DAFTAR ISI
ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR ……….…….… i
UCAPAN TERIMA KASIH ……….……… ii
DAFTAR ISI ………...………...….…. iv
DAFTAR GAMBAR ………...….……… viii
DAFTAR TABEL ……...………...…...……… ix
DAFTAR LAMPIRAN ………. x
BAB I PENDAHULUAN ………. 1
A. Latar Belakang Masalah ………. 1
B. Rumusan Masalah ………...……….. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 6
1. Tujuan Penelitian ………...……….. 6
2. Manfaat Penelitian ………...……….. 6
D. Variabel Penelitian ………...……….. 7
1. VITAPROVAK ...………...……….. 7
2. Pengelolaan Perilaku...………...……….. 8
E. Anggapan Dasar ………...……….. 8
F. Pertanyaan Penelitian ………...……….. 9
BAB II KAJIAN TEORI...……..…...… 10
1. Pengertian ………...………..…..…….. 10
2. Unsur-unsur VITAPROVAK ...…………... 12
a. Perilaku ...12
b. Latihan Sensorimotor ...13
c. Bermain ...16
d. Alat permainan ...21
B. Hambatan Perkembangan ………...……….... .22
1. Sensorimotor ……...……...………...….…… 22
a. Masalah Vestibuler Pada Anak ……..…………...….…….. 29
b. Vestibuler yang Optimal ………..…………...….…….. 34
C. Hubungan Latihan VITAPROVAK dengan Pengelolaan Perilaku Pada Anak yang Memiliki Masalah Vestibuler……...…..……….…... 35
D. Prosedur Penerapan VITAPROVAK ………...……….... 41
1. Asesmen VITAPROVAK ...41
2. Pelaksanaan VITAPROVAK ...42
BAB III METODE PENELITIAN ………...……….... 46
A. Metode Penelitian ………...……….... 46
1. Desain Penelitian ………...……….... 46
2. Subjek dan Lokasi Penelitian...………...…….... 47
B. Variabel Penelitian ………...……….... 49
1. Target behaviour ………...……….... 49
2. Variabel bebas ………...……….... 50
1. Tahap Baseline (A)...51
2. Tahap Intervensi(B)...51
D. Teknik Pengumpulan Data ………...……… 55
1. Bentuk Teknik Pengumpulan Data ………...……… 55
2. Kriteria Penelitian ………...……….... 55
3. Instrumen penelitian...56
4. Teknik Analisis Data ………...………….... 58
BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ………...… 60
A. Hasil Penelitian ...60
1. Frekuensi meninggalkan tempat Duduk………..……….... 63
a. Fase Baseline ...63
b. Fase Intervensi...64
2. Persentase mengerjakan Tugas Dengan tuntas ……….... 66
a. Fase Baseline ...66
b. Fase Intervensi ...67
B. Pembahasan ...68
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI……… 72
A. Kesimpulan ………...……….... 72
B. Implikasi ...72
C. Rekomendasi ………...……….... 73
1. Bagi Guru ………...……….... 73
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini banyak ditemukan anak-anak yang mengalami masalah
pengelolaan perilaku akibat sensorimotor yang belum optimal. Pada saat
melakukan kegiatan sehari-hari di sekolah, sekilas mereka terlihat seperti
anak-anak yang tidak bermasalah, namun pada saat mengikuti kegiatan belajar di kelas,
mereka menunjukkan tingkah laku yang membingungkan, membuat marah,
jengkel dan frustasi bagi guru ataupun teman-teman yang berada di dekatnya.
Anak-anak dengan pengelolaan perilaku yang buruk akibat masalah sensorimotor
ini seringkali menjadi agresif atau sebaliknya menarik diri, bersikap pasif, terlalu
aktif, memilih diam atau sebaliknya terus bergerak saat berada di kelas. Perilaku
seperti ini tentu saja akan mengganggu dirinya sendiri atau teman-temannya.
Permasalahan sensorimotor pada anak-anak ini terjadi karena pemrosesan
informasi yang diterima oleh indera mengalami hambatan, seperti hambatan
dalam menafsirkan penglihatan (visual), bunyi-bunyian (auditoris),
sensasi-sensasi sentuhan (taktil), ayunan (vestibuler) dan, gerakan (kinestetik). Beberapa
anak yang mengalami masalah sensorimotor dengan spesifikasi vestibuler mereka
menunjukkan perilaku khas berjalan kian kemari, berputar tanpa merasa pusing,
bergerak terus menerus tanpa merasa lelah, atau tidak bisa duduk dalam waktu
Permasalahan pada vestibuler terjadi karena adanya proses yang tidak
efisien di dalam otak, saat mengolah sensasi-sensasi yang diterima melalui telinga
bagian dalam. Anak-anak dengan masalah ini, menginterpretasikan informasi
mengenai gerakan, gravitasi keseimbangan dan ruang secara tidak efisien yang
dikenal dengan oversensitive terhadap gerakan atau hiposensitive atau keduanya
sehingga respon-respon postural yang penting untuk dapat berdiri tegak, secara
khusus pada masalah hiposensitivitas vestibuler (hipovestibuler) tidak dapat
berkembang dengan optimal, otak tidak cukup mampu memfasilitasi pesan-pesan
gerakan sehingga mereka akan terus bergerak dan terus membutuhkan lebih
banyak aktifitas sampai merasa puas. Mereka mungkin melintas dan bergerak
dengan cepat dari satu aktifitas ke aktifitas lain, melakukan gerakan-gerakan
untuk satu ketegangan baru. Rentang perhatiannya mungkin pendek bahkan
untuk aktifitas yang sedang dinikmati.
Menurut Kranowits.Carol. Sensory Integration and the Child, 1998:2
dikemukakan :
“Sistem vestibuler adalah suatu sistem yang bersifat fundamemtal dan
berhubungan dengan grafitasi. Sistem vestibuler ini memberikan dasar pada
sistem syaraf secara keseluruhan agar berfungsi secara efektif. Ketika sistem
vestibuler ini tidak berfungsi secara konsisten dan akurat, maka interpretasi
terhadap sensasi-sensasi yang lain akan menjadi tidak konsisten dan tidak akurat”.
Pernyataan ini dijelaskan lebih lanjut oleh Ayres (The Out of Sinc, 1999) :
ataupun sulit duduk tenang seringkali disertai permasalahan lain seperti
permasalahan visual, taktil, proprioseptif, auditoris maupun kinestetik oleh
karena pencarian sensasi vestibuler yang berlebihan ini mengakibatkan
sensorimotor yang lain menjadi terabaikan, dan pada akhirnya muncul
permasalahan pada sistem sensori dan motoris secara keseluruhan. Anak-anak
dengan masalah hipovestibuler seringkali mengalami kesulitan untuk mengelola
perilaku akibat kebutuhan untuk bergerak menjadi stimuli yang kuat untuk
meninggalkan tugas atau kegiatan yang sedang berlangsung.
Menurut data di Klinik Perkembangan Anak R.S Bunda Jakarta dari 98
orang anak dengan masalah perkembangan, pada bulan Juli 2002 33,3 % dari 98
anak diantaranya memenuhi kriteria diagnostik problem pemrosesan
sensorimotor (Pertiwi. Makalah seminar autism.Jakarta. 2003: 252.). Begitu pula
ketika dilakukan pencatatan data di Klinik Tanaya pada bulan Januari-Februari
2010, didapatkan hasil bahwa dari 40 anak yang memerlukan layanan khusus
setiap minggunya, terdapat 50% anak dengan masalah vestibuler (Sari, Dokumen
Klinik Tanaya). Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi anak dengan masalah
vestibuler yang berakibat pada persoalan pengelolaan perilaku cukup besar,
sehingga diperlukan penanganan secara sungguh-sungguh dalam upaya
memperbaiki pengelolaan perilaku saat melakukan aktifitas belajar di kelas akibat
masalah vestibuler.
Kemampuan sensorimotor (kemampuan visual, taktil, proprioseptif,
kinestetik, dan kemampuan vestibuler) yang optimal akan berpengaruh pada
teratur, anak lebih mampu melakukan pengelolaan perilaku dalam memberikan
respon terhadap stimulus sensori dan motorik yang ada disekelilingnya secara
efektif, termasuk saat mengikuti kegiatan belajar di kelas.
Dalam kehidupan sehari-hari guru merasa kewalahan menghadapi
anak-anak dengan pengelolaan perilaku yang buruk oleh karena masalah hipovestibuler,
misalnya perilaku meninggalkan tempat duduk, berjalan-jalan di kelas dan secara
spontan meninggalkan tugas atau kegiatan belajar yang sedang berlangsung.
Perilaku ini tentu saja mengganggu proses belajar di dalam kelas. Tidak jarang
guru memberikan hukuman berulang kali pada anak dengan masalah
hipovestibuler tanpa mengetahui akar persoalan yang sebenarnya. Dan akibatnya
hukuman ini tidak membuat anak menjadi lebih baik perilakunya namun
sebaliknya anak menjadi frustasi dan tidak jarang menampakkan perilaku
menentang
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan suatu
penelitian pada anak klas 1 Sekolah Dasar dengan pengelolaan perilaku yang
buruk akibat masalah hipovestibuler usia 7 tahun yang ditunjukkan lewat
indikator berupa perilaku meninggalkan tempat duduk berulang kali serta
rendahnya persentase anak mengerjakan tugas dengan tuntas. Pada anak tersebut
diberikan perlakuan berupa VITAPROVAK yaitu sebuah strategi pengelolaan
perilaku dengan melakukan modifikasi latihan sensorimotor untuk memperbaiki
kemampuan visual (kemampuan untuk menerima sensasi yang diterima oleh
penglihatan), taktil (kemampuan untuk menerima sensasi yang diterima oleh
persendian), auditoris (kemampuan untuk menerima sensasi yang diterima oleh
pendengaran), kinestetik (kemampuan untuk menerima sensasi yang diterima oleh
penggerak tubuh), dan khususnya vestibuler (kemampuan untuk menerima sensasi
yang diterima oleh pengatur keseimbangan tubuh) sebagai problem utama, yang
diduga menjadi penyebab masalah pengelolaan perilaku bagi anak saat mengikuti
kegiatan belajar di kelas. VITAPROVAK ini dikemas menggunakan media
permainan dalam kegiatan bermain dengan harapan anak menikmati
VITAPROVAK. Observasi dan dokumentasi penelitian berkaitan dengan
masalah pengelolaan perilaku dilakukan pada saat kegiatan belajar di kelas.
Sedangkan penatalaksanaan VITAPROVAK dilakukan di luar kegiatan observasi
dan dokumentasi, yaitu di ruangan khusus, bukan di kelas yang dilakukan
seminggu/3x. Peneliti memilih menggunakan VITAPROVAK untuk melihat
pengaruhnya terhadap pengelolaan perilaku yang buruk dengan indikator
meninggalkan tempat duduk dan rendahnya persentase anak mengerjakan tugas
dengan tuntas yang diduga akibat masalah hipovestibuler pada khususnya dan
masalah sensorimotor yang lain pada umumnya.
Diharapkan penelitian Penerapan VITAPROVAK dalam Meningkatkan
Pengelolaan Perilaku di Kelas dapat menjadi acuan dalam mengatasi
permasalahan pada anak yang mungkin ditemukan oleh orang tua atau guru di
rumah maupun saat di sekolah, sehingga anak-anak dengan pengelolaan perilaku
yang buruk akibat masalah vestibuler ini dapat teratasi dan mampu memberikan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, dapat
dikemukakan permasalahan pokok yang menjadi dasar perumusan masalah
penelitian yaitu: “Apakah penerapan VITAPROVAK dapat meningkatkan
pengelolaan perilaku di kelas pada anak yang memiliki masalah vestibuler?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan
VITAPROVAK terhadap pengelolaan perilaku pada anak yang mengalami
masalah sensorimotor dengan prioritas masalah penelitian pada vestibuler saat
melakukan kegiatan belajar di kelas.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi guru, orang tua dan pengasuh bisa menjadi masukan dalam memberi
bantuan pada anak dengan masalah vestibuler menggunakan penerapan
VITAPROVAK untuk membantu meningkatkan pengelolaan perilaku anak di
kelas dengan indikator menurunnya perilaku meninggalkan tempat duduk dan
meningkatnya perilaku anak mengerjakan tugas dengan tuntas saat kegiatan
belajar di kelas
b. Bagi penulis, dapat mengetahui sejauh mana pengaruh penerapan
VITPROVAK untuk meningkatkan pengelolaan perilaku pada anak yang
D. Variabel Penelitian
1. VITAPROVAK
VITAPROVAK adalah latihan sensorimotor yang bertujuan memperbaiki
kemampuan visual, taktil, proprioseptif, vestibuler, auditoris, dan kinestetik.
Latihan ini dikemas dalam kegiatan bermain dengan menggunakan media
permainan, supaya anak tertarik dan senang melakukan latihan VITAPROVAK.
Perbaikan kemampuan visual, taktil, proprioseptif, auditoris, kinestetik dan
terutama kemampuan vestibuler pada anak yang memiliki masalah pengelolaan
perilaku yang ditunjukkan lewat perilaku meninggalkan tempat duduk dan
ketuntasan mengerjakan tugas saat mengikuti kegiatan belajar di kelas karena
masalah hipovestibuler khususnya dapat diatasi. VITAPROVAK dikemas dalam
kegiatan bermain dengan interaksi yang menyenangkan dengan menggunakan
media-media permainan yang mudah didapatkan dan diadakan. Tanpa menutup
kemungkinan penggunaan media permainan yang lain, penelitian ini
menggunakan media khusus seperti bola gimnasium, halang rintang, papan
tangga luncur, loncat hulahop, jalan gerobak, dan ayunan buaya. VITAPROVAK
ditempatkan sebagai variabel bebas (Independent Variable : X) yaitu intervensi
yang diberikan pada subyek penelitian untuk mengubah perilaku sebagai target
2. Pengelolaan Perilaku
Anak yang memiliki masalah vestibuler menunjukkan masalah pengelolaan
perilaku saat kegiatan belajar berlangsung di kelas, mereka seringkali tidak
mampu mengendalikan tubuhnya tenang di tempat duduk karena dorongan untuk
mencari sensasi bergerak membuatnya secara spontan bergerak, sehingga tujuan
belajar yang direncanakan tidak tercapai. Dalam penelitian ini pengelolaan
perilaku anak yang diteliti yaitu: berapa kali anak meninggalkan tempat duduk
saat kegiatan belajar berlangsung di kelas dengan melakukan observasi selama 15
menit dan persentase anak mengerjakan tugas dengan tuntas menjadi target
behaviour ditempatkan sebagai variabel terikat (dependent variable : Y)
E. Anggapan Dasar.
Anggapan dasar penelitian ini antara lain sebagai berikut:
“Penguasaan keterampilan sensorimotor merupakan keterampilan dasar
(prasyarat) untuk meningkatkan perilaku anak pada saat mengikuti proses belajar
di kelas. (Widiawati. Ika 2003: 16-20 dikutip dalam seminar Zero to Three
Classification Diagnostic).
Penguasaan kemampuan vestibuler sebagai bagian dari keterampilan
sensorimotor memberi pengaruh terhadap pengelolaan perilaku anak untuk
mengendalikan tubuhnya tenang dan tegak saat melakukan kegiatan belajar dan
F. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengelolaan perilaku pada anak dengan masalah vestibuler saat
mengikuti proses belajar di kelas sebelum diberi penerapan VITAPROVAK?
2. Bagaimanakah pengelolaan perilaku pada anak dengan masalah vestibuler saat
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen Single Subject Research
(SSR), yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat akibat dari pemberian
perlakuan secara individual, kemudian dilakukan perbandingan antara
kemampuan subyek sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Dalam hal ini
peneliti ingin meneliti pengaruh penerapan VITAPROVAK terhadap pengelolaan
perilaku pada anak dengan masalah vestibuler saat melakukan kegiatan belajar di
kelas.
1. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain A-B. Desain
ini dipilih karena peneliti akan mengubah perilaku dengan suatu intervensi yang
diperkirakan dapat memberikan pengaruh terhadap dua perilaku sasaran (target
behaviour) A adalah kondisi baseline sebelum diberi perlakuan yaitu (a) berapa
kali anak meninggalkan tugas, (b) berapa persentase mengerjakan tugas dengan
tuntas, (B) adalah perlakuan berupa latihan VITAPROVAK dan kondisi anak
Pengukuran (A) dilakukan beberapa kali sampai didapatkan nilai stabil
tanpa pemberian perlakuan, pengukuran (B) dilakukan sebanyak 12 sesi untuk
perilaku meninggalkan tempat duduk dan 9 sesi untuk persentase mengerjakan
tugas dengan tuntas (berdasarkan persentase tugas yang diselesaikan oleh subjek)
setelah anak diberi intervensi sebelumnya.
Gambar 3 .1.
Desain Penelitian
Keterangan:
A(Sesi1-3 dan 1-6) : Base line sebelum subjek mendapat perlakuan
B (Sesi 4-15 dan 7- 15)) : Perlakuan (treatment) VITAPROVAK
2. Subjek dan Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini subjek yang diteliti adalah seorang anak dengan
masalah vestibuler berumur 7 tahun. Anak ini mengalami masalah pengelolaan
perilaku saat mengikuti kegiatan belajar yang berlangsung di kelas karena
perilaku meninggalkan tempat duduk saat mengikuti kegiatan belajar di kelas dan
rendahnya persentase mengerjakan tugas dengan tuntas saat diberikan soal oleh
guru di kelas. Melalui asesmen ditemukan masalah sensorimotor. Anak ini
berinisial S, berjenis kelamin laki-laki. Anak bisa melakukan interaksi dan
komunikasi dengan baik.
Pengambilan data untuk mendapatkan target behaviour yaitu masalah
pengelolaan perilaku berupa perilaku meninggalkan tempat duduk dan ketuntasan
mengerjakan tugas ini dilakukan dalam ruangan kelas, saat subyek melakukan
kegiatan belajar dikelas bersama siswa yang lain (40 siswa) dengan ukuran
ruangan kelas 5x5 meter. Peneliti berada dalam ruangan bersama dengan subyek.
Data dikumpulkan selama 3 bulan dengan menggunakan video kamera.
Secara rinci berikut disampaikan informasi mengenai subjek penelitian
dan perilakunya.
1. Identitas Siswa
Nama : S
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL : Bandung, 01-01-2003
Sekolah : SDN Pls 1 Bandung
Anak ke : 1 dari 3 bersaudara
Nama Ortu : JJ/YT
Pekerjaan : PNS
2. Perilaku
S kesulitan mengikuti kegiatan belajar yang berlangsung di kelas karena
menunjukkan permasalahan pengelolaan perilaku yaitu sering meninggalkan
tempat duduk saat mengikuti kegiatan belajar dan ketuntasan mengerjakan tugas
di kelas. S bisa melakukan interaksi dan komunikasi dengan baik.
3. Kemampuan Sensori Motor
Saat dilakukan pemeriksaan pada kemampuan sensorimotor didapatkan
anak memiliki problem vestibuler, visual, taktil, proprioseptif, auditori, dan
kinestetik dan menonjolnya permasalahan vestibuler dibandingkan masalah
sensorimotor yang lain (secara lengkap profile kemampuan sensorimotor pada
lampiran 1)
B. Variabel penelitian
Dalam Single Subject Research ada dua variabel yaitu target behaviour
(dalam penelitian eksperimen disebut sebagai variabel terikat) dan variabel bebas
1. Target behaviour
Target behaviuor dalam penelitian ini adalah masalah pengelolaan
perilaku saat mengikuti kegiatan belajar di kelas dengan indikator sebagai berikut:
1. Frekuensi anak meninggalkan tempat duduk saat mengikuti kegiatan belajar di
2. Persentase anak mengerjakan tugas dengan tuntas. (dilihat berdasarkan
persentase jawaban tuntas saat diberikan soal yang diberikan oleh guru)
Ukuran perilaku yang dicatat adalah frekuensi subjek meninggalkan
tempat duduk saat pembelajaran berlangsung, dicatat selama dilakukan observasi
di kelas selama 15 menit. Frekuensi ini dicatat oleh observer pada format
pencatatan data selama 3-6 sesi pada baseline yang dilakukan selama 6 hari (yang
terbagi pada minggu ke-1 dan 2) tanpa pemberian perlakuan pada (intervensi), 12
hari selanjutnya dilakukan 9-12 sesi pencatatan pada tahap intervensi, pencatatan
data untuk sesi intervensi masing-masing dilakukan setelah satu hari sebelumnya
mendapatkan perlakuan (intervensi). Perilaku lain yang dicatat adalah persentase
anak mengerjakan tugas dengan tuntas (berdasarkan respon anak menjawab tugas
dengan tuntas) dengan melakukan portofolio hasil pekerjaan anak pada hari yang
sama saat dilakukan pencatatan perilaku anak meninggalkan tempat duduk.
2. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah VITAPROVAK.
VITAPROVAK adalah latihan sensorimotor yang bertujuan memperbaiki
kemampuan visual, taktil, proprioseptif, vestibuler, auditoris, dan kinestetik.
Latihan ini dikemas dalam kegiatan bermain dengan menggunakan media
permainan, supaya anak tertarik dan senang melakukan VITAPROVAK.
Perbaikan kemampuan visual, taktil, proprioseptif, auditoris, kinestetik, dan
terutama perbaikan pada kemampuan vestibuler pada anak yang memiliki masalah
VITAPROVAK dikemas dalam kegiatan bermain dengan interaksi yang
menyenangkan dengan menggunakan media-media permainan seperti bola
gimnasium, halang rintang, papan tangga luncur, loncat hulahop, jalan gerobak,
dan ayunan buaya. VITAPROVAK diberikan diluar waktu observasi dan
dilakukan di ruang tersendiri (bukan di sekolah subjek) dengan durasi latihan 45
menit yang dilakukan seminggu 3x berupa aktifitas bermain dengan menggunakan
alat permainan untuk mengoptimalisasikan kemampuan sensorimotor.
C. Prosedur Penelitian
Tahapan penelitian terdiri dari Baseline (A), Intervensi (B).
1. Tahap Baseline (A)
Pengambilan data pada fase baseline dilakukan sebanyak 3 sesi untuk
perilaku anak meninggalkan tempat duduk dan 6 sesi untuk perilaku anak
mengerjakan tugas dengan tuntas atau sesudah didapatkan skor stabil, observer
mencatat data target behaviour subjek pada lembar pengumpulan data. Pada tahap
ini pengambilan data dilakukan di dalam kelas saat subjek mengikuti pelajaran
seperti biasa, dan dilakukan pencatatan frekuensi anak meninggalkan tempat
duduk dan melakukan dokumentasi portofolio persentase anak mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru kelas. Pada tahap ini anak tidak mendapatkan perlakuan
berupa VITAPROVAK.
Tahap ini dilakukan sebanyak 12 sesi untuk perilaku anak meninggalkan
tempat duduk dan 9 sesi untuk perilaku anak mengerjakan tugas dengan tuntas,
pengambilan data dilakukan di dalam kelas saat subjek mengikuti pelajaran
seperti biasa. Pada sesi ini dilakukan penerapan VITAPROVAK yang dilakukan
di luar kelas, pada tempat khusus untuk latihan. Materi kegiatan dikemas dalam
kegiatan bermain dengan media bermain sehingga anak menikmati latihan ini
sebagai aktifitas yang menyenangkan, penerapan VITAPROVAK ini dilakukan
secara teratur dan terukur artinya setiap latihan yang diberikan diharapkan
memberi manfaat untuk mengatasi masalah vestibuler anak serta masalah
sensorimotor lainnya. VITAPROVAK dilakukan 3x/seminggu selama 12 kali
pertemuan, 1 kali pertemuan 45 menit.
Pada aktifitas VITAPROVAK ini berbagai media permainan yang
melibatkan visual, taktil, proprioseptif, vestibuler, auditoris, dan kinestetik
dilakukan berdasarkan kebutuhan anak dengan melakukan interaksi dalam
kegiatan bermainnya, supaya anak tertarik dan senang melakukan kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan perilaku saat melakukan kegiatan
belajar di kelas akibat permasalahan sensorimotor dengan menggunakan media
bermain yang telah disiapkan dan interaksi yang menyenangkan bagi anak.
VITAPROVAK dilakukan 3x/minggu selama 12 kali pertemuan, setiap
dua kali pertemuan dilakukan pengukuran latihan dilakukan beberapa kegiatan
yang dipilih antara lain sebagai berikut: bola gimnasium, halang rintang, papan
1). Kegiatan dengan bola gimnasium. Anak diayun di atas bola dengan arah
ayunan ke kanan selama 10 detik lalu diayun ke kiri selama 10 detik, ke belakang
10 detik dan ke depan 10 detik dan terakhir diputar secara perlahan dari kiri ke
kanan dan sebaliknya dari kanan ke kiri selama 10 detik. Latihan ini memberikan
pengaruh pada vestibuler, taktil, dan proprioseptif.
2). Kegiatan halang rintang yaitu sebuah kegiatan bermain melompati balok
keseimbangan lalu berdiri diatasnya dan terus berulang sampai kurang lebih 6
balok lompatan, kegiatan ini memberikan pengaruh pada vestibuler, visual,
prorioseptif, dan kinestetik.
3). Kegiatan papan tangga luncur yaitu melakukan aktifitas naik tangga kemudian
melakukan aktifitas meluncur secara berulang dengan berbagai variasi posisi yaitu
posisi duduk menghadap ke depan, posisi duduk menghadap kebelakang,
tengkurap dengan kepala di bawah saat meluncur, posisi terlentang dengan kepala
masih tetap di bawah saat meluncur, posisi berdiri dan berjalan menuruni luncuran
dan yang terakhir posisi berdiri dan berjalan menuruni luncuran dengan badan
menghadap ke belakang, kegiatan ini memberikan pengaruh pada vestibuler,
taktil, proprioseptif, auditoris, dan kinestetik.
4). Kegiatan meloncatdi hulahup yaitu anak diminta berdiri di setiap anak tangga
kemudian melompat ke trampolin dengan dibatasi hulahop dari tangga yang
paling rendah kurang lebih 10 cm, lalu 25 cm, 40 cm dan sampai tangga tertinggi
yaitu 55 cm, kegiatan ini memberi pengaruh pada vestibuler, visual, auditoris,
5). Jalan Gerobak yaitu anak dengan posisi merangkak dan diminta bergerak ke
depan kurang lebih 5 meter dengan menggunakan 2 tangan dan kedua kaki kita
angkat lurus dengan badan, anak berusaha menahan badan supaya tidak
terjerembab, kegiatan ini memberi pengaruh pada vestibuler, proprioseptif, taktil,
dan kinestetik.
6). Ayunan buaya yaitu anak berdiri diatas ayunan berbentuk buaya seperti papan
keseimbangan, satu kaki di sebelah kanan dan kaki yang lain di sebelah kiri, anak
menekan kakinya kebawah secara bergantian sehingga bagian kepala buaya
menekan alas/lantai bergantian dengan kaki yang lain ditekan sampai bagian ekor
buaya menekan alas/lantai, kegiatan ini memberi pengaruh pada vestibuler dan
proprioseptif.
Pada pelaksanaan penelitian, peneliti duduk dibangku paling belakang (
tergantung sisa tempat duduk di belakang) supaya tidak mengganggu proses
pembelajaran di kelas. Peneliti berjarak 3 meter di belakang subjek dalam
melakukan pengamatan dengan posisi duduk di belakang subjek. Jarak tiga
meter dimaksudkan supaya tidak mengganggu aktivitas belajar siswa di kelas
Bagan Posisi
Keterangan:
= Peneliti
= Subjek (MA)
Gambar 3.2.
Posisi Duduk Peneliti
Pengambilan data penelitian untuk mendapatkan target behaviour ini
dilakukan di SDN Pls I di Bandung yang dilaksanakan di dalam kelas ketika
pembelajaran berlangsung. Di dalam ruang kelas terdiri dari 40 murid termasuk
subjek. Yang dijadikan subjek penelitian adalah seorang murid dengan masalah
pengelolaan perilaku tidak berinisial S. Sedangkan penerapan VITAPROVAK
dilakukan terpisah, di luar lingkungan sekolah.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Bentuk Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pencatatan target behaviour. Target behaviour dalam penelitian ini dicatat
melalui observasi dan portofolio terhadap perilaku anak meninggalkan tempat
duduk dan ketuntasan mengerjakan tugas saat melakukan kegiatan belajar di
kelas.
Pencatatan terhadap target behaviour pengelolaan perilaku di kelas dengan
indikator sebagai berikut: (a) frekuensi anak meninggalkan tugas, (b) persentase
jawaban tuntas saat diberikan soal oleh guru setelah kegiatan belajar (berdasarkan
jawaban tuntas yang diberikan oleh anak saat mengerjakan tugas).
Kriteria penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilaian
pada (a) frekuensi anak meninggalkan tugas, (b) persentase jawaban tuntas saat
diberikan soal oleh guru setelah kegiatan belajar.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan
nontes. Instrumen tes berupa portofolio anak mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru dan instrumen nontes bersifat menghimpun jawaban terstruktur atau
kejadian, jawaban atau kejadian dapat dijumlahkan sehingga diperoleh angka.
Angka tersebut berupa skor atau data ordinal yang di buat persentase dan nontes
berupa data nominal yaitu frekuensi atau jumlah kejadian (Sukmadinata,2007).
Instrumen yang digunakan berupa pedoman observasi (tabel 3.3.) untuk
menghimpun jumlah kejadian dalam hal ini masalah pengelolaan perilaku.
Dari format pedoman observasi yang tertuang pada bagan 1 tersebut selain
diperoleh data mengenai frekuensi juga akan diperoleh data mengenai interval
terjadinya perilaku meninggalkan tempat duduk dan ketuntasan mengerjakan
tugas saat melakukan kegiatan belajar di kelas. Data yang diperoleh berupa data
Tabel 3.3.
Form Pengumpulan Data
Pedoman Observasi
Hari/Tanggal : Rabu, Oktober 2011
Nama : S
Perilaku : Meninggalkan Tempat Duduk Observer : Peneliti
Perilaku Meninggalkan Tempat duduk
(Baseline/Intervensi)
Waktu Kejadian
(Jam dan menit terjadinya perilaku
meninggalkan tempat duduk)
Kejadian Pertama
Kejadian Kedua
Kejadian Ketiga
Kejadian Keempat
Kejadian Kelima
Kejadian Keenam
Kejadian Ketujuh
Selain menggunakan form pengumpulan data seperti di atas, digunakan
pula portofolio dokumentasi hasil pengerjaan tugas yang dilakukan anak pada saat
anak meninggalkan tugas, tetapi juga didapatkan persentase jawaban tuntas anak
saat diberikan tugas oleh guru.
4. Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini diolah dan dianalisis berdasarkan perolehan hasil
baseline A, pengelolaan perilaku yaitu (a) berapa kali anak meninggalkan tugas,
(b) berapa persentase jawaban tuntas saat diberikan soal oleh guru setelah
kegiatan belajar di kelas, untuk mengetahui adanya pengaruh peberapan
VITAPROVAK terhadap target behaviour yang sudah ditentukan, selanjutnya
data dianalisis dengan membandingkan hasil penelitian pada saat A (baseline )
dengan B (intervensi). Setelah semua data terkumpul data diolah dan dianalisis ke
dalam statistik deskriptif agar memperoleh gambaran yang jelas tentang hasil
intervensi dalam jangka waktu yang telah ditentukan
Langkah-langkah analisis yang dilakukan dalam menganalisa data prilaku
anak bergerak terus menerus karena masalah vestibuler sebagai berikut:
Analisis data yang digunakan penelitian ini adalah analisis perubahan
dalam kondisi. Menurut Sunanto (2006) analisis perubahan dalam kondisi adalah
analisis perubahan data dalam kondisi baseline atau kondisi intervensi. Adapun
komponen yang akan dianalisis dalam kondisi ini meliputi (1) panjang kondisi, (2)
kecenderungan arah, (3) tingkat stabilitas, (4) tingkat perubahan, (5) jejak data,
Berikut langkah-langkah yang akan ditempuh dalam analisis data dalam
kondisi:
1. Menandai kondisi dengan huruf kapital seperti (A) untuk baseline (B) untuk
intervensi
2. Menentukan panjang interval yang menunjukkan berapa sesi dalam
masing-masing kondisi
3. Menentukan kecenderungan stabilitas, dengan menggunakan kriteria stabilitas
tertentu misalnya 15%, dengan mula-mula dihitung mean level, dicari batas
bawah dan batas atas. Kemudian dihitung persentase stabilitas.
4. Menentukan kecenderungan jejak data, agar diketahui perubahan data satu
dengan yang lain apakah cenderung menaik, mendatar, atau menurun.
5. Menentukan level stabilitas dan rentang dengan menghitung banyaknya data
yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean. Jika sebanyak
50% atau lebih data berada dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean
maka data tersebut dikatakan stabil
6. Menentukan level perubahan dengan cara menandai data pertama dan data
terakhir pada fase baseline, dan dihitung selisih antara kedua data dan
ditentukan arahnya menaik atau menurun, kemudian diberi tanda positif (+)
untuk membaik, negatif (-) untuk memburuk, sama dengan (=) untuk tidak
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa anak dengan masalah vestibuler disertai masalah sensorimotor
yang lain menunjukkan pengelolaan perilaku yang buruk di kelas, hal ini terlihat
dari perilaku anak sering meninggalkan tempat duduk dan rendahnya persentase
mengerjakan tugas dengan tuntas. Dengan melakukan modifikasi perilaku
berupa penerapan VITAPROVAK maka didapatkan perbaikan pengelolaan
perilaku yang terlihat dari hasil penurunan frekuensi meninggalkan tempat duduk,
rata-rata 5,3 menjadi 3,3 setelah pemberian intervensi dan peningkatan persentase
anak mengerjakan tugas dengan tuntas saat melakukan kegiatan belajar di kelas
dari 0% menjadi 57% setelah mendapat intervensi.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian, berimplikasi pada:
1. Penerapan VITAPROVAK dapat dilakukan apabila para guru memahami
masalah sensorimotor yang terjadi pada siswa.
2. Penguasaan kemampuan sensorimotor menjadi salah satu prasyarat dalam
pengelolaan perilaku siswa di kelas.
3. Penanganan anak yang memiliki masalah vestibuler tidak harus langsung
dilaksanakan pada aktifitas di kelas, tetapi dapat dilakukan secara
C. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, sebagai kelanjutan dari penelitian
ini, penulis sampaikan kepada guru serta peneliti selanjutnya:
Penerapan VITAPROVAK perlu menjadi bahan pertimbangan bagi sekolah
untuk membantu siswa yang mengalami masalah vestibuler, sehingga pengelolaan
perilaku dapat ditingkatkan melalui optimalisasi kemampuan sensorimotor.
1. Secara khusus bagi guru:
Penerapan metode VITAPROVAK memberikan dampak positif pada anak
dengan masalah vestibuler. Ini dapat dilihat dari berkurangnya frekuensi
meninggalkan tempat duduk dan meningkatnya persentase mengerjakan tugas
dengan tuntas, maka metode VITAPROVAK dapat dipakai sebagai salah satu
cara untuk mengatasi masalah belajar pada siswa saat di kelas.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Dapat melakukan penelitian penerapan VITAPROVAK pada anak dengan
prioritas masalah selain masalah vestibuler seperti anak dengan prioritas
masalah sensorimotor yang lain yaitu visual, auditoris, taktil, proprioseptif,
atau kinestetik yang mengakibatkan permasalahan saat melakukan kegiatan
belajar di kelas ataupun menemukan penerapan yang lain untuk mengatasi
masalah pengelolaan perilaku.
D. Penutup
Dengan berakhirnya penyusunan tesis ini, penulis sujud menyembah atas
juga berharap, semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
DAFTAR PUSTAKA
Greenspan, S. 2003. The Child with Special Needs. Jakarta: Yayasan Ayo Main. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Beery, K. E. 1993. VMI: Developmental Test of Visual-Motor Integration. Toronto: Modern Curriculum Press.
Bobath. K. dan B. 1990. Notes to Accompany The 8-Week Course in Cerebral Palsy. London.
Chusid. J. G. 1993. Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional. Jakarta: Gadjah Mada University Press.
Departemen Okupasi Terapi dan Fisioterapi Yayasan PUSSPA Suryakanti. 2002. Pendekatan Neurodevelopmental dan Sensori Integration. Laporan Kegiatan Seminar dan Workshop. Bandung.
Sunanto, J.2006. Penelitian dengan Subyek Tunggal. Jakarta:UPI Press.
Dilts. R. dan J. 2004. The Bright Mind: Strategi Mengatasi Kesulitan Konsentrasi Anak, Jakarta: Anak Prestasi Pustaka
Indonesian Occupational Therapists Association. 2007. Two Days Workshop on Sensory Integration. Jakarta.
Konferensi Nasional Autisme-1. 2003. Towards a Better Life for Autistic Individuals. Makalah Lengkap. Jakarta.
Kranowitz. C. S. 1998. The Out f-Sync Child. Maryland.
Konferensi Nasional Autisme Nasional. 2000. Penatalaksanaan Holistik Autisme. Jakarta.
Progress toward Better Kids. 2005. Autism Update. Jakarta.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Utama Dewi. Mengenal Pendekatan Sensori Interasi. Makalah. Bandung. Wolf. 1990. Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh, Surakarta.
http://www.scribd.com/doc/18092793/Kumpulan-Teori-Belajar
http://www.autis.info/index.php/artikel-makalah/artikel/114-terapi-sensory-integration9999
Anggani S. 2000. Sumber belajar dan alat permainan. Jakarta
http://abihafiz.wordpress.com/2010/11/20/bermain-dalam-pendidikan-anak-2/
Soetjiningsih. 2002. Tumbuh Kembang Anak. Cetakan II, EGC, Jakarta.
Sastroasmoro S. 2007 Membina Tumbuh Kembang Bayi dan Balita. Cetakan I. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.