• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES PEMBELAJARAN PADA PELATIHAN TATA KECANTIKAN KULIT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KEWIRAUSAHAAN PESERTA LKP INGE SUMEDANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROSES PEMBELAJARAN PADA PELATIHAN TATA KECANTIKAN KULIT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KEWIRAUSAHAAN PESERTA LKP INGE SUMEDANG."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi, Perumusan Masalah Dan Pertanyaan Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Struktur Organisasi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Pelatihan Pada Pendidikan Luar Sekolah ... 11

1. Pengertian Pelatihan ... 11

2. Tujuan Pelatihan ... 13

3. Prinsip-prinsip Pelatihan ... 14

4. Pelatihan dalam Pendidikan Luar Sekolah . ... 16

5. Pembelajaran Pelatihan dalam Pendidikan Luar Sekolah . ... 17

B. Konsep Proses Pembelajaran Pelatihan ... 19

1. Pengertian Proses PembelajaranPelatihan ... 19

2. Mengawali Proses Pembelajaran Pelatihan ... 20

(2)

C. Konsep Kewirausahaan ... 34

1. Pengertian Kewirausahaan ... 34

2. Kemampuan Kewirausahaan ... 36

3. Ciri-ciri Karakter Wirausaha . ... 37

4. Sikap dan Perilaku Wirausaha . ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 42

B. Desain Penelitian ... 44

C. Metode Penelitian ... 45

D. Definisi Operasional ... 48

E. Instrument Penelitian ... 49

F. Teknik Pengumpulan Data ... ... 51

G. Analisis Data .. ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 59

B. Profil Lembaga ... 60

1. Legalitas LKP Inge Sumedang ... 60

2. Sejarah LKP Inge Sumedang ... 61

3. Visi dan Misi LKP Inge Sumedang ... 62

4. Program yang Dikembangkan di LKP Inge Sumedang ... 63

5. Struktur Organisasi/Lembaga LKP Inge Sumedang . ... 64

6. Pengelola LKP Inge Sumedang . ... 65

7. Ketenagaan LKP Inge Sumedang .. ... 66

8. Mitra Kerja LKP Inge Sumedang ... 66

9. Profil Pelatihan Tata Kecantikan Kulit ... 66

10. Tujuan .. ... 67

11. Waktu dan Tempat Pelatihan .. ... 69

(3)

14. Sarana dan Prasarana LKP Inge Sumedang .... ... 72

C. Hasil Penelitian ... 74

1. Identitas Responden ... 74

2. Deskripsi Hasil Wawancara ... ... 75

a. Persiapan Proses Pembelajaran Pelatihan Tata Kecantikan Kulit yang Dapat Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta LKP Inge Sumedang .... ... 75

b. Pelaksanaan Proses Pembelajaran Pelatihan Tata Kecantikan Kulit yang Dapat Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta LKP Inge Sumedang .. ... 87

c. Penilaian Proses Pembelajaran Pelatihan Tata Kecantikan Kulit yang Dapat Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta LKP Inge Sumedang .... ... 101

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 113

1. Persiapan Proses Pembelajaran Pelatihan Tata Kecantikan Kulit yang Dapat Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta LKP Inge Sumedang.. ... 114

2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran Pelatihan Tata Kecantikan Kulit yang Dapat Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta LKP Inge Sumedang ... ... 117

3. Penilaian Proses Pembelajaran Pelatihan Tata Kecantikan Kulit yang Dapat Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta LKP Inge Sumedang .... ... 121

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 125

B. Rekomendasi ... 128

DAFTAR PUSTAKA

(4)

DAFTAR TABEL

Judul Tabel Halaman

4.1 Pengelola Pelatihan Tata Kecantikan Kulit 65

4.2 Ketenagaan Pelatihan 66

4.3 Kurikulum Pelatihan Tata Kecantikan Kulit 70

4.5 Peserta Pelatihan Tata Kecantikan Kulit 71

4.6 Sarana dan Prasana 72

4.7 Data Responden Penelitian 74

4.8 Jawaban Responden Mengenai Identifikasi Kebutuhan 75

4.9 Jawaban Responden Mengenai Bina Suasana Keakraban 76

4.10 Jawaban Responden Mengenai Kontrak Belajar 80

4.11 Jawaban Responden Mengenai Setting Ruangan 84

4.12 Jawaban Responden Mengenai Teknik Membuka 87

4.13 Jawaban Responden Mengenai Teknik Menjelaskan 88

4.14 Jawaban Reponden Mengenai Teknik Bertanya 92

4.15 Jawaban Responden Mengenai Teknik Dalam

Memberi Penguatan 94

4.16 Jawaban Responden Mengenai Mengadakan Variasi 96

4.17 Jawaban Responden Mengenai Teknik Menutup 99

4.18 Jawaban Responden Mengenai Bentuk Evaluasi 101

4.19 Jawaban Evaluasi Mengenai Tahapan Evaluasi 103

4.20 Jawaban Responden Mengenai Aspek Evaluasi 106

4.21 Jawaban Responden Mengenai Instrument Evaluasi 107

(5)

DAFTAR GAMBAR

Judul Gambar Halaman

3.1. Desain Penelitian 45

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Lampiran

1. Kisi-kisi instrument penelitian

2. Pedoman wawancara

3. Pedoman observasi

4. Surat dari lembaga Inge Sumedang

5. Surat keputusan pengangkatan pembimbing skripsi

6. Surat permohonan izin penelitian dari UPI

7. Surat permohonan izin penelitian dari Fakultas

8. Surat permohonan izin penelitian dari jurusan

9. Lembar bimbingan skripsi

10. Dokumentasi

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar,

namun kualitas sumber daya manusianya masih sangat lemah. Hal ini dapat dilihat

dari kesadaran manusia akan pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas

bukan hal yang baru. Manusia hidupnya selalu memikirkan cara memperoleh

bahan pangan, sandang, dan papan. Peradaban manusia berpangkal pada usaha

mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk memenuhi

kebutuhan dan mempertahankan hidupnya.

Penduduk Indonesia yang berjumlah besar adalah modal dalam

pembangunan, bila sumber daya manusianya memiliki kualitas yang memadai.

Kualitas sumber daya manusia dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing bangsa

dalam era globalisasi saat dunia semakin transparan kita akan menyaksikan

bagaimana hebatnya persaingan bisnis perusahaan nasional.

Kita harus menyadari serta bersyukur bahwasanya Tuhan telah memberikan

kemampuan yang cukup kepada manusia. Namun manusia sendiri yang

kadang-kadang malas menggunakan kemampuannya. Sebagai manusia akan merasakan

kebutuhan yang harus dipenuhi melalui dunia usaha terhadap tingkat

perekonomian yang didapat yaitu salah satunya mengikuti perkembangan dunia

usaha. Pembangunan akan lebih mantap jika ditunjang oleh wirausahawan karena

(8)

menggarap semua aspek pembangunan karena sangat membutuhkan anggaran

belanja personalia. dan pengawasannnya.

Tingkat wirusaha di Indonesia memang rendah bila dibandingkan dengan

Negara-Negara dikawasan Asia Pasifik. Rasio kewirausahaan dibandingkan

penduduk di Indonesia hanya 1:83, sedangkana di Filipina 1:66, Jepang 1:25,

bahkan kurang dari 20. Berdasarkan rasio secara internasional, ratio unit usaha

ideal yaitu 1:20. Untuk menumbuhkan wirausaha baru tersebut perlu adanya

peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Dalam kondisi seperti itu, Pemerintah Kabinet Bersatu Jilid II masih

merencanakan menurunkan tingkat pengangguran menjadi sekitar 5% dan tingkat

kemiskinan menjadi 8% dalam tahun 2014. Pemerintah juga telah menargetkan

pertumbuhan ekonomi 7% setiap tahun. Mengandalkan pertumbuhan ini saja

dikhawatirkan masalah pengangguran dan kemiskinan sulit diwujudkan.

Data BPS bulan Agustus 2011, jumlah penganggur terbuka tercatat

sebanyak 7,7 juta orang (6,56%)dari total angkatan kerja sekitar 117,37 juta

orang. Dari jumlah tersebut sebagian besar berada di pedesaan. Jika dilihat dari

latar belakang pendidikan para penganggur tersebut, 3,56% berpendidikan SD ke

bawah, 8,37% berpendidikan SLTP 10,66% berpendidikan SMA, 10,43%

berpendidikan SMK,7,16% berpendidikan Diploma, dan 8,02% berpendidikan

Sarjana (Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan, 2012).

Mengatasi pengangguran dan kemiskinan di Indonesai untuk lima-sepuluh

tahun ke depan haruslah melalui penciptaan kesempatan kerja langsung dalam

(9)

“Wirausahawan merupakan potensi pembangunan baik dalam mengahadapi

kenyataan bahwa jumlah wirausaha Indonesia masih sedikit dan mutunya masih

rendah, sehingga pembangunan wirausaha merupakan persoalan yang mendesak

bagi suksesnya pembangunan. Alma,(2006) dalam Suryana dan Bayu, (2011: 4)

Oleh karena itu dalam upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia,

berbagai variasi pengembangan sumber daya manusia di segala bidang terus di

tingkatkan diantaranya dalam bidang pendidikan, dimana pendidikan sangat

berperan penting dalam membentuk manusia agar memiliki kemampuan,

keterampilan serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

Salah satu pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan melalui

pelatihan, karena pelatihan merupakan pengembangan yang dilakukan bagi

peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui berbagai pendekatan yang

bersifat konvensional. Pelatihan adalah serangkaian aktivitas yang dirancang

untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun

perubahan sikap seorang individu.

Adapun pelaksanaan pelatihan dilakukan secara komprehensif dengan

materi kunci yang terarah sesuai dengan kebutuhan pelatihan. Interaksi pelatih dan

peserta menjadi titik fokus pelatihan, dengan pengelolaan kelas yang tetap

partisipatif, interaktif dan menyenangkan. Penyegaran dalam bentuk permainan

dan manajemen kelas yang akan menimbulkan efek learning by doing sekaligus

penyegaran suasana bagi seluruh peserta, semuanya itu dinamakan proses

(10)

Melalui proses pelatihan ini adalah salah satu upaya meningkatkan

sumberdaya manusia yang berkualitas untuk pembangunan bangsa indonesia

adalah mengawali proses pelatihan karena sumber daya manusia dibekali dengan

adanya proses pembelajaran dalam meningkatkan kompetensinya. Berdasarkan

tahapan-tahapan yang sudah disusun dalam perencanaan yang terdiri dari

menyetujui rencana kerja pelatihan dan melaksanakan proses pelatihan, Maka

hasil proses pelatihan yang digarap sesuai tahapannya harus diciptakan manusia

yang memiliki kemampuan kewirausahaan dalam proses pembangunan negara

yang memiliki banyak wirausahawan.

Lembaga yang menjadi wadah pembelajaran khususnya bidang pelatihan

adalah Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP), LKP merupakan satuan pendidikan

non formal. Salah satunya adalah LKP Inge tepatnya berada di Kabupaten

Sumedang yang sejak tahun 1978 hingga saat ini telah berjalan dibidang

pendidikan dan keterampilan dalam bidang Tata Kecantikan Rambut, Tata

Kecantikan Kulit dan Tata rias pengantin. Melihat kondisi pada tingkat kota

khususnya di Kabupaten Sumedang jumlah pengangguran menurut tahun 2008,

jumlah pengangguran 39 juta atau 8,48% orang yang sebagian berada diperkotaan

dan didesa dengan pendidikan SD, SMP dan SMA, dengan Banyaknya

pengangguran yang disebabkan faktor ekonomi dan diantaranya tidak bisa

melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.

Tingginya proporsi tenaga kerja yang bekerja sebagai produksi di Provinsi

Jawa Barat, bahwa masih banyak tenaga kerja yang dibekali dengan keterampilan

(11)

Sumedang jumlah pengangguran menunjukan porsi yang relatif tinggi, pada

kondisi melihat pengangguran yang ada, khususnya dikecamatan Sumedang utara

bukan hanya masalah didaerah saja tapi menjadi masalah nasional yang harus

dipecahkan bersama pemerintah dengan swasta.

Penanggulangannya adalah dengan memberi keterampilan dengan hasil

pemantauan di kabupaten Sumedang khususnya salah satu usaha potensial dengan

memberikan kursus Tata Kecantikan Kulit sehingga dapat bekerja disalon-salon

yang berada di Kota Sumedang atau lintasan kabupaten misalnya Bandung dan

kotal ainnya atau wirausaha mandiri.

Salah satu lembaga yang memberikan fasilitas pelatihan tat rias dan tata

kecantikan kulit adalah LKP Inge Sumedang, karena lembaga ini adalah lembaga

dan nama sebuah salon unggulan di Sumedang yang sudah tidak asing lagi bagi

pelanggannya. Selama ini berkiprah sebagai penata rias, sejak berdirinya hingga

kini terbilang sukses sebab tidak sedikit mantan pekerjanya telah berhasil

membuka salon sendiri atau wirausaha.

Lokasi LKP Inge berada diwilayah jantung kota sumedang yang sangat

padat penduduknya, saran prasarana LKP Inge belum menunjang untuk proses

pembelajaran dikarenakan ruangan yang sempit untuk proses pembelajaran baik

teori dan praktik, serta peralatan praktik yang dimiliki hanya mengandalkan dari

dana bantuan pemerintah.

Dalam peningkatan sumber daya manusia pemerintah menanganinya dengan

program pendidikan berbasis luas berorientasi pada program dana bantuan sosial

(12)

Tata Kecantikan Kulit. Salah satunya LKP Inge Sumedang yang menerima dana

bantuan tersebut sehingga dapat menyelenggarakan pelatihan tata kecantikan kulit

yang dikhususkan calon pesertanya memiliki kualifikasi yang ditentukan, khusus,

diselenggarakannya pelatihan tata kecantikan kulit bertujuan untuk masyarakat

yang kurang mampu, terutama yang diperkotaan dapat juga menularkan

keahliannya kepada yang lain.

Etika jabatan sebagai pengetahuan sesuai dengan keahliannya, dan P4

(pedoman penghayatandan pengalaman pancasila) yaitu Eka Prasetya Pancakarsa

dan sebagai pemahaman usaha mandiri dengan pengetahuan kewirausahaan secara

umum dalam tata kecantikan kulit.

Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan di atas maka penulis

bermaksud untuk melakukan penelitian sesuai dengan masalah tersebut, sehingga

penulis merumuskan judul penelitian yaitu, ”Proses pembelajaran pada pelatihan

tata kecantikan kulit dalam meningkatan kemampuan kewirausahaan peserta LKP

Inge Sumedang”.

B. Identifikasi, Perumusan Masalah, dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, diproleh beberapa masalah yang

dapat penulis identifikasi, yaitu sebagai berikut :

1. Peserta yang bersifat heterogen karena berlatang belakang yang berbeda,

rata-rata usia peserta pelatihan pun 18-45 tahun. Kemampuan seseorang

berbeda-beda dalam belajar, peserta pelatihan sendiri kebanyakan merupakan orang

(13)

menilai memerlukan suatu proses dan perkembangan proses itu sangat

dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.

2. Penguasaan keterampilan peserta setelah mengikuti pelatihan tidak mampu

menerapkan untuk wirausaha namun hanya sebatas kebutuhan pribadi saja,

khususnya dibidang keterampilan tata kecantikan kulit, hal tersebut

dikarenakan kurikulum yang digunakan dan kualifikasi lulusan belum

memenuhi standar industri kurangnya visi lembaga kursus/pelatihan dalam

era kompetisi global, dan belum terciptanya hubungan kemitraan antara

lembaga kursus dan industri.

3. Sarana dan prasaran yang masih kurang menunjang untuk proses

pembelajaran tata kecantikan kulit dikarenakan kebanyakan lembaga kursus

dan pelatihan yang berkembang dimasyarakat tidak dapat berdiri sendiri dan

hanya mengandalkan bantuan operasional dari pemerintah yang jumlahnya

sangat terbatas.

Berdasarkan hasil identifikasi masalah tersebut, maka penulis merumuskan

permasalahan penelitian ini yang diasumsikan pada “Bagaimana Proses

pembelajaran pada Tata Kecantikan Kulit yang dapat meningkatkan kemampuan

kewirausahaan peserta LKP Inge Sumedang?”

Untuk lebih memperjelas permasalah dalam penelitian ini, difokuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana persiapan proses pembelajaran pada pelaksanaan pelatihan tata

kecantikan kulit yang dapat meningkatkan kemampuan kewirausahaan

(14)

2. Bagaimana proses pembelajaran pada pelaksanaan pelatihan Tata kecantikan

kulit yang dapat meningkatkan kemampuan kewirausahaan peserta LKP Inge

Sumedang?

3. Bagaimana penilaian proses pembelajaran pada pelaksanaan pelatihan tata

kecantikan kulit yang dapat meningkatkan kemampuan kewirusahaan peserta

LKP Inge Sumedang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan jawaban-jawaban

terhadap masalah yang telah dirumuskan. Penulis merumuskan tujuan penelitian

sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan persiapan proses pembelajaran pada pelaksanaan

pelatihan tata kecantikan kulit yang dapat meningkatan kemampuan

kewirausahaan peserta LKP Inge Sumedang

2. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran pada pelaksanaan pelatihan tata

kecantikan kulit yang dapat meningkatan kemampuan kewirausahaan peserta

LKP Inge Sumedang

3. Untuk mendeskripsikan penilaian proses pemebelajaran pada pelaksanaan

pelatihan tata kecantikan kulit yang dapat meningkatan kemampuan

(15)

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang

memerlukan, kegunaan dari penelitian ini pun antara lain yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis ini secara langsung maupun

tidak langsung diharapkan dapat memberikan konsep-konsep yang baru, yang

diharapkan akan menunjang terhadap ilmu pengetahuan seperti ilmu

pendidikan dan pelatihan.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian dapat bermanfaat sebagai pengalaman praktis bagi

penulis dalam mengaplikasikan konsep-konsep serta teori-teori yang

telah di pelajari.

b. Hasil penelitian dapat bermanfaat sebagai bahan kajian bagi pihak yang

berkepentingan dalam upaya pengembangan sumber daya manusia.

c. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang melakukan

penelitian lanjutan atau melakukan penelitian yang sejenis.

E. Struktur Organisasi

Untuk memudahkan pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka penulis

kemukakan sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut :

BAB I : Berisi tentang pendahuluan, yang didalamnya membahas tentang latar

(16)

penelitian, kegunaan penelitian, pertanyaan penelitian, penjelasan istilah,

metodelogi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Berupa Landasan teoritis, yang secara garis besarnya mengikuti

beberapa teori dan konsep mengenai,konsep dasar pelatihan dalam

pendidikan luar sekolah, konsep proses pelatihan, konsep tata kecantikan

kulit dan konsep kewirausahaan.

BAB III : Membahas tentang lokasi dan subjek penelitian, d penelitian, subjek

penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional,

instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan

data, dan analisis data.

BAB IV : Berisi tentang pembahasan dari hasil penelitian, deskripsi data, dan

sebagainya.

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

Di dalam suatu Penelitian ilmiah seorang peneliti harus dapat memilih

metoda yang cocok untuk digunakan dalam penelitiannya, dan layak untuk

diungkapkan secara ilmiah, tidak akan pernah lepas dari metode yang

digunakan oleh seorang penulis. Adapun tujuan metode penulisan adalah untuk

memberikan gambaran kepada peneliti tentang bagaimana langkah-langkah

penelitian dilakukan, sehingga permasalahan dapat dipecahkan dan untuk

memperoleh hasil penelitian yang baik maka penelitian yang sifatnya ilmiah

harus menggunakan seperangkat metode yang tepat.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh

Spradley dinamakan ”social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga

elemen yaitu: tempat, pelaku dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis.

Artinya, pada situasi sosial atau obyek penelitian, peneliti dapat mengamati secara

mendalam aktivitas orang-orang yang ada pada tempat tertentu. Tetapi situasi

sosial yang menjadi obyek penelitian tidak hanya terdiri atas tiga elemen, tetapi

juga bisa berupa peristiwa alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, kendaraan dan

sejenisnya.

Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi

(18)

Informan penelitian adalah orang yang dapat merespon, memberikan informasi

tentang data penelitian serta sampel dalam penelitian kualitatif disebut sampel

teoritis, Sesuai dengan hakekat kualitatif, subjek dalam penelitian ini ditentukan

secara purposive, artinya subjek penelitian sebagai sumber data dipilih dengan

pertimbangan tertentu. Dalam Sugiyono (2006:303) menurut Faisal (1990) dengan

mengutip pendapat Spradley mengemukakan bahwa, situai sosial untuk sampel

awal sangat disarankan suatu situasi sosial yang didalamnya menjadi semacam

muara dari banyak domain lainnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa, sampel

sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya memenuhi kriteria sebagai

berikut:

1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi,

sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya

2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan

yang tengah diteliti

3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi

4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya”

sendiri.

5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga

lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.

Berdasarkan kriteria di atas maka peneliti menentukan lokasi dalam

melakukan penelitian ini yaitu di lembaga pendidikan pelatihan dan kursus (LKP)

Inge tepatnyan berada di Kota Sumedang bagian utara dimana lembaga ini berada

(19)

Sumber data dalam penelitian ini sebanyak lima orang informan: yang terdiri

dari satu orang instruktur sebagai informan kunci dan empat orang sebagai

triangulan yang terdiri dari satu orang pengelola dan tiga orang peserta pelatihan

tata kecantikan kulit.

B. Desain Penelitian

Berdasarkan pendekatan penelitian yang digunakan yaitu pendekatan

kualitatif dengan metode deskriftip, maka dari itu peneliti menggunakan alur atau

desain yang akan dilakukan pada penelitian ini dapat di gambarkan dalam sebuah

bagan. Desain penelitian ini yaitu dimulai dari identifikasi masalah melalui

observasi awal dengan menggunakan metode wawancara, dan observasi awal ini

dilakukan pengamatan pada kegiatan yang diselenggarakan dalam proses

pembelajaran dan memfasilitasi peserta pelatihan tata kecantikan kulit, setelah

mengetahui adanya masalah yang terjadi maka ditetapkan judul penelitian, yang

kemudian dirumuskan permasalahan menjadi sub-unit yang akan dianalisis,

sebagai penunjang dan pemecahan masalah maka peneliti mencari konsep teori

yang berkaitan dengan masalah yang ditemukan. Memperoleh data dapat

dikumpulkan melalui teknik observasi dan wawancara dilakukan dengan

mengamati subjek yang diteliti yaitu peserta diklat yang mengikuti proses

pembelajaran dan upaya-upaya penerapan dalam proses pembelajaran yang

dilakukan oleh instruktur, sedangkan teknik wawancara dilakukan terhadap

(20)

disusun agar pertanyaan yang dilontarkan oleh peneliti secara sistematis akan

mudah dijawab oleh sumber data. Setelah data terkumpul, maka dilakukan analisis

data dengan cara mendeskripsikan data, reduksi data dan menarik kesimpulan.

[image:20.595.126.501.237.572.2]

Adapun desain penelitian ini, dijelaskan dalam bagan berikut ini:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

C. Metode penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sugiyono (2010:6)

mengemukan bahwa :

Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada

Permasalahan: Hasil pelatihan lemahnya penguasaan dan penerapan keterampilan Hasil Analisis Data: 1. Mendeskripsikan data

2. Reduksi data 3.Menarik Kesimpulam Teori Pendukung: 1. Konsep Pelatihan dalam PLS 2. Konsep proses pelatihan 3. Konsep kewirausahaa Rumusan masalah: 1. Bagaimana peresiapan pelatihan Tata Kecantikan Kulit 2.Bagaiman

pelaksanaan pelatihan Tata Kecantikan Kulit?

(21)

gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Berkaitan dengan uraian diatas, dalam penelitian ini penulis menggunakan

deskriptif. Menurut Sukmadinata (2010:54), “Metode deskriptif merupakan suatu

metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena

yang ada yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau”.

Dalam penelitian deskriptif tidak diperlukannya administrasi dan

pengontrolan terhadap perlakuan. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk

menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang

sesuatu variabel, gejala atau keadaan.

Surakhmad (1985:40) mengemukakan lebih lanjut tentang ciri-ciri metode

deskriptif, yaitu sebagai berkut :

1. Memusatkan dari pada permasalah masalah-masalah yang ada pada masa

sekarang, pada masalah-masalah aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisa.

Adapun yang dimaksud dengan metode deskriptif pada penulisan skripsi ini

yaitu untuk menggambarkan proses pelatihan tata kecantikan kulit dalam

meningkatkan kemampuan kewirausahaan peserta LKP Inge Sumedang. Pada

penulisannya diarahkan pada pengumpulan dan penyusunan data mengenai

persiapan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian

proses pemebelajaran pada pelatihan tata kecantikan kulit dalam meningkatkan

kemampuan kewirausahaan peserta. Dalam penelitiannya penulis berusaha

memperjelas yang diteliti, oleh karena itu penulis menggunakan penelitian

(22)

kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau

perspektif partisipan. Partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara,

diobservasi,diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, persepsinya.

Adapun karakteristik penelitian kualitatif menurut Sukmadinata (2010:94),

adalah sebagai berikut:

1. Kajian Naturalistik: melihat situasi nyata yang berubah secara alamiah,

terbuka, tidak rekayasa pengontrolan variable.

2. Analisis induktif: mengungkap data khusus, detail, untuk menemukan

kategori, dimensi, hubungan penting dan asli, dengan petanyaan terbuka.

3. Holistik: totalitas fenomena dipahami sebagai sistem yang kompleks,

keterkaitan menyeluruh tak dipotong padahal terpisah, sebab akibat.

4. Data kualitatif: deskripsi rinci-dalam, persepsi-pengalaman orang.

5. Hubungan dan persepsi pribadi:hubungan akrab peneliti-informan, persepsi

dan pengalaman pribadi peneliti penting untuk pemahaman

fenomea-fenomena.

6. Dinamis: perubahan terjadi terus, lihat proses desain fleksibel.

7. Orientasi keunikan: tiap situasi khas, pahami sifat khusus dan dalam konteks

sosial-historis, analisis silang kasus, hubungan waktu-tempat.

8. Empati netral: subjektif murni, tidak dibuat-buat.

Penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu

data yang mendalam mengenai proses pelatihan tata kecantikan kulit dalam

meningkatkan kemampuan kewirausahaan peserta LKP Inge Sumedang, dengan

(23)

proses pembelajaran, dan penialaian proses pemebelajaran pada pelatihan tata

kecantikan kulit dalam meningkatkan kemampuan kewirausahaan peserta LKP

Inge Sumedang.

Pendekatan kualitatif digunakan untuk melibatkan penulis dalam kehidupan

subjek yang diteliti, dalam hal ini terlibat langsung kelapangan dengan

mengumpulkan data yang relevan dan sesuai dengan fokus masalah yang diteliti

yaitu mengenai proses pelatihan tata kecantikan kulit dalam meningkatkan

kemampuan kewirausahaan peserta LKP Inge Sumedang, dengan mengungkapkan

data mengenai Persiapan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,

dan penialaian proses pembelajaran pada pelatihan tata kecantikan kulit dalam

meningkatkan kemampuan kewirausahaan peserta.

D. Definisi Operasional

Untuk memperjelas mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian ini,

maka diuraikan pengertian istilah dalam penjelasan berikut:

1. Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk

memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang

berlaku dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan menggunakan metode

yang lebih mengutamakan praktik dari pada teori (Kamil, 2010: 4).

Pemberian pembelajaran dalam mengembangkan keahlian dan keterampilan

Pelatihan Tata Kecantikan Kulit yang diselenggarakan di LPK Inge

Sumedang dalam rangka pendidikan kecakapan hidup melalui dana bantuan

(24)

2. Proses pelatihan adalah pelaksanaan pembelajaran dalam pelatihan dilakukan

melalui langkah-langkah, Pembinaan keakraban, identifikasi kebutuhan,

aspirasi, dan potensi peserta pelatihan, penetapan kontrak belajar, tes awal

peserta pelatihan, proses pembelajaran, dan tes akhir peserta pelatihan

(Sudjana, 2007:196).

Proses pelatihan atau pelaksanaan pelatihan yang dilakukan oleh LKP Inge

dengan upaya instruktur dalam tahapan kegiatan pembelajaran yang

disampaikan kepada peserta pelatihan tata kecantikan kulit. Untuk

memperjelas proses tersebut dilihat dari aspek 1) persiapan proses

pembelajaran, 2) pelaksanaan proses pembelajaran, 3) penilaian proses

pembelajaran.

3. Kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam

memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki

kehidupan berusaha (Zimmere dalam Kasmir, 2006:17).

Penerapan kreativitas peserta setelah mengikuti pelatihan tata kecantikan kulit

didalam kehidupan sehari-hari untuk mendapatkan peluang aktivitas yang

dapat bermanfaat bagi kebutuhan pribadinya dan masyarakat lainnya.

E. Instrumen Penelitian

1. Jenis Instrumen

Kualitas data sangat menetukan kualitas penelitian. Kualitas data tergantung

dari kuaitas alat (Instrumen) yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian.

(25)

kualitatif maka yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti sendiri.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiyono (2010:59) “dalam penelitian

kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu

sendiri.”Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi”

seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun

ke lapangan.Validasi terhadap peneliti sebagai instrument meliputi validasi

terhadap pemahaman peneliti tentang metode penelitian kualitatif, penguasaan

wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek

penelitian, baik secara akademik dan logistiknya.Untuk mendapatkan data dalam

penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan jenis instrument wawancara dan

observasi.

2. Penyusunan instrumen

Dalam penyusunan instrumen penelitian ini, terdapat beberapa tahap

penyusunan instrumen yang dilakukan oleh peneliti yaitu:

a. Penyusunan kisi-kisi

Penyusunan kisi-kisi penelitian disusun secara sistematis sesuai dengan

perumusan masalah yang telah ditetapkan, yang selanjutkan diklasifikasikan

berdasarkan indikator untuk memudahkan dalam pembuatan alat pengumpulan

data yang akan digunakan, dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi

butir-butir pertanyaan atau pernyataan.

Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka dibuat dalam bentuk

(26)

pertanyaan penelitian, aspek penelitian, indikator, sumber data, alat pengumpul

data. (terlampir)

b. Penyusunan Pedoman Wawancara

Sebelum melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu menyusun

pedoman wawancara dimana di dalamnya berisi daftar pertanyaan yang akan

diajukan kepada informan. Pedoman wawancara ini dimaksudkan untuk

memudahkan dalam pelaksanaan wawancara, sehingga pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan lebih terarah dan sistematis.

c. Penyusunan Pedoman Observasi

Penyusunan pedoman observasi dilakukan sebelum penulis datang ke

lapangan/ objek penelitian, hal tersebut dilakukan agar kedatangan penulis ke

lapangan/objek yang akan diteliti dengan tujuan penelitian, artinya objek yang

akan diteliti tidak keluar dari tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Adapun

caranya dengan menetapkan tempat, orang/personal, benda, alat-alat, dan

jenis-jenis kegiatan yang berhubungan dengan tujuan penelitian dan merumuskannya

ke dalam tulisan berupa pedoman observasi

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam

penelitian kualitatif, instrumen yang paling utama adalah peneliti sendiri. Peneliti

(27)

tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memnuhi standar data yang telah ditetapkan.

Dalam Suatu penelitian diperlukan alat pengumpulan data. Hal ini penting

untuk memperoleh data yang valid, untuk itu diperlukan suatu alat yang tepat.

Dalam penelitian ini tehnik wawancara dan observasi merupakan alat pengumpul

data yang utama. Untuk mengetahui dan mengumpulkan data-data yang

diperlukan, maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara atau teknik komunikasi langsung menurut Winarno Surakhmad

(1998:162) adalah Teknik dimana peneliti mengumpulkan data dengan

melakukan komunikasi langsung dengan subyek penelitian, baik di dalam

situasi yang sebenarnya maupun di dalam situasi buatan.

Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dilakukan dengan

beberapa informan antara lain: 1 (satu) orang pengelola dan 1 (dua) orang

pengelola dan 3 (dua) orang peserta pelatihan tata kecantikan kulit. Wawancara

dilakukan kepada pengelola, instruktur dan peserta pelatihan tata kecantikan

kuit untuk mendapatkan data penelitian mengenai persiapan, pelaksanaan dan

penilaian pelatihan tata kecantikan kulit, karena pelatihan tata kecantikan kulit

tersebut telah terselenggarakan maka peneliti menggunakan teknik wawancara

untuk mendapatkan data penelitian mengenai upaya penerapan teknik dalam

proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan kewirausahaan peserta

LKP Inge Sumedang Wawancara ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai Juni

(28)

telah di dilaksanakan wawancara dengan pengelola dilakukan 2 kali pada

tanggal 03 Mei 2012 dan 06 Mei 2012, instruktur pada tanggal 11 Mei dan 13

Mei 2012, pengelola pada tanggal 16 Mei dan 24 Mei 2012, peserta pelatihan

tata kecantikan kulit 1 pada tanggal 26 Mei dan 05 Juni 2012, peserta

pelatihan tata kecantikan kulit 2 pada tanggal 7 Juni dan 9 Juni 2012.

Aspek-aspek wawancara dalam penelitian ini adalah persiapan proses pembelajaran

dalam meningkan kemampuan kewiarusahaan peserta LKP Inge Sumedang,

proses pelaksaksanaan pelatihan tata kecantikan kulit dalam meningkatkan

kemampuan kewirausahaan peserta LKP Inge Sumedang dan penialaian poses

pembelajaran pelatihan tata kecantikan kulit dalam meningkatkan

kemampuankewirausahaan peserta LKP Inge Sumedang. Peneliti melakukan

wawancara sekitar 30 menit pada setiap informan, Peneliti menggunakan

metode wawancara berstruktur dengan menyusun pertayaan agar tetap pada

jalur permasalahan yang diteliti.Alat yang digunakan peneliti pada saat

wawancara adalah ditulis pada draf wawancara.

2. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti

mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala subjek yang

diselidiki, yang dilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan

situasi buatan yang khusus diadakan (Winarno Surakhmad, 1998: 162).

Pengumpulan data observasi dilakukan untuk melihat secara langsung

gambaran proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh LKP Inge dimulai

(29)

kecantikan kulit dalam meningkatkan kemampuan kewirausahaan peserta LKP

Inge Sumedang. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk

mengumpulkan data di mana peneliti mengamati dan mencatat informasi

mengenai upaya penerapan teknik dalam proses pembelajaran dalam

meningkatkan kemampuan kewirausahaan peserta LKP Inge Sumedang.

Observasi ini dilakukan dari bulan Mei sampai Juni namun waktu disesuaikan

dengan waktu luang informan adapun jadwal yang telah dilaksanakan

observasi pada informan satu tanggal 25 Mei 2012, sampai 06 Juni 2012,

adapun untuk informan dua tangal pada tanggal 07 Mei sampai 29 Mei 2012.

Observasi yang dilakuka untuk mengumpulkan data dimana peneliti

mengamati tentang upaya penerapan yang dilakukan instruktur dan respon

peserta, adapun penerapan yang dilakukan instruktur dimulai penerapan

membuka, gaya mengajar, dan teknik penerapan menutup.

3. Dokumentasi

Teknik yang dapat digunakan untuk pengumpulan data selanjutnya

yaitu teknik dokumentasi. Menurut Sugiyono (2010:329) Dokumen

merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen biasanya

berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.

Hasil penelitian dari observasi dan wawancara pun akan lebih kredibel atau

dapat dipercaya jika didukung oleh dokumen yang menunjang. Teknik

dokumentasi ini dilakukan penulis untuk memperoleh data mengenai daftar

nama peserta, photo-photo kegiatan proses pembelajaran pelatihan tata

(30)

Selain teknik pengumpulan data, selanjutnya ada prosedur yang ditempuh

dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti, maka prosedur penelitian

yang ditempuh sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini segala sesuatu yang diperlukan berhubungan

dengan perencanaan. Perencanaan penelitian tidak lain adalah gambaran secara

mendetail tentang proses penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti untuk dapat

memecahkan masalah. Tahap persiapan yang dilakukan oleh penulis yaitu sebagai

berikut :

a) Menyusun Rencana Penelitian

Dalam menyusun rencana penelitian pun umumnya berisi tentang

komponen penting dalam penelitian yang disusun kedalam sebuah proposal

penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian,manfaat, definisi operasional dan sistematika

penelitian.

b) Permohonan Izin Penelitian

Pada tahap persiapan selain mempersiapkan rencana penelitian yang

dirancang untuk mendapatkan data, peneliti pun perlu melakukan permohonan

izin penelitian ke berbagai pihak yang terkait dan berwenang, serta menghubungi

responden. Karena dalam melakukan penelitian peneliti pada umumnya tidak

dapat dilakukan sendiri, agar memperoleh hasil yang maksimal para peneliti harus

mempersiapkan kerja sama yang baik salah satunya dengan melakukan

(31)

c) Penyusunan Kisi-Kisi Penelitian

Penyusunan kisi-kisi penelitian merupakan langkah suatu kegiatan yang

sistematis untuk memudahkan peneliti dalam pengumpulan data. Adapun yang

dimaksud kisi-kisi penelitian ini berisikan kolom-kolom yang berisikan judul

penelitian, ,tujuan penelitian, pertanyaan penelitian, aspek yang diteliti beserta

indikator dan sub indikatornya, sumber data, dan teknik pengumpulan data.

d) Penyusunan Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:305) dalam penelitian kualitatif yang menjadi

instrumen atau alat pengumpul data adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu

peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif

siap melakukan penelitian selanjutnya terjun kelapangan. Pada penelitian ini

penulis menggunakan teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara,

observasi dan dokumentasi, sehingga instrument penelitian yang perlu digunakan

oleh peneliti yaitu berupa pedoman wawancara dan pedoman observasi.

Sedangkan dalam penyusunan pedoman observasi yaitu berisikan kegiatan

yang berhubungan dengan tujuan penelitian itu sendiri, dan untuk memaksimalkan

hasil observasi, peneliti menggunakan alat bantu yang sesuai kondisi lapangan,

yaitu berupa buku catatan, yang berisikan objek yang perlu mendapat perhatian

lebih dalam pengamatan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini setelah segala sesuatunya seperti menyusun

rencana penelitian, Permohonan Izin Penelitian, Penyusunan Kisi-Kisi Penelitian

(32)

setelah mendapatkan perizinan penelitian dari pihak yang berwenang maka

meneliti dapat melaksanakan penelitian, di mana tahap peksanaan merupakan

tahap penggalian data yang lebih spesifik dengan melakukan wawancara dan

mengadakan observasi pada proses belajar mengajar antara pengelola, instruktur,

dan peserta pelatihan tata kecantikan kulit din LPK Inge Sumedang.

Kegiatan-kegiatan tersebut diatas dimaksudkan untuk memudahkan dalam

tahap pelaksanaanya, disamping agar data yang dibutuhkan dapat terungkap

sesuai dengan tujuan yang akan dicapai oleh peneliti.

G. Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi).

Analisis untuk data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan

data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau

menjadi hipotesis. Adapun langkah-langkah analisis yang dilakukan dalam

penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan Data

Mendeskripsikan data adalah menggambarkan data yang ada guna

memperoleh bentuk nyata dari responden atau narasumber, sehingga lebih mudah

peneliti dalam menarik hasil penelitian yang dilakukan. Kegiatan yang dilakukan

yaitu dengan mengumpulkan data yang di dapat berdasarkan hasil wawancara,

observasi, dokumentasi dan studi kepustakaan. Data yang diperoleh yaitu

(33)

gambaran proses pelatihan di LKP Inge Sumedang yang meliputi benda, kondisi,

perilaku, sarana prasarana, metode dan objek lain yang mendukung gambaran

dimulai tahap persipan proses pemebelajaran, proses pembelajaranny dan

penilaian proses pemebelajaran pada pelaksanaan pelatihan dalam meningkatkan

kemampuan kewirausahaan peserta.

2. Reduksi data

Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak

perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnyan dan mencarinya bila diperlukan.

3. Penarikan Kesimpulan

Pada penarikan kesimpulan peneliti menyampaikan ringkasan hasil yang

dianggap penting dan diuraikan hasil analisis data dengan menggunakan bahasa

yang mudah dipahami, karena kesimpulan berisikan jawaban dari tujuan atau

(34)

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap proses pelatihan

Tata Kecantikan Kulit dalam meningkatkan kemampuan kewirausahaan peserta

LPK Inge Sumedang, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa peserta belum

mampu dalam meningkatkan kemampuan kewirausahaannya karena hasil proses

pelatihan yang di ikuti dari tahap persiapan proses pembelajaran, pelaksanaan

proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran hanya mampu menguasai

keterampilan saja, khususnya keterampilan pelatihan Tata Kecantika kulit. Hal

tersebut secara lebih jelas dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Persiapan Proses Pembelajaran Pelatihan Tata Kecantikan Kulit yang

dapat Meningkatan Kemampuan Kewirausahaan Peserta LKP Inge

Sumedang

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian, persiapan

proses pembelajaran pelatihan tata kecantikan kulit adalah sebagai berikut :

Persiapan yang dilakukan melalui identifikasi kebutuhan dengan aspek yang

digunakan dari karaketrisitik latar belakang calon peserta melihat dari

pendidikan, pengalaman tujuan dan harapan adapun metode yang digunakan

dalam identifikasi melalui tanya jawa. Instrumen dalam identifikasi kebutuhan

yaitu dengan menggunakan format pengisian biodata registrasi pendaftran calon

peserta.

(35)

serta perkenalan peserta dengan erta,instruktur dengan peserta dan pengelola

dengan peserta yang bertujuan untuk kenyamanan dalam proses pembelajaran.

Adanya penetapan kontrak belajar, aspek yang digunakan dalam penetapan

kontrak belajar aspek yang meliptui penetapan kontrak belajar yaitu jadwal,

waktu, media dan materi. Karena peserta dituntut harus sungguh-sungguh karena

sudah didukung peralatan praktik dan uang saku sebagai daya dukung

pembelajaran dan aplikasi dalam berwirausaha setelah mengikuti pelatihan. selain

keterampilan khusus tata kecantikan kulit peserta didukung dengan materi

tambahan dasar pengetahuan kewirausahaan dan psikologi

Kenyaman proses pembelajaran tahap eprsiapan yang dilakukan selalu ada

setting ruangan dengan mengubah pola tempat duduk ynag ideal dalam ruang

paktik dengan menggunakan pola bujung sangkar dan pola tempat duduk

berbentuk U. Persiapan proses pembelajaran yang dilakukan LPK Inge pada

pelatihan tata kecantikan kulit memenuhi pengelolaan pelatihan secara partispatif.

Cara yang dilakukan dari tahap persiapan memakai setting ruangan dengan pola

tempat duduk yang ideal untuk pelatihan partispatif serta tahap persiapan proses

pembelajaran peserta sudah diberikan dukungan tambahan untuk berwirausaha.

Respon peserta menjadi mandiri dalam persiapan proses pembalajaran saat

(36)

2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran Pelatihan Tata Kecantikan Kulit yang

dapat Meningkatan Kemampuan Kewirausahaan Peserta LKP Inge

Sumedang

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian,

pelaksanaan proses pembelajaran pelatihan tata kecantikan kulit adalah sebagai

berikut :

Upaya instruktur dalam proses pembelajaran tata kecantikan kulit peserta

dapat berpartisipasi dan aktif mengikuti pembelajaran, serta upaya yang dilakukan

instruktur ini sudah menunjukan pengelolaan kelas yang partisipatif dalam variasi

gaya mengajarnya, instruktur melakukan beberapa tahapan pengelolaan pelatihan

partisipatif yang dimulai dari penerapan teknik membuka, penerapan menjelaskan,

penerapan teknik bertanya, penerapan memberi penguatan, penerapan

mengadakan variasi dan penerapan teknik menutup.

Kemampuan instruktur dalam penerapan pelaksanaan pembelajaran untuk

memotivasi peserta berdampak pada peserta memiliki rasa percaya diri, aktif saat

pembelajaran dan merasa diterima dan nyaman mengikuti pembelajaran.

3. Penilaian Proses Pembelajaran Pelatihan Tata Kecantikan Kulit yang

dapat Meningkatan Kemampuan Kewirausahaan Peserta LKP Inge

Sumedang

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian, penilaian

proses pembelajaran pelatihan tata kecantikan kulit adalah sebagai berikut :

Bentuk evaluasi yang digunakan diawal proses pemebalajaran, ditengah

(37)

bentuk evaluasi yang digunakan sebagai bahan dasar petimbangan dalam

penilaian yaitu memberikan tes tertulis dan tes dalam menjawab pertanyaan secara

langsung atau secara lisan dan terakhir tes praktik.

Instrumen penilaian yang dilakukan menggunakan alat tes secara tertulis

serta Tanya jawab secara langsung saat proses pembelajaran dan tes praktik. Serta

aspek penilaian yang dilakukan dapat dilihat dari aspek kognitif, afektif dan

psikomotor yang meliputi sikap peserta yang diharapkan meliputi: rajin, teliti

dalam pelaksanaan prakti, disiplin mengikuti aturan waktu, kecermatan

penguasaan waktu dalam praktik, hati-hati, peka,dan terampil dan cekatan.

Evaluasi yang dilakukan pada pelatihan Tata Kecantikan kulit ternyata

dapat dirasakan peserta yaitu penguasaan keterampilan dan dukungan yang

diberikan oleh instruktur dan pengelola baik dari peralatan dan uang saku serta

materi dasar kewirausahaan dan psikologi hanya mampu penguasaan materi saja.

Hasil evaluasi ini belum menunjukkan bahwa peserta tidak dapat meningkatkan

kemampuan kewirausahaannya karena tidak memenuhi keriteria kecakapan

kemampuan kewirausahaan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, penelitian tentang

proses pelatihan Tata Kecantikan Kulit dalam meningkatkan kemampuan

kewirausahaan peserta LPK Inge Sumedang, peneliti memiliki ingin

(38)

1. Bagi LKP Inge Sumedang

Penyelenggaraan pelatihan yang dilaksanakan oleh LPK Inge Sumedang

sudah dikelola tepat dengan pengelolaan partisipatif, serta peserta berhasil sampai

menguasai materi danketrampilan yang diikuti, namun perlu adanya upaya

motivasi atau dukungan materi tambahan lebih dalam yang mendukung peserta

dalam pengetahuan kewirausahaan.

2. Bagi Pemerintah

Pemerintah hendaknya dapat lebih memperhatikan lembaga kursus dan

pelatihan yang mengusulkan pendidikan yang bertujuan meningkatkan

pembangunan mengentaskan angka kemiskinan dan pengangguran dalam

meningkatkan kesejahteraan kehidupan melalui keterampilan untuk berwirausaha.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil pelatihan yang didapat peserta tidak hanya cukup menguasai

keterampilan namun perlu ada upaya untuk memotivasi serta tambahan

keterampilan sebagai daya dukung aplikasi wirausaha dari pelatihan yang telah

diikuti.

Para peneliti selanjutnya lebih kepada upaya instruktur dalam proses

pembelajaran yang difokuskan pada peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan

sikap atau upaya tindak lanjut lembaga sebagai bukti pemantauan hasil pelatihan

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Kasmir.(2006). KEWIRAUSAHAAN. Jakarta: Rajawali Pers

Kamil Mustofa. (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan. (Konsep dan Aplikasi) . Bandung: Alfabeta

Kartika Ikka. (2011). Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung: Alfabeta

Syaodih S. N. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya Offset

Sudjana, Djudju (2001). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung:

Alfabeta

__________. (2007). Sistem dan Manjemen Pelatihan teoi dan aplikasi.Bandung: Falah

Sugiyono (2006). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

__________. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan Kuantitatif,

kualitatif dan R&D). Bandung:Alfabeta

Surakhmad, Winarno. (1985). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan

Teknik, Bandung: Tarsito

__________. (1998). Pengantar Penelitian (Dasar, Metode, Teknik), Bandung Tarsito

Suryana Yuyus dan Kartib Bayu. (2010). Kewirausahaan pendekatan

karakteristik wirausahawan sukses,Jakarta: Kencana Prenada Media

Group

Modul:

Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan (2009). Kurikulum Berbasis

Kompetensi Tata Kecantikan Kulit . Jakarta: Kementrian Pendidikan

Nasional

Direktorat Pembinaan Kursus dan Keterampilan. (2012). Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan

Gambar

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Selain untuk penghitung waktu mundur sebelum roket meluncur, alat ini juga dapat di aplikasikan dengan peledak yang digunakan oleh pekerja di pertambangan untuk menghindari

Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Secara Langsung dan Tidak Langsung Terhadap Kinerja Usaha Kecil & Menengah (UKM).. (Skripsi, Universitas Dipenogoro Semarang,

DAFTAR PENETAPAN PENSIUN POKOK PENSIUNAN JANDA/DUDA PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN RUANG IV/d.

Bawang merah merupakan salah satu komoditas yang memiliki fluktuasi. yang relatif

dimentahkan oleh keputusan Gubernur bo 244/kep/2009tertanggal 14 desember 2009 // Atas permasalahan ini /Kongres organisasi dan Rumpun Tjoet Njak Dien (RTND) siang tadi melakukan

Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Edisi Ketiga, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.. Perkembangan Sektor Pertanian Di Indonesia, Edisi Pertama, Ghalia Indonesia,

PILIHAN YANG TEPAT UNTUK ANDA KUNJUNGI // GELARAN TERLETAK DI DESA BEJIHARJO /. KECAMATAN KARANGMOJO / KABUPATEN GUNUNGKIDUL // DI DESA

Hosnan dalam bukunya yang berjudul Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21 bahwa pada tahap mengasosiasi:. Kegiatan belajarnya adalah: pertama,