• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perjanjian Pemasangan Papan Reklame Antara PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising dengan PT.Samsung Elektronik Indonesia di Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perjanjian Pemasangan Papan Reklame Antara PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising dengan PT.Samsung Elektronik Indonesia di Medan"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Reklame/iklan dan promosi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

sistem dan sosial masyarakat modern. Dewasa ini reklame/iklan sudah berkembang

menjadi suatu sistem komunikasi yang sangat penting tidak saja bagi produsen

produk dan jasa tetapi juga bagi konsumen. Kemampuan reklame/iklan dan metode

promosi lainnya dalam menyampaikan pesan kepada konsumen menjadikan kedua

bidang tersebut memegang peran sangat penting bagi keberhasilan perusahaan dalam

memasarkan produk dan jasanya.1

Berbagai bentuk usaha, mulai dari usaha eceran, hingga perusahaan

multinasional mengandalkan reklame/iklan dan promosi untuk menjunjung

pemasaran produk dan jasa mereka kepada masyarakat. Pada sistem ekonomi yang

berlandaskan pada pasar, konsumen semakin mengandalkan reklame/iklan dan bentuk

promosi lainnya untuk mendapatkan informasi yang akan mereka gunakan untuk

membuat suatu keputusan, apakah akan membeli suatu produk dan jasa atau tidak.

Semakin meningkat pengeluaran (belanja) reklame/iklan yang dilakukan

perusahaan, maka semakin meningkat pula kuantitas pemasaran dari produk dan jasa

tersebut. Hal ini membuktikan bahwa iklan/reklame dan promosi lainnya dalam

1Lukman Wirianto, Peran Reklame/Iklan Dalam Mempromosikan Produk Dan Jasa,Graha

(2)

memasarkan suatu produk cukup signifikan dalam mendukung pemasaran produk

tersebut kepada masyarakat.2

Secara umum komponen promosi mencakup empat elemen dasar yaitu 1.

Iklan (advertising), 2. Promosi perjanjian (sales promotion), 3. Publikasi humas

(public relation), 4. Penjualan pribadi (personal selling). Namun pada

perkembangannya promosi juga mencakup dua elemen tambahan yang juga cukup

penting yaitu penjualan langsung (direct marketing) dan media komunikasi

(interactive media). Dua elemen tambahan ini telah digunakan secara luas oleh

pengelola pemasaran dewasa ini untuk berkomunikasi dengan masyarakat

(konsumen) dalam memasarkan produk/jasa mereka.3

Secara umum media reklame/iklan yang sering digunakan oleh perusahaan

kelas menengah ke atas adalah :

1. Media Elektronik (televisi, radio, internet);

2. Media Cetak (surat kabar, tabloid, majalah);

3. MediaBoard Advertising (papan reklame).4

Media elektronik televisi merupakan media yang paling banyak digunakan

perusahaan dalam berkomunikasi dengan masyarakat konsumen, karena dinilai dapat

lebih luas menjangkau masyarakat konsumen yang merupakan target/sasaran dari

produk/jasa pemasaran tersebut. Namun media elektronik televisi juga memiliki

2 Gunawan Rusmanto, Promosi Melalui Media Iklan Televisi dan Efektivitasnya, Rajawali

Press, 2010, hal 7. 3

Bambang Handoko, Pemasaran dan Promosi Abad Millenium, Prenada Media, Jakarta, 2010, hal 43.

4 Ratna Komala Sari, Media Promosi dan Efektivitasnya dalam Meningkatkan Pemasaran,

(3)

kelemahan dalam penggunaannya. Kelemahan menggunakan media elektronik

televisi sebagai media untuk melakukan reklame/iklan adalah :

1. Biaya yang cukup mahal, dimana tayangan iklan berdurasi 10 (sepuluh) detik

pada jam tayang utama (pukul 19.30-21.00 WIB) mencapai Rp. 20.000.000 (dua

puluh juta rupiah);

2. Waktu penayangan yang cukup singkat sehingga pesan yang akan disampaikan

kepada masyarakat konsumen tentang informasi keunggulan dan keuntungan

produk/jasa tersebut juga cukup terbatas.5

Penggunaan media elektronik radio juga sering digunakan oleh perusahaan

khususnya untuk kelas menengah ke bawah. Penggunaan media elektronik radio, dari

segi biaya dipandang cukup efisien karena jauh lebih murah dibanding penggunaan

media elektronik televisi. Namun kelemahan penggunaan media elektronik radio

dalam melakukan reklame/iklan adalah :

1. Jangkauan komunitas masyarakat konsumen yang menjadi target/sasaran dari

produk/jasa perusahaan tersebut terbatas, karena dewasa ini pendengar radio dari

segi kuantitas relatif sedikit.

2. Produk/jasa yang diiklankan tidak dapat dilihat secara langsung oleh masyarakat

konsumen, hanya mengandalkan kekuatan audio (suara) tidak dapat

menayangkan gambar.

(4)

3. Pesan yang akan disampaikan tentang produk/jasa dengan hanya mengandalkan

kekuatan audio, kemungkinan tidak dapat secara lengkap dipahami/dimengerti

oleh masyarakat konsumen.6

Kemajuan teknologi informasi melahirkan suatu media sosial di dunia maya

yang dinamakan internet. Internet merupakan media komunikasi dunia maya yang

pada dewasa ini juga banyak dimanfaatkan oleh perusahaan untuk

mereklamekan/mengiklankan produk/jasanya. Bahkan beberapa perusahaan juga

telah membuat situsnya secara khusus di dunia maya tersebut. Tujuan dibuatnya situs

oleh perusahaan tersebut di dunia maya adalah agar dapat berkomunikasi dengan

masyarakat konsumen khususnya para pengguna internet.

Pada umumnya perusahaan yang membuat situsnya secara khusus di dunia

maya, akan memperkenalkan dan memberitahukan secara spesifik produk/jasa yang

akan dipasarkannya, baik secara manfaat penggunaan, keunggulan maupun

keuntungannya. Produk/jasa yang akan dipasarkan tersebut akan ditampilkan di

internet secara spesifik dan lebih menarik dari berbagai sisi pengambilan gambarnya.

Hal ini dimaksudkan agar masyarakat konsumen yang menjadi sasaran dari produk

jasa tersebut di internet, dapat melihat secara keseluruhan produk/jasa yang

ditawarkan tersebut, sehingga pada akhirnya dapat menimbulkan ketertarikan dari

masyarakat konsumen yang menjadi sasaran di internet tersebut.7

6

Ibid,hal 33.

7 Wilson Butarman, Internet dan Manfaatnya Sebagai Media Komunikasi Sosial di Dunia

(5)

Penggunaan media elektronik internet untuk bereklame/beriklan juga

memiliki kelemahan sebagaimana halnya media-media elektronik lainnya.

Kelemahan tersebut antara lain adalah :

1. Masyarakat konsumen yang menjadi sasaran reklame/iklan di internet tersebut

terbatas jumlahnya dan pada umumnya hanya kalangan menengah ke atas saja

sebagai pengguna internet, namun tidak secara keseluruhan.

2. Tidak dapat dilihat setiap saat produk/jasa yang direklamekan/diiklankan, karena

harus terlebih dahulu membuka situs tersebut dan mengaksesnya dengan

mengandalkan jaringan operator penyedia jasa internet.8

Media cetak berupa Surat Kabar Harian, Tabloid maupun majalah juga

banyak digunakan perusahaan untuk memasang reklame/iklan produk/jasanya.

Pemasangan iklan di media cetak tersebut biasanya dilakukan perusahaan secara

harian setiap kali terbit, atau langsung memesan untuk satu bulan secara

berturut-turut pada surat kabar harian dengan pembayaran secara keseluruhan di depan.

Demikian pula untuk pemasangan iklan pada media cetak tabloid atau majalah yang

pada umumnya terbit sekali seminggu atau sekali sebulan.

Pemasangan iklan pada media cetak surat kabar harian, tabloid maupun

majalah biayanya tergantung pada jumlah kolom yang digunakan dan warna yang

digunakan. Bila jumlah kolom yang digunakan cukup besar dan berwarna, maka

reklame/iklan tersebut memakan biaya yang cukup besar juga untuk sekali terbit. Bila

reklame/iklan tersebut jumlah kolom yang digunakan kecil dan warna yang

(6)

digunakan hitam putih, maka biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang

memasang reklame/iklan tersebut juga tidak besar. Iklan yang menggunakan jumlah

kolom yang tidak terlalu besar dan tidak bewarna (hitam putih) biasanya disebut

reklame/iklan keluarga/mini.9

Pemasangan reklame/iklan pada media cetak perlu penyesuaian dan pemilihan

media cetak yang tepat dalam mempromosikan produk/jasa yang akan dipasarkan

kepada masyarakat konsumen. Pensurvean kalangan pembaca media cetak terutama

surat kabar harian wajib dilakukan terlebih dahulu sebelum melaksanakan

pemasangan reklame/iklan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar tujuan pemasangan

reklame/iklan tersebut tidak menjadi salah sasaran terhadap konsumen yang hendak

dituju sehingga maksud dari pemasangan reklame/iklan tersebut dapat sesuai dengan

hasil yang diharapkan.10Masing-masing media cetak memiliki kalangan pembacanya

tersendiri dari mulai kalangan pekerja, pelajar, mahasiswa, pengusaha sampai

masyarakat umum. Oleh karena itu perusahaan harus cermat dalam memilih media

cetak yang akan digunakan sebagai sarana untuk mempromosikan produk/jasanya.11

Media cetak surat kabar harian, tabloid mingguan, majalah juga memiliki

kelemahan dalam pemasangan reklame/iklan. Kelemahan tersebut antara lain

adalah:12

1. Jangkauan media cetak baik surat kabar harian, tabloid maupun majalah terbatas

pada kalangan pembaca tertentu saja.

9

Citra Widianty,Iklan Sebagai Media Komunikasi dalam Menunjang Pemasaran Produk/Jasa,Salemba Empat, Jakarta, 2008, hal 32.

10

Elli Widodo,Iklan dan Pengaruhnya Terhadap Kuantitas Penjualan Produk/Jasa,Media Computindo, Jakarta, 2011, hal 18.

11Muchtar Suriadi,Iklan Sebagai Sarana Promosi Paling Efektif,Graha Ilmu, Jakarta, 2010, hal 13. 12

(7)

2. Biaya reklame/iklan yang dinilai cukup mahal untuk satu kali pemasangan.

Pada dasarnya pemasangan papan reklame mempunyai prosedur dan tata cara

tersendiri dan dalam pelaksanaannya juga terkait antara beberapa pihak yang

berkepentingan dalam pemasangannya, antara lain :

1. Pihak Pemerintah

Pemerintah yang dimaksud disini adalah pemerintah daerah (kabupaten, kota)

tempat dimana papan reklameakan dipasang. Pemerintah kota/kabupaten

memiliki kewenangan memberi izin pemasangan papan reklame dimaksud sesuai

dengan peraturan daerah setempat yang dikeluarkan oleh Bupati/Walikota, yang

kemudian melimpahkannya di bawah wewenang dinas pertamanan.

2. Pihak PerusahaanAdvertising

Pihak perusahaan advertising dalam operasionalnya wajib mengajukan

permohonan untuk memperoleh izin usaha pemasangan papan reklame dengan

terlebih dahulu melengkapi berbagai persyaratan yang telah ditentukan.

3. Pihak Yang Memiliki Tempat untuk Pemasangan Papan Reklame

Tempat yang digunakan untuk pemasangan papan reklame dapat berupa tanah

atau bangunan milik perorangan atau milik pemerintah. Pihak perusahaan

advertising wajib mengadakan perjanjian kepada pihak pemilik tanah/bangunan

baik perorangan maupun pemerintah tersebut. Perjanjian yang dilakukan

perusahaan advertising dengan pemilik lahan/bangunan tempat pemasangan

papan reklame merupakan suatu perjanjian sewa menyewa sebagaimana yang

(8)

oleh perusahaan advertising dengan perusahaan/produsen yang berkeinginan

mengiklankan jasa/produknya melalui perusahaan advertising merupakan

perjanjian pemborongan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1601 b

KUH Perdata.

Pasal 1548 KUH Perdata menyatakan bahwa

“Sewa menyewa ialah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang, selama sewaktu-waktu tertentu dan dengan pembayaran sesuatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya”.

Pasal 1601b KUH Perdata menyatakan bahwa “Pemborogan pekerjaan adalah

perjanjian dengan mana pihak yang satu, sipemborong mengikatkan diri untuk

menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan,

dengan menerima suatu harga yang ditentukan.

PT. Sumo Internusa IndonesiaAdvertisingadalah merupakan perusahaan yang

bergerak di bidang jasa pemasangan papan reklame didirikan pada tahun 1994 dan

mulai beroperasi pada tanggal 20 Mei 1994, dengan alamat kantor cabang terletak di

Jl. Amaluhur No. 118 Medan.

Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di kota Medan dalam

pemasangan papan reklame adalah sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah No. 2

tahun 2004 tentang pajak reklame dan keputusan Walikota Medan No. 26 tahun 2004

tentang pelaksanaan peraturan daerah kota Medan No. 2 tahun 2004 tentang pajak

reklame. Menurut pasal 1 ayat (5) Peraturan Daerah (Perda) kota Medan No.2 tahun

(9)

orang atau badan hukum yang menyelenggarakan reklame baik untuk dan atas

namanya sendiri, atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya.”

Pasal 1 ayat (7) Perda No. 2 tahun 2004 tersebut menyatakan bahwa,

“Reklame papan/billboard adalah reklame yang terbuat dari papan kayu, callibrete,

vinyle,termasuk seng atau bahan lain yang sejenis di pasang atau digantungkan atau

dipasang pada bangunan, halaman atau di atas bangunan.”

Dengan demikian perusahaan advertising juga membutuhkan sarana untuk

memasang papan reklame kosong agar dapat dipasarkan kepada produsen,

produk/jasa sebagai sarana reklame/iklan produk/jasa tersebut.13

Sebelum perusahaan PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising melakukan

pemasangan papan reklamepada tempat yang ditunjuk dan telah disepakati oleh para

pihak, maka pimpinan perusahaan PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising wajib

terlebih dahulu menghubungi pemilik tempat dimaksud dan membuat suatu

perjanjian sewa menyewa terhadap tempat/bangunan tempat didirikannya papan

reklame tersebut. Selain dari itu setelah memperoleh izin dari pemilik

tempat/bangunan, perusahaan PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising wajib pula

meminta persetujuan dari warga disekitar tempat/bangunan berdirinya papan reklame.

Hal ini berhubungan dengan resiko yang akan terjadi dan harus dihadapi oleh

masyarakat yang rumahnya berada disekitar tempat/bangunan berdirinya papan

reklame tersebut.

13Perusahaan Periklanan Juga Membutuhkan Iklan Untuk Promosi Jasa Iklannya, Citra Graha

(10)

PT. Samsung Elektronik Indonesia adalah sebuah perusahaan penghasil

produk elektronik dengan merek Samsung diantaranya adalah lemari es, mesin cuci,

air conditioner (AC), audio tape, VCD/DVD, televisi dan handphone (telepon

genggam). Perjanjian kerjasama pemasangan papan reklame antara PT. Samsung

Elektronik Indonesia dan PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising adalah untuk

iklan promosi produk elektronik handphone (telepon genggam) merek Samsung

dalam berbagai type produk handphone tersebut, diantaranya adalah produk

handphonemerek Samsung type C.3520 (model lipat), Samsung C.3350 X Cover Z

(batang) Samsung S.5610 (batang) Samsung Champ 303 K (touch screen) dan

handphone Samsung dengan sistem operasi (OS) Android seperti Samsung Galaxy

dengan type S.5360 Galaxy Y, type S.5660 Galaxy Gio, type S.5830 Galaxy Ace, dan

type I.8150 Galaxy Wonder.

Kedelapan item produk handphone tersebut dipasang gambarnya pada papan

reklame (Billboard) di Jalan Krakatau Simpang Jalan Jemadi Medan. Pemasangan

papan reklame untuk produkhandphoneSamsung tersebut dipasang secara horizontal

(mendatar) tanpa ada halangan apapun dari benda apapun sehingga kedelapan item

produkhandphoneSamsung tersebut dapat terlihat dengan jelas dari dua arah (depan

dan belakang) oleh para pengguna jalan umum/jalan raya yang melintas di sekitar

jalan Krakatau Simpang Jalan Jemadi tersebut. Kedelapan item produk handphone

Samsung dibuat dalam gambar berwarna sesuai atau paling tidak mendekati warna

produk aslinya dengan menggunakan warna yang cerah dan bercahaya sehingga dapat

(11)

yang melihatnya. Ukuran papan reklame yang disepakati kedua belah pihak yaitu

lebar 5 (lima) meter, panjang 10 (sepuluh) meter, untuk 1 (satu) slide papan reklame.

Pemasangan iklan produk handphone Samsung pada papan reklame

merupakan iklan tambahan bagi perusahaan elektronik Samsung, karena selain

menggunakan sarana papan reklame, Samsung juga menggunakan media televisi,

dan media cetak dalam mempromosikan produk-produk handphone terbarunya,

terutama untuk handphone yang berbasis sistem operasi (OS) Android yang sedang

gencar dipromosikan oleh perusahaan Samsung, dalam upaya merebut pangsa pasar

handphone Pintar (Smartphone) dari pesaing-pesaing utamanya seperti Blackberry,

Iphone, HTC, Nokia dan Sony Ericsson.

Oleh karena itu perusahaan Samsung elektronik telah menggunakan tiga

sarana reklame/iklan dalam mempromosikan produk-produk handphoneterbarunya,

khususnya yang memiliki sistem operasi (OS) Android yang sekarang sedang

digemari oleh para penggunahandphone. Ketiga sarana reklame/iklan tersebut adalah

televisi, media cetak, dan papan reklame. Perusahaan Samsung elektronik

mengeluarkan dana yang cukup besar dalam mereklamekan/mengiklankan

produk-produkhandphoneterbarunya tersebut di ketiga media reklame/iklan tersebut.

Untuk media televisi Samsung memilih RCTI dan SCTV sebagai sarana iklan

untuk mempromosikan produk-produknya, sedangkan untuk media cetak Samsung

memilih kompas dan analisa yang dinilai perusahaan Samsung cukup tepat untuk

(12)

Alasan Samsung memilih media elektronik televisi RCTI dan SCTV dalam

mengiklankan produknya adalah karena kedua media elektronik tersebut berdasarkan

survei yang dilakukan perusahaan Samsung pada tahun 2011, memiliki

pemirsa/penonton paling banyak diantara seluruh media elektronik televisi yang ada

di Indonesia. Demikian pula untuk media cetak, Samsung memilih kompas dan

analisa sebagai media cetak untuk mengiklankan produknya karena berdasarkan

survei yang dilakukan perusahaan samsung pada tahun 2011, memiliki pembaca

terbanyak diantara media cetak yang ada di Indonesia.14

Untuk media papan reklame (advertising) Samsung telah menetapkan pilihan

kepada PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising sebuah perusahaan advertising

berskala nasional yang telah berpengalaman dalam duniaadvertising selama kurun

waktu 15 (lima belas) tahun lebih dan telah banyak menjalin kerjasama dengan

perusahaan-perusahaan besar di Indonesia dalam melayani jasa reklame/periklanan.

Perjanjian kerjasama jasa pemasangan papan reklame juga telah ditandatangani oleh

PT. Samsung Elektronik Indonesia dengan PT. Sumo Internusa IndonesiaAdvertising

pada tanggal 6 Januari 2012 karena telah adanya kesepakatan diantara kedua belah

pihak berdasarkan surat penawaran yang diajukan oleh PT. Sumo Internusa Indonesia

Advertisingtertanggal 4 Januari 2012.

Oleh karena itu perjanjian kerjasama pemasangan papan reklame untuk

produk handphone Samsung telah dipandang sah sesuai Pasal 1320 KUH Perdata

14Eko Imam Suryanto,Prospek Perusahaan Advertising di Indonesia, Media Ilmu, Jakarta,

(13)

yang menyatakan bahwa syarat-syarat sahnya suatu perjanjian adalah, 1. Sepakat

mereka yang mengikatkan dirinya, 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan, 3.

Suatu hal tertentu, 4. Suatu sebab yang halal.

Pasal 1320 KUH Perdata tersebut di atas merupakan landasan hukum bagi

legalitas dari suatu perjanjian, apapun bentuk dan jenisnya yang dimaksud dengan

sepakat antara kedua belah pihak yang mengikatkan dirinya ke dalam perjanjian

adalah suatu kesepakatan atas dasar suka sama suka tanpa adanya paksaan ataupun

tekanan dari pihak manapun juga. Kecakapan para pihak yang membuat perjanjian

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kewenangan

bertindak untuk membuat perjanjian tersebut. Hal yang diperjanjikan harus jelas dan

tertentu dan obyek yang diperjanjikan merupakan obyek yang halal. Legal dan tidak

bertentangan dengan undang-undang.15

Tiap orang bebas membuat perjanjian apa saja dengan ketentuan tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 1338 ayat

(1) KUH Perdata menyatakan bahwa, untuk semua perjanjian yang dibuat secara sah,

berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Pasal 1338 ayat (1)

KUH Perdata ini menjadi dasar dari kebebasan membuat perjanjian bagi siapa saja

yang akan mengikatkan dirinya dalam suatu perjanjian. Konsekuensi hukum dari

Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata tersebut adalah bahwa setiap orang/pihak yang

telah mengikatkan dirinya ke dalam suatu perjanjian harus mematuhi perjanjian

15Salim HS,Hukum Kontrak (Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak,Sinar Grafika, Jakarta,

(14)

tersebut karena telah berlaku sebagai Undang-Undang bagi para pihak yang telah

menandatanganinya.16 Demikian pula halnya dengan perjanjian Pemasangan Papan

Reklame antara PT. Samsung Elektronik Indonesia dengan PT. Sumo Internusa

Indonesia Advertising, harus pula tunduk pada Pasal 1320 KUH Perdata sebagai

landasan hukum sahnya suatu perjanjian. Apabila perjanjian Pemasangan Papan

Reklame antara PT. Samsung Elektronik Indonesia dengan PT. Sumo Internusa

Indonesia Advertising telah disepakati dan telah ditandatangani oleh kedua belah

pihak, maka sejak saat kesepakatan dan penandatanganan tersebut, maka perjanjian

itu telah berlaku sebagai undang-undang yang harus dipatuhi/ditaati oleh kedua belah

pihak tanpa terkecuali.

Pengingkaran perjanjian tersebut oleh salah satu pihak akan mengakibatkan

terjadinya tuntutan hukum bagi pihak lain yang merasa dirugikan dengan

pengingkaran tersebut. Klausul dalam perjanjian Pemasangan Papan Reklame

tersebut tidak lagi mempunyai dampak hukum apabila perjanjian tersebut telah

berakhir, karena jangka waktunya atau karena diakhiri oleh para pihak atas dasar

kesepakatan bersama.

Oleh karena itu tulisan ini akan membahas secara lebih mendalam mengenai

hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pemasangan papan reklame,

faktor-faktor yang dapat menimbulkan sengketa dalam praktek pelaksanaan perjanjian

pemasangan papan reklame dan juga bagaimana penyelesaian hukum sengketa

tersebut dilakukan. Perjanjian pemasangan papan reklame antara PT. Samsung

(15)

Elektronik Indonesia dengan PT. Sumo Internusa IndonesiaAdvertisingdilaksanakan

dalam jangka waktu tertentu dan dengan ketentuan-ketentuan tertentu pula yang telah

disepakati kedua belah pihak.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Pemasangan Papan

Reklame antara PT. Samsung Elektronik Indonesia dengan PT. Sumo Internusa

IndonesiaAdvertisingdi Medan?

2. Faktor-faktor apa saja yang dapat menimbulkan sengketa dalam praktek

pelaksanaan perjanjian Pemasangan Papan Reklame antara PT. Samsung

Elektronik Indonesia dengan PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising di

Medan?

3. Bagaimana penyelesaian sengketa yang terjadi dalam pelaksanaan perjanjian

Pemasangan Papan Reklame antara PT. Samsung Elektronik Indonesia dengan

PT. Sumo Internusa IndonesiaAdvertisingdi Medan?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada judul dan permasalahan dalam penelitian ini, maka dapat

dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

(16)

1. Untuk mengetahui dan menganalisis hak dan kewajiban para pihak yakni PT.

Samsung Elektronik Indonesia dengan PT. Sumo Internusa IndonesiaAdvertising

dalam perjanjian pemasangan papan reklame di Medan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang dapat menimbulkan

sengketa dalam praktek pelaksanaan perjanjian Pemasangan Papan Reklame

antara PT. Samsung Elektronik Indonesia dengan PT. Sumo Internusa Indonesia

Advertisingdi Medan.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya hukum yang dapat ditempuh oleh

para pihak dalam penyelesaian sengketa dalam praktek pelaksanaan perjanjian

Pemasangan Papan Reklame antara PT. Samsung Elektronik Indonesia dengan

PT. Sumo Internusa IndonesiaAdvertisingdi Medan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbang saran dalam

ilmu hukum pada umumnya dan hukum perjanjian pada khususnya, terutama

mengenai kedudukan para pihak dalam perjanjian pemasangan papan reklame,

disamping itu juga dapat menjadi literatur dalam memperkaya khazanah dan

kepustakaan serta perkembangan ilmu hukum bidang keperdataan dan

kenotariatan di perguruan tinggi.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para

(17)

lebih mengetahui dan memahami secara mendalam hak dan kewajiban para

pihak sesuai prosedur hukum perjanjian jual beli yang terdapat dalam KUH

Perdata dan juga memahami tata cara praktek pelaksanaan perjanjian

pemasangan papan reklame tersebut apabila terjadi perbedaan pendapat ataupun

perselisihan antara kedua belah pihak dalam upaya mencari penyelesaian sesuai

prosedur hukum yang berlaku pula. Kepada masyarakat pada umumnya, agar

dapat mengetahui secara lebih mendalam tentang kedudukan hukum para pihak

dalam Pemasangan Papan Reklame antara PT. Samsung Elektronik Indonesia

dengan PT. Sumo Internusa IndonesiaAdvertising.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran sementara dan pemeriksaan yang telah

dilakukan baik diperpustakaan Ilmu Magister hukum maupun pada perpustakaan

Magister Kenotariatan di lingkungan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan

sejauh yang diketahui tidak ditemukan judul yang sama dengan judul penelitian ini.

Adapun judul penelitian yang ada kaitannya dengan masalah perjanjian adalah

sebagai berikut :

1. Nazwa Muis (NIM : 057011063), dengan judul Analisis Terhadap Risiko Hukum

Yang Terjadi Dalam Pemasangan Papan Reklame (Studi di Kota Medan).

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian tersebut di atas adalah : Bagaimana

penerapan Peraturan Daerah kota Medan tentang pembayaran pajak pemasangan

(18)

terjadi kerugian karena keadaan memaksa (force majeure) dalam pemasangan

papan reklame tersebut.

2. Yulizar Andythia (NIM : 097011091), dengan judul Tanggung Jawab Lembaga

Penyiaran Radio Dan Produsen Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama

Pemasangan Iklan.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian tersebut di atas meliputi ruang

lingkup hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pemasangan iklan

melalui radio, bagaimana penyelesaian sengketa dalam pelaksanaan perjanjian

pemasangan iklan radio tersebut dan perlindungan pemerintah terhadap lembaga

penyiaran dan konsumen dari iklan yang menyesatkan.

Substansi permasalahan yang dibahas didalam penelitian tersebut di atas

adalah berbeda pembahasannya dengan pembahasan dalam penelitian ini. Oleh

karena itu penelitian ini adalah asli adanya. Artinya secara akademik penelitian ini

dapat dipertanggungjawabkan keasliannya, karena belum ada yang melakukan

penelitian yang sama dengan judul penelitian ini.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atas butir-butir pendapat teori, tesis

mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi dasar perbandingan, pegangan

teoritis.17 Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan

(19)

pedoman/petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati18. Menurut

teori konvensional, tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan (recht

gewichtigeheid), kemanfaatan dan kepastian hukum (rechtzekerheid).19 Apeldoorn

menyatakan bahwa tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat

secara damai dan adil, untuk mencapai kedamaian hukum, harus diciptakan

masyarakat yang adil dengan mengadakan penyatuan antara kepentingan yang

bertentangan satu sama lain, dan setiap orang harus memperoleh hak-haknya sesuai

hukum yang berlaku dalam hal mewujudkan keadilan.20Menurut W. Friedman, suatu

undang-undang harus memberikan keadaan yang sama kepada semua pihak,

walaupun terdapat perbedaan-perbedaan diantara pribadi-pribadi tersebut.21

Pembahasan tentang hubungan perjanjian para pihak pada hakikatnya tidak

dapat dilepaskan dalam hubungannya dengan masalah keadilan. Perjanjian sebagai

wadah yang mempertemukan kepentingan satu dan lain pihak menuntut bentuk

pertukaran kepentingan yang adil. Oleh karena itu teori yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah teori keadilan/keseimbangan yang dipelopori oleh Aristoteles.

Keadilan/keseimbangan menurut Aristoteles adalah suatu tindakan untuk

memperlakukan setiap orang/pihak sebagai subjek hukum secara seimbang

(proporsional) sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing.22Di dalam karya

18

Lexy J Molloeng,Metodologi Penelitian Kuantitatif,Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hal 35.

19Achmad Ali,Menguak Tabir Hukum (suatu kajian Filosofi dan Sosiologi).Pernada Media, Jakarta,

hal 85.

20

R. Soeroso,Pengantar Ilmu Hukum,Sinar Grafika, Jakarta, 2008. hal 57.

21

W. Friedman, Teori dan Filsafat Hukum Dalam Buku Telaah Kasus atas teori-teori hukum, diterjemahkan dari buku aslinya legal Theory terjemahan Muhammad.

(20)

ilmiahnya yang berjudul “Nichomacthean Ethics”, Aristoteles menjabarkan

keadilan/keseimbangan tersebut menjadi 3 (tiga) pengertian yaitu :

a. Keadilan distributif (distributive justice), yang mempunyai pengertian dimana

semua hak-hak dan keuntungan harus dibagi secara adil.

b. Keadilan retributif (retributive justice), dimana hak-hak dan keuntungan dibagi

berdasarkan andil atau jasa-jasanya.

c. Keadilan kompensatoris(compensatory justice), dimana hak-hak dan keuntungan

dibagikan kepada pihak lain berdasarkan besar kerugian yang dideritanya.23

Dari beberapa pengertian tentang keadilan tersebut di atas, keadilan distributif

dipandang sebagai awal mula segala jenis teori keadilan. Dinamika keadilan yang

berkembang di masyarakat dalam telaah para ahli hukum pada umumnya

berlandaskan pada teori keadilan distributif, meskipun dengan berbagai versi dan

pandangan masing-masing, oleh karena itu dalam suatu perjanjian harus dilandasi

pemikiran proporsional yang terkandung dalam keadilan distributif. Keadilan dalam

melaksanakan perjanjian lebih termanifestasi apabila kepentingan para pihak

terdistribusi sesuai dengan hak dan kewajibannya secara proporsional.24

Hukum perjanjian diatur dalam Buku III KUH Perdata yang terdiri dari 18

Bab dan 631 Pasal, dimulai dari Pasal 1233 sampai dengan pasal 1864 KUH Perdata.

Secara garis besar, perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata adalah perjanjian jual

beli, tukar menukar, sewa menyewa, kerja, perkumpulan, hibah, penitipan barang,

23Otje Salman,Teori Hukum.Rajawali Press, 2009. Hal. 52.

(21)

pinjam pakai bunga tetap dan abadi, untung-untungan, pemberian kuasa penanggung

utang dan perdamaian. Dalam teori ilmu hukum perjanjian-perjanjian di atas disebut

dengan istilah perjanjian nominaat.

Di luar KUH Perdata dikenal pula perjanjian lainnya, seperti perjanjian joint

venture, produce sharing, franchise, perjanjian kerja sewa dan lain sebagainya.

Perjanjian jenis ini disebut innominaat yaitu perjanjian yang timbul, tumbuh dan

berkembang dalam praktek kehidupan masyarakat. Keberadaan perjanjian baik

nominaat maupun innominaat tidak terlepas dari adanya sistem yang berlaku dalam

hukum perjanjian itu sendiri.25

Sistem pengaturan hukum perjanjian adalah sistem terbuka (open system)

yang mengandung kebebasan untuk mengadakan perjanjian, baik yang sudah diatur

maupun yang belum diatur dalam undang-undang. Dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH

Perdata secara tegas menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah

berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya. Jika dianalisa lebih

lanjut maka ketentuan Pasal tersebut memberikan kebebasan para pihak untuk :26

1. Membuat atau tidak membuat perjanjian;

2. Mengadakan perjanjian dengan siapapun;

3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya;

4. Menentukan bentuk perjanjian apakah tertulis atau lisan.

(22)

Hukum perjanjian adalah bagian dari hukum perdata (Privat). Hukum ini

memusatkan perhatian pada kewajiban untuk melaksanakan kewajiban sendiri (Self

Limpoused Obligation). Disebut sebagai bagian dari hukum perdata disebabkan

karena pelanggaran terhadap kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam perjanjian

murni menjadi tanggung jawab pihak-pihak yang membuat perjanjian.27

Dalam suatu perjanjian terdapat 5 (lima) asas yang dikenal dalam ilmu hukum

perdata. Kelima asas itu antara lain adalah asas kebebasan berkontrak, asas

konsensualisme, asas kepastian hukum, asas itikad baik dan asas kepribadian.28

Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa asas kebebasan berkontrak termaktub

dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian

yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya. Pihak yang sepakat melakukan perjanjian dianggap mempunyai

kedudukan yang seimbang serta berada dalam situasi dan kondisi yang bebas

menentukan kehendaknya untuk melakukan perjanjian. Kebebasan berkontrak juga

ditegaskan dalam Pasal 1321 KUH Perdata yang menyatakan bahwa suatu

kesepakatan ini dibuat harus bersifat bebas. Kesepakatan tidaklah sah apabila

diberikan berdasarkan kekuatan atau diperbolehnya dengan penipuan atau paksaan.29

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH

Perdata yang menyatakan bahwa salah satu syarat sahnya suatu perjanjian adalah

27Abdul Kadir Muhammad,Hukum Perjanjian, Alumni Bandung, 1994, hal 16 28

Qirom A. Meliala, Pokok-pokok Hukum Perikatan beserta perkembangannya, Liberty Yogyakarta, 1985, hal 18.

29 Kartini Mulyadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Grafindo

(23)

adanya kata sepakat antara kedua belah pihak yang melakukan perjanjian. Asas

kepastian hukum yang lazim disebut juga dengan asas Pacta Sunt Servanda

merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas ini mensyaratkan

bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi perjanjian yang dibuat

oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah Undang-Undang. Mereka tidak boleh

melakukan intervensi terhadap substansi perjanjian yang dibuat oleh para pihak. Asas

ini dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata. Asas itikad baik (good

faith)tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang menyatakan perjanjian

harus dilaksanakan dengan itikad baik oleh para pihak yang mengikatkan diri ke

dalam perjanjian tersebut. Asas itikad baik dapat dikelompokkan menjadi dua bagian

yaitu itikad baik nisbi dan itikad baik mutlak. Pada itikad baik nisbi, harus

memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek. Pada itikad baik

mutlak, penilaian terletak pada akal sehat dan keadilan serta dibuat ukuran yang

obyektif untuk menilai keadaan menurut norma-norma yang obyektif.

Asas kepribadian (rechtpersonality)merupakan asas yang menentukan bahwa

seseorang yang akan melakukan dan atau membuat perjanjian harus menyatakan

kehendaknya dan kesediaannya untuk mengikatkan diri. Pernyataan kedua belah

pihak yang memiliki kesesuaian inilah yang disebut dengan kesepakatan

(konsensus)30. Pasal 1337 KUH Perdata menyatakan bahwa suatu sebab adalah

terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila berlawanan dengan

kesusilaan dan ketertiban umum. Penilaian terlarang dalam hal ini adalah apabila

(24)

objek yang diperjanjikan merupakan sesuatu yang terlarang, atau berlawanan dengan

undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.

Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan bahwa suatu perjanjian adalah suatu

perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu

orang atau lebih. Peristiwa pengikatan diri kedalam satu perjanjian ini menimbulkan

suatu hubungan hukum antara pihak-pihak yang melakukan perjanjian yaitu berupa

suatu perikatan yang mengandung janji atau kesanggupan atas apa yang diucapkan

atau dituliskan oleh para pihak yaitu pihak yang berhak dan pihak yang

berkewajiban.31

Dari rumusan di atas dapat dikatakan bahwa perjanjian adalah hubungan

hukum yang lahir dari adanya kesepakatan antara dua pihak atau lebih, dimana pihak

yang satu mengikatkan dirinya pada lapangan harta kekayaan dan pihak kedua berhak

untuk menuntut prestasi yang disepakati bersama.

Pasal 1330 KUH Perdata menyatakan tentang orang-orang yang dipandang tidak

cakap bertindak membuat perjanjian yaitu :

1. Orang yang belum dewasa sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 330 KUH

Perdata yaitu mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan tidak lebih

dahulu kawin.

2. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan sebagaimana yang dinyatakan oleh

Pasal 433 KUH Perdata yaitu mereka yang ditaruh di bawah pengampuan adalah

setiap orang dewasa yang selalu berada dalam keadaan dirinya sakit otak atau

(25)

mata gelap atau terlalu boros, sehingga tidak mampu bertanggung jawab atas

kepentingan sendiri karena itu dalam melakukan suatu perbuatan hukum mereka

diwakili oleh pengampunya (curator).32

3. Orang-orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang dan

pada umumnya semua orang pada siapa undang-undang telah melarang membuat

persetujuan-persetujuan tertentu. Hal ini termaktub dalam Pasal 1467 KUH

Perdata bahwasanya antara suami isteri tidak diperbolehkan persetujuan jual beli

Pasal 1678 KUH Perdata juga menentukan bahwa antara suami-isteri selama

dalam ikatan perkawinan dilarang mengadakan penghibahan. Namun ketentuan

ini tidak berlaku terhadap hadiah-hadiah atau pemberian benda-benda bergerak

yang harganya tidak terlalu tinggi mengingat kemampuan penghibah.

Perjanjian Pemasangan Papan Reklame antara PT. Samsung Elektronik

Indonesia dengan PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising merupakan perjanjian

innominaat (on benoemde). Perjanjian innominaat biasa juga disebut sebagai

perjanjian tidak bernama (ongenoemde overeenkomst) yang merupakan keseluruhan

kaidah hukum yang mengkaji berbagai perjanjian yang timbul, tumbuh dan hidup

dalam masyarakat dan perjanjian tersebut belum dikenal pada saat KUH Perdata

diundangkan.33 Perjanjian innominaat (tak bernama) dapat diartikan sebagai

perjanjian-perjanjian yang muncul dan berkembang dalam masyarakat karena

kebutuhan masyarakat itu sendiri. Contoh Perjanjian innominaat (tak bernama)

32

Wirjono Prodjo Dikoro,Asas Hukum Perdata,SUMUR, Bandung, 1992, hal 7.

33Ridwan Susanto,

(26)

tersebut antara lain adalah; perjanjian production sharing, joint venture, perjanjian

karya, leasing, beli sewa, franchise, perjanjian konstruksi dan termasuk perjanjian

pemasangan papan reklame yang akan dibahas dalam tulisan ini.

Unsur-unsur yang tercantum dalam hukum perjanjian innominaat (tak

bernama) adalah sebagai berikut :

1. Adanya kaidah hukum baik tertulis maupun tidak tertulis;

2. Adanya subyek hukum yaitu pendukung hak dan kewajiban subyek hukum

dalam perjanjian innominaat adalah debitor dan kreditor, badan pelaksanaan

badan usaha atau tetap, pengguna jasa dan penyedia jasa dan lain-lain;

3. Adanya obyek yang erat kaitannya dengan prestasi, pokok prestasi dalam

perjanjian innominaat tergantung pada jenis perjanjian yang menjadi pokok

prestasinya. Di dalam penulisan ini yang menjadi pokok prestasi adalah

melaksanakan pemasangan/pendirian papan reklame untuk produk elektronik

handphonemerek Samsung di Jalan Jemadi Simpang Jalan Krakatau Medan.34

Hukum perjanjian diatur dalam buku III KUH Perdata yaitu pada Pasal 1319

KUH Perdata yang menyatakan bahwa, “Semua perjanjian baik mempunyai nama

khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu tunduk pada peraturan

umum yang termuat dalam bab ini dan bab yang lalu”. Ketentuan ini mensyaratkan

bahwa perjanjian, baik yang mempunyai nama dalam KUH Perdata maupun yang

tidak dikenal dengan suatu nama tertentu (tidak bernama) tunduk pada buku III KUH

Perdata.

(27)

Dengan demikian para pihak yang mengadakan perjanjian innominaat tidak

hanya tunduk pada berbagai peraturan yang mengaturnya, tetapi para pihak juga

tunduk pada ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam KUH Perdata. Berbagai

ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur tentang perjanjian innominaat yang

terdapat di luar KUH Perdata, diantaranya adalah artikel 1355 NBW, Stb 1973

Nomor 289 tentang Beli Sewa Rumah, Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999

tentang Jasa Konstruksi, Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan

Gas Bumi, Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 tentang Waralaba

(Franchise), Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan Perindustrian dan

Perdagangan Nomor Kep-122/MK/IV/12/1974, Nomor 32/M/SK/2/1974 dan Nomor

30/KPB/I/1974 tentang Perizinan Usaha Leasing.

Secara khusus, peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

perjanjian innominaat dapat dilihat dalam ketentuan-ketentuan sebagaimana yang

telah disebutkan di atas. KUH Perdata merupakan ketentuan-ketentuan hukum yang

bersifat umum, sedangkan ketentuan hukum yang mengatur perjanjian innominaat

merupakan ketentuan hukum yang bersifat khusus. Dengan demikian berlaku asas

Lex Specialis derogate lex generali”, yang artinya undang-undang yang bersifat

khusus mengesampingkan undang yang bersifat umum. Pada saat

undang-undang yang bersifat khusus tidak mengatur secara rinci tentang masalah hukum

tertentu, maka dapat digunakan undang-undang yang bersifat umum.

Pasal 1320 KUH Perdata bila dihubungkan dengan Pasal 1335 Juncto Pasal

(28)

pihak dalam hubungan perjanjian yang mereka buat, sedangkan isi perjanjian terkait

dengan penentuan sifat serta luasnya hak dan kewajiban yang timbul dari hubungan

perjanjian para pihak terkait dengan substansi hak dan kewajiban yang saling

dipertukarkan oleh para pihak.35

Pada dasarnya setiap perjanjian yang dibuat para pihak harus dapat

dilaksanakan dengan sukarela atau dengan itikad baik oleh masing-masing pihak.

Namun dalam kenyataannya perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak sering

kali menimbulkan sengketa. Untuk itu diperlukan suatu pranata hukum untuk

menyelesaikan sengketa tersebut. Pola penyelesaian sengketa dalam bidang perjanjian

dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian besar yaitu :

1. Melalui jalur musyawarah mufakat yang dilaksanakan oleh kedua belah pihak;

2. Melalui jalur mediasi dengan menggunakan mediator, atau melalui jalur

alternatif penyelesaian sengketa(alternative dispute resolution);

3. Melalui litigasi (pengadilan).

2. Konsepsi

Konsep merupakan alat yang dipakai oleh hukum di samping sarana yang

lainnya, seperti asas dan standar. Oleh karena itu kebutuhan untuk membentuk

konsep merupakan salah satu dari hal-hal yang dirasakan pentingnya dalam hukum.

Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu

35Agus Yudha Hernoko,Hukum Perjanjian (Asas Proporsional Dalam Kontrak Komersial),

(29)

proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analitis.36 Kerangka

konsepsional mengungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan

dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum perjanjian Pemasangan Papan

Reklame.37

Konsep merupakan salah satu bagian penting dari teori. Dalam suatu

penelitian, konsepsi dapat diartikan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak

menjadi sesuatu yang konkrit, yang disebut dengan defenisi operasional, pentingnya

defenisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau

penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai, oleh karena itu dalam

penelitian ini dirumuskan kerangka konsepsi sebagai berikut :

1. Perjanjian pamasangan papan reklame adalah suatu hubungan hukum antara PT.

Samsung Elektronik Indonesia dengan PT. Sumo Internusa IndonesiaAdvertising

dalam hal pelaksanaan Pemasangan Papan Reklame di Medan untuk produk

Elektronikhandphonemerek Samsung dalam jangka waktu yang telah disepakati

bersama oleh kedua belah pihak.

2. Papan reklame adalah suatu media berbentuk persegi empat yang digunakan

untuk mempublikasikan produk/jasa tertentu yakni produk elektronikhandphone

merek Samsung kepada khalayak, agar dapat diketahui dan dikenal secara luas.

3. PT. Samsung Elektronik adalah perusahaan yang bergerak di bidang produk

elektronik, khususnyahandphoneyang mempunyai merek Samsung.

36Sajipto Raharjo,

Ilmu Hukum,Citra Aditya Bakti Bandung, 1996, hal 397.

37 Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tujuan Singkat,

(30)

4. PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising adalah perusahaan yang bergerak di

bidang jasa advertising/reklame/iklan suatu produk/jasa melalui media papan

reklame yang dipasang pada perempatan jalan atau pada suatu tempat tertentu

yang strategis sehingga dapat dilihat oleh masyarakat luas khususnya para

pengguna jalan umum.

5. Klausul perjanjian adalah butir perjanjian yang dibuat secara tertulis yang

memuat syarat-syarat dan ketentuan pelaksanaan pemasangan papan reklame

antara PT. Samsung Elektronik Indonesia dan PT. Sumo Internusa Indonesia

Advertisingdi Medan yang merupakan hasil kesepakatan kedua belah pihak yang

dibuat secara profesional, adil dan seimbang.

6. Sengketa adalah suatu keadaan hukum dimana terjadi perbedaan pendapat (opini)

antara para pihak yang terlibat dalam perjanjian pemasangan papan reklame yang

membutuhkan suatu penyelesaian secara hukum pula.

7. Wanprestasi adalah suatu keadaan hukum dimana salah satu pihak ingkar

janji/cidera janji sehingga menimbulkan akibat hukum suatu kerugian kepada

pihak lain yang terlibat di dalam perjanjian pemasangan papan reklame tersebut.

8. Hak dan kewajiban adalah suatu keadaan hukum yang melahirkan prestasi di satu

sisi dan kontraprestasi di sisi lain yang wajib dipenuhi oleh masing-masing pihak

yang terlibat didalam perjanjian pemasangan papan reklame.

G. Metode Penelitian

1. Sifat dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif (yuridis normatif),

dimana pendekatan terhadap permasalahan dilakukan dengan mengkaji ketentuan

(31)

Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif analitis, maksudnya dari penelitian ini

diharapkan akan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan

yang akan diteliti. Analisis dimaksudkan berdasarkan gambaran, fakta yang diperoleh

akan dilakukan secara cermat bagaimana menjawab permasalahan.

2. Sumber Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data sekunder

yaitu data yang dikumpulkan melalui studi dokumen terhadap bahan kepustakaan

yang terdiri dari :

1. Bahan hukum primer yang berupa norma/peraturan dasar dan peraturan

perundang-undangan. Dalam penelitian ini bahan primer adalah Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) dan perjanjian Pemasangan Papan

Reklame antara PT. Samsung Elektronik Indonesia dengan PT. Sumo Internusa

IndonesiaAdvertising.

2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer yang berupa buku, hasil-hasil penelitian dan atau karya

ilmiah hukum tentang hukum perjanjian pada umumnya dan perjanjian

Pemasangan Papan Reklame pada khususnya.

3. Bahan hukum tertier yaitu bahan yang memberi pertunjuk dan penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum,

ensiklopedia, kamus umum dan lain sebagainya.

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sekunder (bahan hukum) dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (library research). Alat pengumpulan

(32)

dengan membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi, dan menganalisa data

primer, sekunder maupun tertier yang berkaitan dengan penelitian ini. Disamping itu

dalam penelitian ini juga dilakukan pengumpulan data primer dengan teknik

wawancara, menggunakan pedoman wawancara terhadap manajer operasional PT.

Sumo Internusa Indonesia Advertising dan kepala Cabang PT. Samsung Elektronik

Indonesia di Medan, yang dalam penelitian ini memiliki kapasitas sebagai informan

dan narasumber.

4. Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

dan dapat dirumuskan suatu hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data.38 Di

dalam penelitian hukum normatif maka analisis pada hakekatnya berarti kegiatan

untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematisasi

berarti membuat klasifikasi terhadap bahan hukum tertulis primer, sekunder maupun

tertier, untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi.39 Dalam penelitian ini

bahan-bahan hukum tertulis yang digunakan adalah klausul perjanjian kerjasama

pemasangan papan reklame antara PT. Samsung Elektronik Indonesia dengan PT.

Sumo Internusa Indonesia Advertising di Medan, hukum perjanjian sebagaimana

yang termuat dalam KUH Perdata```, literatur-literatur dan karya ilmiah yang

berhubungan dengan masalah hukum periklanan yang terkait dengan pembahasan

38

Bambang Suggono,Metode Penelitian Huluan,raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal 106.

39Soerjono Soekanto,

(33)

dalam penelitian ini, yang dijadikan pedoman untuk menghasilkan jawaban yang

selaras dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

Semua data yang diperoleh tersebut di atas di analisa secara kualitatif, dan

penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan metode logika deduktif, yaitu

penarikan kesimpulan diawali dari hal-hal yang bersifat umum (kaidah hukum yang

terdapat dalam KUH Perdata) menuju hal-hal yang bersifat khusus (Pemasangan

Papan Reklame antara PT. Samsung Elektronik Indonesia dengan PT. Sumo

Internusa IndonesiaAdvertisingdi Medan.40

40Bambang Sunggono,Metode Penelitian Hukum Suatu Pengantar,Raja Grafindo Persada,

Referensi

Dokumen terkait

Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung bagiandalam. Bentuk hidung luar seperti piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah : pangkal hidung, batang hidung,

Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan jumlah populasi 4 sumur gali di pondok pesantren mahir Ar-riyadl komplek An-Nur kecamatan Pare Kabupaten Kediri,

yang berjudul: “ ANALISIS EFISIENSI PEMECAH GELOMBANG KONDISI EKSISTING DIBANDINGKAN DENGAN MATERIAL BATU BULAT HALUS” Penyusunan Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk

Pada resolusi itu dinyatakan bahwa telah terjadi sengketa antara PBB dengan Amerika Serikat, negara tuan rumah, tentang interpretasi atau penerapan dari Headquarters Agreement

Nessus melakukan scanning berdasarkan pada policy yang dibuat untuk memeriksa batasan dari model scanning yang dilakukan kemudian Nessus akan memeriksa setiap

Lampiran 14 Nilai Korelasi Rank Spearman Hubungan Antara Peran Penyuluh dengan Pendapatan Petani Jagung di Desa

Kebijakan moneter adalah kebijakan ekonomi yang digunakan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter, untuk mengendalikan atau mengarahkan perekonomian pada kondisi yang lebih baik atau

Berdasarkan hal tersebut di atas dan memperhatikan aspirasi masyarakat yang berkembang dan selanjutnya secara formal dituangkan dalam Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah