• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI TAMBAK BANDENG DI KABUPATEN GRESIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI TAMBAK BANDENG DI KABUPATEN GRESIK."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

serta hidayah-Nya yang telah dilimpahkan sehinga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Ekonomi Pembangunan. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Tambak Bandeng Di Kabupaten Gresik ”.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian berkat bantuan dan bimbingan yang diterima dari Ir. Hamidah Hendrarini,Msi Selaku Dosen Pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.

Atas terselesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

(2)

ii

4. Ibu Ir.Hamidah Hendrarini,Msi selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan-masukan yang berarti bagi penulis.

5. Segenap staf pengajar dan staf kantor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu dan pelayanan akademik bagi penulis dan semua mahasiswa UPN.

6. Segenap keluarga khususnya Kedua orang tua tercinta yang telah sabar mendidik dan membesarkan dengan penuh kasih sayang baik moral, material, maupun spiritual.

Akhir kata yang dapat terucapkan semoga penyusunan skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak-pihak lain yang membutuhkan, semoga Allah SWT memberikan balasan setimpal.

Wassallamualaikum Wr.Wb

(3)

DAFTAR ISI ……….. iii

DAFTAR TABEL ……… vii

DAFTAR GAMBAR ……… viii

DAFTAR LAMPIRAN……….. ix

ABSTRAKSI ………. x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……… 1

1.2. Perumasan Masalah………. 4

1.3. Tujuan Penelitian……… 5

1.4. Manfaat Penelitian……….. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu……….……….... 7

2.2. Landasan Teori……….……….. 13

2.2.1. Pengertian Tambak……….……… 13

2.2.1.1. Budidaya Ikan Dan Tambak………... 14

2.2.1.2. Teknik Pengelolaan Tambak…………. 16

2.2.1.3. Seleksi Benih……….... 20

2.2.1.4. Jenis Ikan……….. 20

2.2.2. Pendapatan………... 21

2.2.2.1. Pengertian Pendapatan Perkapita….... 22

(4)

2.2.3.2. Tenaga Kerja Pertanian…... 26

2.2.4. Luas Lahan……….………...……….…... 27

2.2.5. Modal……… 28

2.2.5.1. Modal Sendiri……….. 28

2.2.5.2. Kredit……….….. 29

2.2.5.3. Fungsi Dan Tujuan Kredit……… 30

2.2.5.4. Jenis-Jenis Kredit……….……... 31

2.2.5.5. Penilaian Kredit……….…….. 31

2.2.5.6. Sasaran Kredut Usaha Tani……….… 32

2.2.6. Produksi………..….. 34

2.2.6.1. Pengertian Produksi……….. 34

2.2.6.2. Faktor-faktor Produksi……… 34

2.2.6.3. Fungsi Produksi Cobb Douglas……… 36

2.2.6.4. Jumlah Produksi………... 38

2.3. Kerangka Pikir……… 39

2.4. Hipotesis………....…………. 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...…... 43

3.2. Tehnik Penentuan Sampel……….... 44

3.2.1. Populasi………. 44

(5)

3.4.1. Teknik Analisis………..………... 47

3.4.2. Uji Hipotesis………... 47

3.4.3. Pendekatan Asumsi BLUE (Best Linier Unbiased Estimator)……..……… 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian... 55

4.1. 1. Ulasan Singkat Gresik... 55

4.1.1.1. Letak, Batas Wilayah, dan Pemarintahan... 55

4.1.2.2. Kependudukan... 55

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 56

4.2.1. Pendapatan Petani Tambak... 56

4.2.2. Tenaga Kerja Petani Tambak... 58

4.2.3. Luas Lahan Petani Tambak... 59

4.2.4. Modal Petani Tambak... 60

4.2.5. Jumlah Produksi... 61

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis... 62

4.3.1. Pengujian Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Sesuai dengan Asusmsi Klasik... 68

4.3.2. Analisis Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda... 65

(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan... 78 5.2. Saran... 80 DAFTAR PUSTAKA

(7)

Halaman

Tabel 1. Pendapatan Petani Tambak Bandeng di Kabupaten Gresik... 57

Tabel 2. Tenaga Kerja Petani Tambak di Kabupaten Gresik... 58

Tabel 3. Luas Lahan Tambak Bandeng di Kabupaten Gresik... 59

Tabel 4. Modal Petani Tambak Bandeng di Kabupaten Gresik... 60

Tabel 5. Jumlah Produksi Petani Tambak Bandeng di Kabupaten Gresik.. 61

Tabel 6. Uji Heterokedastisitas... 63

Tabel 7. Uji Multikolinier... 64

Tabel 8. Hubungan Antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat... 65

Tabel 9. Perhitungan Uji F, Variabel Bebas Terhadap Pendapatan Petani Tambak Bandeng di Gresik... 68

Tabel 10. Hubungan Antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat Pada Penerapan Model Linier... 70

(8)

Halaman

Gambar 1. Pemilihan Penduduk Berdasarkan Angkatan Kerja... 26

Gambar 2. Fungsi Produksi Cobb Douglas………... 37

Gambar 3. Kerangka Pikir ... 41

Gambar 4. Kurva uji hipotesis secara simultan... 49

Gambar 5. Kurva Uji Hipotesis Secara Parsial... 50

Gambar 6. Kurva Statistik Durbin Watson... 54

Gambar 7. Kurva Durbin Watson... 63

Gambar 8. Kurva Uji Hipotesis Secara Simultan………... 68

Gambar 9. Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Pengaruh Tenaga Kerja Petani Tambak (X1) Terhadap Pendapatan Petani Tambak (Y)... 70

Gambar 10. Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Pengaruh Luas Lahan Tambak (X2) terhadap Pendapatan Petani Tambak (Y)………... 72

Gambar 11. Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Pengaruh Modal Petani Tambak (X3) terhadap Pendapatan Petani Tambak (Y)... 75

Gambar 12. Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Pengaruh Jumlah Produksi (X4) terhadap Pendapatan Petani Tambak (Y)... 75

(9)

ix Lampiran

1. Data Regresi

2. Analisis Multiple Regression

3. Analisis Regresi dengan Program SPSS 4. Tabel Uji F

5. Tabel Uji T

(10)

Oleh :

Muhammad Farihin

ABSTRAKSI

Pembangunan di bidang ekonomi merupakan masalah yang sangat penting dan mendasar, sebagai tolak ukur adanya pembangunan ekonomi adalah terjadinya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran nyata dari kebijakan perubahan yang dilakukan oleh masing-masing daerah. Perkembangan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional. Sejalan dengan hal tersebut, maka sektor perikanan yang ada di Kabupaten Gresik perlu digalakkan guna untuk meningkatkan perekonomian, mengingat besarnya potensi yang dimilki oleh Kabupaten Gresik yaitu besarnya jumlah luas lahan tambak yang dimiliki, keadaan alam dan letak geografis yang mendukung serta besarnya jumlah penduduk yang tinggal di desa dan bermata pencaharian sebagai petani tambak.

Dalam penelitan ini menggunakan data primer data yang diperoleh langsung dari petani tambak bandeng di Kabupaten Gresik. Data yang dianalisis menggunakan model Regresi Linier berganda dengan uji statistik yang digunakan adalah uji F dan uji t.

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis diperoleh hasil Fhitung (113,834) > Ftabel (2,78) sehingga secara simultan variabel bebas berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani tambak. Sedangkan hasil uji t secara parsial variabel Tenaga Kerja Petani Tambak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani tambak dengan nilai thitung 0,013 < ttabel 2,064, variabel Luas Lahan Tambak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani tambak dengan nilai thitung 2,242 > ttabel 2,064. Modal Petani Tambak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani tambak dengan nilai thitung 0,886 < ttabel 2,064. Jumlah Produksi berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani tambak dengan nilai thitung 5,490 > t tabel 2,064.

Kata Kunci : Pendapatan Petani Tambak, Tenaga Kerja Petani Tambak, Luas Lahan Tambak, Modal Petani Tambak dan Jumlah Produksi

(11)

1  

1.1. Latar belakang

Sejak awal pembangunan Bangsa Indonesia bidang ekonomi telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak pembangunan selain melalui pembangunan bidang ekonomi dapat dihasilkan sumber yang lebih luas bagi pembangunan bidang lain (Anonim 1993 : 1).

Pembangunan di bidang ekonomi merupakan masalah yang sangat penting dan mendasar, karena dengan pembangunan di bidang ekonomi diharapkan mampu untuk mengatasi kemiskinan, pengagguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sedangkan tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan sepiritual berdasarkan pancasila dan Undanag-Undang Dasar 1945 (Anonim, 1999 : 8).

(12)

Oleh karena itu pembangunan sub sektor perikanan perlu digalakkan, bukan saja untuk keperluan peningkatan mutu gizi masyarakat, tetapi terutama ditujukan untuk keperluan peningkatan produktivitas dan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja dan untuk menunjang komoditas ekspor non migas sebagai penghasil devisa negara. Ini sangat relevan dengan pernyataan dirjen perikanan bahwa “ Peningkatan produksi dan produktifitas pembangunan sektor perikanan ini tidak hanya diarahkan untuk meningkatkan pendapatan nelayan dan petani ikan, tetapi juga meningkatkan pendapatan nelayan perikanan sebagai penghasil devisa negara dari komoditi non migas” (Hanafi 1992 : 3).

Disisi lain sektor pertanian ini tetap menjadi perhatian pemerintah dengan dua dasar pertimbangan :

1. Di harapkan sektor pertanian dapat menjadi pendukung yang tangguh atas lajunya sektor industri alam pembangunan. Hal ini dapat dilihat dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang dengan rinci menggariskan tujuan pembangunan pertanian dan bahan industri, peningkatan ekspor, peningkatan pendapatan petani, peternak dan nelayan serta mendukung pembangunan wilayah dan transmigrasi.

2. kenyataan menunjukkan bahwa sekitar 80% penduduk indonesia bermukim didaerah pedesaan dimana sebagian besar berusaha disektor pertanian dan 58,73% dari seluru rumah tangga nasional bergerak dalam kegiatan sektor pertanian (Anonim, 1993 : 21).

(13)

Indonesia, tetapi karena makin meningkatnya jumlah penduduk sedangkan lahan yang tersedia sangat terbatas, maka penyerapan tenaga kerja disektor pertanian semakin menurun keadaan ini merupakan akibat dari proses perubahan struktural tidak hanya terjadi pergeseran kontribusi sektoral terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), tetapi juga pergeseran penyerapan tenaga kerja. Meskipun banyak terjadi pergeseran tenaga kerja, tetapi sektor ini tetap diharapkan untuk menjamin bahan pangan nasional yang memenuhi kebutuhan gizi standar dengan baik.

Sejalan dengan hal tersebut, maka sektor perikanan yang ada di daerah Kabupaten Gresik juga perlu digalakkan guna meningkatkan usaha perikanan yang ada di Kabupaten Gresik, mengingat besarnya potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Gresik yaitu besarnya jumlah luas lahan tambak yang dimiliki, keadaan alam dan letak geografis yang mendukung serta besarnya jumlah penduduk yang kebanyakan tinggal di desa dan bermata pencaharian sebagai petani tambak.

Sektor perikanan merupakan penyediaan lapangan kerja yang cukup signifikan, tetapi karena semakin meningkatnya jumlah penduduk sedangkan lahan yang tersedia sangat terbatas dan minimnya modal yang dimiliki petani untuk mengembangkan usahanya maka penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian menurun. Keadaan ini berakibat terjadinya perubahan dari sektor pertanian ke sektor industri, padahal sektor ini tetap diharapkan mampu untuk menjamin penyediaan bahan pangan nasional.

(14)

masyarakat terdapat pada sektor pemodalan yaitu dengan melalui pemberian kredit perbankan. Hal ini disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai penghimpun dan penyaluran dana masyarakat secara efektif dan efisien untuk mendukung pelaksanaan pembangunan dalam upaya pengembangan dana pada sektor pembangunan ekonomi pedesaan untuk meningkatkan pengembangan budidaya perikanan dan meningkatkan usahanya guna mencapai tujuan kemakmuran (Harianto, 1996 : 2).

Semakin meningkatnya hasil produksi dan tingkat pendapatan diharapkan dapat membuka kesejahteraan keluarganya, baik keluarga pemilik modal itu sendiri maupun yang hanya sebagai buruh petani. Dan tentunya secara tidak langsung dapat membantu pemerintah didalam memberikan perkreditan pada masyarakat. Mengingat pentingnya dalam mencapai pembangunan ekonomi disektor perikanan terutama perikanan tambak diantara sektor-sektor yang lain maka penelitian ini mencoba menganalisa dan untuk mengetahui pengaruh yang ada selain faktor modal petani tambak yaitu tenaga kerja petani tambak, luas lahan tambak, jumlah produksi dalam rangka meningkatkan pendapatan petani tambak di Kabupaten Gresik.

1.2. Perumusan masalah

(15)

1. Apakah faktor tenaga kerja petani tambak, luas lahan tambak, modal petani tambak, dan jumlah produksi berpengaruh terhadap pendapatan petani tambak di Kabupaten Gresik.

2. Faktor manakah yang berpengaruh paling dominan terhadap pendapatan petani tambak di Kabupaten Gresik.

1.3. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian yang hendak di capai sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang telah di kemukakan di atas yaitu :

1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor-faktor tenaga kerja petani tambak, luas lahan tambak, modal petani tambak, dan jumlah produksi terhadap peningkatan pendapatan petani tambak di Kabupaten Gresik.

2. Untuk mengetahui faktor manakah yang berpengaruh paling dominan terhadap pendapatan petani tambak yang di terima oleh petani tambak di Kabupaten Gresik.

1.4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian di harapkan dapat memberi berbagai manfaat antara lain : 1. Sebagai masukan yang di harapkan bermanfaat bagi peneliti selanjutnya yang

(16)

2. Sebagai sumbangan pemikiran untuk merumuskan dan menggunakan strategi yang tepat dalam mengembangkan usaha budidaya tambak di Kabupaten Gresik.

3. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam menentukan kebijaksanaan pembangunan ekonomi di bidang perikanan.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah di lakukan oleh pihak lain dapat di pakai

sebagai bahan masukan dan pertimbangan.

Penelitian tersebut pernah di lakukan oleh :

1. Hadi (1998). Dengan judul penelitian “Analisis Peningkatan Pendapatan Petani

Tambak Bandeng Melalui Pemanfaatan Kredit Bank Rakyat Indonesia di

Kabupaten Daerah Tingkat II Gresik”. Penelitian ini menggunakan data

sekunder yang diperoleh dari data Bank Rakyat Indonesia di daerah tingkat II

Gresik. Tingkat pendapatan diperoleh dari angka-angka realisasi tahun

1990-1996. Data di analisis dengan model regresi linier berganda, dengan variabel

bebasnya yaitu Modal (X1), Jumlah Penduduk (X2), dan Tempat Pelelangan

Ikan (X3) dan variabel terikatnya yaitu Tingkat Pendapatan Petani Tambak (Y),

hubungan variabel terikat dengan variabel bebas secara simultan dilakukan uji

F, selanjutnya untuk menyelidiki hubungan masing-masing variabel bebas dan

variabel terikat menggunakan uji t. Hasil analisis menggunakan uji F

menunjukan bahwa variabel modal kerja, hasil produksi, dan tempat pelelangan

ikan berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Sedangkan analisis menggunakan

(18)

pelelangan ikan berpengaruh secara nyata terhadap tingkat pendapatan petani

tambak.

2. Aprianti (2000). Dengan judul penelitian “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pendapatan Petani Tembakau di Kabupaten Sampang (Studi Kasus Kecamatan

Sampang dan Kecamatan Robatel)”. Laporan tahunan pada dinas perkebunan

Sampang. Melalui model analisis regresi linier berganda dengan variabel

bebasnya yaitu Produksi (X1), Tenaga Kerja (X2), Luas Lahan (X3), terhadap

Pendapatan Petani Tembakau (Y). Hal ini diketahui uji F yaitu diperoleh fhitung

= 6,998 > Ftabel = 4,76. Sedangkan secara parsial variabel Produksi (X1)

berpengaruh secara nyata dan positif terhadap peningkatan pendapatan petani,

hal ini diketahui dari thitung = 2,448 > ttabel = 2,447. variabel Tenaga Kerja (X2)

berpengaruh secara nyata dan poositif terhadap peningkatan pendapatan petani

tembakau, dapat dikethui dari thitung = 2,491 > ttabel = 2,447. Variabel Luas

Lahan (X3) berpengaruh secara nyata dan positif terhadap peningkatan

pendapatan petani tembakau, dapat diketahui dari thitung = 3,850 > ttabel 2,447.

3. Prasetyo (2000). Dengan judul penelitian. “Peranan Kredit Usaha Tani Dalam

Rangka Peningkatan Pendapatan Petani di Dati II Nganjuk”. Menggunakan

variabel terikat (Y) pendapatan petani, sedangkan varibel bebas (X) meliputi

kredit dan kelompok tani. Penelitian ini menggunakan data skunder yang

diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Badan Penyuluh Pertanian Kabupaten

Nganjuk. Hipotesis di uji dengan menggunakan uji F dan uji t. berdasarkan

pengolahan data dan analisis dapat disimpulkan bahwa secara simultan

(19)

berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani di Kabupaten Nganjuk, dan

secara parsial untuk variabel X1 diperoleh t hitung lebih besar dari ttabel sehingga

kesimpulanya variabel kredit usaha tani berpengaruh secara kredit terhadap

pendapatan petani. Sedangkan untuk X2 diperoleh thitung lebih besar dari ttabel

sehingga berpengaruh secara positif terhadap pendapatan petani.

4. Sundjani (1996). Dengan judul penelitian “Usaha Peningkatan Pendapatan

Petani Melalui Pemanfaatan Kredit Bank Rakyat Indonesia Di Kabupaten Dati

II Gresik”. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dengan daerah

penelitian di Kecamatan Duduksampean. Jumlah sampel 38 orang di bagi

dalam 3 strata baik petani yang menerima kredit maupun yang tidak menerima

kredit. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara pengambilan contoh acak

tak berstrata tak sebanding. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

dengan adanya kebijakan dari pemerintah melalui perbankan dalam bentuk

pemberian kredit kepada petani di Kecamatan Duduksampean adalah

menguntungkan bagi petani yang menggunakan fasilitas tersebut. Diperoleh

Fhitung = 74,119 > Ftabel = 4,76 dengan hasil analisis tersebut dengan uji F

disimpulkan bahwa secara simultan variabel independent (X) berpengaruh

secara nyata terhadap variabel dependent (Y), dengan pengaruh sebesar 97,1%.

Secara parsial dengan uji t untuk Tenaga Kerja (X1), berpengaruh nyata

terhadap (Y). Jika pendapatan petani tambak meningkat, maka jumlah tenaga

kerja bertambah. Luas Lahan Tambak (X2), berpengaruh terhadap (Y), hal ini

disebabkan luas lahan tambak yang luas akan mempengaruhi peningkatan

(20)

(Y) jika pendapatan petani tambak meningkat maka kredit yang disalurkan

semakin besar.

5. Winarto (2000). Dengan judul penelitian “Analisis Kredit Pada Bank

Perkreditan Rakyat Dalam Meningkatkan Pendapatan Petani Di Jawa Timur”.

Dengan menggunakan variabel terikat (Y) yaitu pendapatan petani variabel

bebas (X), meliputi Jumlah Bank (X1) dan Jumlah Kredit (X2) penelitian ini

menggunakan data sekunder, yaitu data runtut waktu (time series) yang

diperoleh dari Bank Indonesia tahunan mulai tahun 1992 sampai tahun 1998.

Berdasarkan data dan analisis dapat disimpulkan bahwa secara simultan atau

keseluruhan nilai Fhitung = 5,819 > Ftabel = 3,84 maka Hi diterima yang

menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang nyata antara variabel bebas dengan

variabel terikat. Sedangkan hasil perhitungan uji t atau secara parsial untuk

jumlah kantor bank tidak berpengaruh terhadap pendapatan petani, karena yang

mempengaruhi pendapatan adalah besarnya jumlah kredit yang diberikan. Dari

hasil pengujian perhitungan uji t untuk jumlah kredit thitung≥ ttabel, menunjukkan

bahwa jumlah pemberian kredit berpengaruh terhadap pendapatan petani yang

berarti semakin banyak kredit yang diberikan akan semakin meningkat pula

pendapatan petani.

6. Astuti (2001). Dengan judul penelitian “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi

Pendapatan Asli Daerah Tingkat I Jawa Timur”. Melalui analisa uji regresi

linier berganda dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan uji F untuk

regresi secara simultan Pendapatan Domestik Regional Bruto (X1), Penerimaan

(21)

Pendapatan Asli Daerah (Y) terdapat thitung 3,302 > ttabel 4,76 sedangkan dari

pengujian secara parsial dapat diketahui bahwa variabel bebas Produk

Domestik Regional Bruto berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat

dengan thitung 8,5857 > ttabel 1,943 yang berarti bahwa penerimaan pajak

berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah, untuk variabel bebas Tingkat

Inflasi (X3) diperoleh thitung -2,325 < ttabel -1,943 yang berarti tingkat inflasi

berpengaruh secara nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y).

7. Rifia (2001). Dengan judul penelitian “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Probolinggo”. Dengan variabel terikat

Pendapatan Asli Daerah (Y), sedangkan variabel bebasnya adalah Pendapatan

Domestik Regional Bruto (X1), Jumlah Penduduk (X2), dan Inflasi (X3), dari

pengujian secara simultan atau menyeluruh nilai Fhitung yang diperoleh 54,824 >

Ftabel 3,59 dengan level of signifikan 0,05, sedangkan dari pengujian parsial

menggunakan uji t dapat diketahui bahwa variabel bebas Pendapatan Domestik

Regional Bruto (X1), berpengaruh secara tidak nyata terhadap variabel terikat

dengan thitung 2,158 < ttabel 2,201, Jumlah Penduduk (X2) diperoleh thitung 2,609 >

ttabel 2,201 yang berarti jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap

Pendapatan Asli Daerah (Y), inflasi (X3) diperoleh thitung > dari ttabel -2,201 yang

berarti bahwa inflasi tidak berpengaruh secara nyata terhadap Pendapatan Asli

Daerah (Y).

8. Sulistiawati (2002). Dengan judul penelitian “Analisis Beberapa Faktor Yang

Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Petani Tambak Di Kabupaten Daerah

(22)

diperoleh dari hasil pencatatan pada instansi terkait untuk memenuhi tujuan

penelitian hipotesa diuji dengan analisis regresi linier berganda. Dengan

variabel dependent Pendapatan Petani Tambak (Y), dan variabel independent

Tenaga Kerja (X1), Luas Lahan Tambak (X2), Penyaluran Kredit (X3). Hasil

analisis dengan uji F disimpulkan bahwa secara simultan variabel independent

(X) berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependent (Y), dengan

pengaruh sebesar 9,71%. Secara parsial dengan uji t untuk Tenaga Kerja (X1)

berpengaruh nyata terhadap (Y). jika pendapatan petani tambak meningkat,

maka jumlah tenaga kerja bertambah. Luas Lahan Tambak (X2) berpengaruh

terhadap (Y). Hal ini disebabkan luas lahan tambak yang luas akan

mempengaruhi peningkatan pendapatan petani tambak. Penyaluran Kredit (X3)

berpengaruh nyata terhadap (Y). jika pendapatan petani tambak meningkat,

maka kredit yang disalurkan semakin besar.

9. Wulandari (2003). Dengan judul penelitian “Pengaruh Kredit Bank Umum

Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Petani Tambak Udang Di Kabupaten

Sidoarjo”. Penelitian ini menggunakan data sekunder melalui analisis uji regresi

linier berganda. Dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan uji F untuk

regresi simultan secara kredit, modal, luas lahan tambak, tenaga kerja dimana

diperoleh Fhitung = 6,348 nilai < Ftabel 5,191. Sedangkan menggunakan uji t

untuk regresi secara parsial dapat diketahui bahwa variabel Modal Sendiri (X1)

tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Petani Tambak (Y). Hal ini

dibuktikan dengan nilai thitung variabel X1 = 0,780 < ttabel = 2,571 atau di daerah

(23)

signifikan terhadap Pendapatan Petani Tambak (Y) dibuktikan dengan nilai

thitung X1, X2, X3 sebesar 3,318; 2,789; 2,623 > ttabel = -2,571 dan nilai ini berada

pada daerah penolakan Ho dan penerimaan Hi.

Penelitian terdahulu yang dilakukan berbeda dengan penelitian yang

sekarang. Adapun perbedaan antara penelitian terdahulu dengan yang sekarang

sebagai berikut :

 Dalam teknik penentuan data, pada penelitian terdahulu menggunakan

data sekunder dan data primer, sedangkan pada penelitian yang sekarang

menggunakan data primer.

 Variabel yang digunakan pada penelitian yang sekarang antara lain Tenaga

Kerja Petani Tambak (X1), Luas Lahan Tambak (X2), Modal Petani

Tambak (X3), Jumlah Produksi (X4).

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Tambak

Istilah tambak yang diambil dari bahasa jawa Nampak yang artinya

membendung air dengan pematang, sehingga terkumpul pada suatu tempat,

digunakan untuk menyatakan sebuah empang dekat pantai laut, atau pematang

untuk menahan air, gili-gili, tanggul, bending, kolam di tepi laut yang diberi

pematang untuk memelihara ikan terutama ikan bandeng. Tidak dinamakan kolam

(24)

Menurut Surat Keputusan Meteri Pertanian Nomor :

05/SK/MENTAN/BIMAS/VI/1984, tambak adalah suatu yang sengaja dicetak sebagai wadah yang sesuai untuk dijadikan tempat pemeliharaan udang atau

bandeng.

Karena terletak dekat pantai, petakan tambak semacam ini selalu

menerima air payau (campuran air dari sungai dan dari laut) yang memasuki

muara sungai itu, jika sedang pasang. Istilah air payau dipakai bagi air yang

mempunyai sanitair (kadar garam) antara 5 dan 25 per mil. Dalam pengertian

limnologi (ilmu peraiaran), yang dimaksud dengan salinitas adalah jumlah segala

macam garam yang terkandung dalam 1000 gram air contoh, setelah air diuapkan

dalam ruangan hampa, dan setelah garam tersebut dikeringkan terus menerus

sampai bobotnya tetap. Jumlah garam (dalam garam) dalam tiap 1000 gram air

contoh inilah yang dinyatakan sebagai permil (disingkat 0/00) salinitas

(Kardi, 1997 : 13).

2.2.1.1. Budidaya Ikan Dan Tambak

Budidaya ikan tambak adalah kegiatan usaha pemeliharaan / pembesaran

ikan di tambak mulai dari ukuran benih sampai dengan ukuran yang layak di

konsumsi.

Budidaya tambak baik untuk memelihara ikan bandeng, udang, dan ikan

lainya di Indonesia sangat luas, ada +200.000 ha. (1986) yang dimiliki dan di

usahakan oleh petani tambak. Kebanyakan masalah ini masih dikelola secara

(25)

tingkat keterampilan petani tambak tidak sama, maka teknik perkembangan yang

diterapkan saat ini juga berbeda-beda. Ada tambak yang masih di usahakan secara

sangat intensif dengan masukan modal yang tinggi dan hasilnya juga sangat

tinggi.

Adapun sistem budidaya ikan yang dikenal sekarang ada 3 tingkatan,

yaitu:

1. Sistem budidaya ikan tradisional atau ekstensif

Petakan tambak pada tingkatan budidaya ini, bentuk dan ukuranya tidak teratur,

luasnya antara 3 ha sampai 10 ha per petakan. Pada tambak tradisional, semua

tambak tidak di pupuki sehingga produktivitas tergantung pada makanan

tambahan, walaupun masih berupa dedak atau hasil limbah pertanian lainya.

2. Sistem budidaya semi intensif atau tradisional yang diperbaiki

Metode ini merupakan peningkatan atau perbaikan dari sistem tradisional atau

ekstensif yaitu dengan memperkenalkan bentuk petakan yang teratur dengan

maksud agar lebih muda dalam pengelolahan air,.bentuk petakan umunya

empat persegi panjang dengan luas 1 - 3 ha perpetakan. Pada budidaya semi

intensif ini orang memelihara campuran ikan, pengelolahan air cukup baik,

ketika ada air pasang naik, sebagaian air diganti dengan yang baru sehingga air

yang berkualitas cukup terjaga dan kehidupan ikan sehat.

3. Sistem budidaya intensif

Budidaya intensif dilakukan dengan teknik yang canggih dan memerlukan

(26)

pula. Maksudnya supaya pengelolahan air dan pengawasanya lebih mudah.

(Mujiman dan Suyanto, 2003 : 26-35).

2.2.1.2. Teknik Pengelolaan Tambak

Dalam pembuatan dan pengelolaan tambak ada tahap-tahap yang harus

dilakukan dan diperhatikan oleh petani. Dengan memperhatikan tahap-tahap ini

diharapkan nantinya para petani memperoleh hasil yang optimal. Tahap-tahap

tersebut meliputi :

1. Tahap persiapan tambak

Dalam tahap persiapan ini ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu :

a). Perbaikan pematang dan saluran, yang dapat dilakukan secara bersamaan

maupun saling berurutan.

b). Pendalaman dan perataan dasar pelataran tengah. Pengelolaan tanah

diawali dengan menguras air tambak sampai terbentuk lumpur. Apabila

lumpurnya terlalu tebal maka perlu dikurangi dengan cara memperdalam

dasar tambak. Tanah yang diambil dari tambak digunakan untuk menutup

lubang-lubang yang bocor pada pematang. Setelah terbentuk lumpur

sedalam 30 cm kemudian dikeringkan sampai retak-retak namun tidak

sampai menjadi debu.

2. Pemupukan.

Pemupukan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan produksi makanan

alami ikan bandeng dan juga kesuburan tanah. Pemupukan tambak

(27)

alami menggunakan daun bakau atau kompos yang disebarkan ke dalam

tambak. Kemudian tambak dialiri air sampai sedikit tergenang, lalu diberi

pupuk yang kedua kalinya yaitu campuran dedak, urea, dan Triple

Superphospate (TSP) dan dialiri air kembali secara bertahap. Dalam jangka

waktu 10 hari mulai dari pemupukan klekap sudah mulai tumbuh

(Soeseno, 1993 : 79 – 81).

3. Pemberantasan hama

Untuk memberantas ikan lain seperti belanak, bronang, mujair, dan ikan-ikan

buas lainnya, digunakan akar tuba atau jenu yang mengandung racun roteon

dengan ukuran 4 – 6 kg/ha dengan kedalaman air 10 cm. Apabila tidak ada

akar tuba, dapat digantikan dengan tembakau dan racun lainnya sebelum nener

ditebarkan. Untuk kepiting bisa dimasukkan ke lubang kemudian ditutup.

(Mudjiman, 1993 : 52 – 53).

Pemberantasan hama ikan bandeng lebih mudah dilakukan karena hama bagi

ikan bandeng hanya berupa ikan-ikan lain yang dikhawatirkan memangsa

nener atau gelondongan. Tidak ada hama yang lain seperti pada

pembudidayaan udang maupun ikan lain.

4. Pengelolaan dan pembudidayaan tambak

a). Tahap pengelolaan petak peneneran.

Sebelum memelihara nener, terlebih dahulu dilakukan penangkapan nener

yang dilakukan secara tradisional dengan menggunakan belabor (sejenis

pemikat) yang dibuat dari tali dan daun kelapa atau daun pisang yang

(28)

bulan sedang mati dan air lautnya tenang maka nener akan berkerumun

dibalik daun. Untuk mengenali nener bandeng sangatlah mudah yaitu

dengan menggunakan seser (serok) dari kerang yang berwarna putih atau

seser dari bahan lain yang berwarna putih, sebab nener dapat diketahui

dengan melihat bintik hitam (mata) pada bagian kepala

(Soeseno, 1998 : 89 – 90).

Proses pemindahan nener dari laut ke petak peneneran yang kadar

garamnya berubah secara drastis tidak membuat nener mati, karena nener

memiliki sifat tahan terhadap perubahan yang besar dari kadar garam

dalam air (Soeseno, 1993 : 73).

Petak peneneran merupakan petak yang digunakan untuk menampung

bibit bandeng sebelum dipindahkan ke petak berikutnya, yaitu petak

penggelondongan (Anonim, 1991 : 5).

Ketinggian air air pada petak peneneran antara 1 – 1,5 meter dengan

salinitas antara 15 – 25 per mil dan suhu air antara 20º C – 26º C. Masa

,pemeliharaan pada petak peneneran berlangsung selama 4 – 6 minggu.

Pada usia ini nener sudah menjadi bandeng gelondongan dengan ukuran 8

– 12 cm dan sudah saatnya dipindahkan ke petak buyaran

(Murtidjo, 1999 : 99 – 102).

b). Tahap pengelolaan petak gelondongan (petak buyaran)

Petak penggelondongan atau petak buyaran adalah petak untuk

menampung atau memelihara bandeng sebelum dipindahkan ke petak

(29)

13 – 17 per mil. Masa pemeliharaan pada petak gelondongan berlangsung

sekitar 4 – 6 minggu (Anonim, 1991 : 5).

c). Tahap pengelolaan petak pembesaran.

Petak pembesaran adalah petak untuk memelihara bandeng pindahan dari

penggelondongan sampai dengan berukuran konsumsi (Anonim, 1991 : 5).

Pemeliharaan dipetak pembesaran tidak jauh berbeda dengan petak

penggelondongan, hanya luas petaknya yang berbeda. Petak pembesaran

jauh lebih luas sehingga memerlukan pengelolaan air yang lebih cermat.

Petak pembesaran ini memerlukan salinitas air antara 15 – 25 per mil.

Masa pemeliharaan di petak pembesaran ini adalah 8 minggu, sehingga

mulai dari peneneran hingga pembesaran dibutuhkan waktu 5 bulan.

Pemberian kapur 5 – 10 kg/ha setiap minggu pada petak buyaran dan petak

pembesaran sangat perlu dilakukan untuk mengikat zat asam arang yang

ada di dasar tambak serta menyerap dan menetralkan gas racun seperti

amonia (Murtidjo, 1999 : 105 – 106).

d). Penangkapan hasil

Cara untuk menangkap ikan bandeng dewasa yaitu dengan mengosongkan

air tambak. Setelah itu ikan akan menuju ke parit dan digiring ke pintu air,

kemudian baru diambil dan dimasukkan ke dalam keranjang. Sebelum

dibawa ke pasar ikan bandeng dicuci terlebih dahulu dengan air bersih

untuk menghilangkan kotoran dan bakteri yang menempel pada ikan

(30)

2.2.1.3. Seleksi Benih

Pada usaha budidaya tambak dibutuhkan benih-benih yang unggul. Benih

tersebut bukan sembarang benih, tetapi hasil seleksi ketat dari induk-induk yang

memenuhi kriteria sebagai induk. Faktor utama yang menentukan suksesnya

pembenihan ikan adalah induk. Pegangan utama adalah kalau induk sempurna,

maka keturunan sempurna.

Upaya ini dapat diperoleh dengan mempersiapkan semasa ikan itu muda

(benih). Benih tersebut dapat diambil dari segerombolan benih-benih ikan.

Caranya, waktu dipelihara akan terlihat benih yang berbakat jadi induk, seperti :

gerakannya lincah, tumbuh cepat, rakus makan, dan sehat.

2.2.1.4. Jenis Ikan

Pemeliharaan jenis ikan yang tepat tentunya sangat mendukung

keberhasilan dari suatu usaha dibidang perikanan. Adapun jenis ikan yang dapat

dipelihara dapat disesuaikan dengan jenis atau golongan tambak, jenis ikan

dikonsumsi di masyarakat, serta disesuaikan dengan kondisi lingkungan alamnya.

Ikan tambakan yang dalam bahasa asingnya disebut Hilostama temmincki

termasuk suku Anabantidae dan keluarga besar (bangsa) Labyrinchi. Di Indonesia

ikan tambakan mempunyai aneka ragam nama menurut masing-masing

daerahnya, seperti :

 Di Kalimantan (daerah Pontianak dan Banjarmasin) : Ikan Biawan.

 Di Jawa : Ikan Tambakan

(31)

 Di Jambi : Ikan Tabakang

Di Pulau Jawa, ikan tambakan dipelihara orang secara besar-besaran, baik

untuk dikembangbiakan maupun untuk dipelihara sampai menjadi besar, adapun

jenis-jenis ikan yang selalu dipelihara atau dikembangkan, yaitu ikan bandeng,

ikan tawes, udang, ikan mujaer, ikan mas, ikan nilam. (Sutoyo, 1995 : 9).

2.2.2. Pendapatan

Pendapatan adalah hasil terjemahan dari bahasa inggris income yang

diartikan sebagai pendapatan seseorang dari penjualan faktor-faktor produksi yang

dimiliki.

Menurut Rosyidi, untuk mendapatkan pendapatan perseorangan atau

Personal Income, maka kedua bentuk pendapatan yaitu pajak laba perusahaan dan laba tak dibagi haruslah dihilangkan. Pendapatan perseorangan ini belum siap

untuk dibelanjakan sewaktu-waktu, sebab dari jumlah ini belum dibayarkan pajak

kepada pemerintah yang merupakan pajak pribadi (Personal tax), sehingga agar

menjadi Disposible income ( pendapatan yang siap dibelanjakan), maka Personal

tax harus dikeluarkan dulu atau dibayarkan dulu pada pemerintah.

Di dalam buku “Ekonomi Makro Modern” (Sadono, Sukirno, 2000 : 28)

apabila keseluruhan barang dan jasa yang dihasilkan dalam satu tahun dihitung,

maka akan diperoleh pendapatan. Barang yang dihasilkan dalam suatu Negara

dinyatakan dalam unit yang berbeda, yaitu ton, barel dan sebagainya. Dengan

demikian pendapatan adalah nilai barang dan jasa yangdihasilkan suatu Negara

(32)

Di dalam buku “ Pengantar Ekonomi Makro” (Sadono Sukirno, 1994 : 34),

pendapatan adalah jumlah dari pendapatan faktor-faktor yang digunakan untuk

memproduksi barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu.

Dari pendapat para ahli maka dapat di ambil suatu kesimpulan, bahwa

pendapatan perseorangan adalah jumlah seluruh uang yang diterima oleh

seseorang atau faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi

dalam jangka waktu tertentu.

2.2.2.1. Pengertian Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita merupakan pendapatan rata-rata tiap jiwa dalam

suatu wilayah yang diperoleh dengan membagi jumlah total produksi dan jasa

yang dihasilkan oleh penduduk suatu wilayah dengan jumlah penduduk wilayah

tersebut pada yang bersangkutan.

Salah satu pendapatan regional adalah dapat digunakan untuk melihat

perkembangan atau penurunan suatu daerah dari tahun ke tahun guna mendukung

pembangunan yang ditujukan untuk menghilangkan kemiskinan dan untuk

meningkatkan kemakmuran, maka ukuran yang digunakan adalah pendapatan

perkapita merupakan hasil antara Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada

suatu wilayah masyarakat, jumlah penduduk pada tahun ke tahun.

Dalam menghitung pendapatan perkapita terdapat dua macam perhitungan

yaitu :

(33)

Perhitungan tersebut dapat memberikan gambaran mengenai rata-rata dari

penduduk suatu Negara dalam membeli barang-barang.

b. Perhitungan menurut harga tetap.

Perhitungan tersebut menunjukan perkembangan tingkat kemakmuran

disuatu Negara (Sukirno, 1992 : 20).

Pendapatan perkapita di hasilkan dari Produk Domestik Bruto dibagi jumlah

penduduk. Apabila laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan maka di harapkan

pendapatan perkapita akan meningkat, sehingga dapat mendukung tercapainya

pembangunan Negara

Gt = PPKI – PPKt-I x 100 %

PPKt-I

Keterangan :

Gt = Pertumbuhan dalam pendapatan perkapita

PPKI = Pendapatan perkapita pada tahun t

PPKt-I = Pendapatan perkapita pada tahun t-I

(Sukirno, 1992 : 21) Apabila pendapatan masyarakat meningkat, maka masyarakat dapat

membeli kebutuhanya sehingga nantinya dengan bertambahnya permintaan, maka

bisa meningkatkan pendapatan.

2.2.2.2. Pengertian Pendapatan Pertanian

Perhitungan biaya, penerimaan dan pendapatan hasil pertanian dalam satu

(34)

pertanian yang dihasilkan dalam suatu periode dengan harga pertanian itu atau

petani akan menghitung hasil bruto produksinya yaitu mengalikan luas tanah

dengan hasil persatuan luas (Murbyarto, 1992 : 66).

Hal ini semua dinilai dengan uang, tetapi tidak semua hasil diterima oleh

petani, hasil itu harus diulangi dengan biaya-biaya harus dikeluarkanya yaitu

harga pupuk dan bibit, biaya pengolahan tanah, pupuk menanam, upah

membersihkan rumput dan biaya panen yang biasanya berupa hasil. (Murbyarto,

1992 : 60).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan khususnya

pertanian adalah besarnya pendapatan ditentukan dengan menghitung terlebih

dahulu penerimaan dari hasil pertanian yang dihasilkan, kemudian dikurangi

dengan seluruh biaya yang dikeluarkan.

Sedangkan biaya yang sedang dikeluarkan setiap petani tambak dalam

setiap periode untuk mengembangkan usahanya yang biasanya tidak sedikit. Oleh

sebab itu diperlukan lembaga keuangan sebagai sarana membantu petani tambak

yang mempunyai sedikit modal, untuk itu Bank Rakyat Indonesia yang berada di

Kecamatan-kecamatan akan lebih meningkat dari pada sebelumnya.

2.2.3. Tenaga kerja

Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja,

batasan usia kerja berbeda-beda antara Negara satu dengan Negara lain. Batas usia

(35)

maksimum. Jadi semua orang atau semua penduduk yang berusia 10 tahun

tergolong sebagai tenaga kerja (Dumairy, 1997 : 38).

Tenaga kerja adalah bagian penduduk ( usia kerja ), baik yang bekerja

maupun yang mencari kerja, yang masih mau dan mampu untuk melakukan

pekerjaan ( Tambunan, 1993 : 57 )

Menurut Irawan dan Suparmoko (1997 : 67) mengartikan bahwa tenaga

kerja adalah penduduk pada usia kerja yaitu antara 15 sampai 64 tahun, penduduk

dalam usia ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu angkatan kerja dan bukan

angkatan kerja.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja

yaitu penduduk yang berumur batas usia kerja, batas usia kerja bagi Negara

Indonesia yaitu minimum 10 tahun tanpa batas umum maksimum dan terlibat

dalam kegiatan produktif baik itu yang menerima maupun tidak menerima upah.

2.2.3.1. Konsep dan Definisi

Tenaga kerja ( man power ) dipilih dalam dua kelompok yaitu angkatan

kerja ( labour force ) dan bukan angkatan kerja, yang termasuk angkatan kerja

adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bbekerja tau mempunyai

pekerjaan namun untuk sementara tidak bekerja dan mencari pekerjaan.

Sedangkan yang bukan termasuk angkatan kerja ialah tenaga kerja yang tidak

bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan yakni

(36)

rumah tangga (maksudnya ibu-ibu yang bukan imbalan langsung atas jasa

kerjanya, (pensiun, penderita cacat yang dependent). ( Dumairy, 1997 : 75 ).

Dengan demikian dalam konteks ketenagakerjaan, penduduk dipilih-pilih

menurut angkatan kerja yaitu sebagai berikut

Gambar 1. Pemilihan Penduduk Berdasarkan Angkatan Kerja

TENAGA KERJA

Sumber : Dumary. 1997. Perekonomian Indonesia. BPFE. UGM. Yogyakarta. Hal 75.

2.2.3.2. Tenaga Kerja Pertanian

Setiap usaha yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja.

Dalam analisis ketenagakerjaan di bidang pertanian penggunaan tenaga kerja

dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja.

Besar kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan oleh skala usaha. Biasanya

usaha perikanan tambak skala kecil akan menggunakan tenaga kerja dalam

(37)

skala besar, lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dengan cara

sewa dan sering dijumpai tenaga-tenaga ahli.

Tenaga kerja terampil dan tenaga kerja kasaran sangat diperlukan dalam

usaha budidaya tambak, tersedianya usaha ini sangat mempengaruhi keberhasilan

budidaya dan produktifitas tambak dan berfungsi sebagai alat angkutan dan

sebagai alat produksi. Sebagai alat produksi, tenaga kerja digunakan untuk

mengolah, menanam benih, memelihara dan memanen.

Jenis pekerjaan yang menyerap tenaga kerja paling banyak adalah untuk

memelihara tambak. Tingginya penyerapan ini disebabkan karena pemeliharaan

memerlukan waktu yang panjang dan jenis kegiatannya relatif banyak, antara lain

pemberian pakan, pemupukan, pembuyaran, dan pemindahan untuk menyeleksi

ikan atau udang dan belum layak panen ke dalam masing-masing petak yang

bersesuaian. ( Soekartawi, 1993 : 25 ).

2.2.4. Luas Lahan

Luas lahan akan mempengaruhi skala usaha. Skala usaha ini pada akhirnya

akan mempengaruhi efisien tidaknya suatu usaha perikanan. Meskipun luas lahan

yang dipakai dalam suatu usaha perikanan akan semakin tidak efisien lahan

tersebut. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa luas lahan akan

mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisien akan

berkurang, karena :

1. Lemahnya pengawasan terhadap pengguanaan faktor produksi seperti benih,

(38)

2. Terbatasnya persediaan tenaga kerja di sekitar daerah itu yang pada akhirnya

akan mempengaruhi usaha perikanan tersebut.

3. Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha tersebut dalam skala

luas. ( Daniel, 2001 : 58 ).

Sebaiknya pada luas lahan yang sempit, upaya pengusaha terhadap

penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi,

dan kebutuhan modal juga tidak terlalu besar, sehingga semacam ini seringkali

lebih efisien. (Soekartawi, 1997 : 15).

2.2.5. Modal

Modal yaitu sesuatu yang dapat di gunakan untuk menjalankan suatu

aktifitas produksi. Modal pada penelitian kali ini di bagi menjadi dua yaitu :

a. Modal sendiri

b. Kredit

2.2.5.1. Modal Sendiri

Modal sendiri yang di miliki oleh pengusaha tambak yaitu berupa

kelancaran usaha. Modal diperoleh dari kekayaan atau asset yang terdapat pada

pengusaha, modal sendiri juga bias dari penjualan asset pribadi dari pengusaha

atau petani tambak.

Penggunakan modal sendiri di maksudkan untuk memenuhi segala

kebutuhan guna menunjang kegiatan operasi produksi petani tambak. Jumlah

(39)

tersebut. Namun dalam prakteknya menetapkan berapa besarnya jumlah wajar

kebutuhan modal adalah tugas yang cukup kompleks, modal merupakan faktor

terpenting dalam upaya mengembangkan usaha tambak.

2.2.5.2. Kredit

Menurut Undang-Undang No. 14 Th. 1967 tentang pokok-pokok

perbankan yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan

yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam

antara pihak yang memberi dan menerima kredit atau pinjaman, dalam hal ini

pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu

dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan.

Kredit merupakan hal penting untuk mengatasi kekurangan modal yang

banyak di jadikan alasan oleh pengusaha kecil dan menengah selain masalah

bahan baku dan pemasaran. Dalam rangka membantu usaha ini, pemerintah

melalui perbankan menyediakan fasilitas kredit untuk usaha kecil dengan syarat

lunak.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari perumusan di atas mengenai

pengertian kredit adalah penundaan pembayaran atas pinjaman yang diterima,

baik dalam bentuk barang, uang, maupun jasa. Dalam dunia perbankan, praktek

pemberian adalah berbentuk uang. Hal ini akan mudah dimengerti, karena kredit

(40)

2.2.5.3. Fungsi dan tujuan kredit

A. Fungsi kredit bagi masyarakat antara lain :

1. Menjadi motivator dan dinamisator peningkatan kegiatan perdagangan

perekonomian

2. Memperluas lapangan pekerjaan bagi masyarakat

3. Memperlancar arus barang dan jasa

4. Meningkatkan hubungan internasional

5. Meningkatkan produktifitas dana yang ada

6. Meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat

7. Meningkatkan daya guna (utility) barang

8. Memperbesar modal kerja perusahaan

9. Meningkatkan income perkapita masyarakat

10.Mengubah cara pikir atau bertindak masyarakat untuk lebih ekonomis.

B. Tujuan Kredit

Keuntungan atau probability merupakan tujuan dari pemberian kredit yang

terdapat dalam bentuk bunga, dengan menyesuaikan tujuan Negara yaitu

mengembangkan Agent Of Development, untuk :

1. Memperoleh pendapatan bank dari bunga kredit

2. Memanfaatkan dana dari produktifitas dana-dana yang ada

3. Melaksanakan kegiatan operasional bank

4. Memenuhi permintaan kredit dari masyarakat

5. Memperlancar lalu lintas pembayaran

(41)

7. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat

(Hasibuan, 2004 : 88).

2.2.5.4. Jenis-jenis Kredit

Jenis kredit dibedakan berdasarkan sudut pendekatan yang dilakukan,

yaitu antara lain :

 Kredit konsumsif, yaitu kredit yang dipergunakan untuk kebutuhan sendiri

bersama keluarganya.

 Kredit Modal Kerja ( kredit perdagangan ), yaitu kredit yang akan

dipergunakan untuk menambah modal usaha debitor.

 Kredit Investasi, yaitu kredit yang dipergunakan untuk investasi produktif,

tetapi baru akan menghasilkan dalam jangka waktu yang relatif lama.

2.2.5.5. Penilaian Kredit

Untuk menentukan nilai kredit yang dan menjaga resiko bagi pihak

penyelenggaraan kredit, maka perlu mengambil kebijaksanaan dengan melakukan

penilaian terhadap calon nasabah yang dikenal dengan “5 of credit”, antara lain :

1. Character (watak) calon debitor

Dari referensi nasabah dan bentuk bank-bank lain tentang perilaku,

kejujuran, Karakter pemohon kredit dapat diperoleh dengan cara

mengumpulkan informasi pergaulan, dan ketaatanya memenuhi

pembayaran transaksi. Karakter yang baik jika ada keinginan untuk

(42)

2. Capacity (kemampuan) calon debitor

Jika kemampuan debitor baik maka dapat diberikan kredit, sebaliknya jika

kemampuan jelek, maka permohonan kredit ditolak.

3. Capital

Besar kecilnya modal serta penanaman modal usaha calon debitor perlu

diteliti oleh pihak bank. Karena bank melihat apabila baik maka akan

diberikan, tetapi jika tidak pemohon tidak akan mendapatkan kredit yang

diinginkan.

4. Conditional of economic

Kondisi perekonomian pada umumnya dari bidang usaha pemohon kredit

khususnya. Jika baik dan memiliki prospek yang baik maka

permohonannya akan disetujui, sebaliknya jika jelek permohonannya

kredit akan di tolak.

5. Collateral (agunan)

Merupakan syarat utama yang menentukan disetujui atau ditolaknya

permohonan kredit nasabah. Hal ini digunakan apabila terjadinya kredit

macet, maka agunan inilah yang akan untuk membayar kredit tersebut.

(Hasibuan, 2004 : 107).

2.2.5.6. Sasaran Kredit Usaha Tani

Kredit digunakan untuk kesejahteraan masyarakat desa. Kredit berupa

(43)

bank yang ada. Sasaran pemberian kredit usaha tani yang dilakukan oleh

Perbankan Indonesia, adalah :

1. Memenuhi kebutuhan kredit bagi usaha masyarakat pedesaan dibidang

usaha pertanian palawija, usaha perikanan bidang lainnya.

2. Memenuhi kebutuhan fasilitas permodalan bagi petani yang belum mampu

dan benar-benar memerlukan, dimanfaatkan untuk membiayai sendiri

produksi usaha taninya.

3. Mengefektifkan penggunaan dana dari bank secara rasional dan terarah.

4. Melalui sistem usaha tani diharapkan anggota masyarakat pedesaan dapat

menerima fasilitas kredit dengan prosedur yang mudah dan dengan

persyaratan serta pembinaan dan pengawasan usahanya.

Kredit yang dimaksud disini adalah kredit yang disalurkan untuk petani

tambak.agar petani bisa memperluas tingkat usahanya untuk meningkatkan

pendapatanya. Kredit adalah salah satu modal yang diperoleh dari pinjaman.

Akumulasi modal merupakan keharusan bagi pembangunan ekonomi bagi

Negara-Negara sedang berkembang karena pembangunan sangat memerlukan

modal. Semakin banyak modal yang tersedia maka semakin cepat pembangunan

ekonomi cepat dilaksanakan. Akumulasi modal mempunyai peranan ganda yaitu

menimbulkan pendapatan, memperluas kesempatan kerja, dan menaikkan

investasi selanjutnya (Suryana, 2000 : 72 - 73).

Jadi kesimpulanya bahwa modal itu sangat penting. Apabila kekurangan

modal dapat mengakibatkan penurunan produktifitas industri kecil sehingga

(44)

2.2.6. Produksi

2.2.6.1. Pengertian Produksi

Secara arti sempit produksi adalah proses penciptaan atau proses

pembuatan. Produksi atau memproduksi adalah menambah kegunaan suatu

barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila menggunakan manfaat baru

atau lebih dari bentuk semula. Untuk memproduksi dibutuhkan faktor-faktor

produksi, yaitu alat atau sarana untuk melakukan proses produksi.

(Putong, 2003 : 100)

Sedangkan menurut Rosyidi (1991 : 54), produksi merupakan setiap usaha

yang menciptakan atau memperbesar daya guna barang. Untuk bias melakukan

produksi, orang memerlukan tenaga manusia, sumber-sumber alam, modal dalam

segala bentuk, serta kecakapan.

Jika dilihat dari definisi-definisi diatas, maka dapat disumpulkan bahwa

produksi adalah penciptaan atau memperbesar nilai guna suatu barang yang

berbenyuk suatu aktifitas.

2.2.6.2. Faktor-faktor Produksi

Faktor-faktor produksi adalah semua unsur yang menopang usaha

penciptaan nilai atau usaha memperbesar nilai barang. Faktor-faktor produksi

terdiri atas :

a. Tanah (land) atau sumber daya alam (natural resources)

Adalah sesuatu yang bisa menjadi faktor produksi dan berasal atau

(45)

tidak berasal dari kegiatan manusia, antara lain :

1. Tenaga penumbuh dari tanah, baik untuk pertanian, perikanan maupun

pertambangan.

2. Tenaga air baik untuk pengairan, penggaraman, maupun pelayaran.

3. Iklim, cuaca, curah hujan, arus angin dan sebagainya.

4. Dan lain-lain.

b. Tenaga kerja manusia (labor) atau sumber daya manusia (human

resources)

Adalah semua kemampuan manusiawi yang dapat disumbangkan untuk

memungkinkan dilakukanya produksi barang-barang dan jasa, berupa

kemampuan fisik dan kemampuan mental.

c. Modal

Modal terdiri dati dua, yaitu :

1. Barang-barang modal riil

Yaitu meliputi semua jenis barang yang dibuat untuk menunjang

kegiatan produksi barang-barang lain serta jasa-jasa yang disebut

sebagai barang investasi, seperti : mesin, jalan-jalan raya, gudang, dan

lain-lain.

2. Modal uang

Yaitu dana yang digunakan untuk membeli barang-barang modal dan

(46)

d. Kecakapan tata laksana

Adalah suatu kemampuan yang dapat dihargai sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki, contoh :

 Faktor produksi tanah, dihargai dengan sewa

 Tenaga manusia, dihargai dengan upah atau gaji

 Modal, dihargai dengan bunga.

(Rosyidi, 2004 : 56-58)

2.2.6.3. Fungsi produksi Cobb Douglas

Fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara masukan produksi dan

keluaran produksi. Oleh karena itu, dalam fungsi produksi dikenal istilah “Faktor

ketidak tentuan (uncer tainty)” dan “resiko (risk)”. Besarnya faktor ketidak

tentuan ini akan menentukan faktor besarnya resiko yang dihadapi. Bila petani

tambak sulit untuk menduga kapan akan terjadi musibah (misalnya usaha yang

dilakukan terlalu banyak resiko), maka usaha yang dilakukan berdasarkan konsep

ketidak tentuan. (Soekartawi, 1993 : 82-83).

Sedangkan yang dimaksud fungsi produksi cobb douglas adalah fungsi

atau persamaan yang melibatkan dua variabel atau lebih (variabel dependen (Y),

variabel independen (X)). Penjelasan hubungan antara variabel Y dan variabel X

biasanya dengan cara regresi yaitu dari Y akan dipengaruhi oleh variabel X.

(Soekartawi, 1993 : 85-86).

Sedangkan pada penyelesaian fungsi cobb douglas selalu dilogaritmakan

(47)

persyaratan yang harus dipenuhi sebelum menggunakan fungsi cob douglas,

antara lain :

a. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, sebab logaritma dari

bilangan nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui.

b. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan

teknologi pada setiap pengamatan (nonneutral different in the

respective tecnology). Artinya kalau fungsi cobb douglas yang di pakai sebagai model dalam suatu pengamatan dan bila diperlukan analisa

yang merupakan lebih dari satu model, maka perbedaan model tersebut

terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model

tersebut.

c. Setiap variabel X adalah perfect competition

d. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah

tercakup pada faktor kesalahan. (Soekartawi, 1993 : 87-88).

Gambar 2 : Fungsi Produksi Cobb Douglas

Y

X TP

Keuntungan Maksimal

(48)

Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa tidak pada produksi dalam hal ini

adalah petani tambak akan memperoleh keuntungan maksimal, maka petani

tambak dapat menentukan besarnya jumlah untuk mencapai tingkat penjualan

yang akan mewujudkan keuntungan maksimal

2.2.6.4. Jumlah Produksi

Untuk memproduksi sejumlah hasil produksi pertanian tambak diperlukan

adanya lahan tambak yang luas apabila bibit dan pupuk yang digunakan banyak,

akan tetapi luas lahan yang sempit apabila bibit dan pupuk yang digunakan

sedikit. Karena hal ini merupakan factor penentu untuk meningkatkan keuntungan

pada pertanian tambak, yang digunakan untuk menigkatkan pendapatan petani

tambak. (Sukirno, 1995 : 153)

Suatu proses produksi membutuhkan masing-masing komoditas sesuai

dengan sifat dari faktor produksi tersebut. Misalnya pada usaha tambak supaya

proses produksi maksimum bisa tercapai, maka masukan yang diberikan (modal)

seperti benih, pupuk, obat-obatan harus sesuai. Begitu juga pada cara pemberian

(waktu pemberian dan dosis atau takaran tiap pemberian harus tepat).

(Daniel, 2002 : 50).

Jumlah produksi tidak dapat didasarkan pada keinginan saja, melainkan

didasarkan pada kondisi lahan tambak, keterampilan pada pengelolahan tambak,

(49)

Ada beberapa faktor yang ikut dalam menentukan proses produksi, antara lain :

a. Mutu pakan yang diberikan dan ketepatan dalam jumlah pemberian pakan

sehari-hari

b. Mutu ikan, ikan harus bermutu baik, tidak cacat, umurnya sama dan berasal

dari induk yang sehat dan tidak tercantum dengan jenis ikan yang lain.

(Mujiman dan Suyanto, 2003 : 163).

2.3. Kerangka Pikir

Kerangka pikir didalam penelitian ini adalah membahas tentang pengaruh

tenaga kerja petani tambak, luas lahan tambak, modal petani tambak, jumlah

produksi terhadap pendapatan petani tambak bandeng di Kabupaten Gresik.

Dalam usaha perikanan diperlukan adanya Tenaga Kerja, Tenaga kerja

Petani Tambak adalah seseoang yang mengelolah usahanya. Dalam petani tambak

memerlukan jumlah petani atau tenaga kerja yang efisien, biasanya terdiri dari

ayah, istri, dan anak, karena untuk melakukan penghematan biaya yang akan

dikeluarkan oleh petani. Mereka dapat mengatur penggarapan tambak, mengatur

perairan, dan memberi pupuk. Apabila semua tenaga kerja dapat bekerja produktif

maka akan berpengaruh terhadap meningkatnya pendapatan petani tambak.

Luas Lahan Tambak merupakan tempat untuk budidaya ikan. Apabila luas

lahan meningkat, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi peningkatan

hasil produksi. Selain luas lahan yang harus diperhatikan, juga harus

memperhatikan sumber dayanya terutama media air, aspek kesuburan tanah,

(50)

yang terjamin. Semua ini dapat meningkatkan produktifitas pertanian petani

tambak dan hasil yang tinggi, juga akan meningkatkan pendapatan petani tambak.

Lahan tambak adalah tempat yang dibuat atau yang ada untuk melakukan atau

melaksanakan kegiatan pengelolaaan usaha.

Dalam usaha perikanan khususnya tambak bandeng perlu adanya suatu

modal yang cukup untuk tambahan dalam membiayai usahanya, yaitu salah

satunya adalah untuk membeli pupuk, obat-obatan, benih atau nener sehingga

usahanya bisa terus meningkat. Apabila jumlah suatu modal yang ada dalam

jumlah besar, maka secara tidak langsung dapat meningkatkan usahanya.

Sehingga pendapatan petani yang diperoleh akan terus meningkat.

Modal Petani Tambak yaitu berasal dari asset atau harta yang dimiliki.

Apabila asset atau harta yang dimiliki jumlahnya cukup besar maka akan berpengaruh terhadap pendapatan petani tambak.

Jumah Produksi merupakan penentu suatu keberhasilan petani tambak,

Apabila pada saat panen Jumlah Produksi yang dihasilkan cukup signifikan, maka

(51)

Gambar 3. Alur pikir perananan Tenaga Kerja Petani Tambak, Luas Lahan Tambak, Modal Petani Tambak, Jumlah Produksi terhadap Pendapatan Petani Tambak Bandeng di Kabupaten Gresik

2.4. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang

kebenaranya harus di uji secara empiris dan digunakan sebagai pedoman

pengarahan dari suatu analisis. Penelitian ini mengamati beberapa faktor antara

lain tenaga kerja petani tambak, luas lahan tambak, modal petani tambak, Jumlah

Produksi terhadap Pendapatan Petani Tambak Bandeng di Kabupaten Gresik. Tenaga Kerja

Petani Tambak (X1)

Produktifitas

Luas Lahan

Tambak (X2) Produksi

Pendapatan Petani Tambak Bandeng(Y) Modal Petani

Tambak (X3)

Skala usaha

JumlahProduksi

(52)

Sejalan dengan faktor-faktor yang diteliti tersebut, maka dikembangkan

hipotesa sebagai berikut :

1. Diduga bahwa Tenaga Kerja Petani Tambak, Luas Lahan Tambak,

Modal Petani Tambak, dan Jumlah Produksi mempunyai pengaruh

positif terhadap Pendapatan Petani Tambak Bandeng di Kabupaten

Gresik.

2. Diduga faktor Modal Petani Tambak memepunyai pengaruh yang

paling dominan terhadap Pendapatan Petani Tambak Bandeng di

(53)

43 

 

3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

Mendefinisikan konsep yang akan dioperasionalkan kedalam penelitian.

Adapun definisi dan pengukuran masing-masing variabel tersebut adalah sebagai

berikut :

a. Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi variabel bebas atau variabel

yang tidak dapat berdiri sendiri (depedent variable) adalah :

Pendapatan petani tambak bandeng di Kabupaten Gresik (Y), yaitu jumlah

seluruh uang yang diterima oleh petani tambak bandeng atau faktor-faktor

produksi yang ikut serta dalam proses produksi dalam jangka waktu tertentu

(satu tahun). Variabel ini dinyatakan dalam satuan rupiah juta (Rp. juta).

b. Variabel bebas yaitu variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat atau

variabel yang dapat berdiri sendiri (independent variable), yaitu terdiri dari :

1. Tenaga Kerja Petani Tambak

Adalah jumlah tenaga kerja yang di pekerjakan pada tambak mulai dari

penataan lahan, penebaran benur/benih sampai dengan masa panen.

(54)

2. Luas Lahan Tambak

Adalah luasnya areal tanah yang digunakan oleh petani tambak untuk

membudidayakan ikan bandeng mulai dari penebaran benur / benih ikan

sampai dengan masa panen. Variabel ini dinyatakan dengan satuan hektar

(Ha).

3. Modal Petani Tambak

Adalah suatu jumlah modal atau tambahan yang berupa uang ataupun

barang yang dimiliki oleh petani tambak maupun pemberian atau pinjaman

dari pihak lain (kredit) yang dipergunakan untuk proses produksi, variabel

ini dinyatakan dengan satuan rupiah juta (Rp. juta).

4. Jumlah Produksi

Adalah suatu jumlah produksi yang di hasilkan oleh tambak dalam jangka

waktu yang sudah ditentukan, variabel ini dinyatakan dengan satuan ton

(Ton).

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah petani tambak bandeng di

Kabupaten Gresik yang berjumlah 40 orang.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari elemen-elemen populasi / jumlah

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Indrianto, 1999 : 115).  

(55)

Dalam penelitian ini yang dipilih sebagai sampel adalah Petani

tambak bandeng di Kabupaten Gresik. Teknik pengumpulan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sample random sampling yaitu

penarikan sampel dari jumlah anggota populasi yang diambil secara acak tanpa

memperhatikan tingkatan agar sampel representatif atau mewakili populasi,

maka pengambilan sampel harus tepat.

Jumlah sampel dalam penelitian ini dapat dihitung secara formulasi /

rumus Slovin sebagai berikut (Umar, 2003 : 120 dalam skripsi Aulia 2008)

       N

n = 1+ N (e)

Dimana :

n : Ukuran sampel

N : Jumlah sampel

e : Kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel

dengan demikian jumlah sampelnya adalah :

40 40     40 

n = 1 + 40 (0,10) 1 + 0,4 1,4

= =

n = 28,58 dibutuhkan menjadi 29

Dengan dasar perhitungan rumus Slovin diatas, maka sampel yang

digunakan didalam penelitian ini berjumlah 29 orang.

 

(56)

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer, yaitu data yang langsung

dikumpulkan peneliti dari sumber dilapangan, yaitu para petani tambak bandeng

di Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Pengambilan data primer ini dilakukan

dengan cara :

1. Studi Lapangan

Teknik ini dengan menggunakan penelitian dilapangan guna untuk

memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan skripsi yang dilakukan

dengan cara :

a. Wawancara, merupakan suatu cara pengumpulan data / informasi yang

dilakukan oleh peneliti kepada responden yaitu petani tambak, maksudnya

adalah untuk mendapatkan gambaran lengkap terhadap topik yang diteliti.

b. Kuisioner, merupakan suatu cara pengumpulan data dengan memberikan

atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan

mereka akan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut.

(Umar, dalam skripsi Aulia Rahman : 2008).

2. Studi Pustaka

Dilakukan dengan mempelajari literatur-literatur guna untuk menunjang

suatu data yang diperlukan untuk diolah dan dianalisis.

3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah model regresi linier

berganda. Karena variabel bebasnya (X) lebh dari satu dan uji hipotesis yang

digunakan adalah uji F dan uji t.

 

(57)

3.4.1. Teknik Analisis

Untuk menaksir dan menganalisa hubungan yang disebutkan dalam

hipotesis diatas, maka analisis data dilakukan dengan menggunakan :

a. Analisis Kualitatif

Yaitu menganalisa data dalam bentuk uraian atau penjelasan secara

deskriptif.

b. Analisa Kuantitatif

Yaitu menghitung dengan menggunakan model regresi linier berganda

yang menggambarkan pengaruh antara independen variabel dengan

dependent variabel.

3.4.2. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis, hubungan antara pendapatan petani tambak

bandeng, dengan tenaga kerja petani tambak, modal petani tambak dan jumlah

produksi digunakan model analisis regresi linier berganda, dengan persamaan

sebagai berikut :

Yi = βo + β1X1i + β2X2i + β3X3i + β4X4i

Keterangan :

Y = Pendapatan petani tambak bandeng (Rp. juta)

X1 = Tenaga kerja petani tambak (orang atau jiwa)

X2 = Luas lahan tambak (Hektar)

X3 = Modal petani tambak (Rp. juta)

 

(58)

X4 = Jumlah produksi (Rp juta)

βo = Konstanta

U = Faktor pengganggu

β1…β3 = Koefisien regresi

I = Pengamatan

(Sudrajat, 1998 : 79)

Untuk menguji pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap

variabel terikat Y dengan prosedur sebagai berikut :

1. Uji F

Untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas (X1, X2, X3, X4)

terhadap variabel terikat (Y) secara simultan maka dipergunakan uji F

dengan kriteria :

Ho : β1= β2= β3= β4=0 (tidak ada pengaruh variable bebas terhadap

varabel terikat)

Hi : β1= β2= β3= β4# 0 (paling tidak salah satu estimator variabel bebas

berpengaruh terhadap variabel terikat)

(Sudrajat, 1998 : 94).

KT Regresi Fhitung =

KT Galat Keterangan :

KT = Kuadrat Tengah

 

(59)

Dengan menggunakan derajat kebebasan (k), (n-k-1) dan kaidah

pengujianya adalah sebagai berikut :

1. Apabila Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima, artinya

variabel bebas mempengaruhi variabel terikat secara simultan.

2. Apabila Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima Hi ditolak, artinya variabel

bebas tidak mempengaruhi variabel terikat secara simultan.

Gambar 4. Kurva Distribusi F

Sumber : Sugiono, 2001, Metode Penelitian Administrasi, Cetakan kedelapan, Penerbit Alfabeta, Bandung, Hal.142.

2. Uji t

Untuk mengetahui dari masing-masing variabel bebas secara individu atau

secara parsial terhadap variabel terikat melalui uji t dengan kriteria sebagai

berikut:

Ho : βi = 0 (tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat)

HI : β1 # 0 (ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat)

 

Gambar

Gambar 1. Pemilihan Penduduk Berdasarkan Angkatan Kerja
Gambar 2 : Fungsi Produksi Cobb Douglas
Gambar 3. Alur pikir perananan Tenaga Kerja Petani Tambak, Luas Lahan Tambak, Modal Petani Tambak, Jumlah Produksi terhadap Pendapatan Petani Tambak Bandeng di Kabupaten Gresik
Gambar 4. Kurva Distribusi F
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatasi persaingan tersebut, Bank BNI Syari’ah cabang Semarang menerapkan beberapa promosi dalam setiap pemasaran layanan jasa untuk merebut pasar sasarannya

Suripto (1998) dalam Rahajeng (2010) menyebutkan bahwa presentase kepemilikan saham publik berpengaruh pada luas pengungkapan sukarela, alasan yang dapat dikemukakan

Mata kuliah pada kelompok ini wajib diambil oleh seluruh mahasiwa Program Studi Sosio Ekonomi Perikanan Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kabel pendawaian dalam sistem ini akan dipasang atau ditanam dalam dinding atau di atas siling bangunan. Penghalaan pendawaian tidak dapat dilihat kecuali bahagian hujung

Novak, 1977 dalam Suparmi, 1994). Kajian terhadap penurunan mutu udang galah segar belum banyak dilakukan, padahal ini adalah hal yang paling penting untuk

Serangan PBKo pada tanaman kopi di Kabupaten Simalungun dari ketiga Kecamatan yaitu Kacamatan Raya, Kecamatan Pane dan Kecamatan Purba, ketiga Kecamatan ini intensitas

2016 Tingkat pengetahuan tentang diabetes mellitus, gaya hidup, tipe diabetes mellitus Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu 37 responden dan jenis penelitian

Dengan demikian, ditemukan tim mengenai pengembangan kompetensi profesionalisme guru bidang studi rumpun Pendidikan Agama Islam (PAI) pada madrasah dalam melaksanakan tugas dan