• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PROSES ADOPSI KONSUMEN PASCA MASA TAYANG IKLAN PRODUK SEPEDA MOTOR YAMAHA DI SURABAYA ( Di Wilayah Kecamatan Rungkut ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PROSES ADOPSI KONSUMEN PASCA MASA TAYANG IKLAN PRODUK SEPEDA MOTOR YAMAHA DI SURABAYA ( Di Wilayah Kecamatan Rungkut )."

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

DIAN IRAWATI 0512010331 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Oleh :

DIAN IRAWATI 0512010331 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”

JAWA TIMUR

(3)

Disusun Oleh :

Dian Irawati 0512010331 / FE / EM Telah dipertahankan dihadapan Dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 23 Desember 2009

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Dra. EC. Tri Kartika P, Msi DR.H.Ali Maskun,MS Sekretaris

Dra. EC. Tri Kartika P, Msi

Anggota

Dra.EC.Mei Retno A,Msi

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur

(4)

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta karunia-Nya maka

skripsi yang berjudul STUDI PROSES ADOPSI KONSUMEN PASCA MASA TAYANG IKLAN PRODUK SEPEDA MOTOR YAMAHA DI SURABAYA Di Wilayah Kecamatan Rungkut, guna memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Manajemen pada Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan

baik tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena

itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa

terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, M.P, selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional ”Veteran” Jawa Timur Surabaya.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Surabaya.

3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, Ms., selaku Ketua Progdi Ekonomi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Surabaya.

4. Ibu Dra. Ec. Tri Kartika P, MSi, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan

(5)

semangat untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Supma, yang selalu menemani dan memberi dukungan doa serta spirit dalam

penyeleseian skripsi ini, terima kasih untuk semuanya.

7. Teman – teman semua yang selama ini telah membantu serta memberikan semangat

dalam menyelesaikan skripsi ini, kalian adalah teman-teman terbaikku.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari isi maupun penyajian

skripsi ini karena keterbatasan yang ada. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat untuk dilakukannya suatu penelitian selanjutnya bagi perkembangan

ilmu pengetahuan.

Surabaya, 23 Desember 2009

(6)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 10

2.2 Landasan Teori ... 12

2.2.1. Pengertian Pemasaran... 12

2.2.2. Manajemen Pemasaran... 14

2.2.3. Konsep Pemasaran... 15

2.2.4. Bauran Pemasaran... 17

2.2.5. Pengertian Produk... 19

(7)

2.2.8. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dalam Perilaku

Pembelian... 24

2.2.9. Proses Pengambilan Keputusan Dalam Pembelian... 27

2.2.10.Pengertian Motif... 31

2.2.11.Pengertian Sikap... 33

2.2.12.Teori Difusi Inovasi ( Penyebaran Inovasi )... 35

2.2.13.Kegunaan Produk... 39

2.2.14.Atribut Produk... 40

2.2.15.Nilai Pelanggan... 42

2.2.16.Kepuasan Pelanggan... 44

2.2.17.Memori Iklan... 46

2.2.18.Minat Beli Ulang... 51

2.2.19.Pengaruh Kegunaan Produk Terhadap Nilai Pelanggan... 55

2.2.20.Pengaruh Atribut Produk Terhadap Nilai Pelanggan.. 56

2.2.21.Pengaruh Nilai Pelanggan Terhadap Kepuasan Pelanggan... 57

2.2.22.Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Minat Beli Ulang... 58

(8)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 63

3.1.1. Definisi Operasional... 63

3.1.2. Pengukuran Vaeiabel... 67

3.2 Teknik Pengambilan Sampel………. 68

3.2.1. Populasi………... 68

3.2.2. Sampel………. 68

3.3 Teknik Pengumpulan Data….………. 69

3.3.1. Jenis Data………. 69

3.3.2. Metode Pengumpulan Data……….. 69

3.4 Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis……….. 70

3.4.1. Teknik Analisis………. 70

3.4.2. Pengujian Hipotesis……….. 73

3.4.2.1. Evaluasi Model Goodness of fit………… 73

3.4.2.2. Uji Reliabilitas………... 76

3.4.2.3. Uji Variance Extracted……….. 77

3.4.2.4. Uji Validitas………... 77

3.4.2.5. Evaluasi Model One Step Approach to SEM………. 78

(9)

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian………. 80

4.1.1. Ganbaran Umum Perusahaan………... 80

4.1.2. Gambaran Umum Subyek Penelitian………... 81

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian... 84

4.2.1 Deskripsi Variabel Kegunaan Produk... 84

4.2.1.1. Ekperiental Benefits (X11)... 84

4.2.1.2. Functional Benefits (X12)... 85

4.2.1.3. Symbolic benefits (X13)... 85

4.2.2 Deskripsi Variabel Nilai Pelanggan………. 86

4.2.2.1. Kualitas Produk (X21)…….……… 86

4.2.2.2. Kualitas Layanan Service (X22)..………… 87

4.2.2.3. Pengorbanan Konsumen (X23)……… 87

4.2.3 Deskripsi Variabel Atribut Produk………... 88

4.2.3.1. Feature (X31)………... 88

4.2.3.2. Brand Name (X32)……….. 89

4.2.4 Deskripsi Variabel Memori Iklan………. 89

4.2.4.1. Daya Tarik Iklan (X41)………... 89

4.2.4.2. Daya Pengaruh Iklan (X42)………. 90

4.2.4.3. Daya Informatif Iklan (X43)……… 91

(10)

4.2.5.3. Kinerja Produk (Y13)………... 93

4.2.6. Deskripsi Variabel Minat Beli Ulang……….. 93

4.2.6.1. Minat Transaksional (Y21)………... 94

4.2.6.2. Minat Referensial (Y22)………... 94

4.2.6.3. Minat Preferensial (Y23)……….. 95

4.2.6.4. Minat Eksploratif (Y24)………... 95

4.3 Deskripsi Hasil Analisis dan uji Hipotesis……… 97

4.3.1 Asumsi Model………... 97

4.3.1.1. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas……. 97

4.3.1.2. Evaluasi atas Outlier………. 98

4.3.1.3. Deteksi Multicollinearity dan Singularity… 100 4.3.1.4. Uji Validitas dan Reliabilitas………... 100

4.3.2 Pengujian Model Dengan One Step Approach Base Model……… 104

4.3.3 Pengujian Hipotesis Dan Hubungan Kausal………. 106

4.4 Pembahasan………. 108

4.4.1 Pengaruh Nilai Pelanggan Terhadap Kepuasan Pelanggan………. 108

4.4.2. Pengaruh Kegunaan Produk Terhadap Nilai

(11)

4.4.4. Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Minat

Beli Ulang………... 110

4.4.5. Pengaruh Memori Iklan Terhadap Minat Beli

Ulang……… 111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan……….. 112

5.2 Saran……… 113

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(12)

Tabel 1.1. Data ATPM – Agustus 2009……….. 4

Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices... 75

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia………... 81

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan... 82

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 83

Tabel 4.4. Frekuensi jawaban responden mengenai eksperiental benefit... 84

Tabel 4.5. Frekuensi jawaban responden mengenai functional benefits………... 85

Tabel 4.6. Frekuensi jawaban responden mengenai symbolic Benefits………... 85

Tabel 4.7. Frekuensi jawaban responden mengenai kualitas produk... 86

Tabel 4.8. Frekuensi jawaban responden mengenai kualitas layanan Service………. 87

Tabel 4.9 Frekuensi jawaban responden mengenai pengorbanan Konsumen……… 87

Tabel 4.10. Frekuensi jawaban responden mengenai feature... 88

Tabel 4.11. Frekuensi jawaban responden mengenai Brand name... 89

Tabel 4.12. Frekuensi jawaban responden mengenai daya tarik iklan.... 89

(13)

Iklan……… 91

Tabel 4.15. Frekuensi jawaban responden mengenai atribut produk.... 91

Tabel 4.16. Frekuensi jawaban responden mengenai informasi iklan... 92

Tabel 4.17. Frekuensi jawaban responden mengenai kinerja produk.... 93

Tabel 4.18. Frekuensi jawaban responden mengenai minat Transaksional……….. 94

Tabel 4.19. Frekuensi jawaban responden mengenai minat referensial... 94

Tabel 4.20. Frekuensi jawaban responden mengenai minat preferensial.. 95

Tabel 4.21. Frekuensi jawaban responden mengenai minat eksploratif... 95

Tabel 4.22. Hasil Pengujian normalitas data... 97

Tabel 4.23. Hasil pengujian Outlier Multivariate... 99

Tabel 4.24. Faktor loading dan konstruk dengan Confirmatory Factor Analysis... 101

Tabel 4.25. Pengujian Reliability Consistensy Internal... 102

Tabel.4.26. Construct Reliability & Variance Extracted………. 103

Tabel 4.27. Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices……….. 105

Tabel 4.28. Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices……….. 106

Tabel 4.29. Hasil Pegujian Kausalitas... 107

(14)

Gambar 3.1. Contoh Model Pengukuran faktor Minat Beli Ulang….. 71

Gambar 4.1. Model pengukuran kausalitas one step approach……... 104

Gambar 4.2. Model pengukuran kausalitas one step approach

Modifikasi……… 105

(15)

xii

Lampiran 2. Hasil Tanggapan Responden

(16)

1.1 Latar Belakang

Di zaman yang semakin modern seperti sekarang, dalam

menjalankan aktivitasnya, manusia semakin bergantung pada bantuan

mesin. Salah satu contoh yang paling jelas adalah dalam bidang

transportasi. Saat ini sudah sangat jarang sekali orang yang menggunakan

alat transportasi yang tidak bermesin. Salah satu alat transportasi yang

banyak digemari oleh semua orang adalah sepeda motor.

Sepeda motor menjadi alat transportasi yang paling banyak di

jumpai dari jalan kecil sampai dengan jalanan besar yang padat dengan

kemacetan lalu lintas, bisa di pastikan ada kendaraan roda dua yang

melintas setiap saat. Saat ini popularitas sepeda motor memang tengah

melonjak dan menjadi pilihan utama bagi sebagian masyarakat Indonesia

di bandingkan mobil. Memang banyak alasan mengapa penduduk

Indonesia begitu menyukai sepeda motor daripada mobil, diantaranya

faktor kemacetan jalan dan yang paling penting adalah sepeda motor lebih

ekonomis daripada mobil.

Persaingan bisnis yang dihadapi perusahaan – perusahaan saat ini

semakin ketat, sehingga menuntut manajemen perusahaan untuk lebih

cermat dala menentukan strategi pemasarannya, sehingga dapat

(17)

secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan dunia usaha

periklanan. Menuru Kotler ( 1995 : 705 ) media periklanan meliputi : “

iklan cetak, dan radio, kemasan luar, kemasan sisipan, surat, katalog, film,

majalah, booklet dan brosur, poster, selebaran, buku alamat dagang,

cetakan pembelian, audio visual, simbol dan logo ”. Usaha periklanan kini

telah mendapat pengakuan luas sebagai salah satu penopang aktivitas

pemasaran, dan sudah sejak lama berbagai bentuk periklanan meramaikan

semua jenis media. Hal itu menandakan bahwa Indonesia telah memasuki

masa persaingan dan bahwa era low profile sekarang sudah berlalu.

Iklan yang ditayangkan di Televisi atau bahkan pada media yang

lain merupakan salah satu srtategi perang urat saraf bagi produsen –

produsen untuk memasarkan produk atau jasanya. Bahkan contoh kasus

ada iklan yang saling menjatuhkan lawan produknya, dengan cara

menjatuhkan pesan psikologis iklan lawannya. Melihat begitu besarnya

dampak iklan dan kejadian – kejadian terhadap tayangan iklan, maka

benyak perusahaan – perusahaan memasukkan iklan sebagai promosi awal

dalam memasarkan produk atau jasanya. Dan iklan dianggap sebagai cara

ampuh untuk menonjolkan sutau produk atau jasa dalam persaingan.

Dari segi ekonomis periklanan yang dilakukan oleh pengusaha saat

ini merupakan kegiatan yang menghabiskan biaya yang sangat besar, akan

tetapi kegiatan periklanan yang dilakukan pada dasarnya memiliki tujuan

(18)

dilakukan oleh perusahaan pada akhirnya dibebankan juga pada konsumen

yaitu pada harga atas produk yang ditawarkan.

Kepuasan timbul dalam benak konsumen ketika mereka

membandingkan kinerja produk dan harapan mereka. Bila kinerja produk

melebihi harapan mereka maka konsumen akan puas ( Spreng dalam

Thamrin 2003 ). Sementara Fornell ( 1996 ) juga mengatakan bahwa

persepsi nilai konsumen merupakan faktor penentu kepuasan kepuasan

konsumen. Para penjual dapat meningkatkan persepsi nilai dengan

meningkatkan persepsi pembeli terhadap kualitas produk atau manfaat,

relatif terhadap harga jual.

Fenomena yang terjadi adalah nilai pelanggan dan kepuasan

pelanggan tidak berjalan sesuai harapan sehingga proses adopsi produk

tidak dapat berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari data penjualan

ATPM.

Berdasarkan data yang didapat selama dua tahun terakhir unit

penjualan sepeda motor Yamaha rata – rata selalu mengalami kenaikan

pada tiap caturwulannya. Kecuali pada caturwulan pertama tahun ini

( 2009 ), yang penjualannya jauh merosot bila dibandingkan dengan

(19)

Tahun Caturwulan

2007 563,764 650,856 620,631 1,835,251

2008 781,249 859,960 829,337 2,465,546

2009 728,635 956,454 - 1,685,178

Sumber : http ://triatmono.Wordpress.com/data-penjualan-motor-nasional-2007

http ://triatmono.Wordpress.com/data-penjualan-motor-nasional-2008 http ://triatmono.Wordpress.com/data-penjualan-motor-nasional-2009 Meskipun mengalami kenaikan unit penjualan tetapi sepeda motor

Yamaha masih menduduki peringkat kedua setelah Honda untuk penjualan

sepeda motor di Indonesia dan diikuti dengan pesaing – pesaingnya yang

lain yaitu Suzuki, dan Kawasaki seperti yang terdapat pada tabel dibawah

ini.

Tabel 1.1. Data ATPM – Agustus 2009

Honda 45.74 %

Sampai Bulan Agustus 2009, Honda dan Yamaha saling kejar

mengejar. Petarungan menuju posisi puncak untuk sementara diraih oleh

Honda dengan penjualan sebanyak 45.74% selisih sedikit dibandingkan

(20)

dengan 1.02 %. Sisa empat bulan kedepan merupakan waktu yang penting

bagi Honda dan Yamaha dalam adu strategi menuju siapa yang terbaik

untuk tahun 2009 ini ( sheilawinston.wordpress.com ).

Meski berada di peringkat kedua setelah Honda, penjualan Yamaha

di Surabaya mengalami kenaikan. Marketing Manager Yamaha Jatim,

menyatakan, penjualan Yamaha pada triwulan I mencapai 68.500 unit.

Angka tersebut naik 12 persen dibandingkan triwulan I 2008 sebesar

60.950 unit ( FajarOnline.news.com ).

Berdasarkan permasalahan diatas, jika dihubungkan dengan proses

adopsi konsumen yaitu proses mulai awal konsumen menyerap informasi

sampai memakai dan meninjau kembali apa yang telah dilakukan. Proses –

proses tersebut terdiri dari Knowledge merupakan bagian penting dari

konsumen dalam memperoleh informasi tentang keberadaan produk /

produk hasil inovasi untuk pertama kali, proses ini merupakan proses awal

dari proses adopsi. Dimana persuasion berpengaruh terhadap konsumen

mengembangkan sikap suka atau tidak suka terhadap produk / produk

inovasi, dalam keadaan ini perusahaan dalam tayangan iklan sangat berhati

– hati dalam segi kreatifitas guna menarik simpati konsumennya.sehingga

menimbulkan decision konsumen untuk mengadopsi atau menolak produk

/ produk inovasi. Proses inilah yang menjadi kunci pemahaman konsumen

(21)

permanen, yang pada akhirnya confirmation konsumen membuat tinjauan

kembali keputusan yang telah dibuat dan pada tahap ini bila konsumen

mendapatkan pengalaman atau informasi yang bertentangan atau tidak

sesuai dengan kenyataan, maka ada kemungkinanan membatalkan

keputusan adopsinya, (Roger, 2003 : 169 ).

Kualitas produk merupakan salah satu factor pembentuk nilai

pelanggan. Dalam pandangan konsumen, nilai suatu produk merupakan

kualitas produk yang dinikmati konsumen dengan pengorbanan sejumlah

uang atau sumber daya yang lain ( Oliver dalam Thamrin 2003 : 143 ).

Kualitas yang tinggi merupakn asalah satu factor penting untuk

menciptakan nilai konsumen yang tinggi ( Naumann, 1995 : 15 ).

atribut produk menurut Kotler & Amstrong ( 1996 : 167 ) adalah

keseluruhan bagian – bagian produk yang memiliki kemampuan serta

memberikan keuntungan dan dapat memuaskan kebutuhan yang terdiri

dari kualitas produk, ciri-ciri produk dan desain produk.

Dengan adanya atribut-atribut pada suatu produk maka akan

membentuk persepsi seseorang. Keputusan tentang atribut yang ada sangat

mempengaruhi reaksi konsumen terhadap suatu produk ( Kotler &

Amstrong, 1996 : 279 ).

Memberikan nilai pelanggan yang tinggi seharusnya menjadi

(22)

membeli produk atau jasa dari perusahaan yang mereka yakini

menawarkan nilai pelanggan yang tinggi.

Kepuasan timbul dalam benak konsumen ketika mereka

membandingkan kinerja produk dan harapan mereka. Jadi, bila presepsi

nilai produk tinggi, maka konsumen akan puas ( Spreng, et al dalam

Thamrin, 2003 : 142 ). Pendapat ini juga didukung oleh Howard dan Sheth

, Kottler & Levy yaitu bahwa persepsi nilai konsumen merupakan faktor

penentu kepuasan konsumen ( Anderson & Fornell dalam Thamrin, 2003 :

142 ).

Inman dan Zeelenberg ( 2002) dalam Thamrin ( 2003 : 142 )

menemukan bahwa jika pengalaman konsumen pada pembelian

sebelumnya adalah positif maka konsumen memiliki kecenderungan

untuk mengulangi pembelian dengan memilih merek yang sama pada

keputusan pembelian berikutnya.

Ehrenberg ( 1974 ) juga menyatakan bahwa pengiklanan dapat

meningkatkan kesadaran akan merek, mendorong percobaan terhadap

merek & menekankan pembelian yang berulang. Pengiklanan berinteraksi

dengan pengalaman masa lalu dalam menggunakan suatu merek untuk

mendorong kecenderungan melakukan pembelian berulang ( Deighton, et

al dalam Thamrin 2003 : 144 ). Jadi dapat disimpulkan bahwa pengiklanan

yang dilakukan secara tepat dapat menimbulkan minat beli ulang

(23)

mengambil judul “ STUDI PROSES ADOPSI KONSUMEN PASCA MASA TAYANG IKLAN PRODUK SEPEDA MOTOR YAMAHA DI SURABAYA Di Wilayah Kecamatan Rungkut.

1.2 Perumusan Masalah

Dari beberapa gambaran latar belakang, maka dapat ditarik

permasalahan sebagai berikut :

 Apakah kegunaan produk berpengaruh terhadap nilai pelanggan ?

 Apakah atribut produk berpengaruh terhadap nilai pelanggan ?

 Apakah pengaruh nilai pelanggan berpengaruh terhadap kepuasan

pelanggan ?

 Apakah pengaruh kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap minat

beli ulang

 Apakah memori konsumen terhadap iklan berpengaruh terhadap minat

beli ulang ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan pada penelitian

ini adalah :

 Untuk membuktikan kegunaan produk berpengaruh terhadap nilai

(24)

pelanggan.

 Untuk membuktikan memori konsumen terhadap iklan berpengaruh

terhadap minat beli ulang.

 Untuk membuktikan pengaruh nilai pelanggan berpengaruh terhadap

kepuasan pelanggan

 Untuk membuktikan pengaruh kepuasan pelanggan berpengaruh

terhadap minat beli ulang.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagi peneliti

Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

penulis terutama dalam bidang manajemen pemasaran serta sebagai

tambahan penetahuan secara praktis dalam dunia usaha.

2. Bagi univesitas

Dapat dijadikan referensi dan sebagai sumbangan serta bahan

pembanding untuk dasar penelitian berikutnya yang ingin membahas

(25)

Dian Irawati

ABSTRAKSI

Persaingan bisnis yang dihadapi perusahaan – perusahaan saat ini semakin ketat, sehingga menuntut manajemen perusahaan untuk lebih cermat dala menentukan strategi pemasarannya, sehingga dapat memenangkan persaingan dalam menarik konsumen dan mau membeli produk bahkan pembelian berulang. Sepeda motor Yamaha merupakan salah satu produk yang tengah melonjak dan menjadi salah satu pilihan bagi sebagian masyarakat Indonesia. Tetapi masih saja kalah dengan sepeda motor Honda.dengan demikian tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui proses adopsi konsumen yang terdiri dari kegunaan produk, atribut produk, nilai pelanggan, kepuasan pelanggan, memori konsumen terhadap iklan yang mengarah pada minat beli ulang.

Variabel penelitian adalah keguanaan produk, atribut produk, nilai pelanggan, kepuasan pelanggan, memori konsumen terhadap iklan dan minat beli ulang. Penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang dikumpulkan atau diperoleh dari responden secara langsung di tempat penelitian Wilayah Kecamatan Rungkut. Jumlah observasi dalam studi ini adalah 108 responden yang dikumpulkan melalui cara kuesioner yang disebarkan ke masyarakat Wilayah Kecamatan Rungkut dengan menggunakan Tehnik Accidental Sampling dan teknik pengukuran variabel menggunakan teknik semantic differential.. Untuk menjawab perumusan masalah, tujuan dan hipotesis. Analisis yang digunakan adalah Structural Equation Model.

Dari hasil pengolahan data disimpulkan bahwa : 1) Terdapat hubungan yang positif antara kegunaan produk dengan nilai pelanggan, 2) Terdapat hubungan yang positif antara atribut produk dengan nilai pelanggan, 3) Terdapat hubungan yang positif antara nilai pelanggan dengan kepuasan pelanggan, 4) Terdapat hubungan yang positif antara kepuasan pelanggan dengan nilai pelanggan, 5) Terdapat hubungan yang positif antara minat beli ulang dengan kepuasan pelanggan .

(26)

2.1. PENELITIAN TERDAHULU

2.1.1 Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sylvia Denada

Thamrin ( 2003 : 141 – 154 ) dengan judul “ ANALISIS

PENGEMBANGAN MINAT BELI ULANG DALAM PROSES ADOPSI

KONSUMEN PASCA MASA TAYANG IKLAN PRODUK XONCE DI

SURABAYA ”. Dimana permasalahannya dikaitkan dengan proses adopsi

konsumen yang terdiri dari knowledge, persuasion, decision,

implementation, dan confirmation. Pada tahap ketiga decision, konsumen

telah memperoleh informasi tentang keberadaan produk Xon-ce melalui

iklannya sehingga mendorong konsumen untuk mencoba membeli

produknya. Namun disayangkan karena tidak ada tindak lanjut dari para

konsumen tersebut untuk melakukan pembelian ulang.

Dan penelitian ini telah diketahui pertama kali yang tampak

masalah pada proses adopsi konsumen. Pada penelitian ini juga meneliti

tentang minat beli ulang dari konsumen, dengan menggunakan pendekatan

kegunaan produk, nilai pelanggan, kepuasan pelanggan dan memori iklan.

Cara pengolahan data yang dilakukan menggunakan SEM Confirmatory

(27)

Melalui telaah pustaka yang dilakukan serta pengujian terhadap

masing – masing hipotesis, maka diperoleh dukungan yang signifikan

bahwa kepuasan pelanggan , memori iklan, nilai pelanggan, kegunaan

produk serta atribut produk secara langsung maupun tidak langsung dapat

mempengaruhi minat beli ulang konsumen.dengan demikian variable –

variable tersebut merupakan jawaban atas masalah penelitian ini yaitu

bagaimana minat beli ulang konsumen terhadap produk Xon-ce

dikembangkan

2.1.2 Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Adi Santoso

Budiman, MM ( 2003 : 1 – 18 ) denga judul “ MINAT

MEREFERENSIKAN DALA PROSES ADOPSI KONSUMEN PASCA

MASA MASA EDUKASI PASAR FITUR GPRS IM3 SMART DI

SURABAYA ”. Dimana permasalahannya dikaitkan dengan proses adopsi

konsumen yang terdiri dari knowledge, persuasion, decision,

implementation, dan confirmation. Penelitian ini berusaha untuk

mengidentifikasikan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi persepsi

pelanggan terhadap kinerja produk pada awal edukasi pasar dan

pengaruhnya terhadap minat mereferensikan produk pacsa program

edukasi pasar, dengan menggunakan pendekatan nilai pelanggan,

kegunaan produk, kemudahan penggunaan produk, dan pengaruh

pergaulan sosial.

Kesimpulannya adalah (a) pada statistik deskriptif masing –

(28)

penggunaan produk dan pengaruh social mempunyai nilai Mean rata – rata

dalam kisaran angka 6.00 keatas. (b) Ditinjau dari analisis Indirect effect,

konstruk – kontruk kegunaan produk, kemudahan penggunaan produk dan

pengaruh sosial mempunyai efek tidak langsung yang positif terhadap

minat mereferensikan. (c) Terkait dengan kesimpulan kedua mengenai

tidak adanya pengaruh negative persepsi pelanggan terhadap kinerja

produk pada awal masa edukasi pasar terhadap minat mereferensikan

pasca program edukasi pasar, dan berkenaan dengan research gap yang

menyatakan bahwa pola adopsi konsumen akan berubah seiring dengan

pemahaman konsumen terhadap produk, maka hasil penelitian ini

mengatakan hal serupa.

2.2. LANDASAN TEORI

2.2.1 Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok penting yang

dijalankan oleh produsen dengan tujuan agar perusahaan dapat

mempertahankan kelangsungan hidup dan memperoleh laba yang optimal

serta dapat meningkatkan volume penjualan. Dalam menjalankan kegiatan

pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan adalah harus dapat

memberikan kepuasan kepada konsumen dan harus dapat menciptakan

(29)

konsumen dapat memberikan penilaian yang baik terhadap produk yang

ditawarkan dan Image perusahaan itu sendiri.

Menurut Kotler ( 2002 : 9 ) pemasaran adalah suatu proses sosial

yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara

bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran

merupakan suatu proses mempresepsikan, memahami, menstimulasi dan

memenuhi kebutuhan pasar sasaran yang dipilih secara khusus dengan

menyalurkan sumber-sumber sebuah organisasi untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan demikian, pemasaran merupakan

proses penyeleseian sumber-sumber sebuah organisasi.

Sedangkan menurut Winardi ( 1991 : 3 ), mendefinisikan

marketing sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi keputusan konsumen.

b. Mengkonseptualisasi kebutuhan tersebut dihubungkan dengan

kapasitas sebuah organisasi untuk memproduksi.

c. Mengkomunikasikan konseptualisasi tersebut kepada pusat kekuatan

yang ada pada organisasi yang bersangkutan.

d. Mengkonseptualisasikan output yang dihasilkan, sehubung dengan

kebutuhan konsumen yang telah didefikasikan sebelumnya.

(30)

Dari definisi diatas dapat diterangakan bahwa pemasaran

mencakup kegiatan perusahaan yang diawali dengan proses

mengidentikasikan kebutuhan konsumen, perencanaan produksi,

menentukan harga serta promosi yang dipakai serta penyaluran produk

tersebut.

2.2.2. Manajemen Pemasaran

Kebanyakan dari setiap orang berpendapat bahwa menajemen

pemasaran hanya menjual barang semaksimal mungkin dan meraup laba

seefisien mungkin. Pandangan seperti itu sangat sempit sekali, padahal

suatu organisasi mempunyai tingkat permintaan yang diinginkan untuk

produknya. Pada saat tertentu mungkin tidak ada permintaan, permintaan

yang cukup, permintaan yang tidak teratur, atau permintaan terlalu banyak,

oleh sebab itu manajemen pemasaran harus mencari jalan untuk mengatasi

keadaan yang berbeda-beda ini. Tidak hanya itu saja manajemen

pemasaran merupakan seni dan ilmu untuk memilih pasar sasaran serta

mendapatkan menjaga dan menambahb jumlah pelanggan melalui

penciptaan, penyerahan dan pengkomunikasian nilai pelangggan yang

(31)

2.2.3. Konsep Pemasaran

Para usahawan sudah mulai mengenal bahwa pemasaran

merupakan faktor penting untuk mencapai sukses bagi perusahaannya,

dengan menggunakan cara dan falsafah baru disebut konsep pemasaran (

Swastha, 2001 : 10 ) adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan

bahwa pemuas kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial

bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Dasar pemikiran yang terkandung didalam konsep pemasaran dapat

digolongkan menjadi 3 unsur pokok, yaitu :

a. Orientasi pada konsumen

Dalam upaya memasarkan hasil produksinya, produsen

hendaknya memperhatikan sekera konsumen, karena produk yang

dihasilkan lebih banyak berhubungan dengan konsumen sebagai

penggunanya. Bagi perusahaan yang benar-benar ingin

memperhatikan konsumen, harus memperhatikan hal - hal sebagai

berikut :

 Menentukan kebutuhan pokok ( Basic Need ) dari pembeli yang

akan dilayani dan dipenuhi.

 Menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran

penjualan.

(32)

 Melakukan penelitian pada konsumen untuk mengukur menilai dan

memanfaatkan keinginan, sikap serta perilaku mereka.

 Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah

menitikberatkan pada mutu tinggi, harga yang murah atau model

yang menarik.

Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa produsen harus

mempelajari situasi pasar terlebih dahulu, seperti barang apa yang

dibutuhkan konsumen dan bagaimana ciri- cirinya dalam upaya

menempatkan produk yang dihasilkan ditengah konsumen yang

membutuhkan.

b. Penyusunan kegiatan pemasaran secara integral

Penyusunan kegiatan promosi berarti setiap orang dari setiap

bagian dalam pemasaran turut berkecimbung dalam usaha yang

terkoodinir untuk memberikan kepuasan kepada konsumen, sehingga

tujuan perusahaan dapat terealisasiakan.

c. Kepuasan konsumen

Konsumen yang merasa puas terhadap produk yang dihasilkan

perusahaan akan melakukan pembelian ulang terhadap produk tersebut

dan ini merupakan jaminan bagi perusahaan untuk mendapatkan laba

yang lebih besar.

Jadi yang penting dalam konsep pemasaran adalah kepuasan dari

konsumen itu sendiri, dimana perusahaan harus dapat membaca dan

(33)

dan jasa sesuai denagn yang diharapkan. Sebab orientasi pemasaran

adalah pada konsumen atau dengan kata lain konsumen adalah segala-

galanya bagi perusahaan dalam mencapai laba.

2.2.4. Bauran Pemasaran

Menurut Adrian Payne ( 1993 : 28 ) bauran pemasaran merupakan

satu dari sekian konseppaling universal yang telah dikembangkan dalam

pemasaran, sebagian besar pembahasan mengenai pemasaran memusatkan

perhatian sekitar empat komponen kunci bauran pemasaran yang disebut

4P, komponen ini meliputi :

 Product

Produk merupakan kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan

perusahaan kepada konsumen yang meliputi ciri dan wujud produk,

kemasan merk, dan kebijaksanaan pelayanan. Yang mana produk

tersebut harus ditawarkan pada orang yang tepat.

 Price

adalah harga yang dibayar dan cara- cara atau syarat-syarat yang

berhubungan dengan penjualan. Sedangkan definisi harga menurut

Stanton ( 1985 : 308 ) harga adalah jumlah uang ( ditambah beberapa

produk kalau mungkin ) yang dibutuhkan memperoleh beberapa

(34)

 Promotion

Adalah program komunikasi yang berhubungan dengan

pemasaran produk atau jasa. Menurut Kottler dan Amstrong ( 2002 :

49 ) promosi adalah aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan

produk dan jasa yang kemudian membujuk pelanggan atau konsumen

sasaran untuk membeli ataupun mengkonsumsi produk atau jasa

tersebut.

 Place

Adalah fungsi distribusi dan logistik yang dilibatkan dalam

rangka menyediakan produk dan jasa sebuah perusahaan. Sedangkan

menurut Kotler ( 2002 : 18 ) bauran pemasaran adalah seperangkat

alat pemasaran yang digunakan terus menerus mencapai tujuan

pemasarannya dipasar sasaran. Sedangkan menurut Robert Lauterborn

dalam Kotler ( 2002 : 18 ) mengatakan bahwa, 4P berhubungan

dengan 4C, yaitu :

1. Customer solution product.

2. Customer cost price.

3. Convinience place.

4. Communication promotion.

Dan yang menjadi pemenangnya adalah perusahaan yang dapat

memenuhi kebutuhan pelanggan secara ekonomis dan secara

(35)

karena itu suatu perusahaan membutuhkan suatu manajemen

pemasaran guna kelangsungan hidup perusahaannya.

2.2.5. Pengertian Produk

Definisi produk menurut Stanton ( 1995 : 179 ) adalah suatu sifat

kompleks baik dapat diraba termasuk bungkus, harga prestige, perusahaan

dan pengecer, pelayanan perusahaan dan pengecer yang diterima oleh

pembeli untuk memuaskan keinginan dan kebutuhannya.

Didalamnya produk tercakup produk inti, wujud produk dan

produk tambahan. Produk inti adalah mencakup mutu, ciri-ciri khas, corak,

merek dan kemasan. Produk tambahan antara lain barupa pengiriman,

jaminan dan pelayanan purna jual. Selain itu ada beberapa variabel yang

perlu di ketahui dan diperhatikan yaitu :

A. Atribut produk

Mencakup mutu, ciri-ciri dan model atau corak produk.

Semua atribut tersebut berbentuk dalam proses realisasi konsep

produk dan prototype produk serta hendaknya dapat membedakan

produk perusahaan dengan produk perusahaan lain.

B. Merek

Dapat berupa suatu nama, istilah, tanda, lambang, atau dengan design

(36)

barang atau jasa dari penjualan dan membedakannya dari produk

perusahaan perlu memperhatikan beberapa kriteria sebagai berikut :

1. Merek harus dapat menggambarkan sesuatu mengenai manfaat

produk.

2. Merek harus dapat menggambarkan kualitas, kegiatan, warna, rasa,

dan sebagainya.

3. Merek harus mudah dikenali, diucapkan dan diingat.

4. Merek harus khas

5. Kemasan.

Kemasan tidak hanya berfungsi sebagai pembungkus tetapi lebih

luas dari itu. Setiap perusahaan hndaknya dapat mengembangkan

kemasan yang menarik, karena ini akan menciptakan kesan

tersendiri bagi konsumen. Kemasan sering dihubungkan dengan

kebijakan lebel dan merek, karena lebel sering dicantumkan pada

kemasan dan merek adalah semacam lebel, yaitu :

1) Mengidentifikasi produk dan merek

2) Memberi beberapa informasi tentang produk, seperti siapa

produsennya, isi produk, cara pemakaian.

3) Sebagai alat promosi.

2.2.6. Pengertian promosi

Salah satu kegiatan pemasaran yang dapat menunjang pemasaran

(37)

perusahaan dan konsumen mereka. Ada beberapa ahli yang

mengemukakan teori promosi :

Menurut Swastha dan Irawan ( 1983 : 349 ) promosi adalah arus

informasi atau persuasi satu arah yang dibuat mengarahkan seseorang atau

organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran

atau yang ditujukan untuk mendorong permintaan.

Menurut John ( 1990 : 550 ) adalah “promotional strategis are

conerned with the planning, implementation, and control, persuasive

communication with customer. Theses strategies may be designed around

advertising, personal selling, sales promotion or any combination of these

”. John mengemukakan bahwa strategi promosi berkaitan dengan

perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atas komunikasi persuasif

dengan pelanggan.

2.2.6.1. Unsur – unsur bauran promosi

Unsur – unsur bauran promosi ada 4 yaitu :

1. Advertising ( periklanan )

Merupakan kombinasi non individual, dengan sejumlah biaya,

melalui berbagai media yang dilakukan perusahaan, lembaga

non laba, serta individu – individu.

2. Personal selling ( penjualan perorangan )

Merupakan interaksi antar individu, saling ketemu yang

(38)

mempertahankan hubungan pertukaran yang saling

menguntungkan.

3. Publicity ( hubungan masyarakat )

Yaitu sejumlah informasi tentang seseorang, barang atau

organisasi yang disebar luaskan ke masyarakat melalui media

tanpa penagawasan dari sponsor.

4. Sales promotion ( promosi penjualan )

Merupakan kegiatan – kegiatan pemasaran selain personal

selling, periklanan, dan publisitas yang mendorong efektifitas

pembelian konsumen dan pedagang dengan menggunakan alat

– alat seperti pameran, demonstrasi dan sebagainya.

2.2.7. Perilaku konsumen

Kebutuhan dan keinginan konsumen selalu menjadi perhatian yang

utama bagi perusahaan dengan cara selalu melihat perilaku dari konsumen

tersebut. Oleh sebab itu perusahaan dituntut untuk selalu menyesuaikan

pengenalan produknya terhadap konsumen dengan mengadakan

penyempurnaan dan perbaikan terhadap produknya serta menyesuaikan

kembali kebutuhan mereka baik untuk saat ini maupun kebutuhan di waktu

yang akan datang.

Menurut Swastha dan Handoko ( 1999 : 10 ), perilaku konsumen

adalah kegiatan – kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam

(39)

didalam pengambilan keputusan pada persiapan penentuan kegiatan –

kegiatan tersebut.

Sedangkan menurut Engel dan Miniard ( 1994 : 3 ) adalah

“perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung tterlilbat dalam

mendapatkan, mengkonsumsi dan menghasilkan produk dan jasa

termasuk proses kebutuhan yang mendahului dan menyusul tindakan ”.

Definisi ini lain menurut Swastha ( 1994 : 3 ) perilaku konsumen

didefinisikan sebagai kegiatan – kegiatan individu yang secara langsung

terlibat di dalam mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa,

termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan

penentuan kegiatan tersebut. Berdasarkan pengertian ini terdapat 2 elemen

penting yaitu :

1. Proses pengambilan keputusan

2. Kegiatan fisik yang melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan

dan mempergunakan barang dan jasa.

Dan menurut Kotler dan Amstrong ( 2001 : 195 ), menjelaskan

perilaku pembelian konsumen ( consumer buying behavior ) merujuk

pada perilaku pembeli konsumen akhir individu atau rumah tangga yang

membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi.

Perilaku konsumen atau membeli berkaitan dengan proses

pemilihan merek yang akan di beli, yang terdapat dalam proses pembelian.

Proses pembelian ini perlu di pelajari untuk pengetahuan dan pengalaman

(40)

pokoknya, aneka macam faktor masa lampau dan masa sekarang

mempengaruhi para konsumen. Dan keputusan-keputusan masa

mendatang akan dipengaruhi oleh perilaku pada saat sekarang.

2.2.8. Faktor – faktor yang mempengaruhi dalam perilaku pembelian

Kotler dan Amstrong menjelaskan faktor utama yang

mempengaruhi perilaku konsumen antara lain :

1) Faktor kebudayaan

Adalah faktor yang mempengaruhi yang paling luas dalam pada

perilaku konsumen. Kita akan melihat peranan yang dimainkan oleh

kebudayaan, sub budaya dan kelas sosial.

a. Kebudayaan

Merupakan kumpulan nilai – nilai dasar, persepsi, keinginan dan

tingkah laku yang di pelajari oleh seorang anggota masyarakat dari

keluarga dan lembaga penting lainnya.

b. Sub budaya

Merupakan sekelompok orang yang mempunyai sistem nilai sama

berdasarkan pada pengalaman hidup dan situasi

c. Kelas sosial

Merupakan divisi masyarakat yang relatif permanen dan teratur

dengan para anggotanya menganut nilai – nilai, minat dan tingkah

(41)

2) Faktor sosial

Terbagi atas beberapa bagian yaitu :

a. Kelompok

adalah dua orang atau lebih yang beraksi untuk mencapai sasaran

individu atau bersama.

b. Keluarga

Keputusan pembelian keluarga tergantung pada produk dan situasi,

anggota keluarga individual menggunakan jumlah yang berbeda. c. Peran dan status

Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan

yang diperoleh dari masyarakat. Orang sering kali membeli produk

yang menunjukkan status dalam masyarakat.

3) Faktor pribadi

Keputusan pembelian dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti

umur dan daur hidup, serta kepribadian diri pembeli.

a. Umur dan tahap daur hidup

Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa

hidupnya, selera akan makan, pakaian, perabotan dan rekreasi

sering kali berhubungan dengan umur. Membeli juga dibentuk oleh

tahap daur hidup, tahap – tahap yang mungkin dilalui oleh

keluarga sesuai denga kedewasaannya.

(42)

Pola konsumsi seseorang yang dipengaruhi oleh pekerjaan,

umumnya semakin posisi pekerjaan tingkat konsumsi ikut berubah.

c. Situasi ekonomi

Situasi ekonomi seseorang terdiri dari pendapatan yang dapat

dibelanjakan, tabungan, dan hartanya, kemempuan untuk

meminjam dan sikap terhadap gaya menabung.

d. Gaya hidup

Pola kehidupan seseorang yang di wujudkan dalam aktivitas,

interes dan opininya.

e. Kepribadian dan konsep diri

Karakteristik psikologi unik dari seseorang yang menyebabkan

respon yang relatif konsisiten dan bertahan lama terhadap

lingkunga dirinya sendiri.

4) Faktor biologis

Yang termasuk faktor biologis adalah :

a. Motivasi

Kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang

mencari cara untuk memuaskan kebutuhan tadi.

b. Persepsi

Proses yang dilalui orang dalam memilih, menorganisasikan dan

menginterpretasikan informasi guna membentuk gambaran yang

berarti dunia.

(43)

Perubahan tingkah laku individual yang muncul dari pengalaman.

d. Kepercayaan dan sikap

Pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang yang mengenai

sesuatu, sedangkan sikap adalah evaluasi, perasaan dan

kecenderungan dari seseorang terhadap suatu objek atau ide yang

relatif konsisten.

2.2.9 Proses pengambilan keputusan dalam pembelian

Perilaku konsumen akan mementukan proses pengambilan

keputusan dalam pembelian mereka. Keputusan seharusnya dianggap

sebagai suatu cara dan bukannya suatu tujuan. Karena keputusan

merupakan mekanisme keorganisasian.

Menurut Winardi ( 1990 : 558 ) pengambilan keputusan adalah

proses memilih rangkaian atau tindakan diantara dua macam alternatif

yang ada guna mencapai pemecahan atas problema – problema tertentu.

Assael ( 1998 : 84 ) menyebutkan pengambilan keputusan konsumen

berdasarkan dua dimensi yaitu :

1. Keluasan pengambilan keputusan

2. Kedalam keterlibatan konsumen dalam pembelian

Dimensi yang pertama yang menunjukan kontinum dari pengambilan

keputusan sampai kebiasaan. Keputusan dibuat berdasarkan proses

pertimbangan terhadap pencarian informasi dan evaluasi atas alternatif –

(44)

melibatkan sedikit informasi sama sekali. Hal ini terjadi apabila konsumen

merasa tidak puas dengan merek tertentu dan memnelinya terus menerus.

Kombinasi dari dua dimensi tersebut menghasilkan empat type

pengambilan keputusan ayng dinyatakan oleh Assael ( 1984 : 103 ) antara

lain :

a. Complex decision marking

Timbul bila keterlibatan konsumen yang tinggi dan pengambilan

keputusan yang komplek. Pada type ini konsumen akan aktif mencari

informasi untuk mengevaluasi dan mempertimbangkan alternatif

merek.

b. Brand loyalty

Konsumen aakn belajar dari pengalaman sebelumnya dan membeli

merek yang paling memuaskan. Pada type ini konsumen mempunyai

kesetiaan yang tinngi akan merek produk.

c. Variaty seeking

Keterlibatan konsumen rendah namun terdapat proses untuk mengatasi

kebosanan terhadap suatu merek sangat kurang.

d. Inertia

Konsumen membeli merek yang sama bukan karena kesetiaan mereka

terhadap produk tersebut, namun karena tidak ingin menghabiskan

(45)

Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong ( 1997 : 162 ), ada

beberapa tahap dalam proses pengambilan keputusan untuk membeli yang

meliputi :

1. Pengenalan kebutuhan

Tahap pertama proses keputusan pembelian yaitu ketika konsumen

mengenali adanya masalah kebutuhan.

2. Pencarian informasi

Tahap kedua dari proses keputusan pembeli yang merangsang

konsumen untuk mencari informasi yang lebih banyak, konsumen

mungkin hanya meningkatkan perhatian atau mungkin aktif mencari

informasi.

3. Evaluasi alternatif

Tahap yang terakhir yaitu ketika konsumen menggunakan informasi

untuk evaluasi merek alternatif dalam perangkat pilihan.

Lain halnya menurut Swastha ( 2000 : 120 ) proses keputusan

konsumen untuk membeli dalam mengambil keputusan merupakan suatu

pendekatan penyeleseian masalah pada kegiatan manusia untuk membeli

suatu barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan. Proses

pengambilan keputusan yang dilakukan konsumen untuk membeli suatu

produk, sama untuk setiap orang hanya seluruh proses tersebut tidak selalu

(46)

Tahap dalam proses pengambilan keputusan oleh konsumen untuk

membeli suatu produk sebagai berikut :

1. Menganalisa atau pengenalan kebutuhan dan keinginan

Analisa untuk mengetahui adanya kebutuhan dan keinginan yang

belum dapat terpenuhi atau terpuaskan. Jika kebutuhan tersebut

diketahui, maka konsumen akan segera memahami adanya kebutuhan

yang belum terpenuhi atau yang masih ditunda pemenuhannya serta

kebutuhan yang harus segera dipenuhi. Sebagai contoh sebelum

seseorang memutuskan untuk membeli kipas angin tersebut lebih

penting dari pada kebutuhan lain yang harus di penuhi.

2. Pencarian informasi dan penelitian sumber – sumber

Tahap ini sangat berkaitan dengan pencarian informasi tentang

sumber – sumber dan menilainya, untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginan yang dirasakan. Pencarian informasi bersifat aktif dan dapat

berupa kunjungan ke beberapa toko elektronik yang ada untuk mencari

dan membuat perbandingan harga dan kualitas. Sedangkan pencarian

informasi secara pasif saat dilakukan hanya dengan membaca suatu

pengiklanan durat kabar atau majalah tanpa mempunyai tujuan khusus

dalam pemikirannya tentang gambaran produk yang diinginkan

3. Penilaian dan seleksi terhadap alternatif pembelian

Pada tahap ini konsumen akan menetapkan tujuan pembelian dan

menilai serta mengadakan seleksi terhadap alternatif pembelian

(47)

kepada suatu alternatif yang harus dipilihnya berdasarkan tujuan

pembelian.

4. Keputusan untuk membeli

Adalah proses dalam pembelian yang nyata. Jadi selain

konsumen harus mengambil keputusan apakah membeli atau tidak.

5. Perilaku setelah pembelian

Tahap bersifat operatif selain penting bagi konsumen juga

merupakn hal yang penting bagi perusahaan sebab perilaku

perusahaan dapat mempengaruhi ucapan konsumen kepada pihaklain

tentang produk perusahaan atau memberikan gambaran yang buruk

mengenai produk tersebut. Untuk memperhatikan hal tersebut

hendaknya perusahaan dapat bertindak dengan menekan pada segi –

segi tertentu atau pelayanan tertentu dari produknya.

2.2.10 Pengertian motif

Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong

keinginan individu untuk melakukan kegiatan – kegiatan tertentu guna

mencapai tujuan ( Swastha, 1987 : 11-14 ). Secara definitif dapat

dikatakan bahwa motif adalah suatu dorongan kebutuhan dan keinginan

individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan. Motif

merupakan sesuatu yang dapat kita saksikan, sehingga kita dapat

mengetahui bahwa sebenarnya perilaku konsumen dimulai dengan adanya

(48)

Menurut Swastha ( 1987 : 77-80 ) motif seseorang konsumen

dalam melakukan pembelian dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Motif berdasarkan pengaruh proses pembelian

a. Motif pembelian primer ( primary buying motive )

Adalah motif yang menimbulkan perilaku pembelian

terhadap kategori – kategori umum ( biasa ) pada suatu produk.

Misalnya membeli kipas angin motifnya adalah untuk memperoleh

kesejukan.

b. Motif pembelian selektif ( selective buying motive )

Adalah motif yang mempengaruhi keputusan tentang model

dan merek dari kelas – kelas produk atau macam penjualan yang

dipilih untuk suatu pembelian. Misalkan : membeli kipas angin

adalah motif ekonomis

2. Motif menurut faktor – faktor yang menyebabkan orang melakukan

sesuatu pembelian

a. Motif rasional

Adalah motif yang berdasarkan pada kenyataan – kenyataan seperti

yang ditunjukkan oleh suatu produk kepada konsumen. Misalkan :

membeli kipas angin motifnya adalah hemat listrik dari pada AC.

b. Motif emosional

Adalah pembelian yang berkaitan dengan perasaan atau individu.

Motif ini bersifat subjektif, seperti pada pembelian kosmetika,

(49)

2.2.11 Pengertian sikap

Banyak definisi tentang sikap tetapi tidak ada suatu definisi sikap

yang diakuin secara tepat oleh para ahli psikologi. Sikap secara rinci

sangat sulit didefinisikan karena begitu luas dan dalamnya pengertian

sikap itu sendiri. Sikap adalah kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu

objek dengan cara tertentu. Kesiapan dalam definisi ini sebagai

kecenderungan potensial untuk bereaksi. Apabila individu diharapkan

pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon ( Alport dikutip

oleh Anzwar, 1997 : 83 )

Sikap juga merupakan suatu keadaan jiwa ( mental ) dan keadaan

pikiran atau neutral yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan suatu

objek yang di organisir serta mempengaruhi secara dinamis pada perilaku.

Komponen sikap terhadap objek menurut Schiffman dan Kanuk ( 1994 :

242 ) adalah sebagai berikut :

a) Cognitif componen are knowledge and perseption that are acquired by

a combination of direct experience with the attitude and related

information form various source.

b) Affective componen : a consumer emotion or feeling about particular

product or brand.

c) Connative component : it is concerned with likehood or tendercy that

an individual will undertake a specific action or behave in particular

(50)

Sikap sebagai evaluasi kognitif, perasaan emotional dan

kecenderungan tindakan seseorang yang menguntungkan atau tidak

mnguntungkan terhadap suatu benda atau sebuah gagasan. Sikap menuntut

individu tidak harus menginterpretasikan dan memberikan reaksi terhadap

segala sesuatu itu dengan sikap yang ada daripada mencoba merubah sikap

itu. Keputusan membeli seseorang merupakan hasil suatu hubungan yang

saling mempengaruhi dan rumit antara faktor – faktor budaya, sosial,

pribadi dan psikologis. Banyak dari faktor ini tidak dapat dipengaruhi oleh

produsen, namun faktor – faktor ini sangat berguna untuk

mengidentifikasikan konsumen – konsumen yang mungkin memiliki minat

terbesar terhadap suatu produk, harga distribusi dan promosi untuk

mendapatkan respon yang menarik.

Karakteristik dari meliputi arah, intesitas, keluasan, konsisten dan

spontanitas. Suatu sikap mendukung terhadap menunjukkan apakah

seseorang mempunyai sikap yang terarah negative terhadap obyek yang

bersangkutan.

Intesitas atau kekuatan sikap pada setiap orang belum tentu sama.

Dua orang yang mempunyai sikap positif terhadap sesuatu, mungkin tidak

sama intensitasnya dalam arti yang satu bersiakp positif akan tetapi yang

lainnya bersikap lebih dari yang pertama. Dengan demikian yang negatif

mempunyai intensitas yang berbeda – beda.

Karakteristik kaluasan sikap menunjukkan luas tidaknya cakupan

(51)

mempunyai sikap favorable terhadap obyek sikap. Konsisten sikap

ditunjukkan oleh kesesuaian antara penyataan sikap yang dikemukakan

oleh subjek dengan respon yang terdapat objek sikap. Konsisten sikap juga

ditunjukkan oleh tidak adanya kebimbangan sikap.

Karakteristik sikap spontanitas adalah sejauh man kesiapan subjek

untuk menyatakan sikap secara spontan. Salah satu aspek yang paling

penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah pengungkapan

atau pengukuran sikap itu sendiri. Sikap merupakan respon evaluasi yang

dapat berupa respon positif atau negatif. Hal ini berarti adanya preferensi

rasa suka atau tidak suka terhadap suatu objek.

2.2.12 Teori Difusi Inovasi ( Penyebaran Inovasi)

Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana

suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran

tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.

Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as

the process by which an innovation is communicated through certain

channels over time among the members of a social system.” Lebih jauh

dijelaskan bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat

khusus berkaitan dengan penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan

baru, atau dalam istilah Rogers (1961) difusi menyangkut “which is the

spread of a new idea from its source of invention or creation to its ultimate

(52)

Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi

terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:

(1) Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh

seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif

menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap

baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’

dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.

(2) Saluran komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi

dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber

paling tidak perlu memperhatikan

(a) tujuan diadakannya komunikasi dan

(b) karakteristik penerima.

Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi

kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi

yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika

komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima

secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran

interpersonal.

(3) Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang

mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan

pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi

waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam

(53)

(b) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat

dalammenerima inovasi, dan

(c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.

(4) Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan

terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka

mencapai tujuan bersama

Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi

dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan

inovasi. Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang

berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari

proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh

terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup

(1) atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion),

(2) jenis keputusan inovasi (type of innovation decisions),

(3) saluran komunikasi (communication channels),

(4) kondisi sistem sosial (nature of social system), dan

(5) peran agen perubah (change agents).

(54)

Proses Adopsi Konsumen

Adopsi merupakan penyerapan informasi, merasakan,

mempertimbangkan akan produk dalam penggunaan produk tersebut.

Dalam adopsi juga mempunyai beberapa tahap yang dilakukan oleh para

konsumen ( Roger, 2003 : 169 ):

1. Tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu

(atau unit pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami

eksistensi dan keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi

2. Tahap Persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit

pengambil keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik

3. Tahap Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau

unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah

pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi.

4. Tahapan Implementasi (Implementation), ketika sorang individu atau

unit pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.

5. Tahapan Konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit

pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan

(55)

2.2.13 Kegunaan produk

Dalam proses adopsi konsumen, setelah konsumen mengetahui

tentang keberadaan produk baru, maka secara rasional konsumen akan

melihat kegunaan produk itu bagi dirinya. Apabila konsumen merasa

produk tersebut dapat memberikan manfaat sesuai dengan apa yang

diharapkannya, maka konsumen akan merasa bahwa produk tersebut

memiliki nilai yang tinggi bagi dirinya. Konsumen akan melakukan

perbandinngan kinerja menurut presepsi mereka dengan harapan mereka.

Apabila konsumen menilai bahwa suatu produk dapat memenuhi atau

melebihi keinginan dan harapannya, maka akan menimbulkan kepuasan

dalam benak konsumen.

Oliver dalam Thamrin ( 2003 : 143 ) mengatakan bahwa kegunaan

produk atau jasa merujuk pada kemampuan produk atau jasa tersebut

untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Manfaat suatu produk dapat dibagi menjadi tiga macam

( Keller dalam Thamrin 2003 : 143 ):

1. Experiental benefits, adalah manfaat yang dirasakan ketika

menggunakan produk tersebut ( berhubungan dengan produk related

attributes )

2. Functional benefits, adalah manfaat yang lebih intrinsik dirasakan,

contohnya produk mobil yang bermesin diesel hemat biaya bahan

(56)

3. Symbolic benefits, adalah manfaat yang berhubungan dengan

kebutuhan yang mendasari untuk memasyarakat dan menunjukkan

aktualisasi diri ( berhubungan dengan non-product related attributes )

Kualitas produk merupakan salah satu faktor pembentukan nilai

pelanggan. Dalam pandangan konsumen nilai suatu produk merupakan

kualitas suatu produk yang dinikmati konsumen dengan pengorbanan

sejumlah uang atau sumber daya yang lain ( Oliver dalam Thamrin, 2003 :

143 ). Kualitas yang tinggi merupakan salah satu faktor penting untuk

menciptakan nilai konsumen yang tinggi ( Naumann, 1995 : 15, 31 ).

Produk dikatakan memiliki nilai yang tinggi, jika sesuai dengan

kebutuhan, keinginan dan permintaan dari pelanggan (A. Usmara dalam

Adi, 2008 : 33 ). Oleh karena itu kualitas produk merupakan salah satu

faktor penentu nilai pelanggan, maka tingginya kegunaan produk akan

mengakibatkan nilai pelanggan yang tinggi pula.

2.2.14 Atribut produk

Pengertian atribut produk menurut Kotler & Amstrong

( 1996 : 167 ) adalah keseluruhan bagian – bagian produk yang memiliki

kemampuan serta memberikan keuntungan dan dapat memuaskan

kebutuhan yang terdiri dari kualitas produk, ciri-ciri produk dan desain

produk.

 Kualitas produk ( product quality ), adalah kemampuan suatu produk

(57)

ketepatan dan kemudahan dalam penggunaan ( Kotler & Amstrong,

1996 : 279 )

 Ciri-ciri produk ( product feature), adalah sebuah alat bersaing yang

membedakan produk badan usaha dengan produk pesaing ( Kotler &

Amstrong, 1996 : 281 ). Keegan ( 1995 : 371 ) juga menmbahkan

Setiap perusahaan senantiasa akan menghasilkan produk yang berbeda

dengan produk yang dihasilkan oleh produsen lain. Atau intinya

mempunyai keunikan tersendiri.

 Desain produk ( product design ), adalah fungsi dan corak produk yang

merupakan proses desain yang dikembangkan menjadi sebuah produk

yang menarik, murah, aman, dan tidak mahal untuk digunakan dan

pelayanan ( Kotler & Amstrong, 1996 : 282 )

Dengan adanya atribut-atribut pada suatu produk maka akan

membentuk persepsi seseorang. Keputusan tentang atribut yang ada sangat

mempengaruhi reaksi konsumen terhadap suatu produk ( Kotler &

Amstrong, 1996 : 279 ).

Keunggulan bersaing dapat ditimbulkan melalui atribut produk

atau perbedaan ciri khas suatu produk. Konsumen akan lebih puas

terhadap produk yang memiliki atribut atau ciri khas tertentu yang

dianggapnya lebih bernilai. Dua produk yang memiliki fungsi yang sama

(58)

Indikator - indikator atribut produk menurut Boyd & Walker ( dalam Adi,

2008 : 36 ) :

1. Feature

2. Brand name

2.2.15 Nilai pelanggan

Nilai pelanggan menguraikan hubungan antara produk dan

pelanggan yaitu pemahaman pelanggan mengenai apa yang mereka

inginkan dengan produk atau jasa yang ditawarkan dalam memenuhi

kebutuhannya, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkannya. Nilai

pelanggan ditekankan pada penilaian oleh pelanggan, sehingga dapat

terjadi perusahaan mengembangkan kualitas produk sebaik – baiknya.

Produk dikatakan memilki nilai tinggi, jika sesuai dengan kebutuhan,

keinginan dan permintaan dari pelanggan ( A. Usmara dalam Adi, 2008 :

35 ).

Nilai pelanggan merupakan rasio dari manfaat yang didapatkan

dari pengorbanan yang dikeluarkan oleh konsumen meliputi transaction

cost, live cyle cost dan resiko yang akan ditanggung untuk mendapatkan

produk ( Naumann, 1995 : 102 ).

Memberikan nilai pelanggan yang tinggi seharusnya menjadi

tujuan utama dari semua bisnis karena pelanggan membuat keputusan

(59)

membeli produk atau jasa dari perusahaan yang mereka yakini

menawarkan nilai pelanggan yang tinggi.

Indikator – indikator nilai pelanggan ( Budiman dalam Adi, 2008 :

36 ) antara lain :

 Kualitas produk

Nilai mengacu pada kualitas produk yang dapat dinikmati konsumen

pada suatu tingkat harga tertentu. Oleh karena itu manfaat dan

pengorbanan ditentukan oleh konsumen maka dapat dikatakan bahwa

konsumen pula yang menentukan nilai suatu produk.

 Kualitas layanan servise

Konsumen menganggap bahwa kualitas produk utama dan layanan

penunjang merupakan satu kesatuan yang utuh. Kualitas yang baik dari

suatu produk harus dengan kualitas layanan penunjang yang baik pula

untuk menciptakan nilai pelanggan yang tinggi.

 Pengorbanan konsumen untuk mendapatkan produk

Nilai bagi konsumen bisa berarti harga yang murah, sesuatu yang

diinginkan oelh konsumen pada produk, kualitas yang didapat dengan

sejumlah harga tertentu atau bisa juga diartikan sebagai sesuatu yang

didapatkan untuk sesuatu yang diberiakan.dengan demikian dapat

dikatakan bahwa nilai pelanggan adalah penilaian menyeluruh atas

(60)

apa yang dikorbankan untuk mendapatkan produk itu ( Zeithalm dalam

Thamrin 2003 : 143 ).

Kepuasan timbul dalam benak konsumen ketika mereka

membandingkan kinerja produk dan harapan mereka. Jadi, bila presepsi

nilai produk tinggi, maka konsumen akan puas ( Spreng, et al ). Pendapat

ini juga didukung oleh Howard dan Sheth ( 1969 ), Kottler & Levy ( 1969)

yaitu bahwa persepsi nilai konsumen merupakan faktor penentu kepuasan

konsumen ( Anderson & Fornell dalam Thamrin, 2003 : 143 ).

Para penjual dapat meningkatkan persepsi nilai dengan

meningkatkan persepsi pembeli terhadap kualitas produk atau manfaat,

relatif terhadap harga jual.

2.2.16 Kepuasan pelanggan

Kepuasan pelanggan merupakan keseluhan sikap pelanggan setelah

memperoleh dan menggunakan barang atau jasa ( Mowen & Minor, 1998 :

419 ). Pernyataan tersebut juga didukung oleh Spreng, Mackenzie dan

Olshavsky dalam Thamrin ( 2003 : 143 ) Perasaan puas timbul saat

konsumen membandingkan presepsi mereka tentang performance suatu

produk terhadap pengharapan mereka akan produk tersebut. Jika

performance produk jauh dibawah harapan pelanggan, maka akan

menimbulkan ketidakpuasan. Tetapi jika sebaliknya maka akan

(61)

Kepuasaan total dari pelanggan juga ditentukan oleh kepuasan terhadap :

1. atribut produk, dalam hal ini konsumen merasa puas dalam pemakaian

produk tertentu. Mempunyai nilai kepuasan tersendiri.

2. kepuasan terhadap informasi yang diperoleh, dalam hal ini berupa

informasi yang ditampilkan pada iklan produk

3. presepsi terhadap kinerja produk, ini merupakan fungsi dasar produk

yang digunakan oleh produk berupa kegunaan produk terhadap

konsumen ( Spreng, Mackenzie dan Olshavsky dalam Thamrin, 2003 :

143 ).

Kepuasan pelanggan merupakan sumber pembelian ulang ( repeat

order ) serta loyalitas pelanggan. Pelanggan akan puas jika kinerja suatu

layanan melebihi atau sama dengan ekspetasi mereka. Tingkat kepuasan

pelanggan dikelola efektif jika kita memahami dengan tepat kebutuhan dan

harapan pelanggan terhadap nilai ( value ) yang mereka beli saat ini dan

masa depan.

Hubungan pengaruh kepuasan dengan minat beli ulang yang

dinyatakan oleh Loudon dan Bittha ( 1993 : 581 ), sebagai berikut “ the

result of satisfaction to customr from purchase product or servise is more

– favorable past purchase attitudes, higher purchase intention and brand

loyalty are likely to be exhibited”.

Jadi pelanggan yang merasa puas terhadap suatu merek produk tertentu

Gambar

Tabel 1 : Penjualan sepeda motor Yamaha ( dalam unit )
Gambar 3.1.
Tabel 3.1.
Tabel 4.1.Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mohammad Muslikh, M.Si Konferensi Nasional Matematika XVI, UNPAD, Bandung 2012 √ 51 Estimasi energi untuk persamaan gelombang nonlinear Ratno Bagus Edy Wibowo,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga kategori kesalahan yang dilakukan oleh para peserta adalah kesalahan morfologi (bound morpheme, noun, verb, adjective, false

Pada penelitian ini, dilakukan penambahan konsentrasi stater bakteri asam laktat, waktu ferentasi dan penambahan dark coklat untuk menentukan pengaruhnya terhadap kualitas

Dari uraian tentang latar belakang penelitian dari fokus penelitian yang telah diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

objek jual beli tersebut dipesan sesuai dengan kemauan para pembeli dan akan diterima dikeudian hari sebagaimana kesepakatan yang dibuat oleh pembeli (pemesan) dan penjual. Barang

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.” (al-Qashash: 56) Orang

Keempat unit utama Jarlitbangdikbud saling bersinergi dalam merumuskan isu-isu strategis yang merupakan gabungan dari prioritas kebijakan nasional ( topdown ) serta

BAB I yang berisi Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat