KOMBINASI HALF SQUAT EXERCISE DAN METODE PROGRESSIVE RESISTANCE LEBIH BAIK DARI PADA KOMBINASI HALF SQUAT EXERCISE DAN METODE THE STEP TYPE APPROACH DALAM MENINGKATKAN DAYA
LEDAK OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN TIM FUTSAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
1I Gede Adi Sudewa, 1 I Nyoman Adiputra, 1 Ni Wayan Tianing
1. Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali ABSTRAK
Daya ledak merupakan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan serta merupakan dasar dalam setiap melakukan bentuk aktivitas, khususnya aktivitas olahraga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas kombinasi half squat exercise dengan metode progressive resistance dan kombinasi half squat exercise dan the step type approach dalam meningkatkan daya ledak otot tungkai Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Pre Test and Post Test Two Group Design. Sampel dibagi menjadi dua kelompok perlakuan yang terdiri dari kombinasi half squat exercise dengan metode progressive resistance 9 sampel dan half squat exercise dengan metode the step type approach 9 sampel. Uji hipotesis dengan paired sample t-test didapatkan hasil pada kelompok 1 terjadi rata-rata peningkatan dengan p=0,000 (p<0,05), sedangkan pada kelompok 2 terjadi rata-rata-rata-rata peningkatan dengan p=0,001 (p<0,05). Uji statistik selanjutnya adalah uji perbedaan rerata peningkatan nilai vertical jump test pada kelompok yang tidak berpasangan menggunakan independent t-test yang menunjukkan ada perbedaan yang bermakna pada peningkatan nilai vertical jump test antara kedua kelompok dengan hasil p=0,004(p<0,05).
Kata kunci: Half squat, exercise, metode progressive resistance, the step type approach, vertical jump test, daya ledak, otot
THE COMBINATION OF HALF SQUAT EXERCISE AND PROGRESSIVE RESISTANCE METHOD IS BETTER THAN THE COMBINATION OF HALF
SQUAT EXERCISE AND THE STEP TYPE APPROACH METHOD IN IMPROVING THE POWER OF LEG MUSCLE OF TEAM FUTSAL PLAYERS IN
FACULTY OF MEDICINE UDAYANA UNIVERSITY
ABSTRACT
Explosive power is a combination of strength and speed and is the basis for any conduct forms of activity, especially sports activities. The purpose of this study was to examine the effectiveness of a combination of half squat exercise and progressive resistance methods and combinations of half squat resistance exercise and the step type approach methods in improving explosive power leg muscle.The method of this study is experimental study with the study design used is Pre Test and Post Test Two Group Design. The samples were divided into two treatment groups consisting of a combination of half squat exercise and progressive resistance method (9 samples) and combination of half squat exercise and the step type method approach (9 samples).
Test the hypothesis by paired sample t-test in Group 1 showed p = 0.000 (p<0,05) while in group 2 showed p = 0.001 (p<0,05). The next statistical test is the test of mean difference in value increase vertical jump test on unpaired groups using independent t-test showed no significant difference in the increase in value of vertical jump test between the two groups with the result p = 0.004 (p <0.05).
PENDAHULUAN
Olahraga merupakan suatu bentuk aktivitas fisik menurut cara dan aturan tertentu dengan tujuan meningkatkan efisiensi fungsi tubuh yang hasil akhirnya adalah meningkatkan kesegaran jasmani dan berpengaruh pula pada peningkatan prestasi pada cabang olahraga yang diikuti1. Dalam pelaksanaannya olahraga dapat dilakukan secara mandiri atau individual seperti jogging atau lari, bersepeda dll. Olahraga juga dapat dilakukan secara berkelompok seperti sepak bola, futsal dll.
Dalam pelaksanaannya, seorang pemain futsal harus memiliki kemampuan sprint dan kekuatan tendangan yang baik. Oleh sebab itu komponen olahraga yang mutlak dimiliki adalah daya ledak otot tungkai yang bagus. Daya ledak atau power merupakan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan dan merupakan dasar dalam setiap melakukan bentuk aktivitas, khususnya aktivitas olahraga. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam olahraga futsal diperlukan pula komponen-komponen kebugaran dalam performa yang bagus. Salah satu cara untuk meningkatkan performa komponen kebugaran tersebut adalah melalui latihan 2. Latihan merupakan sebuah pergerakan terencana, terstruktur, yang dilakukan guna memperbaiki atau memelihara satu atau lebih aspek kebugaran fisik. Melalui latihan kemampuan seseorang dapat meningkatkan sebagian besar system fisiologi dapat menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi yang melebihi dari apa yang biasa dijumpai dari biasanya
Jenis latihan yang dalam meningkatkan daya ledak oto tungkai
adalah latihan beban. Latihan beban itu sendiri merupakan latihan dengan menggunakan suatu beban untuk meningkatkan kekuatan, terutama kekuatan otot. Jenis latihan beban memilik manfaat yang berbeda pada jenis otot yang dilatih. Untuk mengembangkan daya ledak otot kaki melalui latihan beban, salah satu bentuk latihannya adalah latihan squat dengan jenis half squat exercise. Latihan ini bertujuan untuk melatih otot-otot tungkai atas seperti gluteus maximus, biceps femoris, semi tendinosus, semi membranosis dan otot-otot tungkai bawah yaitu gastrocnemius dan soleus. Dalam latihan beban terdapat tipe atau metode pembebanan yang cukup sering di aplikasikan yaitu, pemebebanan yang dilakukan secara bertahap dan bersifat progresif atau disebut prodressive resistance dan pembebanan yang dilakukan secara bertahap namun menggunakan system anak tangga atau dikenal dengan the step-type approach.
Namun faktanya banyak dari pemain ataupun seorang atlet yang kurang paham tentang perbedaan dari hasil akhir kedua jenis latihan ini sehingga latihan yang dilakukan tidak menimbulkan efek yang diinginkan atau bahkan menurunkan performa seorang atlet atau pemain itu sendiri. Seorang fisioterapis yang sudah menjadi salah satu bagian dari team work suatu klub atau tim olahraga, khususnya pada tim futsal telah diakui juga keberadaannya. Fisioterapi bukan hanya terbatas dan berperan pada upaya penyembuhan dan pemulihan, tetapi juga berperan bagaimana seorang pemain atau atlet meningkatkan performa dengan memberikan sebuah program latihan sehingga dapat membantu seorang pemain atau atlet dapat meraih prestasi puncak.
tingkat kebugaran dan kemampuan dasar seorang pemain, termasuk melakukan analisis tentang kelebihan dan kekurangan dari tiap pemain.
Oleh sebab itu, peneliti tertarik menganalisis dan mengangkat judul ini sekaligus memberikan suatu kontribusi bermakna, khususnya terhadap peningkatan performa pemain tim futsal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana untuk lebih mengangkat prestasi tim ini.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental rancangan penelitian yang digunakan adalah pretest-postest two grup design3.. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas kombinasi half squat exercise dengan progressive resistance dan kombinasi half squat exercise dan the step type approach dalam meningkatkan daya ledak otot tungkai pada pemain tim futsal mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Pada penelitian ini menggunakan alat ukur berupa vertical jump test. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah pelatihan.
Populasi dan Sampel
Populasi target merupakan sasaran akhir penerapan hasil penelitian4.Dalam penelitian ini populasi targetnya adalah seluruh pemain futsal.
Populasi terjangkau adalah adalah bagian dari populasi target yang dapat dijangkau oleh peneliti (Sastroasmoro dan Ismael, 2002). Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah pemain tim futsal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Sampel adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria tertentu untuk terlibat dalam penelitian sampel haruslah benar-benar menggambarkan
atau mewakili karakteristik populasi yang sebenarnya5. Pada penelitian ini sampel berjumlah 18. Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel probability sampling dengan tipe total sampling dan pembagian sampel untuk masing-masing kelompok perlakuan menggunakan randomisasi simple random sampling. Instrumen Penelitian
Test ini dikembangkan oleh Dr. Dudley Allen Sargent yang bertujuan untuk mengukur power otot-otot tungkai dengan mengukur perbedaan jangkauan maksimal pada saat berdiri dan padamsaat melompat dengan menggunakan dinding yang berskala centimeter6.
Dalam menganalisis, data yang didapat dari hasil pengukuran dengan vertical jump test akan terlihat perubahan daya ledak sebelum dan sesudah latihan dengan menggunakan program SPSS (Statistical Program For Social Science). Analisis data beberapa uji statistik seperti: Uji Statistik Deskriptif, Uji Normalitas menggunakan Saphiro Wilk Test, Uji Homogenitas menggunakan
Levene’s test, dan Uji hipotesis
menggunakan uji parametrik dengan paired sample t-test dan independent sample t-test.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik sampel penelitian terdiri dari umur, berat badan, tinggi badan dan IMT. Deskripsi karakteristik sampel penelitian disajikan sebagai berikut.
Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin Karakteristik
Sampel
Kelompok 1 Kelompok 2 Rata-rata Standar deviasi Umur 20,000,5 21,00,7 Berat badan 66,13,2 68,413 Tinggi badan 1,714,08 1,75,6 IMT 22,21,64 223,08
terlalu berbeda. Nilai rerata umur Kelompok 1 (20,000,5) tahun dan pada Kelompok 2 (21,000,707) tahun. Nilai rerata Berat Badan Kelompok 1 (66,113,219) dan Kelompok 2 (68,4413,01). Nilai rerata Tinggi Badan Kelompok 1 (1,714,08) dan Kelompok 2 (1,715,65). Nilai rerata Indeks Masa Tubuh (IMT) Kelompok 1 (22,221,64) dan Kelompok 2 (22,003,08).
Tabel 2. Uji Normalitas dan Homogenitas
Kelompok
Data P
Klp. 1
Klp. 2
p p
Sebelum 0,390 0,45 0,767 Sesudah 0,943 0,199 0,067
Berdasarkan Tabel 2. hasil uji normalitas (Shapiro Wilk Test) dan uji homogenitas (Levene Test) data rerata daya ledak otot tungkai sebelum pelatihan, menunjukkan bahwa dari dua uji tersebut pada kedua kelompok perlakuan memiliki nilai p lebih besar dari 0,05 (p>0,05), yang berarti data rerata daya ledak otot tungkai sebelum pelatihan berdistribusi normal dan homogen. Sedangkan data rerata daya ledak otot tungkai sesudah pelatihan juga menunjukkan bahwa dari uji normalitas memiliki nilai p lebih besar dari 0,05 (p>0,05) dan dari uji homogenitas diperoleh nilai p lebih besar dari 0,05 (p>0,05), yang berarti data rerata daya ledak otot tungkai berdistribusi normal dan homogen.
Tabel 3. Uji T-Berpasangan Paired Sample t-test sebelu m Sesuda h selisi
h p
Kelompo k 1
31,0
5 51,61
20,5 5 0,00 0 Kelomp ok 2 30,3
3 41,72
10.3 8
0,00 1 Berdasarkan Tabel 3 hasil menggunakan Paired Samples T-test didapatkan nilai Kelompok 1, dengan p = 0.00 (p < 0,05) yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rerata daya ledak tungkai sebelum dan sesudah melakukan latihan half squat dengan metode progressive resistance.
[image:8.595.323.524.445.674.2]Pada Kelompok 2 didapatkan nilai p = 0.00 (p < 0,05) yang juga berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata daya ledak otot tungkai sebelum dan sesudah melakukan latihan half squat dengan metode the step type approach.
Tabel 4. Uji Independent t-test
Kelomp
ok N
Rerata±S
D p
Selisih Kelomp ok 1 dan 2
Kelomp
ok 1 9
21,00±7,
06 0,00
4 Kelomp
ok 2 9
10,83±5, 48
PEMBAHASAN
Karakteristik Sampel
Deskripsi sampel pada penelitian ini terdiri atas Kelompok 1 yang memiliki rerata umur (20,000,5), dan pada Kelompok 2 (21,000,707). Karakteristik tersebut menunjukkan jumlah rerata umur sampel yang tidak terlalu jauh antara Kelompok 1 dan 2. Umur yang berkisar 17-22 tahun merupakan puncak umur yang baik untuk meningkatkan performa daya ledak otot, karena pada usia tersebut terjadi penambahan massa otot akibat dari adanya suatu pross latihan sehingga terjadi hipertropi, yang ditandai dengan meningkatnya myofibril, aktin, myosin, sarkoplasma dan jaringan ikat7. Selain ditentukan oleh pertumbuhan fisik, kekuatan otot ini ditentukan oleh aktivitas ototnya. Karakteristik tinggi badan diperoeh nilai pada Kelompok 1 (1,714,08) dan Kelompok 2 (1,715,65).
Berdasarkan karakteristik Berat badan dan IMT diperoleh nilai berat badan Kelompok 1 (66,113,21), dan pada Kelompok 2 (68,4413,01) serta IMT pada Kelompok 1 (22,221,64) dan Kelompok 2 (22,003,08). Perhitungan Indeks Masa Tubuh tidak akurat pada olahragawan khususnya atlit bina, yang yang sebagian besar berada pada kategori obesitas dalam IMT yang rata-rata disebabkan mereka mempunyai massa otot yang berlebihan walaupun presentase lemak tubuh mereka dalam kadar yang rendah8. Sedangkan dalam pengukuran berdasarkan berat badan dan tinggi badan, kenaikan nilai IMT adalah disebabkan oleh lemak tubuh.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini, umur, tinggi badan, berat badan dan IMT tidak memiliki kecenderungan tertentu yang dapat mempengaruhi aspek penilaian dalam penelitian
Peningkatan Daya Ledak Otot Tungkai pada Kombinasi Pelatihan Half Squat dan Metode Progressive Resistance
Uji statistik menggunakan uji beda rerata berpasangan (paired sample t-test) pada Kelompok 1 dengan pelatihan half squat. Hasilnya p = 0,000(p<0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna pada nilai rerata daya ledak tungkai sebelum dan sesudah pelatihan. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa, latihan berbeban half squat dengan metode progressive resistance exercise dapat memberikan peningkatan yang bermakna terhadap daya ledak otot tungkai. Latihan berbeban dengan metode progressive resistance exercise dapat digunakan untuk mempercepat peningkatan kondisi fisik tubuh khususnya daya ledak secara cepat misalnya program latihan jangka pendek ataupun jangka panjang9.
Teknik latihan half squat dapat mengembangkan daya ledak otot, khususnya grup otot tungkai seperti gluteus maximus, biceps femoris, semi tendinosus, semi membranosis dan otot-otot tungkai bawah yaitu gastrocnemius dan soleus. Latihan ini membutuhkan bantuan beban dari luar untuk semakin meningkatkan dan mengembangkan otot atau grup otot yang ingin dilatih10 . Hal ini terjadi karena dalam pelaksanaannya latihan ini memposisikan badan setengah jongkok, dalam posisi ini dibutuhkan grup otot paha dan tungkai yang kuat serta ditambah dengan penggunaan beban di bahu, hal tersebut akan membuat otot soleus bekerja lebih keras11. Dengan mengkombinasikan latihan half squat dengan metode progressive resistance akan semakin memperbesar outcome yang diharapakan.
Dari hasil penelitian Kelompok 2 dengan menggunakan uji beda rerata t-berpasangan (Paired Samples T-test) didapatkan nilai p = 0,001 (p<0,05) yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna pada nilai rerata daya ledak sebelum dan sesudah pelatihan half squat dengan metode the step type approach. Data tersebut menunjukkan bahwa perlakuan pada kelompok 2 juga memberikan peningkatan yang bermakna terhadap daya ledak otot tungkai.
Artinya, latihan berbeban half squat dengan metode te step type approach dapat memberikan peningkatan terhadap daya ledak otot tungkai. Ada suatu hal yang dipertimbangkan dalam mendesain latihan overload, yaitu dengan memakai system anak tangga atau metode the step type approach12. Dalam sistem tangga tersebut terdapat garis vertikal dan garis horizontal dalam grafiknya. Setiap garis vertikal menunjukkan perubahan beban dalam setiap kenaikan atau penurunan beban yang diberikan, sedangkan setiap garis horizontal adalah tahap penyesuaian diri pada olahragawan atau atlit dalam adaptasi terhadap beban yang telah dilaksanakan tersebut pada latihan yang baru dinaikkan atau diturunkan. Dari metode tersebut diharapkan dapat menyebabkan adanya regenerasi organisme di dalam tubuh, persiapan kondisi tubuh akan peningkatan beban semakin matang, serta dapat mengembalikan mengembalikan energi secara fisiologis
Perbandingan Peningkatan Daya Ledak Otot Tungkai antara Kombinasi Half Squat Exercise dan Metode Progressive Resistance dan Kombinasi Half Squat Exercise dan Metode The step type approach
Pada analisis perhitungan antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 dengan uji beda Independent Samples T- test didapatkan nilai p = 0.004 (p<0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara peningkatan daya
ledak otot tungkai Kelompok 1 dengan Kelompok 2.
Nilai rerata peningkatan daya ledak Kelompok 1 setelah perlakuan adalah 21,00 cm, sedangkan nilai rerata pada Kelompok 2 adalah 10.83 cm. Dengan selisih kedua nilai rerata tersebut adalah 10,16 cm. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai daya ledak otot tungkai pada Kelompok 1 (half suat exercise dengan metode progressive resistance) dibandingkan dengan Kelompok 2 (half squat exercise dengan metode the step type approach), dengan nilai perbedaan yang signifikan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa half suat exercise dengan metode progressive resistance lebih baik dalam meningkatkan daya ledak otot tungkai daripada half squat exercise dengan metode the step type approach
phosphat (CP) atau phospocreatin yang tersimpan dalam sel otot, akan dipecah menjadi creatin dan phosphat. Proses ini menghasilkan energi yang dipakai untuk mensintesis ADP + P menjadi ATP dan selanjutkan diubah sekali lagi menjadi ADP + P yang menyebabkan terjadinya pelepasan energi yang dibutuhkan untuk kontraksi otot. Sehingga pada latihan half squat dengan metode progressive resistance akan menyebabkan terpelihara dan teraturnya peningkatan kontraksi otot14.
Sejalan dengan teknik pengaturan beban dalam latihan berbeban, dikatakan bahwa beban yang ditingkatkan secara teratur atau progressive akan membrikan dampak yang besar pada daya ledak otot. Hal tersebut dikarekan, peningkatan beban yang teratur dapat menginhibisi secara perlahan golgi tendon organ (GTO) yang secara teoritis mampu membantu meningkatkan output daya ledak, namun, dengan kemungkinan mengorbankan potensi cedera15
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Analisis hasil penelitian yang sudah dilakukan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Combination half squat exercise and metode progressive resistance can meningkatkan daya ledak otot tungkai pada pemain tim futsal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana secara signifikan.
2. Combination half squat exercise dan metode the step type approach dapat meningkatkan daya ledak otot tungkai pada pemain tim futsal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana secara signifikan.
3. Kombinasi half squat exercise dan metode progressive resistance lebih baik dari pada kombinasi half squat exercise dengan metode the step type approach dalam meningkatkan daya ledak otot tungkai pada pemain tim
futsal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Dengan perbedaan yang sangat signifikan.
. Saran
Berdasarkan simpulan penelitian, disarankan bagi pelaku olahraga (pembina olahraga, pelatih olahraga, guru olahraga dan atlet) disarankan untuk menggunakan pelatihan half squat exercise dengan metode progressive resistance dibandingkan half squat exercise dengan metode the step type approach sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan daya ledak. Selain itu penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada sampel dengan jenis olahraga lain yang membutuhkan daya ledak tungkai, agar ilmu fisioterapi lebih berkembang dan dikenal pada dunia olahraga khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Halim N.I. 2004. Tes Dan Pengukuran Kesegaran Jasmani. Penerbit Universitas Negeri Makassar. Makassar: 1-15.
2. Rian, C. 2012. Status Kondisi Fisik Dan Keterampilan Bermain Sepak Bola Siswa Kelas Khusus Olahraga Sepak Bola Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 13 Yogyakarta. S1. [Tesis]: Universitas Negeri Yogyakarta. Diunduh dari: eprints.uny.ac.id/8879 Diakses dari tanggal 25 Februari 2015.
3. Pocock. 2007. Clinical Trial. A Practical Approach. New York: A Willey Medical Publication.
4. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-2.
5. Sevilla CG, Austin G, Andrew M. Research Methods. Quezon City: Rex PrintingCompany; 2007: h. 125-130. 6. Quinn E. 2013. Fast and Slow Twitch
Muscle Fibers. Diakses dari: http://sportsmedicine.about.com/od/a natomyandphysiology/a/MuscleFiber Type.htm tanggal 1 Februari 2014. 7. Nala G.N. 2011. Prinsip Pelatihan
Fisik Olahraga. Denpasar. Udayana University Press: 15-30.
8. Arga K. Pengaruh Plyometric Exercise Terhadap Peningkatan Daya Ledak Otot
9. Kuncoro B. 2012. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Berbeban Linier dan Non Linier Terhadap Peningkatan Power Otot Lengan Ditinjau dari Kekuatan Otot Lengan. Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012.
10.Escamilla R. F (et al). 2001. Effects of Technique Variations on Knee Biomechanics During The Squat and Leg Press. Journal of The American College of Sports Medicine. Diakses pada tanggal 7 Februari 2015.
11.Sudaryanto & Ashar. 2011. Biomekanik (Osteokinematika dan Atrhokinematika). Poltekes Makasar: 164-174.
12.Bompa IO. 1990. Theory and Methodologi of Training. Kendal/Hant. Java of University. Kuncoro B. Terhadap Peningkatan Power Otot Lengan Ditinjau dari Kekuatan Otot Lengan. Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012.
13.Widhiyanti Tri. 2013. Peplyometric exercise Alternate Leg Bound dan Double Leg Bound Meningkatkan Daya Ledak Otot Tungkai Pada Siswa Putra Kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati Tahun Pelajaran 2012/2013. [Tesis]: Universitas Udayana;.
14.Issurin VB. Vibrations and Their Applications in Sport. A Review.
Journal Sports2012. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Berbeban Linier dan Non Linier Terhadap Peningkatan Power Otot Lengan Ditinjau dari Kekuatan Otot Lengan. Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012.