahan tersebut. Lebih lanjut menurut Todaro, pertumbuhan ekonomi, salah satunya dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk dan angkatan

(6)

46 kerja. Jumlah tenaga kerja yang besar akan menambah tingkat produksi barang, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar akan menjadikan pasar domestiknya menjadi besar.

Teori Nilai Tukar

Nilai tukar terdiri dari nilai tukar nominal (nilai yang digunakan pada saat menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain) dan nilai tukar riil nilai (digunakan pada saat menukar barang dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa negara lain). Nilai tukar inilah yang mempengaruhi kegiatan pasar saham dan pasar uang sebagai indikatornya karena prinsip kehati-hatian investor dalam melakukan investasi. Dalam teori Mundell- Fleming bahwa adanya hubungan negatif antara nilai tukar dengan pertumbuhan ekonomi.

Dengan adanya kenaikan kurs menyebakan ekspor neto menjadi berkurang, sehingga menyebabkan output berkurang dan pertumbuhan ekonomi menurun. (Mankiw, 2003).

Inflasi

Menurut Tobin (dalam Satria, 2018), subtitusi konsumsi sekarang dengan konsumsi di masa datang dilakukan oleh individu dengan menggunakan uang atau modal sebagai media penyimpan nilai. Ketika terjadi inflasi, return terhadap uang menjadi berkurang sehingga masyarakat akan melakukan subtitusi uang dengan modal, yang menyebabkan modal terakumulasi banyak dan pertumbuhan ekonomi meningkat dalam kondisi steady state yang baru. Pengaruh yang sama dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi juga ditunjukkan oleh model pertumbuhan endogen, yang dalam hal ini tingkat inflasi yang berubah memiliki pengaruh yang permanen pada pertumbuhan ekonomi (Gillman dalam Satria, 2018). Dengan kondisi general equilibrium, Gillman menunjukkan keberadaan efek Tobin, bahwa perubahan tingkat inflasi ke atas (menigkat), menyebabkan rasio physical capital terhadap effective labor mengalami peningkatan sehingga tabungan akan mengalami peningkatan.

METODOLOGI KAJIAN

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia berupa data runtun waktu (time series) dari tahun 2000- 2018. Data dianalisis dengan menggunakan regresi linear berganda untuk melihat dampak/pengaruh variabel kebijakan makro ekonomi (ekspor, impor, investasi, tenaga kerja, kurs, dan inflasi) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, dalam bentuk persamaan :

(7)

47 Y = β0 + β1 X + β2 M + β3 I + β4 TK + β5 Kurs + β6 Inf + e

Keterangan :

Y = pertumbuhan ekonomi X = ekspor

M = impor I = investasi TK = tenaga kerja

Kurs = nilai tukar rupiah terhadap dollar AS Inf = inflasi

HASIL KAJIAN DAN DISKUSI Hasil Kajian

Adapun hasil dari estimasi dampak ekspor, impor, investasi, tenaga kerja, kurs, dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi, yakni :

Variabel Koefisien Standar

Error Uji T Signifikansi

Konstanta -54.162 64.499 -0.840 0,079

Ekspor 3.980 2.134 1.865 0,031

Impor -1.786 1.486 -1.201 0,058

Investasi -0.087 0.305 0.374 0,102

Tenaga Kerja 1.675 4.480 -0.285 0,135

Kurs -2.863 1.588 -1.803 0,033

Inflasi 0.042 0.036 1.190 0,061

Sumber : Hasil analisis dengan Program SPSS

n = 18 R2 = 0.806 F hit = 7.624 t tabel = 1,782

Beberapa keputusan yang dapat diambil dari hasil estimasi adalah :

Kelayakan model dapat diketahui dengan melihat nilai koefisien determinasi (R2). Nilai yang ditemukan adalah sebesar 0.7624. Hal ini berarti bahwa variasi variabel ekspor, impor,

(8)

48 investasi, tenaga kerja, kurs, dan inflasi dapat menjelaskan variasi variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 76.24 persen, sedangkan variasi variabel lain yang menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tidak diperhitungkan dalam model sebesar 23.76 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa model handal dalam menjelaskan peramalan terhadap variabel pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Hasil uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Untuk variabel ekspor diperoleh nilai thitung sebesar 1.865, sedangkan nilai ttabel dengan tingkat signifikansi 10 % pada derajat kebebasan (df = 12) adalah sebesar 1.782. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas (ekspor) berpengaruh nyata dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi..

Sedangkan variabel bebas (impor dan investasi), diperoleh nilai thitung sebesar -1.201 dan - 0.285 yang menunjukkan bahwa impor dan investasi tidak berpengaruh nyata dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal yang sama untuk variabel tenaga kerja dan inflasi yang masing-masing mempunyai nilai thitung sebesar 0.374 dan 1.190 sehingga menunjukkan bahwa tenaga kerja dan inflasi tidak berpengaruh nyata dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel kurs dengan nilai thitung sebesar -1.803. Hal ini menunjukkan bahwa kurs signifikan dan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Selanjutnya untuk menguji tingkat signifikansi variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat, digunakan statistik uji-F. Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa Fhitung

sebesar 7.624 adalah lebih besar daripada nilai Ftabel yang hanya sebesar 3,105. Hal ini menunjukan bahwa secara keseluruhan variabel bebas memiliki pengaruh nyata dan signifikan terhadap variabel terikat, sehingga model estimasi yang digunakan untuk mengamati pertumbuhan ekonomi adalah layak untuk digunakan.

Untuk mengetahui besarnya perubahan pertumbuhan ekonomi akibat perubahan salah satu variabel yang mempengaruhinya, digunakan analisis masing-masing variabel dengan melihat koefisien regresinya. Hasil yang diperoleh untuk ekspor dengan nilai koefisien sebesar 3.980.

Hal ini berarti bahwa jika ekspor meningkat sebesar 1 persen, maka pertumbuhan ekonomi akan bertambah sebesar 3.980 persen. Hubungan yang positif juga terjadi pada variabel tenaga kerja dan inflasi yakni dengan dengan nilai koefisien regresi sebesar 1.675 dan 0.042.

Hal ini mengindikasikan bahwa jika tenaga kerja dan inflasi meningkat sebesar 1 persen,

(9)

49 maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1.675 persen untuk tenaga kerja dan untuk inflasi sebesar 0.042 persen. Sedangkan nilai koefisien regresi variabel impor, investasi, dan kurs bertanda negatif yang berarti bahwa ketika ada kenaikan pada impor, investasi, dan kurs justru akan mengurangi pertumbuhan ekonomi dengan nilai masing- masing sebesar 1.786 (impor), 0.081 (investasi), dan 2.863 (kurs).

DISKUSI

Dari penelitian yang dilakukan, hasil estimasi menunjukkan bahwa ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini sejalan dengan teori Heckscher-Ohlin bahwa ekspor neto merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan pendapatan nasional sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat (Krugman

& Obstfeld. 2000). Selain itu, Jung & Marshall dalam Pardamean (2013) juga mengemukakan keterkaitan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi yang berpengaruh melalui hipotesis export-led growth hypothesis bahwa, ekspor menyebabkan cadangan internasional meningkat sehingga penawaran uang mengalami peningkatan sehingga nantinya terjadi peningkatan permintaan agregat dan pertumbuhan ekonomi (dalam jangka pendek). Kegiatan ekspor memungkinkan perekonomian nasional menjadi lebih baik untuk memperbesar cadangan devisa, menyediakan lapangan kerja, menciptakan hubungan ke belakang dan kedepan, dan berlabuh pada pencapaian standar kehidupan yang lebih tinggi (Czinkota, Rivoli, Ronkainen, 1992; Sedyaninrum, 2016)

Hasil estimasi yang diperoleh dalam variabel impor bahwa kegiatan impor hanya memberikan sumbangan yang kecil dalam meningkatkan perekonomian. Pada dasarnya permintaan masyarakat di dalam negeri akan menurun sehubungan dengan adanya impor sehingga berakibat buruk pada tingkat produktivitas dalam negeri dan jumlah kesempatan kerja yang tersedia. Output yang dihasilkan oleh negara akan berkurang menyebabkan pertumbuhan ekonomi suatu negara akan mengalami penurunan. Hal tersebut juga didukung oleh adanya pendapat yang menyatakan bahwa selama ini Indonesia masih mengimpor barang dan jasa yang bersifat konsumtif untuk kebutuhan masyarakat yang mengakibatkan dana beralih ke luar negeri sehingga tidak memberikan sumbangan terhadap pendapatan masyarakat (Pridayanti, 2014).

(10)

50 Pada variabel investasi, ditemukan bahwa investasi juga tidak memberikan kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi. Temuan penulis ini sejalan dengan temuan yang dikemukakan oleh Kurniasari (2011) bahwa nvestasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya investasi dalam negeri dan investasi asing tidak serta merta menjadikan perekonomian tumbuh. Faktor utama yang menentukan sebenarnya tidak terletak pada besarnya nilai investasi tetapi diharapkan lebih kepada produktivitas dari investasi tersebut. Peran investasi yang diharapkan adalah mampu mentransformasikan sumberdaya yang potensial menjadi kekuatan ekonomi yang riil. Alasan lain yang juga mendukung adalah pada saat Indonesia membutuhkan investasi, dilain pihak ada pejabat pemerintah dalam bidang tertentu yang menerbitkan kebijakan yang tidak mendukung atau menghambat masuknya investasi. Investasi yang tidak memadai membuat kegiatan produksi tidak berjalan sepenuhnya, sehingga penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat juga tidak memadai (Roza dalam Investor Daily, 2017).

Hal ini juga sejalan penelitian Prasetio (2014) bahwa dalam melakukan investasi, keputusan investor dipengaruhi oleh tingkat bunga karena berpengaruh terhadap keuntungan investor yang akan diterimanya ketika keputusan untuk berinvestasi terlaksana. Produk yang terjual secara tunai yang dialami oleh perusahaan di bidang komponen dan otomotif, maka kinerja perusahaan di sektor tersebut tidak banyak dipengaruhi oleh perubahan tingkat bunga.

Tingkat bunga yang tidak berpengaruh juga disebabkan oleh faktor psikologis investor, kecuali dalam hal pemilihan sarana investasi. Besaran tingkat suku bunga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia tidak akan diperhatikan oleh investor, namun hanya melihat keuntungan perusahaan ketika akan melakukan investasi. Ketika mereka melihat peluang untuk memperoleh keuntungan, investor tentunya akan segers menanamkan modanya. Selain itu juga, adanya tingkat bunga yang mengalami perubahan yang tidak tetap dan adanya kecenderungan menurun, maka saham menjadi salah satu pilihan favorit para investor dalam menanamkan modalnya dibandingkan dengan investasi secara langsung.

Temuan penulis dari hasil estimasi variabel tenaga kerja menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja masih memberikan sumbangan yang kecil terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Berdasarkan Laporan Perekonomian Indonesia (BI) 2017 bahwa belum maksimalnya kondisi ketenagakerjaan yang ada di Indonesia adalah penyebabnya. Walaupun pemulihan ekonomi kearah yang lebih baik terus berlangsung mendorong perubahan positif dari sisi ketenagakerjaan.

(11)

51 Beberapa indikator menunjukkan kondisi ketenagakerjaan yang membaik, meskipun masih terbatas. Perbaikan kondisi ketenagakerjaan juga tercermin pada banyaknya lowongan pekerjaan berbasis internet yang meningkat. Namun beberapa hal yang perlu mendapat perhatian yang serius, diantaranya dengan adanya penurunan tingkat pengangguran yang terbatas dipengaruhi oleh penciptaan lapangan kerja baru yang belum sepenuhnya mampu mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja yang lebih tinggi. Selain dipengaruhi proses konsolidasi internal di sejumlah perusahaan, tantangan penurunan penggangguran juga terkait kesenjangan keahlian antara yang dibutuhkan dan ketersediaan tenaga kerja. Tantangan ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan naiknya pengangguran di perkotaan.

Penyerapan tenaga kerja di perkotaan mengalami pergeseran ke lapangan pekerjaan berbasis teknologi seiring dengan perkembangan ekonomi digital (Laporan Perekonomian Indonesia, BI 2017)

Pada variabel kurs, temuan penelitian menunjukkan bahwa kurs berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hasil temuan ini menunjukkan bahwa fluktuasi dalam nilai tukar rupiah terhadap US$ selama ini memberikan dampak yang siginifikan terhadap penurunan kegiatan perekonomian Indonesia.

Apabila dikaitkan dengan jalur nilai tukar dalam mekanisme kebijakan moneter, maka pergerakan dalam nilai tukar dapat berpengaruh terhadap perekonomian khususnya perekonomian terbuka dengan sistem nilai tukar fleksibel (Amrillah, 2016). Seperti yang telah dijelaskan dalam teori Mundell-Fleming (Mankiw 2003) yang menyatakan terdapat hubungan negatif atau berbanding terbalik antara kurs dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi, dimana jika nilai kurs US$ mengalami peningkatan maka ekspor neto atau selisih antara nilai ekspor dan nilai impor menjadi berkurang. Dengan berkurangnya nilai ekspor neto tersebut maka tentunya akan berpengaruh pada jumlah output yang mengalami penurunan sehingga nantinya mengakibatkan penurunan pada kegiatan perekonomian. Tetapi dalam hal ini terjadinya pelemahan nilai rupiah akan menyebabkan impor akan berkurang terutama karena impor Indonesia adalah barang konsumsi sehingga akan mengurangi konsumsi bahan impor. Dengan demikian produk dalam negeri akan diminati sehingga perekonomian akan tumbuh. Hal yang akan terjadi ketika rupiah melemah maka barang dalam negeri akan diminati oleh pihak luar, sehingga akan menjadikan keuntungan bagi beberapa pihak eksportir dalam negeri, seperti eksportir mebel dan tekstil yang tentunya akan menimbulkan meningkatnya perekonomian.

(12)

52 Pada variabel inflasi, hasil estimasi menunjukkan bahwa inflasi juga tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan Indonesia dengan kebijakannya yang mampu menjaga inflasi berada pada kisaran yang rendah merupakan salah satu faktor yang menentukan.

Secara umum, angka inflasi yang rendah dapat menunjukkan permintaan dan daya beli masyarakat yang rendah pula. Dalam kondisi ceteris paribus, tingkat permintaan yang rendah berakibat pada kenaikan harga relatif terkendali. Salah satu prioritas yang harus dipenuhi adalah dengan meningkatkan pendapatan masyarakat (setidaknya mempertahankannya) agar konsumsi dalam meningkat walaupun dalam jumlah yang sedikit sehingga akan menyerap output industri nasional yang berarti bahwa terjadi kenaikan pada produksi, dengan demikian pertumbuhan ekonomi nasiona makan mengalami peningkatan. (Firmansyah dalam Baderi, 2015)

PENUTUP

Berdasarkan temuan penelitian disimpulkan bahwa variabel impor, investasi, tenaga kerja, dan inflasi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang mengindikasikan kecilnya sumbangan yang diberikan oleh variabel tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya impor barang yang masih merupakan barang konsumsi bagi masyarakat, dan kebijakan yang tidak mendukung masuknya investasi menyebabkan kegiatan produksi tidak berjalan maksimal, serta rendahnya inflasi yang menandakan daya beli masyarakat juga rendah. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada pendapatan masyarakat yang tidak memadai. Sedangkan variabel ekspor sangat menentukan peningkatan kegiatan perekonomian melalui peningkatan cadangan devisa. Variabel kurs berpengaruh dalam menurunkan kegiatan perekonomian Indonesia. Sebaiknya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tetap melihat peluang terhadap peningkatan kegiatan perekonomian Indonesia, tentunya dalam hal peningkatan ekspor, investasi, tenaga kerja, kestabilan kurs, dan berusaha untuk menekan laju impor dan inflasi.

REFERENSI

[1] Amrillah, M. Faizal, 2016. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah (Kurs), Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Return Saham pada Perusahaan Perbankan yang

(13)

53 Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008-2014. Jurnal Valuta. Vol 2 No 2, Oktober : 232-250

[2] Anwar, Khoirul, 2014. Analisis Dampak Defisit Anggaran terhadap Ekonomi Makro di Indonesia. Jejaring Administrasi Publik, Tahun VI,.No. 2, Juli-Desember.

[3] Bank Indonesia, 2017. Laporan Perekonomian Indonesia.

[4] Baderi, Firdaus, 2015. Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi. Harian Ekonomi NERACA (diakses 4 Desember 2022)

[5] Boediono, 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. BPFE UGM, Yogyakarta.

[6] Czinkota, M.R, Ilka A. Ronkainen, Pietra Rivoli, 1992. International Business. Dryden Press.

[7] Dornbusch, Rudriger, and Stanley Fisher. 2004. Macroeconomics. 6th, Edision, McGraw-Hill. Inc.

[8] Jhingan, M.L, 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Rajawali Pers, Jakarta

[9] Krugman, P. R. dan Maurice Obstfeld. 2000. Ekonomi Internasional : Teori dan Kebijakan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

[10] Kurniasari, Dita R. 2011. Analisis Pengaruh Investasi, Inflasi, Nilai Tukar, dan Tingkat Suku Bunga terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Institutional Repository. UPN Jatim

[11] Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi, 5th Edition, Penerbit Erlangga, Jakarta.

[12] Mubyarto, 2000. Membangun Sistem Ekonomi. BPFE UGM, Yogyakarta.

[13] Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter. BPFE UGM, Yogyakarta.

[14] Pardamean, Ada Tua (2013) Dampak Kebijakan Fiskal Dan Moneter Dalam Perekonomian Indonesia (Aplikasi Model Mundell Fleming).

http://digilib.unimed.ac.id/id/eprint/3924

(14)

54 [15] Prasetio, W. Agung, 2014. Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Rasio Keuangan Perusahaan terhadap Return Saham. Publikasi Jurnal Universitas Gunadarma. https://www.publication.gunadarma.ac.id.

[16] Pridayanti, Ayunia. 2014. Pengaruh Ekspor, Impor, dan Nilai Tukar terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode 2002-2012. Jurnal Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Surabaya Vol. 2 No. 2

[17] Roza, David Gita, 2017. Genjot Investasi. Invesor Daily Indonesia.

https://id.beritasatu.com/ (diakses 2 Desember 2022)

[19] Salvatore, Dominick, 1997. Ekonomi Internasional. 5th Edition. Penerbit Erlangga, Jakarta.

[20] Santoso, Teguh dan Maruto Umar Basuki, 2009. Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Perekonomian Indonesia : Aplikasi Model Mundell-Fleming. Jurnal Organisasi dan Manajemen Vol. 2 No. 2.

[21] Satria Doni, 2018. Analisis Dampak Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

https://www.researchgate.net/publication.

[22] Sedyaningrum, Miranti, et all, 2016. Pengaruh Jumlah Nilai Ekspor, Impor Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Nilai Tukar dan Daya Beli Masyarakat Di Indonesia (Studi Pada Bank Indonesia Periode Tahun 2006:IV-2015:III). Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 34 No. 1

[23] Suharjon, Sri Marwanti, Heru Irianto, 2017. Pengaruh Ekspor, Impor, dan Investasi terhadap Pertumbuhan Sektor Pertanian Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 35 No.

1, Mei : 49-65

[24] Sukirno, Sadono. 2000. Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan Penerbit Erlangga. Jakarta.

[25] --- 2004. Makroekonomi : Teori Pengantar. Edisi Ketiga Rajawali Pers, Jakarta.

[26] Suparmoko, M. dan Irawan, 1992. Ekonomi Pembagunan. BPFE UGM, Yogyakarta.

(15)

55 [27] Todaro, Michael dan Stephen C. Smith, 2008. Pembangunan Ekonomi Di Dunia

Ketiga. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan sakramen rekonsiliasi jemaat berusaha untuk memperbaiki kehidupannya melalui berbagai cara, yaitu lebih mendekatkan diri dengan Tuhan, lebih

Teknik ini diperkenalkan dengan tujuan untuk mengisi saluran akar baik lateral maupun saluran aksesori yang tentunya tidak ketinggalan saluran akar utama. Metode

Sekolah juga perlu menyediakan kantin dan kamar-kamar mandi (jamban) yang bisa memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan laki-laki dan perempuan. Untuk memenuhi

produkifmanusiA bail sebagai wadahnya nraupun sebasai faklo. p'oduksi') lndonesia sebasai slah salu negara berkenbang yang sebagian besar. rakyarnya nEngganlunskan hidup

Dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Media (KKM) di Radio Sonora Yogyakarta penulis mendapat banyak ilmu tentang editor dalam melakukan editing untuk produksi iklan di

4 Karyawan harus berusaha bekerja keras untuk hasil maksimal sesuai kompetensi. 5 Karyawan harus saling bekerja sama untuk menghasilkan sinergi optimal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru pendidikan jasmani terhadap Elemen Perubahan Kurikulum 2013 dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMA Negeri se-Kabupaten

HADITS TENTANG WAKAF DAN SHADAQAH BAB I.. PENDAHULUAN BAB II