• Tidak ada hasil yang ditemukan

Master Plan E Government Pemerintah Kabupaten Klaten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Master Plan E Government Pemerintah Kabupaten Klaten"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Teknologi informasi berkembang sangat cepat dam dinamis, sehingga membagkitkan kesadaran dalam pemanfaatannya secara baik dan tepat guna dengan harapan dapat memicu efisiensi, efektifitas dan peningkatan produktivitas, serta peningkatan layanan bagi stakeholders. Disi lain, pemanfaatan teknologi informasi dapat membuka peluang baru dan meningkatan keunggulan kompetitif bagi organisasi. Dengan demikian, Teknologi informasi mampu memberikan manfaat dan dapat mendukung proses bisnis organisasi sesuai dengan visi dan misi yang telah ditentukan.

Pemerintah Kabupaten Klaten dituntut untuk dapat memanfaatkan kemajuan teknologi informasi tersebut untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan data, informasi dan pelayanan publik. Pemerintah Kabupaten Klaten telah memiliki komitmen untuk melakukan proses transformasi menuju e-Government dengan tujuan meminimalisir sekat-sekat organisasi dan birokrasi, serta membentuk jaringan kerja internal dan ekseternal yang terpadu, mudah dalam akses informasi dan layanan publik yang semakin baik.

Pengelolaan teknologi informasi yang baik, memerlukan perencanaan strategis pengembangan teknologi informasi sehingga pola investasi dan pengembangan sistem yang akan dilakukan berjalan sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah ditentukan sebelumnya. Rencana strategis ini dituangkan dalam bentuk dokumen yang disebut Master Plan Teknologi Informasi. Di sisi lain, Pemerintah pusat mengharapkan pembangunan teknologi informasi di daerah menjadi lebih terarah dan terintegrasi. Menyikapi hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Klaten telah menyusun Master Plan e-Government yang bertujuan agar kebijakan pengembangan e-Government dapat dilaksanakan secara sistematik dan terpadu.

Master Plan e-Government ini diharapkan dapat menjadi pedoman dan acuan setiap instansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Klaten dalam mengimplentasikan e-Government sebagai bagian dari kebijakan dan strategi nasional pemerintah dalam implemntasi e-Government guna mewujudkan good governance.

Klaten, Desember 2015

(3)
(4)

DAFTAR ISI

Halaman Depan --- i

Kata Pengantar--- iii

Daftar Isi --- v

Daftar Gambar--- ix

Daftar Tabel --- xi

BAB 1 PENDAHULUAN --- 1

1.1 Konsep e-Government --- 1

1.2 Keuntungan Penerapan e-Government --- 2

1.3 Permasalahan umum Penerpan e-Government --- 3

BAB 2 METODOLOGI --- 5

2.1 Sekilas Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten --- 5

2.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Klaten --- 5

2.1.2 Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Klaten --- 5

2.1.3 Struktur Organisasi --- 6

2.2 Tahapan Pengembangan e-Government --- 6

2.3 Komponen e-Government --- 11

2.4 Kondisi Sistem e-Government di Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten -- 12

2.4.1 Arah kebijakan e-Government --- 12

2.4.2 Legalitas pengembangan e-Government --- 13

2.4.3 Pengelolaan e-Government --- 14

2.4.4 Pemanfaatan Aplikasi --- 14

2.4.5 Kondisi Infrastruktur --- 18

2.4.6 Kondisi SDM --- 20

2.5 Kondisi Ideal yang Akan Dicapai --- 22

2.5.1 Kerangka Fungsional Sistem Pemerintahan --- 23

2.5.2 Peta solusi aplikasi e-Government --- 25

2.5.3 Infrastruktur --- 26

2.6 Analisis Kesenjangan Komponen e-Government --- 27

2.6.1 Kesenjangan Aplikasi --- 28

2.6.2 Kesenjangan Infrastruktur --- 28

BAB 3 KERANGKA DASAR PEMIKIRAN (e-Government Conceptual Framework) --- 31

3.1 Pendahuluan --- 31

3.2 Konsep Pengembangan e-Government --- 31

3.3 Tujuan Pengembangan e-Government --- 32

3.4 Infrastruktur Pengembangan e-Government--- 38

(5)

3.7 Konsep Integrasi Sistem Informasi --- 39

BAB 4 CETAK BIRU PENGEMBANGAN(e-Government Blue Print) --- 41

4.1 Perencanaan Kebijakan dan Regulasi --- 41

4.2 Perencanaan Kelembagaan dan Organisasi --- 41

4.3 Kantor Pengelola Data Elektornik --- 42

4.3.1 Kasi Pengembangan Sistem --- 43

4.3.2 Kasi Pemeliharaan Sistem --- 43

4.3.3 Sub Bag Tata Usaha --- 44

4.4 Perencanaan Infrastruktur --- 44

4.4.1 Kebutuhan Infrastruktur di Pusat Data dan Operasional Jaringan Kabupaten --- 45

4.4.2 Kebutuhan Infrastruktur Koneksi Jaringan antar SKPD --- 48

4.4.3 Kebutuhan Infrastruktur Komputer Koneksi Jaringan lokal SKPD --- 48

4.4.4 Data Recovery Center --- 51

4.5 Perencanaan Data dan Aplikasi --- 52

4.5.1 Fungsi Pelayanan --- 53

4.5.2 Fungsi Legislasi --- 56

4.5.3 Fungsi Pembangunan --- 57

4.5.4 Fungsi Keuangan --- 59

4.5.5 Fungsi Kepegawaian --- 60

4.5.6 Fungsi Kepemerintahan --- 61

4.5.7 Fungsi Kewilayahan --- 62

4.5.8 Fungsi Kemasyarakatan --- 64

4.5.9 Fungsi Sarana dan Prasarana --- 66

BAB 5 PENTAHAPAN PENGEMBANGAN(e-Government Road Map) --- 67

5.1 Sosialisasi konsep e-Government --- 68

5.2 Penerapan reformasi birokrasi --- 68

5.3 Pembentukan unit organisasi pengelola IT --- 69

5.3.1 Pengembangan Sistem --- 69

5.3.2 Pemeliharaan Sistem --- 70

5.3.3 Tata Usaha --- 71

5.4 Pengembangan infrastruktur hardware dan jaringan --- 71

5.4.1 Pengembangan Infrastrukutur Tahun 2016 --- 74

5.4.2 Pengembangan Infrastrukutur Tahun 2017 --- 75

5.4.3 Pengembangan Infrastrukutur Tahun 2018 --- 76

(6)

5.5 Penyusunan regulasi e-Government --- 78

5.6 Penyusunan SK Bupati tentang e-Government --- 79

5.6.1 Penyusunan SK Bupati tentang Tata Organisasi --- 79

5.6.2 Penyusunan SK Bupati tentang Kode Data --- 79

5.6.3 Penyusunan SK Bupati tentang Tata Kelola e-Government --- 80

5.7 Penyusunan Sistem Informasi Terintegrasi --- 81

BAB 6 RENCANA IMPLEMENTASI (e-Government Implementation Plan) --- 85

6.1 Strategi pengembangan e-Government --- 85

6.2 Rencana Implementasi --- 85

6.3 Rekomendasi --- 85

6.3.1 Rekomendasi di bidang organisasi dan manajemen --- 85

6.3.2 Rekomendasi di Bidang Teknologi --- 86

(7)
(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tahapan implementasi e-Government --- 6

Gambar 2.2. Tahapan implementasi e-Government (Inpres No.3 Tahun 2003) --- 7

Gambar2.3. Tahapan implementasi e-Government (United Nations Division for Public Economics and Public Administration, 2008) --- 8

Gambar 2.4. Tahapan implementasi e-Government (Washtenaw County)--- 9

Gambar 2.5. Usulan Tahapan implementasi e-Government --- 10

Gambar 2.6. Komponen E-Government--- 12

Gambar 2.7. Situs KPU Klaten --- 16

Gambar 2.8. Situs LPSE Kab. Klaten --- 16

Gambar 2.9. Situs PPID Kab. Klaten --- 17

Gambar 2.10. Situs Pemkab Klaten --- 17

Gambar 2.11. Jumlah SKPD yang terkoneksi internet --- 18

Gambar 2.12 . Media akses masing-masing SKPD --- 19

Gambar 2.13 . Topologi Jaringan intranet Kabupaten Klaten --- 19

Gambar 2.14 . Kondisi SDM Kab. Klaten berdasarkan umur --- 21

Gambar 2.15 . Kondisi SDM Kab. Klaten Berdasarkan Tingkat pendidikan --- 21

Gambar 2.16. Kondisi SDM Kab. Klaten Berdasarkan Tingkat pendidikan Komputer --- 22

Gambar 2.18. Kerangka Fungsional Dasar Umum --- 24

Gambar 2.19 . Kerangka Fungsional Kelembagaan & Kedinasan --- 24

Gambar 2.20 . Peta Solusi Aplikasi e-Government --- 26

Gambar 2.21. Kerangka Kerja Ideal --- 26

Gambar 2.22. Tahapan Implementasi --- 27

Gambar 3.1. Skema e-Government --- 39

Gambar 4.1 Unit Organisasi Pengelola e-Government --- 42

Gambar 4.2. Rancangan Infrastruktur Jaringan Kabupaten Klaten --- 45

Gambar 4.3 . Rancangan Pusat data di KPDE --- 46

Gambar 4.4. Rancangan Jaringan di Pusat Data KPDE --- 46

Gambar 4.5. Jaringan LAN masing-masing SKPD --- 49

Gambar 4.6 . Jaringan LAN di Kompleks Pemda --- 49

Gambar 4.7 . Jaringan Recovery Data --- 51

Gambar 4.8. Aplikasi Fungsi Layanan --- 54

Gambar 4.9. Aplikasi Fungsi Admministrasi dan Manajemen --- 55

Gambar 4.10. Aplikasi Fungsi Legislasi --- 56

(9)

Gambar 4.13. Aplikasi Fungsi Kepegawaian --- 60

Gambar 4.14. Aplikasi Fungsi Kepemerintahan --- 61

Gambar 4.15. Aplikasi Fungsi kewilayahan --- 63

Gambar 4.16. Aplikasi Fungsi Kemasyarakatan --- 65

Gambar 4.17. Aplikasi Fungsi Sarana dan Prasarana --- 66

Gambar 5.1. Pengembangan Infrastruktur tahun 2016 --- 74

Gambar 5.2. Pengembangan Infrastruktur tahun 2017 --- 75

Gambar 5.3. Pengembangan Infrastruktur tahun 2018 --- 76

Gambar 5.4. Pengembangan infrastruktur tahun 2019 --- 77

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Penggunaan Aplikasi Khusus --- 15

Tabel 2.2. Peta Kesenjangan Infrastruktur --- 29

Tabel 3.1. Tingkatan Pengembangan e-Government --- 36

Tabel 4.1. Kebutuhan Data dan NOC --- 47

Tabel 4.2 Aplikasi Fungsi Pelayanan --- 53

Tabel 4.3 Aplikasi Fungsi Admministrasi dan Manajemen --- 53

Tabel 4.4 Aplikasi Fungsi Legislasi --- 56

Tabel 4.5 Aplikasi Fungsi Pembangunan --- 57

Tabel 4.6. Aplikasi Fungsi Keuangan --- 59

Tabel 4.7. Aplikasi Fungsi Kepegawaian --- 60

Tabel 4.8. Aplikasi Fungsi Kepemerintahan --- 61

Tabel 4.9. Aplikasi Fungsi Kewilayahan --- 62

Tabel 4.10. Aplikasi Fungsi Kemasyarakatan --- 64

Tabel 4.11. Aplikasi Fungsi Sarana dan Prasaran --- 66

Tabel 5.1. Pentahapan Pengembangan --- 67

Tabel 5.2. Pentahapan Penerapan Reformasi Birokrasi --- 69

Tabel 5.3 Kebutuhan SDM bagian Pengembangan dan Standar Sistem --- 69

Tabel 5.4. Kebutuhan SDM Minimal Bagian Pengembangan SDM --- 70

Tabel 5.5. Kebutuhan SDM Minimal Bagian Jaringan --- 70

Tabel 5.6. Kebutuhan SDM Minimal Bagian Aplikasi --- 70

Tabel 5.7. Kebutuhan SDM Minimal Bagian Database --- 71

Tabel 5.8. Kebutuhan SDM Minimal Bagian Keuangan --- 71

Tabel 5.9. Kebutuhan SDM Minimal Bagian Kepegawaian dan Umum --- 71

Tabel 5.10. Kebutuhan SDM Minimal Bagian Perencanaan--- 71

Tabel 5.11. Rencana Pengembangan Infrastruktur 2015-2020 --- 72

Tabel 5.12. Pentahapan Pengadaan Hardware --- 73

Tabel 5.13. Pengembangan Infrastruktur tahun 2016 --- 74

Tabel 5.14. Pengembangan Infrastruktur tahun 2017 --- 75

Tabel 5.15. Pengembangan Infrastruktur tahun 2018 --- 76

Tabel 5.16 Pengembangan infrastruktur tahun 2019 --- 77

Tabel 5.17. Pengembangan Infrastruktur tahun 2020 --- 78

(11)
(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Konsep

e-Government

Perkembangan teknologi Informasi telah diimplementasikan secara luas dalam membantu proses kerja suatu organisasi. Tidak terkecuali di dalam organisasi pemerintah, implementasi teknologi informasi dan komunikasi memberikan dampak yang signifikan dalam kesuksesan pengelolaan birokrasi. Implementasi teknologi informasi dan komunikasi di pemerintahan dikenal dengan istilah e-Government. Pemerintahan elektronik atau e-Government (berasal dari kata Bahasa Inggris electronics government, juga disebut e-gov, digital government, online government atau dalam konteks tertentu transformational government) adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, baik terkait urusan bisnis, atau hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan.

MenurutPBB (2006), e-Government didefinisikan sebagai penggunaan Internet and the world-wide-web dalam rangka pelayanan informasi dari pemerintah kepada masyarakat. Sedangkan definisi e-Government menurut Jeong (2007), e-Government adalah pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk memperbaiki dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan kepada masyakarat, yang dalam pelaksanaannya melibatkan berbagai elemen dari pemangku kepentingan.

e-Government dapat diaplikasikan pada pada semua ranah pemerintahan, mulai dari administrasi publik, legislatif bahkan yudikatif. Tujuannya tidak lain untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan publik yang cepat dan efektif, bahkan dapat mewujudkan proses kepemerintahan yang lebih demokratis.

Hubungan antara pemerintah dan customer (pelanggan) dalam e-Government dapat diwujudkan dengan model Government-to-Citizen atau Government-to-Customer (G2C),

Government-to-Business (G2B) serta Government-to-Government (G2G). Model hubungan G2C menggunakan prinsip Customer Relationship Management (CRM) yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pelayanan kepada masyarakat.

(13)

and electronic mailing lists, online chat, and teknologi instant messaging.

1.2 Keuntungan Penerapan

e-Government

Keuntungan yang paling diharapkan dari e-Government, sebagai berikut.

1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya (masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas dan efisiensi, kenyamanan, serta aksesibilitas yang lebih baik untuk pelayanan public;

2. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Governance di pemerintahan (bebas KKN);

3. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan interaksi yangdikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya untuk keperluan aktivitas sehari-hari;

4. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan;

5. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan tepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan global dan trend yang ada; dan

6. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan demokratis.

7. Keuntungan di bidang politik dan demokrasi, yaitu bahwa e-Government dapat mendekatkan antara wakil rakyat dan konstituennya melalui teknologi informasi dan komunikasi. Melalui teknologi informasi, masyarakat dapat kontak langsung dengan para wakil rakyat dan pemegang kebijakan untuk berdialog ataupun menyampaikan aspirasi melalui jalur yang lebih mudah.

8. Penggunaan TIK pada taraf paperless berarti ramah lingkungan..

9. Dengan menggunakan TIK, proses pelayanan bisa lebih cepat, lebih efisien, dan lebih memberi kenyamanan kepada masyarakat. Karena pada beberapa hal, masyarakat tidak perlu datang secara fisik ke kantor pemerintah.

(14)

1.3 Permasalahan umum Penerpan

e-Government

Penerapan teknologi informasi tidak serta merta dapat memecahkan permasalahan dalam organisasi. Berbagai permasalahan umum yang dijumpai dari penerapan teknologi informasi adalah sebagai berikut.

1. Kurangnya komitmen dari SDM, baik di tingkat operator maupun di tingkat pimpinan. 2. Kurangnya kompetensi SDM untuk mengelola e-Government

3. Masih tingginya ego sektoral sehingga sulit mengintegrasikan informasi yang seharusnya bisa dikelola bersama-sama.

4. Masih belum dipahami dengan baik bahwa sistem informasi merupakan sistem yang tumbuh. Sehingga ketika dibuat, sistem tersebut tidak hanya digunakan, namun juga dipeliharan dan dikembangkan,.

5. Kurangnya kegiatan pasca implementasi, seperti pendampingan, monitoring dan evaluasi, koordinasi antar bagian yang terlibat dalam penerapan sistem.

6. Minimnya anggaran baik untuk pemeliharaan maupun untuk pengembangan sistem.

Sementara itu, tantangan yang dihadapi pemerintah semakin berat, di antaranya adalah:

1. Tingginya kesadaraan masyarakat akan pentingnya kejelasan pelayanan, kecepatan pelayanan, dan kemudahan prosedur pelayanan.

2. Tuntutan masyarakat atas pelayanan yang cepat, bersih, dan transparan.

Penggunaan teknologi informasi semakin luas di masyarakat, sehingga potensi tersebut harus menjadi media yang efektif bagi penyelenggaraan pelayanan pemerintah kepada masyarakat secara lebih baik.

1. Minimnya komitmen dan kompetensi SDM di pemerintahan. 2. Sulitnya merubah budaya kerja dari pola manual ke pola elektronik.

(15)
(16)

BAB 2

METODOLOGI

2.1 Sekilas Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten

2.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Klaten

Kabupaten Klaten merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan berada di kota Klaten. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Boyolali di utara, Kabupaten Sukoharjo di timur, serta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat. Kompleks Candi Prambanan, salah satu kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia, berada di Kabupaten Klaten.

2.1.2 Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Klaten

Visi Kabupaten Klaten:

Terwujudnya Klaten yang Toto Titi Tentrem Kerto Raharjo.

Misi Kabupaten Klaten:

1. Mengupayakan terpenuhunya kebutuhan dasar masyarakat (wareg, wasis, wisma dan

wutuh).

2. Mengupayakan rasa aman lahir dan batin serta tercukupinya kebutuhan materiil dan spiritual dan meningkatkan keimanan,ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan penghargaan serta aktualisasi diri dalam pembangunan.

4. Menumbuhkan kehidupan perekonomian yang dinamis dengan menumbuhkan kehidupan perekonomian rakyat yang berbasis sumber daya lokal, menjaga kelestarian hidup, serta mengurangi kemiskinan.

5. Penerapan pengarusutamaan gender dalam berbagai fungsi Pemerintahan. 6. Mengembangkan kerjasama dengan berbagai pihak pelaku pembangunan.

(17)

2.1.3 Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Kabupaten Klaten, menyatakan bahwa Susunan Organisasi Pemerintah Kabupaten terdiri dari:

1. Bupati/Wakil Bupati 2. Sekretariat Daerah;

3. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; 4. Staf Ahli Bupati;

5. Dinas Daerah;

6. Lembaga Teknis Daerah; 7. Satuan Polisi Pamong Praja; 8. Lembaga Lain;

9. Kecamatan; 10. Kelurahan; 11. Instansi Vertikal;

12. Kelompok Jabatan Fungsional.

2.2 Tahapan Pengembangan

e-Government

Pada bagian ini dipaparkan berbagai metodologi tahap-tahap pengembangan e-Government

dari berbagai sumber sebagai referensi dalam menentukan metodologi yang akan digunakan.

Center for Democracy and Technology dan InfoDev menyatakan bahwaproses implementasi e-Government memiliki 3 (tiga) tahapan yang tidak tergantung antara yang satu dengan yang lainnya.

(18)

Tahapan-tahapan tersebut harus dilakukan secara berurutan dan masing-masing tahapan harus menjelaskan tujuan dari e-Government. Adapun ketiga tahapan tersebut dapat dijelaskan, sebagai berikut.

1. Publish, tahapan yang menekankan pada perluasan akses informasi pemerintah kepada

stakeholders dengan berbagai cara, yaitu: pembuatan website informasi di setiap lembaga, penyiapan sumber daya manusia, sosialisasi website informasi kepada setiap stakeholder baik untuk pihak internal maupun untuk pihak eksternal (publik/dunia usaha), serta penyiapan sarana akses yang lebih mudah.

2. Interaction, tahapan yang menekankan perluasan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan, misalnya dengan cara pembuatan situs yang interaktif dengan publik, serta adanya antar muka yang terhubung antar lembaga pemerintah (SKPD).

3. Transaction, tahapan ini menekankan pada ketersediaan layanan pemerintah secara

online, misalnya dengan cara pembuatan situs transaksi pelayanan publik, serta interoperabilitas aplikasi maupun data dengan lembaga lain.

Inpres No.3 Tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan, menyatakan bahwa implementasi e-Government dapat dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut.

Gambar 2.2. Tahapan implementasi e-Government (Inpres No.3 Tahun 2003) 1. Persiapan, yang meliputi:

a. Pembuatan situs informasi di setiap lembaga; b. Penyiapan SDM;

c. Penyiapan sarana akses yang mudah misalnya menyediakan sarana Multipurpose Community Center, Wernet, dll;

d. Sosialisasi situs informasi baik untuk internal maupun untuk publik. 2. Pematangan, yang meliputi:

a. Pembuatan situs informasi publik interaktif;

b. Pembuatan antar muka keterhubungan antar lembaga lain. 3. Pemantapan, yang meliputi:

a. Pembuatan situs transaksi pelayanan publik;

(19)

4. Pemanfaatan yang meliputi:

a. Pengembangan aplikasi untuk pelayanan yang terpadu untuk setiap model e-Government

b. G2G (Government to Government), c. G2B (Government to Business) dan d. G2C (Government to Citizen)

United Nations Division for Public Economics and Public Administration menyebutkan lima tahapan perkembangan e-Government yaitu:

1. Emerging, Situs resmi pemerintah secara online didirikan secara independen. Informasi masih terbatas, dasar dan statis.

2. Enhanced, Situs pemerintah meningkat, informasi menjadi lebih dinamis. Konten dan informasi diperbarui dengan lebih teratur.

3. Interactive, Pengguna dapat men-download formulir, mengirim e-mail ke pejabat, berinteraksi melalui web dan membuat janji dan permintaan.

4. Transactional, Pengguna dapat benar-benar membayar untuk jasa atau melakukan transaksi keuangan secara online.

5. Seamless, Integrasi penuh dari pelayanan elektronik yang melintasi batas-batas administrasi. Jumlah integrasi fungsi elektronik dan jasa melintasi batas-batas administrasi dan departemen.

(20)

Washtenaw County membagi berbagai inisiatif e-Government yang ada menjadi tiga tahapan besar, yaitu: e-Information, e-Commerce dan e-Democracy. Tiga tahapan besar pengembangan

e-Government dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 2.4. Tahapan implementasi e-Government (Washtenaw County)

1. e-Information, tahapan ini menekankan pada jangkauan akses informasi seluruh

stakeholder pemerintah, terutama yang berhubungan dengan pelayanan masyarakat. Pelayanan dilakukan di sisi pemyediaan informasi dan di sisi lain mengakses informasi secara cepat dan tepat melalui berbagai kanal akses. Kanal akses tersebut dapat merupakan saluran komunikasi tradisional seperti kantor-kantor, telepon, fax, dan lain sebagianya maupun melalui media teknologi informasi seperti internet, call center, web-TV, PDA (Personal Digital Assistant), dan lain-lain.

2. e-Commerce, tahap ini menekankankan pada pelayanan yang tidak hanya berhenti pada pertukaran informasi antara masyarakat dan pemerintahnya, tetapi lebih jauh sudah melibatkan sejumlah proses transaksi pertukaran barang dan/atau jasa. Masyarakat yang selama ini perlu mendatangi kantor-kantor pemerintahan secara fisik untuk berbagai proses perijinan dan berbagai pembayaran, seperti membuat Kartu Tanda Penduduk, Surat Ijin Mengemudi, Penyetoran Pajak Bumi Bangunan, dan lain-lain saat ini tidak perlu berpergian lagi karena semua hal tersebut dapat dilakukan dari rumah dengan memanfaatkan media internet.

3. e-Democracy, tahap menekankan terjadinya suatu lingkungan yang kondusif bagi pemerintah, wakil rakyat, partai politik, dan konstituennya untuk saling berkomunikasi, berkolaborasi, dan berkooperasi melalui sejumlah proses interaksi melalui media internet. Dalam kaitan ini, masyarakat dapat menyampaikan penilaian dan pandangannya terhadap kinerja pemerintah dan menyampaikan pendapatnya secara bebas kepada para wakil rakyat secara online dengan menggunakan fasilitas semacam e-mail, mailing list,

(21)

Dengan menyelaraskan berbagai referensi yang ada, maka tahapan-tahapan implementasi e-Government yang diusulkan adalah sebagai berikut:

Gambar 2.5. Usulan Tahapan implementasi e-Government

1. Publikasi, pada tahap ini yang terjadi adalah sebuah komunikasi satu arah, dimana pemerintah mempublikasikan berbagai data dan informasi yang dimilikinya untuk dapat diakses oleh stakholder baik internal (pemerintah) dan pihak eksternal (masyarakat dan dunia bisnis).Contoh aplikasi pada tahap ini:

a. Masyarakat, dapat membaca dan mendownload berbagai produk UU maupun peraturan yang ditetapkan Pemerintah Daerah (DPRD/Bupati).

b. Pengusaha,dapat mengetahui syarat-syarat mendirikan sebuah perusahaan terbatas seperti yang diatur dalam UU dan bagaimana prosedur pendirian harus dilaksanakan; c. Peneliti, dapat mengakses berbagai data statistik hasil pengkajian berbagai lembaga

pemerintahan untuk dipergunakan sebagai data sekunder;

d. Ibu Rumah Tanga, dapat memperoleh informasi kesehatan Ibu dan Anak dari situs Dinas Kesehatan;

e. Pelajar/Mahasiswa, dapat mengetahui berbagai bea siswa yang ditawarkan oleh pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, maupun perguruan tinggi;

f. Pemilih, secara online dapat mengetahui hasil sementara pemilihan kepala daerah melalui situs yang dimiliki KPUD;

2. Interaksi, pada tahapan ini terjadi komunikasi dua arah antara pemerintah dengan

stakeholders. Pemerintah memberikan kanal, dimana masyarakat dapat melakukan diskusi secara langsung (chatting, tele-conference, web-TV, dll) maupun tidak langsung (melaui e-mail, frequent ask question, newsletter, mailing list, dll). Contoh aplikasi pada tahap ini: a. SKPD, dapat melakukan komunikasi untuk koordinasi lintas sektoral, maupun sharing

data dan Informasi yang dibutuhkan

(22)

c. Pemilih,dapat berdiskusi secara langsung dengan wakil-wakilnya di DPRD melalui e-mail atau e-mailing list tertentu;

d. Perusahaan, dapat melakukan konsultasi persyaratan tender untuk berbagai proyek; Konsultasi Pajak, dan Ijin Usaha

3. Transaksi, Pada tahapan ini sudah terjadi perpindahan (transfer) uang dari pihak lain sebagai sebuah konsekuensi dari diberikannya layanan jasa oleh pemerintah atau pihak swasta kepada pemerintah. Aplikasi haruslah memiliki sistem keamanan dan perlindungan terhadap pihak-pihak yang bertransaksi. Contoh aplikasi pada ini:

a. Masyarakat, dapat mengurus permohonan memperoleh KTP baru atau memperpanjangnya melalui internet;

b. Wajib pajak,dapat melakukan pembayaran pajak individu atau perusahaan secara on-line melalui internet;

c. Pihak Swsta, melalui aplikasi e-Procurement, rangkaian proses tender proyek-proyek pemerintah dapat dilakukan secara on-line melalui internet;

4. Integrasi, padapelayanan pemerintah meningkat secara terintegrasi di semua model interaksi e-Government, yakni:

a. G2C (Government to Citizen), yakni merupakan upaya pemerintah untuk memperbaiki interaksi dengan masyarakat melalui berbagai portofolio teknologi informasi;

b. G2B (Government to Business), yang ditujukan untuk membangun lingkungan bisnis yang kondusifagar roda perekonomian dapat berjalan sesuai yang diharapkan;

c. G2G (Government to Government), sebagai sarana pemerintah untuk berkomunikasi dan bertukar informasi secara intensif dengan pemerintah daerah dan pusat

d. G2E (Government to Employee), yang diharapkan dapatmeningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pelaksana pelayanan public

2.3 Komponen

e-Government

Setelah tim terbentuk dan project manager terpilih, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menyusun struktur rencana kerja proyek (work breakdown structure). Mendefinisikan visi, misi, dan obyektif saja tidak cukup di sini, karena paling tidak 6 (enam) komponen penting harus diperhatikan pengelolaannya, masing- masing adalah:

1. Content Development, menyangkut pengembangan aplikasi (perangkat lunak), pemilihan standar teknis, penggunaan bahasa pemrograman, spesifikasi sistem basis data, kesepakatan user interface, dan lain sebagainya.

2. Competency Building, menyangkut pelatihan dan pengembangan kompetensi maupun keahlian seluruh jajaran sumber daya manusia di berbagai lini pemerintahan.

(23)

4. Cyber Laws, menyangkut keberadaan kerangka dan perangkat hukum yang telah diberlakukan terkait dengan seluk beluk aktivitas e-Government.

5. Citizen Interfaces, menyangkut pengembangan berbagai kanal akses (multi access channels) yang dapat dipergunakan oleh seluruh masyarakat dan stakehodere-Government

di mana saja dan kapan saja diinginkan.

6. Capital, menyangkut pola permodalan proyek e-Government yang dilakukan terutama berkaitan dengan biaya setelah proyek selesai dilakukan seperti untuk keperluan pemeliharaan dan perkembangan. Di sini tim harus memikirkan jenis- jenis model pendapatan (revenuemodel) yang mungkin untuk diterapkan di pemerintahan.

Gambar 2.6. Komponen E-Government

2.4 Kondisi Sistem

e-Government

di Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten

2.4.1 Arah kebijakan

e-Government

(24)

Dokumen ini diharapkan akan menjadi acuan mengenai pengembangan sistem e-Governement

yang terencana, terpadu, menyeluruh dan terintegrasi.

2.4.2 Legalitas pengembangan

e-Government

Ditinjau dari aspek legalitas, walaupun urusan Komunikasi dan Informasi termasuk dalam urusan wajib bagi pemerintah daerah, namun sejauh ini belum ada peraturan daerah ataupun keputusan pimpinan daerah yang secara tersurat mewajibkan setiap SKPD mengembangkan e-Government dalam mendukung penyelenggaraan layanan SKPD, termasuk mekanisme asessmen dan penghargaan terhadap SKPD dalam mengembangkan sistem e-Government. Sampai saat ini acuan dalam pengembangan e-Government adalah berdasarkan Inpres Nomor 3 tahun 2003 mengenai Strategi dan Kebijakan Nasional Pengembangan e-Government. Dasar Hukum dari kegiatan pengembangan e-Government adalah sebagai berikut: 1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

2. Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2013 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government

3. Keputusan Menteri Komunikasi dan Informasi Nomor 57 Tahun 2003 Tentang panduan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan e-Government Lembaga

4. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE (Informasi Transaksi Elektronik) 5. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik

6. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2001 Tentang Pengembangan dan pendayagunaan Telematika di Indonesia

7. Kerangka Kerja Teknologi Informasi Nasional (National IT Framework)

8. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 Tentang Pelaporan Penyelenggaraan pemerintah Daerah

9. Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2003 Tentang Tim Koordinasi Telematika Indonesia 10. Keputusan Presiden Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Pembentukan DETIKNAS (Dewan

Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional)

11. Kepmendagri Nomor 45 Tahun 1992 Tentang Pokok-pokok Kebijakan Sistem Informasi Manajemen Departemen Dalam Negeri

12. KepMenPan nomor 13/KEP/M.PAN/2003 Tentang Pedoman Umum Perkantoran Elektronis Lingkup Internet di Lingkungan Instansi pemerintah

13. Blueprint Sistem Aplikasi e-Government, Depkominfo, 2004

14. Keputusan Menteri Komunikasi dan Informasi Nomor /KEP/M.KOMINFO/12/2003 tentang Panduan Infrastruktur Portal Pemerintah

(25)

16. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi Nomor28/KEP/M.KOMINFO/09/2006 Tentang Penggunaan Nama Domain go.id Untuk Situs Web Pemerintah

17. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah 18. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi Nomor41/KEP/M.KOMINFO/11/2007 Tentang

Panduan Umum Tata Kelola Teknologi Informasi dan Komunikasi

2.4.3 Pengelolaan

e-Government

Kabupaten Klaten saat ini belum memiliki SKPD yang dapat berperan sebagai motor penggerak pengembangan sistem e-Government. Hal ini menjadi salah satu kendala dalam pengembangan e-Government. Eksistensi serta kewenangan SKPD tersebut sebagai leading sector yang mengkoordinasi pengembangan komponen sistem e-Government di seluruh SKPD sangat diperlukan karena kedudukannya akan cukup strategis. Dengan demikian peluang pengembangan komponen e-Government antar SKPD yang terintegrasi dapat tercapai.

2.4.4 Pemanfaatan Aplikasi

Gambaran umum pemanfatan aplikasi di Kabupaten Klaten sebagai berikut.

1. Dari sisi pemanfaatan dan penggunaan aplikasi umum, SKPD sudah menggunakan aplikasi perkantoran untuk membantu pekerjaan sehari-hari meskipun masih menggunakan mesin ketik untuk keperluan tertentu. Sedangkan aplikasi GIS belum dimanfaatkan secara optimal. 2. Dari sisi pengembangan aplikasi sistem informasi khusus, beberapa SKPD di Kabupaten

(26)

Tabel 2.1. Penggunaan Aplikasi Khusus

SKPD

APLIKASI YANG DIGUNAKAN

Dinas Pendidikan

DAPODIK

Kecamatan Klaten Tengah

RENJA

BLH

SIMDA BARANG

SIMAKSI

SIPERKASA

DPU

e-BAK

MONEV LKPP

e-MONEV PROV &PUSAT

PUPNS

SIE MONEV

Inspektorat

SIMWAS

SIMBADA

DISHUB

SIM PENGUJIAN

SIM MONITORING LALU LINTAS

SIM RAMBU

SIM IJIN TRAYEK

dinas pertanian

SIM ASET

SAI

Satpol PP

SIMAKSI

DISPERINDAKOP

SIMDAK

SIMBAN PROF

SIM TP

e-MUSREMBANG

SIM PENDAPATAN

Badan Pemberdayaan Masyarakat

SIMAK

e MONEV PEMDA

Kantor KB

REPORT & RECORDING KB

Ketahanan Pangan

PERENCANAAN

PU PNS

PEMANTAUAN HARGA PASAR

SI STOK PENGGILINGAN

SIMDA BMD

Kantor Penanaman Modal dan Perijinan

Terpadu

SPIPISE

LKPM ONLINE

BKPM

SIMAKSI

e-PERMIT

(27)

3. Penggunaan aplikasi khusus tersebut hanya ditujukan untuk SKPD yang bersangkutan, tanpa ada integrasi dengan SKPD yang lain dengan tipe akses yang digunakan.

4. Sistem Operasi komputer khususnya komputer client, lebih dari 90% menggunakan Windows sebagai sistem operasi di komputernya.

5. Kepemilikan situs web resmi, dari 56 (lima puluh enam) SKPD yang terdapat di Kabupaten Klaten, hanya ada 2 (dua) situs resmi, yaitu situs resmi Pemerintah Kabupaten Kabupaten, PPID, LPSE dan situs resmi untuk KPU.

Gambar 2.7. Situs KPU Klaten

(28)

Gambar 2.9. Situs PPID Kabupaten Klaten

6. Pemerintah Kabupaten Klaten saat ini telah memiliki situs resmi pemkab sebagai sarana informasi publik yang saat ini dapat diakses di alamat www.klatenkab.go.id. Keberadaan situs ini masih perlu terus disosialisasikan sejalan dengan pengembangan fitur dan manfaatnya. Saat ini fungsi dari web tersebut masih terbatas pada publikasi informasi, sementara ke depan web tersebut harus mampu menjadi portal bagi publik untuk mengakses dan melakukan interaksi dengan seluruh SKPD di Kab Klaten

(29)

7. Semua SKPD sudah memiliki e-mail resmi, tetapi jadwal pemeriksaan email tidak dilakukan secara berkala. Dalam pertukaran informasi sebagian besar SKPD menggunakan mail tidak berbayar seperti gmail.com ataupun yahoo.com. Situs sosial media juga sering digunakan dalam melakukan pertukaran informasi antar SKPD.

2.4.5 Kondisi Infrastruktur

Kondisi infrastruktur di Kabupaten Klaten dapat digambarkan sebagai berikut.

1. Rata-rata untuk SKPD dengan kategori kesekertariatan memiliki 9 komputer dalam mendukung kelancaran tugasnya. SKPD dengan kategori Dinas rata-rata memiliki 17 komputer. Masing-masing Kecamatan yang ada di Kabupaten Klaten rata-rata memiliki 4 komputer.

2. Keberadaan komputer yang ada pada masing-masing SKPD rata-rata 40% sudah terkoneksi dengan internet dalam mendukung kinerja pegawai. Semua SKPD juga sudah menyediakan printer.Ketersedian server belum ada di sejumlahSKPD, karena konektivitas di dalam masing-masing SKPD hanya dihubungkan dengan cara peer to peer.

Gambar 2.11. Jumlah SKPD yang terkoneksi internet

(30)
[image:30.595.154.438.503.715.2]

Gambar 2.12 . Media akses masing-masing SKPD

4. Perawatan jaringan semuanya dilakukan dengan menggnakan jasa pihak ketiga. Ditinjau dari sisi pengadaan infrastruktur komunikasi data, tampaknya infrastruktur yang ada saat ini masih belum memadai terutama jika nantinya setiap SKPD diharapkan saling terkoneksi di dalam suatu jaringan intranet ataupun internet di lingkungan pemerintah Kabupaten Klaten. Berdasarkan pengamatan, saat ini jaringan komputer dan akses internet masih terbatas di beberapa SKPD saja. Keberadaan jaringan dan akses internet tampaknya juga belum begitu dimanfaatkan untuk menunjang efektifitas dan efisiensi fungsi penyelenggaraan pemerintah di setiap SKPD.

2.4.5.1 Topologi Jaringan intranet Kabupaten Klaten

(31)

Terdapat 2 aplikasi yang berjalan di jaringan intranet yaitu SIAK dan SIMDA. SIAK yaitu Sistem Informasi Administrasi Kependudukan yang digunakan oleh 26 Kecamatan dan 1 Dinas Dukcapil. Kondisi jaringan hanya 25 yang terkoneksi dan 1 kecamatan yang tidak terkoneksi yaitu kecamatan Bayat. Koneksinya menggunakan radio 5,8 dan 2,4 Mhz. Kecamatan yang menggunakan 2,4 Mhz yaitu Tulung, Polanharjo, Jatinom, Karanganom dan yang lainnya sudah menggunakan radio 5,8 Mhz

SIMDA yaitu Sistem Keuangan Daerah dipakai oleh semua SKPD di Kabupaten Klaten sejumlah 56 SKPD. SIMDA yang menggunakan radio yaitu 26 kecamatan dan 18 SKPD yaitu Dinas Perhubungan, Dinas Pertanian, BAPERMAS, Kantor KB dan PP, Dinas PU dan ESDM, DISBUDPARPORA, BPBD, Inspektorat, Kantor Ketahanan Pangan, Kantor Arsip dan Perpustakaan, Badan Lingkungan Hidup, Kantor Kesbangpol, Kantor KPMPT, SATPOL PP, Dinkes Klaten, Dinas Pendidikan, Dinsosnakertrans, BAPPEDA. Sedangkan SKPD lainnya yang berada di lingkungan SETDA sejumlah 12 yaitu Dinas Dukcapil, Bagian Humas, Bagian Kesra, BKD, DPPKAD, Bagian Organisasi, Bagian Hukum, Bagian Pembangunan, Bagian Pemerintahan, Bagian Perekonomian, Bagian Umum, Setwan. menggunakan jaringan kabel.

2.4.5.2 Jaringan Internet

Bagian Humas memiliki bandwith koneksi internet sebesar 10 MB dibagi melalui wifi dan digunakan untuk akses internet dilingkungan SETDA. Selain itu di lingkungan SETDA ada yang berlangganan internet sendiri yaitu Bagian Pembangunan, DPPKAD, BKD, Humas, Dinas Dukcapil dan Setwan.

2.4.6 Kondisi SDM

(32)
[image:32.595.100.494.107.360.2]

Gambar 2.14 . Kondisi SDM Kab. Klaten berdasarkan umur

Kondisi SDM berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebanyak 5% berpendidikan S-2, sebanyak 74% berpendidikan D4/S-1, sebanyak 13% berpendidikan D-3, sebanyak 6% berpendidikan SLTP, sebanyak 2 % berpendidikan SD dan sisanya berpendidikan APDN STPDN dan IIP.

[image:32.595.93.501.452.703.2]
(33)
[image:33.595.110.490.155.393.2]

Kondisi SDM di Kabupaten Klaten yang berlatar pendidikan komputer ada sebanyak 83 orang dengan tingkat pendidikan D-3 sebanyak 66%, S-1 sebanyak 33% dan S-2 sebanyak 1%.

Gambar 2.16. Kondisi SDM Kab. Klaten Berdasarkan Tingkat pendidikan Komputer

2.5 Kondisi Ideal yang Akan Dicapai

Secara umum kondisi ideal yang akan dicapai pada saat e-Government telah diterapkan secara utuh dan menyeluruh dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Klaten digambarkan sebagai berikut.

1. Pemerintah Kabupaten Klaten memiliki portal situs web daerah yang didukung oleh ketersediaan pusat data sehingga dapat melayani kebutuhan informasi dan komunikasi baik yang bersifat G2C, G2B, G2G, yang terintegrasi. Layanan informasi dan komunikasi tersebut juga harus dapat diakses melalui teknologi yang paling umum digunakan oleh masyarakat.

2. Seluruh SKPD telah menerapkan sistem manajemen koordinasi dan pengelolaan dokumen secara elektronik di lingkungan kerjanya.

3. Seluruh SKPD memiliki jaringan lokal di lingkungan kerjanya dan terhubung dalam satu jaringan kerja pemerintah daerah serta memiliki akses internet.

(34)

5. Seluruh SDM aparatur telah menerapkan pola dan budaya kerja yang mengutamakan kepuasan stakeholder dan benar-benar memberdayakan perangkat TIK secara optimal 6. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui penerapan sistem manajemen

berbasis TIK yang lebih efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.

7. Pemanfaatan PAD dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan sehingga mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.

8. Masyarakat dapat merasakan pelayanan publik yang lebih baik, lebih cepat, lebih mudah, dan lebih transparan. Salah satu parameter keberhasilannya dapat ditinjau dari pengukuran tingkat kepuasan publik yang terus membaik.

9. Berkembangnya komunitas informasi masyarakat yang berasal dari berbagai kalangan

(dunia usaha, akademisi, praktisi, dan lain-lain) dan menjadi mitra pemerintah dalam meningkatkan kemampuan masyarakat di bidang TIK sehingga mendorong terciptanya nilai tambah ekonomi bagi masyarakat.

2.5.1 Kerangka Fungsional Sistem Pemerintahan

Sistem aplikasi e-Government disusun berdasarkan pendekatan fungsional layanan dan urusan administrasi serta fungsi lain yang berhubungan dengan kelembagaan Pemerintah Daerah. Fungsi-fungsi pelayanan, administrasi dan kelembagaan kemudian dikelompokan dalam grup-grup Blok Fungsi. Setiap grup-grup Blok Fungsi terdiri dari 1 atau lebih Modul Fungsi yang mencerminkan kelompok dari unit fungsi yang lebih kecil. Dengan pendekatan ini, fungsi kepemerintahan kemudian dikelompokkan menjadi blok-blok fungsi dasar umum (pelayanan, administrasi, manajemen, pembangunan, keuangan, kepegawaian) dan fungsi lainnya, khususnya yang berkaitan dengan fungsi kedinasan dan kelembagaan.

Disisi lain, sistem aplikasi e-Government juga disusun berdasarkan pendekatan terhadap orientasi layanan yang disediakan sistem, apakah untuk internal pemerintahan atau masyarakat. Juga apakah fungsi utama sistem tersebut terutama disajikan untuk memenuhi kebutuhan spesifik instansi pemerintah tertentu atau untuk kebutuhan yang sifatnya umum dan/atau mendasar.

(35)
[image:35.595.141.455.423.724.2]
(36)

2.5.2 Peta solusi aplikasi

e-Government

Aplikasi dikembangkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan fungsi kepemerintahan seperti yang telah didefinisikan dan dikelompokkan dalam Kerangka Fungsional Sistem Kepemerintahan tersebut diatas. Dengan mempertimbangkan fungsi sistem aplikasi dan layanannya, sistem aplikasi sistem aplikasi tersebut kemudian disusun dan dikelompokkan dalam sebuah sistem kerangka arsitektur, yang dalam dokumen Blueprint ini selanjutnya disebut sebagai Peta Solusi Aplikasi e-Government.

Dalam peta solusi aplikasi e-Government, sistem aplikasi dikelompokkan melalui pendekatan matrik antara orientasi fungsi layanan dan sifat fungsi sistem aplikasi tersebut. Melalui pendekatan ini, sistem aplikasi dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok sebagai berikut.

1. Kelompok sistem aplikasi yang orientasi fungsinya langsung memberikan pelayanan kepada penggunanya (aplikasi front office)

2. Kelompok sistem aplikasi yang orientasi fungsinya lebih banyak ditujukan untuk mememberikan bantuan pekerjaan yang bersifat administrasi kepemerintahan, serta fungsi-fungsi kedinasan dan kelembagaan (aplikasi back office).

3. Kelompok sistem aplikasi yang fungsi layanannya bersifat mendasar dan umum, diperlukan oleh setiap pengguna, atau setiap sistem aplikasi lain yang lebih spesifik. Sifat layanan aplikasi dasar biasanya back-office.

Untuk setiap kelompok sistem tersebut, masing-masing dibagi lagi kedalam tiga sub-grup berdasarkan orientasi pengguna yang dilayaninya, sebagai berikut.

1. Kelompok sistem aplikasi e-Government yang orientasi fungsinya melayani kebutuhan dan kepentingan masyarakat (G2C: Government to Citizen)

2. Kelompok sistem aplikasi e-Government yang orientasi fungsinya melayani kebutuhan dan kepentingan kalangan bisnis (G2B:Government to Business)

3. Kelompok sistem aplikasi e-Government yang orientasi fungsinya melayani kebutuhan internal lembaga kepemerintahan, atau kebutuhan dari pemerintah daerah lainnya (G2G:

Government to Government)

(37)

Gambar 2.20 . Peta Solusi Aplikasi e-Government

2.5.3 Infrastruktur

Infrastruktrur perangkat keras dan jaringan merupakan aspek yang sangat penting dalam pelaksanaan e-Government karena infrasruktur tersebut merupakan perangkat pendukung berjalannya aplikasi layanan dalam e-Government, baik yang berhubungan langsung dengan masyarakat (front end public service) dan layanan pendukung dalam pelaksanaan operasional internal di pemerintahan (back-end service). Agar dapat berjalan, kedua layanan tersebut harus didukung oleh infrastruktur perangkat keras dan jaringan.

[image:37.595.135.464.106.317.2]
(38)
[image:38.595.154.441.194.409.2]

Pada saat akan diterapkan pengembangan e-Government, bertujuan mendukung layanan publik yang ada memiliki 4 (empat) tahap pengembangan, yang didasari pada kesiapan aplikasi elektronik online yang mendukung kebutuhan layanan tersebut. Tahapan implementasi tersebut dapat dilihat sebagai berikut

Gambar 2.22. Tahapan Implementasi

Tentunya agar keempat tahapan ini dapat dijalankan, diperlukan perangkat keras dan jaringan pendukung dengan rasio jumlah dan kualitas yang cukup memadai. Dapat diambil kesimpulan gambaran kondisi ideal yang ingin dicapai dalam pengembangan dan penerapan sistem e-Government dari sisi infrastruktur komputer dan jaringan adalah bahwa seluruh SKPD di lingkungan Kabupaten Klaten dapat terhubung dalam satu jaringan sehingga konektivitas dan integrasi aplikasi yang akan dikembangkan dapat berjalan secara efektif dan efisien

2.6 Analisis Kesenjangan Komponen

e-Government

Pada prinsipnya dalam menganalisis kebutuhan komponen e-Government khususnya aplikasi dan infrastruktur dalam mendukung penerapan sistem e-Government di lingkungan Pemerintah Kabupaten Klaten harus bertitik tolak pada dua hal, yaitu:

1. Kondisi aplikasi dan infrastruktur yang ada dan pemanfaatannya;

2. Kondisi ideal dari sistem aplikasi dan infrastruktur yang ingin dicapai dimana kedua komponen tersebut dapat mendukung penerapan e-Government di SKPD sesuai dengan tupoksi nya.

(39)

akan dapat diidentifikasi gambaran kebutuhan aktual aplikasi dan infrastruktur baik kebutuhan pengembangan aplikasi dan infrasturktur yang sudah ada maupun kebutuhan pembangunan aplikasi dan infrastruktur baru

2.6.1 Kesenjangan Aplikasi

Kesenjangan yang terjadi dari sisi aplikasi lebih disebabkan karena sebagian besar SKPD belum menggunakan aplikasi khusus yang meningkatkan kemudahan dan kecepatan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya.Selain itu, khusus untuk SKPD yang sudah memiliki aplikasi khusus, perlu dilakukan tinjauan mengenai lingkup yang dapat ditangani oleh aplikasi tersebut. Apakah sudah mampu mencover semua tupoksi serta apakah SDM yang ditugaskan menjalankan aplikasi tersebut telah memiliki kemampuanyang memadai.

2.6.2 Kesenjangan Infrastruktur

Kesenjangan yang terjadi pada infrastruktur jaringan adalah belum adanya koneksi antar SKPD yang akan memudahkan hubungan antar SKPD,terutama untuk pemakaian layanan internal yang terintegrasi untuk seluruh SKPD yang ada. Integrasi tersebut perlu memperhatikan peletakkan pusat koneksi Kabupaten Klaten yang akan dikelola oleh satu SKPD sebagai penanggung jawab.

Koneksi Local Area Network di setiap SKPD perlu disediakan untuk memaksimalkan kinerja dari setiap SKPD sesuai tugas dan fungsinya masing-masing. Jenis koneksi jaringan harus disesuaikan dengan topologidaerah dan jarak SKPD.

(40)

Tabel 2.2. Peta Kesenjangan Infrastruktur

No Jenis Perangkat

Jumlah dan Kondisi Perangkat

Existing Idealnya

1 Server Hanya ada server di bagian Humas

Jumlahnya bisa mencover untuk kebutuhan layanan server seperti Web Server (utama,

secondary dan Application), DNS & Bridge Server, Mail Server, Proxy Server, backup server, firewall, DHCP, Antivirus) Setiap SKPD yang memiliki dan mengelola aplikasi membutuhkan minimal 1 unit server lokal atau dapat dioptimalisasi jumlah dengan membagi menurut pendekatan kluster berdasarkan lokasi terdekat dan kapasitas server. Jumlah rincinya akan dihitung sesuai kebutuhan SKPD

2 Komputer workstation (PC Desktop dan Laptop)

Rata-rata masing-masing SKPD memiliki 11 unit komputer

Setiap aparatur yang memiliki tugas yang berhubungan langsung dengan layanan SKPD memperolehsatu unit komputer dan setiap SKPD minimal 4 unit, sampai ketingkat kecamatan. Jumlah akan dirinci sesuai kebutuhan untuk setiap SKPD

3 Perangkat Pendukung Jaringan LAN di setiap SKPD (kabel , access point, hub, switch)

Belum semua SKPD memiliki perangkat pendukung jaringan dengan konfigurasi jaringan LAN yang bervariasi

Setiap SKPD memiliki perangkat pendukung jaringan LAN dengan Topologi yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Jumlah akan dirinci sesuai kebutuhan untuk setiap SKPD

4 Perangkat Pendukung Jaringan antar SKPD

Belum tersedia koneksi jaringan antar SKPD.

Setiap Jaringan LAN SKPD memilikiaccess point dan membanguntowersesuai kebutuhan per kluster berdasarkan kedekatan lokasi. Selain itu dapat juga memanfaatkan tower, access point yang ada untuk terhubung antar jaringan tergantung dari jarak lokasi. Jumlah akan dirinci sesuai kebutuhanuntuk setiap SKPD

5 Perangkat Pendukung koneksi internet (Media, ISP, dll)

Belum semuaSKPD yangmemiliki koneksilangsung ke internetdengan kapasistasbandwith yangbervariasi, dengan jenis rovider yang hampirsama

Setiap Jaringan LAN SKPD terhubung dengan pusat jaringan, kemudian pusat jaringan yang akan mengelola gateway untuk akses koneksi ke internet dan mengelola pengaturan kapasistas bandwith dari setiap jaringanSKPD.

6 Perangkat Pendukung layanan Email

Pengelolaan layanan mail dan kapasitas server belum memadaidan

penggunaannya masih belum optimal

(41)

No Jenis Perangkat

Jumlah dan Kondisi Perangkat

Existing Idealnya

7 Perangkat pendukung pengelolaan dokumen elektronik (Scanner,dll) Kepemilikan scanner masihsangat terbatas danbelum diberdayakanuntuk mendukungsistem pengelolaandokumen elektronik

Perangkatscanner sebaiknya dimiliki oleh setiap SKPD, wajib bagi bag umum, sekretariat dan dokumentasi. Sementara untuk digital camera dapat dioptimasi jumlahnya dan dikoordinir penggunaannya oleh bagian perlengkapan atau dokumentasihumas

9 Data Center

terpadu

Belum tersedia Ruangan khusus yang berisi serverkhusus dengankapasistas besar untuk file dan database server untuk seluruh SKPD yang nantinya dikelola oleh SKPD yang bertangung jawab.

10 NetworkOperation CenterTerpadu

Sudah tersedia hanya berfungsi untuk menakomodasi aplikasi SIAK yang terhubung ke setiap SKPD melalui koneksi radio

Ruangan khusus untuk NOC yang di dalamnya terdiri dari router, switch yang terhubung dengan seluruh jaringan SKPD, pusat server datadan dilengkapi perangkatpenunjangsistem kemanan seperti router Firewall, bridge firewall, dll. Jika memungkinkan perangkat media transmisimenggunakanVSAT.

11 Infrastruktur Komunikasi Internal dan eksternal berbasis IP

Belum Tersedia Diadakan perangkatvideoconferenceyang memungkinkan audiensi dapat dilakukan melalui internet antar SKPD dan kepala daerah

12 Perangkat Call Center dan SMSCenter

Belum Tersedia Call Center dan SMS center yang dilengkapi denganinterfacecontentmanagementsistem dibangununtukSKPDyangterkait langsung denganlayanan publik, dimana pengelolaannya dapat dikoordinir oleh SKPD yang bertanggung jawab.

(42)

BAB 3

KERANGKA DASAR PEMIKIRAN

(

e-Government

Conceptual Framework

)

3.1 Pendahuluan

Sejalan dengan visi dan misi Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten yaitu Terwujudnya Klaten yang Toto Titi Tentrem Kerto Raharjo serta misinya yaitu:

1. Mengupayakan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat (wareg, wasis, wisma dan

wutuh).

2. Mengupayakan rasa aman lahir dan batin serta tercukupinya kebutuhan materiil dan spiritual dan meningkatkan keimanan,ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan penghargaan serta aktualisasi diri dalam pembangunan.

4. Menumbuhkan kehidupan perekonomian yang dinamis dengan menumbuhkan kehidupan perekonomian rakyat yang berbasis sumber daya lokal, menjaga kelestarian hidup, serta mengurangi kemiskinan.

5. Penerapan pengarusutamaan gender dalam berbagai fungsi Pemerintahan. 6. Mengembangkan kerjasama dengan berbagai pihak pelaku pembangunan.

7. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik yang didukung sumber daya yang memadai. 8. Mendorong otonomi desa dan menjadikan desa sebagai pusat pertumbuhan.

Maka konsep pengembangan infrastruktur teknologi informasi diarahkan kepada pemanfaatan semaksimal mungkin sumberdaya informasi yang telah ada sebagai modal utama dalam mengembangkan e-Government. Pengembangan e-Government diharapkan selain akan meningkatkan pemanfaatan sistem informasi yang dimiliki, juga diharapkan meningkatkan layanan publik dan operasional pengelolaan pemerintahan secara lebih efektif dan efisien.

3.2 Konsep Pengembangan

e-Government

Secara garis besar konsep pengembangan e-Government di Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten adalah:

Pemaanfaatan TIK untuk keterpaduan pengelolaan informasi dalam rangka perbaikan organisasi menuju tercapainya layanan prima melalui mutu layanan publik yang bersih dan

(43)

3.3 Tujuan Pengembangan

e-Government

Pengembangan e-Government di Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten diarahkan agar tercapai tujuan berikut ini, yaitu:

1. Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang memiliki kualitas dan lingkup yang dapat memuaskan masyarakat luas serta dapat terjangkau di seluruh wilayah Indonesia pada setiap saat tidak dibatasi oleh sekat waktu dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat

2. Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk meningkatkan perkembangan perekonomian nasional dan memperkuat kemampuan menghadapi perubahan dan persaingan perdagangan internasional

3. Pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi dengan lembaga-lembaga negara serta penyediaan fasilitas dialog publik bagi masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam perumusan kebijakan negara

4. Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan dan efisien serta memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga pemerintah dan pemerintah daerah otonom

Dengan mempertimbangkan kondisi saat ini, pencapaian tujuan strategis e-Government perlu dilaksanakan melalui 6 (enam) strategi yang berkaitan erat, yaitu:

1. Mengembangkan sistem pelayanan yang handal dan terpercaya serta terjangkau oleh masyarakat luas.

Masyarakat mengharapkan layanan publik yang terintegrasi tidak tersekat-sekat oleh batasan organisasi dan kewenangan birokrasi. Dunia usaha memerlukan informasi dan dukungan interaktif dari pemerintah untuk dapat menjawab perubahan pasar dan tantangan persaingan global secara cepat. Kelancaran arus informasi untuk menunjang hubungan dengan lembaga-lembaga negara, serta untuk menstimulasi partisipasi masyarakat merupakan faktor penting dalam pembentukan kebijakan negara yang baik. Oleh karena itu, pelayanan publik harus transparan, terpercaya serta terjangkau oleh masyarakat luas melalui jaringan komunikasi dan informasi. Strategi ini mencakup sejumlah sasaran sebagai berikut.

a. Perluasan dan peningkatan kualitas jaringan komunikasi dan informasi ke seluruh wilayah negara pada tingkat harga yang dapat terjangkau oleh masyarakat, dengan sejauh mungkin melibatkan partisipasi dunia usaha.

(44)

tentang kewajiban instansi pemerintah dan pemerintah daerah otonom untuk menyediakan informasi dan pelayanan publik secara on-line.

c. Pembentukan jaringan organisasi pendukung (back-office) yang menjembatani portal-portal informasi dan pelayanan publik tersebut di atas dengan situs dan sistem pengolahan dan pengelolaan informasi yang terkait pada sistem manajemen dan proses kerja di instansi yang berkepentingan. Sasaran ini mencakup pengembangan kebijakan pengembangan kebijakan pemanfaatan dan pertukaran informasi antar instansi pemerintah pusat dan daerah.

d. Pembakuan sistem manajemen dokumen elektronik, standarisasi dan sistem pengamanan informasi untuk menjamin kelancaran dan keandalan transaksi informasi antar organisasi di atas.

2. Menata sistem manajemen dan proses kerja pemerintah dan pemerintah daerah otonom secara holistik.

Penataan sistem manajemen dan prosedur kerja pemerintah harus dirancang agar dapat mengadopsi kemajuan teknologi informasi secara cepat. Penataan ini harus meliputi sejumlah sasaran yang masing-masing atau secara holistik membentuk konteks bagi pembentukan kepemerintahan yang baik, antara lain meliputi:

a. Fokus kepada kebutuhan masyarakat, kewibawaan pemerintah sangat dipengaruhi oleh kemampuan menyelenggarakan pelayanan publik yang dapat memuaskan masyarakat serta memfasilitasi partisipasi masyarakat dan dialog publik dalam pembentukan kebijakan negara.

b. Manajemen perubahan, pengembangan kepemerintahan yang baik hanya dapat dicapai apabila didukung oleh komitmen yang kuat dari seluruh tingkatan manajemen untuk melakukan perubahan-perubahan sistem manajemen dan proses kerja secara kontinyu, agar pemerintah dapat menghadapi perubahan pola kehidupan masyarakat yang semakin dinamis dan pola hubungan internasional yang semakin kompleks. Organisasi pemerintah harus berevolusi menuju organisasi jaringan, dimana setiap unsur instansi pemerintah berfungsi sebagai simpul dalam jaringan desentralisasi kewenangan dengan lini pengambilan keputusan yang sependek mungkin dan tolok ukur akuntabilitas yang jelas.

c. Penguatan e-leadership, penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dan pemerintah daerah otonom perlu ditunjang oleh penguatan kerangka kebijakan yang fokus dan konsiten untuk mendorong pemanfaatan teknologi informasi, agar simpul-simpul jaringan organisasi di atas dapat berinteraksi secara erat, transparan dan membentuk rentang kendali yang efektif.

(45)

pada organisasi jaringan, rasional, terbuka, serta mendorong pembentukan kemitraan dengan sektor swasta.

3. Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal.

Pelaksanaan setiap strategi memerlukan kemampuan dalam melaksanakan transaksi, pengolahan, dan pengelolaan berbagai bentuk dokumen dan informasi elektronik dalam volume yang besar, sesuai dengan tingkatannya. Kemajuan teknologi informasi dan perkembangan jaringan komunikasi dan informasi memberikan peluang yang luas bagi instansi pemerintah untuk memenuhi keperluan tersebut. Agar pemanfaatan teknologi informasi di setiap instansi dapat membentuk jaringan kerja yang optimal, maka melalui strategi ini sejumlah sasaran yang perlu diupayakan pencapaiannya adalah sebagai berikut. a. Standarisasi yang berkaitan dengan interoperabilitas pertukaran dan transaksi informasi

antar portal pemerintah.

b. Standarisasi dan prosedur yang berkaitan dengan manajemen dokumen dan informasi elektronik (electonic document management system) serta standarisasi meta-data yang memungkinan pemakai menelusuri informasi tanpa harus memahami struktur informasi pemerintah.

c. Perumusan kebijakan tentang pengamanan informasi serta pembakuan sistem otentikasi dan public key infrastructure untuk menjamin keamanan informasi dalam penyelenggaraan transaksi dengan pihak-pihak lain, terutama yang berkaitan tentang kerahasiaan informasi dan transaksi finansial

d. Pengembangan aplikasi dasar seperti e-billing, e-procurement, e-reporting yang dapat dimanfaatkan oleh setiap situs pemerintah untuk menjamin keandalan, kerahasiaan, keamanan dan interoperabilitas transaksi informasi dan pelayanan publik.

e. Pengembangan jaringan intra pemerintah untuk mendukung keandalan dan kerahasiaan transaksi informasi antar instansi pemerintah dan pemerintah daerah otonom.

4. Meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan industri telekomunikasi dan teknologi informasi. Pengembangan pelayanan publik tidak perlu sepenuhnya ditangani oleh pemerintah. Partisipasi dunia usaha dapat mempercepat pencapaian tujuan strategis

e-Government. Beberapa kemungkinan partisipasi dunia usaha sebagai berikut perlu dioptimalkan:

a. Dalam mengembangkan komputerisasi, sistem manajemen, proses kerja serta pengembangan situs dan pembakuan standar, pemerintah harus mendayagunakan keahlian dan spesialisasi yang telah berkembang di sektor swasta

(46)

c. Peran dunia usaha untuk mengembangkan jaringan komunikasi dan informasi di seluruh wilayah negara merupakan faktor yang penting. Demikian pula partisipasi usaha kecil menengah untuk menyediakan akses serta meningkatkan kualitas dan lingkup layanan warung internet perlu didorong untuk memperluas jangkauan pelayanan publik. Semua instansi terkait harus memberikan dukungan dan isentif, serta meninjau kembali dan memperbaiki berbagai peraturan dan ketentuan pemerintah yang menghambat partisipasi dunia usaha dalam memperjelas jaringan dan akses komunikasi dan informasi.

5. Mengembangkan kapasitas SDM baik pada pemerintah maupun pemerintah daerah otonom, disertai dengan meningkatkan e-literacy masyarakat.

Sumber daya manusia (SDM) baik sebagai pengembang, pengelola maupun pengguna e-Government merupakan faktor yang turut menentukan bahkan menjadi kunci keberhasilan pelaksanakan dan pengembangan e-Government. Untuk itu, perlu upaya peningkatan kapasitas SDM dan penataan dalam pendayagunaannya, dengan perencanaan yang matang dan komprehensif sesuai dengan kebutuhan, serta pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan melalui jalur pendidikan formal dan non formal, maupun pengembangan standar kompetensi yang dibutuhkan dalam pengembangan dan implementasi e-Government.Upaya pengembangan SDM yang perlu dilakukan untuk mendukung e-Government adalah sebagai berikut.

a. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya informasi serta pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi (e-literacy), baik di kalangan pemerintah dan pemerintah daerah otonom maupu di kalangan masyarakat dalam rangka mengembangkan budaya informasi ke arah terwujudnya masyarakat informasi (information society)

b. Pemanfaatan sumber daya pendidikan dan pelatihan termasuk perangkat teknologi informasi dan komunikasi secara sinergis, baik yang dimiliki oleh lembaga pemerintah maupun non pemerintah/masyarakat

c. Pengembangan pedoman penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi lembaga pemerintah agar hasil pendidikan dan pelatihan tersebut sesuai dengan kebutuhan pengembangan dan pelaksanaan e-Government

(47)

e. Peningkatan kapasitas penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan jarak jauh (distance learning) dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara optimal untuk pemerataan atau mengurangi kesenjangan SDM di bidang teknologi informasi dan komunikasi antar daerah.

f. Perubahan pola pikir, sikap dan budaya kerja aparat pemerintah yang mendukung pelaksanaan e-Government melalui sosialisasi/penjelasan mengenai konsep dan program e-Government, serta contoh keberhasilan (best practice) pelaksanaan e-Government

g. Peningkatan motivasi melalui pemberian penghargaan/apresiasi kepada seluruh SDM bidang informasi dan komunikasi di pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat yang secara aktif mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi

6. Melaksanakan pengembangan secara sistematik melalui tahapan-tahapan yang realistik dan terukur.

Setiap perubahan berpotensi menimbulkan ketidakpastian, oleh karena itu pengembangan

e-Government perlu direncanakan dan dilaksanakan secara sistematik melalui tahapan yang realistik dan dan sasaran yang terukur, sehingga dapat dipahami dan diikuti oleh semua pihak. Berdasarkan sifat transaksi informasi dan pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah melalui jaringan informasi, pengembangan e-Government dapat dilaksanakan melalui 4 (empat) tingkatan sebagai berikut:

Tabel 3.1. Tingkatan Pengembangan e-Government

Tingkatan Tahapan

Tingkat 1: Persiapan 1. Pembuatan situs informasi di setiap lembaga 2. Penyiapan SDM

3. Penyiapan sarana akses yang mudah, misalnya penyediakan sarana Multipurpose Community Center, Warnet, SMS-Center dan lain-lain

4. Sosialisasi situs informasi baik untuk internal maupun untuk publik

Tingkat 2: Pematangan 1. Pembuatan situs informasi publik interaktif

2. Pembuatan antar muka keterhubungan dengan lembaga lain

Tingkat 3: Pemantapan 1. Pembuatan situs transaksi pelayanan publik

2. Pembuatan interoperabilitas aplikasi maupun data dengan lembaga lain

Tingkat 4: Pemanfaatan Pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang bersifat G2G, G2B dan G2C yang terintegrasi

(48)

pula. Upaya untuk menaikkan tingkatan situs tanpa dukungan yang memadai, akan mengalami kegagalan yang tidak hanya menimbulkan pemborosan namun juga menghilangkan kepercayaan masyarakat. Untuk menghindari hal tersebut, perlu dibakukan sejumlah pengaturan sebagai berikut.

1. Standar kualitas dan kelayakan situs pemerintah bagi setiap tingkatan perkembangan di atas

2. Peraturan tentang kelembagaan dan kewenangan yang berkaitan dengan pemanfaatan dan transaksi informasi yang dimiliki pemerintah. Pengaturan ini harus mencakup batasan tentang hak masyarakat atas informasi, kerahasiaan dan keamanan informasi pemerintah (information security), serta perlindungan informasi yang berkaitan dengan masyarakat (privacy)

3. Persyaratan sistem manajemen dan proses kerja, serta sumber daya manusia yang diperlukan agar situs pemerintah dapat berfungsi secara optimal dan mampu berkembang ke tingkat yang lebih tinggi.

Pengembangan e-Government harus dilaksanakan secara harmonis dengan mengoptimalkan hubungan antara inisiatif masing-masing instansi dan penguatan kerangka kebijakan untuk menjamin keterpaduannya dalam suatu jaringan sistem manajemen dan proses kerja. Pendekatan ini diperlukan untuk mensinergikan dua kepentingan, yakni: (1) kepentingan pendayagunaan pemahaman dan pengalaman masing-masing instansi tentang pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat, dan (2) kepentingan untuk penataan sistem manajemen dan proses kerja yang terpadu.

(49)

3.4 Infrastruktur Pengembangan

e-Government

Pengembangan e-Government dilandasi oleh 4 (empat) infrastruktur utama, meliputi:

1. Suprastruktur e-Government yang memuat antara lain kepemimpinan manajemen lembaga (e-leadeship), sumberdaya manusia (human resources) dan peraturan di tingkat lembaga yang terkait dengan pengembangan e-Government (regulation).

2. Infrastruktur jaringan yang memuat antara lain protokol komunikasi, topologi, teknologi dan keamanan, yang lebih lanjut dapat dilihat pada Panduan Pembangunan Infrastruktur Portal Pemerintah.

3. Infrastruktur informasi yang memuat antara lain struktur data, format data, metoda berbagi data (data sharing), dan sistem pengamanannya, yang lebih lanjut dapat dilihat pada Panduan Sistem Manajemen Dokumen Elektronik.

4. Infrastruktur aplikasi yang memuat antara lain aplikasi layanan publik, aplikasi antar muka (interface), dan aplikasi back office yang lebih lanjut dapat dilihat pada Panduan Standar Mutu, Jangkauan Layanan dan Pengembangan Aplikasi.

Seluruh infrastruktur tersebut akan dibangun dalam satu kerangka berpikir yang utuh, yang selanjutnya dikembangkan menja

Gambar

Gambar 2.12 . Media akses masing-masing SKPD
Gambar 2.14 . Kondisi SDM Kab. Klaten berdasarkan umur
Gambar 2.16. Kondisi SDM Kab. Klaten Berdasarkan Tingkat pendidikan Komputer
Gambar 2.18. Kerangka Fungsional Dasar Umum
+7

Referensi

Dokumen terkait

" (1) Pindjaman2 jang disebut dalam pasal 5 Perse- tudjuan sekarang ini hanja dapat diper g unakan untuk membiajai barang2 dan djasa2 dari negara2 dan daerah2

Jenis data yang dikumpulkan yaitu : identitas atlit, data ketersediaan sumber zat besi, zat penghambat dan pemacu absorpsi zat besi (dikumpulkan dengan

suatu barang, bea masuk yang sudah dibayarkan pada saat barang itu diimpor, dapat ditarik kembali, setelah barang jadi hasil produksi diekspor, dengan

1) Anggaran subsidi Raskin 2013 disediakan dalam DIPA APBN Tahun 2013. 2) Kebijakan Pemerintah dalam penggangaran program Raskin hanya untuk pengadaan dan penyaluran sampai di

Hubungan Indeks Massa Tubuh terhadap Dysmenorrhea pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Angkatan 2015. Prevalence and risk factors

Sebagaimana Islam yang notabenenya merupakan agama yang mayoritas di Indonesia dan sering disebut sebagai agama yang rahmatan lil alamin, atau dengan kata lain dikenal

Bagi dosen Universitas Riau yang penelitiannya pada tahun berjalan telah didanai (sebagai ketua) melalui SIM-LITABMAS, Insinas, Grant Sawit tidak diperbolehkan ikut

Di bawah ini adalah beberapa, daftar aktifitas di wilayah wilayah dan kategorial sangat banyak dan beragam, dan dinamis: · MISA KKI: Setiap bulannya tidak kurang ada 10