PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL
CERITA PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 PEGAJAHAN T.A. 2014/2015
Oleh : SYAHMIDUN N I M 4101311005
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala rahmat dan kasih sayang Nya yang telah memberikan nikmat dan kesehatan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Skripsi berjudul “Penerapan Pembelajaran Kontekstual dengan Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi Teorema Pythagoras di Kelas VIII SMP Negeri 1 Pegajahan Tahun Ajaran 2014/2015”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : Bapak Drs. Sahat Siahaan,M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Denny Haris, S.Si, M.Pd, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, dan Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana peneltian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran–saran dalam perkuliahan. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku ketua jurusan Matematika FMIPA UNIMED dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku sekretaris jurusan Matematika FMIPA UNIMED serta Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, selaku ketua Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNIMED dan seluruh Bapak, Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu dan memberikan kelancaran selama penyusunan skripsi ini.
v
SMP Negeri 1 Pegajahan yang namanya tidak memungkinkan penulis menyebutkan satu persatu, terima kasih atas segala arahan bantuan dan kerjasama yang diberikan kepada penulis.
Teristimewa penulis sampaikan terimakasih kepada Ibunda tercinta Maysaroh Nasution, dan Ayahanda yang tersayang Jamal Hasibuan yang telah begitu banyak memberikan kasih sayang, do’a, motivasi dan semangat, serta dukungan moral dan material yang tak ternilai harganya. Serta kepada kakak dan abangku tersayang Yeni Syahrani, Junaidi Syahputra dan Irmayasari yang begitu banyak memberikan do’a dan motivasi, semangat serta dukungan moral kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UNIMED serta seluruh keluarga yang tak hentinya memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayangnya kepada penulis dalam menyelesaikan studi.
Ucapan terima kasih juga kepada Afifah Zahrah Oktaviani Hsb yang memberi semangat, perhatian dan motivasi untuk terus mengerjakan skripsi ini, serta sahabat seperjuangan yaitu Aidil, Irul, Rohman, Dian, Alip, Zizah, Lasmi, Adel, Damayanti, Fathul dan semua teman–teman sekelas Matematika Reguler Dik A’10 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang senantiasa mendukung dan menemani penulis dalam suka maupun duka, dalam tangis maupun tawa.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, 31 Agustus 2014 Penulis,
Syahmidun
vi
1.2 Identifikasi Masalah 6
1.3 Batasan Masalah 6
2.1.1 Karakteristik Siswa SMP 10
2.1.2 Teori belajar Matematika 11
2.2 Pembelajaran Kontekstual 13
2.3 Pemecahan Masalah 21
2.3.1 Teori Polya 21
2.3.2 Soal Cerita 23
2.4 Tutor Sebaya 24
2.5 Model Pembelajaran Kontekstual dengan Tutor Sebaya 27
2.5.1 Pengertian Model 27
2.5.2 Model Pembelajaran Kontekstual dengan Tutor Sebaya 28 2.6 Kajian Materi Teorema Phytagoras 30
2.7 Kerangka Konseptual 35
vii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 37
3.1.1 Lokasi Penelitian 37
3.1.2 Waktu Penelitian 37
3.2 Subjek dan Objek Penelitian 37
3.2.1 Subjek Penelitian 37
3.2.2 Objek Penelitian 37
3.3 Metode Penelitian untuk Rumusan Masalah 1 37 3.3.1 Instrumen Pengumpulan Data untuk Rumusan Masalah 1 38
3.3.2 Indikator Kinerja 39
3.3.3 Penilaian Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita 40 3.4 Metode Penelitian untuk Rumusan Masalah 2 40 3.4.1 Instrumen Pengumpulan Data untuk Rumusan Masalah 2 40
3.4.2 Penilaian Hasil Observasi 43
3.5 Prosedur Penelitian 43
3.5.1 Permasalahan I 44
3.5.2 Perencanaan Tindakan I 45
3.5.3 Pelaksanaan Tindakan I 45
3.5.4 Observasi I 47
3.5.5 Analisis Data I 48
3.5.6 Refleksi I 48
3.5.7 Permasalahan II 49
3.5.8 Perencanaan Tindakan II 49
3.5.9 Pelaksanaan Tindakan II 49
3.5.10 Observasi II 49
3.5.11 Analisis Data II 50
3.5.12 Refleksi II 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian Siklus I 51
viii
4.1.2 Pelaksanaan Tindakan I 52
4.1.3 Hasil Tes Diagnostik Soal Cerita I 54
4.1.4 Hasil Observasi I 57
4.1.5 Hasil Refleksi I 58
4.2 Hasil Penelitian Siklus II 60
4.2.1 Permasalahan II 60
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan II 60
4.2.3 Hasil Tes Diagnostik Soal Cerita II 62
4.2.4 Hasil Observasi II 65
4.2.5 Hasil Refleksi II 66
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 67
4.3.1 Pembahasan Hasil Tes Diagnostik Soal Cerita 67
4.3.2 Pembahasan Hasil Observasi 70
4.3.3 Pembahasan Model Pembelajaran 71
4.4. Diskusi Hasil Penelitian 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 82
5.2 Saran 82
ix
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kontekstual dengan tutor sebaya 28
Tabel 3.1 Indikator Kinerja 39
Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah 39 Tabel 3.3 Aspek yang Diamati Dalam Lembar Mbservasi Guru 41
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Mbservasi 43
Tabel 4.1 Persentase Siswa yang Mampu Mengerjakan Tes
Diagnostik dengan Benar 52
Tabel 4.2 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah
Pada Tes Diagnostik Soal Cerita I 54
Tabel 4.3 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan
Masalah Pada Tes Diagnostik Soal Cerita I 55 Tabel 4.4 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Menyelesaikan
Masalah Pada Tes Diagnostik Soal Cerita I 56 Tabel 4.5 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali
Pada Tes Diagnostik Soal Cerita I 57
Tabel 4.6 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah Pada Tes Diagnostik Soal Cerita II 62 Tabel 4.7 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan
Masalah Pada Tes Diagnostik Soal Cerita II 63 Tabel 4.8 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Menyelesaikan
Masalah Pada Tes Diagnostik Soal Cerita II 64 Tabel 4.9 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali Pada Tes Diagnostik Soal Cerita II 65 Tabel 4.10 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa yang Mengacu pada
Setiap Aspek Siklus I 67
Tabel 4.11 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa yang Mengacu pada
Setiap Aspek Siklus II 68
x
Tabel 4.13 Perbedaan Tindakan yang Dilakukan Guru pada Siklus I dan
Siklus II 72
Tabel 4.14 Rekap Tindakan pada RPP Siklus I 74
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Komponen CTL 17 Gambar 2.2 Langkah-langkah .embelajaran Tutor Sebaya 26 Gambar 2.3 Model Menemukan Teorema .ythagorae 30 Gambar 2.4 Menemukan Teorema .ythagorae 30 Gambar 2.5 Segitiga Siku-Siku 31 Gambar 3.1 .roeedur .elakeanaan .enelitian Tindakan Kelae
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I (Pert. I) 85
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I (Pert. II) 95
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus II (Pert. I) 105
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus II (Pert. II) 117
Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I (LAS I) 129
Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa II (LAS II) 132
Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa III (LAS III) 136
Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa IV (LAS IV) 140
Lampiran 9. Kisi – Kisi Tes Diagnostik 144
Lampiran 10. Soal Tes Diagnostik 145
Lampiran 11. Rubrik Penilaian Tes Diagnostik 150
Lampiran 12. Kisi-Kisi Tes Diagnostik Soal Cerita 154
Lampiran 13. Lembar Validitas Soal Tes Diagnostik Soal Cerita 155
Lampiran 14. Tes Diagnostik Soal Cerita I 158
Lampiran 15. Tes Diagnostik Soal Cerita II 160
Lampiran 16. Alternatif Penyelesaian Tes
Diagnostik Soal Cerita I 162
Lampiran 17. Alternatif Penyelesaian Tes
Diagnostik Soal Cerita II 165
Lampiran 18. Pedoman Penskoran Nilai Tes Matematika 168
Lampiran 19. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus
I (Pertemuan I) 172
Lampiran 20. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus
I (Pertemuan II) 176
Lampiran 21. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 180
Lampiran 22. Angket Siswa Siklus I 181
xiii
Lampiran 24. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus
II (Pertemuan I) 184
Lampiran 25. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus
II (Pertemuan II) 188
Lampiran 26. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 192
Lampiran 27. Angket Siswa Siklus II 193
Lampiran 28. Hasil Angket Terbuka Siklus II 195
Lampiran 29. Pengelompokan Siswa Berdasarkan Kemampuan Akademis 196
Lampiran 30. Daftar Nilai Tes Diagnostik Awal 198
Lampiran 31. Daftar Nilai Tes Diagnostik Soal Cerita I (TDSC I) 200
Lampiran 32. Daftar Nilai Tes Diagnostik Soal Cerita II (TDSC II) 202
Lampiran 33. Daftar Nama Siswa Kelas VIII-1 204
1 meningkatkan Sumber Daya Manusia. Sejalan dengan itu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut manusia untuk meningkatkan mutu pendidikan. Masalah mutu pendidikan berhubungan dengan masalah mutu guru. Seperti yang dikemukakan oleh Kunandar (2011:40) bahwa “Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru, gurulah yang berada di gardan terdepan dalam menciptakan kualitas Sumber Daya Manusia”. Banyak cara yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan IPTEK. Guru sebagai seorang yang menduduki posisi strategis dalam rangka pengembangan Sumber Daya Manusia dituntut untuk terus mengikuti perkembangan konsep-konsep baru dalam dunia pengajaran tersebut. Matematika salah satu bidang studi yang diajarkan disetiap jenjang pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan anak didik dengan cara mengembangkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan logis.
Di dalam pendidikan, matematika memegang peranan yang cukup penting. Matematika disadari sangat penting peranannya. Seperti yang dikemukakan oleh Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009:253) menyatakan :
Alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan sarana berpikir yang jelas dan logis, sarana untuk memecahkan masalah sehari-hari, sarana mengenal pola hubungan dan generalisasi pengalaman, sarana untuk mengembangkan kreativitas, sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
2
Ada beberapa elemen penting dalam pembelajaran matematika. Ketiga elemen ini terangkum dalam kurikulum bidang studi matematika sebagaimana yang dikemukakan oleh Lerner (dalam Abdurrahman, 2009:253) bahwa “kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup 3 elemen, (1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan masalah”.
Konsep menunjukkan pada pemahaman dasar siswa. Siswa mengembangkan suatu konsep ketika mereka mampu mengklasifikiasikan atau mengelompokkan benda-benda atau ketika mereka dapat menganalisis suatu nama dengan kelompok benda tertentu. Dengan pemahaman siswa terhadap konsep dan dengan keterampilan yang mereka miliki, siswa akan mampu menyelesaikan suatu masalah yang diberikan kepada mereka. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah memahami konsep dan mampu memecahkan masalah. Dengan pembelajaran matematika diharapkan siswa mampu menghubungkan antara apa yang diketahui dalam soal dan apa yang ditanyakan serta mampu menganalisis keterkaitan antara keduanya sehingga siswa dapat menyelesaikan masalah dalam matematika.
Pembelajaran matematika bagi kebanyakan pelajar tidaklah mudah. Banyak kendala yang dihadapi seperti dalam hal ketelitian, visualisasi, kecepatan dan ketepatan dalam menghitung. Hambatan-hambatan ini menciptakan sugesti buruk terhadap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan juga menimbulkan rasa malas untuk mempelajarinya. Reaksi berantai ini terus berlanjut dan semakin memperkuat anggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan.
3
Dalam menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak yang mengalami kesulitan. Kesulitan tersebut tampaknya terkait dengan pengajaran yang menuntut anak membuat kalimat matematika tanpa lebih dahulu memberikan petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh. Disamping itu, anak juga tidak terlatih untuk menyelesaikan masalah matematika secara lebih sistematis. Oleh karena itu, pendekatan pemecahan masalah dengan langkah-langkah yang telah dikemukakan tampaknya lebih baik untuk digunakan baik bagi anak berkesulitan belajar maupun yang tidak berkesulitan belajar.
Berdasarkan hasil observasi awal pada tanggal 29 Maret 2014 yang dilaksanakan ke SMP Negeri 1 Pegajahan, peneliti memberikan 9 buah soal tes diagnostik yang terdiri dari 6 soal berbentuk pilihan berganda dan 3 soal berbentuk uraian yang diberikan kepada 32 orang siswa. Soal yang peneliti berikan adalah soal yang berbentuk pemecahan masalah yaitu soal-soal cerita yang memerlukan pemikiran dan konsep yang dibangun sendiri oleh siswa.
Dalam menyelesaikan tes diagnostik, ada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengaitkan antara yang diketahui dengan yang ditanya dari soal, dalam memisalkan atau mengubah kalimat soal ke dalam kalimat matematika (membuat model), siswa lupa dengan rumus yang seharusnya ia gunakan untuk menyelesaikan soal tersebut. Peneliti memberikan soal yang berkaitan dengan jajar genjang, namun salah satu siswa menggunakan rumus luas segitiga untuk mencari luas jajar genjang pada lembar jawabannya. Keadaan seperti ini yang mengakibatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika masih rendah.
4
Menyadari hal tersebut diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep matematika yang sejalan dalam peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa mungkin saja dipengaruhi beberapa faktor seperti pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru masih kurang membantu kemampuan menyelesaikan soal cerita. Kebiasaan siswa hanya terbiasa belajar dengan menghafal sehingga kurang membiasakan siswa melatih kemampuannya dalam berpikir dan kemampuan pemecahan masalah. Secara garis besar faktor tersebut antara lain bahan ajar, strategi dan model pembelajaran, media pendidikan serta situasi lingkungan. Berdasarkan faktor tersebut penggunaan pendekatan pembelajaran yang kurang tepat dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Seperti yang dikatakan oleh Nurhayati (dalam http://www.depdiknas.go.id) bahwa:
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika peserta didik, salah satunya adalah ketidaktepatan penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru dikelas. Kenyataannya menunjukkan selama ini kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional dan banyak didominasi oleh guru.
Untuk itu, diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita dalam kehidupan sehari-hari disertai dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat. Untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita dapat dilakukan dengan memberikan masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan memberikan masalah yang tidak asing baginya, siswa akan merasa tertarik dan tertantang untuk mengerjakan masalah yang diberikan. Dengan menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimilikinya ia akan berusaha mencari solusi/jalan keluar dari masalah tersebut. Guru berperan sebagai fasilitator dan dalam keadaan tertentu guru dapat membantu siswa dengan memberikan sedikit informasi sebagai petunjuk untuk siswa menyelesaikan masalah tersebut.
5
Pembelajaran kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam pembelajaran ini, siswa dibimbing untuk membangun pemahamannya dengan caranya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang diberikan, sebagaimana dijelaskan oleh Kunandar (2011:302) bahwa :
Siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses mengonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Berdasarkan pengalaman peneliti saat PPLt (Program Pengalaman Lapangan Terpadu), peneliti menemukan fakta di lapangan bahwa pembelajaran matematika terjadi monoton yang mengakibatkan kejenuhan siswa yang disebabkan siswa kurang diberdayakan, terutama siswa yang kurang pintar, mereka diperlakukan hanya sebagai objek pelengkap di dalam kelas. Rentang nilai siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai cukup tinggi. Untuk itu perlu diupayakan pula agar rentang nilai antar siswa tersebut tidak terlalu jauh yaitu dengan memanfaatkan siswa yang pandai untuk menularkan kemampuannya pada siswa lain yang kemampuannya lebih rendah. Tentu saja guru yang menjadi perancang model pembelajaran harus mengubah bentuk pembelajaran yang lain. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan metode tutor sebaya.
6
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “PenerapanBPembelajaranBKontekstualBdenganBTutorB SebayaBuntukBMeningkatkanBKemampuanBMenyelesaikanBSoalBCeritaBpadaB MateriBTeoremaBPythagorasBdiBKelasBVIIIBSMPBNegeriB1BPegajahanBTahunB AjaranB2014/2015”.
B
1.2.BBBBIdentifikasiBmasalahB
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita masih rendah. 2. Siswa kurang memahami bahasa yang ada pada soal.
3. Perbedaan nilai siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai cukup tinggi.
B
1.3.BBBBBatasanBMasalahB
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, perlu adanya pembatasan masalah agar masalah dalam penelitian ini terarah dan jelas. Mengingat pertimbangan dana, waktu dan kemampuan peneliti maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada penerapan pembelajaran kontekstual dengan tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada materi teorema pythagoras.
B
B
B
B
7
1.4.BBBBRumusanBMasalahB
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Apakah ada peningkatan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita yang diajarkan dengan pembelajaran kontekstual dengan tutor sebaya pada materi teorema pythagoras di kelas VIII SMP Negeri 1 Pegajahan T.A. 2014/2015 ?
2. Bagaimana pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan guru yang menerapkan pembelajaran kontekstual dengan tutor sebaya pada materi teorema pythagoras di kelas VIII SMP Negeri 1 Pegajahan T.A. 2014/2015 ?
B
1.5.BBBBTujuanBPenelitianB
B Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita yang diajarkan dengan pembelajaran kontekstual dengan tutor sebaya pada materi teorema pythagoras di kelas VIII SMP Negeri 1 Pegajahan T.A. 2014/2015.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan guru yang menerapkan pembelajaran kontekstual dengan tutor sebaya pada materi teorema pythagoras di kelas VIII SMP Negeri 1 Pegajahan T.A. 2014/2015. B
B
B
B
8
1.6.BBBBManfaatBPenelitianB
Adapun manfaat yang diharapkan setelah melakukan penelitian ini adalah : 1. Bagi siswa, melalui pembelajaran kontekstual dengan tutor sebaya diharapkan terbina sikap belajar yang positif dan kreatif dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
2. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai pendekatan pembelajaran matematika dalam membantu siswa menyelesaikan soal cerita matematika.
3. Bagi sekolah, bermanfaat untuk mengambil keputusan yang tepat dalam peningkatan kualitas pengajaran, serta menjadi bahan pertimbangan atau bahan rujukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada pelajaran matematika.
4. Bagi peneliti, sebagai acuan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada masa yang akan datang.
82
BABBVB
KESIMPULANBDANBSARANB 5.1. KesimpulanB
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah :
1. Penerapan pembelajaran kontekstual dengan tutor sebaya dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada materi teorema pythagoras di kelas VIII SMP Negeri 1 Pegajahan.
2. Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru yanng menerapkan pembelajaran kontekstual dengan tutor sebaya pada materi teorema pythagoras di kelas VIII SMP Negeri 1 Pegajahan sudah baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran yang digunakan seperti yang dipaparkan pada tabel 4.13 halaman 72 dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa pada materi teorema pythagoras.
B
5.2.BSaranB
B Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu :
1. Kepada guru matematika khususnya guru matematika SMP Negeri 1 Pegajahan yang ingin meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa, dapat menerapkan pembelajaran kontekstual dengan tutor sebaya sebagai variasi pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas.
83
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2009. Pendedekan Bage Anak Berkesuletan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Anggerrose. 2012. Karakterestek Peserta Dedek. http://anggerrose.wordpress. com. /2012/05/08/karakteristik-peserta-didik/
Arikunto, S, dkk. 2010. Peneletean Tendakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Asrori, M. 2007. Peneletean Tendakan Kelas. Bandung: CV Wacana Prima.
Djamarah, S. 2006. Stratege Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. 2010. Buku Pedoman. FMIPA Unimed. Medan.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
2012. Pedoman Penulesan Proposal dan Skrepse Mahaseswa Program
Stude Pendedekan FMIPA Unemed. FMIPA Unimed. Medan.
Firdaus,A.2009.Kemampuan Pemecahan Masalah Matemateka. http://madfirdaus. wordpress.com/2009/11/23/kemampuan-pemecahan-masalah-matematika/
Hikmat, E. 2012. Faktor penyebab kesalahan seswa dalam menyelesaekan soal cereta.http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2253247-faktor-pe nyebab-kesalahan-siswa-dalam/#ixzz2IJad2ZhF
Kunandar. 2011. Guru Profeseonal. Jakarta: Raja Grafindo.
Kurniawan, R. 2014.Penerapan Teore Vygotsky Untuk Menengkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matemateka Seswa Pada Pokok Bahasan Volume Balok dan Kubus de Kelas V SDN 101870 Desa Sena T.A. 2013/2014. Unimed. Medan.
Nuharini dan Wahyuni. 2008. Matemateka Konsep dan Aplekasenya Untuk Kelas
VIII SMP dan MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan, Depdiknas.
Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia. http://repository.upi.edu/operator/ upload/s_pgsd_0610799_chapter2.pdf
Sani, R, A. 2013. Inovase Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Siahaan, S. 2014. Pedoman Penulesan Skrepse Mahaseswa Program Stude
84
Siahaan, S, dkk, 2010. Penerapan Model Belajar Kooperatef Yang Beroreentase Pada Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Matemateka Deskret 2. Unimed. Medan.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhe. Jakarta: Rineka
Cipta
Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Sumargiyani. 2003. Menengkatkan Kemampuan Dalam Menyelesaekan Soal
Cereta Berpandu Pada Teore Polya. Jurnal Unimus : 3 – 4.
Trianto. 2011. Mendesaen Model Pembelajaran Inofatef-Progresef. Jakarta: Kencana