PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL
DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN
(Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2012)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh: SILVA RIZKINA
NIM. 0901323
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL
DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN
(Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2012)
Oleh Silva Rizkina
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Silva Rizkina 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL DAN KINERJA KEUANGAN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
(Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2012)
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan, (2) mengetahui pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan, (3) mengetahui pengaruh modal intelektual terhadap nilai perusahaan, dan (4) mengetahui pengaruh modal intelektual melalui kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2012. Dalam penelitian ini, kinerja keuangan digunakan sebagai variabel antara, perusahaan yang mampu mengelola modal intelektual yang dimilikinya dengan efektif dan efisien akan meningkatkan kinerja keuangan. Kinerja keuangan yang baik akan direspon positif oleh pasar sehingga nilai perusahaan akan meningkat.
Penelitian ini menggunakan metode asosiatif dimana mencoba untuk menjawab pengaruh antar variabel yang ada. Data yang digunakan merupakan data sekunder yaitu laporan keuangan perusahaan Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan partial least square (PLS), PLS digunakan untuk menguji hubungan antara modal intelektual, kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua bank yang terdaftar di bursa efek indonesia selama periode 2011-2012. Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive. Berdasarkan kriteria penentuan sampel, sampel akhir dalam penelitian ini adalah 28.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) modal intelektual tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan, (2) kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan, (3) modal intelektual tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan (4) modal intelektual melalui kinerja keuangan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dalam penelitian ini sebagian besar hipotesis yang diajukan adalah ditolak, hal ini mungkin disebabkan belum adanya standar pengukuran dan pengungkapan mengenai modal intelektual sehingga pasar kesulitan melakukan penilaian yang seragam.
Kata Kunci : modal intelektual, kinerja keuangan, nilai perusahaan, Partial Least
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF INTELLECTUAL CAPITAL AND FINANCIAL
PERFORMANCE TO THE COMPANY’S VALUE
(Study at Banking Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange 2011-2012) financial performance, (2) determine the influence of financial performance to company value, (3) determine the influence of intellectual capital to company value, and (4) determine the influence of intellectual capital through the financial performance to company value of the banking companies listed on the Stock Exchange in 2011-2012. In this study, financial performance is used as an intervening variable, the company is able to manage its intellectual capital effectively and efficiently will improve financial performance. Good financial performance will be responded so positively by the market value of the company.
This study uses a method which tries to answer the associative effects between variables exist. The data used are secondary data that the company's financial statements Testing the hypothesis in this study using partial least square (PLS), PLS was used to examine the relationship between Intellectual capital, financial performance, and company value. The population of this study is all banking listed on Indonesian Stock Market during the 2011-2012 periods. The samples in this study using the method of purposive. Based on sampling criteria the final sample in this study is 28 observation.
Results of this study indicate that (1) intellectual capital does not influences to the financial performance,(2) financial performance influences to company value, (3) intellectual capital does not influences to company value, and (4) intellectual capital through financial performance does not influences to company value. In this study the majority of the hypothesis is rejected, this is probably due to the lack of standard measurement and disclosure of intellectual capital, so the market is difficult to assess the uniform.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud penelitian ... 10
1.3.2 Tujuan penelitian... 10
1.4 Kegunaan Penelitian ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1.1. Pengertian Modal... 12
2.1.2. Modal Intelektual (Intellectual Capital) 2.1.2.1. Stakeholder Theory ...15
2.1.2.2. Definisi IC... 17
2.1.2.3. Indikator IC ... 20
2.1.2.4. Value Added Intellectual Coefficient ( ) ... 25
2.1.3. Kinerja Keuangan 2.1.3.1. Agency Theory... 31
2.1.3.2. Konsep Kinerja ... 33
2.1.3.3. Rasio Kinerja Keuangan ... 36
2.1.4. Nilai Perusahaan ... 38
2.1.5. Hubungan Intellectual Capital Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening 2.1.7.1 Hubungan Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan... 41
2.1.7.2 Hubungan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan... 42
2.1.7.3 Hubungan Intellectual Capital Terhadap Nilai Perusahaan ... 42
2.1.7.4 Hubungan Intellectual Capital melalui kinerja keuangan Terhadap Nilai Perusahaan ... 43
2.2 Kerangka Pemikiran ... 46
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian ... 50
3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian ... 50
3.2.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel ... 51
3.2.2.1. Definisi Variabel ... 51
3.2.2.2. Operasionalisasi Variabel ... 53
3.2.3 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 55
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 56
3.2.5 Teknik Analisis Data ... 56
3.2.5.1 Statistik Deskriptif ... 56
3.2.5.2 Pengujian Hipotesis ... 57
3.2.5.3 Kriteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis ... 62
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 67
4.1.2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 69
4.1.3. Analisis Data ... 72
4.1.3.1. Menilai Outer Model Atau Measurement Model ...72
4.1.3.1.2. Outer Model Atau Measurement Model Variabel
Kinerja Keuangan ... 75
4.1.3.1.3. Outer Model Atau Measurement Model Variabel
Nilai Perusahaan ... 76
4.1.3.2. Pengujian Model Struktural ( Inner Model) ...78
4.1.4. Pengujian Hipotesis ... 80
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan ... 82
4.2.2 Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan ... 83
4.2.3 Pengaruh intellectual capital terhadap nilai perusahaan ...84
4.2.4 Pengaruh intellectual capital terhadap nilai perusahaan dengan
kinerja keuangan sebagai variabel intervening... 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 87
5.2 Saran ... 88
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai perusahaan akan terus
mengalami perubahan dalam menjalankan bisnisnya. Hal ini dikarenakan adanya
globalisasi, teknologi yang semakin maju, persaingan, serta ilmu pengetahuan
yang semakin berkembang pesat. Sehingga berdampak pula terhadap kegiatan
bisnis yang dijalankan perusahaan. Salah satu faktor yang menunjang kegiatan
perusahaan adalah modal. Modal merupakan instrumen yang penting untuk
membangun, mengembangkan, dan mempertahankan sebuah perusahaan.
Untuk dapat bertahan, tentunya perusahaan harus memiliki strategi bisnis
yang bagus. Dalam pandangan ekonomi modern, diperlukan penyesuaian dari
strategi yang didasarkan pada tenaga kerja (labor based business) menuju ke
strategi yang berdasarkan ilmu pengetahuan (knowledge). Sehingga, modal
konvensional seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan, dan sumber daya
aktiva fisik lainnya akan lebih bermakna dengan adanya modal berbasis
pengetahuan dan teknologi. Penerapan modal berbasis pengetahuan dan teknologi
dalam suatu perusahaan akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan
sumber daya lainnya, sehingga akan memberikan keunggulan bersaing
Keunggulan bersaing sebuah perusahaan pada abad informasi dan
globalisasi ini, dituntut untuk lebih bisa memobilisasi dan mengeksploitasi aset
tak berwujudnya. Salah satu aset tak berwujud yang sedang banyak diteliti dan
salah satu komponen utamanya pengetahuan adalah modal intelektual (intellectual
capital). Dengan adanya IC , perusahaan berusaha untuk mengolah pengetahuan
dan aset tak berwujudnya sebagai sarana untuk memperoleh penghasilan bagi
perusahaan dalam bentuk yang lebih nyata. Menurut International Federation of
Accountants (IFAC), intellectual capital dapat diartikan sebagai modal yang
berbasis pada pengetahuan yang dimiliki perusahaan. Lebih lanjut IFAC juga
mengestimasikan bahwa pada saat ini 50-90 persen nilai perusahaan ditentukan
oleh manajemen atas intellectual capital bukan manajemen terhadap aset tetap
(Widjanarko, 2006). Ada banyak konsep pengukuran modal intelektual yang telah
dikembangkan oleh para peneliti, salah satunya adalah model yang dikembangkan
oleh Pulic.
Pulic (1998) mengembangkan “Value Added Intellectual Coefficient”
( ) untuk mengukur IC perusahaan. Metode dirancang untuk
menyediakan informasi mengenai efisiensi penciptaan nilai dari aset berwujud
dan tidak berwujud yang dimiliki sebuah perusahaan. Komponen utama dari
VAIC™ dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA
– value added capital employed), human capital (VAHU – value added human
Tabel 1.1
Nilai Value Added Intellectual Coefficient ( )
Penelitian VACA VAHU STVA VAIC™
Williams dan Firer (2003, Afrika
Selatan)
0,08 4,63 0,79 5,50
Chen et.al
(2005, Taiwan)
0,47 2,08 -0,31 2,24
Sumber: Jurnal, data diolah kembali
IC telah memiliki peran kunci dalam upaya melakukan lompatan peningkatan
nilai di berbagai perusahaan. Hal ini disebabkan adanya kesadaran bahwa IC
merupakan landasan bagi perusahaan untuk unggul dan bertumbuh. Kesadaran ini
antara lain ditandai dengan semakin seringnya istilah knowledge based company
muncul dalam wacana bisnis. Istilah tersebut ditujukan terhadap perusahaan yang
lebih mengandalkan pengelolaan IC sebagai sumber daya dan longterm growth
-nya. Knowledge based company adalah perusahaan yang diisi oleh komunitas
yang memiliki pengetahuan, keahlian, dan keterampilan. Ciri lainnya adalah
perusahaan ini lebih mengandalkan pengetahuan dalam mempertajam daya
saingnya, yaitu dengan lebih berinvestasi di bidang IC. Sebagai akibatnya, nilai
dari knowledge based company utamanya ditentukan oleh IC yang dimiliki dan
dikelola perusahaan.
Perbankan merupakan salah satu industri yang masuk dalam kategori industri
memanfaatkan inovasi-inovasi yang diciptakannya sehingga memberikan nilai
tersendiri atas produk dan jasa yang dihasilkan bagi konsumen (Ambar, 2004).
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.
IC umumnya diidentifikasikan sebagai perbedaan antara nilai pasar
perusahaan (bisnis perusahaan) dan nilai buku dari aset perusahaan atau dari
financal capitalnya. Hal ini berdasarkan suatu observasi bahwa sejak akhir
1980-an, nilai pasar dari bisnis kebanyakan dan secara khusus adalah bisnis yang
berdasar pengetahuan telah menjadi lebih besar dari nilai yang dilaporkan dalam
laporan keuangan berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh akuntan (Ulum,
2009). Selisih tersebut menunjukkan adanya hidden value yang tidak diungkapkan
dalam laporan keuangan, yang kemudian disebut sebagai intellectual capital.
Oleh karena itu intellectual capital merupakan faktor penting yang dapat
meningkatkan nilai suatu perusahaan, terutama pada perusahaan yang berbasis
pengetahuan.
Stakeholder theory menyatakan bahwa seluruh aktivitas perusahaan bermuara
pada penciptaan nilai/value creation, kepemilikan serta pemanfaatan sumber daya
intelektual memungkinkan perusahaan mencapai keunggulan bersaing dan
meninggkatkan nilai tambah. Menurut Suad Husnan (2000) nilai perusahaan
merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan
tersebut dijual. Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai
secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Rasio Tobin’s Q
digunakan sebagai penilaian nilai perusahaan.
Tabel 1.2
Nilai Tobin’s Q Perusahaan Perbankan Indonesia Tahun 2012
Bank Nilai Pasar
Indonesia Rp 169.736.169 Rp 486.455.011 Rp 551.336.790 1,190
PT Bank Mandiri Rp 187.110.000 Rp 518.705.769 Rp 635.618.708 1,110
PT Bank Central Asia Rp 222.116.978 Rp 390.067.244 Rp 442.994.197 1,381
Bank Negara Indonesia Rp 68.310.029 Rp 289.778.215 Rp 333.303.506 1,074
Bank Capital Indonesia Rp 540.059 Rp 5 008 389 Rp 5.666.177 0,979
Bank Tabungan Negara Rp 14.863.284 Rp 101.469.722 Rp 111.748.593 1,041
Sumber: Laporan keuangan perbankan tahun 2012
Dalam tabel 1.2 dapat dilihat bahwa PT Bank Central Asia memiliki rasio
Tobin’s Q paling tinggi yaitu sebesar 1,381. Bank Capital Indonesia merupakan
perusahaan yang memiliki rasio Tobin’s Q dibawah satu yaitu sebesar 0,979,
sedangkan perusahaan lain rata-rata memiliki rasio Tobin’s Q diatas satu. Bila
rasio ini lebih besar dari 1, berarti perusahaan menghasilkan earning dengan rate
of return yang sesuai dengan harga perolehan aset-asetnya. Jadi semakin besar
nilai Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan
yang baik. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar nilai pasar asset perusahaan
dibandingkan dengan nilai buku asset perusahaan maka semakin besar kerelaan
investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan
Tujuan manajemen perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai
perusahaan. Untuk mencapai tujuan ini, perusahaan harus memanfaatkan
keunggulan dari kekuatan perusahaan dan secara terus menerus memperbaiki
kelemahan – kelemahan yang ada. Salah satu caranya adalah dengan mengukur
kinerja keuangan dengan menganalisa laporan keuangan. Berdasarkan teori
stakeholder, manajemen organisasi diharapkan untuk melakukan aktivitas yang
dianggap penting oleh stakeholder mereka dan melaporkan kembali
aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder. Salah satunya dengan menyajikan laporan
keuangan perusahaan sebagai bentuk pertanggungjaban atas transaksi keuangan
yang telah terjadi.
Dari laporan keuangan kita dapat melihat kinerja keuangan perusahaan
selama periode waktu tertentu. Kinerja keuangan sangat penting untuk diukur dan
dianalisa karena dapat memperlihatkan prestasi kerja yang telah dicapai suatu
perusahaan. Hal ini dilakukan untuk melihat seberapa jauh kemampuan
perusahaan mengelola sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan laba bersih.
Salah satunya dengan melihat tingkat pertumbuhan Return on Equity (ROE). ROE
merupakan ukuran profitabilitas dilihat dari sudut pandang pemegang saham.
Tabel 1.3
Nilai Return On Equity Perusahaan Perbankan Australia
Bank Total assets
Commonwealth Bank 425,139 24,444 38,873 22,1 ANZ Bank Limited 392,613 22,048 34,353 19,6 Westpac Banking 374,821 17,831 28,018 23,8
MQB 136,389 7,519 10,023 28,1
Suncorp-Metway 84,901 12,391 16,319 12,60
BOQ 20,037 854 1,024 15,3
BEN Limited 17,002 1,015 2,428 15,38
ADB Limited 31,571 748 1,185 16,04
Elders Rural 3,771 259 310 16,4
Total/average 2,176,678 122,878 178,855 19,06
Sumber: Mahesh Joshi et al (2010)
Sektor perbankan autralia menduduki peringkat nomor empat di dunia dari
134 negara untuk kesehatan keuangannya (laporan daya saing global, 2008-2009)
dan standar sistem perbankan australia juga telah dinilai sebagai sistem keuangan
paling stabil di asia pasifik (Mahesh Joshi et al, 2010). Tabel 1.3 menunjukkan
kekuatan keuangan dan jumlah karyawan dari 11 bank Autralia. Data tersebut
menunjukkan bahwa sektor perbankan di Australia dikuasai oleh empat bank
besar hingga menguasai 80 per cent dari total aset kesebelas bank yang ada dan
78 per cent dari total karyawan bekerja pada empat bank tersebut. NAB adalah
bank terbesar dalam hal kepemilikan total aset, ekuitas pemegang saham dan total
karyawan, selanjutnya yaitu Commonwealth Bank, ANZ Bank Limited dan
Westpac Banking. Bank Elders Rural adalah bank terkecil dengan total aset
sebesar $3,771 million. empat bank tersebut juga memperoleh laba lebih besar
dibandingkan dengan bank lainnya dengan ROE (21,3) lebih tinggi ketika
dibandingkan dengan rata-rata ROE (19,06) dari total 11 bank.
Penelitian yang berkaitan dengan intellectual capital terhadap kinerja dan
nilai perusahaan telah banyak dilakukan, seperti yang dilakukan oleh Firer and
Williams (2003), Ulum dkk. (2008), dan Solikhah dkk. (2010) menemukan bahwa
modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Selain itu
modal intelektual terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan. Studi yang
dilakukan Wahyu Widarjo (2011) dengan judul pengaruh modal intelektual dan
pengungkapan modal intelektual pada nilai perusahaan terhadap perusahaan yang
melakukan penawaran umum saham perdana di BEI tahun 1999 sampai 2007
sebagai komparasinya, menyimpulkan bahwa modal intelektual yang diukur
dengan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasar, dalam hal ini calon investor tidak
memberikan nilai yang lebih tinggi terhadap perusahaan yang memiliki modal
intelektual yang tinggi.
Perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh Firer and Williams (2003),
Chen et al. (2005), Ulum dkk. (2008), Solikhah dkk. (2010) dengan Wahyu
Widarjo (2011) mengenai pengaruh modal intelektual pada kinerja dan nilai
perusahaan serta berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan sebelumnya telah
memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian kembali pengaruh modal
intelektual pada kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Penelitian ini merupakan
replika dari penelitian Chen et al. (2005). Penelitian ini berbeda dengan penelitian
sebelumnya karena penelitian ini menguji pengaruh langsung intellectual capital
pada nilai perusahaan dan pengaruh tidak langsung intellectual capital pada nilai
perusahaan melalui kinerja keuangan. Menurut teori stakeholder dilihat dari
bidang manajerial dijelaskan bahwa stakeholder berkepentingan untuk
mempengaruhi manajemen dalam proses pemanfaatan seluruh potensi yang
dimiliki oleh organisasi. Karena hanya dengan pengelolaan yang baik dan
added untuk kemudian mendorong kinerja keuangan perusahaan yang merupakan
orientasi para stakeholder dalam mengintervensi manajemen. Kinerja keuangan
yang meningkat akan direspon positif pasar sehingga nilai perusahaan akan
meningkat.
Pengukuran modal intelektual yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model , pemilihan model sebagai proksi atas intellectual capital
mengacu pada penelitian Firer dan William (2003), Chen et al. (2005) dan Tan et
al. (2007). Pengukuran kinerja keuangan menggunakan rasio profitabilitas yaitu
Return on Equity (ROE), alasan utama perusahaan beroperasi adalah
menghasilkan laba yang bermanfaat bagi para pemegang saham sehingga ukuran
profitabilitas dilihat dari sudut pandang pemegang saham. Nilai perusahaan diukur
dengan menggunakan rasio Tobin’s Q yang dinilai bisa memberikan informasi
paling baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan seluruh unsur hutang, modal,
maupun asset perusahaan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini mengambil judul
“Pengaruh Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai
Perusahaan (Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI
Tahun 2011-2012)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan pada latar belakang penelitian di atas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
2. Apakah kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan
3. Apakah intellectual capital berpengaruh terhadap nilai perusahaan
4. Apakah intellectual capital melalui kinerja keuangan berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian
1.3.1. Maksud Penelitian
Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang ada
atau tidaknya pengaruh intellectual capital terhadap nilai perusahaan baik secara
langsung, maupun tidak langsung melalui kinerja keuangan pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2012.
1.3.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan
2. Untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan
3. Untuk mengetahui pengaruh intellectual capital terhadap nilai perusahaan
4. Untuk mengetahui intellectual capital melalui kinerja keuangan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
1.4 Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Penelitian Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
tentang masalah yang akan diteliti, yaitu mengenai pengaruh intellectual capital
terhadap nilai perusahaan baik secara langsung, maupun tidak langsung melalui
kinerja keuangan.
b. Kegunaan Penelitian Secara Praktis
Penelitian ini menyediakan informasi bagi perusahaan mengenai pengaruh
intellectual capital terhadap nilai perusahaan baik secara langsung, maupun tidak
langsung melalui kinerja keuangan. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan
bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam pengelolaan dan
pemanfaatan intellectual capital dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Obyek Penelitian
Objek penelitian merupakan vaiabel-variabel yang menjadi perhatian peneliti.
Adapun pengertian dari objek penelitian menurut Sugiyono (2010:13) adalah
sebagai berikut : “Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan
reliabletentang suatu hal (variabel tertentu).”
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah intellectual capital, kinerja
keuangan dan nilai perusahaan. Peneliti melakukan penelitian pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 hingga 2012.
Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan perusahaan.
3.2. Metode Penelitian
3.2.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian asosiatif dimana penulis akan
mencoba untuk menjawab pengaruh antar variabel yang ada. Salah satu hal
penting yang harus dipertimbangkan dalam melakukan penelitian adalah
merumuskan desain penelitian agar tujuan dapat tercapai dengan baik. Desain
penelitian merupakan rancangan bagaimana suatu penelitian akan dilakukan
Dalam penelitian ini penulis mengetahui adanya pengaruh dari variabel bebas
terhadap variabel terikat baik secara langsung yaitu intellectual capital terhadap
nilai perusahaan, maupun secara tidak langsung yaitu kinerja keuangan sebagai
variabel intervening yang memediasi pengaruh intellectual capital terhadap nilai
perusahaan. Maka desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan desain kausal, yaitu desain yang berguna untuk menganalisis
hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu
variabel mempengaruhi variabel lain (Husein Umar, 2006:63).
3.2.2. Definisi dan Operasionalisasi Variabel
3.2.2.1. Definisi Variabel
Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada
variabel dalam bentuk istilah yang diuji secara spesifik atau dengan pengukuran
kriteria (Ikhsan, 2008:62). Terminologi definisi operasional harus mempunyai
acuan empiris untuk mengukur variabel dengan cara mendapatkan informasi yang
dapat dimengerti. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Variabel Laten
Pengertian variabel Laten menurut Singgih (2011:7) yaitu : “Variabel Laten
adalah variabel yang tidak dapat diukur secara langsung kecuali diukur dengan
satu atau lebih variabel manifes”. Variabel laten dapat berfungsi sebagai variabel
eksogen maupun endogen. Variabel eksogen adalah variabel yang mempengaruhi
variabel independen. Pada model, variabel eksogen ditunjukkan dengan anak
variabel endogen adalah variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel
independen (eksogen). Pada model, variabel endogen ditunjukkan dengan adanya
anah panah menuju variabel tersebut (Singgih 2011:9)
2. Variabel Manifes
Pengertian variabel Manifes menurut Singgih (2011:7) yaitu : “Variabel
manifes adalah variabel yang digunakan untuk menjelaskan atau mengukur
sebuah variabel laten.”
Berikut ini definisi dari masing – masing variabel, yaitu sebagai berikut :
a) Intellectual Capital
Modal intelektual diukur menggunakan metode Value Added Intellectual
Coefficient ( ) yang dikembangkan oleh Ante Pulic. Variabel ini
termasuk ke dalam variabel laten eksogen yang selanjutnya diberi notasi “ ”.
Komponen yang digunakan untuk mengukur Intellectual Capital adalah
VACA, VAHU, dan STVA. Formula perhitungannya adalah:
= VACA + VAHU + STVA.
b) Kinerja Keuangan
Pengukuran kinerja keuangan dilakukan untuk melihat seberapa jauh
kemampuan perusahaan mengelola sumber daya yang dimiliki untuk
menghasilkan laba bersih dan juga untuk mengevaluasi kinerja manajemen.
Variabel ini termasuk ke dalam variabel laten eksogen yang selanjutnya
diberi notasi “ ”. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kinerja
keuangan adalah Return on Equity (ROE). ROE merupakan ukuran
perusahaan tinggi maka akan mencerminkan kemampuan perusahaan untuk
memberikan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham.
c) Nilai Perusahaan
Variabel ini termasuk ke dalam variabel laten endogen yang selanjutnya
diberi notasi “ ”. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur nilai
perusahaan adalah rasio Tobin’s Q. Tobin’s q adalah rasio antara nilai pasar
dan nilai pengganti aset fisik. Nilai pasar perusahaan dihitung dengan
menambahkan nilai pasar ekuitas saham dengan total kewajiban, kemudian
hasilnya dibagi dengan total aset. Nilai pasar ekuitas saham (market value of
equity) dihitung dengan mengalikan harga penutupan saham diakhir tahun
dengan jumlah lembar saham yang beredar. Menurut James Tobin, bila rasio
ini lebih besar dari 1, berarti perusahaan menghasilkan earning dengan rate of
return yang sesuai dengan harga perolehan aset-asetnya.
3.2.2.2. Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menjabarkan variabel penelitian
ke dalam konsep jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait
dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat
dilakukan secara benar. Disamping itu, tujuannya adalah untuk memudahkan
pengertian dan menghindari perbedaan persepsi dalam penelitian ini. Secara lebih
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Laten Definisi Variabel Manifes Skala
3.2.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi menurut Sugiyono (2010: 61) “wilayah generalisasi yang terdiri dari
atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
Populasi bukan hanya orang, tetapi obyek dan benda lain meliputi seluruh
karakteristik yang dimiliki obyek/subyek tersebut. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI sejumlah 32
perusahaan.
Dalam Sugiyono (2010:62) “teknik sampling merupakan teknik pengambilan
sampel. Sedangkan sampel itu sendiri adalah bagian dari jumlah dan karateristik
yang dimiliki oleh populasi”. Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang
menjadi sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan. Teknik
sampling yang diambil dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode
purposive sampling, menurut sugiyono (2010:61) purposive sampling adalah
“teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”.
Adapun kriteria yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan tidak mengalami delisting di Bursa Efek Indonesia selama tahun
2011-2012
2. Laporan keuangan yang telah diaudit dan dipublikasikan pada tahun 2011-2012
3. Memiliki tahun buku yang berakhir pada 31 Desember
4. Memperoleh laba positif selama periode pengamatan yaitu pada tahun
3.2.4. Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan informasi yang telah diolah dan memiliki peranan penting
dalam penelitian sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Oleh karena itu, data yang digunakan dalam penelitian harus melalui
teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang reliabel.
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan telaah
dokumen, yaitu mempelajari dan menganalisis sumber-sumber informasi tertulis
atau dokumen-dokumen yang diperlukan dalam penelitian. Sumber pengambilan
data termasuk kedalam data sekunder, yaitu data yang diperoleh atau
dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang
telah ada. Data tersebut adalah data kualitatif yaitu data yang berbentuk kata,
kalimat, skema, dan gambar (Sugiyono, 2010:13). Data sekunder dalam penelitian
ini adalah laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia serta data pendukung lainnya yang relevan dengan penelitian ini, seperti
jurnal, penelitian terdahulu, dan text book.
3.2.5. Tekik Analisis Data
3.2.5.1 Statistik Deskriptif
Analisis stastistik deskriptif ditujukan untuk memberikan gambaran
mengenai gambaran umum dari data yang diperoleh. Gambaran tersebut meliputi
dengan data sebagai jawaban atas pertanyaan yang terdapat dalam instrumen
penelitian.
3.2.5.2 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan pendekatan Structural
Equation Model (SEM) dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) yang
dikembangkan oleh Herman Wold (1985) sebagai teknik analisis data dengan
software SmartPLS versi 2.0.M3 yang dapat di-download dari
http://www.smartpls.de. PLS adalah model persamaan struktural (SEM) yang
berbasis komponen atau varian (variance). Menurut Imam Ghozali (2006) PLS
merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan SEM berbasis
covariance menjadi berbasis varian. SEM yang berbasis kovarian umumnya
menguji kausalitas/teorisedangkan PLS lebih bersifat predictive model.
PLS merupakan metode analisis yang powerfull (Wold, 1985 dalam Imam
Ghozali, 2006) karena dapat diterapkan pada semua skala data, tidak
membutuhkan banyak asumsi dan ukuran sampel tidak harus besar. Selain dapat
digunakan untuk mengkonfirmasi teori, PLS dapat sekaligus menganalisis
konstruk yang dibentuk dengan indikator refleksif dan formatif. Hal ini tidak
dapat dilakukan oleh SEM yang berbasis kovarian karena akan menjadi
unidentified model.
Model indikator refleksif dikembangkan berdasarkan pada classical test
theory yang mengasumsikan bahwa variasi skor pengukuran konstruk merupakan
fungsi dari true score ditambah error. Ciri-ciri model indikator reflektif adalah:
2. Antar indikator diarapkan saling berkorelasi (memiliki internal consitency
reliability)
3. Menghilangkan satu indikator dari model pengukuran tidak akan merubah
makna dan arti konstruk
4. Menghitung adanya kesalahan pengukuran (error) pada tingkat indikator
Konstruk dengan indikator formatif mempunyai karakteristik berupa
komposit, seperti yang digunakan dalam literatur ekonomi yaitu index of
sustainable economics welfare, the human development index, dan the quality of
life index. Asal usul model formatif dapat ditelusuri kembali pada “operational
definition”, dan berdasarkan definisi operasional, maka dapat dinyatakan tepat
menggunakan model formatif atau reflesif. Jika η menggambarkan suatu variabel
laten dan x adalah indikator, maka: η= x. Oleh karena itu, pada model formatif
variabel komposit seolah-olah dipengaruhi (ditentukan) oleh indikatornya. Jadi
arah hubungan kausalitas seolah-olah dari indikator ke variabel laten.
Ciri-ciri model indikator formatif adalah:
1. Arah hubungan kausalitas seolah-olah dari indikator ke konstruk
2. Antar indikator diasumsikan tidak berkorelasi (tidak diperlukan uji konsistensi
internal atau Alpha Cronbach)
3. Menghilangkan satu indikator berakibat merubah makna dari konstruk
4. Kesalahan pengukuran diletakkan pada tingkat konstruk (zeta)
Dalam analisis dengan PLS ada dua hal yang dilakukan yaitu:
1. Menilai outer model atau measurement model
Ada tiga kriteria untuk menilai outer model yaitu Convergent Validity,
Discriminant Validity dan Composite Reliability. Convergent validity dari
model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan korelasi
antara item score/componen score yang dihitung dengan PLS. Ukuranrefleksif
individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk
yang diukur. Namun menurut Chin (1998) dalam Imam Ghozali (2006) untuk
penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,5
sampai 0,6 dianggap cukup memadai. Discriminant Validity dari model
pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan Cross Loading
pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran
lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal tersebut menunjukkan
konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik daripada
ukuran pada blok lainnya.
Metode lain untuk menilai Discriminant Validity adalah
membandingkan nilai Root Of Average Variance Extracted (AVE) setiap
konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam
model. Jika nilai AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antara
konstruk dengan konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai
Discriminant Validity yang baik (Fornell dan Larcker, 1981 dalam Ghozali
2006). Berikut ini rumus untuk menghitungAVE:
Dimana i adalah component loading ke indikator ke var ( ) = 1- .
Jika semua indikator di standardized, maka ukuran ini sama dengan Average
Communalities dalam blok. Fornell dan Larcker (1981) dalam Imam Ghozali
(2006) menyatakan bahwa pengukuran ini dapat digunakan untuk mengukur
reliabilitas component score variabel laten dan hasilnya lebih konservatif
dibanding dengan composite reliability. Direkomendasikan nilai AVE harus
lebih besar dari nilai 0,50. Composite reliability blok indikator yang mengukur
suatu konstruk dapat dievaluasi dengan dua macam ukuran yaitu internal
consistency yang dikembangkan oleh Wert et al. (1979) dalam Ghozali (2006)
dan Cronbach Alpha. Dengan menggunakan output yang dihasilkan PLS maka
Composite reliability dapat dihitung dengan rumus:
∑ ∑ ∑
Dimana i adalah component loading ke indikator dan var ( ) = 1- .
Dibanding dengan Cronbach Alpha, ukuran ini tidak mengasumsikan tau
equivalence antar pengukuran dengan asumsi semua indikator diberi bobot
sama. Sehingga Cronbach Alpha cenderung lower bound estimate reliability,
sedangkan ρc merupakan closer approximation dengan asumsi estimasi
parameter adalah akurat. ρc sebagai ukuran internal consistence hanya dapat
digunakan untuk kostruk reflektif indikator. Variabel memiliki reliabilitas
komposit yang baik jika memiliki Composite Reliability 0,7, walaupun
bukan merupakan standar absolut.
Outer model dengan indikator formatif dievaluasi berdasarkan pada
substantive content-nya yaitu dengan membandingkan signifikansi statistik dari
nilai estimasi weight. Menurut Imam Ghozali (2006) konstruk dengan
indicator formatif tidak dapat dianalisis dengan melihat convergent validtity
dan composite reliability. Oleh karena konstruk formatif pada dasarnya
merupakan hubungan regresi dari indicator ke konstruk maka cara menilainya
adalah dengan melihat nilai koefisien regresi dan signifikansi dari koefisien
regresi tersebut.
Imam ghozali (2006) juga menyatakan bahwa indikator formatif tidak
ada uji reliabilitas dan uji validitasnya, tapi dapat dilakukan dengan melihat
nilai t statistik apakah signifikan atau tidak dengan perhitungan bootsraping.
Chin (1998) dalam Ghozali (2006) menyarankan menggunakn weight setiap
indicator sebagai kriteria menilai seberapa besar kontribusi indicator tersebut
terhadap konstruk. Jika nilai weight untuk indicator formatif adalah signifikan
maka mengindikasikan bahwa indicator memberikan kontribusi dalam
pembentukan konstruk.
2. Menilai Inner Model atau Structural Model
Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat
hubungan antara konstruk, nilai signifikansi dan R-square dari model
penelitian. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk
konstruk dependen, Stone-Geisser Q-square test untuk predictive relevance
dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural. Dalam
variabel laten dependen. Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk
menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten
dependen apakah menpunyai pengaruh yang substantive. Pengaruh besarnya
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
=
Dimana dan adalah R-square dari variabel laten
dependen ketika prediktor variabel laten digunakan atau dikeluarkan di dalam
persamaan struktural.
Disamping melihat nilai R-square, model PLS juga dievaluasi dengan melihat
Q-Square predictive relevance untuk model konstruk. Q-Square predictive
relevance mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan
juga estimasi parameternya. nilai Q-Square predictive relevance lebih besar
dari 0 menunjukkan bahwa model mempunyai nilai predictive relevance,
sedangkan nilai Q-Square predictive relevance kurang dari 0 menunjukkan
bahwa model kurang memiliki predictive relevance.
Rumus Q-Square :
( )( )
Dimana , ... adalah R square variabel endogen dalam model
interpretasi sama dengan koefisien determinasi total pada analisis jalur.
Hipotesis adalah kesimpulan sementara yang harus dibuktikan
kebenarannya atau dapat dikatakan proposisi tentatif tentang hubungan antara dua
variable atau lebih. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka harus diketahui
Hipotesis Nol (Ho) dan Hipostesis Alternatif (Ha).
Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis pada penelitian ini adalah
dengan menilai nilai t-statistik dan R-square. Nilai t-statistik (t-hitung)
diperbandingkan dengan nilai t-tabel. Nilai t-tabel yang ditentukan dalam
penelitian ini adalah sebesar 1,658 dengan tingkat signifikasi 0,05 (one-tailed).
Selanjutnya nilai t-tabel tersebut di jadikan sebagai nilai cutoff untuk penerimaan
atau penolakan hipotesis yang diajukan. Kriteria penerimaan atau penolakan
hipotesis dengan ketentuan sebagai berikut:
Uji Hipotesis 1 : Intellectual Capital berpengaruh terhadap kinerja keuangan
Jika nilai t-statistik < t-tabel dengan taraf signifikasi sebesar 0,05 (one-tailed),
X11- X13 = Indikator intellectual capital
X21 = Indikator kinerja keuangan
= Variabel laten eksogen intellectual capital
= Variabel laten endogen kinerja keuangan
= Koefisien pengaruh langsung variabel laten eksogen IC
= Koefisien pengaruh langsung variabel laten endogen kinerja keuangan
- = Kekeliruan pengukuran indikator variabel laten eksogen
Uji Hipotesis 2 : Kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan Jika nilai t-statistik < t-tabel dengan taraf signifikasi sebesar 0,05 (one-tailed),
maka menolak H0 dan menerima Ha.
Gambar 3.2 Hipotesis Kedua Keterangan:
X21 = Indikator kinerja keuangan
Y11 = Indikator nilai perusahaan
= Variabel laten endogen kinerja keuangan
= Variabel laten endogen nilai perusahaan
= Koefisien pengaruh langsung variabel laten endogen kinerja keuangan
= Koefisien pengaruh langsung variabel laten endogen nilai perusahaan
= Kekeliruan pengukuran indikator variabel laten eksogen
= Kekeliruan pengukuran indikator variabel endogen nilai perusahaan
Uji Hipotesis 3 : Intellectual Capital berpengaruh terhadap nilai perusahaan
Jika nilai t-statistik < t-tabel dengan taraf signifikasi sebesar 0,05 (one-tailed),
maka menolak H0 dan menerima Ha.
Gambar 3.3 Hipotesis Ketiga Keterangan:
X11- X13 = Indikator intellectual capital
Y11 = Indikator nilai perusahaan
= Variabel laten eksogen intellectual capital
= Variabel laten endogen nilai perusahaan
= Koefisien pengaruh langsung variabel laten eksogen IC
= Koefisien pengaruh langsung variabel laten endogen nilai perusahaan
- = Kekeliruan pengukuran indikator variabel laten eksogen
= Kekeliruan pengukuran indikator variabel endogen nilai perusahaan
Uji Hipotesis 4 : Intellectual Capital melalui kinerja keuangan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan
Jika nilai t-statistik < t-tabel dengan taraf signifikasi sebesar 0,05 (one-tailed),
maka menolak H0 dan menerima Ha.
X11- X13 = Indikator intellectual capital
Y11 = Indikator nilai perusahaan
= Variabel laten eksogen intellectual capital
= Variabel laten endogen kinerja keuangan
= Variabel laten endogen nilai perusahaan
= Koefisien pengaruh langsung variabel laten eksogen IC
= Koefisien pengaruh langsung variabel laten endogen kinerja keuangan
= Koefisien pengaruh langsung variabel laten endogen nilai
perusahaan
- = Kekeliruan pengukuran indikator variabel laten eksogen
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini berisikan suatu model yang menguji pengaruh intellectual
capital dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI. Hasil pengujian SEM (Structural Equation
Modeling) dengan menggunakan SmartPLS, dapat disimpulkan bahwa :
1. Intellectual capital tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Penelitian
ini tidak mendukung stakeholder theory dan hasilnya sesuai dengan
penelitian Kuryanto (2008). Ada indikasi penggunaan aktiva fisik dan
keuangan masih mendominasi untuk memberi kontribusi pada kinerja
perusahaan.
2. Kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini sesuai
dengan teori keagenan (agency theory) yang membahas hubungan antara
prinsipal (pemilik dan pemegang saham) dan agen (manajemen), dimana
tujuan manajemen adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
3. Intellectual capital tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian
ini tidak berhasil mendukung stakeholder theory. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Wahyu Widarjo (2011), hal ini disebabkan kerena
belum adanya standar yang mengatur tentang pengukuran modal intelektual
secara kuantitatif. Selain itu investor juga mungkin lebih cenderung
dan faktor fundamental yang dicapai dari pada modal intelektual yang
dimiliki perusahaan sebagai dasar analisis dalam pembuatan keputusan
investasi.
4. Intellectual capital melalui kinerja keuangan tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Penelitian ini tidak berhasil mendukung stakeholder theory.
Menurut Ihyaul Ulum (2007) IC belum menjadi tema yang menarik untuk
dikembangkan agar dapat menciptakan nilai bagi perusahaan. Perusahaaan
masih lebih banyak terfokus pada kepentingan jangka pendek, yaitu
meningkatkan return keuangan. Namun dalam penelitian ini kinerja keuangan
yang diukur dengan ROE berada di bawah tingkat signifikasi 5% (1,658).
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian diatas, saran untuk
penelitian selanjutnya yaitu:
1. Penelitian ini menggunakan pengukuran intellectual capital yang
dikembangkan oleh Pulic (1998) yaitu . Penelitian selanjutnya dapat
menguji kembali pengaruh intellectual capital pada kinerja keuangan dan
nilai perusahaan dengan menggunakan model lain dan mempertimbangkan
untuk menambahkan variabel pengungkapan intellectual capital yang
terdapat pada annual report perusahaan.
2. Penelitian ini menggunakan Return on Equity (ROE) sebagai alat analisis
pengukuran kinerja keuangan perusahaan. Penelitian selanjutnya dapat
Assets (ROA), Return on Investment (ROI), Earnings per share (EPS),
Annual stock return (ASR), dan lainnya.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel penelitian
dan menggunakan alat analisis lain, sehingga dapat memperoleh hasil yang
lebih baik.
4. Ada kemungkinan bahwa pengaruh IC terhadap nilai perusahaan tidak terlihat
dalam rentang waktu 2 tahun, maka penelitian selanjutnya disarankan untuk
menguji pengaruh IC terhadap nilai perusahaan dengan periode pengamatan
setidaknya 4 atau 5 tahun.
5. Bagi perusahaan, modal intelektual belum dianggap sebagai sumber daya
yang penting dalam value creation oleh perusahaan. Hal tersebut diperkuat
dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa pasar tidak memberikan
nilai pada modal intelektual perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan
diharapkan lebih memanfaatkan modal intelektual yang dimiliki dalam
rangka meningkatkan kinerja perusahaan serta mempertimbangkan bentuk
pengungkapannya sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
6. Bagi regulator, hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa pasar tidak
memberikan nilai pada modal intelektual yang dimiliki perusahaan. Hal ini
mungkin disebabkan belum adanya standar pengukuran dan pengungkapan
mengenai modal intelektual sehingga pasar kesulitan melakukan penilaian
yang seragam. Oleh karena itu, badan regulator diharapkan menetapkan
DAFTAR PUSTAKA
Ambar Widyaningrum. (2004). Modal Intelektual. Departemen Akuntansi FEUI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol. 1 pp.16-25.
Ang, Robert. (2007). Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to Indonesian Capital Market). Jakarta: Mediasoft Indonesia.
Bambang Riyanto. (2004). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE.
Belkaoui, A. R. (2003). Intellectual Capital and Firm Performance of US Multinational Firms: a Study of The Resource-Based and Stakeholder Views.
Journal of Intellectual Capital 4 (2): 215-226.
Chen, M. C.., S. J. Cheng and Y. Hwang. (2005). An empirical investigation of the relationship between intellectual capital and firms market value and financial performance.Journal of Intellectual Capital 6 (2): 159-176.
Deegan, C. (2004). Financial Accounting Theory. McGraw-Hill Book Company. Sydney.
Firer, S., and S.M. Williams. (2003). Intellectual capital and traditional measures of corporate performance. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4 No. 3. pp. 348-360.
Husein Umar. (2003). Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Van Praag CM, Cramer JS (2003). The Root of Entrepreneurship and Labour Demand: Individual Ability and Low Risk Aversion Economics. Economica,
269: 45-62.
Ihyaul Ulum dan Imam Ghozali dan Anis Chariri. (2008). Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan; Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Squares. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak: 23-24 Juli.
Ihyaul Ulum. (2009). Intellectual Capital. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ikhsan Arfan. (2008). Metodologi Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Indra Widjanarko. (2006). “Perbandingan Penerapan Intellectual Capital Report
antara Denmark, Sweden dan Austria (Studi Kasus Systematic, Sentesia Q dan OeNB)”, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas Islam
Imam Ghozali dan Anis Chariri. (2007). Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Imam Ghozali. (2006). Structural Equation Modeling, Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang
International Accounting Standards Board. (2004). Intangible Assets. IAS 38. International Accounting Standards Board, London.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economic, 3, 305-360.
Joshi, Mahesh, Daryll Cahill, Jasvinder Sidhu. (2010). Intellectual Capital Performance In The Banking Sector: An Assessment of Australian Owned Kinerja Perusahaan. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak: 23-24 Juli.
M.M. Hanafi. dan A. Halim. (2005). Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Munawir, S. (2006). Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty.
Pulic, A. (1998). Measuring the performance of intellectual potential in knowledge economy. Paper presented at the 2nd McMaster Word Congress on Measuring and Managing Intellectual Capital by the Austrian Team for Intellectual Potential (Diakses 17 Maret 2013).
Riahi-Belkaoiu, A. (2003). Intellectual Capital and Firm Performance of US Multinational Firms: A Study of The Resource-Based and Stakeholder Views.
Journal of Intellectual Capital. Vol. 4, No. 2, pp.215-226.
Sangkala. (2006). Intellectual Capital Management: Strategi Baru Membangun Daya Saing Perusahaan. Jakarta: YAPENSI.
Smithers, Andrew dan Wright, Stephen. (2008). Valuing Wall Street. McGraw Hill.
Solikhah, B.., A. Rohman dan W. Meiranto. (2010). Implikasi Intellectual Capital Terhadap Financial Performance, Growth, dan Market Value: Studi Empiris Dengan Pendekatan Simplistic Specification. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto: 13-14 Oktober.
Suad Husnan. (2000). Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan, Edisi Ketiga. Yogyakarta : UPP AMP YKPN
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tan, H. P.., D. Plowman and P. Hancock. (2007). Intellectual capital and financial returns of companies. Journal of Intellectual Capital 8 (1): 76-95.
Wahyu Widarjo. (2011). Pengaruh Modal Intelektual Dan Pengungkapan Modal Intelektual Pada Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XIV.
Aceh: 2011.
Wirama, D. G. (2008). Validitas Teori Surplus Bersih dalam Menjelaskan Harga dan Return. Desertasi. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Wibowo. (2009). Manajemen Kinerja. Edisi kedua. Jakarta: Rajawali Pers.
www.idx.com
www.smartpls.de.
Yusuf dan Peni Sawitri. (2009). Modal Intelektual dan Market Performance Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.