• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DI KABUPATEN SINJAI STUDI KASUS DESA POLEWALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DI KABUPATEN SINJAI STUDI KASUS DESA POLEWALI"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

STRATEGI PENGEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DI KABUPATEN SINJAI STUDI KASUS

DESA POLEWALI

MAZLAN NIM: 4618103014

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2020

(2)

ii

DESA POLEWALI

Tesis

Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Seminar Hasil

Program Studi Administrasi Publik

Disusun dan diajukan oleh

MAZLAN

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2020

(3)

HALAMAN PENERIMAAN

PadaHari / Tanggal : ………

TesisAtasNama :MAZLAN

NIM : 4618103014

TelahDiterimaolehPanitiaUjianTesis Program Pascasarjana untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Magister Pada Program Studi Administrasi Publik.

PANITIA UJIAN TESIS

Ketua : Prof.Dr. H. Imran Ismail, M. S

(Pembimbing I) (………..)

Sekretaris : Dr. Dra. Hj. Juharni., M.Si.

(Pembimbing II) (………..)

AnggotaPenguji :1. Dr. Syamsul Bahri, S.Sos., M.Si. (………..)

2. Dr. Drs. H. Zainuddin Mustafa, M. Si (……….)

Makassar, ……….

DirekturPascasarjana

Prof. Dr. Ir. Batara Surya, M.Si

NIDN : 09 31 01 74 02

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul :Strategi Pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Kabupaten Sinjai Studi kasus Desa Polewali.

2. NamaMahasiswa : Mazlan

3. NIM : 4618103014

(4)
(5)

v Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Mazlan

NIM : 4618103014

Program Studi : Administrasi Publik

Judul Tesis : Strategi Pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Kabupaten Sinjai Studi Kasus Desa Polewali.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya serahkan ini benar- benar merupakan hasil karya saya sendiri.

Seluruh ide dan gagasan yang ada dalam tesis ini adalah merupakan ide dan gagasan saya sendiri, kecuali beberapa referensi dari berbagai sumber baik media cetak maupun elektronik (internet) dan kutipan dari informan.

Jika pernyataan ini terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Bosowa Makassar.

Makassar, Juli 2020 Pembuat Pernyataan

MAZLAN Materai

6.000

(6)

vi

Dengan penuh suka cita, penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber hikmat dan pengetahuan, atas kasih setia –Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Melalui penulisan karya yang sederhana ini, banyak pengetahuan baru yang penulis dapatkan. Belajar bersabar, belajar menghargai bahkan belajar ilmu yang berkenaan dengan judul skripsi yang penulis ajukan adalah suatu pencapaian yang sangat berharga untuk ukuran hidup penulis.

Tetapi dibalik semua itu, tentu tidak terlepas dari bimbingan dan arahan orang - orang yang menyayangi dan juga penulis sayangi yang telah member support kepada penulis sebelum bahkan sesudah karya tulis ini berhasil diselesaikan. Oleh karena itu, sepatutnyalah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dari hati yang paling dalam kepada:

1. Bapak Prof. Dr H.M Salle Pallu. M.Eng, selaku Rektor Universitas Bosowa Makassar.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Batara Surya, M.Si Selaku Direktur Pascasarjana Universitas Bosowa Makassar.

3. Kepada Bapak Prof. Dr. H. Andi Rasyid Selaku Ketua Program Studi Jurusan Ilmu Administrasi Publik.

4. Bapak Prof. Dr. H. Imran Ismail, M. Si, selaku pembimbing I dan Ibu Dr. Dra.

Hj. Juharni, M. Di. Selaku pembimbing II yang telah mengorbankan waktu dan telah memberikan dorongan moral serta arahan selama penulisan ini.

(7)

vii

yang telah memberikan ilmunya dan para pegawai maupun staf yang telah banyak membantu penulis selama dibangku perkuliahan.

Semoga segala bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis diberkati oleh yang Maha Kuasa. Harapan penulis semoga karya ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas, para akademisi, kepada pemerintah propinsi Sulawesi Barat dan secara khusus dibidang pemerintahan jurusan Administrasi Publik.

Olehnya itu dengan segala kerendahan hati, penulis membuka diri untuk menerima kritikan, koreksi dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak demi menyempurnakan tulisan ini. Akhirnya penulis mengucapkan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa mencurahkan berkat-Nya dalam kehidupan kita semua.

Makassar, Juli 2020

Peneliti

(8)

viii

Mazlan, 2020. Strategi Pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Kabupaten Sinjai Studi Kasus Desa Polewali. Program Studi Administrasi Publik, Pascasarjana Universitas Bosowa Makassar Pembimbing : (1) H. Imran Ismail (2) Juharni.

Pengembangan kawasan pedesaan memiliki peran penting dalam mendukung pembangunan nasional. Oleh karena itu, pengembangan diarahkan dalam pemanfaatan sumber daya yang ada. Diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap kota. BUMDes Polewali Maju menjadi salah satu bagian dalam proses pemanfaatan sumber daya yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk:

(1) Mengetahui system pelaksanaan pengelolaan BUMDes Polewali Maju di Desa Polewali Kabupaten Sinjai; dan (2) Mengetahui cara meningkatkan pengembahan usaha BUMDes Polewali Majudi Desa Polewali Kabupaten Sinjai. Penelitian ini menggunakan pendekatan diskriptif kualitatif, subyek penelitian ini adalah BUMDes Polewali Maju, dengan informan kunci adalah Direktur BUMDes, dan informan adalah Kepala Desa, staf BUMDes, Kepala Dinas PMD Sinjai dan Kabid PMD Sinjai.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan pengelolaan BUMDes Polewali Maju dilakukan berdasarkan regulasi yang mengatur, seperti proses pembentukan kelembagaan dan ketersediaan sarana dan prasarana. (2) Cara mengembangkan usaha BUMDes Polewali Maju dilakukan melalui interpensi keuangan (Permodalan) dari pemerintah Desa Polewali, memberdayakan masyarakat untuk ikut serta dalam pengembangan BUMDes, membina masyarakat dan petugas BUMDes melalui pelatihan dan pendampingan serta mengembangkan kemitraan dengan para pihak yang bertujuan untuk membantu pemasarean hasil produksi BUMDes Polewali Maju yaitu produk air minum kemasan. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah bahwa pelaksanaan pengelolaan BUMDes di Desa Polewali sudah dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan tatakerja yang telah dibuat bersamaan tarseluruh pihak terkait dengan BUMDes Polewali Maju. Penentuan kelembagaan BUMDes juga dilakukan dengan baik karna sudah tidak melibatkan perangkat Desa. Hanya saja kelegkapan saran dan prasaranan BUMDes masih sangat terbatas. Sementara berkaitan dengan cara pengembangan usaha BUMDes masih belum produktif, seperti kerja sama dengan para pihak, pelatihan dan pendampingan yang minim.

Kata Kunci: Strategi Pengembangan Badan Usaha Milik (BUMDesa).

(9)

ix ABSTRACT

Mazlan, 2020.Strategy for Developing Village-Owned Enterprises (BUMDes) in Sinjai Regency Case Study of Polewali Village. Public Administration Study Program, Postgraduate, Bosowa University Makassar Supervisor: (1) H. Imran Ismail (2) Juharni.

Rural area development has an important role in supporting national development. therefore, development is directed towards the utilization of available resources. It is expected to reduce dependence on the city.

PolewaliMajuBUMDes is one part of the process of utilizing existing resources.

This study aims to: (1) Know the implementation system of PolewaliMajuBUMDes management in Polewali Village, Sinjai Regency; and (2) Knowing how to increase PolewaliMajuBUMDes business development in Polewali Village, Sinjai Regency. This study used a qualitative descriptive approach, the subjects of this study were BUMDesPolewaliMaju, with key informants being BUMDes Directors, and informants were Village Heads, BUMDes staff, Sinjai PMD Office Heads and Sinjai PMD Heads.

The results showed that: (1) The implementation of the PolewaliMajuBUMDes management was carried out based on the regulations that govern it, such as the process of institutional formation and the availability of facilities and infrastructure. (2) How to develop BUMDes Advanced Polewali business is done through financial interventions (Capital) from the Polewali Village government, empowering the community to participate in BUMDes development, fostering community and BUMDes officers through training and mentoring and developing partnerships with parties aiming to assist in supplying PolewaliMaju'sBUMDes production results are bottled water products. The conclusion from the results of the study is that the implementation of BUMDes management in Polewali Village has been carried out in accordance with applicable regulations and work procedures that have been made jointly between all parties related to PolewaliMajuBUMDes. The determination of BUMDes institutions is also done well because it does not involve village officials. It's just that BUMDes are still very limited and marketable. While related to how the BUMDes business development is still not productive, such as cooperation with the parties, training and assistance is minimal.

Keywords: Strategy for Developing Village-Owned Enterprises (BUMDes)

(10)

x

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENERIMAAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Konsep Strategi ... 8

B. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat... 14

C. Konsep Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ... 19

1. Pengertian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ... 20

2. Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ... 29

3. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ... 36

D. BUMDes Sebagai Penguatan Ekonomi Desa ... 39

E. Penelitian Terdahulu ... 41

F. Kerangka Konseptual ... 43

(11)

xi

B. Teknik dan Pendekatan Penelitian ... 46

C. Informan Penelitian ... 47

D. Jenis dan Sumber Data ... 47

E. Deskripsi Fokus dan Indikator Fokus Penelitian ... 48

F. Teknik Pengumpulan Data ... 50

G. Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 53

1. Letak Geografis dan Demografi Desa Polewali ... 53

2. BUMDes Polewali Maju Desa Polewali ... 57

B. Temuan Penelitian ... 61

1. Pelaksanaan Pengelolaan BUMDes Desa Polewali Kabupaten Sinjai ... 61

2. Konsep Meningkatkan Pengembangan Usaha BUMDes Di Desa Polewali ... 77

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 87

1. Pelaksanaan Pengelolaan BUMDes Desa Polewali Kabupaten Sinjai ... 87

2. Konsep Meningkatkan Pengembangan Usaha BUMDes Di Desa Polewali ... 91

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 95 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Surat Ijin Penelitian

2. Hasil Wawancara Mendalam 3. Dokumentasi

(12)

xii

Tabel4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia ... 54

Tabel4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 55

Tabel4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 56

Tabel 4.4. Pendapatan BUMDes Maju Polewali ... 81

(13)

xiii

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 45

(14)

xiv

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 99 Lampiran 2 Hasil Wawancara Mendalam ... 100

(15)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan unit pemerintahan terkecil Desa yang jumlahnya cukup tinggi. Desa adalah kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang Kepala Desa) atau desa merupakan kelompok rumah diluar kota yang merupakan kesatuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2013). Berkaitan dengan desa, pemerintah telah mengesahkan peraturan yang mengatur khusus tentang pemerintahan desa, yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa atau yang disebut dengan UU Desa.

Desa merupakan agen pemerintah yang paling depan dalam melaksanakan pembangunan, karena pembangunan ditingkat desa berkenaan langsung dengan masyarakat. Salah satu misi pemerintah adalah membangun daerah pedesaan yang dapat dicapai melalui pemberdayaan masyarakat untuk meningkatan produktivitas dan keanekaragaman usaha pedesaan, ketersediaan sarana dan fasilitas untuk mendukung ekonomi pedesaan, membangun dan memperkuat institusi yang mendukung rantai produksi dan pemasaran, serta mengoptimalkan sumber daya sebagai dasar pertumbuhan ekonomi pedesaan.

Tujuannya adalah untuk memberi peluang bagi kemampuan daerah dan perdesaan sebagai tulang punggung ekonomi regional dan nasional.

Pembangunan desa saat ini merupakan poros kemandirian yang dapat membuat perekonomian disuatu bangsa dapat dikatakan baik. Dengan adanya

(16)

kemajuan ekonomi yang terjadi di perdesaan yang kuat dapat berimbas pada kesejahteraan masyarakat luas. Pembangunan desa merupakan salah satu cara dalam upaya mengentaskan kemiskinan di Indonesia.

Pengembangan basis ekonomi di pedesaan sudah semenjak lama dijalankan oleh pemerintah melalui berbagai program. Namun, upaya itu belum membuahkan hasil yang memuaskan sebagaimana diinginkan bersama.

Terdapat banyak faktor yang menyebabkan kurang berhasilnya program- program tersebut. Salah satu faktor yang paling dominan adalah intervensi pemerintah yang terlalu besar, akibatnya justru menghambat daya kreativitas dan inovasi masyarakat desa dalam mengelola dan menjalankan mesin ekonomi di pedesaan. Sistem dan mekanisme kelembagaan ekonomi di pedesaan tidak berjalan efektif dan berimplikasi pada ketergantungan terhadap bantuan pemerintah sehingga mematikan semangat kemandirian (Panduan Manajemen Badan Usaha Milik Desa, 2016).

Untuk mewujudkan desa yang mandiri, maka diperlukan sumber pendapatan bagi desa yang berasal dari desa tersebut. Kemandirian yang dimaksud adalah proses yang dilakukan pemerintah desa bersama masyarakat untuk melakukan kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhannya sesuai kemampuan yang dimiliki. Dalam mendorong pembangunan ditingkat desa, pemerintah memberikan kewenangan kepada pemerintah desa untuk mengelola daerahnya secara mandiri, salah satunya adalah melalui lembaga ekonomi yang berada ditingkat desa yakni Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disingkat BUMDes.

(17)

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. BUMDes diharapkan mampu menstimuli dan menggerakkan roda perekonomian di pedesaan. Asset ekonomi yang ada di desa harus dikelola sepenuhnya oleh masyarakat desa.

Substansi dan filosofi BUMDes harus dijiwai dengan semangat kebersamaan dan self help sebagai upaya memperkuat aspek ekonomi kelembagaannya. Pada tahap ini, BUMDes akan bergerak seirama dengan upaya meningkatkan sumber-sumber pendapatan asli desa, menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat dimana peran BUMDes sebagai institusi payung dalam menaungi. Upaya ini juga penting dalam kerangka mengurangi peran free-rider yang seringkali meningkatkan biaya transaksi dalam kegiatan ekonomi masyarakat melalui praktek rente (Nurcholis, 2011).

Kabupaten Sinjai memiliki sekitar 67 BUMDes disetiap desa yang tersebar di 9 Kecamatan. Jenis usaha yang dilakukan oleh BUMDes yang ada di Kabupaten Sinjai diantaranya: 1) Simpan pinjam untuk kegiatan usaha tani dan perdagangan, 2) Pengelolaan kios usaha seperti kios pertanian dan kios perdagangan, 3) Pengelolaan air bersih, 4) Pengelolaan pasar, 5) Peternakan, dan 6) Pengelolaan Air Kemasan.

BUMDes yang ada di Kabupaten Sinjai memiliki tingkat perkembangan usaha yang berbeda, dimana terbagi menjadi dua kategori, yaitu pada tingkat “Baik” dan “Berjalan”. Pada kategori “Baik” terdapat 59

(18)

BUMDes sedangkan sisanya 8 BUMDes masih dalam kategori “Berjalan”.

(Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Sinjai, 2020)

Pembangunan lembaga ekonomi Desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa Polewali Kabupaten Sinjai sudah berjalan sebagaimana yang diatur dalam peraturan daerah (PERDA) Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembentukan Dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dan disertai peraturan Desa (PERDES) Desa Polewali Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Salah satu produk unggulan BUMDes di Desa Polewali adalah produk air minum kemasan. Pemilihan jenis usaha BUMDes ini dikarenakan di Desa Polewali potensi air dari perbukitan sangat memungkinkan untuk diolah dan dikelolah sendiri. Apalagi kebutuhan masyarakat baik di Desa Polewali maupun di Desa tetangga, ketergantungan terhadap air kemasan sangat tinggi.

Dari hasil praobservasi yang peneliti lakukan pada tanggal 20 Februari 2020 di Desa Polewali Kabupaten Sinjai ditemukan distribusi air kemasan sangat tinggi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat Desa dan juga ditemui dirumah-rumah penduduk bahkan dalam rapat-rapat pemerintahan. Sangat mudah untuk menemukan air minum kemasan produk BUMDes Desa Polewali. Bahkan ketika peneliti dalam proses praobservasi tersebut sudah disuguhkan dengan air kemasan hasil produksi BUMDes Desa Polewali di Kantor Desa Polewali.

(19)

Beberapa masalah mendasar yang peneliti temukan dilapangan salah satunya adalah persoalan pemasaran diluar dari Kabupaten Sinjai. Produk air kemasan hasil produksi BUMDes Desa Polewali sampai sekarang belum mengantongi sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI) yang merupakan prasyarat mutlak ketika akan memasarkan kepada daerah lain diluar Sinjai.

Izin operasi yang dimilki hanya sebatas izin yang berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sinjai.

Selain itu masalah lainnya adalah proses pengorganisasian produk hasil BUMDes Kabupaten Sinjai masih sangat lemah. Stimulus pemerintah dalam merangsang pergerakan produksi BUMDes masih sangat minim. Sebut saja misalnya dalam kegiatan-kegiatan instansi pemerintah di Kabupaten Sinjai hampir semua kantor dalam kegiatan rapat menggunakan air kemasan yang bukan merupakan hasil produksi BUMDes Kabupaten Sinjai sementara di Desa Polewali di Kabupaten Sinjai sudah memproduksi air kemasan yang kualitas airnya juga sangat baik.

Oleh karena itu, bertolak dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait

“Strategi Pengembangan Usaha Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Kabupaten Sinjai Studi Kasus Desa Polewali”.

B. Rumusan Masalah

Berdasar pada latar belakang yang telah dikemukakan diatas sehingga dapat membedah segala masalah tersebut sekaligus untuk mencarikan alternatif solusi, maka dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian ini.

Adapun rumusan masalah tersebut adalah:

(20)

1. Bagaimana Pelaksanaan Pengelolaan BUMDes di Kabupaten Sinjai di Desa Polewali?

2. Bagaimana meningkatkan pengembangan usaha BUMDes di Kabupaten Sinjai Desa Polewali?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan BUMDes di Kabupaten Sinjai Desa Polewali.

2. Untuk mengetahui cara meningkatkan pengembangan usaha BUMDes di Kabupaten Sinjai Desa Polewali?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Terhadap Dunia Akademik

Secara umum, penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi terhadap paradigma yang lebih baru dalam ilmu administrasi, khususnya pengembangan kegiatan pemerintahan dalam masyarakat di Desa. Sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana dan media untuk memperluas dan mengembangkan suatu wawasan berpikir yang lebih maju terhadap konsep pengembangan masyarakat berbasis social ekonomi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini juga diharapkan bermanfaat sebagai masukan atau sumbangan pemikiran, khususnya bagi kalangan praktisi pembangunan

(21)

di Desa. Bahwa saat ini konsepsi pembanguan Desa semakin menunjukkan kerumitannya karna itu diperlukan penelitian yang ilmiah dan konperehensif sehingga upaya pembangunan masayrakat Desa lebih baik.

(22)

8

KAJIAN TEORI

A. Konsep Strategi

Menurut Buchory (2005:1) strategi adalah suatu kesatuan rencana yang menyeluruh, kompehesif, dan terpadu yang diarahkan untuk mencapai tujuan dari suatu apa yang telah terjadi. Menurut Chandler dalam Umar (2010:16) strategi merupakan alat untuk mecapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.

Sedangkan menurut Stephanie K. Marrus dalam Umar (2010:16) strategi didefiniskan sebagai suatu proses penentuan rencana oleh pemimpin puncak yang organisasi, serta penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

Sementara itu menurut David (Sunardi, 2009:18) bahwa strategi adalah sasaran bersama dengan tujuan jangka panjang hendak dicapai. Dengan adanya strategi maka ini merupakan wadah untuk bekerja sama didalam mencapai tujuan serta sasaran yang ingin dicapai. Stratgei menunjukkan bagaimana organisasi akan bekerja untuk mencapi misi dan tujuantujuannya, atau merupakan action plan organisasi untuk mencapai misinya.

Menurut Mintzhberg dalam Budhita (2004:8) menyatakan bahwa strategi dapat difenisikan dari lima segi, yaitu :

a. Strategi sebagai rencana (plan), yaitu sejenis aksi yang ingin dilakukan, sejumlah paduan yang dibuat sebelum aksi, dan dibangun dengan sadar dan dengan tujuan tertentu.

(23)

b. Strategi sebagai pola (pattern), yaitu pola gelombang aksi. Dengan kata lain , strategi adalah konsistensi perilaku, baik yang diharapan mampu yang tidak diharapkan.

c. Strategi sebagai cara (play), yaitu cara untuk mengalahkan rival dalam situasi kompetetif atau tawar menawar.

d. Strategi sebagai posisi (position), yaitu alat menempatkan organisasi pada suatu lingkungan. Dari defenisi ini, strategi menjadi kekuatan dalam memediasi atau menyesuaikan antara organisasi dan lingkungan, antara konteks internal, dan konteks eksternal.

e. Strategi sebagai prespektif (perspective), yaitu suatu tujuan kedalam organisasi tentang bagaimana organisasi tersebut mempresepsikan lingkungannya. Hal ini berimplikasi bahwa semua strategi yang diasumsikan sebagai konsep atau abstraksi yang ada dalam pikiran pihak yang berkepentingan.

Menurut James Brian Quinn (Mintzberg, Lampel, Quinn, Ghoshal :2003),analisis strategi militer diplomatik dan analogi-analogi yang serupa dalam bidang lain menyediakan beberapa wawasan penting ke dalam dimensi dasar, sifat dan desain strategi formal.Pertama, strategi efektif mengandung tiga unsur penting:

a. Tujuan Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai oleh suatu organisasi/instansi. Tujuan merupakan salah satu dimensi yang dapat menciptakan sebuah strategi karena penetapan tujuan sangat berkaitan langsung dengan strategi yang akan digunakan oleh sebuah organisasi atau

(24)

instansi dalam pencapaian tujuannya dimana ketika tujuan sudah ditetapkan maka kita dapat mengetahui strategi yang akan digunakan.

b. Kebijakan Kebijakan merupakan rangkaian keputusan yang membimbing dan membatasi tindakan yang dilakukan. Kebijakan dibuat untukmenetapkan arah suatu tujuan yang ditetapkan sehingga pembuatankebijakan lebih memudahkan untuk mengarahkan suatu organisasi atau instansi dalam menerapkan suatu strategi.

c. Program Program merupakan urutan-urutan tindakan yang dilakukan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Program dimaksudkan untuk mengatur segala tindakan-tindakan yang akan dilakukan sehingga strategi yang akan diterapkan dapat terlaksana dengan maksimal. Strategi merupakan salah satu aspek perencanaan yang mana penentuan strategi berada didalam tahap perencanaan.

Menurut Siagian (2012) perencaaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan dating dalm rangka pencapaian yang telah ditentukan.

Menurut Dess dan Lumpkin dalam Kuncoro (2006:6-9) yang menjelaskan tiga proses berkelanjutan strategi yaitu :

a. Analisis Manajemen stratejik menitikberatkan pada analisis hierarki tujuan stratejik (visi, misi dan sasaran stratejik) bersamaan dengan analisis lingkungan internal dan eksternal organisasi.

b. Keputusan Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapi dengan tegas. Di dalam langkah tersebut keputusan mengenai apa yang

(25)

seharusnya akan dilakukan didalam organisasi itu sendiri. Tentu saja ini mempunyai peran sebagai penengah diantara langkah analisis dengan aksi.

c. Aksi Langkah ini adalah suatu implementasi dari strategi tersebut dari keputusan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk mengalokasikan sumber daya yang diperlukan dan mendesain organisasi agar strategi yang dipilih menjadi sebuah kenyataan.

Strategi memenentukan arah keseluruhan dan tindakan focus organisasi, formulasinya tidak dianggap sebagai generasi belaka dan keselarasan program untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan.

Lebih lanjut lagi penjelasan dari Dess & Lumpkin (dalam Kuncoro, 2005:13) bahwa strategi dapat dilihat sebagai suatu proses yang meliputi sejumlah tahapan yang saling berkaitan dan berurutan. Tahapan utama dalam proses strategi pada umumnya mencakup analisis situasi, formulasi strategi, dan evaluasi strategi. Penjelasan dari tahapan proses strategi adalah sebagai berikut :

a. Analisis situasi, yaitu meliputi deteksi dan evaluasi konteks organisasi, lingkungan eksternal dan lingkungan internal.

b. Formulasi strategi, yaitu mencakup desain dan pilihan strategi yang sesuai.

c. Implementasi strategi, yaitu proses bagaimana melaksanakan strategi yang telah diformulasikan dengan tindakan nyata.

d. Evaluasi strategi, yaitu proses mengevaluasi bagaimana strategi di implementasikan dan sejauh mana mempengaruhi kinerja.

(26)

Menurut Dess Gregory G dan Miller Alex (dalam Buchory,2005:2-5), membagi dalam dua bentuk yaitu strategi yang dikehendaki dan strategi yang direalisasikan : Strategi yang dikehendaki (intended strategic) terdiri dari tiga elemen yaitu:

1. Sasaran-sasaran (goals), apa yang ingin dicapai dalam pelaksanaan pencapaian tujuan. Selain itu sasaran terbagi lagi menjadi tiga tingkatan menjadi : a. Visi (vision) yang merupakan kerangka acuan kegiatan nyata yang terpadu, b. Misi (mission), yaitu banyaknya sasaran yang harus dicapai sebagai tugas dan prinsip utama guna mewujudkan visi, c. Tujuan- tujuan (objectives), yaitu tujuantujuan yang khusus dan spesifik harus dicapai demi tercapainya tujuan akhir yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Kebijakan (policies) merupakan garis pedoman untuk bertindak guna mencapai sasaran ayau tujuan-tujuan tadi.

3. Rencana-rencana (plans) merupakan pernyataan dari tindakan terhadap apa yang diharapkan akan terjadi.

Karl Von Clausewitz (1997:5-24) berpendapat bahwa pengertian strategi adalah pengetahuan tentang penggunaan pertempuran untuk memenangkan peperangan. Dalam abad modern ini, penggunaan istilah strategi tidak lagi terbatas pada konsep atau seni seorang panglima dalam peperangan, tetapi sudah digunakan secara luas hampir dalam semua bidang ilmu.

Hamel dan Prahalad(1997:15) pengertian strategi adalah tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta

(27)

dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir dimulai dari apa yang terjadi dan bukan dimulai dari apa yang tidak terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies).

Perusahaan perlu mencari kompetensi inti didalam bisnis yang dilakukan. Konsep Strategi Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang di susun. Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut. (Rangkuti, 2005:5-6):

a. Distinctive Competence: tindakan yang di lakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih baik di bandingkan pesaingnya.

Distinctive Competence menjelaskan kemapuan spesifik suatu organisasi.

Day dan Wensley (1988:26) mengemukakan ada dua identifikasi Distinctive Competence dalam suatu organisasi yaitu keahlian tenaga kerja

dan kemampuan sumber daya. Dua faktor tersebut menyebabkan perusahaan ini dapat lebih unggul di bandingkan dengan pesaingnya.

Keahlian sumber daya manusia yang tinggi muncul dari kemampuan membentuk fungsi khusus yang lebih efektif di bandingkan dengan pesaingnya.

b. Competitive advantage: Kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.

Keunggulan bersaing disebabkan oleh pilihan strategi yang dilakukan

(28)

perusahaan untuk merebut peluang pasar. Ada tiga strategi yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperoleh keunggukan bersaing yang dinyatakan oleh Michael Porter (1992), adalah cost leadership, differensiasi, dan fokus.

B. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Pada hakikatnya upaya-upaya pembangunan di tingkat komunitas memfokuskan pada pemberdayaan warga komunitas dengan melakukan power sharing agar masyarakat memeliki kemampuan dan kesejahtraan dengan beragam stakeholders lainya. Oleh kerna itu, semua stakeholders sebagai pelaku perubahan sebagai perubahan dalam proses pembangunan berupa memberdayakan warga komunitas (dari kekurangan berdaya menjadi lebih berdaya) baik dari tingkat individu, keluaga, kelompok-kelompok sosial, ataupun komunitas guna mencapai kehidupan lebih baik.

Istilah pemberdayaan (empowerment) Menurut Ginanjar Kartasasmita, pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya (masyarakat) dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi serta berupaya untuk mengembangkan. Sedangkaan menurut Wuradji yang dikutip oleh Azis pemberdayaan adalah sebuah proses penyadaran masyarakat yang dilakukan secara transformative, partisipatif dan berkesinambungan melalui peningkatan kemampuan dalam menanganiberbagai persoalan dasar yang dihadapi dan meningkatkan kondisi hidup sesuai dengann harapan.

Dengan kata lain pemberdayaan merupakan sebuah proses dan tujuan.

Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk

(29)

memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sedangkan sebagai tujuan, maka pemberdayaan menujuk pada keadaan atau hasil yang ingindicapai oleh sebuah perubahan sosial. Pemberdayaan berarti menyediakan sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan dalam rangka meningkatkan kemapuan warga miskin untuk menentukan masa depannya sendiri berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.

Menurut Jim Ife pemberdayaan adalah memberikan sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan kepada warga untuk meningkatkan kemapuan mereka dalam menentukan masa depannya sendiri dan berpartisipasi dalam mempengaruhi kehidupan dari masyarakat. Cara meningkatkan kesejahteraan rakyat dilakukan dengan mengembangkan kebijakan khusus, melaksananakan program khusus. Dan banyak lagi program-program yang kita jalankan selama ini, agar rakyat kita makin kedepan makin berkemampuan. dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat melaksanakan dua program khusus yaitu:

a. Program yang pertama adalah memberikan bantuan langsung kepada mereka yang tidak mampu, yang miskin. Misalnya beras untuk rakyat miskin, kemudian askeskin, BOS, subsidi untuk berbagai profesi petani dan lain-lain.

b. Program kedua adalah menyediakan lapangan kerja, yang bisa langsung mengurangi kemiskinan, itu bisa dikembangkan lebih baik lagi, yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, termasuk koperasi.

(30)

Pemberdayaan masyarakat sejalan dengan prinsip pembangunan yang berkelanjutan jika programnya dirancang dan dilaksanakan dengan memperhatikan keberlanjutan dari segi ekonomi maupun dari segi sosial.

Berkelanjutan ekonomi berarti bahwa tidak ada eksploitasi ekonomi dari pelaku ekonomi yang kuat terhadap yang lemah. Dalam kaitannya ini, maka perlu ada kelembagaan ekonomi yang menyediakan, menampung, dan memberikan akses bagi setiap pelaku. Proses pemberdayaan masyarakat sebagaimana digambarkan oleh United Nations meliputi:

a. Getting to know the local community. Mengetahui karekteristik masyarakat

setempat (lokal) yang akan diberdayakan, termasuk pemberdayaan karekteristik yang memberdayakan masyarakat desa yang satu dengan yang lainnya. Mengetahui artinya untuk memberdayakan masyarakat diperlukan hubungan timbal balik anara petugas dengan masyarakat.

b. Gathering knowledge abaut the local community. Mengumpulan

pengetahuan yang menyangkut informasi mengenai masyarakat setempat.

Pengetahuan tersebut merupakan informasi faktual tentang distribusi penduduk menurut umur, seks, pekerjaan, ingkat pendidikan, status sosial ekonomi, termasuk pengetahuan tentang nilai, sikap, ritual dan custum, jenis pengelompokan, serta faktor kepemimpinan yang baik formal maupun informal.

c. Indentifying the local leaders. Segala usaha pemberdayaan masyarakat akan sia-sia jika tidak memperoleh hubungan dari pimpinana, tokoh-tokoh masyarakat setempat. Untuk itu, faktor the local leaders harus selalu

(31)

diperhitungkan karena mereka mempunyai pengaruh yang kuat di dalam masyarakat.

d. Stimulating the comunity to realize that it has promlems. Di dalam

masyarakat yang terkait terhadap adat kebiasaan, sadar atau tidak sadar mereka tidak merasakan meraka mempunya masalah yang perlu dipecahkan. Karena itu, masyarakat perlu pendekatan persuasif agar mereka sadar bahwa mereka mempunyai masalah yang perlu di pecahkan, dan kebutuhan yang harus dipenuhi.

e. Helping people to identify their most pressing problems. Masyarakat

bermakna merangsang masyarakat untuk mendiskusikan masalahnya serta merumuskan masalahnya dalam suasana kebersamaan.

Upaya pemberdayaan, seperti dikatakan Kartasasmita harus dilakukan tiga arah. Pertama menciptakan suasana iklim yang memungkinkan poyensi masyarakat berkembang. Setiap manusia telah memiliki potensi, sehingga pada saat melaksanakan maka pemerdayaan mengupayakan agar mendorong dan membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingkan potensi-potensi yang dimiliki. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat artinya, lanbgkah pemberdayaan di upayakan melaluai aski-aksinya, pendidikan, pelatihan, peningkat kesehatan, pemberian modal, lapangan kerja, pasar, dan prasarana lainnya. Ketiga, melindungi masyarakat hal ini berarti dalam memberdayakan masyarkat perlu di upayakan langkah-langkah yang mencegah persaingan secara tidak seimbang.

(32)

Dalam konteks permasalahan sederhana, ekonomi rakyat merupakan strategi “bertahan hidup” yang dikembangkan oleh penduduk masyarakat miskin, baik dikota maupun di desa-desa. Meningkatkan kesejahteraan, ekonomi merupakan kegiatan dalam pemberdayaan di masyarakat. Ekonomi dapat diartikan sebagai upaya dalam mengelola rumah tangga. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup melalui tiga kegiatan utama yaitu:

produksi, distribusi, dan konsumsi. Pemenuhan hidup dengan kendala terbatasnya sumber daya, erat kaitannya dengan upaya meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan.

Produksi, distribusi, dan konsumsi, merupakan rangkaian kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan sering disebut sebagai proses yang berkesinambungan. Proses ini berjalan secara alamiah sejalan dengan perkembangan masyarakat dibidang sosial, ekonomi, budaya dan politik.

Secara ekonomi, proses alamiah yaitu bahwa yang menghasilkan (produksi) harus menikmati (konsumsi), dan sebaliknya yang menikmati harus yang menghasilkan.

Dengan demikian pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat yang dengan secara swadaya mengelolah sumberdaya apapun yang dapat dikuasainya, dan ditunjukan untuk memenuhui kebutuhan dasarnya dan keluarganya. Upaya pembangunan ekonomi masyarakat mengarah pada perubahan struktur yaitu memperkuat kedudukan dan peran ekonomi rakyat dalam perekonomian nasional.

(33)

C. Konsep Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Reformasi di bidang penyelenggaraan pemerintahan yang bergulir sejak tahun 1998 membawa dampak nyata dan luas perubahan dalam system pemerintahan dari kekuasaan yang sangat sentralistis ( jaman Orde Baru) ke dalam sistem otonomi dengan desentralisasinya. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian berubah menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004 dan kemudian terakhir diperbaharui melalui UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Perubahan pelaksanaan pemerintahan dengan Otonomi pada Daerah Kabupaten/Kota telah melahirkan perubahan yang signifikan terutama yang berhubungan dengan pelaku pembangunan, pengambilan keputusan dalam perencanaan pembangunan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan.

Tetapi dalam kenyataannya praktek penyelenggaraan otonomi daerah masih banyak kendala antara lain kurang kreativitas dan partisipasi masyarakat secrara kritis dan rasional, sehingga perlu dicarikan jalan keluar secara sungguh-sungguh sesuai amanat undang-undang Pemerintahan Daerah yang berlaku.

Pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai model pembangunan berakar kerakyatan adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat sebagian masyarakat kita yang masih terperangkap pada kemiskinan dan keterbelakangan. Di tinjau dari sudut pandang penyelenggaraan Administrasi Negara, pemberdayaan masyarakat tidak semata-mata sebuah konsep ekonomi tetapi secara implicit mengandung pengertian penegakan demokrasi ekonomi (yaitu kegiatan ekonomi

(34)

berlangsung dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat). Dengan demkian konsep ekonomi yang dimaksud menyangkut penguasaan teknologi, pemilikan modal, akses pasar serta ketrampilan manajemen. Oleh karena itu agar demokrasi ekonomi dapat berjanan, maka aspirasi harus ditampung dan dirumuskan dengan jelas oleh birokrasi pemerintah dan tertuang dalam rumusan kebjakan public (public policies) untuk mencapai tujuan yang dikehendaki masyarakat.

Gerakan pembangunan yang dilakukan pemerintah secara essensial harus dibarengi dengan menggerakkan partisipasi masyarakat yang lebih besar untuk kegiatan yang dilakukannya sendiri. Dengan demikian menjadi tugas yang sangat penting bagi menegemen pembangunan untuk menggerakkan, membimbing, menciptakan iklim yang mendukung kegiatan pembangunan yang dilakukan masyarakat. Upaya-upaya ini dilakukan melalui kebijaksanaan, peraturan dan kegiatan pembangunan pemerintah yang diarahkan untuk menunjang, merangsang dan membuka jalan bagi kegiatan pembangunan masyarakat.

1. Pengertian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) secara etimologi berasal dari beberapa kata yaitu badan usaha yang diartikan kesatuan yurudis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan sedangkan milik dapat diartikan sebagai kepemilikan atau kepunyaan sementara Desa adalah kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintah sendiri (KBBI). Dengan demikian, BUMDes merupakan usaha yang dilakukan oleh sistem

(35)

pemerintah yang terdapat hukum yang menaungi secara teknis dalam sektor perekonomian masyarakat.

Dalam buku panduan BUMDes yang dikeluarkan Departemen Pendidikan Nasional, BUMDes merupakan badan usaha milik desa yang didirikan atas dasar kebutuhan dan potensi desa sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkenaan dengan perencanaan dan penderiannya, BUMDes dibangun atas prakarsa dan partisipasi masyarakat. BUMDes juga merupakan perwujudan partisipasi masyarakat desa secara keseluruhan, sehingga tidak menciptakan model usaha yang dihegemoni oleh kelompok tertentu ditingkat desa.

Anom Surya Putra menyatakan beberapa pengertian dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) diantaranya:

a. BUMDes merupakan salah satu strategi kebijakan untuk menghadirkan institusi negara (Kementrian Desa PDTT) dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Desa (selanjutnya disebut Tradisi Berdesa).

b. BUMDes merupakan salah satu strategi kebijakan membangun Indonesia dari pinggiran melalui pengembangan usaha ekonomi Desa yang bersifat kolektif.

c. BUMDes merupakan salah satu strategi kebijakan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia di Desa.

d. BUMDes merupakan salah satu bentuk kemandirian ekonomi Desa dengan menggerakkan unit-unit usaha yang strategis bagi usaha ekonomi kolektif Desa.

(36)

Maryuani mendefinisikan bahwa BUMDes adalah lembaga usaha yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan membangun kerekatan social masyarakatyang dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa.

BUMDes adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui pnyertaan langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola saet, jasa pelayanan, dan usaha lain untuk sebesar-besarnya kesejahteraaan masyarakat desa.

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintah desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. Ada beberapa jenis usaha yang meliputi pelayanan ekonomi desa. Contohnya adalah:

a. Usaha jasa keuangan, jasa angkutan darat dan air, listrik desa, dan jenis usaha lainnya.

b. Penyaluran Sembilan bahan pokok ekonomi desa.

c. Perdagangan hasil pertanian meliputi tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan agrobisnis.

d. Industri dan kerajinan rakyat.

BUMDes menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pada pasal 213 ayat (1) di sebutkan bahwa “Desa dapat mendirikan badan usaha milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi Desa”. (bahkan oleh Undang-Undang sebelumnya, UU 22/1999) dan Peraturan Pemerintah (PP) No.71 Tahun 2005 Tentang Desa.

(37)

Pendirian badan usaha tersebut harus di sertai dengan upaya penguatan kapasitas dan di dukung oleh kebijakan daerah (Kabupaten/Kota) yang memfasilitasi dan melindungi usaha ini dari ancaman persaingan para pemodal besar. Mengingat badan usaha ini merupakan lembaga ekonomi baru yang beroperasi di pedesaan dan masih membutuhkan landasan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang.

Pembangun landasan bagi pendirian BUMDes adalah pemerintah.

BUMDes didirikan antara lain dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Desa. Berangkat dari cara pandang ini, jika pendapatan asli desa dapat diperoleh dari BUMDes, maka kondisi itu akan mendorong setiap Pemerintah Desa memberikan “goodwill” dalam merespon pendirian BUMDes. Sebagai salah satu lembaga ekonomi yang beroperasi dipedesaan , BUMDes harus memiliki perbedaan dengan lembaga ekonomi pada umumnya. Ini dimaksudkan agar keberadaan dan kinerja, BUMDes mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan warga desa.

Perbedaan BUMDes dengan Lembaga Ekonomi Lainnya Sebagai salah satu lembaga ekonomi yang beroperasi dipedesaan, BUMDes harus memiliki perbedaan dengan lembaga ekonomi pada umumnya. Ini di maksudkan agar keberadaan dan kinerja BUMDes mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat. Di samping itu, agar tidah berkembang sistem usaha kapitalistis di pedesaan yang dapat mengakibatkan terganggunya nilai-nilai kehidupan bermasyarakat.

(38)

Terdapat 7 ciri utama yang membedakan BUMDes denga lembaga ekonomi komersial pada umumnya yaitu:

a. Badan usaha ini di miliki oleh desa dan di kelola secara bersama.

b. Modal usaha bersumber dari desa (51%) dan dari masyarakat (49%) melalui penyertaan modal (saham/andil).

c. Operasionalisasinya menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari budaya local.

d. Bidang usaha yang di jalankan di dasarkan pada potensi dan hasil informasi pasar.

e. Keuntungan yang di peroleh di tujukan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota (penyerta modal) dan masyarakat melalui kebijakan desa Strategi BUMDes dalam Usaha Pengambangan Kebun Singkong (M. Bahrul Rizky).

f. Difasilitasi oleh Pemerintah, PemProv, PemKab, dan PemDes.

g. Pelaksaan operasionalisasi dikontrol secara bersama (PemDes, BPD, anggota)

BUMDes sebagai suatu lembaga ekonomi modal usahanya dibangun atas inisiatif masyarakat dan menganut asas mandiri. Ini berarti pemenuhan modal usaha BUMDes dapat mengajukan pinjaman modal kepada pihak luas, seperti dari Pemerintah Desa atau pihak lain, bahkan melalui pihak ketiga.

Badan usaha Milik Desa dilakukan oleh Pemerintah Desa Bersama dengan masyarakat. Pengelolaan BUMDes dengan langsung melibatkan

(39)

masyarakat diharapkan mampu untuk mendorong perekonomian masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Setiap desa yang telah membentuk Badan Usaha Milik Desa diberikan dana dari pemerintah. Setiap usaha desa yang dijalankan memiliki keunggulan masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang terdapat di desdesa tersebut.

Operasional pengelolaan BUMDes dijalankan dengan mengacu pada anggaran rumah tangga yang disepakati pada awal pendirian BUMDes. Selain itu sehubungan dengan pengelolaan ada beberapa prinsip pengelolaan ada beberapa prinsip pengelolaan BUMDes diantaranya:

a. BUMDes didirikan dengan tujuan yang jelas. Tujuan tersebut direalisasi diantaranya dengan mmberikan pelayanan kebutuhan untuk usaha produktif terutama bagi kelompok miskin dipedesaan, mengurangi praktek ijo (rante) dan pelepasan uang, menciptakan pemerataan kesempatan usaha, dan meningkatkan pendapatan masayarakat.

b. Dalam pengelolaan BUMDes diprediksikan tetep melibatkan orang ketiga yang tidak terdampak pada masyarakat desa itu sendiri, tetapi juga masyarakat dalam cangkupan yang lebih luas (kabupaten). Oleh sebab itu pendirian BUMDes yang diinisiasi oleh masyarakat harus tetep mempertimbangkan keberadaan potensi ekonomi desa yang mendukung pembayaran pajak didesa, dan kepatuhan masyarakat desa terhadap kewajibannya.

(40)

Dalam buku panduan BUMDes yang dikeluarkan Departemen Pendidikan Nasional (2007) dijelaskan tentang prinsip-prinsip pengelolaan BUMDes penting untuk dielaborasi atau diuraikan agar dipahami dan dipersiapkan dengan cara yang sama oleh pemerintah desa, anggota (penyerta modal), BPD, Pemkab, dan masyarakat. Terdapat 6 (enam) prinsip dalam mengelola BUMDes yaitu:

a. Kooperatif, semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus mampu melakukan kerjasama yang baik demi pengembangan dan kelangsungan hidup usahanya.

b. Partisipatif, semua komponen yang terlibat didalam BUMdes harus bersedia secara sukarela atau diminta memberikan dukungan dan kontribusi yang dapat mendorong kemajuan usaha BUMDes

c. Emansipatif, semua kompenen yang terlibat didalam BUMDes harus diperlakukan sama tanpa memandang golongan,suku, dan agama.

d. Transparan, aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat umum harus dapat diketahui oleh segenap lapisan masyarakat dengan mudah dan terbuka.

e. Akuntabel, seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertanggung jawabkan secara teknis maupun administrasi.

f. Sustainable, kegiatan usaha harus dikembangkan dan dilestarikan oleh masyarakat dalam wadah BUMDes

Selain azaz pemberdayaan dan desentralisasi, pembentukan dan pengelolaan BUMDes harus dilakukan berdasarkan: (Chabib Sholeh, 2014)

(41)

a. Azas kesukarelaan, maksutnya keterlibatan seseorang dalam kegiatan pemberdayaan melalui kegiatan pemberdayaan melalui kegiatan BUMDes harus dilakukan tanpa adanya paksaan, tetapi atas dasar keinginannya sendiri yang didorong oleh kebutuhan untuk memperbaiki dan memecahkan masalah kehidupan yang dirusaknya b. Azas kesetaraan, maksutnya semua pihak pemangku kekuasaan yang

berkecimpung di BUMDes memiliki kedudukan dan posisi yang serata,tidak ada yng ditinggikan dan tidak ada yang direndahkan.

c. Azas Musyawarah, maksutnya semua pihak diberikan hak untuk mengemukakan gagasan atau pendapatnya dan saling menghargai perbedaan pendapat. Dalam pengamblan keputusan harus dilakukan musyawarah untuk mencapai mufakat.

d. Azas Keterbukaan, dalam hal ini semua yang dilakukan dalam kegiatan BUMDes dilakukan secara terbuka, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan, dan memupuk rasa saling percaya, sikap jujur dan saling perduli satu sama lain.

Sementara itu menurut (Purnomo, 2004) maksud pembentukan Badan Usaha Milik Desa antara lain:

a. Menumbuhkembangkan perekonomian desa.

b. Meningkatkan sumber pendapatan Asli Desa.

c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan jasa bagi peruntukan hajat hidup masyarakat desa.

d. Sebagai perintis bagi kegiatan usaha di desa.

(42)

Sedagkan tujuan ujuan pembentukan Badan Usaha Milik Desa anatara lain:

a. Meningkatkan peranan masyarakat desa daam mengelola sumbersumber pendapatan lain yang sah.

b. Menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi masyarakat desa, dalam unit-unit usaha desa.

c. Menumbuhkembangkan usaha sektor informal untuk dapat menyerap tenaga kerja masyarakat di desa.

d. Meningkatkan kreatifitas berwira usaha Desa masyarakat desa yang berpenghasilan.17

Usaha yang dapat dijalankan melalui BUMDes antara lain: Pasar desa, Waserda, Transportasi, home industri, perikanan darat, pertanian, simpan pinjam, sumber air, obyek wisata desa, kerajinan rakyat, peternakan, dan argoindustri. BUMDes dapat berfungsi mewadahi berbagai usaha yang dikembangkan di perdesaan. Oleh karena itu, didalam BUMDes dapat terdiri dari beberapa unit usaha berbeda-beda. Ini sebagaimana ditunjukkan pada contoh struktur organisasi BUMDes yang memiliki (tiga) unit usaha yaitu Unit Perdagangan, Unit Jasa Keuangan, dan Unit Produksi. Unit usaha yang berada didalam BUMDes secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a. Unit jasa keuangan, misalnya menjalankan usaha simpan pinjam; b. Unit usaha sektor riil/ekonomi, misalnya menjalankan usaha pertokoan atau waseda, foto copy, sablon, home industri, pengelolaan taman wisata desa, peternakan, perikanan, pertanian, dll.

(43)

2. Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Menurut Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (2007), pengelolaan BUMDes harus diljalankan dengan menggunakan prinsip kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntable, dan sustainable, dengan mekanisme member-base dan self help yang dijalankan secara profesional, dan mandiri.

Berkenaan dengan hal itu, untuk membangun BUMDes diperlukan informasi yang akurat dan tepat tentang karakteristik ke-lokal-an, termasuk ciri sosial-budaya masyarakatnya dan peluang pasar dari produk (barang dan jasa) yang dihasilkan. BUMDes sebagai badan usaha yang dibangun atas inisiatif masyarakat dan menganut asas mandiri, harus mengutamakan perolehan modalnya berasal dari masyarakat dan Pemdes. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan BUMDes dapat memperoleh modal dari pihak luar, seperti dari Pemerintah Kabupaten atau pihak lain, bahkan dapat pula melakukan pinjaman kepada pihak ke tiga, sesuai peraturan perundang-undangan. Pengaturan lebih lanjut mengenai BUMDes tentunya akan diatur melalui Peraturan Daerah (Perda).

BUMDes didirikan dengan tujuan yang jelas.

Tujuan tersebut, akan direalisir diantaranya dengan cara memberikan pelayanan kebutuhan untuk usaha produktif terutama bagi kelompok miskin di pedesaan, mengurangi praktek ijon (rente) dan pelepasan uang, menciptakan pemerataan kesempatan berusaha, dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa.

(44)

Hal penting lainnya adalah BUMDes harus mampu mendidik masyarakat membiasakan menabung, dengan cara demikian akan dapat mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa secara mandiri.

Pengelolaan BUMDes, diprediksi akan tetap melibatkan pihak ketiga yang tidak saja berdampak pada masyarakat desa itu sendiri, tetapi juga masyarakat dalam cakupan yang lebih luas (kabupaten).

Oleh sebab itu, pendirian BUMDes yang diinisiasi oleh masyarakat harus tetap mempertimbangkan keberadaan potensi ekonomi desa yang mendukung, pembayaran pajak di desa, dan kepatuhan masyarakat desa terhadap kewajibannya. Kesemua ini menuntut keterlibatan pemerintah kabupaten. Karakteristik masyarakat desa yang perlu mendapat pelayanan utama BUMDes adalah:

a. Masyarakat desa yang dalam mencukupi kebutuhan hidupnya berupa pangan, sandang dan papan, sebagian besar memiliki matapencaharian di sektor pertanian dan melakukan kegiatan usaha ekonomi yang bersifat usaha informal;

b. Masyarakat desa yang penghasilannya tergolong sangat rendah, dan sulit menyisihkan sebagian penghasilannya untuk modal pengembangan usaha selanjutnya;

c. Masyarakat desa yang dalam hal tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri, sehingga banyak jatuh ke tangan pengusaha yang memiliki modal lebih kuat;

(45)

d. Masyarakat desa yang dalam kegiatan usahanya cenderung diperburuk oleh sistem pemasaran yang memberikan kesempatan kepada pemilik modal untuk dapat menekan harga, sehingga mereka cenderung memeras dan menikmati sebagian besar dari hasil kerja masyarakat desa. (Sumber: Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan, 2007).

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa BUMDes sangat bermanfaat bagi masyarakat desa, baik memiliki usaha produktif maupun yang belum memiliki untuk sama-sama mengembangkan ekonomi masyarakat desa secara bersama-sama.

Karakter BUMDes sesuai dengan ciri-ciri utamanya, prinsip yang mendasari, mekanisme dan sistem pengelolaanya. Secara umum pendirian BUMDes dimaksudkan untuk:

a. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat (standar pelayanan minimal), agar berkembang usaha masyarakat di desa.

b. Memberdayakan desa sebagai wilayah yang otonom berkenaan dengan usaha-usaha produktif bagi upaya pengentasan kemiskinan, pengangguran dan peningkatan PADesa.

c. Meningkatkan kemandirian dan kapasitas desa serta masyarakat dalam melakukan penguatan ekonomi di desa. (Sumber: Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan, 2007).

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa BUMDes memiliki peran yang penting dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat desa dan sebagai kontribusi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa sehingga menunjang program pembangunan di

(46)

desa. Prinsip-prinsip pengelolaan BUMDes penting untuk dielaborasi atau diuraikan agar difahami dan dipersepsikan dengan cara yang sama oleh pemerintah desa, anggota (penyerta modal), BPD, Pemkab, dan masyarakat. Terdapat 6 (enam) prinsip dalam mengelola BUMDes yaitu:

a. Kooperatif

Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus mampu melakukan kerjasama yang baik demi pengembangan dan kelangsungan hidup usahanya. BUMDes merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial (social institution) dan komersial (commercial institution) sehingga membutuhkan kerjasama yang sinergis antara pengurus, pemerintah desa, masyarakat serta instansi terkait. BUMDes sebagai lembaga sosial berpihak kepada kepentinganmasyarakat melalui kontribusinya dalam penyediaan pelayanan sosial. Sedangkan sebagai lembaga komersial bertujuan mencari keuntungan melalui penawaran sumberdaya lokal (barang dan jasa) ke pasar. Dalam menjalankan usahanya prinsip kooperatif harus selalu ditekankan. BUMDes sebagai badan hukum, dibentuk berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, dan sesuai dengan kesepakatan yang terbangun di masyarakat desa.

b. Partisipatif

Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus bersedia secara sukarela atau diminta memberikan dukungan dan kontribusi yang dapat mendorong kemajuan usaha BUMDes. Partisipasi

(47)

masyarakat dalam pengelolaan BUMDes sangat diharapkan dan peran pemerintah dalam melakukan sosialisasi dan penyadaran kepada masyarakat desa melalui pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten tentang arti penting berpartisipasi dalam BUMDes bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Melalui pemerintah desa masyarakat dimotivasi, disadarkan dan dipersiapkan untuk membangun kehidupannya sendiri. BUMDes sebagai suatu lembaga ekonomi modal usahanya dibangun atas inisiatif masyarakat dan menganut prinsip partisipasi. Ini berarti pemenuhan modal usaha BUMDes harus bersumber dari masyarakat. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan BUMDes dapat mengajukan pinjaman modal kepada pihak luar, seperti dari Pemerintah Desa atau pihak lain, bahkan melalui pihak ketiga. Ini sesuai dengan peraturan per undang- undangan (UU 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 213 ayat 3). Penjelasan ini sangat penting untuk mempersiapkan pendirian BUMDes, karena implikasinya akan bersentuhan dengan pengaturannya dalam Peraturan Daerah (Perda) maupun Peraturan Desa (Perdes).

c. Emansipatif

Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus diperlakukan sama tanpa memandang golongan, suku, dan agama. Mekanisme operasionalisasi BUMDes diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat desa tanpa memandang latar belakang perbedaan apapun. Untuk itu, masyarakat desa perlu dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat

(48)

menerima gagasan baru tentang lembaga ekonomi yang memiliki dua fungsi yakni bersifat sosial dan komersial. Dengan tetap berpegang teguh pada karakteristik desa dan nilai-nilai yang hidup dan dihormati.

Maka persiapan yang dipandang paling tepat adalah berpusat pada sosialisasi, pendidikan, dan pelatihan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap peningkatan standar hidup masyarakat desa.

d. Transparan

Aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat umum harus dapat diketahui oleh segenap lapisan masyarakat dengan mudah dan terbuka. Transparansi dalam pengelolaan BUMS sangat diperlukan mengingat BUMDes merupakan lembaga ekonomi yang beroperasi di pedesaan di mana nilai-nilai yang harus dikembangkan adalah kejujuran dan keterbukaan. Kinerja BUMDes mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan warga desa. Disamping itu, supaya tidak berkembang sistem usaha kapitalistis di pedesaan yang dapat mengakibatkan terganggunya nilai- nilai kehidupan bermasyarakat. Keberadaan BUMDes diharapkan mampu mendorong dinamisasi kehidupan ekonomi di pedesaan. Peran pemerintah desa adalah membangun relasi dengan masyarakat untuk mewujudkan pemenuhan standar pelayanan minimal sebagai bagian dari upaya pengembangan komunitas (development based community) desa yang lebih berdaya dan memenuhi prinsip transparansi dalam pengelolaannya.

(49)

e. Akuntabel

Seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertanggung jawabkan secara teknis maupun administratif. Pendirian dan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah merupakan perwujudan dari pengelolaan ekonomi produktif desa yang dilakukan secara akuntabel.

Oleh karena itu, perlu upaya serius untukmenjadikan pengelolaan badan usaha tersebut dapat berjalan secara efektif, efisien, professional, mandiri dan bertanggungjawab. Untuk mencapai tujuan BUMDes dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan (produktif dan konsumtif) masyarakat melalui pelayanan distribusi barang dan jasa yang dikelola masyarakat dan Pemdes. Pemenuhan kebutuhan ini diupayakan tidak memberatkan masyarakat, mengingat BUMDes akan menjadi usaha desa yang paling dominan dalam menggerakkan ekonomi desa. Lembaga ini juga dituntut mampu memberikan pelayanan kepada non anggota (di luar desa) dengan menempatkan harga dan pelayanan yang berlaku standar pasar. Artinya terdapat mekanisme kelembagaan/tata aturan yang disepakati bersama, sehingga tidak menimbulkan distorsi ekonomi di pedesaan disebabkan usaha yang dijalankan oleh BUMDes.

f. Sustainabel

Kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan dilestarikan oleh masyarakat dalam wadah BUMDes. BUMDes didirikan dengan tujuan yang jelas yaitu pemberdayaan ekonomi masyarakat desa. Tujuan tersebut, akan dicapai diantaranya dengan cara memberikan pelayanan

(50)

kebutuhan untuk usaha produktif terutama bagi kelompok miskin di pedesaan, mengurangi praktek ijon (rente) dan pelepasan uang, menciptakan pemerataan kesempatan berusaha, dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa. Hal penting lainnya adalah BUMDes harus mampu mendidik masyarakat membiasakan menabung, dengan cara demikian akan dapat mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa secara mandiri dan berkelanjutan. (Sumber: Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan, 2007).

Terkait dengan implementasi Alokasi Dana Desa (ADD), maka proses penguatan ekonomi desa melalui BUMDes diharapkan akan lebih berdaya. Hal ini disebabkan adanya penopang yakni dana anggaran desa yang semakin besar. Sehingga memungkinkan ketersediaan permodalan yang cukup untuk pendirian BUMDes. Jika ini berlaku sejalan, maka akan terjadi peningkatan PADesa yang selanjutnya dapat digunakan untuk kegiatan pembangunan desa. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hal yang penting dalam upaya penguatan ekonomi desa adalah memperkuat kerjasama, membangun kebersamaan/menjalin kerekatan disemua lapisan masyarakat desa, sehingga itu menjadi daya dorong (steam engine) dalam upaya pengentasan kemiskinan, pengangguran, dan membuk akses pasar.

3. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Prinsip-prinsip pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengacu pada Pedoman

(51)

Umum Good Corporate Governance (GCG) Indonesia Tahun 2006 sebagai berikut:

a. Transparansi (Transparency)

Untuk menjaga ovbyektivitasnya dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. Prinsip transparansi dilaksanakan pengurus BUMDes Wirakarya dengan menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh anggota dan masyarakat.

b. Akuntabilitas (Accountability)

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. Prinsip akuntabilitas dilaksanakan pengurus BUMDes Wirakarya mampu mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar.

Referensi

Dokumen terkait

Proses pembuatan pupuk dari limbah padat industri agar diaplikasikan pada tanaman sawi hijau ( B. Sawi hijau merupakan jenis sayur yang digemari oleh masyarakat

Sejauh ini dari hasil penelitian yang peneliti lakukan terhadap efektifitas yang PNPM Mandiri dalam mengembangkan Usaha Mikro Kecil Menegah yang ada di Desa

Bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Musi Rawas Nomor 12 Tahun 1999 tanggal 15 Juli 1999 tentang Retribusi Izin Gangguan tidak sesuai lagi pada kondisi perkembangan

(2) Pengangkatan dalam JFPLB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan apabila PNS yang bersangkutan memiliki pengalaman dan masih melaksanakan tugas di bidang

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh kepala sekolah di atas bahwa siswa- siswa di MTs Negeri Lubuk Pakam sudah mempunyai motivasi belajar yang bagus, karena

Pada penelitian ini rerata jumlah tunas yang dihasilkan oleh galur padi B7 pada berbagai taraf konsentrasi Fe yang diujikan memberikan hasil yang tidak berbeda

Sedangkan untuk besar nilai efisiensi saluran distribusi jaringan tegangan rendah yang memiliki nilai efisiensi rata-rata terbesar pada saat kapasitas sistem