PROGRAM INTERVENSI PENGEMBANGAN KECAKAPAN
BERBICARA ANAK DOWN SYNDROME
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
oleh :
LELI KURNIAWATI
NIM 1005499
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015
PROGRAM INTERVENSI PENGEMBANGAN KECAKAPAN
BERBICARA ANAK DOWN SYNDROME
Oleh Leli Kurniawati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Leli Kurniawati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
LELI KURNIAWATI 1005499
PROGRAM INTERVENSI PENGEMBANGAN KECAKAPAN
BERBICARA ANAK DOWN SYNDROME
disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Dr.Zaenal Alimin, M.Ed. NIP. 195903241984031002
Pembimbing II
Dra.Hj.Pudji Asri, M.Pd. NIP. 195103261979032002
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI KECAKAPAN
BERBICARA ANAK DOWN SYNDROME
Kemampuan berbicara dan berbahasa merupakan kemampuan awal yang harus dimiliki anak sebagai modal untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi. Intervensi diberikan bagi mereka yang mengalami hambatan dalam perkembangan termasuk perkembangan bicara bahasa pada anak down syndrome. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan program intervensi yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan anak down syndrome. Penelitian ini untuk mengetahui perkembangan bicara pada anak down syndrome serta upaya yang telah dilakukan untuk membantu mengembangkan kemampuan berbicara mereka. Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed methods) dengan desain sequential exploratory, yakni sebuah desain penelitian yang menggabungkan penelitian kualitatif dan kuantitatif secara bertahap. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kemampuan berbicara anak masih terbatas pada pengucapan satu kata tanpa adanya penangangan khusus. Program intervensi yang dirancang terdiri dari aspek pemahaman kosakata, sintaksis dan sematis yang disusun berdasarkan perkembangan anak. Hasil dari pelaksanaan program ini menunjukan peningkatan bicara anak pada beberapa kata. Program ini dapat dilaksanakan dalam proses belajar mengajar di kelas. Perhatian yang lebih pada anak dapat membantu anak down syndrome meningkatkan kemampuan berbicaranya.
Kata Kunci : program intervensi, kecakapan berbicara, down syndrome, mixed
ABSTRACT
SPEAKING CAPABILITYS DEVELOPMENT INTERVENTION PROGRAM FOR CHILDREN WITH DOWN SYNDROME
Speech and language is an initial capability to be owned subsidiaries as capital to be able to interact and communicate. Intervention is given to those who experience barriers to development including speech development of language in children with Down syndrome. This study aims to formulate intervention programs in accordance with the development and needs of children with Down syndrome. This study to determine the speech development in children with down syndrome and the efforts that have been undertaken to help develop their speaking skills. This study used mixed methods with sequential exploratory design, which is a design study that combines qualitative and quantitative research gradually. Results from this study showed that the ability to speak the child is still limited to the pronunciation of the word without any special handling. The program consists of interventions designed aspects of understanding of the vocabulary, syntax and schematically drawn based on the child's development. The results of the implementation of this program showed improvement in the children speak a few words. This program can be implemented in teaching and learning in the classroom. More attention in children can help children with Down syndrome improve speaking ability.
Keywords: intervention program, speech intelligibility, down syndrome, mixed
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR BAGAN ... x
DAFTAR GRAFIK ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Definisi Konsep ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Kegunaan Penelitian ... 4
F. Sistematika Penulisan ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 6
B. Perkembangan Bicara pada Anak ... 6
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bicara... 8
D. Gangguan Bicara ... 12
E. Perkembangan Bicara dan Bahasa Anak Down Syndrome ... 13
F. Program Intervensi Kecakapan Berbicara ... 18
1. Tujuan Intervensi ... 19
2. Media yang digunakan... 20
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 23
B. Prosedur Penelitian ... 24
1. Teknik Pengumpulan Data Kualitatif (Tahap I) ... 27
2. Teknik Pengumpulan Data Kuantitatif (Tahap II) ... 28
E. Instrumen Penelitian ... 28
F. Teknik Analisis Data ... 30
1. Teknik Analisis Data Kualitatif ... 30
2. Pengujian Validitas ... 30
3. Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 31
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Tahap I ... 32
1. Hasil Penelitian Tahap I ... 32
2. Pembahasan Penelitian Tahap I ... 37
B. Penelitian Tahap II ... 54
1. Hasil Penelitian Tahap II ... 54
2. Pembahasan Penelitian Tahap II... 59
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 61
B. Rekomendasi... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 64
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kesulitan Bicara dan Perkembangan Bahasa ... 9
Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Penelitian Tahap I ... 29
Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Observasi Penelitian Tahap I ... 29
Tabel 4.1 Implikasi Hasil Analisa terhadap Pengembangan Program Kecakapan Berbicara pada Anak Down Syndrome ... 40
Tabel 4.2 Rancangan Program Intervensi Kecakapan Berbicara ... 42
Tabel 4.3 Program Intervensi Kecakapan Berbicara Anak Down Syndrome ... 43
Tabel 4.4 Contoh Kartu Gambar yang Digunakan... 45
Tabel 4.5 Instrumen Penilaian Menyebutkan Kata ... 49
Tabel 4.6 Instrumen Penilaian Aspek Sintaksis ... 50
Tabel 4.7 Perbandingan Pengucapan Kata dengan Pemahaman Kata ... 53
Tabel 4.8 Hasil Penilaian Aspek Perkembangan Kosakata : Pengucapan Kata .... 54
Tabel 4.9 Hasil Penilaian Aspek Perkembangan Kosakata : Pemahaman Kata .... 55
Tabel 4.10 Perbandingan Pengucapan Kata dengan Pemahaman Kata ... 57
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Strategi Ekploratoris Sekuensial ... 24
Bagan 3.2 Desain One-Shot Case Study ... 24
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Hasil Penilaian Aspek Pemahaman Kosakata : Pengucapan Kata ... 55
Grafik 4.2 Hasil Penilaian Aspek Pemahaman Kosakata : Pemahaman Kata ... 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap orang berhak memperoleh pendidikan tidak terkecuali bagi
anak-anak yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial.
Agar memperoleh hak yang sama, maka banyak didirikan sekolah-sekolah khusus
untuk anak-anak yang mengalami kebutuhan khusus dengan tenaga pendidik
khusus yang membantu mereka memperoleh pendidikan dan pengetahuan sesuai
dengan kebutuhan. Salah satunya sekolah yang memberikan pendidikan bagi
anak-anak dengan hambatan kecerdasan atau masyarakat mengenalnya dengan
sekolah luar biasa tunagrahita.
Klasifikasi anak tunagrahita salah satunya adalah anak-anak down
syndrome, yakni “suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental
yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom.” (Clinic, 2012).
Karena adanya abnormalitas perkembangan kromosom ini maka anak-anak down
syndrome memiliki ciri raut wajah yang menyerupai orang mongol dengan mata
sipit dan miring, lidah tebal, telinga kecil, kulit kasar, susunan gigi kurang baik.
Akibat kondisi fisik serta kemampuan kognitifnya, anak down syndrome
mengalami banyak hambatan dalam perkembangannya, salah satunya hambatan
dalam kemampuan berbicara dan berbahasa disamping hambatan dalam
kemampuan secara akademik.
Pembelajaran di sekolah yang cenderung menekankan pada kemampuan
anak dalam pencapaian di bidang akademik seolah mengesampingkan kebutuhan
anak sebagai makhluk sosial yang memerlukan bimbingan lebih agar bisa terjun
ke masyarakat, berinteraksi dan berkomunikasi dengan mereka. Selain itu
pergaulan anak disekolah juga menggambarkan bagaimana dia mengalami
kesulitan dalam proses interaksi dan komunikasi secara verbal bersama
teman-temannya. Anak cenderung menggunakan bahasa tubuh untuk memberitahu
keinginannya dan proses percakapan minim terjadi diantara mereka.
Kemampuan berbicara dan berbahasa merupakan kemampuan awal yang
harus dimiliki anak sebagai modal untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi.
2
down syndrome karena ucapan mereka yang terdengar setengah-setengah seperti
hanya terdengar suku kata terakhir dari kata yang diucapkannya atau karena
mereka memiliki keterbatasan kosakata yang membuat mereka sulit
mengungkapkan secara verbal apa yang ingin disampaikan sehingga sulit
dimengerti oleh lawan bicaranya dan hal ini terkadang membuat lawan bicaranya
memilih lebih untuk mengacuhkannya.
Keterlambatan berbicara sering dikaitkan dengan gangguan
perkembangan, gangguan perilaku, gangguan motorik oral dan gangguan fungsi
lainnya, bila berbagai gangguan yang terjadi hampir bersamaan tersebut tidak
disikapi dengan baik, maka akan mengganggu tumbuh dan kembangnya anak di
masa depan (Judarwanto, 2009). Anak down syndrome mengalami hampir seluruh
gangguan perkembangan yang dikaitkan dengan keterlambatan bicara tersebut,
mereka cenderung akan berbicara melalui perilakunya, bersikap sesuai
keinginannya yang lebih sering membuat teman-teman atau orang yang berada
didekatnya mengalami kesulitan saat mereka bersikap karena ketidakpahaman
mereka tentang apa yang anak inginkan.
Berdasarkan hasil temuan di lapangan, di sebuah sekolah terdapat seorang
anak down syndrome dengan kondisi berbicara yang masih terlambat.
kemampuan berbicaranya, kata yang diucapkan masih terdengar
setengah-setengah sehingga sulit untuk dipahami oleh orang lain dan anak lebih banyak
menggunakan perilakunya, seperti saat anak meminta sesuatu barang, karena tidak
mengetahui nama barang tersebut anak akan menunjuk terus menerus pada benda
yang diinginkannya.
Apabila kondisi berbicara serta berbahasa seperti tadi dibiarkan terus
menerus, akan menjadi sebuah kebiasaan yang tidak baik untuk anak.
Perkembangan anak yang seharusnya masih bisa berkembang akan terhenti karena
kurangnya perhatian dan penanganan pada hambatan tersebut. Untuk itu,
diperlukan sebuah program khusus untuk membantu anak dalam memperbaiki
kondisi berbicara dan berbahasanya. Program ini berupa program intervensi,
sebuah program yang dirancang untuk memberikan stimulasi pada anak yang
3
Pada anak down syndrome yang mengalami hambatan pada hampir semua
aspek perkembangan salah satunya aspek berbicara dan berbahasa, program
intervensi yang diberikan berupa program intervensi kecakapan berbicara dan
berbahasa. Berbicara merupakan proses yang penting dalam kehidupan sosial,
karena dengan berbicara informasi yang didapat akan lebih mudah dan lebih jelas
dimengerti. Semakin baik kemampuan berbicara akan semakin mudah dalam
pemprosesan informasi yang didapat ataupun disampaikan. Program ini
dirumuskan secara khusus berdasarkan kondisi anak down syndrome dalam
perkembangan berbicara dan berbahasa. Tujuannya untuk memberikan stimulasi
dan membatu memperbaiki kemampuan berbicara dan berbahasa anak down
syndrome agar anak dapat berkomunikasi verbal dengan baik serta dapat aktif
secara sosial, misalnya pada teman sebayanya. Maka dari itu penulis memutuskan
untuk melakukan penelitian dengan judul “Program Intervensi Pengembangan Kecakapan Berbicara Anak Down Syndrome”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah “Program intervensi apakah yang sesuai dalam mengembangkan kecakapan berbicara dan berbahasa anak down syndrome?”
Dari rumusan masalah tersebut, disusun pertanyaan-pertanyaan penelitian,
diantaranya :
1. Bagaimanakah kondisi anak down syndrome dalam kemampuan berbicara,
apa yang menjadi hambatan serta kebutuhan anak?
2. Bagaimana proses pembelajaran yang diberikan guru saat ini terhadap anak
down syndrome dalam mengajar bicara?
3. Bagaimana pengasuhan orang tua dirumah yang berkaitan langsung dengan
proses berbicara anak down syndrome?
4. Bagaimana progam yang sesuai untuk pengembangan kecakapan berbicara
anak down syndrome?
5. Bagaimana hasil dari penerapan program pengembangan intervensi
4
C. Definisi Konsep
1. Kecakapan berbicara
Kecakapan dapat diartikan sebagai kemampuan, kesanggupan atau
kemahiran dalam mengerjakan sesuatu. Berbicara adalah bentuk bahasa yang
menggunakan artikulasi atau kata-kata untuk menyampaikan suatu maksud. Maka,
kecakapan berbicara adalah kemampuan seseorang mengeluarkan bunyi artikulasi
untuk menyampaikan suatu maksud.
Kecakapan berbicara yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
kemampuan memahami (reseptif) dan kemampuan dalam mengemukakan
langsung kepada orang lain (ekspresif) secara verbal .
2. Program intervensi kecakapan berbicara
Intervensi sering diartikan sebagai campur tangan diantara dua pihak yang
berselisih, namun intervensi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
campur tangan yang dilakukan untuk memberikan bantuan pada anak yang
mengalami hambatan dalam perkembangannya. Program intervensi yang
dirancang dalam penelitian ini berupa program intervensi kecakapan berbicara
anak, sebuah program yang akan membantu anak down syndrome dalam
memperbaiki kemampuan berbicaranya, dengan pengucapan kata yang dapat
dimengerti oleh lawan bicaranya sehingga anak dapat lebih baik dalam
berkomunikasi dengan orang lain.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk merumuskan program intervensi
kecakapan berbicara dan berbahasa pada anak down syndrome, agar dapat
digunakan dalam pemberian intervensi untuk memperbaiki perkembangan
berbicara dan berbahasa anak down syndrome.
E. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian tentang penembangan program intetrvensi ini akan
memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya :
1. Dapat digunakan untuk mengetahui hambatan perkembangan berbicara
5
2. Dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam disiplin
ilmu pendidikan terutama pendidikan khusus terkait dengan pemberian
intervensi perkembangan berbicara dan berbahasa pada anak down
syndrome.
3. Dapat dijadikan dasar dan dikembangkan kembali dalam penelitian
berikutnya.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi terdiri dari lima bab yang akan menjelaskan proses
penyusunan skripsi secara keseluruhan. BAB I merupakan Bab Pendahuluan, pada
bab ini secara garis besar menuliskan mengenai latar belakang diperlukannya
sebuah progtram intervensi untuk anak down syndrome dalam kemampuan
berbicaranya. Pada bab ini juga akan menjelaskan beberapa rumusan masalah,
tujuan serta manfaat dari penelitian yang dilakukan.
BAB II adalah Kajian Pustaka. Pada bab ini memaparkaan konsep-konsep
teori yang mendukung penelitian yaitu terkait pemahaman mengenai anak down
syndrome beserta kecapakannya dalam berbicara dan berbahasa serta program
intervensi yang dapat diberikan pada anak dalam membantunya mengembangkan
kemampuan dalam berbicara.
BAB III Metode Penelitian. Pada bab ini memaparkan tahapan-tahapan
yang ditempuh dalam menyelesaikan penelitian. Penelitian ini melalui dua
tahapan secara garis besar. Pertama penelitian tahap I, berisi tentang pengumpulan
data awal untuk mengetahui kondisi subjek penelitian hingga proses perumusan
program intervensi yang akan diberikan berdasarkan kondisi subjek setelah
analisa pada penelitian tahap I, dan penelitian tahap II melakukan uji program
program intervensi pada subjek.
BAB IV Hasil Penelitian. Membahas hasil penelitian yang didasarkan pada
data fakta dan informasi yang diperoleh dilapangan serta pembahasan yang terkait
dengan rumusan program intervensi kecakapan berbicara.
BAB V Kesimpulan. Menyajikan penafsiran dan hasil analisis penelitian
23
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode kombinasi (mixed methods). Menurut Creswell (Sugiyono,
2013, hal. 404) metode penelitian kombinasi merupakan ‘pendekatan dalam
penelitian yang mengkombinasikan atau menghubungkan antara metode
penelitian kuantitatif dan kualitatif. Hal itu mencakup landasan filosofis,
penggunaan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dan mengkombinasikan kedua pendekatan dalam penelitian.’
Metode penelitian kombinasi ini terbagi menjadi dua model utama, seperti
yang dikemukakan lebih lanjut oleh Cresswell (Sugiyono, 2013, hal. 407) yakni
model sequential (kombinasi berurutan) dan model concurrent (kombinasi
campuran). Model urutan (sequential) ada dua yaitu model urutan pembuktian
(sequential explanatory) dan model urutan penemuan (sequential exploratory).
Model concurrent (campuran) ada dua yaitu, model concurrent triangulation
(campuran kuantitatif dan kualitatif secara berimbang) dan concurrent embedded
(campuran penguatan / metode kedua memperkuat metode pertama).
A. Desain Penelitian
Melalui penelitian ini, produk akhir yang akan dihasilkan berupa sebuah
program intervensi untuk kecakapan berbicara pada anak down syndrome. Pada
rumusan masalah di bab satu telah dijelaskan ada lima pertanyaan penelitian.
Pertanyaan nomor satu sampai pertanyaan nomor tiga mengenai kondisi subjek
penelitian, proses pembelajaran yang diberikan oleh guru dan peranan orang tua
dalam perkembangan bicara anak. Data-data untuk menjawab pertanyaan tadi
menggunakan data kualitatif. Analisis data hasil penelitian menggunakan metode
kualitatif ini akan menjadi dasar untuk perumusan program intervensi kecakapan
berbicara anak down syndrome. Selanjutnya, untuk menjawab pertanyaan penelitian “Bagaimana hasil dari penerapan program pengembangan intervensi kecapakan berbicara anak down syndrome?”, diperoleh melalui data kuantitatif,
24
Dengan demikian, untuk melaksanakan penelitian ini diperlukan dua data
yaitu data kualitatif dan data kuantitatif, karena proses pengumpulan data melalui
dua tahap secara berurutan maka penelitian ini menggunakan model sequential
(urutan) dengan tipe exploratory sequential.
Model penelitian sequential exploratory adalah model penelitian
kombinasi yang menggabungkan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif secara berurutan, “strategi eksploratoris sekuensial melibatkan pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap pertama yang kemudian diikuti oleh
pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap kedua yang didasarkan pada
hasil-hasil tahap pertama.” (Creswell, 2010, hal. 317)
Bagan 3.1
Strategi Eksploratoris Sekuensial (Creswell, 2010, hal. 314)
Penelitian kualitatif akan dilaksanakan pada proses penelitian tahap
pertama sedangkan pada tahap kedua akan menggunakan penelitian kuantitaif
desain eksperimen. Desain eksperimen yang dipilih adalah One-Shot Case Study,
pemilihan desain ekperimen ini karena tidak adanya kelompok kontrol juga
pemilihan sampel yang tidak dipiih secara random.
X = Treatment yang diberikan
O = Observasi
Bagan 3.2
Desain One-Shot Case Study
B. Prosedur Penelitian
Pada bagian ini akan memaparkan langkah-langkah penelitian yang
dilakukan. Penelitian dilaksanakan melalui dua langkah atau tahapan secara
kesuluruhan. Tahap I merupakan proses pengumpulan data awal dimulai dari
asesmen, perumusan program intervensi hingga program tersebut siap diujikan
25
langsung ke lapangan setelah melalui proses validasi. Tahap kedua merupakan uji
program program intervensi yang telah dirumuskan sebelumnya.
Secara keseluruhan, langkah-langkah penelitian dapat digambarkan seperti
Tahap I Tahap II
Bagan 3.3 Prosedur Penelitian
Studi Pendahuluan
Rumusan Program Intervensi Kecakapan
Bebicara anak down syndrome
1. Observasi kondisi anak
down syndrome
2. Wawancara guru 3. Wawancara orang tua
Validasi Program
Draf Program
Ahli
Ahli Ahli
Deskripsi dan analisis data
Revisi Tidak Valid Valid
Uji Program
Deskripsi dan analisis
Program Intervensi Kecakapan Bebicara Anak
27
C. Partisipan dan Tempat Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terlibat dalam
proses penelitian, yang bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian. Pada penelitian ini yang menjadi subjek dalam penelitian adalah
seorang anak down syndrome yang memiliki hambatan dalam berbicara.
penentuan subjek penelitian menggunakan teknik purposive sampling, yakni
teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. anak yang
menjadi subjek adalah anak down syndrome yang memiliki hambatan dalam
kemampuan berbicara dan berbahasa. Selain anak, penelitian ini juga melibatkan
guru dan orang tua siswa dalam proses pengumpulan data yang diperlukan. Guru
yang terlibat juga akan menjadi pelaksana dalam rumusan program yang dibuat.
Penelitian ini dilaksanakan di sebuah sekolah luar biasa di kota bandung.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data penting dilakukan dalam sebuah penelitian agar
memberikan data yang dapat dipercaya. Telah dijelaskan sebelumnya jika
penelitian ini akan menggunakan teknik kualitatf dan kuantitatif secara berurutan,
maka proses pengumpulan datapun demikian. Pengumpulan data dilakukan secara
berurutan menggunakan penelitian kualitatif dan kuantitatif.
1. Teknik Pengumpulan Data Kualitatif (Tahap I)
Pada penelitian tahap pertama ini akan dilakukan pengumpulan data
melalui wawancara dan observasi.
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviwee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu (Moleong, 2013, hal. 169). Wawancara dilakukan untuk
mendapatkan informasi dari guru dan orang tua mengenai kemampuan berbicara
anak down syndrome.
b. Observasi
28
tertentu. Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk
memberikan suatu kesimpulan diagnosis (Herdiansyah, 2013, hal. 131).
Observasi yang dilakukan adalah observasi partisipatif, dimana peneliti
ikut terlibat dalam kegiatan subjek penelitian, observasi dimaksudkan untuk
mengumpulkan data dari subjek penelitian serta memperoleh gambaran mengenai
kemampuan subjek
c. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Pada
penelitianini yang digunakan adalah beberapa foto dan riwayat anak yang
diperoleh dari arsip sekolah.
2. Teknik Pengumplan Data Kuantitatif (Tahap 2)
Teknik pengumpulan data kuantitatif dilakukan setelah tahapan penelitian
pada teknik kualitatif selesai. Pada tahap penelitian kuantitatif ini teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Bentuk tes yang digunakan adalah
tes unjuk kerja. Hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan siswa dalam
mempraktekan kemampuannya dalam berbicara. Intervensi dan evaluasi
dilakukan pada hari yang sama.
Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui kemampuan subjek mulai dari
kemampuan awal hingga kemampuan akhir. Tes ini dilakuan untuk mengetahui
pengaruh dan perkembangan dari intervensi yang diberikan.
E. Instrumen Penelitian
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan, maka instrumen yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1) Pedoman Wawancara.
Pedoman waawancara digunakan untuk memperoleh dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran yang lebih jelas dalam pengumpulan data sebelum
memasuki tahapan perumusan program intervensi kecakapan berbicara untuk anak
down syndrome. Instrumen penelitian untuk wawancara terbagi dua yakni
pedoman wawancara untuk guru dan orang tua. Pedoman wawancara untuk guru
diperlukan untuk mengetahui proses pembelajaran yang telah diberikan selama ini
29
berbicaranya, yang kedua pedoman wawancara untuk orang tua, mengenai
penerimaan orang tua terhadap kondisi anak, pola asuh orang tua, proses
perkembangan berbicara anak, proses komunikasi anak selama dirumah.
Wawancara yang dilaksanakan adalah wawancara terstruktur dengan pedoman
wawancara yang telah dibuat sebelumnya.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Pedoman Wawancara Penelitian Tahap I
No Pertanyaan
Penelitian Aspek yang diungkap
Teknik sdengan proses berbicara anak down syndrome? belajaran yang diberikan guru saat ini terhadap anak down syndrome dalam mengajar berbicara?
Proses pembelajaran kecakapan berbicara di kelas.
Upaya guru dalam mengajarkan kecakapan berbicara
Keaktifan anak di kelas
Wawancara Guru
2) Pedoman Observasi
Pedoman observasi dibuat untuk mengetahui perlakuan guru di kelas
terhadap anak down syndrome, serta kemampuan sosial anak di sekolah. Selain itu
juga pedoman observasi dibuat untuk mengetahui efektivitas penerapan program
intervensi kecakapan berbicara pada anak down syndrome.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Pedoman Observasi Penelitian Tahap I
No Pertanyaan
Penelitian Aspek yang diamati
Teknik Pengumpulan
Data
Sumber Data
30
No Pertanyaan
Penelitian Aspek yang diamati
Teknik
Seperti proses pengumpulan data yang menggunakan dua teknik, proses
analisis data juga menggunakan dua teknik yakni teknik analisis data kuantitatif
dan teknik analisis data kualitatif.
1. Teknik analisis data Kualitatif
Proses analisis data menggunakan konsep analisis data kualitatif pada
penelitian tahap I. Menurut Bogdan & Biklen, 1982 dalam (Moleong, 2013, hal.
248) ‘konsep analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan mengemukakan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.’ Jadi analis data dilakukan dengan cara mengumpulkan, memilah-milah dan mengklasifikasikan hasil catatan lapangan yang kemudian
diklasifikasikan sesuai dengan kemampuan, kebutuhan serta hambatan yang
dialami oleh subjek penelitian sebelum merumuskan program intervensi.
2. Pengujian Validitas
Draf instrumen yang telah dibuat dapat diterapkan dilapangan apabila
instrumen yang telah dibuat tadi telah valid dari uji terlebih dahulu. Suatu alat
pengukuran dikatakan valid (shahih) apabila alat itu mengukur apa yang harus
diukur oleh alat itu (Nasution, 2009). Menguji validitas dengan menggunakan
pendapat dari ahli (judgment experts), validitas dilakukan dengan cara menyusun
butir instrumen kemudian diminta pendapat dari orang yang dianggap ahli dengan
mencocokkan indikator yang ada di kisi-kisi butir instrumen yang dibuat.
Penilaian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran rasional program
intervensi yang telah disusun itu akan efektif atau tidak jika diterapkan
dilapangan. Penilaian ini masih berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta di
31
untuk mengukur instrumen yang telah dibuat, terdiri dari orang yang ahli dalam
bidang pendidikan khusus.
Apabila hasil uji validitas itu memberikan hasil yang valid maka program
intervensi tersebut sudah dapat di ujikan ke lapangan. Sedangkan jika hasil uji
validitas tersebut memberikan hasil yang tidak valid, maka instrumen itu harus
dikaji ulang sehingga menjadi valid untuk di uji program. Instrumen yang sudah
di judgement oleh ahli kemudian di hitung dengan rumus, sebagai berikut:
P =�� × %
Keterangan:
P = Persentase
F = Frekuensi cocok menurut penilai
N = Jumlah penilai
Kriteria butir validitas dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Valid = x 100 % = 100 %
b. Cukup Valid = x 100 % = 66,6 %
c. Kurang Valid = x 100 % = 33,3 %
d. Tidak Valid = x 100 % = 0 %
3. Teknik analisis data Kuantitatif
Pada penelitian tahap II, proses penelitian menggunakan pendekatan
kuantitatif, maka data hasil penelitian yang diperoleh dioalah dan dianalisis
kedalam statistik deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang
hasil intervensi. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013, hal. 208).
Penyajian datanya dijabarkan dalam bentuk grafik atau diagram, dengan
60
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian mengambil
beberapa kesimpulan, sebagai berikut :
1. Kondisi perkembangan bicara anak menunjukan kemampuan bicara pada
tahap satu kata sebagai satu kalimat. Seperti kata tas yang meiliki banyak
makna misalnya bekalnya di tas atau tasnya tidak ada di kursi. Kalimat satu
kata yang diucapkan anak tidaklah utuh sebagai satu kata melainkan hanya
suku kata yang terucap namun anak sudah mampu mengikuti perintah
sederhana. Secara keseluruhan kemampuan reseptif AY lebih baik daripada
kemampuan ekspresifnya. AY memerlukan bimbingan dan latihan dalam
mengucapkan kata sebagai langkah awal dalam mengembangkan kemampuan
berbicaranya sebelum membentuk kalimat yang lebih luas.
2. Pembelajaran yang diberikan guru di kelas sudah membantu anak dalam
mengembangkan kemampuan berbicaranya namun belum maksimal. Guru
terkadang memberikan respon saat anak bertanya sambil menunjuk tapi
terkadang diabaikan karena guru tidak mengerti maksud anak.
3. Orang tua selaku orang terdekat dengan anak kurang mengupayakan secara
maksimal untuk mengembangkan kemampuan berbicara anak, selama ini
orang tua hanya mengajak anak berbicara seperti biasa tanpa bimbingan
khusus.
4. Program yang dirumuskan disesuaikan dengan perkembagan anak. Program
yang disusun berdasarkan dengan tahapan perkembangan berbicara anak,
dimulai dari pengucapan dan pemahaman kata.
5. Program yang dilaksanakan dilapangan adalah program pemahaman kosakata,
kata yang dipilih adalah kata benda yang dapat ditemui di lingkungan kelas.
Dari hasil keterlakasanaan program tersebut terlihat adanya peningkatan
pengucapan beberapa kata seperti kata tas dan bola, meski untuk kata-kata
61
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang
perlu penulis sarankan kepada berbagai pihak sebagai tindak lanjut dari hasil
penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Saran kepada pihak guru
Pengadaan media dan perhatian khusus kepada anak diperlukan dalam
membantu mengembangkan kemampuan berbicaranya. Oleh karena itu
penulis sarankan agar guru mencoba membuat target yang mampu dicapai
siswa seuai dengan kemmpuannya dalam berbicara, selalu memberikan
perhatian dan kesempatan pada anak tidak perlu lama, namun memberikan
perhatian yang cukup. Penggunaan media dalam programintervensi dapat
disesuaikan oleh guru melihat kondisi siswa.
2. Saran untuk Orang Tua
Melihat perkembangan anak yang terlambat, sebaiknya orang tua memberikan
penanganan dan perhatian khusus pada anak, misalnya dengan diikutkan terapi
berbicara. Pemberian dan penanganan terapi yang tepat dapat membantu
dalam perkembangan berbicaranya.
3. Saran untuk penelitian selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya yang berminat untuk melaksanakan kembali
penelitian berdasarkan pokok penelitian yang sama diharapkan adanya inovasi
dalam mengembangkan program sehingga dapat lebih membantu
mengembangkan kemampuan berbicara anak down syndrome. Selain itu, jika
63
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku dan Artikel Jurnal
Arsjad, M. G., & S, M. U. (1998). Pembinaan Kemampuan Bebicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Cohen, W. I., Nadel, L., & Madnick, M. E. (2002). Down Syndrome Visions for the 21st Century. New York: Wiley-Liss, Inc.
Creswell, J. W. (2010). Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Durand, V. M., & Barlow, D. H. (2007). Intisari Psikologi Abnormal (Vol. IV). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dyer, L. (2004). Meningkatkan Kemampuan Bicara Anak. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Herdiansyah, H. (2013). Wawancara, Observasi dan Focus Groups Sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Depok: Rajagrafindo Persada.
Hurlock, E. B. (2012). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Indriari, E. (2011). Kesulitan Bicara dan Berbahasa Pada Anak : Terapi dan Strategi Orang Tua. Jakarta: Prenada.
Khailullah. (2004). Media Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Moleong, L. J. (2013). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasution. (2009). Metode Reasearch (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Nawawi, A. (n.d.). Stimulasi dan Intervensi (Modul).
Nurima, E. (2010, Mei). Anak Terlambat Bicara, Normalkah? Eka News, hal. 1.
Santrock, J. W. (2012). Perkembangan Masa Hidup (Edisi Ketigabelas jilid I). Jakarta: Erlangga.
Seotjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Seotjiningsih, C. H. (2012). Perkembangan Anak Sejak Pertumbuhan Sampai Dengan Kanak-kanak Akhir. Jakarta: Prenada.
Somantri, S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.
64
Susiliana,R dan Riyana,C. (2008). Media Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurtekpend FIP UPI
Tarigan. (2006). Pendidikan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wiyani, N. A. (2014). Buku Ajar Penanganan Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
2. Sumber Online dan Bentuk Lain
Clinic, G. (2012, Desember 22). Tanda Gejala Down Syndrome dan Gangguan yang Menyertai. [Online] Tersdia : 1 [08 Nopember 2014]
Judarwanto, W. (2009, April 25). Tanda dan Gejala Gangguan Perkembangan Fungsi Motorik, Motorik Oral dan Gangguan Perilaku yang Sering Dikaitkan pada Anak dengan Gangguan Bicara dan Bahasa. [Online] Tersedia : http://speechclinic.wordpress.com/2009/04/25/tanda-dan-gejala- gangguan-perkembangan-fungsi-motorik-motorik-oral-dan-gangguan- perilaku-yang-sering-dikaitkan-pada-anak-dengan-gangguan-bicara-dan-bahasa/ [08 Nopember 2014]
Pruthi, G. (2007). Language Development in Children with Mental Retardation.
[Online] Tersedia :