• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON YANG MENGGUNAKAN CAMPURAN KAPUR PADAM DENGAN PASIR LAUT DAN PASIR SUNGAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON YANG MENGGUNAKAN CAMPURAN KAPUR PADAM DENGAN PASIR LAUT DAN PASIR SUNGAI"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON YANG MENGGUNAKAN CAMPURAN KAPUR PADAM DENGAN PASIR LAUT DAN PASIR

SUNGAI

SKRIPSI

(Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Sipil)

Oleh

MUH HABIL PALISOA 45 11 041 018

JURUSAN SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2017

(2)

SURAT PERNYATAAN

KEASLIAN DAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Muh Habil Palisoa

Nomor Stambuk : 45 11 041 018 Program Studi : Teknik Sipil

Judul Tugas Akhir : Perbandingan Kuat Tekan Beton Yang Menggunakan Campuran Kapur Padam dengan Pasir Laut Dan Pasir Sungai

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

1. Tugas akhir yang saya tulis ini merupakan hasil karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

2. Demi pengembagan ilmu pengetahuan, saya tidak keberatan apabila Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Bosowa menyimpan, mengalih mediakan mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk data base, mendistribusikan dan menampilkanya untuk kepentingan akademik.

3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Bosowa dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam tugas akhir ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Menyatakan

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar No. 334 / SK / FT / UNIBOS / IX / 2017, Tanggal 26 September 2017 Perihal Pengangkatan Panitia dan tim Penguji Tugas Akhir, maka pada :

Hari / Tanggal : Kamis, 28 September 2017 Nama : Muh Habil Palisoa

No Stambuk : 45 11 041 018 Fakultas / Jurusan : Teknik / Teknik Sipil

Judul Tugas Akhir : “ PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON YANG MENGGUNAKAN CAMPURAN KAPUR PADAM DENGAN PASIR LAUT DAN PASIR SUNGAI”

Telah diterima dan disahkan oleh Panitia Tugas Akhir Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar setelah dipertahankan didepan tim penguji Ujian Sarjana Strata Satu (S-1) untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

TIM PENGUJI TUGAS AKHIR Ketua / Ex Officio : Ir. A. Rumpang Yusuf, MT Sekretaris / Ex Officio : Arman Setiawan, ST.,MT Anggota : Ir. Fauzy Lebang, MT

: Ir. Tamrin Mallawangeng, MT

Dekan Fakultas Teknik Univ. Bosowa Makassar

Makassar, 28 September 2017 Mengetahui,

Ketua Jurusan Sipil Univ. Bosowa Makassar

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya serta kesehatan yang diberikan kepada penyusun sehingga penyusunan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan , salawat dan Salam Penulis hanturkan kepada junjungan kita Baginda Rasul dan seluruh Akhlul Baitnya yang telah membuka cakrawala berfikir dan bertindak dalam menjalani kehidupan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini berbagai macam hambatan dan kesulitan yang banyak Penulis hadapi namun berkat adanya bimbingan dan kerjasama dari beberapa pihak baik bantuan moril maupun materi sehingga hambatan dan kesulitan dapat teratasi.

Selanjutnya dalam kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada :

1. Ibu Dr. Hamsina, ST., M.Si. selaku Dekan Fakultas Teknik 2. Ibu Savitri Prasandi Mulyani, ST. MT, selaku Ketua Jurusan

Teknik Sipil Universitas Bosowa.

3. Bapak Ir. A. Rumpang Yusuf, MT. selaku pembimbing I dan Bapak Arman Setiawan, ST. MT selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dalam memotivasi dan membimbing penulis mulai persiapan penulisan, penelitian dan sampai dengan peyelesaian skripsi ini.

4. Ayahanda Ir. H. Syahrul Sariman, MT. Yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan kepada penulis.

5. Kepada seluruh Staf dan dosen Jurusan Sipil yang telah membantu penulis selama mengikuti pendidikan.

6. Bapak Eka Yuniarto, ST, MT selaku Kepala Laboratorium Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Bosowa dan Bapak Hasrullah, ST. selaku asisten di Laboratorium Struktur dan

(5)

Bahan yang telah banyak membimbing dan memberikan masukan dalam proses penelitian ini.

7. Serta penghargaan yang setinggi-tingginya khususnya kepada kedua orang tua serta keluarga tercinta yang selalu mendoakan, memberikan dorongan moral dan motivasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Seluruh rekan mahasiswa Teknik Sipil, yang telah banyak memberikan semangat dan dukungannya, khususnya teman – teman angkatan 2011 terimah kasih atas bantuan selama penyusunan skripsi ini.

Semoga segala bantuan yang penulis terimah dari berbagai pihak akan mendapatkan balasan, pahala dari Allah SWT, penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala kritikan dan saran yang sifatnya membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga pula Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat yang berarti bagi penulis maupun orang lain.

Makassar, 28 September 2017

Muh Habil Palisoa

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

LEMBAR PENGESAHAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian ... I-4 1.2.1 Maksud ... I-4 1.2.2 Tujuan ... I-4 1.3 Batasan Masalah ... I-4 1.3.1 Batasan Masalah ... I-4 1.4 Sistematika Penulisan ... I-7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beton ... II-1 2.1.1 Sifat – Sifat Beton ... II-2 2.1.2 Keunggulan Beton ... II-7 2.1.3 Bahan Pembentuk Beton...II-9 2.2 Kapur Padam ... II-17

(7)

2.2.1 Terbentuknya Kapur/Gamping ... II-17 2.2.2 Pembuatan Kapur ... II-18 2.2.3 Jenis – Jenis Kapur ... II-20 2.3 Pasir laut...II-21 2.4 Perencanaan Campuran (Mix Design) ... II-22 2.5 Kuat Tekan ... II-32

2.5.1 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Kuat Tekan ... II-33 2.6 Nilai Slump ... II-34 2.7 Penelitian Sebelumnya ... II-35

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Bagan Alir Penelitian ... III-1 3.2 Jenis Penelitian... III-2 3.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... III-3 3.3.1 Lokasi ... III-3 3.3.2 Waktu Penelitian ... III-3 3.4 Alat Dan Bahan... III-3 3.4.1 Alat ... III-3 3.4.2 Bahan ... III-5 3.5 Prosedur Penelitian ... III-5 3.6 Pengujian Slump ... III-7 3.7 Pengujian Kuat Tekan...III-8 3.8 Penentuan Mix Design Beton Kontrol fc’ 20 Mpa ... III-7 3.9 Variabel Penelitian ... III-9 3.4.1 Variabel Terikat...II-11 3.4.2 Variabel Bebas...III-12

(8)

3.10 Notasi dan Jumlah Sampel ... III-10 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Material ... IV-1 4.2 Perencanaan Campuran Beton ... IV-3 4.2.1 Perencanaan Campuran Beton Normal 20 Mpa ... IV-3 4.2.2 Komposisi Campuran Beton Kapur Padam Dengan

Pasir Laut Dan Pasir Sungai ... IV-5 4.3 Pengujian Slump... IV-6 4.4 Pengujian Kuat Tekan ... IV-7 4.4.1 Pengujian Kuat Tekan Beton Normal ... IV-7 4.4.2 Pengujian Kuat Tekan Beton Campuran Kapur

Dengan Pasir Laut Dan Pasir Sungai ... IV-9 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... V-1 5.2 Saran ... V-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Batasan Gradasi Agregat Halus ASTM C 33-08 ... II-12

Tabel 2.3 Faktor Perkalian Deviasi Standar ... II-22

Tabel 2.4 Nilai margin jika data tidak tersedia untuk menetapkan nilai

deviasi standar ... II-23 Tabel 2.5 Kekuatan rata-rata perlu jika data tidak tersedia untuk

menetapkan nilai deviasi standar ... II-23

Tabel 2.6 Perkiraan Kuat Tekan Beton Pada FAS 0.50 ... II-24

Tabel 2.7 Type Agregat Dan Perkiraan Kadar Air Bebas... II-25

Tabel 2.8 Persyaratan nilai FAS Maksimum Untuk Berbagai

Pembetonan Dilingkungan Khusus ... II-27

Tabel 2.9 Penetapan Nilai Slump Adukan Beton ... II-29

Tabel 3.1 Notasi Dan Jumlah Sampel ... III-12

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Agregat Halus (Pasir

Sungai). ... IV- 1Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Agregat Halus (Pasir

Laut).... ... IV-2

(10)

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Agregat Kasar (Batu Pecah)IV-3

Tabel 4.4 Data hasil perhitungan mix design beton kontrol ... V-5

Tabel 4.5 Data hasil perhitungan mix design beton kontrol untuk 20

Silinder ... IV-6

Tabel 4.6 Komposisi beton kapur dan pasir laut ... IV-6

Tabel 4.7 Komposisi beton kapur dan pasir sungai ... IV-6

Tabel 4.8 Komposisi beton untuk 32 silinder ... IV-7 Tabel 4.9 Rata – rata hasil pengujian slump kapur dan pasir laut .. IV-7

Tabel 4.10 Rata – rata hasil pengujian slump kapur dan pasir sungai IV-8

Tabel 4.11 Kekuatan beton normal (Beton kontrol) ... -9

Tabel 4.12 Kuat tekan beton kapur dan pasir laut ...IV-11

Tabel 4.13 Kuat tekan beton kapur dan pasir sungai . ...IV-11

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Penambangan Batu Gamping Untuk Bahan Baku ... II-18

Gambar 2.2 Pembakaran Batu Kapur ... II-19

Gambar 2.3 Proses Pendinginan ... II-20

Gambar 2.4 Timbunan Kapur Setelah Proses Pendinginan ... II-20

Gambar 3.1 Flow Chart (Bagan alir penelitian) ... III-1

Gambar 3.1 Sketsa Alat pengujian Slump.) ... III-8

Gambar 3.1 Alat pengujian Kuat Tekan Beton ... III-9

(12)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 2.1 Hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen (benda

uji selinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm) ... II-26 Grafik 2.2 Grafik hubungan kadar air, berat jenis gabungan dan berat

Beton ... II-29 Grafik 4.1 Rata-rata Persen Lolos Agregat Halus (pasir sungai ... IV-2

Grafik 4.2 Rata-rata Persen Lolos Agregat Halus (pasir laut)... IV-3

Grafik 4.3 Rata-rata Persen Lolos Agregat Kasar Batu Pecah 1-2... IV-4

Grafik 4.4 Kuat Tekan Beton Normal ... ..IV-9

Grafik 4.5 Kuat Tekan Rata – Rata Beton Kapur Dan Pasir Laut... .IV-10 Grafik 4.6 Kuat Tekan Rata – Rata Beton Kapur Dan Pasir Sungai.. IV-11

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

A. PENGUJIAN KARAKTERISTIK AGREGAT HALUS A.1 Analisa Saringan Agregat Halus

A.2 Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus A.3 Kadar Lumpur Agregat Halus

A.4 Kadar Air Agregat Halus A.5 Berat Isi / Berat Volume

B. PENGUJIAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR B.1 Analisa Saringan Agregat Kasar

B.2 Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar B.3 Kadar Lumpur Agregat Kasar

B.4 Kadar Air Agregat Kasar B.5 Berat Isi / Berat Volume

C. PERHITUNGAN COMBINED GRADING (GRADASI GABUNGAN) D. PERHITUNGAN MIX DESIGN

D.1 Mix Design Beton Normal 20 MPa

D.2 Mix Design Beton Kapur Padam dengan Pasir Laut dan Pasir Sungai

E. HASIL PENGUJIAN SLUMP F. PENGUJIAN KUAT TEKAN

F.1 Kuat Tekan Beton Normal

F.2 Kuat Tekan Beton Kapur Padam dengan Pasir Laut F.3 Kuat Tekan Beton Kapur Padam dengan Pasir Sungai

G. DOKUMENTASI

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Beton merupakan konstruksi yang sangat penting dan paling dominan digunakan pada struktur bangunan. Berbagai bangunan didirikan dengan menggunakan beton sebagai konstruksi utama, baik bangunan gedung, bangunan sarana transportasi dan bangunan-bangunan yang lainnya. Beton merupakan konstruksi yang mempunyai banyak kelebihan antara lain, kuat menahan gaya tekan, tahan terhadap perubahan cuaca, lebih tahan terhadap suhu tinggi, mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan mudah dikerjakan dengan cara mencampur semen, agregat, air, dan bahan tambahan lain bila diperlukan. Penggunaan beton sebagai konstruksi bangunan tentunya tidak terlepas dari ketersediaan material beton seperti kerikil, pasir dan semen.

Indonesia sebagai negara yang mempunyai lebih dari 3700 pulau dan pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui garis khatulistiwa, tentunya memiliki keanekaragaman (variasi) karakteristik kualitas pasir pantai (laut) dan pasir sungai. Daerah pantai merupakan daerah yang kaya akan pasir, namun demikian pasir jenis ini tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai bahan pembuatan beton. Hal ini disebabkan sifat pasir pantai yang mengikat kandungan air dari udara yang berakibat kelembaban pada beton,partikel pasir yang halus, dan kandungangaram yang bisa merusak beton. Untuk daerah yang banyak memiliki tambang pasir

(15)

selain pasir pantai, adalah bukan suatu masalah dalam menyediakan sarana dan prasarana fisik untuk kebutuhan masyarakatnya, dimana dalam pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana tersebut sebagian besar komponen bangunan terbuat dari beton.

Karakteristik kualitas agregat halus yang digunakan sebagai komponen struktural beton memegang peranan penting dalam menentukan karakteristik kualitas struktur beton yang dihasilkan, sebab agregat halus mengisi sebagian besar volume beton.

Pasir laut menjadi pilihan yang banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bahan pengganti agregat halus beton. Meski pemakaian pasir laut ini memiliki beberapa kekurangan seperti dapat menyebabkan korosi pada tulangan, namun masyarakat pada umumnya tetap memilih untuk menggunakannya, hal ini di sebabkan karena lokasi atau tempat tertentu kurang memiliki sumber daya pada pasir sungai. Selain itu, perbandingan mutu beton yang dihasilkan antara penggunaan pasir laut dan penggunaan pasir sungai belum diketahui. Dengan demikian pergantian agregat halus dengan menggunakan pasir laut ini belum bisa memberikan jaminan terhadap kualitas beton yang dihasilkan. Pemakaian pasir laut ini dikarenakan sumber material yang cukup dekat, sehingga dapat diperoleh dengan mudah. Pemakaian pasir laut di sebabkan karena tidak adanya sumber pasir sungai di daerah atau wilayah tempat tertentu.Pasir laut memiliki karakteristik butiran yang kasar dan gradasi (susunan besar butiran) yang bervariasi serta memiliki kandungan garam-garaman klorida (Cl) dan sulfat (SO4) yang melebihi batas.Apabila karakteristik butiran pasir laut distabilisasi (diatasi dengan suatu cara atau metode) serta kandungan

(16)

garam-garamannya direduksi atau apabila pasir laut memiliki karakteristik butiran yang kasar dengan gradasi yang bervariasi serta memiliki kandungan garam-garaman yang tidak melebihi batas yang ditetapkan, maka pasir laut dapat digunakan sebagai komponen struktural beton dan menjadi alternatif yang baik untuk mengatasi keterbatasan material agregat halus di quarry (tempat penambangan) lain.

Kapur merupakan salah satu sumber daya alam yang di butuhkan oleh manusia sebagai bahan untuk mendukung kegiatan industri, dan bahan bagunan. Kapur adalah batuan sedimen yang terdiri dari mineral calcite ( calcium carbonate ). Sumber utama dari calcite adalah organisme yang berasal dari laut dan menghasilkan kulit kerang yang keluar menuju air dan terbawa hingga bawah samudra sebagai pelagic ozone. Pengertian lain dari batu kapur adalah batuan yang terdiri dari unsur kalsium karbonat yang terbentuk langsung dari presipitasi air laut akibat proses biokimia. Kapur merupakan bahan bangunan yang penting dikenal sejak zaman Mesir Kuno.

Batuan kapur ini lebih bersifat sebagai pengikat apabila dicampur dengan bahan yang lain dengan perbandingan tertentu. Kapur merupakan alternatif lain yang banyak digunakan sebagai bahan pengganti sebagian pada agregat halus beton. Penggunaan kapur ini dikarenakan harganya relatif lebih murah jika dibandingkan dengan pasir biasa dan sumbernyapun dapat dikatakan melimpah sehingga mudah didapatkan.Pergantian kapur dengan sebagian agregat halus dengan pasir laut dan pasir sungaiini tentunya membutuhkan penelitian secara ilmiah untuk mengetahui pengaruh pergantian agregat halus tersebut dan perbandingan mutu struktur beton yang dihasilkan, dibandingkan dengan penggunaan agregat biasa.

(17)

Kapurbersifat palstisyang baik, dalam arti tidak getas, dapat mengeras dengan mudah dan cepat sehingga memberi kekuatan pengikat dan menghasilkan rekatan yang bagus untuk mortar plesteran. Kelebihan dan kegunaanya dari pada kapur itu sendiri mudah didapat, harga yang relatif murah, dapat di jadikan sebagai bahan campuran terutama menggunakan semen, dan dapat mengeras dengan cepat sehingga memberikan kekuatan pengikat yang baik pada campuran.

Pasir Sungai yang memiliki sumber quarryyang cukup dan pasir sungai sering digunakan untuk campuran pembuatan beton,akan tetapi pasir sungai yang sering di gunakan dalam campuran pembuatan perlu di teliti lebih lanjut untuk mengetahui kadar lumpur dari pasir sungai tersebut apakah pasir sungai yang akan di gunakan memiliki kadar lumpur yang layak dalam peraturan acuan campuranpembuatan beton.

Dari uraian tersebut diatas menjadi latar belakang untuk mengadakan penelitian di laboratorium dan menuliskannya kedalam bentuk tugas akhir yang berjudul;

‘’PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON YANG MENGGUNAKAN CAMPURAN KAPUR PADAM DENGAN PASIR LAUT DAN PASIR SUNGAI’’

1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.2.1 Maksud :

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mempelajari kuat tekan beton apabila dipengaruhi oleh penggunaan kapur padam terhadap pasir laut dan pasir sungai.

(18)

1.2.2 Tujuan :

1. Merencanakancampuran beton mutu 20 Mpa menggunakan kapur padam dengan pasir laut dan pasir sungai terhadap kuat tekan

2. Untuk menganalisis pengaruh penggunaan kapur padam dengan pasir laut dan pasir sungai.

3. untuk mengetahui pengaruh penggunaan kapur padam dengan pasir laut dan pasir sungai tehadap kuat tekan terhadap beton kontrol.

1.3. Batasan Masalah 1.3.1 Batasan Masalah

Penulisan skripsi ini dibatasi pada hal- hal sebagai berikut :

 Pasir yang di gunakan adalah pasir laut dan pasir sungai.

 Kapur yang di gunakan adalah kapur padam.

 Kapur digunakan sebagai bahan pereduksi pasir sungai dan pasir laut.

 Komposisi bahan penyusun beton dengan menggunakan variasi kapur dan pasir laut dan pasir sungai mengikuti komposisi pada beton kontrol (beton normal).

 Porsentase penambahan kapur terhadap pasir laut maupun pasir sungai sebesar 15%, 25%, 35%,dan 45%, dari berat pasir.

 Mix design beton normal menggunakan metode DOE (Development of Environmen) berdasarkan SNI 2847 – 2013.

 Pengujian dilakukan hanya pada pengujian kuat tekan.

(19)

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam tugas akhir ini terdiri dari lima bab yang berurutan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan penulisan, batasan masalah serta sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang teori – teori yang menyangkut penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang bagan alir penelitian, bahan, lokasi, dan waktu penelitian, metode pengambilan sample , persiapan bahan campuran dan pembuatan benda uji.

BAB IV : HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang hasil rekapitulasi data, analisa rancangan campuran , hasil pengetesan benda uji serta pembahasan hasil penelitian.

(20)

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup untuk memberikan kesimpulan dan saran-saran yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan manfaat penulisan.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beton

Menurut Standar Nasional Indonsesia (SNI 03-2847-2002), beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat. Material pembentuk beton tersebut dicampur merata dengan komposisi tertentu menghasilkan suatu campuran yang homogen sehingga dapat dituang dalam cetakan untuk dibentuk sesuai keinginan. Campuran tersebut bila dibiarkan akan mengalami pengerasan sebagai akibat reaksi kimia antara semen dan air yang berlangsung selama jangka waktu panjang atau dengan kata lain campuran beton akan bertambah keras sejalan dengan umurnya.

Beton merupakan bahan yang mempunyai kuat tekan yang cukup besar, kekuatan beton dipengaruhi oleh factor air semen, tingkat pemadatan, jenis semen, jenis agregat dan perawatan. Namun beton memiliki kuat tarik yang rendah, pada elemen struktur yang betonnya mengalami tegangan tarik diperkuat dengan batang baja tulangan sehingga terbentuk suatu struktur komposit, yang kemudian dikenal dengan sebutan beton bertulang. Kuat tekan beton sangat diperhitungkan hampir pada semua perencanaan konstruksi beton.

Untuk mendapatkan beton yang bermutu tinggi, maka yang harus diperhatikan adalah waktu pelaksanaannya, yang terlebih dahulu memilih

(22)

bahan dan memeriksa bahan yang akan digunakan harus memenuhi standar spesifikasi yang telah ditentukan, dan type semen yang akan digunakan dan yang lebih penting lagi adalah factor air semen (f.a.s). curing (pematangan) beton yaitu perawatan beton untuk dapat mencapai kekuatan yang diinginkan.

2.1.1 Sifat - Sifat Beton

Beberapa sifat umum yang penting diketahui pada beton adalah sebagai berikut :

A. Kemampuan dikerjakan (workability)

Sifat workability merupakan ukuran dari tingkat kemudahan mengaduk bahan-bahan beton secara bersama, sampai menghasilkan adukan yang bersifat sedemikian rupa sehingga adukan mudah untuk diangkut, dituang, dicetak, dan dipadatkan menurut tujuan pekerjaan tanpa terjadi perubahan yang menimbulkan kesukaran dan menurunkan mutu beton.

Kemampuan dikerjakan dapat diukur dari kekental dengan menggunakan alat slump (slump test) yang berbentuk kerucut terpancung. Pengambilan nilai slump tergantung dari jenis pengerjaan beton.

B. Sifat Ketahanan Beton (Durability)

Untuk mendapatkan sifat ketahanan dari beton maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

(23)

 Pengaruh cuaca dan pemekuan pada musim dingin, serta pengembangan dan penyusutan yang diakibatkan oleh basah dan kering atau panas dan dingin yang silih berganti.

 Ketahanan terhadap zat kimia, pengaruh ini bersifat kimiawi yang diakibatkan oleh bahan-bahan seperti air laut, rawa-rawa dan air limbah, zat-zat kimia limbah industri, buangan air kotor kota dan sebagainya yang dapat merusak keawetan beton.

 Ketahanan terhadap erosi, pengaruh erosi yang dapat mengakibatkan terjadinya lubang-lubang, gugus karena adanya gesekan benda yang terbawa air.

C. Sifat Kedap Air

Beton mempunyai kecenderungan mengandung rongga- rongga yang diakibatkan oleh adanya gelembung udara pada saat pengecoran. Rongga udara ini akan membentuk saluran-saluran kapiler mengakibatkan air dapat merusak dari luar kedalam atau tembus kebeton. Jika saluran-saluran kapiler itu tidak tertutup kembali, sifat beton tersebut tidak kedap air. Jadi untuk membuat beton yang kedap air, beton harus dibuat sepadat mungkin dan perbandingan air semen harus direduksi seminimal mungkin untuk keperluan hidrasi semen.

Hal-hal yang mempengaruhi sifat kedap airnya beton adalah sebagai berikut :

(24)

 Perbandingan air dan semen dalam campuran beton (mutu dan porositas).

 Kepadatan (hasil pemadatan/penggetaran dengan vibrator).

 Selalu cukup air pada saat curing (4 minggu), umur beton bertambah, kedap air turun.

 Gradasi agregat (memenuhi spesifikasi).

D. Kuat Tekan Beton

Kuat tekan beton adalah kemampuan beton untuk menerima atau menahan beban sampai pada batas kehancurannya.

Pengujian kuat tekan beton dapat dilakukan dengan cara pembuatan benda uji kubus maupun silinder yang kemudian ditekan dengan menggunakan mesin Press Srenght.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton, yaitu:

 Jenis semen dan kualitasnya.

 Jenis dan kondisi agregat.

 Tingkat perawatan.

 Pengaruh suhu.

 Umur beton itu sendiri.

E. Kekenyalan

Beton sebenarnya bukan merupakan benda kenyal, dimana grafik deformasi (Sterss Strenght) beton yang telah mengeras dengan sempurna akan menunjukan garis miring agak tegak lurus sampai mencapai tegangan kerja maksimum. Penentuan modulus kekenyalan beton biasanya dilakukan pada pembebanan

(25)

maksimum 50%. Biasanya beton yang memiliki kuat tekan tinggi, memiliki angka modulus kenyal yang tinggi.

F. Rangkak

Merupakan perubahan bentuk akibat pembebanan yang terus bertambah atau kalau beban ditiadakan akan berubah sebagian.

Apabila beton dibebani tekanan secara tetap akan mengalami pependekan, yaitu :

 Perpendekan yang dapat kembali semula. Perpendekan ini erat hubungannya dengan kekenyalan.

 Perpendekan yang terus bertambah atau kalau beban dibebaskan, akan berubah sebagian, perpendekan ini disebabkan oleh penurunan pori-pori dalam. Aliran dari pasta semen, pergerakan Kristal dalam agregat dan terjadinya tekanan air dari gelombang semen karenaadanya tekanan. Sifat rangkak ini perlu dipertimbangkan bagi konstruksi yang terus menerus mendapat beban.

G. Penyusutan

Penyusutan yang terjadi pada beton jika mengalami kekeringan pada waktu proses pengerasan. Penyusutan pada beton terjadi :

 Penyusutan awal beton ketika masih dalam keadaan cair / plastis akibat reduksi dari volume air dengan semen mencapai 1 % dari volume absolute semen kering.

(26)

 Penyusutan kering berlanjut dari beton ketika mengeras dan menjadi kering.

H. Sifat Panas Beton

Sifat panas beton diakibatkan karena hydrasi semen oleh air, terutama pada beton yang tebal, panas terkonsentrasi dalam beton. Untuk menghindari panas yang berlebihan, maka diusahakan :

 Penggunaan semen minimum dengan memenuhi persyaratan (kekuatan tetap terpenuhi).

 Penggunaan semen type V akan mengurangi panas hydrasi.

I. Berat Beton

Berat beton terutama dipengaruhi oleh jenis agregat yang digunakan. Untuk beton bendungan yang memakai manfaat berat maka berat beton ini sangat penting. Untuk itu dipakai agregat yang menghasilkan isi beton yang besar.

2.1.2 Keunggulan Beton

Menurut Nugraha dan Antoni (2007:4),Dari pemakaiannya yang begitu luas maka dapat diduga sejak dini bahwa struktur beton mempunyai banyak keunggulan dibanding material yang lain :

A. Ketersediaan (availability) materi dasar.

 Agregat dan air pada umumnya bisa didapat dari lokasi setempat. Semen pada umumnya juga dapat dibuat di daerah setempat, bila tersedia. Dengan demikian, biaya

(27)

pembuatan relatif lebih murah karena semua bahan bisa didapat di dalam negeri, bahkan bisa setempat. Bahan termahal adalah semen, yang bisa diproduksi di dalam negeri.

 Tidak demikian halnya dengan struktur baja, karena harus dibuat di pabrik, apalagi kalau masih harus impor.

Pengangkutan menjadi masalah tersendiri bila proyek berada di tempat yang sulit untuk dijangkau, sementara beton akan lebih mudah karena masing-masing material bisa diangkut sendiri.

 Ada masalah lain dengan struktur kayu. Meskipun problemnya tidak seberat struktur baja, namun penggunaannya secara massal akan menyebabkan masalah lingkungan, sebagai salah satu penyebab utama kerusakan hutan.

B. Kemudahan untuk digunakan (versatility).

 Pengangkutan bahan mudah, karena masing-masing bisa diangkut secara terpisah.

 Beton bisa dipakai untuk berbagai struktur, seperti bendungan, pondasi, jalan, landasan bandar udara, pipa, perlindungan radiasi, insulator panas. Beton ringan bisa dipakai untuk blok panel. Beton arsitektural bisa untuk keperluan dekoratif.

 Beton bertulang bisa dipakai untuk berbagai struktur yang lebih berat, seperti jembatan, gedung, tandon air,

(28)

bangunan maritim, landasan pacu pesawat terbang, kapal dan sebagainya.

C. Kemampuan beradaptasi (adaptability)

 Beton bersifat monolit sehingga tidak memerlukan sambungan seperti baja.

 Beton dapat dicetak dengan bentuk dan ukuran berapapun, misalnya pada struktur cangkang (shell) maupun bentuk- bentuk khusus 3 dimensi.

 Beton dapat diproduksi dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan situasi sekitar. Dari cara sederhana yang tidak memerlukan ahli khusus (kecuali beberapa pengawas yang sudah mempelajari teknologi beton), sampai alat modern di pabrik yang serba otomatis dan terkomputerisasi. Metode produksi modern memungkinkan industri beton yang profesional.

 Konsumen energi minimal per kapasitas jauh lebih rendah dari baja, bahkan lebih rendah dari proses pembuatan batu bata.

D. Kebutuhan pemeliharaan yang minimal.

Secara umum ketahanan (durability) beton cukup tinggi, lebih tahan karat, sehingga tidak perlu dicat seperti struktur baja, dan lebih tahan terhadap bahaya kebakaran.

2.1.3 Bahan Pembentuk Beton

Kualitas atau mutu dari suatu beton sangat bergantung kepada komponen penyusun atau bahan dasar beton, bahan tambahan, cara

(29)

pembuatan dan alat yang digunakan. Semakin baik bahan yang digunakan, campuran direncanakan dengan baik, proses pembuatan dilaksanakan dengan baik, dan alat-alat yang digunakan baik maka akan menghasilkan kualitas beton yang baik pula. Bahan-bahan pokok dari beton adalah semen, agregat yang terdiri dari agregat halus dan agregat kasar dan air serta bahan tambahan yang digunakan dengan keperluan tertentu.

Bahan campuran pembentuk beton sangat menentukan baik tidaknya mutu beton yang akan dihasilkan, sehingga para peneliti harus mengadakan eksperimen untuk mendapatkan data-data yang akurat yang bisa dijadikan sebagai dasar dalam perencanaan untuk menentukan karakteristik serta perbandingan bahan campuran yang akan digunakan. Seperti yang diketahui bahwa bahan-bahan campuran beton antara lain :

A. Agregat

Agregat ialah butiran meneral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi padabeton. Yang terdiri dari sekumpulan - sekumpulan butir-butir batu pecah kerikil, pasir, atau mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan (SNI No:1737-1989-F).

Agregat diperoleh dari sumber daya

alamyangtelahmengalamipengecilanukuran

secaraalami(misalnyakerikil)ataudapatpula diperolehdengancara memecahbatu alam. Pasiralamterbentukdaripecahanbatu karena beberapa sebab. Pasir dapat diperoleh daridalamtanah, padadasar sungai,atau dari tepilaut.

(30)

Agregatpecahan(kerikilmaupunpasir) diperoleh dengan memecah batu menjadi berukuranbutiranyangdiingindengancara meledakkan, memecah, menyaring, dan seterusnya.

Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan jalan, yaitu 90% - 95% agregat berdasarkan persentase berat, atau 75% - 85% agregat berdasarkan persentase volume. Dengan demikian kualitas perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain.

a. Sifat-sifat agregat

Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca. Yang menetukan kualitas agregat adalah :

- Gradasi - Kebersihan - Kekerasan

- Ketahanan agregat - Bentuk butir

- Tekstur permukaan - Porositas

- Kemampuan untuk menyerap air - Berat jenis, dan

- Daya kelekatan

Sifat agregat tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis batuannya.

Karakteristik bagian luar agregat, terutama bentuk partikel dan tekstur permukaan memegang peranan penting terhadap sifat beton segar dan

(31)

yang sudah mengeras.

b. Klasifikasi Agregat

Agregat dapat diklasifikasikan yaitu: Agregat Halus, Agregat Kasar, Agregat Ringan dan Bahan Pengisi (Filler).

1. Agregat halus

Agregat halus adalah pasir alam atau disintegrasi alami dengan diameter minimum 0,075 mm dan maksimum 5 mm, yang mempunyai susunan butiran yang bervariasi. Agregat halus mempunyai kadar bagian yang ukurannya lebih kecil dari 0,063 mm tidak lebih dari 5%(Departemen Pekerjaan Umum, 1982).

Tabel 2.1 Batasan gradasi agregat halus menurut ASTM C 33-97 Pasir dibedakan menjadi 3 yaitu :

 Pasir galian yang diperoleh dari permukaan tanah

 Pasir sungai yang diambil dari sungai

 Pasir laut yang diperoleh dari pantai (digunakan dengan petunjuk petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang di akui).

Sesuai dengan syarat-syarat pengawasan mutu pada Departemen Pekerjaan Umum 1982, maka agregat halus harus memenuhi syarat sebagai berikut :

(32)

 Harus terdiri dari butir-butir yang tajam dankeras. Butir agregat halus tidak boleh pecah dan hancur oleh pengaruh cuaca.

 Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%, jika melebihi dari 5% pasir harus dicuci.

 Tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dengan menambahkan larutan NaOH 3%.

 Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran ragam besarnya, apabila diayak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Tertahan ayakan 4 mm, harus minimum 2%

b. Tertahan ayakan 1 mm, harus berkisar 10% berat

c. Tertahan ayakan 0,25, harus berkisar antara 80% sampai 90%.

2. Agregat kasar

Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industry dengan ukuran butiran antara 5 mm sampai 40 mm (SK SNI T-15-1991 03).

Agregat kasar yang akan dicampurkan dalam adukan beton harus mempunyai syarat mutu yang ditetapkan. Adapun persyaratan batu pecah yang digunakan dalam campuran beton menurut DPU tahun 1982 adalah sebagai berikut :

- Syarat fisik

(33)

a. Besar butir agregat maksimum, tidak boleh lebih besar dari 1/5 jarak terkecil bidang-bidang samping dari cetakan, 1/3 tebal pelat atau ¾ dari jarak bersih minimum tulangan.

b. Kekerasan yang ditentukan dengan menggunakan bejana Rudellof tidak boleh mengandung bagian hancur yang tembus ayakan 2 mm lebih dari 16% berat.

c. Bagian yang hancur bila diuji dengan menggunakan mesin Los Angeles tidak boleh lebih dari 27% berat.

d. Kadar lumpur maksimal 1%

e. Bagian butir yang panjang dan pipih, maksimum 20% berat, terutama untuk beton mutu tinggi.

- Syarat kimia

a. Kekekalan terhadap Na2SO4 bagian yang hancur maksimal 12% berat.

b. Kemampuan bereaksi terhadap alkali harus negatif sehingga tidak berbahaya.

B. Air

Air merupakan komponen yang penting dalam pembuatan beton karena dengan adanya air dapat terjadi reaksi kimiawi dengan semen yang mengakibatkan terjadinya pengikatan dan proses pengerasan.

Kebutuhan kualitas air untuk beton mutu tinggi tidak jauh berbeda dengan air untuk beton normal. Pengerasan beton dipengaruhi oleh reaksi antara semen dan air, sehingga air yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Persyaratan air yang digunakan dalam campuran beton adalah sebagai berikut :

(34)

a. Air tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 2 gram/liter.

b. Air tidak boleh mengandung garam atau zat organik lainnya yang dapat merusak beton lebih dari 15 gram/liter.

c. Air tidak boleh mengandung Chlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.

d. Air tidak boleh mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.

Tujuan utama dari penggunaan air ialah agar tidak terjadi hidrasi, yaitu reaksi kimia semen dan air yang menyebabkan campuran ini menjadi keras setelah lewat beberapa waktu tertentu.

C. Semen

Semen berasal dari bahasa latin caementum yang berarti bahan perekat. Secara sederhana , definisi semen adalah bahan perekat yang bias merekatkan bahan-bahan material lain seperti batu koral dan batu bata hingga membentuk sebuah bangunan. Sedangkan pengertian secara umum semen diartikan sebagai bahan perekat yang memiliki sifat mampu mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kompak dan kuat. (Bonardo Pangaribuan, Holcim).

Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran serta susunan yang berbeda-beda semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :

1. Semen Non-hidrolik

Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras didalam air, akan tetapi dapat mengeras diudara. Contoh utama dari semen non-hidrolik adalah kapur.

Kapur dihasilkan oleh proses kimia dan mekanis dialam.

Kapur telah digunakan selama berabad-abad lamanya sebgai bahan

(35)

adukan dan pelesteran untuk bangunan. Hal tersebut terlihat pada piramida-piramida dimesir yang dibangun 4500 tahun sebelum masehi.

Kapur digunakan sebagai bahan pengikat selama zaman Romawi dan Yunani.

Jenis kapur yang baik adalah kapur putih, yaitu mengandung kalsium oksida yang tinggi ketika masih berbentuk tohor (belum berhubungan dengan air) dan akan mengandung banyak kalsium hidroksida ketika telah berhubungan dengan air.

2. Semen Hidrolik

Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras didalam air. Contoh semen hidrolik antara lain kapur hidrolik, semen pozzolan, semen terak, semen alam, semen Portland terak tanur tinggi, semen alumina dan semen expansif.

Pada semen hidrolik mengandung kapur hidrolik, sebagian besar 65%-75% bahan kapur hidrolik terbuat dari batu gamping, yitu kalsium karbonat beserta bahan pengikutnya berupa silica, aluminium, magnesium dan oksida besi

2.2 Kapur Padam

secara fisik kapur merupakan sebuah benda putih dan halus.

Bahan dasar kapur adalah batu kapur. Batu kapur mengandung kalsium karbonat CaCO3, dengan pemanasan ( 980ºC) karbon dioksida keluar dan tinggal kapurnya saja (CaO).

2.2.1 Terbentuknya Kapur/Gamping

Batu gamping dapat dibedakan menjadi dua yaitu batu gamping non klastik dan batu gamping klastik. Batu gamping non

(36)

klastik merupakan koloni binatang laut terutama terumbu dan koral yang merupakan anggota coelenterate sehingga di lapangan tidak menunjukkan perlapisan yang baik dan belum banyak mengalami pengotoran mineral lain. Sedangkan batu gamping klastik merupakan hasil rombakan jenis batu gamping non klastik.

(Sukandarumidi 2004, dalam Koordijanto 2009)

Batu gamping yang komponennya berasal dari fasies terumbu oleh fragmentasi mekanik, kemudian mengalami transportasi dan diendapkan kembali sebagai partikel padat diklasifikasikan dalam batu gamping allochton rudstone

Batu gamping (limestone) (CaCO3) adalah sebuah batuan sedimen terdiri dari mineral calcite (kalsium carbonate). Sumber utama dari calcite ini adalah organisme laut. Organisme ini mengeluarkan shell yang keluar ke air dan terdeposit di lantai samudra sebagai pelagic ooze

2.2.2 Pembuatan Kapur 1. Penambangan

Gambar 2.1 Penambangan Batu Gamping untuk Bahan Baku

sumber : (Tempat Pembuatan Kapur di Jalan Nipa-Nipa Antang Makassar)

(37)

Batu gamping untuk bahan baku umumnya dipecah dengan ukuran tidak terlalu besar, supaya mempermudah proses pembakaran selanjutnya.

2. Pembakaran

Usaha pembakaran batu gamping hampir seluruhnya dikerjakan oleh pengrajin tobong kapur tradisional dikawasan dekat sumber kapur mentah dan umumnya dekat dengan kawasan hutan, Industri pembakaran kapur termasuk industri yang padat energi karena 60‐65% biaya produksinya merupakan biaya energi. Memecah batu gamping dengan ukuran lebih kecil artinya memperluas permukaan batu gamping sehingga panas akan lebi cepat tersebar dan batu gamping menjadi matang (istilah pada industri pembuatan kapur)

Gambar 2.2 Pembakaran Batu Kapur

( sumber : Tempat Pembuatan Kapur di Jalan Nipa-Nipa Antang Makassar )

3. Pendinginan

(38)

Batu gamping yang telah ―matang‖ disiram dengan air.

Batu gamping yang semula keras menjadi bubuk kapur. Pada

industri pembuatan kapur, produsen melayani bentuk batu kapur yang berupa bubuk (yang sudah disiram) ada juga yang masih berbentuk bongkahan (sudah dibakar).

Gambar 2.3 Proses Pendinginan

Gambar 2.4

Timbunan Kapur Setelah Proses Pendinginan

(39)

sumber :( Tempat Pembuatan Kapur di Jalan Nipa-Nipa Antang Makassar )

2.2.3 Jenis-Jenis Kapur

1. Kapur tohor adalah hasil pembakaran batu kapur alam yang komposisinya sebagian besar merupakan kalsium karbonat (CaCO3) pada temperature diatas 900 derajat Celsius terjadi proses calsinasi dengan pelepasan gas CO2 hingga tersisa padatan CaO atau bisa juga disebut quick lime

CaCO3 (batu kapur) —> CaO (kapur tohor) + CO2

2. Kapur padam adalah hasil pemadaman kapur tohor dengan air dan membentuk hidrat

CaO + Air ( H2O ) —–> Ca (OH)2(kapur padam) + panas

3. Kapur udara adalah.kapur padam yang diaduk dengan air setelah beberapa waktu campuran tersebut dapat mengeras di udara karena pengikatan karbon dioksida

Ca (OH)2 +CO2 ——-> Ca CO3 + H2O

4. Kapur hidrolis adalah kapur padam yang diaduk dengan air setelah beberapa waktu campuran dapat mengeras baik didalam air maupun didalam udara

2.3 Pasir Laut

Pasir laut merupakan salah satu jenis material agregat halus yang memiliki ketersediaan dalam kuantitas yang besar.Secara umum pasir laut

(40)

memiliki karakteristik butiran yang halus dan bulat, gradasi (susunan besar butiran) yang seragam, serta mengandung garam – garam klorida ( CI ) dan sulfat ( SO4 ) dengan sifat yang tidak menguntungkan bagi beton.

Memiliki karakteristik butiran yang halus dan bulat serta gradasi yang seragam dapat mengurangi daya lekat ( interlocking ) antar butiran serta berpengaruh terhadap kekuatan ( sterngth ) dan ketahanan ( durability ) beton. Garam sulfat terutama Mg-Sulfat ( Mg-SO4 ) sangat agresif terhadap semen, bila bereaksi dengan semen maka akan menghasilkan senyawa – senyawa yang mengembang setelah itu sedikit demi sedikit merusak beton.

Adapun sifat – sifat fisik pasir laut sebagai berikut :

 Warna : hitam

 Burukuran : 0,0625 – 2 mm

 Karakteristik : halus dan bulat

 Bentuk : silikon dioksida

2.4 Perencanaan Campuran (Mix Design)

Perencanaan campuran beton (mix design) menggunakan metode DOE (Department of Environment) berasal dari inggris (The British Mix Design Method), tercantum dalam Design of Normal Concrete Mixes telah menggantikan Road Note No.4 sejak tahun 1975. Di Indonesia DOE digunakan sebagai standar perencanaan Dinas Pekerjaan Umum dan dimuat dalam buku standar SNI 03-2384-2000. Metode ini digunakan karena merupakan metode yang paling sederhana dengan menghasilkan hasil yang akurat diantaranya penggunaan rumus dan grafik, waktu pencampuran beton

(41)

pada kondisi SSD tanpa harus kering oven. Langkah metode ini secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Penentuan kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’)

Penentuan kuat tekan ini disyaratkan dengan perencanaan struktural dan kondisi setempat.

B. Penetapan nilai deviasi standar (s)

Deviasi standar ditetapkan berdasarkan tingkat mutu pengendalian pelaksanaan pencampuran betonnya.semakin baik mutu pelaksanaannya maka semakin kecil nilai deviasi standarnya. Jika jumlah data hasil pengujian kurang dari 30 benda uji sehingga dilakukan koreksi terhadap nilai standar deviasi dengan suatu faktor perkalian pada tabel 2.3 berikut ini.

Table 2.3 Faktor perkalian deviasi standar

Jumlah Pengujian Faktor modifikasi untuk nilai deviasi standar benda uji

Kurang dari 15 Gunakan tabel 2.5

15 1,16

20 1,08

25 1,03

30 atau lebih 1,00

Sumber : SNI – 2847 – 2013

C. Perhitungan nilai tambah (margin)

m = 1,34 . s MPa atau m = 2,33 s – 3,5 MPa (diambil nilai yang terbesar dari kedua persamaan tersebut).

Apabila tidak tersedia catatan hasil uji terdahulu untuk perhitungan deviasi standar yang memenuhi ketentuan, maka nilai margin harus didasarkan pada tabel 2.4 berikut ini.

(42)

Tabel2.4 Nilai margin jika data tidak tersedia untuk menetapkan nilai deviasi standar.

Persyaratan kuat tekan f’c, MPa Margin (m), MPa

Kurang dari 21 MPa 7,0

21 s/d 35 8,3

Lebih dari 35 10,0

Sumber : SNI – 2847 – 2013 D. Menetapkan kuat tekan rata-rata rencana.

Jika pelaksanaan tidak mempunyai catatan atau pengalaman hasil pengujian beton pada sebelumnya yang memenuhi persyaratan tersebut maka kekuatan rata-rata perlu f’cr harus ditetapkan dari tabel 2.5 berikut ini.

Tabel 2.5 kekuatan rata-rata perlu jika data tidak tersedia untuk menetapkan nilai deviasi standar.

Kekuatan tekan disyaratkan, MPa Kekuatan tekan rata-rata perlu, MPa

f’c < 21 f’cr = f’c + 7,0

21 ≤ f’c ≤ 35 f’cr = f’c + 8,3

f’c < 35 f’cr = 1,10 f’c + 5,0 Sumber : SNI – 2847 – 2013

Kuat tekan beton rata-rata yang direncanakan dapat digunakan

rumus :

f' cr = f' c + M

dengan : f' cr = kuat tekan rata-rata. M = Nilai tambah f' c = kuat tekan yang disyaratkan.

E. Menetapkan jenis semen yang digunakan dalam campuran.

Jenis atau type semen yang dipakai harus dinyatakan dalam design campuran beton. Umumnya semen type I dan III yang banyak dipakai

(43)

yaitu semen cepat mengeras (pengikatan awal rendah). Type semen ada lima yaitu : semen type I, II, III, IV, dan V.

Hubungan type semen, kuat tekan, umur beton dan jenis agregat dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.6 Perkiraan Kuat Tekan Beton Pada FAS 0.50

Type semen Jenis agregat kasar

Kuat tekan pada umur (hari) kg/cm2

3 7 28 91

Semen Portland type I

Alami Batu pecah

200 300

280 320

400 450

480 540 Semen Portland

type III

Alami Batu pecah

250 300

340 400

460 530

530 600 Sumber : Buku Panduan Laboratorium Struktur Dan Bahan Universitas 45

Makassar

F. Menetapkan jenis agregat halus dan agregat kasar.

Penetapan jenis agregat yang akan digunakan apakah menggunakan pasir alam dan kerikil alam, atau pasir alam dan batu pecah, karena hal ini mempengaruhi kekuatan dan kadar air bebas sebagaimana diperlihatkan pada tabel 2.7.

(44)

Tabel 2.7 Type Agregat Dan Perkiraan Kadar Air Bebas

Slump (mm) 0 – 10 10 - 30 30 - 60 60 - 180

V.B (det) 12 6 - 12 3 - 6 0 – 3

Ukuran maks.

Agregat (mm) Jenis agregat Kadar air bebas dalam (kg / m3) 10

Alami Batu pecah

150 100

180 205

205 230

225 250 20

Alami Batu pecah

135 170

160 190

180 210

190 225 40

Alami Batu pecah

115 155

140 175

160 190

175 205 Sumber : Buku Panduan Laboratorium Struktur Dan Bahan Universitas 45

Makassar

G. Menetapkan faktor air semen.

 Menetapkan FAS berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan rata-rata selinder/kubus dengan umur rencana.

 Menetapkan berdasarkan jenis semen dan agregat yang digunakan dan kuat tekan rata-rata pada umur yang direncanakan.

(45)

Grafik 2.1. Hubungan faktor air-semen dan kuat tekan rata-rata silinder beton ( sebagai perkiraan nilai fas dalam rancangan campuran )

Sumber : Ketentuan umum rancang campur menurut SNI 03-2847- 2002

H. Menetapkan faktor air semen maksimum.

Jika nilai FAS maksimum lebih rendah dari nilai FAS sebelumnya (langkah G) maka nilai yang diambil adalah FAS maksimum.Penetapan nilai FAS maksimum dapat dilihat pada tabel 2.8 berikut ini.

(46)

Tabel 2.8 Persyaratan nilai FAS maksimum untuk berbagai pembetonan dilingkungan khusus.

Jenis Pembetonan Fas Maksimum Semen Minimum (kg/m3) Beton didalam ruang bangunan :

a. Keadaan sekeliling non-korosif.

b. Keadaan sekeliling korosif akibat kondensasi atau uap korosi.

0,60 0,52

275 325

Beton diluar ruang bangunan a. Tidak terlindung dari hujan dan

terik matahari langsung.

b. Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung.

0,55

0,60

325

275

Beton diluar ruang bangunan a. Mengalami keadaan basah dan

kering berganti-ganti

b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah.

0,55 325

Lihat tabel 2.10

Betonyang selaluberhubungan

dengan air tawar/payau/laut. Lihat tabel 2.9 Sumber :Rancang Campuran Beton SNI 03 – 2834 – 2000

I. Penetapan kadar air bebas

Penetapan besar kadar air bebas (air yang diluar air jenuh) ditetapkan berdasarkan nilai slump yang dipilih, ukuran maksimum agregat, dan type agregat. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.6.

(47)

Apabila digunakan jenis agregat halus dan agregat kasar yang berbeda (alami dan batu pecah), maka perkiraan kebutuhan jumlah air per- m3beton harus disesuaikan menggunakan persamaan berikut:

A = ( 0,67 x A.h ) + ( 0,33 x A.k )

Dimana : A = Perkiraan air per-m3beton

A.h = Kebutuhan air berdasarkan jenis agregat halus A.k = Kebutuhan air berdasarkan jenis agregat kasar J. Penetapan nilai slump

Untuk menetapkan nilai slump memerlukan pengalaman pelaksanaan beton, tetapi untuk ancang-ancang slump dapat dijadikan patokan seperti pada tabel penetapan nilai slump tergantung dari :

 Cara pengangkutan (belt conveyer, pompa, manual, gerobak, dan lain-lain.

 Cara pengecoran atau penuangan pada acuan.

 Cara pemadatan atau penggetaran (alat getar / triller, hand vibrator).

 Jenis atau tujuan struktur.

K. Penetapan kadar semen (kg / m3) beton.

Penetapan kadar semen perlu per m3 beton (kg / m3) digunakan rumus sebagai berikut :

L. Penetapan perkiraan berat jenis spesifik gabungan.

Perkiraan berat jenis gabungan agregat kasar dan agregat halus dapat dihitung berdasarkan rumus berikut :

(48)

Bjs gabungan = a% x Bj Spesifik pasir + b% x Bj Spesifik kerikil Dimana :a% = persentase penggabungan agregat halus terbaik b% = persentase penggabungan agregat halus terbaik M. Penentuan berat volume beton segar (basah).

Menentukan berat volume beton segar berdasarkan hasil perhitungan berat jenis agregat campuran dan kebutuhan air per-m3 beton dengan grafik.

Grafik 2.2. Hubungan Kandungan air, Berat jenis campuran dan Berat beton.

Sumber :Ketentuan umum rancang campur menurut SNI 03-2847- 2002

N. Penetapan proporsi agregat.

Berat agregat halus A = a% x (D – Ws – Wa) Berat agregat kasar B = b% x ( D – Ws – Wa)

Dimana : a% = Persentase penggabungan agregat halus B% = Persentase penggabungan agregat kasar D = Berat volume beton basah (kg/m3)

Ws = Kadar semen (kg/m3) beton Wa = Kadar air bebas (kg/m3) beton

O. Hasil rancangan campuran beton teoritis (bahan kondisi SSD).

(49)

Campuran beton teoritis adalah porsi campuran dimana agregat masih dalam kondisi SSD (masih sulit untuk pelaksanaan dilapangan) yaitu :

Air = Wa (kg/m3) beton Semen = Ws (kg/m3) beton Pasir = A (kg/m3) beton Kerikil = B (kg/m3) beton

Berat komponen beton teoritis adalah berat kondisi SSD (agregat kondisi jenuh air / kering permukaan), jadi masih perlu diperbaiki (dikoreksi) terhadap kondisi agregat lapangan saat mau dilaksanakan pengecoran.

P. Koreksi campuran beton.

Untuk penyesuaian takaran berat agregat sesuai kondisinya pada saat akan dicampur, maka perlu dikoreksi agar pengambilan agregat untuk dicampur dapat langsung diambil. Dimaksudkan koreksi tersebut adalah koreksi terhadap kadar air sesaat agregat (kondisi agregat tidak selamanya SSD seperti pada hasil campuran teoritis.

Koreksi campuran beton ada dua macam sebagai berikut :

 Koreksi secara eksak (rasionil) Uraian rumus :

BK = berat kering mutlak (oven)

BL = berat lapangan (sesuai kondisi agregat) W% = kadar air agregat (sesuai kondisi agregat) R% = resapan agregat (terhadap berat kering)

Uraian rumus koreksi cara eksak (berdasarkan definisi persen resapan air dan persen kadar air) :

(50)

BL = BK + W% x BL BL – (W% x BL) = BK (1 – W%) x BL = BK BL =

...

a) BK = SSD - R% x BK BK + R% x BK = BSSD

(1 + R%) x BK = BSSD BK =

...

b) Dengan menggunakan persamaan (a) dan (b) diperoleh :

BL =

.Dengan memakai index p untuk pasir dan index k untuk kerikil maka diperoleh rumusan koreksi secara eksak sebagai berikut :

Berat koreksi pasir (p)

BLp =

(kg/m3) beton Berat koreksi kerikil (k)

BLk =

(kg/m3) beton

Sehingga berat komponen beton setelah dikoreksi (kg/m3) beton:

Semen = Ws Pasir = BLp

Kerikil = BLk

Air = Kadar air bebas + (A – BLp) + (B – BLk)

(51)

Berat komponen diatas merupakan takaran berat, untuk pelaksanaan dilapangan dan dengan masing-masing berat volumenya akan diperoleh takaran volume.

 Koreksi cara pendekatan (estimate)

Koreksi ini berdasarkan nilai pendekatan (estimate), karena pengertian definisi resapan dan kadar air berorientasi berat lapangan.

Koreksi tersebut adalah :

Semen = Ws (kg/m3) beton

Pasir = BLp = A – (Rp% - Wp%) x A/100 (kg/m3) beton Kerikil = BLk = B – (Rk% - Wk%) x B/100 (kg/m3) beton Air = kadar air bebas + (A – BLp) + (BLk)(kg/m3) beton Dalam hal ini A dan B merupakan berat SSD dari pasir dan kerikil.

2.5 Kuat Tekan

Kuat tekan merupakan tingkat atau derajat kekuatan suatu material terhadap gaya tekan dari luar yang membebaninya. Kuat tekan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :

F’c = Kuat tekan (MPa)

Pmaks = Beban tekan maksimum (N)

A = Luas permukaan benda uji tertekan (mm2)

(52)

Laju kenaikan kuat tekan beton agropolymer kemungkinan akan bertambah seiring dengan umur beton agropolymer yang semakin bertambah. Hal ini terjadi karena Calcium Silikat Hidrat (CSH) yang dihasilkan melalui reaksi pozzolanik akan bertambah keras dan kuat seiring berjalannya waktu.

2.5.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kuat tekan A. Faktor air semen (FAS) dan kepadatan

Berfungsi memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan terjadinya pengerasan, sebagai pelican campuran kerikil, pasir dan semen dalam mempermudah percetakan beton.

Kekuatan beton tergantung pada perbandingan faktor air semennya. Semakin tinggi nilai FAS, semakin rendah mutu kekuatan beton. Namun demikian nilai FAS yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi.

B. Umur beton

Kuat tekan beton akan bertambah sesuai dengan bertambahnya umur beton tersebut.

C. Jenis dan kualitas semen

Ada berbagai jenis semen yang dapat digunakan dalam pembuatan beton, misalnya semen dengan kadar alumina yang tinggi menghasilkan beton yang kuat hancurnya 24 jam sama dengan semen portland biasa pada umur 28 hari.

D. Jenis dan lekuk bidang permukaan agregat

(53)

Kenyataannya menunjukan bahwa penggunaan agregat batu pecah akan menghasilkan kekuatan tekan yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan batu koral dari sungai.

Tegangan dimana retak terbentuk sebagian besar tergantung pada sifat agregat kasar. Kerikil yang licin menimbulkan tegangan yang lebih rendah dibandingkan dengan batu pecah yang kasar dan bersudut karena lekatan mekanis dipengaruhi oleh sifat-sifat permukaan dan bentuk agregat kasar.

E. Perawatan (curing)

Perawatan berfungsi untuk menghindari panas hidrasi yang tidak diinginkan, terutama yang disebabkan oleh suhu. Sifat beton yang akan dihasilkan, terutama dari segi kekuatannya ditentukan oleh alat dan bahan yang digunakan pada proses curing.

2.6 Nilai Slump

Nilai slump digunakan untuk mengukur tingkat kelecekan suatu adukan beton, yang berpengaruh pada tingkat pengerjaan beton (workability). Semakin besar nilai slump, maka beton semakin encer dan semakin mudah untuk dikerjakan, sebaliknya semakin kecil nilai slump, maka beton akan semakin kental dan semakin sulit untuk dikerjakan.

(54)

Tabel 2.9. Penetapan nilai slump adukan beton Pemakaian beton

(berdasarkan jenis struktur yang dibuat)

Nilai Slump (cm) Maksimum Minim

um Dinding, pelat fondasi, pondasi telapak

bertulang 12.5 5

Fondasi telapak tidak bertulang, kaison

dan struktur bawah tanah 9 2.5

Pelat, balok, kolom, dinding 15 7.5

Perkerasan jalan 7.5 5

Pembetonan masal (beton massa) 7.5 2.5 Sumber : Ketentuan umum rancang campur SNI 03-2847-2002

2.7 Penelitian Sebelumnya

Indra Syahrul Fuad Dkk, 2015 dalam skripsi yang berjudul ―Pengaruh Penggunaan Pasir Sungai Dan Pasir Laut Terhadap Kuat Tekan Dan Lentur Pada Mutu Beton K-225‖melakukan pengujian kuat tekan beton umur 7hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari sesuai dengan treatment agregat halus. Dari hasil pengujian tersebut di dapatkan hasil pengujian kuat tekan sebagai berikut.

Umur Beton

Jenis campuran

BPS BPL BPST BPLT

Kg cm2 Kg cm2 Kg cm2 Kg cm2

7 hari 144,44 120,64 187,13 178,03

14 hari 200,03 247,06 211,16 250,91

21 hari 201,19 256,12 243,74 263,41

28 hari 205,07 281,92 250,92 288,17

(55)

Yufiter Siles Kandi Dkk, 2012 dalam skripsi yang berjudul ―Subtitusi Agregat Halus Beton Menggunakan Kapur Alam Dan Menggunakan Pasir Laut Pada Campuran Beton‖ melakukan penelitian dengan menambahkan kapur sebagai bahan subtitusi terhadap agregat halus. Dengan menambahkan kapur sebesar 25% dan 100%. Dari hasil penelitian tersebut di dapatkan nilai kuat tekan tertinggi pada umur 28 hari denagn porsentase kapur sebesar 25% dan nilai kuat tekan sebesar 23,76 Mpa, sedangkan pada penggunaan kapur 100% mendapatkan nilai kuat tekan yang menurun sebesar 19,52 Mpa.

Muhammad Irpan, 2014 dalam skripsi yang berjudul ―Study Kelayakan Teknis Penggunaan Pasir Laut Alor Kecil Terhadap Kualitas Beton Yang Di Hasilkan‖ melakukan penelitian dengan menggunakan pasir laut dari kabupaten alor dalam kondisi alami dan kondisi di cuci terlebih dahulu. Dari hasil penelitian tersebut di dapatkan nilai kuat tekan pada umur 28 hari yaitu sebesar 23,59 Mpa dan kuat tarik belah sebesar 2,88 Mpa dalam kondisi pasir laut alami. Sedangkan dalam kondisi pasir di cuci terlebih dahulu di dapatkan nilai kuat tekan pada umur 28 hari sebesar 24,53 Mpa dan kuat tarik belah sebesar 3,11 Mpa.

(56)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Bagan Alir Penelitian

START

Studi Literatur

Pengambilan Material

Pemeriksaan Material - Analisa Saringan - Kadar Lumpur

- Berat Jenis dan Penyerapan - Kadar Air

Pembuatan Benda Uji

Pengujian Kuat Tekan Umur 28 hari

Mix Design Beton Kontrol

20 MPa

Tidak

Tidak

Pembuatan beton variasi kapur dan pasir

A Ya

(57)

Gambar 3. 1 Bagan Alir Penelitian 3.2. Jenis Penelitian

Jenis peneilitianmerupakan bentuk penelitian percobaan yang berusaha untuk mengisolasi dan melakukan control setiap kondisi-kondisi yang relevan dengan situasi yang diteliti kemudian melakukan pengamatan terhadap efej atau pengaruh ketika kondisi-kondisi tersebut di manipulasi.

Dengan kata lain, perubahan atau manipulasi dilakukan terhadap variable bebas dan pengaruhnya diamati pada variable terkait. Menurut Emzir (2008:96-103) desain penelitian eksperimen dibagi menjadi empat bentuk yakni, Pre-experimental design, true experimental design, quasy experimental design dan factorial design.

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.3.1. Lokasi

- Lokasi pengambilan sampel

a. Agregat Kasar (Batu pecah 1-2) di Jl. Poros Malino, Sungai Jeneberang, Sulawesi Selatan, Kabupaten Gowa.

Selesai Analisis Data

A

Pengujian Kuat Tekan Umur 28 hari

Kesimpulan dan Saran

(58)

b. Agregat Halus (Pasir sungai) di Jl. Poros Malino, Sungai Jeneberang, Sulawesi Selatan, Kabupaten Gowa, PT. Mega Struktur.

c. Agregat halus ( pasir laut) di pantai Barombong, Makassar.

d. Kapur di peroleh dari Antang, Makassar, Sulawesi Selatan.

- Lokasi peneltian dilakukan yaitu di Laboratarium Teknik Sipil, Universitas Bosowa.

3.3.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian direncanakan dilakukan selama 3 bulan.

3.4. Alat dan Bahan 3.4.1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain :

 Timbangan

a. Timbangan digital kapasitas 5000 gr b. Timbangan manual kapasitas 3 kg

 Satu set alat uji kuat tekan.

 Ayakan atau saringan.

Ayakan yang digunakan yaitu ayakan dengan ukuran 1 ½, ¾, 3/8, No.4, No.8, No.16, No.30, No.50, No.100 dan pan.

 Cetakan benda uji

Cetakan benda uji adalah cetakanberbentuk silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.

(59)

 Alat bantu

a. Cetok semen, digunakan untuk mengaduk dan memasukan adukan beton kedalam cetakan.

b. Gelas ukur kapasitas 2000 ml dan kapasitas 50 ml, digunakan untuk menakar air.

c. Pengaduk, digunakan untuk mengadukpada saat membuat campuran.

d. Cawan stainless steel, digunakan untuk tempat bahan-bahan.

e. Ember, digunakan untuk tempat air dan sisa adukan.

f. Stop watch, digunakan untuk mencatat waktu pengadukan.

3.4.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan beton adalah :

 Agregat kasar (batu pecah) berasal dari PT. Mega Struktur (Kab.

Gowa)

 Agregat halus (pasir) berasal dari PT. Mega Struktur (Kab. Gowa)

 Agregat halus pasir laut berasal dari pantai Barombong, Makassar.

 Kapur berasal dari Makassar Sulawesi selatan

 Air berasal dari saluran air bersih pada Laboratorium Struktur Dan Bahan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

(60)

3.5. Prosedur Penelitian

Penulisan Tugas Akhir ini menggunakan teori dan data dari beberapa referensi serta pengujian laboratorium meliputi :

1. Persiapan alat dan bahan

2. Pengujian karakteristik, dimaksudkan untuk memastikan apakah bahan yang digunakan sesuai dengan standar yang ada atau tidak.

Pengujian ini meliputi : - Pengujian Agregat Halus

a. Kadar lumpur sesuai dengan (ASTM C - 117) b. Kadar organik Sesuai dengan (AST C - 40) c. Kadar air sesuai dengan (ASTM C - 556) d. Berat Volume sesuai dengan (ASTM C - 29) e. Absorpsi sesuai dengan (ASTM C - 129) f. Berat Jenis sesuai dengan (ASTM C - 128) - Pengujian agregat kasar

a. Kadar lumpur sesuai dengan (ASTM C - 117) b. Kadar air sesuai dengan (ASTM C - 556) c. Berat volume sesuai dengan (ASTM C - 29) d. Absorpsi sesuai dengan (ASTM C - 129) e. Berat Jenis sesuai dengan (ASTM C - 128)

3. Mix Design Beton Normal 20 MPa, dilakukan setelah data – data material dari pengujian karakteristik telah ditetapakan. Hal ini dimaksudkan untuk mendesain bagaiman komposisi agregat, semen dan yang diperlukan.

Referensi

Dokumen terkait

Penjualan adalah transaksi perubahan nilai barang menjadi nilai uang atau nilai piutang dagang. Penjualan atau menjual berarti suatu tindakan untuk menukar

Dra Suharyanti, M.S.M selaku Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie dan dosen penguji pada sidang akhir yang telah memberikan masukan untuk

[r]

Perbandingan hasil siklus I dan siklus II tentang kompetensi guru TK dalam menyusun rencana kegiatan harian terjadi peningkatan yaitu: Peningkatan kualitas yang

KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri bangsa terkait dengan sistem pendidikan nasional, sistem pelatihan kerja nasional serta sistem penilaian kesetaraan capaian

Busur api merupakan fenomena percikan api yang timbul akibat adanya arus gangguan hubung singkat, oleh sebab itu dengan adanya analisa terhadap busur api ini nantinya

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan (1) terdapat pengaruh langsung secara signifikan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP

Pada penelitian ini meneliti tentang budaya kerja, gaya kepemimpinan, imbalan moneter, tekanan anggaran waktu, kompleksitas tugas, diskusi reviu audit, komitmen organisasi,