• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa sekarang pertumbuhan perekonomian mengalir dalam era ilmu pengetahuan dan ide yang menjadi motor dalam perkembangan ekonomi. Era tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang perkembangannya di Indonesia disikapi dengan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan berbasis kreatifitas.

Ekonomi kreatif merupakan bentuk perekonomian yang lahir dari inteligen kreatif antara lain: seniman, artis, pendidik, mahasiswa, insinyur, dan penulis. Mereka seringkali mempunyai kemampuan berpikir menyebar dan mendapatkan pola yang menghasilkan gagasan baru. Gagasan dan perkembangan perekonomian ini menjadikan ekonomi kreatif sebagai sistem transaksi penawaran dan permintaan yang bersumber pada kegiatan ekonomi dari industri kreatif.

Industri kreatif sendiri merupakan kelompok industri yang terdiri atas berbagai jenis industri yang masing-masing memiliki keterkaitan dalam proses pengeksploitasian ide atau kekayaan intelektual menjadi nilai ekonomi tinggi yang dapat menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan. Kementerian Perdagangan Indonesia menyatakan bahwa industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.

Perkembangan industri kreatif di Indonesia bersumber dari kegiatan ekonomi kreatif yang terdiri atas 15 bidang yaitu: (1) jasa periklanan,

(2)

2 (2) arsitektur, (3) pasar seni dan barang antik, (4) kerajinan, (5) desain, (6) fesyen, (7) video, film, dan fotografi, (8) permainan interaktif, (9) musik, (10) seni pertunjukan, (11) penerbitan dan percetakan, (12) layanan komputer dan piranti lunak, (13) televisi dan radio, (14) riset, dan (15) kuliner.

Gambar 1.1. Klasifikasi industri kreatif di Indonesia Sumber: Kementerian Perdagangan RI Tahun 2007

Pengembangan ekonomi kreatif ini di Indonesia dapat melalui beberapa sektor industri, salah satunya adalah industri pariwisata. Pariwisata dan ekonomi kreatif merupakan dua mata rantai yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara pariwisata dan ekonomi kreatif adalah kenyataan bahwa kawasan wisata menumbuhkan lapangan pekerjaan bagi warga sekitar destinasi wisata, juga mengembangkan adanya infrastruktur yang memadai untuk mendukung pasar wisata seperti bandara yang baik, keamanan, dan jalan. Hal lain yang dapat memberikan gambaran adanya keterkaitan antara pariwisata dan ekonomi kreatif adalah melalui penyediaan usaha kecil atau mikro tertentu bagi warga. Masyarakat sekitar dapat memanfaatkan usaha kecil terkait misalnya membuka toko dan

(3)

3 melayani kebutuhan wisatawan kemudian berkolaborasi dengan seniman lokal dan pengrajin untuk memasok handcraft dan tentunya akan memberikan dampak yang sangat besar bagi peningkatan perekonomian masyarakat. Pariwisata dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan suatu daerah tujuan wisata.

Media pariwisata diyakini akan memberikan porsi bagi pengembangan industri kreatif guna memperkuat citra bangsa serta mendorong semakin luasnya ruang kreatifitas bagi insan kreatif bangsa. Namun demikian, kemampuan SDM dalam alih teknologi dan kreatifitas masih relatif rendah. Hal inilah yang kemudian menjadi suatu fenomena sulitnya mencari pekerjaan. Bagi mereka yang memiliki pendidikan SD sampai SMP biasanya memilih pekerjaan di sektor informal seperti menjadi pedagang/saudagar, buruh bangunan, buruh tani serta pengrajin gerabah. Ini berdampak pada perkembangan industri kreatif yang cenderung lamban. Pemahaman masyarakat yang minim terhadap sektor ini menjadi salah satu penyebabnya. Masyarakat masih belum mengetahui tentang pengartian sektor ekonomi kreatif, prospek perkembangannya, serta beragam hal terkait dengan pemahaman terhadap sektor ini. oleh karena itu menurut Hermantoro (2011) perlu disiapkannya SDM yang cerdas dalam memahami perubahan perilaku pasar yang telah terjadi. Wisatawan saat ini dinilai mencari produk wisata yang bisa memberikan ruang bagi pengembangan diri selama mereka berwisata.

Demikian juga dengan Kerajinan Gerabah “Karasa’en” di Desa Webriamata, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur. Masyarakat di desa ini berusaha meningkatkan perekonomian rumah tangga mereka melalui

(4)

4 pengembangan kerajinan gerabah. Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat atau tanah lempung yang kemudian dibentuk dan dibakar untuk dijadikan alat-alat yang berguna bagi kehidupan. Penduduk Desa Webriamata yang banyak mengandalkan sektor pertanian dan perkebunan ini mulai melirik sektor baru yakni industri kerajinan gerabah. Desa Webriamata sebagai salah satu desa di Kabupaten Malaka yang merupakan daerah industri kecil gerabah. Sebagian besar anggota dari industri kecil gerabah ini adalah ibu rumah tangga dan remaja putri yang tidak memiliki pekerjaan. Industri kecil ini dilakukan di ruang yang terbatas yakni di rumah ketua kelompok dengan jumlah tenaga kerja yang terlibat di dalamnya kurang lebih 38 orang.

Usaha kerajinan yang ditekuni oleh penduduk Desa Webriamata ini memiliki ciri khas yang unik dan sangat digemari oleh wisatawan yang berkunjung ke desa tersebut maupun masyarakat yang hadir pada event pariwisata dimana Gerabah Karasa’en Desa Webriamata dipamerkan. Proses pembuatan gerabah yang menghabiskan waktu kurang lebih 7 hari untuk satu gerabah ini tergolong masih sederhana karena pembuatannya masih manual mulai dari pembentukan model hingga tahap penyelesainnya (finishing).

Status pendidikan para pengrajin pada umumnya SD dan SMP ini berusaha meningkatkan perekonomian mereka melalui gerabah yang diproduksi walaupun penjualan gerabah yang terjadi selama ini belum memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian rumah tangga mereka. Sistem pemasaran yang tergolong masih sangat sederhana, pengrajin belum mengetahui secara pasti pasar sasaran yang tepat dalam memasarkan gerabah mereka. Pengrajin akan

(5)

5 memproduksi gerabah apabila ada permintaan. Pengrajin belum mengetahui cara mengklasifikasi konsumen yang tepat, sehingga pengrajin cenderung tidak ingin memproduksi gerabah dalam jumlah yang banyak karena takut tidak habis terjual di lain sisi mereka harus memenuhi kebutuhan rumah tangga setiap harinya. Keterbatasn pendidikan khususnya dalam bidang pengembangan industri kerajinan gerabah dan pendidikan berbasis pariwisata juga menjadi salah satu kendala yang dihadapi oleh para pengrajin karena mereka belum mendapat pendidikan atau pelatihan guna mengembangkan kerajinan gerabah ini.

Karya seni merupakan ungkapan jiwa yang kreatif, bukan sekadar objek melainkan sebuah hasil renungan mendalam mengenai segala sesuatu yang ada (Pirous, 2003). Selanjutnya, nilai bentuk karya tersebut merupakan cerminan dari kualitas kepandaian dan kreatifitas dalam memvisualisasikan ide atau gagasannya. Dalam kenyataannya karya seni itu dalam pengembangannya memerlukan dukungan baik dari segi modal maupun moral. Demikian pula halnya yang terjadi pada usaha kerajinan gerabah di Desa Webriamata. Dukungan yang selama ini mereka dapatkan masih kurang untuk mengembangkan usaha mereka terutama dalam hal modal dan pemasaran. Selama itu, modal yang mereka peroleh hanya berasal dari satu pihak swasta dan sejumlah dana terbatas dari pemerintah daerah. Situasi tersebut menjadi salah satu kendala utama dalam mengembangkan industri gerabah di Desa Webriamata disamping kendala lainnya seperti pendidikan serta akses yang masih kurang memadai untuk mengantarkan gerabah atau membawa gerabah misalnya karena jalan yang rusak dan dapat mengakibatkan pecah dan rusaknya gerabah. Aksesibilitas tersebut juga yang

(6)

6 mempengaruhi distribusi pemasaran Gerabah Karasa’en Desa Webriamata. Hal ini jugalah yang kemudian menjadi pokok-pokok yang melatarbelakangi penelitian yang akan dilaksanakan ini.

(7)

7 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang tersebut maka secara ringkas rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana perkembangan dan keunikan kerajinan gerabah Desa Webriamata?

2. Bagaimana sistem pemasaran Gerabah Karasa’en Desa Webriamata? 3. Apakah strategi pemasaran yang tepat untuk menjadikan gerabah Karasaen

Desa Webriamata sebagai souvenir wisatawan ? 1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang penulis lakukan adalah

1. Mengetahui dan menganalisis perkembangan dan keunikan kerajinan Gerabah Karasa’en Desa Webriamata.;

2. Mengetahui dan menganalisis sistem pemasaran kerajinan Gerabah Karasa’en Desa Webriamata;

3. Mengetahui dan menganalisis strategi pemasaran yang tepat untuk menjadikan gerabah Karasaen Desa Webriamata sebagai souvenir wisatawan;

(8)

8 1.4 Manfaat Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan informasi dan bahan pemikiran yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang gerabah dan implementasinya bagi dunia pariwisata serta sebagai refrensi bagi penelitian selanjutnya terkait dengan mengidentifikasi pasar sasaran dalam memasarkan sebuah produk wisata.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pengrajin gerabah Karasa’en untuk mengidentifikasi pasar sasaran yang tepat bagi kerajinan gerabah mereka. selain itu, diharapkan dapat menjadi refrensi bagi pemerintah dan stakeholder terkait dalam menyusun sebuah strategi pemsaran yang tepat dalam memasarkan gerabah Karasa’en dan menjadikannya sebagai sebuah produk wisata andalan Kabupaten Malaka.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian yang terkait dengan kerajinan gerabah memang sudah banyak dilakukan tetapi belum ada literatur maupun penelitian-penelitian yang tentang identifikasi pasar kerajinan Gerabah Karasa’en Desa Webriamata sebagai souvenir wisatawan. Informasi yang dapat dikumpulkan tentang kerajinan gerabah Karasae’n masih sangat minim, itupun hanya dicantumkan secara umum di beberapa blog yang sedikit mengulas gerabah Karasa’en di Desa Webriamata. Dalam sub bab ini peneliti akan menguraikan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini utamanya yang berkaitan industri kerajinan gerabah sebagai berikut :

(9)

9 Tabel 1.1. Penelitian Terdahulu

No Judul Penulis Tahun Temuan

1 Analisis Strategi Pemasaran Sentra Industri Gerabah Pasca Gempa Bumi Di Kecamatan Pundong Bantul

SUNDARI TUTI

2007 Strategi pemasaran yang diterapkan oleh pengrajin adalah make to order. Serta berusaha bekerjasama dengan perusahaan lain yang menguntungkan indutri kerajinan gerabah mereka.

2 Souvenir : Apa dan

Mengapa Kita Membeli.

WILKINS HUGH

2009 Perbedaan pendapat antara laki-laki dan perempuan dalam membeli souvenir. Otentisitas. Motivasi pembelian mempengaruhi perilaku konsumen 3 Strategi Pengembangan Kerajinan Gerabah Tradisional Gorontalo Guna Mendukung Industri Kreatif I WAYAN SUDANA

2014 Sinergisitas tiga konsep revitalisasi. Ketiga konsep tersebut adalah: konsep atau metode teknik “kering” untuk merevitalisasi cara pengolahan bahan

baku; konsep diversifikasi teknik

produksi untuk merevitalisasi teknik

produksi tradisional; dan konsep

revitalisasi tekstual dan kontekstual untuk merevitalisasi produk kerajinan gerabah tradisional

Gambar

Gambar 1.1. Klasifikasi industri kreatif di Indonesia  Sumber: Kementerian Perdagangan RI Tahun 2007

Referensi

Dokumen terkait

Media pembelajaran yang dikembangkan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran (Rustaman, 2007). Selain itu, penuntun praktikum juga sudah memuat pendekatan saintifik yaitu

Jika massa partikel yang melakukan gerak melingkar sama dengan m, maka gaya yang menimbulkan percepatan sentripetal disebut gaya sentripetal (Fs), yaitu gaya yang arahnya selalu

Salah satu tanaman yang dapat dijadikan alternatif obat herbal adalah putri malu (Mimosa pudica Linn), tanaman ini mengandung senyawa mimosin, asam pipekolinat, tannin,

Keterbukaan Informasi dalam rangka rencana pembangunan perluasan pabrik MDF (Medium Density Board) beserta prasarana pendukungnya dengan nilai investasi sebesar-besarnya

Sementara perlakuan L2 (lama pengomposan 7 hari) memberikan hasil yang lebih lebar terhadap diameter tudung buah maksimal dibandingkan dengan perlakuan

Aplikasi mobile-smarthome ini merupakan aplikasi yang digunakan untuk memudahkan pemilik rumah untuk dapat memantau, mengendalikan pintu,alarm, kunci, kendali kamera dengan

sering menggunakan file jenis TIFF mengingat jenis format ini memiliki dynamic range tinggi sehingga apabila sebuah image/gambar diedit tidak mengakibatkan

Hasil dari penelitian ini adalah terumuskan 5 strategi dan kebijakan IS/IT yang sebaiknya diterapkan di FIT Tel-U berdasarkan pertimbangan 3 hal, pertama kebutuhan