• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Cairan Krevikuler Gingiva Pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Cairan Krevikuler Gingiva Pada"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

makalah cairan krevikuler gingiva

pada periodontitis

MEI 14, 2013 | NURUL FAHRINI

BAB I

PENDAHULUAN

1. A. LATAR BELAKANG

Periodonsium terdiri dari jaringan yang mengelilingi dan melindungi gigi. Jaringan ini termasuk gusi, tulang di sekitar gigi (disebut tulang alveolar), ligamentum periodontal dan sementum. Sebuah gingiva sehat adalah merah muda, memiliki konsistensi elastis dan penampilan kulit jeruk. Dalam gusi gigi yang sehat datang untuk merangkul leher gigi, yang merupakan kesatuan antara mahkota dan akar.

Penyakit periodontal adalah satu atau sejumlah penyakit jaringan periodontal yang

mengakibatkan kehilangan perlekatan dan kerusakan tulang alveolar. Riwayat alamiah penyakit periodontal, yang pada sebagian namun tidak semua pasien, mengakibatkan gigi tanggal. Penyakit periodontal memiliki spektrum penyakit yang lebih luas, bukan sekadar periodontitis dan untuk mengenali penyakit ini dibutuhkan penegakan diagnosis.

Penyakit periodontal adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri periodontal. Pada awalnya ada peradangan atau radang gusi. Jika berkembang, ada jaringan kerugian yang membuat gigi kehilangan dukungan mereka dan jatuh. Ini adalah apa yang dikenal sebagai periodontitis. Pemahaman dan perawatan penyakit periodontal dapat ditelusuri kembali ke masa kuno.

Deskripsi perawatan ditemukan dalam tulisan-tulisan Mesir dan Cina Kuno, yang menunjukkan bahwa penyakit periodontal telah dikenal sejak 5000 tahun lalu. Tulisan-tulisan modern dibuat oleh Abu I Quasim, yang dikenal sebagai Abuccusis of Cordova Spain pada abad ke 10. Yang terbaru, deskripsi perawatan penyakit periodontal dibuat oleh Pierre Fauchard yang menerbitkan buku teks kedokteran gigi pertama kali, yaitu “The Surgeon Dentist” pada tahun 1728 dan John

Hunters yang menerbitkan “The Natural History of Human Teeth” pada tahun 1771 dan “A Practical Treatise on the Disease of the Teeth” pada tahun 1778.

Pada abad ke 19, etiologi dan patogenesis penyakit periodontal belum banyak diketahui. Klasifikasi dibuat berdasarkan karakteristik klinis atau teori-teori tentang etiologi dan tidak didukung oleh bukti-bukti. Istilah “pyorrhea alveolaris” diperkenalkan pada awal abad 19 untuk

(2)

menunjukkan bahwa tulang dalam periodontitis mengalami infeksi. Sayangnya, meskipun istilah tersebut salah, namun mempengaruhi perawatan periodontitis selama bertahun-tahun dan

mengarahkan pada eliminasi tulang marginal yang terinfeksi melalui bedah flap. 1. B. TUJUAN

Untuk mengetahui pengertian penyakit periodontal, penyebeb penyakit periodontal dan penyakit periodontal dapat mempengaruhi volume cairan krevikuler gingiva.

1. C. RUMUSAN MASALAH

a. Pengertian penyakit periodontal b. Penyebab penyakit periodontal c. Pengertian cairan krevikuler gingiva

d. Pengaruh penyakit periodontial terhadap volume cairan krevikuler gingiva

BAB II

PEMBAHAHASAN

1. A. Pengertian penyakit periodontal

Istilah umum “penyakit periodontal” mengacu pada perubahan inflamasi dan resesif dari gingiva dan periodontal (Page & Schroeder 1976, Armitage 1999). pendukung gigi Mekanisme umumnya dihadapkan dengan plak-induced, biasanya kronis, perubahan inflamasi pada gingiva dan struktur periodontal sekitarnya. Selama hidup, ratusan berbeda bakteri spesies yang hadir dalam dan pada tubuh manusia. Bakteri ini mungkin bermanfaat untuk tuan rumah (atau komensal) atau dapat menyebabkan cedera. Sejauh ini, lebih dari 500 bakteri yang berbeda telah diidentifikasi dalam rongga mulut, meskipun sebagian besar bakteri tetap seimbang ekologi dan tidak menyebabkan penyakit. Di sisi lain, tingginya jumlah bakteri patogen fakultatif tertentu kadang-kadang diidentifikasi dalam kasus-kasus penyakit, seperti gingivitis dan periodontitis (Socransky & Haffajee 1997, Kroes et al. 1999).

Penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang memiliki prevalensi cukup tinggi di masyarakat dengan prevalensi penyakit periodontal pada semua kelompok umur di indonesia adalah 96,58%.

Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sangat meluas dalam kehidupan masyarakat, sehingga mereka menganggap penyakit ini sebagai sesuatu yang tidak terhindari. Seperti karies gigi, penyakit periodontal juga lambat perkembangannya dan apabila tidak dirawat dapat menyebabkan kehilangan gigi. Namun studi epidemiologi menunjukkan bahwa penyakit ini dapat dicegah dengan pembersihan plak dengan sikat gigi teratur serta menyingkirkan karang gigi apabila ada.

(3)

Penyakit periodontal terdiri kontinum kondisi yang melibatkan peradangan jaringan gingiva dalam menanggapi plak gigi akumulasi. Penyakit periodontal terjadi akibat dari respon inflamasi terhadap bakteri yang berlokasi di biofilm gigi. Sering kali para dokter beranggapan mungkin terbatas pada jaringan gingiva atau mungkin kemajuan, bisa menyebabkan kehilangan perlekatan. Telah disarankan bahwa perkembangan penyakit adalah hasil dari kombinasi faktor, termasuk keberadaan periodontopathic bakteri dan tingkat tinggi proinflamasi sitokin (4). Beberapa sitokin dikaitkan dengan periodontitis, seperti interleukin-1b (IL-1b) (3), tumor necrosis Faktor-a (TNF-a) (2), dan lebih baru-baru ini IL-18 (13).

Kondisi ini mungkin hadir dengan (“Periodontitis”) atau tanpa (“gingivitis”) inflamasi substansial penghancuran jaringan pendukung, termasuk gingiva jaringan, ligamen periodontal, dan tulang alveolar.

Ada dua tipe penyakit periodontal yang biasa dijumpai yaitu gingivitis dan periodontitis.

Gingivitis adalah bentuk penyakit periodontal yang ringan, dengan tanda klinis gingiva berwarna merah, membengkak dan mudah berdarah. Gingivitis yang tidak dirawat akan menyebabkan kerusakan tulang pendukung gigi atau disebut periodontitis. Sejalan dengan waktu, bakteri dalam plak gigi akan menyebar dan berkembang kemudian toksin yang dihasilkan bakteri akan

mengiritasi gingiva sehingga merusak jaringan pendukungnya. Gingiva menjadi tidak melekat lagi pada gigi dan membentuk saku (poket) yang akan bertambah dalam sehingga makin banyak tulang dan jaringan pendukung yang rusak. Bila penyakit ini berlanjut terus dan tidak segera dirawat maka lama kelamaan gigi akan longgar dan lepas dengan sendirinya. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang mempunyai prevalensi yang tinggi di Indonesia. Bahkan di Amerika dan Jepang, perhatian dokter gigi mulai beralih lebih kepada penegakan diagnosis penyakit periodontal daripada karies.

1. B. Penyebab penyakit periodontal

Faktor penyebab penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu

faktor lokal (ekstrinsik) dan faktor sistemik (intrinsik). Faktor lokal merupakan penyebab yang berada pada lingkungan disekitar gigi, sedangkan faktor sistemik dihubungkan dengan

metabolisme dan kesehatan umum. Kerusakan tulang dalam penyakit periodontal terutama disebabkan oleh faktor lokal yaitu inflamasi gingiva dan trauma dari oklusi atau gabungan keduanya. Kerusakan yang disebabkan oleh inflamasi gingiva mengakibatkan pengurangan ketinggian tulang alveolar, sedangkan trauma dari oklusi menyebabkan hilangnya tulang alveolar pada sisi permukaan akar.

(4)

1) Plak bakteri

Plak bakteri merupakan suatu massa hasil pertumbuhan mikroba yang melekat erat pada permukaan gigi dan gingiva bila seseorang mengabaikan kebersihan mulut. Berdasarkan letak huniannya, plak dibagi atas supra gingival yang berada disekitar tepi gingival dan plak sub-gingiva yang berada apikal dari dasar sub-gingival. Bakteri yang terkandung dalam plak di daerah sulkus gingiva mempermudah kerusakan jaringan. Hampir semua penyakit periodontal

berhubungan dengan plak bakteri dan telah terbukti bahwa plak bakteri bersifat toksik. Bakteri dapat menyebabkan penyakit periodontal secara tidak langsung dengan jalan :

 Meniadakan mekanisme pertahanan tubuh.

 Mengurangi pertahanan jaringan tubuh

 Menggerakkan proses immuno patologi.

Meskipun penumpukan plak bakteri merupakan penyebab utama terjadinya gingivitis,akan tetapi masih banyak faktor lain sebagai penyebabnya yang merupakan multifaktor,meliputi interaksi antara mikroorganisme pada jaringan periodontal dan kapasitas dayatahan tubuh.

2) Kalkulus

Kalkulus terdiri dari plak bakteri dan merupakan suatu massa yang mengalami pengapuran, terbentuk pada permukaan gigi secara alamiah. Kalkulus merupakan pendukung penyebab terjadinya gingivitis (dapat dilihat bahwa inflamasi terjadi karena penumpukan sisa makanan yang berlebihan) dan lebih banyak terjadi pada orang dewasa, kalkulus bukan penyebab utama terjadinya penyakit periodontal. Faktor penyebab timbulnya gingivitis adalah plak bakteri yang tidak bermineral, melekat pada permukaan kalkulus, mempengaruhi gingiva secara tidak langsung.

3) Impaksi makanan

Impaksi makanan (tekanan akibat penumpukan sisa makanan) merupakan keadaan awal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal. Gigi yang berjejal atau miring merupakan tempat penumpukan sisa makanan dan juga tempat terbentuknya plak, sedangkan gigi dengan oklusi yang baik mempunyai daya self cleansing yang tinggi.

4) Pernafasan mulut

Kebiasaan bernafas melalui mulut merupakan salah satu kebiasaan buruk. Hal ini sering dijumpai secara permanen atau sementara. Permanen misalnya pada anak dengan kelainan saluran

(5)

pernafasan, bibir maupun rahang, juga karena kebiasaan membuka mulut terlalu lama. Sementara misal pasien penderita pilek dan pada beberapa anak yang gigi depan atas protrusi sehingga mengalami kesulitan menutup bibir. Keadaan ini menyebabkan viskositas (kekentalan) saliva akan bertambah pada permukaan gingiva maupun permukaan gigi, aliran saliva berkurang, populasi bakteri bertambah banyak, lidah dan palatum menjadi kering dan akhirnya memudahkan terjadinya penyakit periodontal.

5) Sifat fisik makanan

Sifat fisik makanan merupakan hal yang penting karena makanan yang bersifat lunak seperti bubur atau campuran semiliquid membutuhkan sedikit pengunyahan, menyebabkan debris lebih mudah melekat disekitar gigi dan bisa berfungsi sebagai sarang bakteri serta memudahkan pembentukan karang gigi. Makanan yang mempunyai sifat fisik keras dan kaku dapat juga menjadi massa yang sangat lengket bila bercampur dengan ludah. Makanan yang demikian tidak dikunyah secara biasa tetapi dikulum di dalam mulut sampai lunak bercampur dengan ludah atau makanan cair, penumpukan makanan ini akan memudahkan terjadinya penyakit. Makanan yang baik untuk gigi dan mulut adalah yang mempunyai sifat self cleansing dan berserat yaitu makanan yang dapat membersihkan gigi dan jaringan mulut secara lebih efektif, misalnya sayuran mentah yang segar, buah-buahan dan ikan yang sifatnya tidak melekat pada permukaan gigi.

6) Iatrogenik Dentistry

Iatrogenik Dentistry merupakan iritasi yang ditimbulkan karena pekerjaan dokter gigi yang tidak hati-hati dan adekuat sewaktu melakukan perawatan pada gigi dan jaringan sekitarnya sehingga mengakibatkan kerusakan pada jaringan sekitar gigi.

7) Trauma dari oklusi

Trauma dari oklusi menyebabkan kerusakan jaringan periodonsium, tekanan oklusal yang menyebabkan kerusakan jaringan disebut traumatik oklusi. Trauma dari oklusi dapat disebabkan oleh :

 Perubahan-perubahan tekanan oklusal

Misal adanya gigi yang elongasi, pencabutan gigi yang tidak diganti, kebiasaan buruk seperti bruksim, clenching.

(6)

 Kombinasi keduanya.

b) FAKTOR SISTEMIK

Respon jaringan terhadap bakteri, rangsangan kimia serta fisik dapat diperberat oleh keadaan sistemik. Untuk metabolisme jaringan dibutuhkan material-material seperti hormon, vitamin, nutrisi dan oksigen. Bila keseimbangan material ini terganggu dapat mengakibatkan gangguan lokal yang berat. Gangguan keseimbangan tersebut dapat berupa kurangnya materi yang

dibutuhkan oleh sel-sel untuk penyembuhan, sehingga iritasi lokal yang seharusnya dapat ditahan atau hanya menyebabkan inflamasi ringan saja, dengan adanya gangguan keseimbangan tersebut maka dapat memperberat atau menyebabkan kerusakan jaringan periodontal.

Faktor sistemik tersebut adalah:

1) Demam yang tinggi

Pada anak-anak sering terjadi penyakit periodontal selama menderita demam yang tinggi, (misal disebabkan pilek, batuk yang parah). Hal ini disebabkan anak yang sakit tidak dapat melakukan pembersihan mulutnya secara optimal dan makanan yang diberikan biasanya berbentuk cair. Pada keadaan ini saliva dan debris berkumpul pada mulut menyebabkan mudahnya terbentuk plak dan terjadi penyakit periodontal.

2) Defisiensi vitamin

Di antara banyak vitamin, vitamin C sangat berpengaruh pada jaringan periodontal, karena fungsinya dalam pembentukan serat jaringan ikat. Defisiensi vitamin C sendiri sebenarnya tidak menyebabkan penyakit periodontal, tetapi adanya iritasi lokal menyebabkan jaringan kurang dapat mempertahankan kesehatan jaringan tersebut sehingga terjadi reaksi inflamasi (defisiensi memperlemah jaringan).

3) Drugs atau obat-obatan

Obat-obatan dapat menyebabkan hiperplasia, hal ini sering terjadi pada anak-anak penderita epilepsi yang mengkomsumsi obat anti kejang, yaitu phenytoin (dilantin). Dilantin bukan penyebab langsung penyakit jaringan periodontal, tetapi hiperplasia gingiva memudahkan terjadinya penyakit. Penyebab utama adalah plak bakteri.

(7)

Penyakit periodontal dipengaruhi oleh hormon steroid. Peningkatan hormon estrogen dan progesteron selama masa remaja dapat memperhebat inflamasi margin gingiva bila ada faktor lokal penyebab penyakit periodontal.

1. C. Pengertian cairan krevikuler gingiva

Cairan krevikular gingival atau gingival crevicular fluid (GCF) pada manusia dianggap sebagai transudat. Pada gingiva yang normal, cairan krevikular gingiva sangatsedikit bahkan tidak ada. Untuk mengukur GCF terdapat berbagai metode yang telah dicoba termasuk penggunaan paper strip serap, twisted threads (benang pilin) diletakkansekitar dan ke dalam sulkus, mikropipet, dan pembersihan intrakrevikular. Sebagaiseorang dokter gigi penting untuk mengetahui cara

mengukur cairan krevikular gingival untuk membantu pelaksanaan diagnosa.

Cairan Krevikuler gingiva (CKG) adalah cairan yang dapat ditemukan pada runag fisiologis (sulkus gingiva) dan dapat merupakan ruang pathologis (poket gingiva) dan dapat merupakan eksudat ataupun transudat. Aliran CKG pada awalnya disebabkan oleh gradient osmotic (transudat) dan selanjutnya juga dapat dipengaruhi oleh mekanisme inflamatorik pada daerah sekitar sulkus gingival. Dengan demikian, cairan krevikuler gingiva (CKG) dapat digunakan sebagai penanda diagnostic (diagnostic marker) aktivitas penyakit periodontal, karena

mengandung beberapa faktor biokimiawi yang berkaitan erat dengan status penyakit periodontal. Selain itu, volume CKG bisa digunakan sebagai penanda sederhana untuk mengetahui status inflamasi jaringan periodontal.

1. D. Pengaruh penyakit periodontal terhadap volume cairan krevikuler gingiva

Tingkat cairan sulkus gingiva lebih tinggi dari IL-18 yang ditemukan di situs meradang dari pasien periodontitis terlepas dari keparahan penyakit bila dibandingkan dengan pasien dengan gingivitis saja. Selain itu, dangkal kantong pada pasien periodontitis memiliki Total tingkat signifikan lebih tinggi dan konsentrasi IL-18 bila dibandingkan dengan kantong dangkal pada pasien dengan gingivitis saja. Konsentrasi IL-18 lebih tinggi di situs gingivitis dari pasien periodontitis daripada di situs gingivitis dari gingivitis

pasien dan di lokasi periodontitis dari pasien periodontitis. Alasan untuk itu

tidak diketahui. Kami percaya bahwa itu adalah hasil volume yang lebih kecil dari gingiva cairan sulkus dikumpulkan pada sampel ini.

Semakin tinggi kebocoran plasma dari microvessels, diukur sebagai sulkus gingiva volume cairan, mungkin bertanggung jawab atas

pengenceran IL-18 di situs gingivitis dari pasien gingivitis dan periodontitis situs dari pasien periodontitis. Menurut ke Lamster (10) jumlah total

(8)

sampel dapat dilaporkan ketika waktunya sampel dikumpulkan. Dalam penelitian ini kami memilih untuk hadir baik hasilnya.

Ada batasan-batasan tertentu untuk Studi saat ini termasuk jumlah terbatas pasien dan sampel dievaluasi. Selain itu, ada penyatuan gingiva cairan sulkus dan sampel subgingiva, yang mungkin telah mengaburkan situs individu asosiasi. Namun, hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa IL-18 adalah meningkat pada situs dari pasien periodontitis terlepas dari tingkat jaringan kehancuran. Kesamaan di tingkat merah, oranye, dan spesies kompleks kuning antara kantong dangkal gingivitis pasien dan kantong dangkal periodontitis pasien menyarankan bahwa, dalam ruang lingkup penelitian, tingkat yang lebih tinggi dari IL- 18 di saku dangkal periodontitis

pasien tidak terkait dengan tantangan mikroba.

BAB III

PENUTUP

1. A. KESIMPULAN

Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sangat meluas dalam kehidupan masyarakat, sehingga mereka menganggap penyakit ini sebagai sesuatu yang tidak terhindari. Seperti karies gigi, penyakit periodontal juga lambat perkembangannya dan apabila tidak dirawat dapat menyebabkan kehilangan gigi. Namun studi epidemiologi menunjukkan bahwa penyakit ini dapat dicegah dengan pembersihan plak dengan sikat gigi teratur serta menyingkirkan karang gigi apabila ada.

Faktor penyebab penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor

lokal (ekstrinsik) dan faktor sistemik (intrinsik).Cairan Krevikuler gingiva (CKG) adalah cairan yang dapat ditemukan pada runag fisiologis (sulkus gingiva) dan dapat merupakan ruang

pathologis (poket gingiva) dan dapat merupakan eksudat ataupun transudat.

Tingkat cairan sulkus gingiva lebih tinggi dari IL-18 yang ditemukan di situs meradang dari pasien periodontitis terlepas dari keparahan penyakit bila dibandingkan dengan pasien dengan gingivitis saja. Selain itu, dangkal kantong pada pasien periodontitis memiliki Total tingkat signifikan lebih tinggi dan konsentrasi IL-18 bila dibandingkan dengan kantong dangkal pada pasien dengan gingivitis saja.

(9)

Dalam pembuatan makalah ini, penulis masih banyak kekurangan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang membangun guna untuk memperbaiki makalah ini agar menjadi makalah yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20431/4/Chapter%20II.pdf http://ebookbrowse.com/penyakit-periodontal-pdf-d87271227 Share this:  Twitter  Facebook  Memuat...

Referensi

Dokumen terkait

SIHOMBING usia 61th (Sektor Yusuf) Pemakaman telah dilaksanakan pada hari Kamis, 18 Mei 2017 di TPU Pondok Rangon Majelis Jemaat dan Warga Jemaat GPIB Gideon menyatakan

Fungsi kawasan sesuai dengan Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) ada 4 fungsi kawasan. Fungsi kawasan tersebut yaitu kawasan

kelompok jenis yang sama. Seseorang yang melakukan tindak pidana yang diatur dalam Pasal 351 KUHP yaitu penganiayaan kemudian melakukan tindak pidana lagi yang

untuk dijual adalah aset keuangan non- derivatif yang ditetapkan untuk dimiliki selama periode tertentu, dimana akan dijual dalam rangka pemenuhan likuiditas atau

Dalam penelitian ini, tahapan yang dilakukan antara lain: membaca dengan teliti dan berulang wacana kolom pojok Mang Usil dalam Surat Kabar Harian Kompas edisi

Dalam penelitian ini digunakan metode Fuzzy Sliding Mode, dimana error dan delta error sebagai masukan pada kontrol Sliding Mode dan sekaligus sebagai masukan

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Faktor- faktor yang berhubungan dengan rendahnya pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di lingkungan XX Kelurahan

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN TENTANG PENETAPAN HARGA PATOKAN EKSPOR ATAS PRODUK PERTAMBANGAN YANG DIKENAKAN BEA KELUAR.. OKE NURWAN Salinan sesuai