• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN : Penelitian dan Pengembangan di Perguruan Tinggi Agama Islam di Tasikmalaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN : Penelitian dan Pengembangan di Perguruan Tinggi Agama Islam di Tasikmalaya."

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah ... 12

C. Pertanyaan Penelitian ... 17

D. Definisi Operasional ... 18

E. Tujuan Penelitian ... 19

F. Signifikansi Penelitian ... 20

G. Manfaat Penelitian ... 21

H. Asumsi Penelitian ... 24

BAB II MODEL KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS ... 27

A. Bahasa Inggris Sebagai Ilmu dan Mata Kuliah ... 27

1. Bahasa sebagai Ilmu ... 27

2. Teori Linguistik ... 30

3. Teori Psikologi Bahasa ... 34

4. Teori Belajar Bahasa ... 38

5. Teori Pemerolehan Bahasa ... 48

6. Kemampuan Berbahasa ... 50

a. Komunikasi Lisan ... 56

b. Komunikasi Tulisan... 62

7. ESP dan EAP ... 65

B. Model Kurikulum ... 68

1. Definisi dan Konsep Kurikulum ... 68

2. Model Kurikulum ... 73

a. Model Konsep Kurikulum ... 74

b. Model Desain Kurikulum ... 78

b. Model Pengembangan Kurikulum ... 81

c. Desain Silabus Bahasa Inggris ... 85

(2)

a. Pendekatan Pembelajaran ... 98

b. Strategi Pembelajaran ... 101

c. Metode dan Teknik Pembelajaran... 104

C. Kurikulum di Perguruan Tinggi ... 106

1. Kurikulum Pendidikan Tinggi Berdasarkan SK Mendiknas 232 ... 106

2. Kurikulum Pendidikan Tinggi Berdasarkan SK Mendiknas No. 045/U/2002 ... 107

3. Implementasi Kurikulum ... 108

4. Penilaian ... 109

5. Sebaran Mata Kuliah di PTAI ... 110

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 112

A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 112

B.Metode Penelitian ... 113

1. Studi Pendahuluan ... 114

2. Pengembangan Model dan Ujicoba ... 116

3. Pengujian Model dengan Metode Eksperimen ... 118

C.Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 119

D.Pengembangan Instrumen ... 122

E.Teknik Analisis Data ... 124

BAB IV PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN MODEL ... 127

A. Hasil Prasurvei ... 127

1. Desain Kurikulum Bahasa Inggris yang Sedang Berlangsung di PTAI ... 128

2. Desain dan Implementasi Pembelajaran Bahasa Inggris yang Sedang Berlangsung di PTAI ... 140

3. Desain Implementasi Pembelajaran yang sedang berlangsung 144 4. Kemampuan dan Aktifitas Belajar Mahasiswa PTAI ... 153

5. Kemampuan dan Kinerja Dosen PTAI ... 161

6. Kondisi dan Pemanfaatan Sarana, Fasilitas dan Lingkungan . 170 7. Harapan Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran ... 172

B. Model Kurikulum yang Dikembangkan ... 172

1. Landasan Kurikulum ... 173

a. Landasan Teoritis... 173

b. Landasan Yuridis ... 176

c. Landasan Empiris ... 178

2. Langkah-langkah Pengembangan ... 179

a. Analisis Kebutuhan ... 179

b. Tujuan Kurikulum ... 190

c. Memilih Isi... 197

(3)

e. Memilih Pengalaman Belajar ... 210

f. Mengorganisasi Pengalaman Belajar ... 215

g. Menentukan Alat Evaluasi dan Prosedurnya ... 222

h. Melihat Sekuen dan Keseimbangan Isi Kurikulum ... 228

3. Bentuk Akhir Model Kurikulum ... 230

C. Model Pembelajaran yang Dikembangkan ... 235

1.Desain Pembelajaran ... 235

2.Bentuk Akhir Model Pembelajaran... 249

D. Hasil Ujicoba Model ... 252

1. Uji Normalitas Model ... 252

2. Peningkatan Kemampuan Mahasiswa ... 254

E. Hasil Uji Validasi ... 260

1. Uji Normalitas Model ... 260

2. Peningkatan Kemampuan Mahasiswa ... 265

3. Perbandingan Model ... 282

4. Interaksi Model ... 286

F. Ringkasan Model Kurikulum dan Pembelajaran ... 289

G. Ringkasan Perbandingan Model Kurikulum dan Pembelajaran yang berlangsung di PTAI dengan Model Kurikulum Pembelajaran yang Dikembangkan ... 289

BAB V INTERPRETASI DAN PEMBAHASAN ... 294

A. Interpretasi Hasil Penelitian ... 294

1. Interpretasi Hasil Penelitian Ujicoba ... 294

2. Interpretasi Hasil Penelitian Uji Validasi dan Efektivitas Model ... 312

B. Pembahasan ... 333

1. Model Desain Kurikulum KPKL... 333

2. Model Desain Pembelajaran KPKL ... 337

3. Keungulan dan Kelemahan Model KPKL ... 338

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Model KPKL ... 347

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 360

A. Simpulan ... 360

B. Implikasi Hasil Pengembangan ... 367

C. Rekomendasi ... 370

DAFTAR KEPUSTAKAAN ... 374

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel. 1.1 Perkembangan Kurikulum Bahasa Inggris di Indonesia ... 6

Tabel. 2.1 Mazhab-mazhab pemikiran dalam pemerolehan bahasa kedua (SLA) (Brown, 2007: 16) ... 34

Tabel. 2.2 Hubungan Linguistik, Psikolinguistif dan Teori Belajar dengan Metode Pembelajaran Utama (Randall, 2007) ... 47

Tabel 2.3 Tahapan Model Bermain Peran ... 89

Tabel. 2.4 Tahapan Model Memorization ... 91

Tabel. 2.5 Tahapan Model Nondirektif ... 92

Tabel. 2.6. Sebaran Mata Kuliah di PTAI Studi Kasus di STAI Tasikmalaya 110 Tabel. 3.1 Data Subjek Penelitian pada Uji Terbatas, Luas dan Validasi ... 121

Tabel. 4.1 Latar Belakang Responden Dosen PTAI ... 128

Tabel. 4.2 Pertanyaan tentang Pengembangan Kurikulum yang Sedang Berlangsung Kepada Dosen ... 131

Tabel. 4.3 Pendapat Mahasiswa tentang Kurikulum yang Sedang Berlangsung ... 136

(5)

Tabel. 4.5 Pendapat Dosen tentang Desain Pembelajaran yang Sedang

Berlangsung ... 145

Tabel. 4.6 Pendapat Mahasiswa tentang Implementasi Pembelajaran yang Berlangsung ... 152

Tabel. 4.7 Pendapat Mahasiswa tentang Gaya Belajarnya ... 157

Tabel. 4.8 Pertanyaan tentang Gaya Mengajar Dosen ... 163

Tabel. 4.9 Pendapat Mahasiswa Tentang Dosen yang Mengajar... 169

Tabel. 4.10 Pertanyaan tentang Saranan dan Lingkungan Kampus kepada Dosen ... 170

Tabel. 4.11 Pengujian Kesesuaian Kurikulum ... 229

Tabel. 4.12 Sintaks Model Pembelajaran KPKL ... 251

Tabel 4.13 Hasil Penghitungan Uji-t pada Kelas Tinggi ... 255

Tabel. 4.14 Korelasi Ujicoba pada Kelas Tinggi ... 257

Tabel. 4.15 Hasil Penghitungn Uji-t pada Kelas Rendah ... 257

Tabel. 4.16 Korelasi Ujicoba pada Kelas ... 259

Tabel. 4.17 Uji Normalitas Uji Validasi 1 Kelas Eksperimen ... 261

Tabel. 4.18 Uji Normalitas Uji Validasi 1 Kelas Kontrol ... 261

Tabel. 4.19 Uji Normalitas Uji Validasi 2 Kelas Eksperimen ... 262

Tabel. 4.20 Uji Normalitas Uji Validasi 2 Kelas Kontrol ... 262

Tabel. 4.21 Uji Normalitas Uji Validasi 3 Kelas Eksperimen ... 263

Tabel. 4.22 Uji Normalitas Uji Validasi 3 Kelas Kontrol ... 263

Tabel. 4.23 Uji Normalitas Uji Validasi 4 Kelas Eksperimen ... 264

(6)

Tabel. 4.25 Hasil Uji-t Kelompok Esperimen Kelas Tinggi ... 266 Tabel. 4.26 Korelasi Antar Uji Validasi Kelompok Eksperimen Kelas Tinggi 268 Tabel. 4.27 Hasil Uji-t Korelasi Antar Uji Validasi Kelompok Ekperimen

Kelas Tinggi ... 269 Tabel. 4.28 Hasil Uji-t Kelompok Eksperimen Kelas Rendah ... 271 Tabel 4.29 Korelasi Antar Uji Validasi Kelompok Eksperimen Kelas

Rendah ... 272 Tabel 4.30 Hasil Uji-t Korelasi Antar Uji Validasi Kelompok Ekperimen Kelas

Rendah ... 273 Tabel 4.31 Hasil Uji-t Kelompok Kontrol Kelas Tinggi... 275 Tabel 4.32 Nilai Korelasi Kelompok Kontrol Kelas Tinggi ... 276 Tabel 4.33 Hasil Uji-t Korelasi Antar Uji Validasi Kelompok Kontrol Kelas

Tinggi ... 277 Tabel 4.34 Hasil Penghitungan Uji-t Kelompok Kontrol Kelas Rendah ... 279 Tabel 4.35 Korelasi Antar Uji Validasi kelompok Kontrol Rendah ... 280 Tabel 4.36 Hasil Uji-t Korelasi Antar Uji Validasi Kelompok Kontrol Kelas

Rendah ... 281 Tabel 4.37 Hasil Uji dengan menggunakan Levene’s Test Equality Antar Uji

Validasi Kelompok Kontrol Kelas Rendah ... 286 Tabel 4.38 Hasil Uji-F untuk Mencari Interaksi Antar Model dari Uji

(7)

DAFTAR BAGAN

Bagan. 1.1 Grafik Rata-Rata Kemampuan Bahasa Inggris Tenaga Kerja

Indonesia Berdasarkan Jenis Profesi ... 3

Bagan. 1.2 Grafik Rata-Rata Kemampuan Bahasa Inggris Tenaga Kerja Indonesia Berdasarkan Jenis Industri ... 3

Bagan. 1.3 Grafik Rata-Rata Kemampuan Bahasa Inggris Tenaga Kerja Indonesia Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan ... 4

Bagan. 1.4 Identifikasi Masalah Model Kurikulum dan Pembelajaran Bahasa Inggris ... 12

Bagan. 2.1 Peristiwa Bahasa Komunikasi Lisan ... 57

Bagan. 2.2 Model Pengolahan Informasi diadopsi dari Atkinson dan Shiffrin (1968) ... 63

Bagan. 2.3 Proses dan Komponen Membaca (Drum, 1986) ... 64

Bagan. 2.4 Interpretasi Gambaran Visual oleh Otak (Randall, 2007)... 64

Bagan. 2.5 Model Konsep Kurikulum Subjek Akademik ... 76

(8)

Bagan. 2.7 Model Konsep Kurikulum Rekonstruksi Sosial ... 77

Bagan. 2.8 Model Konsep Kurikulum Teknologis ... 78

Bagan. 2.9 Model Desain Kurikulum (disarikan dari Sukmadinata, 1997) ... 79

Bagan. 2.10 Prosedur Pengembangan Kurikulum Hilda Taba ... 85

Bagan. 2.11 Elemen dan Sub elemen Model Pembelajaran (Brown & Rodgers, 1986) ... 97

Bagan. 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan (Sukmadinata, 2008: 189, dengan sedikit modifikasi) ... 115

Bagan. 4.1 Model Pengembangan Pembelajaran PTAI ... 142

Bagan. 4.2 Draft Awal Desain Tujuan melalui Metode Delphi ... 193

Bagan. 4.3 Perbaikan Kesatu Desain Tujuan melalui Metode Delphi ... 195

Bagan. 4.4 Perbaikan Kedua Desain Tujuan melalui Metode Delphi ... 196

Bagan. 4.5 Draft Awal Desain Isi Kurikulum melalui Metode Delphi ... 199

Bagan. 4.6 Perbaikan kesatu Desain Isi Kurikulum melalui Metode Delphi ... 200

Bagan. 4.7 Perbaikan Kedua Desain Isi Kurikulum melalui Metode Delphi .. 203

Bagan. 4.8 Draft Awal Desain Pemilihan Pengalaman Belajar melalui Metode Delphi ... 211

Bagan. 4.9 Perbaikan Kesatu Desain Pemilihan Pengalaman Belajar melalui Metode Delphi ... 211

Bagan. 4.10 Draft Awal Desain Evaluasi melalui Metode Delphi ... 223

Bagan. 4.11 Perbaikan Kesatu Desain Evaluasi melalui Metode Delphi... 223

(9)

Bagan 4.13 Simpulan Model Kurikulum dari Hasil Pengembangan Metode

Delphi ... 234

Bagan. 4.14 Uji coba Kesatu dalam Model Pembelajaran melalui PTK ... 235

Bagan. 4.15 Uji coba Kedua dalam Model Pembelajaran melalui PTK ... 238

Bagan. 4.16 Uji coba Ketiga dalam Model Pembelajaran melalui PTK ... 241

Bagan. 4.17 Uji coba Keempat dalam Model Pembelajaran melalui PTK ... 245

Bagan. 4.18 Uji coba Kelima dalam Model Pembelajaran melalui PTK ... 248

Bagan. 4.19 Bentuk Akhir Model Pembelajaran KPKL yang Dikembangkan .. 250

Bagan. 4.20 Peningkatan Uji-t Kelas Tinggi ... 255

Bagan. 4.21 Peningkatan Rerata Ujicoba Kelas Tinggi ... 256

Bagan. 4.22 Peningkatan Uji-t Kelas Rendah ... 258

Bagan. 4.23 Peningkatan Rerata Ujicoba Kelas Rendah ... 259

Bagan. 4.24 Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Kelompok Eksperimen Tinggi ... 267

Bagan 4.25 Hubungan Peningkatan Antar Uji Validasi Kelompok Eksperimen Kelas Tinggi ... 270

Bagan 4.26 Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Kelompok Eksperimen Kelas Rendah ... 271

Bagan 4.27 Korelasi Antar Uji Validasi dalam Meningkatkan Kemampuan Mahasiwa ... 274

Bagan 4.28 Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Kelompok Kontrol Kelas Tinggi ... 276

(10)

Bagan 4.30 Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Kelompok Kontrol Kelas

Rendah ... 280

Bagan 4.31 Hubungan Antar Uji Validasi Kelompok Kontrol Kelas Rendah .. 282

Bagan 4.32 Perbandingan Peningkatan Antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Tinggi ... 283

Bagan 4.33 Perbandingan Hubungan Antar Uji Validasi Kelompok Eksperimen dan Kontrol Tinggi ... 283

Bagan 4.34 Perbandingan Peningkatan Antara Kelompok Eksperimen dan Kontrol pada Kelas Rendah ... 284

Bagan 4.35 Perbandingan Peningkatan Hubungan Antar Uji Validasi ... 285

Bagan 4.36 Interaksi Model ... 288

Bagan 4.37 Ringkasan Proses Pembentukan Model Kurikulum KPKL ... 290

Bagan 4.38 Ringkasan Proses Pembentukan Model Pembelajaran KPKL ... 291

Bagan 4.39 Ringkasan Perbandingan Model Kurikulum yang Berlangsung di PTAI dengan Model Kurikulum KPKL ... 292

Bagan 4.40 Ringkasan Perbandingan Model Kurikulum yang Berlangsung di PTAI dengan Model Kurikulum KPKL ... 293

(11)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan (a) latar belakang masalah, (b) perumusan dan pembatasan masalah, (c) pertanyaan penelitian, (d) definisi operasional, (e) tujuan penelitian, (f) signifikansi penelitian, (g) tujuan penelitian, dan (h) asumsi penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Inggris merupakan bahasa terbesar kedua di dunia yang dijadikan alat komunikasi setelah Cina, dan menjadi bahasa terbesar yang dipelajari di seluruh dunia (International English Dossier Magazine: 1991). Berbagai negara telah menyadari bahwa bahasa Inggris merupakan keterampilan penting untuk bangsanya di masa depan, sehingga tidak dinafikan bahwa mereka mengembangkan bahasa Inggris di dalam kurikulumnya. Tidak terkecuali Indonesia, sejak merdeka bahasa Inggris merupakan muatan kurikulum yang dimasukan dalam kurikulum mulai dari tingkat dasar (SMP) sampai menengah (SMA/SMK) bahkan beberapa semester di perguruan tinggi.

(12)

1702/104/M/1994 tentang pengajaran Bahasa Inggris di SD, menganjurkan untuk memasukan pembelajaran Bahasa Inggris dalam kurikulum lokal pada SD kelas 4 sampai 6. Jadi, lamanya belajar bahasa Inggris yang dilalui oleh bangsa Indonesia sampai SLTA adalah 9 tahun. Itu juga belum ditambah dengan belajar beberapa semester di perguruan tinggi. Menjadi tidak rasional, apabila hasil pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia lemah. Lemah dapat diartikan bahwa tingkat bilingulisme bangsa Indonesia rendah. Faktanya, kemampuan bilingualisme masyarakat Indonesia terhadap bahasa Inggris rendah, seperti yang dikemukakan Aziz (2006: 4) “...that the level of bilingualism of Indonesians in the English language is still low, and it follows that the development of IndoEnglish will

likely be confronted with such difficulties.” Di samping itu, Hadi (2006: 67)

mengemukakan “In Indonesia, the teaching of English as a foreign language has been implemented for years, but with relatively unsatisfactory result.”

Salah satu bukti bahwa kemampuan bahasa Inggris masyarakat Indonesia rendah adalah kemampuan komunikasi melalui data yang dikembangkan oleh International Test Center (ITC). Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir menunjukan

tingkat kemampuan kecakapan berbahasa Inggris orang Indonesia dari beberapa kategori memiliki kelemahan. Data ini diambil dari hasil pengujian dengan menggunakan assesment TOEIC® (Test of English for International Communication) yang dikeluarkan oleh ETS (Educational Testing Service). Data

(13)

berbahasa Inggris di berbagai industri. Data-data tersebut dapat digambarkan oleh bagan di bawah ini (http://www.itc-indonesia.com)

Bagan 1.1

Grafik Rata-Rata Kemampuan Bahasa Inggris Tenaga Kerja Indonesia Berdasarkan Jenis Profesi

Bagan 1.2

(14)

Bagan 1.3

Grafik Rata-Rata Kemampuan Bahasa Inggris Tenaga Kerja Indonesia Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

Konversi nilai TOEIC adalah; Novice: 10 – 250, Elementary: 255 – 400, Intermediate: 405 – 600, Basic Working Proficiency: 605 – 780, Advance

Working Proficiency: 785 – 900, General Professional Proficiency: 905 – 990.

Dengan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan komunikasi bahasa Inggris orang Indonesia berada antara Intermediate dan Basic Working Proficiency. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran di tingkat dasar

menengah maupun di perguruan tinggi belum memiliki hasil yang memuaskan, sehingga perlu adanya perbaikan, baik di sisi kurikulum maupun pembelajaran. Hal ini benar adanya bahwa Lie (2007: 2) mengatakan ”In spite of the many years of English instruction in formal schooling, the outcome has not been satisfying.

Very few high school graduates are able to communicate intelligibly in English...”

(15)

Foreign Language) hanya digunakan dalam situasi pendidikan di mana

pembelajaran mata pelajaran lain tidak diberikan dalam bahasa Inggris, “... is used in educational situations where instruction in other subjects is not normally

given in English” Bahasa Inggris sebagai bahasa asing bisa berdampak positif,

dapat juga berdampak negatif dalam kehidupan globalisasi. Positifnya, bangsa Indonesia adalah salah satu bangsa di Asia Tenggara yang memiliki jati diri bangsa dengan bahasanya. Negatifnya, bangsa Indonesia harus berjuang penuh dalam mengupayakan peningkatan keterampilan bahasa Inggris, karena tidak didukung oleh atmosfer practice dan performance secara langsung. Bahasa Inggris hanya digunakan di kelas dan jauh dalam kehidupan sehari-hari. Ini menyulitkan, karena tidak dipungkiri keterampilan bahasa adalah keterampilan behaviouristik “language is a custom”.

(16)

Kedua penguasaan pengembangan kurikulum dan pembelajaran termasuk

didalamnya metodologi pembelajaran bahasa Inggris dan kompetensi komunikasi guru-dosen Indonesia masih perlu ditingkatkan. Dasar kebijakan pengembangan kurikulum dan pembelajaran di Indonesia seringkali tidak konsisten, seperti yang dikemukakan Lie (2007: 1) “...The underlying policies and practices in the EFL classrooms do not always match consistently. There is an emerging need to

counterbalance the power of policymakers in ensuring that balanced,

pedagogically sound education policies and EFL curriculum are produced...”

Jika melihat kebijakan kurikulum Indonesia sejak merdeka, maka dapat terlihat bahwa seharusnya hasil pembelajaran bahasa Inggris khususnya kemampuan komunikasi lisan akan baik. Kurikulum bahasa Inggris yang dikembangkan di Indonesia dapat dibagi seperti dalam bagan di bawah ini:

Tabel 1.1

Perkembangan Kurikulum Bahasa Inggris di Indonesia (Lie, 2007) Tahun Nama Kurikulum Pendekatan Kurikulum

1945 Unknown Grammar Translation

1968 Oral Approach Audio Lingual 1975 Oral Approach Audio Lingual 1984 Communicative Approach Communicative 1994 Meaning-Based

Curriculum

Communicative

2004 Competency-Based Curriculum

Communicative

(17)

rendah, seperti yang dikemukakan oleh Lie (2007: 3) “Even though English is officially taught throughout secondary schools and at the university level in

Indonesia, competence in this foreign language among high school and university

graduates is generally low.” Ini menunjukan bahwa kurikulum dan pembelajaran

bahasa Inggris di Indonesia tidak konsisten. Dengan demikian, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah merancang kembali kurikulum bahasa Inggris yang dikaitkan secara tidak terpisah dengan model pembelajarannya. Ini ditujukan bahwa kesalahan pemahaman guru-dosen sebagai ujung tombak pengajaran tidak terulang seperti tahun-tahun sebelumnya.

Salah satu yang mudah dilakukan perancangan kurikulum secara mandiri adalah di perguruan tinggi. Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 dan Surat Keputusan Mendiknas Nomor 045/U/2002 yang memberikan keleluasaan setiap institusi pendidikan tinggi untuk merancang bangun kurikulum secara mandiri dengan berbasis kompetensi. Dalam pembelajaran bahasa, kompetensi dapat diterjemahkan secara beragam. Grognet & Crandall (dalam Auerbach, 1986: 413) menyebutkan bahwa sebuah kurikulum berbasis kompetensi adalah “a performance-based out-line of language tasks that lead to a demonstrated mastery of the language associated with specific

skills that are necessary for individuals to function proficiently in the society

in which they live.” Auerbach (1986) menekankan bahwa kompetensi bahasa

(18)

normatif yang cenderung merupakan pengulangan materi SMA yang tidak perlu. Poynor (1997: 1) menyatakan bahwa kompetensi dalam pembelajaran bahasa Inggris di tingkat Universitas dengan kondisi mahasiswa pada level intermediate maka pilihan dosen adalah pada pengembangan berbicara akademik dan pengulangan. Untuk kasus Indonesia, Riyandari (2006: 5) mengemukakan bahwa kompetensi bahasa harus disesuaikan dengan kebutuhan individu mahasiswa.

PTAI sebagai institusi pendidikan yang mengadopsi bahasa Inggris sebagai kurikulum inti, memiliki kepentingan dalam mengembangkan kurikulum bahasa Inggris. Dalam implementasinya, ditemukan beberapa pokok masalah yang menghambat keberhasilan outcome PTAI. Furqon (2004: Swara Ditpertais) menganalisis beberapa pokok permasalahan PTAI, diantaranya faktor eksternal yaitu (1) Bergesernya aspirasi pendidikan masyarakat (Umat Islam) yang dulu lebih mementingkan pendidikan agama ke ilmu umum seiring dengan laju pembangunan bangsa, (2) Semakin sempitnya peluang lulusan PTAI untuk bekerja sebagai pegawai negeri sebagai akibat zero growth (atau bahkan minus growth) pemerintah dibidang kepegawaian. Sementara itu, pekerjaan disektor

(19)

Faktor internal yang menjadi penghambat pembelajaran bahasa Inggris di PTAI menurut Furqon (2004: Swara Ditpertais) yakni: (1) Manajemen dan kepemimpinan, banyak PTAI yang masih dikelola secara tradisional dan dengan modal semangat berjuang tanpa disertai kemampuan mengelola sebuah perguruan tinggi secara modern, (2) Kurikulum, kelemahan utama kurikulum PTAI yang digunakan saat ini adalah kurang komunikatifnya kurikulum itu bagi semua pihak yang terkait, (3) Dosen, kebanyakan dosen PTAI adalah lulusan PTAI sendiri dengan berbagai jurusannya, kecuali mereka yang berasal dari fakultas tarbiyah, kebanyakan dosen PTAI tidak memperoleh latihan kependidikan. Kendati kebanyakan mereka kini sudah menyelesaikan pendidikan S2 namun disayangkan ada sebagian PTAI yang lebih mementingkan formalitas pendidikan S2 dosennya daripada mutunya, (4). Proses belajar mengajar, proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh PTAI kebanyakan masih bersifat tradisional dan formalistis. Mungkin hal ini adalah akibat kurang jelas (komunikatif) nya kurikulum PTAI saat ini sehingga arah pendidikan disuatu PTAI kurang dipahami oleh pelaksana pendidikan dilapangan, (5) Input mahasiswa, sebagai akibat kurangnya minat lulusan SLTA yang berkualitas masuk PTAI maka mutu input mahasiswa PTAI menjadi kurang bagus.

(20)

melakukan penelitian tentang realita pembelajaran bahasa Inggris di Perguruan Tinggi. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa 65,8% responden menganggap Mata Kuliah Umum bahasa Inggris tidak memenuhi harapan mereka, dan sebagian besar responden (56,8%) tidak mengetahui silabus perkuliahan. Data statistik ini merupakan lampu kuning bahwa MKU bahasa Inggris belum dikelola secara professional, dan belum berfungsi sebagaimana mestinya.

Hasil dari prasurvey yang dilakukan peneliti pada mahasiswa, dari 200 responden sebanyak 85% berharap dan membutuhkan peningkatan komunikasi lisan sebagai tujuan pembelajaran pada mata kuliah bahasa Inggris I. Ada banyak cara untuk meningkatkan komunikasi lisan mahasiswa. Salah satunya adalah dengan memperkaya vocabulary (Ivanoe, 2005), pembelajaran dengan menggunakan code switching dalam kelas bilingual (Hutauruk 2009) dan menggunakan drilling yang akan melatih mahasiswa dalam berbicara seperti native. Tentu saja pemilihan harus disesuaikan dengan kondisi mahasiswa itu

sendiri.

(21)

berbicaranya orang Indonesia lebih banyak incongruent (tidak nyambung). Dengan demikian, terlihat jelas bahwa kemampuan komunikasi lisan terutama dalam listening dan understanding of speech orang Indonesia masih lemah.

Dalam konteks PTAI yang mayoritas mengajarkan ilmu agama Islam, bahasa Inggris diajarkan sebagai alat untuk menggali kajian keislaman atau yang berhubungan dengan keahliannya seperti pendidikan, hukum Islam, dan komunikasi Islam. Pendekatan ini dikenal dengan pendekatan English for Spesific Purposes (ESP). Alwasilah (2000: 119) mengemukakan ciri utama ESP yaitu: (1)

didesain bagi pembelajar dewasa, (2) untuk memberi keterampilan spesifik sesuai dengan profesi okupasionalnya, (3) biasanya diberikan pada kelas yang relatif homogen, dan (4) diawali dengan analisis kebutuhan. Keterkaitan antara ESP dan kompetensi komunikasi lisan dapat dihubungkan dengan peluang pekerjaan yang semakin banyak bagi lulusan PTAI. Contohnya, para diplomat di negara mayoritas muslim membutuhkan lulusan yang bukan hanya pintar bahasa Inggrisnya, tapi pintar bahasa Arab dan tahu tentang ilmu agama, para guru PAI Sekolah Berstandar Internasional (SBI) diwajibkan untuk menguasai bahasa Inggris komunikasi lisan sebagai bahasa pengantar pendidikan agama Islam dan para pelaku bisnis syariah yang kian hari semakin mendunia.

(22)

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Beberapa masalah dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran Bahasa Inggris di PTAI akan diteliti dalam penelitian ini. Komponen-komponen yang mendukung untuk tercapainya produk model kurikulum dan pembelajaran bahasa Inggris di PTAI dalam meningkatkan komunikasi lisan menjadi fokus pada penelitian. Berbagai masalah yang muncul akan dibatasi hanya pada komponen yang berpengaruh secara langsung dalam mencapai tujuan penelitian. Dibawah ini digambarkan beberapa masalah yang muncul dalam mengembangkan kurikulum dan pembelajaran bahasa Inggris.

Focus Variables

Presage Variables

Impact Variables

Bagan 1.4

Identifikasi Masalah Model Kurikulum dan Pembelajaran Bahasa Inggris Model Kurikulum dan

Pembelajaran

Model (Desain) Kurikulum:

A. Landasan Kurikulum 1. Teoritis 2. Kebijakan 3. Empiris B. Tujuan C. Materi D. Pembelajaran E. Evaluasi Model Pembelajaran

A. Desain Pembelajaran 1. Tujuan

2. Materi 3. Prosedur B. Implementasi

1. Pendekatan 2. Strategi 3. Metode 4. Teknik

C. Evaluasi Pembelajaran

Kemampuan BI Komunikasi Lisan

A. Competence:

Grammar, Vocabulary,Syntax

dan Pronunciation B. Performance:

Listening, Speaking, Reading, dan Writing

Kebijakan Perguruan Tinggi Agama Islam

Tujuan MKU Bahasa Inggris

Kepemimpinan di PTAI Karaktristik Dosen Karakteristik Mahasiswa PTAI jurusan PAI Sarana Prasarana Lngkungan:

(23)

Ada enam komponen utama yang berpengaruh secara langsung dalam mengembangkan model kurikulum dan pembelajaran bahasa Inggris, yaitu: kebijakan perguruan tinggi, kepemimpinan, karakteristik dosen, karakteristik mahasiswa, sarana prasarana, dan lingkungan. Masing-masing permasalahan tersebut akan diteliti secara bervariasi sesuai dengan kebutuhan.

(24)

Komponen dosen dan mahasiswa adalah subjek penelitian utama dalam implementasi kurikulum dan pembelajaran. Dosen memiliki konstribusi besar dalam merancang kurikulum dengan menjawab beberapa questioner melalui teknik delphi, kemudian mengoreksi dan memvalidasi. Setelah divalidasi, dosen diikutsertakan dalam implementasi kurikulum dalam bentuk pembelajaran serta mendesain ulang pembelajaran yang paling cocok untuk kurikulum yang dikembangkan. Mahasiswa adalah komponen yang akan dilihat dari proses implementasi kurikulum dan hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran berupa evaluasi formatif dan sumatif menjadi feedback dalam memperbaiki pembelajaran. Kurikulum hasil pengembangan dengan teknik delphi dan pembelajaran yang sudah dirancang dengan menggunakan ujicoba melalui penelitian tindakan kelas akan memberikan kontribusi pokok dalam menciptakan dua buah produk pokok penelitian yaitu (1) model kurikulum yang berisi landasan, tujuan, materi (bahan ajar), pembelajaran (silabus dan SAP), dan evaluasi, dan (2) model pembelajaran berupa desain, implementasi dan evaluasi pembelajaran. Karena di PTAI terdapat beberapa fakultas dan jurusan, maka peneliti membatasi pengembangan kurikulum dan pembelajaran bahasa Inggris ini ditujukan untuk jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan alasan bahwa jurusan PAI adalah jurusan favorit dan menjadi brand di PTAI. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap PTAI memiliki jurusan PAI, sedangkan jurusan lainnya bervariasi, sesuai kebutuhan dan kemampuan PTAI itu sendiri.

(25)

dikondisikan berdasarkan kebutuhan, sedangkan komponen lingkungan yang diteliti adalah lingkungan kampus dan tidak memasukan lingkungan masyarakat secara luas. Lingkungan kampus akan dilihat atas pengembangan model kurikulum, sedangkan lingkungan kelas akan dilihat manakala mengembangkan pembelajaran.

Keenam komponen tadi akan ditarik menjadi komponen yang berpengaruh secara langsung kapada pengembangan kurikulum dan pembelajaran. Pengembangan kurikulum disini dimaksudkan untuk mengembangkan desain kurikulum dan pembelajaran. Dalam implementasi pengembangan kurikulum di PTAI, langkah-langkah pengembangan mengambil dari model pegembangan kurikulum inverted milik Hilda Taba. Dalam pengembangan kurikulum Hilda Taba (yang bersifat induktif) membutuhkan unit-unit eksperimen. Dalam unit eksperimen inilah akan dilakukan perancangan model kurikulum pembelajaran bahasa Inggris yang bertujuan khusus untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan mahasiswa PTAI. Model desain kurikulum bahasa Inggris yang dikembangkan berdasarkan model Taba ini akan diimplementasikan dalam bentuk model yang terintegrasi dalam pembelajaran. Tahapan-tahapan yang telah dilakukan adalah:

1. diagnosis kebutuhan, yaitu melihat seberapa jauh pengembangan kurikulum pembelajaran yang telah dilakukan oleh PTAI dan bagaimana hasil yang dicapai apakah sesuai dengan kebutuhan mahasiswa atau tidak;

(26)

3. memilih isi. Isi akan didesain sedemikian rupa disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa, dunia kerja dan memiliki standar kelulusan PTAI, sehingga ada link and match antara pembelajaran bahasa Inggris di PTAI dan dunia kerja

setelah lulus;

4. mengorganisasi isi. Dalam pengorganisasian akan dikembangkan silabus dan SAP bahasa Inggris dengan orientasi pada peningkatan kemampuan lisan bagi mahasiswa PTAI;

5. memilih pengalaman belajar. Dalam tahapan ini akan diuji baik secara teoritis maupun praktis beberapa metodologi pengajaran yang terdiri dari; pendekatan, desain, dan prosedur dimana prosedur terdiri dari metode, teknik dan strategi dalam pembelajaran bahasa Inggris. Dari beberapa kajian teoritis metodologi pembelajaran dipilih dan diimplementasikan sehingga akan didapat sebuah model pembelajaran yang cocok untuk peningkatan komunikasi lisan di PTAI; 6. mengorganisasi pengalaman belajar. Dalam tahapan ini akan ditentukan salah

satu model pembelajaran yang cocok dalam peningkatan komunikasi lisan. 7. mengevaluasi. Alat evaluasi yang digunakan adalah dengan menggunakan

authentic assessment dimana keberhasilan pembelajaran diukur melalui proses

pembelajaran yang dilakukan serta tidak hanya menggunakan tes tulis yang memang secara merata telah banyak digunakan sebagai alat ukur di PTAI. Evaluasi pembelajaran akan dilakukan dengan menggunakan tes lisan.

(27)

dan pembelajarannya sehingga tercipta sebuah model yang valid dan siap untuk digunakan.

Dua produk yang diharapkan dari penelitian ini difokuskan untuk mendesain kurikulum dan pembelajaran. Pengembangan desain kurikulum yang dimaksud diharapkan dapat membantu kurikulum PTAI yang secara fakta di lapangan belum terorganisir menjadi lebih baik, sistematis, dan terorganisir. Bentuk dari produk kurikulum sebagai rencana adalah model desain kurikulum bahasa Inggris di PTAI (tiga semester), silabus, bahan ajar (modul kuliah) dan satuan acara perkuliahan. Dalam mengembangkan pembelajaran, model pembelajaran yang dimaksud adalah merupakan sebuah uji coba dan analisis untuk menggabungkan model pembelajaran yang diambil dari teori belajar dan mengintegrasikan tiga teori besar belajar (behaviouristik, kogitinif dan konstruktifistik). Model kurikulum dan pembelajaran ini didasarkan dari masukan-masukan dosen serta analisis teori yang didiskusikan dalam seminar penelitian diawal penelitian dan teknik delphi dalam mengembangkan kurikulum bersama pimpinan, dosen bahasa Inggris di PTAI, para ahli yang memahami kurikulum, dan praktisi pendidikan bahasa Inggris, sedangkan pembelajaran akan melibatkan dosen dan mahasiswa.

C. Pertanyaan Penelitian

(28)

1. Bagaimana Kurikulum dan Pembelajaran Bahasa Inggris PTAI yang berlangsung selama ini?

2. Model Kurikulum Bahasa Inggris yang bagaimana yang cocok untuk meningkatkan komunikasi lisan di PTAI?

3. Model Pembelajaran Bahasa Inggris yang bagaimana yang cocok untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan di PTAI?

4. Apa keunggulan dan kelemahan model kurikulum dan pembelajaran bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan yang dikembangkan?

5. Faktor pendukung dan penghambat apa dalam model kurikulum dan pembelajaran bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan yang dikembangkan?

D. Definisi Operasional

Untuk menjelaskan variable yang menjadi fokus dalam penelitian ini, berikut ini dikemukakan batasan operasional variable tersebut.

1. Model Kurikulum adalah sebuah model desain kurikulum sebagai rencana, implementasi dan evaluasi untuk menjelaskan proses atau kegiatan yang akan dilaksanakan untuk menghasilkan sebuah dokumen kurikulum sebagai pedoman dalam proses dan penyelenggaraan pembelajaran oleh dosen di Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) di Tasikmalaya.

(29)

pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang menjadi satu kesatuan model untuk diimplementasikan di kelas.

3. Kemampuan komunikasi lisan adalah penguasaan mahasiswa PTAI dalam berkomunikasi lisan yang merupakan integrasi dua kemampuan pokok yakni (a) keterampilan bahasa (performance) yaitu listening dan speaking yang dapat dilihat dari hasil test performansi penguasaan keterampilan berbahasa pada penggunaan bahasa lisan (b) penguasaan pengetahuan bahasa (competence) seperti gramatika, kosa kata, pronunciation, syntaks, dan semantiks. Pengukuran menyimak dapat dilihat dari coherency (keterkaitan) dalam dialog dan wawancara, sedangkan pengukuran berbicara dilihat dari kemampuan presentasi dan wawancara akademik.

E. Tujuan Penelitian

Beranjak dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan formulasi model kurikulum dan pembelajaran untuk kebutuhan mahasiswa yang lebih menekankan kepada keterampilan listening comprehension dan speaking ability pada mahasiswa PTAI. Tujuan ini dapat dirinci menjadi tujuan-tujuan teknis, sebagai berikut:

1. Mengetahui pengembangan kurikulum dan pembelajaran Bahasa Inggris PTAI yang telah dilakukan selama ini;

(30)

3. Menemukan model pembelajaran Bahasa Inggris yang cocok untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan di PTAI;

4. Mengetahui keunggulan dan kelemahan dari pengembangan model kurikulum dan pembelajaran Bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan;

5. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan pengembangan kurikulum dan pembelajaran Bahasa Inggris untuk meningkatkan komunikasi lisan di PTAI.

F. Signifikansi Penelitian

Signifikansi penelitian ini terkait dengan keleluasaan dosen untuk merancang kurikulum dan pembelajaran yang akan dilakukannya. Dengan adanya produk model kurikulum dan pembelajaran bahasa Inggris yang di khususkan untuk meningkatkan kompetensi lisan mahasiswa, maka produk ini akan membantu dosen dalam meningkatkan produktivitas bahasa mahasiswa, sehingga bahasa Inggris dipelajari bukan hanya semata-mata pelengkap kurikulum, tetapi menjadi andalan mata kuliah untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi pekerja yang memiliki kemampuan dalam pergaulan global.

(31)

dengan disertai pendekatan, metode, strategi dan teknik yang banyak, maka dosen dibingungkan untuk memilih dan menetapkan model yang mampu untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan mahasiswa, oleh karenanya, penelitian ini dapat membantu dosen dalam memecahkan masalah tersebut. Di samping itu, integrasi model silabus dengan bahan ajar serta satuan acara perkuliahan akan membantu dosen dalam berkonsentrasi dalam implementasi kurikulum secara sistematis dan terorganisir.

Terkait dengan bagaimana menyusun model implementasi pembelajaran bahasa Inggris ini, hal yang paling penting dalam penelitian ini adalah mencoba untuk mengintegrasikan teori belajar, psikologi dan teori linguistik dalam satu model implementasi pembelajaran yang utuh. Terlepas dari pandangan yang tentunya sangat berbeda, tetapi pengintegrasian beberapa teori besar dalam belajar akan menjadi pembelajaran yang komplit dan saling melengkapi. Jadi penelitian ini akan mencoba merumuskan teori kolaboratif dalam pembelajaran antara teori-teori pembelajaran yang selama ini memiliki pandangan yang berbeda dalam satu tujuan pembelajaran yang satu yaitu komunikasi lisan.

G. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

(32)

adalah: (1) prinsip flexibility yaitu kelenturan pengembangan dokumen kurikulum berupa silabus, bahan ajar dan SAP yang difokuskan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa PTAI dalam berkomunikasi lisan aktif (2) prinsip selectivity yaitu pemilihan beberapa desain kurikulum dan pembelajaran yang

dapat digunakan dalam mencapai hasil maksimal dalam penguasaan kemampuan komunikasi lisan mahasiswa PTAI. (3) prinsip appropriateness yaitu prinsip kecocokan beberapa desain kurikulum dan pembelajaran yang dipilih untuk kurikulum dan pembelajaran dalam meningkatkan komunikasi lisan di PTAI dengan mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan serta faktor pendukung dan penghambatnya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi kalangan terkait, diantaranya:

a. Bagi ahli kurikulum

(33)

Teknik ini akan menjadi sebuah contoh yang baik bagi pengembangan kurikulum selanjutnya, dimana proses pengembangan kurikulum akan selalu berubah selama zaman ini berubah;

b. Bagi dosen bahasa Inggris

Bagi dosen bahasa Inggris, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan sekaligus panduan untuk mengembangkan MKU Bahasa Inggris PTAI dengan memfokuskan pada komunikasi lisan sebagai dasar kebutuhan mahasiswa, dunia kerja dan disiplin ilmu. Produk dokumen kurikulum akan membantu para dosen menentukan bagaimana pengembangan model kurikulum tingkat lanjut setelah dipelajari di tingkat SLTP dan SLTA. Di samping itu dosen juga dapat mengimplementasikan kurikulum melalui model pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa dengan menggunkan variasi-variasi pembelajaran yang beragam;

c. Bagi pembuat kebijakan

(34)

delphi sehingga akan mengetahui secara pasti proses serta hasil yang diharapkan secara bersama. Dengan demikian, model kurikulum dan pembelajaran ini akan memiliki validitas yang tingi karena melibatkan semua komponen yang berkepentingan.

H. Asumsi Penelitian

Beberapa asumsi sebagai fondasi penelitian mengapa pengembangan model kurikulum dan pembelajaran bahasa Inggris PTAI perlu dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan pemerintah tentang kurikulum berbasis kompetensi di perguruan tinggi merupakan kebijakan yang cocok. Alasannya adalah perguruan tinggi sebagai lembaga yang mengantarkan mahasiswanya sebagai calon tenaga kerja yang profesional, sehingga kompetensi yang menjadi tujuan pokok kurikulum merupakan hal yang penting dikembangkan.

2. Bahasa Inggris di perguruan tinggi merupakan kelanjutan dari kurikulum dan pembelajaran di tingkat pendidikan dibawahnya yang memiliki karakteristik general English (GE). Kurikulum dan pembelajaran bahasa Inggris di

perguruan tinggi tidak sama dengan GE, tetapi lebih dengan pendekatan English for Specific Purposes (ESP). ESP pada level sarjana yang

(35)

kemampuan bahasa Inggris sesuai dengan kajian keilmuan pada jurusan atau program studi yang diambil.

3. Untuk program studi pendidikan Agama Islam (PAI), ada dua komponen studi yang perlu diwadahi oleh bahasa Inggris yaitu; kependidikan dan keislaman. Dua komponen studi ini harus menjadi tujuan pokok dalam meningkatkan kemampuan bahasa Inggris, sehingga bahasa Inggris yang akan diberikan adalah bahasa sebagai alat untuk menggali dua komponen tersebut baik dalam aspek komunikasi lisan maupun tulisan.

4. Metode delphi adalah metode yang dapat membantu merancang sebuah model kurikulum berdasarkan beberapa kepentingan. Kepentingan institutional oleh pimpinan, kepentingan ilmu oleh para ahli kurikulum, kependidikan dan keislaman, kepentingan pembelajaran oleh dosen sebagai implementator. Berbagai kepentingan ini disatukan, kemudian dianalisis, dirancang kemudian dikoreksi kembali oleh para ahli dan kemudian divalidasi menjadi sebuah model kurikulum yang valid. Dengan metode ini, diharapakan kurikulum menjadi kurikulum yang baik dan holistik.

(36)

6. Langkah-langkah pengembangan model Hilda Taba adalah model yang cocok dikembangkan di PTAI. Perbaikan dengan melalui eksperimen-eksperimen dengan alur bottom-up akan berakibat pada perbaikan secara terus menerus pada kurikulum dan pembelajaran, sehingga dapat diasumsikan bahwa langkah pengembangan ini merupakan langkah yang menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan yang ada.

7. Teori belajar, psikologi dan lnguistik memiliki keterikatan yang kuat. Perbedaan pandangan dalam cara berpikir antara aliran-aliran jelas terlihat. Untuk merumuskan yang terbaik, maka perlu diambil dari kebaikan masing-masing aliran sesuai dengan tujuan pembelajaran, sehingga dapat diasumsikan bahwa penggabungan dari tiga teori belajar kognitivif, behavioristik dan konstruktifistik untuk kepentingan penguasaan bahasa di kelas dirasa tidak akan menjadi masalah, asal bukan pada konsep dasar melainkan pada tatanan konsep pembelajaran, dimana setiap pertemuan memiliki konsep pembelajaran yang bersifat behavioristik dengan memberikan ruang kognitif-konstruktifistik yang dapat membatu mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan bahasanya. 8. MKU Bahasa Inggris di PTAI jurusan PAI dipelajari selama tiga semester. Ini

(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan (a) tempat dan waktu penelitian, (b) metode penelitian, (c) populasi dan teknik pengambilan sampel, (d) Pengembangan Instrumen, dan (e) teknik analisis data.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di perguruan tinggi Islam (PTAI) yang ada di Tasikmalaya. Ada empat PTAI yang tumbuh di Tasikmalaya yaitu; Institut Agama Islam Cipasung Singaparna, Institut Agama Islam Latifah Mubarokiah, Suryalaya, Sekolah Tinggi Agama Islam Tasikmalaya, Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdhotul Ulama Tasikmalaya. Untuk memudahkan penelitian, maka peneliti mengambil dua PTAI, yaitu IAIC sebagai wakil dari institut yang mana kedua institut lahir dari embrio pesantren dan berkedudukan di wilayah kabupaten, dan STAI Tasikmalaya sebagai wakil dari STAI yang keduanya lahir dari swadaya masyarakat dan berkedudukan di kota.

(38)

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menerapkan model pendekatan penelitian dan pengembangan atau dikenal dengan R&D (Research and Development). Borg dan Gall (1979: 624) memberikan batasan terhadap model penelitian ini sebagai "a process used to develop and validate educational product."

Ada dua metode yang digunakan dalam pelaksanaan R&D ini yaitu deskriptif dan evaluatif. Metode deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk

menghimpun data tentang kondisi yang ada. Metode evaluatif dibagi menjadi dua metode, yaitu metode delphi untuk menguji produk kurikulum dan metode eksperimen digunakan untuk mengevaluasi proses ujicoba (terbatas, luas dan valdasi) pengembangan produk pembelajaran. Produk dikembangkan melalui serangkaian ujicoba dan setiap ujicoba diadakan evaluasi, baik evaluasi hasil maupun evaluasi proses. Berdasarkan temuan-temuan hasil ujicoba tersebut diadakan penyempurnaan.

Langkah-langkah dalam proses model ini merujuk pada beberapa siklus dan melalui siklus ini temuan-temuan penelitian menjadi dasar bagi pengembangan produk. Siklus-siklus penelitian dalam model tersebut disimpulkan oleh Borg dan Gall (1979: 626) mencakup langkah-langkah berikut: (1) research and information collecting (penelitian dan pengumpulan informasi); (2) planning

(perencaaan); (3) developing preliminary form of product (mengembangkan produk awal); (4) preliminary field testing (uji coba pendahulauan); (5) main product revision (revisi terhadap produk utama); (6) main field testing (ujicoba

(39)

utama); (8) operational field testing (uji coba operasional); (9) final product revision (revisi produk akhir); (10) dissemination and implementation (desiminasi

dan penerapan).

Untuk memudahkan langkah penelitian, peneliti menyederhanakan kesepuluh langkah yang dikemukakan diatas menjadi tiga tahapan dasar mengikuti apa yang dijelaskan oleh Sukmadinata (2008: 184) “secara garis besar langkah penelitian dan pengembangan yang dikembangkan oleh Sukmadinata dan kawan-kawan terdiri atas tiga tahap, yaitu: 1) studi pendahuluan; 2) pengembangan model; dan 3) uji model” tiga langkah ini memiliki langkah yang sederhana, tetapi substansinya sama dengan yang dilakukan oleh Borg and Gall, sehingga penyederhanaan tidak berarti menghilangkan sepuluh aspek research and development karena tiga langkah ini berisi sepuluh langkah yang telah

disebutkan. Secara visualisasi tahap penelitian yang akan dilaksanakan oleh penulis dapat dilihat dari bagan 3.1.

1. Studi Pendahuluan

(40)

observasi bertujuan untuk mengetahui data empiris di lapangan tentang bagaimana keterlaksanaan proses pengembangan kurikulum dan pembelajaran Bahasa Inggris di PTAI.

Bagan 3.1

Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan (Sukmadinata, 2008: 189, dengan modifikasi)

Pada studi pendahuluan dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif. Pada langkah ini ditekankan untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan pengembangan kurikulum dan pembelajaran Bahasa Inggris berdasarkan pandangan dari mahasiswa dan pandangan dari dosen serta beberapa hal yang

STUDI PENDAHULUAN STUDI PENDAHULUAN STUDI PENDAHULUAN

STUDI PENDAHULUAN PENGEMBANGAPENGEMBANGAPENGEMBANGAPENGEMBANGA

N MODEL

N MODELN MODEL

N MODEL

PENG

PENGPENG

PENGUJIUJIUJIANUJIANAN MODELANMODELMODELMODEL

(VALIDASI MODEL (VALIDASI MODEL (VALIDASI MODEL (VALIDASI MODEL) Studi Lapangan: 1. Proses Belajar Mengajar 2. Kondisi Mahasiswa 3. Kondisi Dosen 4. Sarana, Alat,

dan Media Studi Literatur: 1. Landasan Teori 2. Hasil Penelitian Terdahulu yang relevan Penyu-sunan Draft Kurikulum dan Pembelajar an Model Pembelajaran 1. Pre test

2. Treatment (perlakuan) 3. Post test

Model Kurikulum dan Pembelajaran Bahasa Inggris Teruji

LANGKAH I LANGKAH II LANGKAH III

(41)

berkaitan erat. Selanjutnya hasil studi awal ini akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan rencana pengembangan kurikulum bahasa asing untuk meningkatkan kompetensi komunikasi lisan dan model pembelajaran bahasa inggris untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan.

Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan studi pendahuluan ini meliputi: a. Studi dokumentasi untuk mengkaji: 1) teori-teori yang berkaitan dengan

pengembangan kurikulum dan pembelajaran Bahasa Inggris terutama yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan komunikasi lisan; 2) Kurikulum PTAIS, sebaran MKU, MKKD, jumlah SKS, dan kompetensu yang diharapkan dalam pembelajaran bahasa Inggris di PTAI, dan 3) hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengembangan model kurikulum dan pembelajaran Bahasa Inggris.

b. Melakukan studi lapangan pada PTAI yang berada di Tasikmalaya untuk melihat bagaimana desain kurikulum dan pembelajaran, pemanfaatan media pembelajaran, manajemen pengelolaan, dan evaluasi yang dilakukan pada mata pelajaran Bahasa Inggris serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran bahasa Inggris. Hasil studi pendahuluan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan model kurikulum dan pembelajaran Bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan Komunikasi Lisan di PTAI.

2. Pengembangan Model dan Ujicoba

(42)

a. Metode Delphi

Metode ini digunakan sebagai alat untuk merancang kurikulum. Metode Delphi merupakan prosedur untuk memperoleh penilaian dan opini dari individu yang memiliki pengetahuan dengan menggunakan berbagai kuesioner untuk mengembangkan konsensus ramalan mengenai apa yang akan terjadi di masa depan. Perolehan penilaian expert dilakukan melalui kuesioner untuk memudahkan pembentukan suatu keputusan kelompok. Metode ini bertujuan untuk menentukan sejumlah alternative desain kurikulum untuk Bahasa Inggris di PTAI dari mulai semester I, II dan III. Dengan demikian, metode Delphi ini berusaha untuk mendapatkan informasi, membuat keputusan, menentukan indikator, parameter dan lain-lain yang reliabel dengan mengeksplorasi ide dan informasi dari orang-orang yang ahli di bidangnya, yaitu dengan menggunakan kuesioner atau draft awal yang diisi oleh ekpertis atau praktisi yang kompeten di bidang kurikulum dan pembelajaran bahasa Inggris, kemudian hasil kuesioner ini direview oleh pihak fasilitator atau peneliti untuk dibuat summary, diklasifikasikan dan kemudian dikembalikan pada ekspertis dan praktisi yang sama untuk direview, direvisi dan begitu seterusnya dalam beberapa tahap yang berulang sehingga mendapatkan hasil atau draft yang sesuai dan valid.

b. Uji coba terbatas dan luas

(43)

terutama teori linguistik, psikolinguistik dan belajar. Pengujian teori ini dilakukan untuk melihat sejauh mana keefektifan teori dalam praktiknya dilapangan. Ketika efektifitas teori ditemukan atau pembangunan teori baru, maka tahap selanjutnya adalah pembuatan model yang diasumsikan akan cocok terhadap kurikulum dan pembelajaran.

Kedua metode ini diimplementasikan dengan merujuk pada langkah-langkah model pengembangan kurikulum inverted Hilda Taba, maka jelas dalam pengembangan kurikulum Hilda Taba (yang bersifat induktif) membutuhkan unit-unit eksperimen. Dalam unit-unit eksperimen inilah akan dilakukan perancangan model pembelajaran Bahasa Inggris yang bertujuan khusus untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan mahasiswa PTAI semester I saja. Tahap ini dilakukan pada tahap ujicoba terbatas dengan tujuan untuk mencari kecocokan model terhadap karakter objek penelitian.

Ketika model kurikulum dan pembelajaran sudah dibangun, dan diujicobakan secara terbatas, maka tahapan ujicoba selanjutnya ditingkatkan kepada kelas yang lebih luas untuk melihat keajegan model. Dalam ujicoba luas lebih menekankan kepada perubahan tingkah laku, peningkatan hasil belajar dan modifikasi-modifikasi isi kurikulum dan pembelajaran yang lebih cocok.

3. Pengujian Model dengan Metode Eksperimen

(44)

desiminasi dari model kurikulum yang telah dikembangkan secara keseluruhan dalam ujicoba terbatas dan luas. Ada delapan kelas yang menjadi subjek penelitian pada uji validasi dengan membagi menjadi dua kriteria yaitu tinggi dan rendah dan dikelompokkan menjadi kelompok eksperimen yang diperlakukan dengan menggunakan model yang dikembangkan, kelompok kontrol yang menngunakan model konvensional dengan kebiasaan dosen mengajar di kelas masing-masing. Pengujian dengan menggunakan dua target komunikasi lisan yaitu presentasi dan wawancara. Model evaluasi dikembangkan berdasarkan model pembelajaran yang dikembangkan, sehingga model konvensional yang memiliki visi untuk mengembangkan komunikasi lisan diuji dengan pola model yang sama.

Setelah diuji validasi maka model kurikulum yang valid dari hasil metode delphi dan model pembelajaran Bahasa Inggris dari hasil eksperimen untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan pada PTAI dapat digunakan sebagai model yang teruji.

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sample

(45)

delphi, peneliti mengambil beberapa ahli dan praktisi di bidang pengembangan kurikulum dan pendidikan bahasa Inggris. Jumlah keseluruhan dari panelis adalah ahli pengembangan kurikulum 2 orang, praktisi (dosen) bahasa Inggris 4 orang, dan pimpinan perguruan tinggi 2 orang sehingga jumlah menjadi 8 orang.

Pada hakikatnya, penelitian ini bertujuan untuk membuat tiga pokok produk integratif antara silabus, bahan ajar, dan SAP. Untuk menjadi produk yang realibel dan valid, implementasi pembelajaran menjadi tolak ukur keberhasilan dalam pengembangan kurikulum sehingga perlu adanya subjek penelitian yang menjadi penguat untuk hasil penelitian ini. Objek penelitian ini adalah dosen dan mahasiswa PTAI di Tasikmalaya. Penetapan sampel dilakukan sebagai berikut: 1. Dalam penelitian prasurvai, dosen yang mengajar Bahasa Inggris dan

mahasiswa PTAI dijadikan objek penelitian untuk memperoleh gambaran pengembangan pembelajaran Bahasa Inggris yang dilakukan selama ini. Penetapan uji validasi dilakukan secara "cluster random sampling". Cara ini dipilih mengingat besaran populasi PTAI.

(46)

3. Dalam penelitian dan pengembangan model pembelajaran dilakukan uji terbatas yang dilakukan pada dua kelas di IAIC yaitu kelas IA dan ID tahun ajaran 2009/2010. Pengambilan ini adalah dikarenakan keluasan peneliti dalam mengelola laboratorium bahasa dengan memiliki jadwal fleksibel, sedangkan uji luas dilakukan di dua PTAI yaitu IAIC dan STAI Tasikmalaya dengan kategori tinggi dan rendah.

[image:46.595.118.512.237.627.2]

4. Pada uji validasi yang sekaligus implementasi dan desiminasi tahap implementasi dilakukan terhadap dua PTAI, kedua PTAI ini dikelompokan menjadi kelas kontrol dan eksperimen. Untuk lebih jelasnya, Dibawah ini dijelaskan sampel kelas yang diteliti pada uji terbatas, luas dan validasi dengan jumlah keseluruhan adalah 14 kelas.

Tabel 3.1

Data Subjek Penelitian pada Uji Terbatas, Luas dan Validasi

No Tahapan Penelitan

Nama PTAI dan Kelas Penelitian

Tinggi Rendah

1 Uji Terbatas IAIC Kelas IA 09/10 IAIC Kelas ID 09/10 2 Uji Luas IAIC Kelas IE 10/11

STAI kelas IC 10/11

IAIC Kelas IC 10/11 STAI Kelas IE 10/11 3

Uji Validasi Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

IAIC Kelas IA 10/11 STAI Kelas IF 10/11

IAIC Kelas IF 10/11 STAI Kelas IA 10/11 IAIC Kelas IB 10/11

STAI Kelas ID 10/11

IAIC Kelas ID 10/11 STAIKelas IB 10/11

Jumlah 7 7

(47)

D. Pengembangan Instrumen

Dalam melaksanakan penelitian ini ada beberapa instrumen yang telah dirumuskan untuk pertanyaan penelitian yang telah diungkapkan di bab I. Instrumen ini terdiri dari beberapa kisi-kisi dan menjadi instrumen final. Final

1. Instrumen Angket

Instrument angket dipakai sebagai salah satu alat untuk mengumpulkan data (Frankel dan Wallen; 1993: 101) tentang Minat mahasiswa, profil dosen dan implementasi kurikulum dan pembelajaran bahasa Inggris dengan focus komunikasi lisan di PTAI yang selama ini dilaksanakan. Dalam penelitian

dikembangkan dua aspek, yakni (a) angket untuk dosen untuk mengetahui pelaksanaan pengembangan kurikulum dan pebelajaran yang berjalan; (b) instrument angket mahasiswa untuk menjaring data tentang kebutuhan mahasiswa (Minat mahasiswa) akan bahasa Inggris.

Ada dua instrumen angket yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu; angket untuk dosen dan untuk mahasiswa. Kedua instrumen angket ini diperuntukan untuk kebutuhan pengembangan kurikulum dan pembelajaran bahasa asing di PTAI. Angket tersebut seperti yang dijelaskan dibawah ini:

2. Instrumen Observasi Kelas

(48)

Observasi kelas terdiri dari dua instrumen. Pertama, instrumen observasi proses pembelajaran di kelas. Instrumen ini menggunakan bentuk interaksi kelas yang didasarkan pada keterampilan dasar mengajar guru (basic teaching skills). Instrumen ini terdiri atas pengisian check-list dan analisis proses pembelajaran berdasarkan pada indikator-indikator perilaku guru yang diturunkan dari keterampilan dasar mengajar yang bersifat terbuka. Kedua, instrumen observasi keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran (learning engagement) melalui bentuk kegiatan belajar (learning task) yang diberikan kepada mahasiswa. Indikator-indikator utama yang digunakan dalam mengidentifikasi keterlibatan belajar mahasiswa ini mencakup waktu yang dicurahkan oleh mahasiswa dalam menangani kegiatan belajar (time-on-task) dan tingkat keberhasilan mahasiswa dalam menyelesaikan kegiatan tersebut (Huitt, 1997). Instrumen ini dipadankan pula dengan hasil wawancara dengan mahasiswa setelah mereka menyelesaikan satu kegiatan pembelajaran untuk mengecek pendapat dan komentar mereka tentang pengalaman belajar mereka.

3. Wawancara

(49)

pembelajaran tersebut. Wawancara dilakukan pada saat uji coba model pembelajaran dan uji coba validasi model kurikulum dan pembelajaran. Wawancara dilakukan baik dengan alat perekam maupun langsung setelah kegiatan berlangsung.

4. Instrument Hasil Belajar

Instrumen hasil belajar dikembangkan dalam bentuk test. Tes difokuskan pada tes kemampuan berbahasa Inggris komunikasi lisan yakni listening dan speaking. Pertanyaan dimodifikasi sedemikian rupa dengan memenuhi realibilitas

dan validitas sesuai pengembangan model kurikulum dengan pembelajaran yang dilakukan. Ada dua bentuk test yaitu monolog dan dialog. Monolog bisa berbentuk presentasi mahasiswa atau pidato atau menjelaskan sesuatu tentang topik yang diberikan dengan dibantu dengan gambar atau mind concept dengan fokus penilaian pada lima aspek yaitu pronunciation, fluency, articulation, content, dan performance. Dialog dapat berupa wawancara terpimpin oleh penguji

topik yang sama dengan presrntasi atau pidato yang ditunjukan mahasiswa, fokus penilaian pada; fluency, coherency, performance. Alat evaluasi pembelajaran akan disesuaikan dengan pegembangan model pembelajaran yang akan dilakukan.

E. Teknik Analisis Data 1. Hasil Prasurvey

(50)

kecendrungan sehingga diperoleh gambaran bagaimana guru mengembangkan perencanaan dan implementasi pembelajaran bahasa Inggris pada saat ini, bagaimana kemampuan dan kinerja dosen dan mahasiswa dan bagaimana pemanfaatan fasilitas dan lingkungan.

2. Hasil Pengembangan Model

Dalam penelitian dan pengembangan dilakukan analisis data sebagai berikut:

a. Hasil observasi kelas data dianalisis dengan pendekatan kualitatif untuk kemudian dilakukan revisi dan ujicoba berkelanjutan;

b. Hasil kuesioner kapada para ahli dengan melalui metode delphi dianalisis dan dirancang menjadi model kurikulum yang valid dan dapat diimplementasikan. Analisis yang digunakan dengan menggunakan analisis kualitatif.

(51)

3. Tahap penelitian uji validasi

(52)

BAB V

INTERPRETASI DAN PEMBAHASAN

Bab ini terdiri dari dua bagian, pertama tentang interpretasi dan kedua pembahasan. Interpretasi menjelaskan hasil penelitian ujicoba baik terbatas maupun luas dan uji validasi. Pembahasan menjelaskan hasil keseluruhan dari penelitian terutama terkait dengan pertanyaan penelitian yang belum terjawab serta kaitan dengan teori yang digunakan. Pembahasan meliputi: Model Desain Kurikulum Komunikasi Lisan Hasil Pengembangan (KPKL), Model Desain Pembelajaran KPKL, Keunggulan dan Kelemahan Model KPKL, Faktor Pendukung dan Penghambat Model KPKL, dan Effektifitas Model KPKL terhadap Peningkatan Prestasi Mahasiswa.

A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Pengembangan 1. Interpretasi Hasil Penelitian dan Pengembangan

(53)

a. Seminar Penelitian dan Rancangan Kurikulum melalui Metode Delphi

Dalam seminar penelitian, peneliti mengadakan diskusi dengan para dosen bahasa Inggris di lingkungan PTAI yang diteliti (IAIC dan STAI) dan pemegang kebijakan untuk menyampaikan hasil temuan dari penelitian pra survey. Karena perbedaan pendapat dalam rancangan kurikulum, maka peneliti menyusun draft awal untuk dikonsultasikan dengan para ahli pengembangan kurikulum, para pemegang kebijakan PTAI, dan para dosen melalui kuisioner melalui metode delphi dengan tujuan tersusunnya kurikulum bahasa Inggris yang dapat diterima oleh semua pihak sesuai dengan kebutuhannya.

Hasil rancangan dari saran, kritikan, tambahan, koreksi dan solusi para ahli, praktisi dan pemegang kebijakan yang dianalisis oleh peneliti, maka tersusunlah sebuah desain kurikulum yang telah disepakati bersama. Adapun garis besar rancangan kurikulum tersebut sebagai berikut:

(54)

2)Tujuan. Tujuan dibagi menjadi tujuan umum dan khusus. Tujuan Umum adalah bahasa Inggris secara keseluruhan yang memuat aspek peningkatan komunikasi lisan dan tulisan. Tujuan khusus bahasa Inggris I lebih fokus kepada peningkatan komunikasi lisan, bahasa Inggris II lebih fokus kepada komunikasi tulisan (membaca) dan lisan, tujuan bahasa Inggris lebih fokus kepada komunikasi tulisan (membaca dan menulis) dan sedikit lisan.

3)Materi. Bahasa Inggris I berisi materi tentang keislaman, bahasa Inggris II berisi materi tentang kependidikan, dan bahasa Inggris III berisis materi tentang hasil penelitian.

4)Pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan dalam implementasi kurikulum berisi tentang empat kemampuan pokok; listening, speaking, reading dan writing dengan tiga tahapan pembelaran yaitu tahapan behaviouristik,

kognitifistik dan konstruktivistik.

5)Evaluasi. Evaluasi dibagi menjadi dua; evaluasi proses dan evaluasi akhir. Pada tahap penyelesaian kurikulum bahasa Inggris, mahasiswa harus lulus dalam ujian standarisasi bahasa Inggris dengan menguji tiga kemampuan pokok speaking, reading dan writing sesuai dengan standar TOEFL iBT. Evaluasi

kurikulum menggunakan model CIPP. b. Ujicoba Terbatas

(55)

1) Teori belajar kognitif dengan aliran linguistik generatif-transformasi yang dikembangkan oleh Chomsky melalui metodologi pengajaran membaca dengan basis EAP sebagai pendekatan utama tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan bahasa terutama komunikasi lisan. Ada beberapa prilaku mahasiswa yang negatif terhadap implementasi pembelajaran dengan menggunakan teori ini, yaitu:

(56)

yang dicapainya. Dengan demikian teori belajar dengan berpedoman pada kognitif an sich tidak menimbulkan keaktifan mahasiswa yang baik.

(b) Mahasiswa bosan. Kegiatan kognitif lebih cocok kepada tipe orang cerdas dan memiliki kemandirian dan tanggung jawab yang besar pembelajar terhadap sebuah materi. Ketika kegiatan ini diimplementasikan kepada mahasiswa yang memiliki tingkat kemampuan yang rendah, maka yang terjadi adalah pembiaran penghabisan waktu belajar begitu saja tanpa memperhatikan kegunaannya. Hal yang paling utama yang membuat mereka kurang respect terhadap pembelajaran kognitif adalah kebosanan. Bosan disini

diartikan sebagai suatu kondisi dimana mahasiswa tidak mampu menjangkau kemampuan yang disyaratkan sehingga mereka merasa lemah dari pembelajaran dan tidak berusaha dalam meningkatkan kemampuannya. Hal ini disebabkan prasyarat yang dibutuhkan berupa competence (keahlian komponen berbahasa yang tidak tampak, tidak

bisa terlihat, dan hanya ada dalam benak saja) belum tersedia secara penuh, sehingga akibatnya mereka merasa bosan dalam belajar yang membutuhkan konsentrasi penuh dan terus menerus menggunakan otak sebagai basis alat penerimaan pengetahuan.

(57)

masalah, mengidentifikasikannya, merumuskan hipotesis, mengumpulkan informasi baru, mengambil simpulan, mengevaluasi simpulan sampai pada strategi mencapai tujuan belum mampu meningkatkan kemampuan berbahasa mahasiswa terutama dalam aspek keterampilan komunikasi lisan. Teori ini menjadi landasan pembelajaran dengan pendekatan EAP tapi dapat dilaksanakan pada kondisi mahasiswa yang sudah memiliki prasyarat competence yang baik dan mahasiswa yang memiliki tanggung jawab penuh

terhadap materinya. Sedangkan di PTAI dengan kondisi bahwa bahasa Inggris merupakan mata kuliah pelengkap dan tidak memiliki kepentingan langsung terhadap kompetensi jurusannya, mahasiswa kurng memiliki respect yang baik, sehingga pembelajaran kognitif tidak memiliki

keefektifan yang signifikan bagi peningkatan kemampuan.

(58)

(a) Pelatihan mekanistik membuat mahasiswa tidak memahami arti sebenarnya. Walaupun mereka memiliki kemampuan untuk berbicar dengan baik, tetapi seolah-olah mereka belum paham apa yang dikatakannya. Peniruan yang menjadi ruh dari teori ini menjadi alasan bahwa aspek mekanistik tidak selalu berkontribusi terhadap peningkatan kemampuan literasi berwacana. Dengan demikian keunggulan mahasiswa dalam memiliki keberanian dalam megucapkan bahasa Inggris desertai dengan pola kalimat yang benar telah mampu menciptakan mahasiswa yang keluar dari ketidak percayaan atas bahasa Inggris yang dianggap susah untuk dikomunikasikan. Tetapi aspek meaningless ini menjadi masalah serius manakala mahasiswa dibawa

untuk memahami wacana yang diberikan.

(59)

3) Teori konstuktivistik dengan aliran linguistik konstruktivisme tidak mendapatkan dukungan yang penuh dari mahasiswa. sebagaimana yang diketahui dari analisis kebutuhan, mahasiswa PTAI memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang menengah kebawah. Dengan demikian pembelajaran dengan menggunakan konstruktivistik tidak berjalan dengan baik. Pembelajaran dengan menggunakan prinsip konstruktivisme seperti teori belajar Ausubel atau teori skema memiliki hubungan yang erat dengan pembelajaran bahasa pada orang dewasa dan sangat membantu pada peningkatan kemampuan pengetahuan bahasa. Permasalahan yang terajadi adalah seperti yang terjadi pada kognitif, dimana prasarat untuk berbahasa belum ada. Sehingga yang ada adalah mahasiswa paham apa yang harud mereka kerjakan tetapi bersikap pasif dan susah untuk mengekspresikan dalam bahasa target. Hal ini menjadi ketimpangan yang besar dimana aspek kognitif dalam artian pengetahuan awal yang dimiliki baik, tetapi kemampuan mekanistik dan kognitif bahasa belum tertata dengan rapi sehingga berakhir pada hanya keinginan meningkatkan kemampuan berbahasa tanpa ada keinginan praktik berbahasa secara langsung. Ada beberapa alasan mengapa teori konstruktivistik tidak berkembang pada peningkatan kemampuan komunikasi lisan mahasiswa:

(60)

memiliki perkembangan yang signifikan, terutama diajarkan PTAI yang sudah menganut pola pendidikan andragogy

(b) Teori ini merupakan teori kognitif dan merupakan teori yang co

Gambar

Grafik Rata-Rata Kemampuan Bahasa Inggris Tenaga Kerja Indonesia Bagan 1.1 Berdasarkan Jenis Profesi
Grafik Rata-Rata Kemampuan Bahasa Inggris Tenaga Kerja Indonesia Bagan 1.3 Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
Tabel 1.1 Perkembangan Kurikulum Bahasa Inggris di Indonesia (Lie, 2007)
Tabel 3.1  Data Subjek Penelitian pada Uji Terbatas, Luas dan Validasi

Referensi

Dokumen terkait

Pada jarak antara pendulum yang diberi bandul magnet dengan aluminium sebesar 2,5mm atau kurang menunjukkan hasil getaran yang teredam lebih seperti terlihat pada gambar 10..

Manajemen risiko perbankan didasarkan pada penelitian data historis untuk memprediksi risiko yang kemungkinan akan dihadapi di masa mendatang sehingga dapat dikalkulasi untuk

RUANG LINGKUP PEKERJAAN PENGAWASAN MUTU PADA BANGUNAN GEDUNG MELIPUTI DUA HAL UTAMA, YAITU PENGAWASAN TERHADAP JENIS MATERIAL YANG AKAN DIGUNAKAN SEBAGAI/ BAHAN BANGUNAN

Judul : Pengaruh Etika Kerja Islami Terhadap Kinerja Karyawan Di Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya.. Skripsi ini telah diujikan dan disyahkan dihadapan Komisi Penguji

Dataran/Plain Group Haplustults, Haplustox Peusangan Siblah Krueng 10,77 Perbukitan/Hilly Group Dystropepts, Kanhapludults, Tropaquepts Peusangan Siblah Krueng 2.282,46

menyelesaikan masalah matematika sesuai konsep lingkaran dengan menghubungkan dengan materi perkalian ( Panjang tali ) Keterkaitan konsep dengan bidang lain. Peserta

memberikan subsidi harga untuk orang yang membutuhkan, mungkin tidak efektif sebagai alat langsung untuk pengentasan kemiskinan untuk tujuan keamanan pangan di Indonesia. Program

(5) terdapat ilustrasi yang melengkapi teks”. Penggunaan buku cerita bergambar dapat memberikan suatu motivasi belajar siswa, motivasi sangat besar pengaruhnya terhadap