• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. dimulai pada bulan Maret 2016 sampai dengan bulan Juni 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. dimulai pada bulan Maret 2016 sampai dengan bulan Juni 2016"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lahomi yang merupakan ibukota Kabupaten Nias Barat, Provinsi Sumatera Utara dan waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Maret 2016 sampai dengan bulan Juni 2016

3.2 Jenis Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Secara deskriptif kondisi fisik alam, seperti kelerengan, wilayah rawan bencana, penggunaan lahan dan infrastruktur dapat diketahui pengaruhnya terhadap kawasan perumahan dan permukiman. Pendekatan kuantitatif dimaksudkan untuk membandingkan kondisi eksisting di lokasi penelitian berdasarkan karakteristik lahannya dengan standar atau syarat yang telah ditetapkan yang didapat dari kajian teori yang telah dibahas sebelumnya dengan pemberian bobot dan skor setiap parameter guna memudahkan dalam analisa numerik sehingga dapat menggambarkan lokasi potensial kawasan perumahan dan permukiman di Kecamatan Lahomi, Kabupaten Nias Barat yang akan dikembangkan di masa yang akan datang.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data yang berhubungan dengan parameter penentu lokasi perumahan dan permukiman sebagaimana dalam Tabel 3.1 di bawah ini :

(2)

Tabel 3.1 Jenis dan sumber data

No Parameter Kebutuhan Data Sumber Data 1 Aksesbilitas Peta Jaringan Jalan - BAPPEDA Provinsi SU,

- BAPPEDA Kab. Nias Barat

- Dinas TARUKIM Prov. SU

- Dinas PU Kab. Nias Barat

2. Kemiringan

Lereng

Peta Topografi - BAPPEDA Provinsi SU, - BAPPEDA Kab. Nias

Barat

- Dinas TARUKIM Prov. SU

- Dinas PU Kab. Nias Barat

3. Kerawanan Bencana - Peta Rawan banjir - Peta Rawan Longsor

- BAPPEDA Provinsi SU, - BAPPEDA Kab. Nias

Barat

- Dinas TARUKIM Prov. SU

- Dinas PU Kab. Nias Barat - BWS Prov. SU

4. Perubahan lahan - Peta

Penggunaan Lahan

- BAPPEDA Provinsi SU,

- BAPPEDA Kab. Nias

Barat

- Dinas TARUKIM Prov. SU

- Dinas PU Kab. Nias Barat

5 Daya dukung

tanah

- Peta Jenis Tanah

- BAPPEDA Provinsi SU, - BAPPEDA Kab. Nias

Barat

- Dinas TARUKIM Prov. SU

- Dinas PU Kab. Nias Barat 6. Ketersediaan Air - Peta Sungai - BAPPEDA Provinsi SU,

- BAPPEDA Kab. Nias

Barat

- BWS Prov. SU

- Dinas PU Kab. Nias Barat 7. Pelayanan Umum - Point Pasar,

- Puskesmas - Kantor

Pemerintahan

Data diambil langsung di

lokasi penelitian meggunakan Alat GPS

Sumber : Analisis (2016)

(3)

Dalam penelitian ini langkah - langkah yang dilakukan menganalisis data dapat digambarkan pada diagram alir pada Gambar 3.1 berikut ini :

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 3.4.1 Pengklasifikasin dan pembobotan parameter

Untuk menentukan seberapa besar pengaruh suatu parameter terhadap parameter lainnya dalam menentukan lokasi potensial kawasan perumahan dan

Daya dukung Tanah Aksesbilitas Perubahan Lahan Kerawanan Bencana Ketersediaan Air Kemiringan Lereng Fasilitas Layanan Umum - Peta Jenis

Tanah Peta Sungai Peta

Topografi Peta Jaringan Jalan Peta Penggunaan Lahan Peta Rawan Banjir Point Pasar, Kantor Pemerintah, sekolah dan Puskesmas Klasifikasi Peta Parameter

Pembobotan dengan Metode AHP (Analytic Hierarchy Process)

Proses Skoring

Lokasi Terpilih

Peta Potensi Kawasan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Ya Tidak Proses buffering Proses buffering Proses buffering Peta Kelas Lereng Kesesuaian (Validasi) Overlay Peta Parameter Survey Lapangan

(4)

permukiman menggunakan Motode AHP (metode perbandingan berpasangan antara parameter) yang selanjutnya disebut dengan bobot parameter.

Berkaitan dengan pembobotan parameter untuk menentukan tingkat kepentingan atau pengaruh antara parameter, dengan meminta pendapat dari ahli teknis yang membidangi tata ruang yaitu tenaga ahli dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nias Barat dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Nias Barat atau instansi lain yang berkaitan dengan tata ruang wilayah, yang disampaikan dalam bentuk kuisioner.

Pembagian bobot setiap aspek fisik masing-masing parameter dilakukan berdasarkan tingkat peranan atau kepentingan aspek fisik lahan tersebut. Semakin tinggi nilainya berarti semakin tinggi tingkat kepentingan atau perannya terhadap penggunaan lahan untuk perumahan dan permukiman. Berdasarkan jumlah nilai akhir dari suatu aspek fisik dapat dicari interval kelas dan bobot masing masing

Menurut Effendi, (1987) dalam Khadiyanto (2005) pembagian interval kelas dan pembagian skor dari kelas masing-masing aspek fisik lahan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut ini :

𝐼 =𝑁𝑅

dimana, I = Lebar Interval, R = Jarak Interval, N = Jumlah Interval

Diagram hirarki pembobotan parameter dan aspek fisik yang menetukan parameter dengan menggunakan metode AHP dapat digambarkan pada Gambar 3.2 berikut ini :

(5)

Gambar 3.2 Diagram hirarki pembobotan

1. Aksesbilitas

Kemudahan dalam mencapai lokasi perumahan dan permukiman merupakan faktor yang sangat penting untuk penentuan lokasi permumahan dan permukiman. askses yang bagus dan mudah ditempuh menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk mendirikan bangunan tempat tinggal.

Aksesbilitas dinilai dari jarak ke jalan utama yang dibagi dalam 4 (empat) kelas dengan tingkat kepentingannya/pengaruhnya yaitu sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai dan tidak sesuai. Lebar interval masing-masing kelas diambil dari jarak terjauh dibagi dengan jumlah kelas. Dan pembobotan masing-masing kelas bedasarkan pada tingkat kepentingannya atau kesesuaiannya.

Pembobot masing-masing kelas berdasarkan tingkat kepentingannya atau kesesuaiannya dimana semakin dekat akses jalan untuk kawasan perumahan dan permukiman maka semakin tinggi bobotnya.

Bobot (%) Aksesbilitas Bobot (%) Layanan Umum Bobot (%) Kerawanan Bencana Bobot (%) Perubahan Lahan Bobot (%) Kemiringan Lereng Bobot (%) Daya dukung tanah Bobot (%) Pasar Bobot (%) Kantor Pemerintah Bobot (%) Puskesmas Bobot (%) Ketersediaan Air 100%

Kawasan Perumahan dan Permukiman

Bobot (%) Banjir

(6)

2. Jarak terhadap pusat perdagangan dan layanan umum

Untuk mendukung kehidupan perekonomian dan aktivitas masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan perumahan dan permukiman harus didukung oleh fasilitas pelayanan umum. Analisis terhadap parameter ini dinilai dari jarak ke pasar, sekolah, kantor pemerintahan dan Puskesmas.

Untuk menentukan seberapa besar tingkat pengaruh keberadaan pasar, sekolah, kantor pemerintahan dan puskesmas terhadap penentuan lokasi perumahan dan permukiman yang selanjutnya disebut sebagai subparameter layanan umum dilakukan dengan menggunakan metode AHP.

Pada pengklasifikasian dan pemberian bobot pada subparameter ini didasarkan pada tingkat kesesuaiannya dimana lahan yang semakin dekat dengan layanan umum, sarana dan fasilitas lingkungan semakin sesuai untuk pengembangan kawasan perumahan dan permukiman.

Menurut Sadana (2014), sarana lingkungan yang menjadi keperluan masyarakat dilingkungan permukiman diantaranya adalah sarana pendidikan, sarana kesehatan dan sarana perdagangan dan niaga, dengan jenis dan standar sebagaimana dalam Tabel 3.2, Tabel 3.3, dan Tabel 3.4 di bawah ini :

Tabel 3.2 Standar kebutuhan sarana pendidikan

No. Jenis Sarana Pendidikan Radius

Pencapaian (m) 1 Taman Kanak-kanak 500 2. Sekolah Dasar 1.000 3. SLTP 1.000 4. SLTA 3.000 5 Taman Baca 1.000 Sumber : Sadana (2014)

(7)

No. Jenis Sarana Kesehatan Radius Pencapaian (m)

1 Posyandu 500

2. Balai Pengobatan Warga 1.000 3. BKIA/Klinik Bersalin 4.000 4. Puskesmas Pembantu dan Balai

Pengobatan Lingkungan

1.500 5. Puskesmas dan Balai Pengobatan 3.000 6. Tempat Prakter Dokter 1.500

7. Apotik / Rumah Obat 1.500

Sumber : Sadana (2014)

Tabel 3.4 Standar kebutuhan sarana perdagangan dan niaga

No. Jenis Sarana Kesehatan Radius

Pencapaian (m)

1. Toko dan Warung 300

2. Pertokoan 2.000

3. Pusat Pertokoan dan Pasar Lingkungan - 4. Pusat Perbelanjaan dan Niaga (toko,

pasar, bank, kantor)

- Sumber : Sadana (2014)

3. Kerawanan bencana

Sebagai Kawasan perumahan dan permukiman yang fungsinya sebagai kawasan tempat tinggal harus menyediakan lingkungan yang sehat dan bebas dari ancaman bencana alam. Aspek ancaman bencana dalam penelitian ini mencakup bencana alam banjir.

Pengklasifikasian pada parameter kerawanan bencana dibagi menjadi kelas rawan dan tidak rawan bencana dan pembobotannya disesuaikan dengan tingkat kesesuaiannya terhadap penentuan kawasan perumahan dan permukiman.

4. Perubahan lahan

Dalam penentuan lokasi kawasan permukiman yang dapat diubah menjadi lahan terbangun, terlebih dahulu mengetahui penggunaan lahan sebelumnya agar tidak terjadi eksploitasi lahan yang berlebihan.

(8)

Pengklasifikasian perubahan lahan dibagi berdasarkan fungsi dan penggunaannya, dimana pemilihan kawasan perumahan dan permukiman meminimalisi dan menghindari penggunaan lahan pertanian penduduk.

Pemberian bobot pada kelas masing-masing berdasarkan tingkat kepentingan atau kesesuaiannya dimana kawasan yang tidak mengalami perubahan fungsi diberikan bobot tertinggi sedangkan apabila merubah fungsi atau penggunaannya maka diberi bobot terendah.

5. Kemiringan lereng

Faktor kemiringan lereng merupakan faktor terpenting dalam memilih lokasi lahan perumahan dan permukiman. kawasan yang semakin curam selain ancaman akan terjadinya longsor, berdampak pada pemilihan jenis konstruksi bangunan yang lebih mahal dan tidak ekonomis.

Pada penelitian ini, parameter kemiringan lereng dibagi dalam 5 (lima) kelas. Lebar interval masing-masing kelas diambil dari pembagian kemiringan lereng maksimal (25%). Pembobotan masing-masing kelas disesuaikan dengan tingkat kepentingan atau pengaruhnya dimana kondisi lahan yang semakin datar semakin sesuai untuk kawasan permukiman.

6. Ketersediaan air

Faktor ketersediaan air untuk kawasan perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan vital dalam kehidupan dan mendukung aktivitas masyarakat di kawasan tersebut.

Parameter ketersediaan air dinilai dari jarak ke sumber air, dimana kawasan yang semakin dekat dengan sumber air semakin sesuai untuk dikembangkan menjadi kawasan perumahan dan permukiman.

(9)

Pengklasifikasian parameter ini dibagi menjadi 4 (empat) kelas dimana lebar intervalnya diambil dari pembagian antara jarak terjauh atau terluar dibagi jumlah kelas dengan tingkat kepentingan yaitu sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai dan tidak sesuai.

7. Daya dukung tanah

Daya dukung tanah merupakan faktor terpenting berkaitan dengan proses pembanguan pondasi rumah. Tanah yang kuat akan memberi dukungan terhadap keutuhan banguan yang ada di atasnya. Daya dukung tanah ini dilihat dari jenis tanah di kawasan permukiman.

Pemberian bobot masing-masing kelas berdasarkan tingkat kepentingannya dimana semakin sesuai untuk kawasan perumahan dan permukiman maka bobotnya akan semakin tinggi.

3.4.2 Tumpang susun (overlay)

Tumpang susun (overlay) suatu data grafis adalah menggabungkan dua atau lebih data grafis untuk memperoleh data grafis baru yang memiliki satuan pemetaan (unit pemetaan baru).

Dengan Sisitem Informasi Geografis menganalisis kesesuaian lahan untuk kawasan perumahan dan permukiman, tumpang susun dilakukan untuk menggabungkan peta parameter sehingga diperoleh peta parameter berklasifikasi sesuai dengan tingkat pengaruhnya terhadap kesesuain lahan perumahan dan permukiman.

3.4.3 Proses Buffering

Buffering adalah proses pembentukan polygon dan atau zone dengan jarak tertentu dari data spasial yang menjadi masukannya. Data spasial titik akan

(10)

menghasilkan data spasial baru yang berupa lingkaran-lingkaran yang mengelilingi titik pusatnya. Untuk data spasial garis akan menghasilkan data spasial baru yang berupa polygon - polygon yang melingkupi garis-garis.

Proses Buffering dalam penelitian adalah untuk mendapatkan zone dalam jarak tertentu dari puskesmas dan jaringan jalan sehingga didapatkan peta sesuai dengan klasifikasinya.

3.4.4 Penentuan potensial kawasan perumahan dan permukiman

Pemetaan kesesuaian lahan untuk menentukan lokasi potensial pengembangan kawasan perumahan dan permukiman dilakukan dengan meng-overlay-kan peta-peta parameter dan subparameter, setelah terlebih dahulu dilakukan pengklasifikasi peta parameter proses skoring berdasarkan tingkat kepentingannya atau pengaruhnya terhadap kesesuaian akan kawasan perumahan dan permukiman.

Dalam pengambilan keputusan dilakukan dengan proses skoring atau pemberian nilai berdasarkan akumulasi skor dari masing-masing parameter dan subparameter sehingga diperoleh skor kumulatif kawasan tertentu.

Pada penelitian ini pengklasifikasi potensial kawasan perumahan dan permukiman dibagi menjadi 4 (empat) kelas yaitu kelas berpotensi, cukup berpotensi, kurang berpotensi dan tidak berpotensi.

3.4.5 Kawasan Prioritas Pengembangan perumahan dan permukiman Penentuan kawasan prioritas pengembangan perumahan dan permukiman dengan memilih lokasi yang paling berpotensi yaitu kawasan yang aman dari bencana, sehat dan mempunyai akses serta sarana dan fasilitas lainnya.

(11)

Pengolahan data dalam penelitian ini dengan menggunakan :

1. Model matematis SIG yang digunakan yaitu metode overlay dan buffering. Tiap objek dari faktor fisik dasar pada peta dikonversi kedalam bentuk nilai tertentu sehingga memudahkan menganalisa secara numerik. Proses analisis ini memanfaatkan perangkat lunak Ilwis atau ArcGis.

2. AHP (Analytic Hierarchy Process) digunakan untuk mengetahui nilai pengaruh masing-masing parameter yang diolah berdasarkan pendapat ahli.

Bentuk penyampaian data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1. Data peta, untuk menyajikan data yang dituangkan dalam prespektif spasial

yang digambarkan dalam bentuk peta

2. Data Gambar, untuk menyajikan data non numerik kedalam bentuk gambar termasuk hasil dokumentasi di lokasi penelitian.

3. Data tabel, untuk menyajikan data numerik maupun data non numerik dalam bentuk baris dan kolom.

3.6 Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Laptop 14”

b. GPS c. Camera

(12)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

4.1.1. Letak Geografis dan Pembagian Wilayah Administrasi

Kabupaten Nias Barat yang terbentuk pada tahun 2008 dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 46 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Nias Barat di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Nias Barat memiliki 8 (delapan) kecamatan dengan luas wilayah daratan sebagai berikut :

Tabel 4.1 Jumlah dan luas kecamatan di kabupaten nias barat

No Kecamatan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Lahõmi 5.107,57 10,77 2 Lõlõfitu Moi 5.678,70 11,98 3 Mandrehe 7.320,36 15,44 4 Mandrehe Barat 4.677,43 9,87 5 Mandrehe Utara 6.908,08 14,57 6 Moro’õ 5.908,08 12,46 7 Ulu Moro’õ 3.459,90 7,30 8 Sirombu 8.342,26 17,60 Jumlah 47.402,38 100,00

Sumber : Bappeda Kabupaten Nias barat, 2014

Secara administrasi Kabupaten Nias Barat mempunyai batas sebagai berikut :

• Sebelah Utara : Kecamatan Tugala Oyo Kabupaten Nias Utara • Sebelah Selatan : Kecamatan LÕlÕwa’u Kabupaten Nias Selatan

• Sebelah Timur : Kecamatan BotomuzÕi Kabupaten Nias

• Sebelah Barat : Samudera Hindia

(13)

Kecamatan Lahomi sebagai lokasi penelitian merupakan ibukota Kabupaten Nias Barat terletak pada 0º 56' 16,8" - 1º 0' 50,4" Lintang Utara dan 97º 27' 46,8" - 97º 32' 56,4"

4.1.2. Kependudukan

Bujur Timur dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Menurut BPS Kabupaten Nias dalam Buku Nias Barat Dalam Angka tahun 2012, 2013, 2014 dan 2015, jumlah penduduk di wilayah Kecamatan Lahomi tahun 2014 tercatat 7.789 jiwa, sementara pada tahun 2013 tercatat sejumlah 7.645 jiwa. Melihat kenyataannya Kecamatan Lahomi sebagai ibukota Kabupaten Nias Barat dimana terdapat kantor pemerintahan kabupaten memiliki potensi untuk terjadi perkembangan penduduk yang diikuti meningkatnya permintaan akan tempat hunian khusunya bagi Pegawai Negeri Sipil.

Perkembangan penduduk Kabupaten Nias Barat menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2 Perkembangan penduduk Kabupaten Nias Barat menurut kecamatan Tahun 2012-2014

No Nama Kecamatan Jumlah Penduduk pada tahun 2011 2012 2013 2014 1. Sirombu 9.565 9.582 9.599 9.781 2. Lahomi 7.620 7.630 7.645 7.789 3. Ulu Moro’o 7.738 7.749 7.764 7.911 4. Lolofitu Moi 13.801 13.824 13.849 9.567 5. Mandrehe Utara 7.994 8.007 8.021 8.173 6. Mandrehe 18.873 18.902 18.936 19.293 7. Mandrehe Barat 7.453 7.464 7.479 7.620 8. Moro’o 9.528 9.543 9.561 9.742 Jumlah 82.572 82.701 82.854 79.876

Sumber : BPS Kabupaten Nias, (2012, 2013, 2014, 2015)

4.1.3. Topografi

Kondisi wilayah Kecamatan Lahomi berada pada ketinggian 8 mdpl sampai dengan 267 mdpl. Sebagian besar wilayah Kecamatan Lahomi berada

(14)

pada ketinggian 50 mdpl – 100mdpl. Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan Tabel 4.3 di bawah ini :

Tabel 4.3 Ketinggian wilayah Kecamatan Lahomi

No. Ketinggian (mdpl) Luas

(Ha) Persentase (%) 1. < 50 1.649,68 32,31 2. 50 – 100 1.742,90 34,14 3. 100 – 200 1.554,43 30,44 4. 200 – 300 158,88 3,11 Jumlah 5.107,57 100

Sumber : Bappeda Kabupaten Nias Barat, 2014

Berdasarkan data shapefile RTRW Nias Barat 2014 – 2034 dari Bappeda Kabupaten Nias Barat, wilayah Kecamatan Lahomi merupakan daerah berbukit dengan kemiringan 0% sampai dengan 40%, dapat terlihat pada Gambar 4.3, kemiringan lerengnya dapat terbagi sebagaimana dalam Tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4 Kelerengan wilayah Kecamatan Lahomi

No. Kemiringan (%) Luas (Ha) Persentase (%) 1. 0 – 3 489.63 9,59 2. 3 – 8 814.74 15,96 3. 8 – 15 2.473.07 48,43 4. 15 – 25 1.308.75 25,61 5. 25 - 40 21.38 0,42 Jumlah 5.107,57 100,00

Sumber : Bappeda Kabupaten Nias Barat, 2014

4.1.4. Jaringan Jalan

Infrastruktur jalan di Kabupaten Nias Barat sampai saat ini meliputi jalan provinsi sepanjang 74,30 km dan jalan kabupaten sepanjang 377,52 km. Dan panjang jalan yang melintasi wilayah Kecamatan Lahomi yaitu jalan provinsi sepanjang 0,39 km dan jalan kabupaten sepanjang 67,45 km dengan kondisi 10 km beraspal/hotmix lebar 5 m dan 57,45 km perkerasan krikil/gravel lebar 3 m . Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.4

(15)
(16)
(17)
(18)
(19)

4.1.5. Penggunaan lahan

Berdasarkan RTRW Nias Barat 2014 – 2034 tergambar bahwa penggunaan lahan di wilayah Kecamatan Lahomi, sebagian besar di gunakan untuk pertanian lahan kering sebesar 41,51% dan perkebunan sebesar 34,33% dari luas wilayah Kecamatan Lahomi sedangkan permukiman hanya 0,77% dari luas wilayah Kecamatan Lahomi. Lebih jelas seperti pada Gambar 4.5 dan Tabel 4.5 di bawah ini :

Tabel 4.5 Penggunaan lahan No. Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%) 1. Permukiman 39,15 0,77 2. Semak Belukar 240,26 4,70 3. Sawah 258,89 5,07

4. Pertanian Lahan Kering 2.120,10 41,51

5. Perkebunan 1.753,52 34,33

6. Hutan 672,45 13,17

7. Badan Air 23,21 0,45

Jumlah 5.107,58 100

Sumber : Bappeda Kabupaten Nias Barat, 2014

4.1.6. Jenis tanah

Jenis tanah di Kabupaten Nias Barat umumnya didominasi oleh jenis tanah Aluvial, Podsolik Merah Kuning dan sebagian kecil Hidromorfik Kelabu, Regosol, Mediteran Merah Kuning dan Litosol yang menyebar secara random (acak). Lapisan permukaan tanah di Kabupaten Nias Barat pada umumnya adalah tanah lunak (soft soil). Jenis tanah lunak adalah tanah lanau yang halus dan mudah tererosi. Di samping itu juga dijumpai jenis tanah lempung ekspansif serta pasir halus. Jenis-jenis tanah seperti ini banyak dijumpai pada daerah bergelombang sampai berbukit. Jenis tanah lempung ekspansif adalah salah satu jenis tanah berbutir halus dengan ukuran koloidal yang terbentuk dari mineral ekspansif.

(20)

Tanah lempung ini mempunyai sifat yang khas yaitu kandungan mineral ekspansif menyebabkan mempunyai kapasitas pertukaran ion yang tinggi. Kondisi ini mengakibatkan tanah lempung ini mempunyai potensi kembang susut apabila terjadi peningkatan dan pengurangan kadar airnya.

Di wilayah Kecamatan Lahomi jenis tanah terdiri dari Alfisol, Histosol dan Inceptisol, luasan dapat dilihat pada Gambar 4.6 dan Tabel 4.6 di bawah ini :

Tabel 4.6 Jenis tanah dan luasnya

No. Jenis Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

1. Alfisol 3.268,54 63,98

2. Hitosol 133,16 2,61

3. Inceptosol 1.705,87 33,41

Jumlah 5.107,57 100,00

Sumber : Bappeda Kabupaten Nias Barat, 2014

4.1.7. Sumber Air

Salah satu permasalahan di Kabupaten Nias Barat adalah air bersih dimana sampai dengan saat ini belum ada perusahaan baik swasta maupun pemerintah yang menyediakan air bersih untuk kebutuhan masyarakat. Pemakaian air untuk kebutuhan air bersih di Kecamatan Lahomi sebagai kawasan ibukota Kabupaten Nias Barat penduduk memperolehnya dengan memanfaatkan sungai dan air hujan dengan menyediakan tampungan.

Sungai yang menjadi sumber air bersih di Kecamatan Lahomi berasal dari Sungai Lahomi yang melintasi wilayah Kecamatan Lahomi sepanjang 19,90 km, Sungai Bo’u sepanjang 1,85 km dan Sungai Ge’e sepanjang 1,04 km. Lebih jelas sungai yang menjadi sumber air bersih di kawasan Kecamatan Lahomi dapat dilihat pada Gambar 4.7

(21)
(22)
(23)
(24)

4.1.8. Layanan umum 4.1.8.1. Fasilitas pendidikan

Fasilitas Pendidikan yang terdapat di wilayah Kecamatan Lahomi terdiri dari TK sebanyak 1 (satu) sekolah, SD sebanyak 13 (tiga belas) sekolah, SMP sebanyak 3 (tiga) sekolah, SMK sebanyak 1 (satu) sekolah dan SMA sebanyak 1 (satu) sekolah. Dari hasil tinjauan di lokasi penelitian dengan menggunakan GPS maka letak sekolah dapat dilihat pada Gambar 4.8 dan Lampiran-1

4.1.8.2. Fasilitas kesehatan

Di wilayah Kecamatan Lahomi terdapat fasilitas kesehatan yaitu Puskesmas sebanyak 1 (satu) unit yang terletak di desa Sitolubanua ibukota Kecamatan Lahomi. Lebih jelas letak titik koordinat dapat dilihat pada Gambar 4.8 dan Tabel 4.7 berikut ini :

Tabel 4.7 Nama puskesmas dan letak koordinatnya

No. Nama Fasilitas Alamat Titik Koordinat 1. Puskesmas Lahomi Desa Sitolubanua

Kecamatan Lahomi

97º 30’25,20” BT 00º 58’42,30” LU Sumber : Hasil Survey (2016)

4.1.8.3. Fasilitas perdagangan

Di wilayah Kecamatan Lahomi terdapat fasilitas perdagangan yaitu pekan dan pasar sebanyak 2 (dua) lokasi yang beroperasi setiap hari. Lokasi perdagangan ini merupakan tempat dimana masyarakat di wilayah ibukota kabupaten mendapatkan kebutuhan sehari-hari. Letak dan titik koordinat dapat dilihat pada Gambar 4.8 dan Tabel 4.8 berikut ini :

Tabel 4.8 Nama perdagangan dan letak koordinatnya

No. Nama Fasilitas Alamat Titik Koordinat

1. Pekan Beringin Desa Onolimbu Kecamatan Lahomi

97º 29’25,02” BT 01º 00’33,60” LU 2. Pasar Beringin Desa Sitolubanua

Kecamatan Lahomi

97º 30’07,20” BT 00º 58’58,80” LU Sumber : Hasil Survey (2016)

(25)
(26)

4.1.8.4. Fasilitas Lainnya

Selain dari fasilitas sekolah, kesehatan dan perdagangan juga terdapat Kawasan Perkantoran Pemerintah yaitu Kantor Bupati Nias Barat dan Kantor Camat Lahomi. Keberadaan Perkantoran Pemerintah ini mengakibatkan terjadinya peningkatan aksesbilitas dan mobilitas masyarakat serta permintaan akan hunian baik dari Pegawai Negeri Negeri maupun masyarakat.

Dari hasil survey lapangan letak koordinat keberadaan kawasan perkantoran pemerintahan Kabupaten Nias Barat lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.8 dan Tabel 4.9 di bawah ini :

Tabel 4.9 Nama kantor pemerintahan dan letak koordinatnya

No. Nama Fasilitas Alamat Titik Koordinat

1. Kantor Bupati Nias Barat Desa Onolimbu Kecamatan Lahomi 97º 29’41,10” BT 00º 59’54,00” LU 2. Kantor Camat Lahomi Desa Sitolubanua Kecamatan Lahomi 97º 30’28,26” BT 00º 58’24,12” LU Sumber : Hasil Survey (2016)

4.1.9. Kawasan Rawan Bencana

Identifikasi kawasan rawan bencana di wilayah Kecamatan Lahomi dan dari data Bappeda Kabupaten Nias Barat terdapat kawasan rawan banjir yaitu di sebagian daerah aliran Sungai Lahomi yang melintasi wilayah penelitian . Bahaya banjir di daerah penelitian disebabkan oleh genangan air yang meluap dari Sungai Lahomi. Bahaya banjir akan terjadi pada saat puncak musim hujan yang bisa terjadi dua kali dalam sebulan, akan tetapi genangan air ini tidak berlangsung lama yaitu hanya selama 1 (satu) hari. Kawasan dan luasan yang terkena dampak bahaya banjir di wilayah Kecamatan Lahomi dapat dilihat pada Gambar 4.9 dan Tabel 4.10 di bawah ini :

(27)
(28)

Tabel 4.10 Luas lahan rawan banjir di Kecamatan lahomi

No. Lahan Luas (ha) Persentase

(%)

1. Rawan Banjir 130,75 2,56

2. Tidak Rawan Banjir 4.976,82 97,44

Jumlah 5.107,57 100

Sumber : Bappeda Kabupaten Nias Barat (2014) dan Hasil Survey (2016)

4.1.10. Kondisi perumahan dan permukiman

Perumahan penduduk di Kecamatan Lahomi dan Kabupaten Nias Barat, pada umumnya mengikuti jaringan jalan dan cenderung membentuk kelompok mendekati pusat-pusat kegiatan dapat terlihat pada Gambar 4.10

Kebijakan-kebijakan pemerintah Kabupaten Nias Barat khusunya di kawasan perkotaan belum tertuju pada arahan peruntukan lokasi atau lahan pengembangan permukiman. Hal ini teridentifikasi dengan banyaknya rumah yang belum memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).

Gambar 4.10 Foto perkembangan permukiman di Kecamatan Lahomi

4.2. Perhitungan bobot parameter

Untuk mendapatkan seberapa besar pengaruh masing-masing parameter terhadap penentuan lokasi potensial untuk kawasan perumahan dan permukiman di Kecamatan Lahomi dengan menggunakan alat analisis yaitu metode Analisis Hierarchy Process (AHP).

(29)

Dalam analisis dengan menggunakan metode AHP pada penelitian ini dengan menggunakan pernyataan atau pendapat dari responden yaitu Kepala Bappeda Kabupaten Nias Barat dan Kepala Bidang Tata Kota dan Tata Ruang.

Dari hasil analisis dan perhitungan dengan menggunakan metode AHP diketahui bahwa proses perbandingan berpasangan sangat konsisten dengan nilai Rasio Konsistensi (CR) = 0,057 pada Bappeda dan 0,050 pada Dinas PU atau memenuhi syarat < 0,1 (saaty, 2010), hal ini menunjukan pernyataan atau pendapat responden relatif konsisten. Bobot parameter diperoleh dari nilai bobot rata-rata dari kedua responden di atas dan dapat dilihat pada Tabel 4.11 dan Gambar 4.11 di bawah ini :

Tabel 4.11 Hasil perhitungan bobot parameter

No Parameter Bobot Rata -

Rata % Bobot Bappeda Dinas PU 1. Rawan Bencana 0,26 0,31 0,29 28,63 2. Aksesbilitas 0,24 0,23 0,23 23,14 3. Kemiringan Lereng 0,15 0,15 0,15 15,14 4. Perubahan Lahan 0,13 0,07 0,10 9,87 5. Daya Dukung Tanah 0,06 0,08 0,07 7,19 6. Ketersediaan Air 0,07 0,11 0,09 9,03 7. Layanan Umum 0,09 0,05 0,07 7,00

Jumlah 1,0 1,0 1,0 100,00

Sumber : Hasil Analisis, (2016)

Gambar 4.11 Diagram hasil perhitungan bobot parameter 29% 23% 15% 10% 7% 9%7% Bobot Parameter Rawan Bencana Aksesbilitas Kemiringan Lereng Perubahan Lahan Daya Dukung Tanah Ketersediaan Air Layanan Umum

(30)

Pada parameter layanan umum dimana terdapat subparameter yang menjadi faktor penentu yaitu perdagangan, kantor pemerintahan, sekolah dan puskesmas. Dengan menggunakan metode AHP dan dari pendapat responden Bappeda dan Dinas PU Kabupaten Nias Barat yang mana memiliki nilai Rasio Konsistensi (CR) 0,023 pada Bappeda dan 0,026 pada Dinas PU atau memenihi syarat < 0,10 (saaty, 2010) yaitu pernyataan atau pendapat responden relatif konsisten, sehingga bobot subprameter ini diperoleh sebagaimana pada Tabel 4.12. dan Gambar 4.12 di bawah ini :

Tabel 4.12 Hasil perhitungan bobot subparameter

No Parameter Bobot Rata -

Rata % Bobot Bappeda Dinas PU 1. Perdagangan 0,22 0,29 0,25 25,15 2. Kantor Pemerintahan 0,10 0,11 0,10 10,20 3. Sekolah 0,47 0,44 0,46 45,78 4. Puskesmas 0,21 0,16 0,19 18,86 Jumlah 1,0 1,0 1,0 100,00

Sumber : Hasil Analisis, (2016)

Gambar 4.12 Diagram hasil perhitungan bobot subparameter

Dari keseluruhan hasil perhitungan bobot parameter dan pendistribusian ke bobot subparameter yang menjadi faktor penentun lokasi kawasan perumahan dan permukiman di Kecamatan Lahomi dapat digambarkan pada Gambar 4.13 berikut ini : 25% 10% 46% 19% Bobot Subparameter Pasar Kantor Pemerintahan Sekolah Puskesmas

(31)

Gambar 4.13 Diagram bobot parameter dan subparameter

4.3. Pembahasan

4.3.1. Pengklasifikasian dan skoring parameter

Untuk mendapatkan luasan sesuai dengan klasifikasi parameter dan subparameter dilakukan dengan metode buffer menggunakan Aplikasi SIG, dimana data yang digunakan yaitu data hasil survey dan data RTRW Kabupaten Nias Barat dalam bentuk shapefile sehingga diperoleh peta-peta parameter dan subparameter.

Pengklasifikasian dan skor masing-masing klasifikasi parameter dan subparameter dapat sebagai berikut :

1. Rawan bencana

Kawasan yang terkena dampak banjir di Kecamatan Lahomi seluas 130,75 ha atau 2,56% dari luas wilayah Kecamatan Lahomi dan kawasan yang bebas dampak banjir seluas 4.975,08 ha atau 97,44 % dari luas wilayah Kacamatan Lahomi dan kawasan rawan banjir dapat dilihat pada Gambar 4.14.

Untuk kesesuaian pada kawasan perumahan dan permukiman dimana kawasan terkena dampak banjir tidak sesuai untuk dijadikan kawasan perumahan

23,14% Aksesbilitas 7% Layanan Umum 28,63% Kerawanan Bencana 9,87% Perubahan Lahan 15,14% Kemiringan Lereng 7,19% Daya dukung tanah 1,76% Perdagangan 0,71% Kantor Pemerintah 3,20% Sekolah 9,03% Ketersediaan Air 100%

Kawasan Perumahan dan Permukiman

28,63% Banjir 1,32%

(32)

dan permukiman sehingga bobot kelas adalah 0 (nol) dan sebaliknya untuk kawasan yang aman terhadap ancaman banjir diberi bobot kelas = 100%, selanjutnya dari bobot parameter kerawanan bencana (28,63%) didistribusikan ke masing-masing kelas berdasarkan bobot kelas menjadi sebagai berikut :

Tabel 4.13 Kelas rawan banjir

No. Kelas Luas (ha) Identifikasi Tingkat

Kepentingan

Bobot

Kelas Skor

1. Tidak rawan 4.976,82 Sesuai 1 100 28,63

2. Rawan 130,75 Tidak sesuai 0 0 0

Jumlah 5.107,57

Sumber : Hasil Analisis, (2016)

2. Aksesbilitas

Pada parameter ini data digunakan adalah akses jalan yang ada di wilayah Kecamatan Lahomi dan sekitarnya yang dapat dilalui oleh kendaraan bermotor.

Dalam pembagian kelas parameter ini dengan membagi jarak terjauh ke batas wilayah daerah penelitian sejauh 2.400 meter menjadi 4 (empat) kelas, dengan proses buffer diperoleh luasan setiap kelas, dan pembagian bobot parameter (23,14%) ke skor kelas didasarkan pada bobot kelas.

Letak atau kawasan kelas, besar luasan dan skor setiap kelas dapat dilihat pada Gambar 4.15 dan Tabel 4.14 di bawah ini :

Tabel 4.14 Kelas jarak terhadap jalan

No. Kelas (m) Luas

(ha) Identifikasi Tingkat Kepentingan Bobot Kelas (%) Skor 1. 0 – 600 3.854,65 Sangat Sesuai 3 100 23,14 2. 600 – 1.200 790,87 Sesuai 2 66,67 15,43 3. 1.200 – 1.800 355,78 Kurang sesuai 1 33,33 7,71 4. 1.800 – 2.400 106,27 Tidak sesuai 0 0 0 Jumlah 5.107,57 Sumber : Hasil Analisis, (2016)

(33)

3. Kemiringan lereng

Dalam RTRW Kabupaten Nias Barat 2014-2034, dimana sebaran kemiringan lereng di Kecamatan Lahomi terdiri 4 (empat kelas) dari 0-3% seluas 489,63 Ha, 3-8% seluas 814,74 Ha, 8-15% seluas 2.472,59 Ha, 15-25% seluas 1.307,49 Ha dan 25-40% seluas 21,38 Ha. Dan untuk kawasan permukiman kelerengan lahan antara 0 – 25%. Untuk lebih jelas maka letak kawasan kelerengan dapat dilihat pada Gambar 4.16.

Pemberian skor setiap kelas didasarkan pada bobot dan tingkat kesesuaian kelas, lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.15 di bawah ini :

Tabel 4.15 Kelas kemiringan lereng

No. Kelas Luas

(Ha) Identifikasi Tingkat Kepentingan Bobot Kelas (%) Skor 1. 0 – 3% 489,63 Sangat Sesuai 4 100 15,14 2. 3 – 8% 814,74 Sesuai 3 75 11,36 3. 8 – 15% 2.473,07 Cukup Sesuai 2 50 7,57 4. 15 – 25% 1.308,75 Kurang Sesuai 1 25 3,79 5. > 25% 21,38 Tidak Sesuai 0 0 0 Jumlah 5.107,57 Sumber : Hasil Analisis, (2016)

4. Perubahan lahan

Dari data Bappeda Kabupaten Nias Barat, teridentifikasi bahwa penggunaan lahan di Kecamatan Lahomi terdiri dari Permukian, Semak Belukar, Pertanian Lahan Kering, Perkebunan, Sawah, Badan Air dan Hutan.

Dilihat dari fungsi dan kegunaan lahan maka kelas perubahan lahan ini di bagi menjadi 4 (empat) kelas dimana kawasan yang saat ini digunakan sebagai permukiman dianggap sangat sesuai, semak belukar dianggap sesuai, pertanian lahan kering, perkebunan, sawah dianggap kurang sesuai dan badan air, hutan dianggap tidak sesuai dan tidak dapat dijadikan kawasan perumahan dan

(34)

permukiman. Pembagian kawasan berdasarkan kelas dapat dilihat pada Gambar 4.17

Pemberian skor setiap kelas didasarkan pada bobot kelasnya atau tingkat kepentingannya, lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.16

Tabel 4.16 Kelas perubahan lahan

No. Kelas Luas

(ha) Identifikasi Tingkat Kepentingan Bobot Kelas (%) Skor 1. Permukiman 39,15 Sangat Sesuai 3 100 9,87 2. Semak Belukar 240,26 Sesuai 2 66,67 6,58 3. Pertanian Lahan

Kering, Perkebunan, Sawah

4.132,51 Kurang

Sesuai 1 33,33 3,29 4. Badan Air, Hutan 695,65 Tidak sesuai 0 0 0

Jumlah 5.107,57 Sumber : Hasil Analisis, (2016)

5. Daya dukung tanah

Berdasarkan data yang ada di Bappeda Kabupaten Nias Barat dimana Kecamatan Lahomi memiliki jenis tanah dengan ordo Inspectisol, Histosol dan Alfisol. Ddilihat dari ciri-ciri dan pembentukannya maka guna mendukung kekuatan pondasi bangunan jenis tanah yang sesuai sampai ke kurang sesuai adalah Alfisol, Inspectisol dam Histosol. Pemberian skor setiap kelas disesuaikan dengan tingkat kesesuaiannya dimana kelas sesuai diberi skor 7,19 dan kurang sesuai diberi skor 0. Pembagian kelas, luasan dan skor setiap kelas dapat dilihat pada Gambar 4.18 dan Tabel 4.17

Tabel 4.17 Kelas daya dukung tanah

No. Kelas (jenis tanah) Luas

(ha) Identifikasi Tingkat Kepentingan Bobot Kelas (%) Skor 1. Inspectisol, Alfisol 4974,41 Sesuai 1 100 7,19

2. Histosol 133,16 Kurang Sesuai 0 0 0

Jumlah 5.107,57 Sumber : Hasil Analisis, (2016)

(35)

Selain mengharap turunnya air hujan, air dari sungai menjadi satu-satunya harapan memenuhi kebutuhan akan air bersih di Kecamatan Lahomi.

Dalam penelitian ini untuk menentukan klasifikasi parameter ketersediaan air yaitu dengan membagi 4 (empat) kelas jarak terjauh wilayah penelitian ke sumber air yaitu Sungai Lahomi, Sungai Ge’e dan Sungai Bo’u. Jarak terjauh berada pada radius 2.800 meter, maka pembagian kelas dan luas serta pembagian skor dapat dilihat pada Gambar 4.19 dan Tabel 4.18 berikut ini :

Tabel 4.18 Kelas ketersediaan air

No. Kelas (m) Luas

(ha) Identifikasi Tingkat Kepentingan Bobot Kelas (%) Skor 1. 0 - 700 2.301,05 Sangat Sesuai 3 100 9,03 2. 700 - 1.400 1.785,59 Sesuai 2 66,67 6,02 3. 1.400 - 2.100 816,72 Kurang Sesuai 1 33,33 3,01 4. 2.100 - 2.800 204,22 Tidak sesuai 0 0 0 Jumlah 5.107,58 Sumber : Hasil Analisis, (2016)

7. Layanan umum

Sebagaimana ketersediaan layanan umum di Kecamatan Lahomi yang menjadi faktor penentu pada Parameter ini adalah kemampuan akan pencapaian terhadap infrastruktur Perdagangan, Kantor Pemerintahan, Sekolah dan Puskesmas. Semakin dekat layanan umum di suatu wilayah maka akan semakin baik dan sesuai untuk pengembangan kawasan perumahan dan permukiman.

Dari data yang diperoleh di wilayah penelitian dan menurut Sadana (2014) yang menjelaskan tentang radius pencapaian sarana pendidikan, Sarana kesehatan, Sarana perdagangan dan Niaga yang dibutuhkan pada kawasan peruntukan permukiman serta melalui penggunaan analisis spasial dengan metode buffer, diperoleh luasan pencapaian akan layanan umum sebagai berikut :

(36)

Layanan pencapaian fasilitas sekolah di wilayah Kecamatan Lahomi dapat dilihat pada Tabel 4.19 berikut ini :

Tabel 4.19 Radius pencapaian sekolah

No. Jenis

Layanan

Radius

Pencapaian (m) Luas (ha) Keterangan

1. TK 500 78,51

2. SD 1.000 2.457,79

3. SLTP 1.000 942,25

4. SLTA 3.000 2.945,58 Sumber : Hasil Analisis, (2016)

Dalam pengklasifikasian subparameter ini, kawasan yang memiliki sarana sekolah berbagai tingkatan lebih banyak akan semakin sesuai dan diberi skor yang paling tinggi. Untuk lebih jelas pembagian klasifikasi dan luasannya serta pemberian skor untuk subparameter ini dapat dilihat pada Gambar 4.20 dan Tabel 4.20.

Tabel 4.20 Kelas ketersediaan layanan sekolah

No. Kelas (Pencapaian) Luas (ha) Identifikasi Tingkat Kepentingan Bobot Kelas (%) Skor 1. 4 Sekolah 37,53 Sangat Sesuai 4 45,78 3,20

2. 3 Sekolah 894,08 Sesuai 3 34,34 2,40

3. 2 Sekolah 1.301,44 Cukup Sesuai 2 22,89 1,60 4. 1 Sekolah 988,87 Kurang sesuai 1 11,45 0,80 5. Tidak ada sekolah 1.885,65 Tidak sesuai 0 0 0

Jumlah 5.107,57 Sumber : Hasil Analisis, (2016)

b. Layanan perdagangan

Di Kecamatan Lahomi terdapat 2 (dua) lokasi kegiatan perdagangan yaitu Pekan Beringin dan Pasar Beringin. Pada pengklasifikasian subparameter ini ditentukan dengan menghitung jarang batas terluar wilayah penelitian dari lokasi perdagangan dibagi menjadi 4 (empat) kelas.

(37)

Pemberian skor kelas pada subparameter ini didasarkan pada tingkat kesesuaiannya, dimana semakin dekat dengan pusat kegiatan perdagangan semakin sesuai suatu wilayah untuk dikembangkan menjadi kawasan perumahan dan permukiman. Untuk pengklasifikasian dan besaran luasan serta pemberian skor setiap kelas dapat dilihat pada Gambar 4.21 dan Tabel 4.21 di bawah ini :

Tabel 4.21 Kelas ketersediaan layanan perdagangan

No. Kelas (m) Luas

(ha) Identifikasi Tingkat Kepentingan Bobot Kelas (%) Skor 1. 0 - 1.675 1.337,93 Sangat Sesuai 3 25,15 1,76 2. 1.675 - 3.350 2.241,51 Sesuai 2 16,77 1,17 3. 3.350 - 5.025 1.235,73 Kurang Sesuai 1 8,38 0,59 4. 5.025 - 6.700 292,39 Tidak sesuai 0 0 0 Jumlah 5.107,56 Sumber : Hasil Analisis, (2016)

c. Layanan kesehatan

Di Kecamatan Lahomi terdapat layanan kesehatan yaitu Puskesmas Lahomi yang berada di Ibukota Kecamatan Lahomi dan menurut Sadana (2014) bahwa radius pencapaian puskesmas ke kawasan permukiman berada sejauh 3.000 meter. Pengklasifikasian parameter ini dibagi menjadi 2 (dua) kelas yaitu radius 0-3.000 meter dan >0-3.000 meter. Pembagian kawasan menurut kelas, luasannya serta pemberian skor setiap kelas dapat dilihat pada Gambar 4.22 dan Tabel 4.22 berikut ini :

Tabel 4.22 Kelas ketersediaan layanan kesehatan

No. Kelas (m) Luas

(ha) Identifikasi Tingkat Kepentingan Bobot Kelas (%) Skor 1. 0 - 3.000 2.825,85 Sesuai 1 18,86 1,32 2. > 3.000 2.281,72 Tidak sesuai 0 1 0 Jumlah 5.107,57 Sumber : Hasil Analisis, (2016)

(38)

d. Layanan lainnya

Layanan lainnya dalam penelitian ini yang menjadi bagian dari parameter penentuan lokasi dan mempengaruhi pengembagan kawasan perumahan dan permukiman adalah keberadaan kantor pemeritah, dimana pada lokasi penelitian terdapat layanan kantor pemerintahan tingkat kabupaten yaitu Kantor Pemerintahan Kabupaten Nias Nias Barat dalam satu kawasan dan kantor pemerintahan tingkat kecamatan yaitu Kantor Camat Lahomi.

Pengklasifikasi subparameter ini dengan membagi 4 (empat) jarak batas terjauh wilayah penelitian sehingga diperoleh radius setiap kelas sebesar 1.325 meter, dengan tingkatan kepentingan semakin dekat dengan kantor pemerintahan semakin sesuai dan mendapatkan skor yang lebih tinggi. Lebih jelas pengklasifikasian ini dapat dilihat pada Gambar 4.23 dan Tabel 4.23 berikut.

Tabel 4.23 Kelas ketersediaan layanan kantor pemerintahan

No. Kelas (m) Luas

(ha) Identifikasi Tingkat Kepentingan Bobot Kelas (%) Skor 1. 0 - 1.325 1.101,86 Sangat Sesuai 3 10,20 0,71 2. 1.325 - 2.650 2.208,75 Sesuai 2 6,80 0,48 3. 2.650 - 3.975 1.393,01 Kurang Sesuai 1 3,40 0,24 4. 3.975 - 5.300 403,95 Tidak sesuai 0 0 0 Jumlah 5.107,57 Sumber : Hasil Analisis, (2016)

(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)

4.3.2. Penentuan kawasan perumahan dan permukiman

Untuk menentukan tingkat atau kelas potensial suatu lahan dilakukan dengan meng-overlay-kan peta - peta parameter menggunakan aplikasi ArcGIS sehingga diperoleh skor akumulasi kawasan tertentu.

Pengklasifikasian potensial lahan perumahan dan permukiman dengan berdasarkan pada skor, dimana skor tertinggi adalah 100 dan terendah adalah 0 serta jumlah kelas adalah 4 (empat) yaitu kelas berpotensi, cukup berpotensi, kurang berpotensi dan tidak berpotensi. Lebar interval kelas dapat diperoleh dengan menggunakan rumus I = R/N (Effendi, 1987 dalam Khadiyanto, 2005) dimana I= lebar interval, R=jarak interval dan N= Jumlah Interval, sehingga diperoleh I = (100-0)/4 =25 sehingga dapat ditentukan kelas yaitu kelas dengan skor 0-25,00 dinyatakan tidak berpotensi, 25,01-50,0 dinyatakan kurang berpotensi, 50,01-75,0 dinyatakan cukup berpotensi dan 75,01-100 dinyatakan berpotensi.

Dari hasil overlay yang dilakukan terhadap peta-peta parameter dan subparameter diperoleh pembagian kelas potensial wilayah penelitian berdasarkan kelas akumulasi skor sebagaimana dalam Gambar 2.24 dan Tabel 4.24 di bawah ini :

Tabel 4.24 Kelas potensial kawasan

No. Kelas (Skor) Klasifikasi Luas (Ha) Persentase

(%) 1. 75,01 - 100 Berpotensi 3.121,80 61,12 2. 50,01 - 75,00 Cukup Berpotensi 1.948,20 38,14 3. 25,01 - 50,00 Kurang Berpotensi 37,56 0,74 4. 0 - 25,00 Tidak Berpotensi 0,00 0,00 Jumlah 5.107,56

(50)
(51)

Berdasarkan hasil di atas menggambarkan bahwa wilayah Kecamatan Lahomi memiliki lahan berpotensi untuk kawasan perumahan dan permukiman seluas 3.121,80 Ha atau 61,12 % dan cukup berpotensi seluas 1.948,20 Ha atau 38,14 % dan kurang berpotensi seluas 37,56 Ha atau 0,74% dari wilayah Kecamatan Lahomi.

Wilayah cukup berpotensi seluas 1.948,20 Ha memiliki faktor pembatas yaitu tidak cukup ketersediaan layanan sekolah, sumber air yang cukup jauh, akses jalan tidak cukup tersedia dan berada dalam kawasan banjir. Dan wilayah kurang berpotensi seluas 37,56 Ha memiliki faktor pembatas utamanya keterbatasan akan ketersediaan layanan sekolah, akses jalan dan kemiringan lereng yang mencapai 15-25%.

Kawasan rawan banjir berada pada lahan cukup berpotensi, hal ini dikarenakan skor akhir (akumulasi skor) dapat terkoreksi oleh parameter lain yaitu kemiringan lereng yang relatif datar, dekat dengan aksesbilitas jalan, tersedia sumber air dan dekat pusat layanan perdagangan.

Untuk pemilihan prioritas pengembangan kawasan perumahan dan permukiman dengan mengutamakan pada kawasan bebas ancaman banjir, tidak kawasan sempadan sungai dan hutan, yang diprioritaskan pada lahan berpotensi seluas 2.8931,01 Ha dapat dilihat pada Gambar 4.25 dan Tabel 4.25 berikut ini :

Tabel 4.25 Lahan prioritas pada lahan potensial

No. Klasifikasi Luas Potensial (Ha) Luas Prioritas (Ha)

1. Berpotensi 3.121,80 2.893,01

2. Cukup Berpotensi 1.948,20 -

3. Kurang Berpotensi 37,56 -

4. Tidak Berpotensi 0,00 -

5.107,56 2.893,01 Sumber : Hasil Analisis, 2016

(52)
(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis spasial dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis untuk menentukan lokasi potensial pengmbangan kawasan perumahan dan permukiman di Kecamatan Lahomi, maka diperoleh kesimpulan bahwa : 1. Dengan pemanfaatan Sistem Informasi Geografis diketahui tingkat potensi

lahan untuk dikembangkan menjadi kawasan perumahan dan permukiman, terbagi menjadi :

- Berpotensi, seluas 3.121,80 Ha atau 61,12% dari luas wilayah Kecamatan Lahomi.

- Cukup berpotensi, seluas 1.948,20 Ha atau 38,14% dari luas wilayah Kecamatan Lahomi.

- Kurang berpotensi, seluas 21,83 Ha atau 0,74% dari luas wilayah Kecamatan Lahomi.

2. Kawasan prioritas pengembangan perumahan dan permukiman di Kecamatan Lahomi adalah seluas 2.893,01 Ha sebagaimana dalam Gambar 4.25

5.2. Saran

Sesuai dengan hasil penelitian ini, mengingat pengembangan perumahan dan permukiman barkaitan erat dengan pengembangan wilayah maka penulis dapat memberikan saran pengembangan permukiman di Kecamatan Lahomi menjadi terarah berdasarkan pada kesesuaian lahan yaitu sebagai berikut :

(54)

1. Pemerintah Kabupaten Nias Barat dalam menyusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) wilayah Kecamatan Lahomi, dimana untuk pemilihan lokasi perumahan dan permukiman mengutamakan pada kawasan berpotensi di seluas 2.893,01 Ha atau 56,64% dari luas wilayah Kecamatan Lahomi. Kepemilikan lahan tersebut adalah milik masyarakat oleh sebab itu untuk mengarahkan ke kawasan pengembangan permukiman, pemerintah daerah perlu melakukan :

a. Pemberian izin mendirikan bangunan pada lokasi/arahan pengembangan permukiman.

b. Melakukan peningkatan sarana dan fasilitas lingkungan serta perluasan akses jalan di lahan yang berpotensi pengembangan kawasan permukiman penduduk.

2. Untuk pengembangan kawasan perumahan dan permukiman di Kecamatan Lahomi, selain dari pemilihan lokasi lahan yang tepat, pemerintah daerah menjamin akan pemenuhan standar pelayanan minimal untuk kawasan permukiman penduduk. Bila dilihat kondisi saat ini maka layanan yang ada dimana untuk pemenuhan kebutuhan penduduk akan sumber air bersih masih berharap pada tampungan air hujan dan sungai, kualitas jalan sepanjang 57,45 km atau 85,17% dari panjang jalan yang ada dalam kondisi buruk (tanpa perkerasan/beraspal), Balai Pengobatan BKA dan RS Bersalin belum tersedia. Menurut Keputusan Menteri Kimpraswil No. 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya dan Keputusan Menteri Kimpraswil No. 534/KPTS/M/2001 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum,

(55)

dimana untuk memenuhi standar pelayanan minimal menjamin ketersediaan air bersih dengan cakupan 55-75% penduduk terlayani dengan tingkat debit pelayanan 60-220 lt/org/hari untuk permukiman di kawasan perkotaan; Sarana layanan kesehatan 1 unit Balai Pengobatan untuk setiap 3.000 jiwa, 1 unit BKIA atau RS Bersalin untuk setiap 10.000-30.000 jiwa.

Pada Rencana Pembangunan Tenaga Kesehatan Tahun 2011-2025, dimana pemerintah mengharapkan pada tahun 2019 rasio tenaga kesehatan per-100,000 jiwa penduduk adalah Dokter Spesialis sebanyak 25 orang, Dokter Umum sebanyak 96 orang, dokter gigi sebanyak 11 orang, Perawat sebanyak 158 orang, Bidan sebanyak 75 orang, Sanitarian sebanyak 30 orang, Tenaga Gizi sebanyak 48 orang. Oleh sebab itu Pemerintah Daerah mempersiapkan rencana, khususnya di wilayah Kecamatan Lahomi :

a. Menyediakan minimal 1 (unit) Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) b. Menyediakan 1 (satu) unit Balai Pengobatan

c. Menyediakan tenaga kesehatan yakni : tenaga Dokter Spesialis sebanyak 2 orang, Dokter Umum sebanyak 7 orang, Dokter gigi sebanyak 1 orang, Perawat sebanyak 11 orang, Bidan sebanyak 6 orang, Sanitarian sebanyak 2 orang dan tenaga gizi 3 orang.

d. Pengadaan perusahaan penyedia sumber air bersih.

e. Perbaikan Jalan sepanjang 57,45 km menjadi berperkerasan Aspal.

3. Pemerintah Kabupaten Nias Barat mengalokasikan anggaran dana setiap tahunnya untuk pengembangan sarana dan fasilitas kawasan perumahan dan permukiman.

Gambar

Gambar 3.2 Diagram hirarki pembobotan
Gambar 4.1 Peta Administrasi
Gambar 4.2 Peta Topografi
Gambar 4.3 Peta Kelerengan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam beberapa kasus terjadi penggunaan alat tangkap illegal (illegal fishing) dikalangan nelayan yang merupakan tindakan merusak biota laut dan terumbu karang (Ahdan, 2012).

Oleh karena itu, dari definisi di atas yang dimaksud dengan Pengaruh pembelajaran aqdah akhlaq (materi berbusana muslim dan muslimah) terhadap etika berbusana

Secara signifikan guru dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) guna kepentingan belajar; (1) Guru melaksanakan kegiatan belajar berdasarkan

Oleh karenanya, peneliti ingin mengetahui bagaimana panitia wakaf masjid menghimpun dana wakaf tunai dari masyarakat dengan waktu yang singkat dan metode

Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, kebanyakan penelitian tersebut dilakukan pada UMKM di luar negeri yang telah menerapkan sistem informasi

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kausal (causal research), yaitu metode yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara

Penelitian terdiri atas beberapa tahap, yaitu: 1) Penanaman planlet pisang raja bulu umur 2 bulan kedalam medium MS yang sudah ditambahkan PEG 6000 sesuai konsentrasi, 2)

Alat yang digunakan pada penelitian kali ini dibagi menjadi dua yaitu alat yang digunakan pada ekstraksi karagenan dan alat yang digunakan analisa karagenan. Alat