• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis sikap dan kepuasan konsumen traktor tangan (studi kasus : di Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis sikap dan kepuasan konsumen traktor tangan (studi kasus : di Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur Jawa Barat)"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN

KONSUMEN TRAKTOR TANGAN

(Studi Kasus : di Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur Jawa Barat)

Skripsi

Lybia Putri H34086052

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

LYBIA PUTRI. Analisis Sikap dan Kepuasan Konsumen Traktor Tangan (Studi Kasus : di Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah Bimbingan RITA NURMALINA)

Ketersediaan padi di Indonesia sebagai kebutuhan pokok menjadi titik perhatian khusus dalam pemenuhan kebutuhan pangan manusia, oleh karena itu dilakukan berbagai cara untuk meningkatkan produksi padi. Salah satu cara yang dilakukan adalah penggunaan teknologi berupa traktor tangan, ketersediaan traktor tangan di Indonesia didukung oleh delapan perusahaan besar diantaranya adalah PT Kubota Indonesia dan PT Yanmar Agriculture Indonesia yang memiliki penjualan cukup baik di Jawa Barat.

Penggunaan traktor tangan berlangsung di seluruh kabupaten se- Jawa Barat dan salah satunya adalah Kabupaten Cianjur dimana tingkat penggunaan dan pembelian traktor tahun 2010 merek Kubota merupakan pemimpin pasar sebesar 80 persen sedangkan Yanmar 20 persen dan hanya sebagai pengikut pasar, salah satu kecamatan yang menggunakan traktor tangan terbanyak adalah Kecamatan Bojongpicung sebesar 117 unit. Berdasarkan kondisi tersebut PT Yanmar Agriculture Indonesia perlu melakukan kajian perilaku konsumen untuk meningkatkan penjualan dan image merek Yanmar.

Penelitian ini bertujuan untuk : 1). Menganalisis karakteristik serta proses

pengambilan keputusan petani terhadap penggunaan traktor tangan, 2). Menganalisis sikap dan kepuasan petani terhadap atribut-atribut traktor tangan

dari merek Yanmar, 3). Merekomendasikan alternatif strategi kebijakan yang sesuai dengan perilaku, sikap dan kepuasan petani pada perusahaan Yanmar. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober 2010 di Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur. Metode penentuan sampel dilakukan dengan

Judgment sampling dimana pengambilan sampel berdasarkan petani yang pernah menggunakan atau membeli traktor tangan merek Yanmar dan Kubota dengan dibantu oleh pihak Kecamatan Bojongpicung dan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 orang.

Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis gambaran umum lokasi dan mengetahui karakteristik responden. Analisis kuantitatif yaitu dengan menggunakan uji

Cochran yang digunakan untuk menentukan model atribut, kemudian untuk menganalisis sikap konsumen menggunakan metode analisis data Multiatribut Fishbein dan untuk membantu menggambarkan kinerja traktor tangan merek Yanmar menggunakan perceptual mapping, sedangkan untuk mengetahui kepuasan dilakukan menggunakan Customer’s Satisfaction Index(CSI).

(3)

Proses keputusan pembelian responden terdiri dari beberapa tahapan 1) pengenalan kebutuhan traktor tangan dinilai sangat penting sebesar 73 persen dengan alasan waktu pengolahan menjadi lebih cepat, 2) pencarian informasi responden berasal dari teman yaitu 43 persen kemudian informasi paling penting adalah kualitas, 3) Evaluasi alternatif yang di pertimbangkan untuk membeli atau menyewa yaitu merek, 4) Keputusan pembelian yang dilakukan responden rata-rata adalah terencana sebesar 53 persen serta hal yang mempengaruhinya adalah diri sendiri, tempat untuk membeli traktor biasanya di peroleh dari teman atau tetangga sebesar 47 persen, 5) dan tahapan terakhir Perilaku pasca pembelian dimana responden merasa puas sebesar 93 persen dan sesuai dengan harga yang tinggi, kemudian tetap membelinya serta merekomendasikan kepada orang lain.

Terdapat 17 atribut traktor tangan yang di uji menggunakan metode

Cochran yaitu (1) ukuran badan traktor, (2) ketebalan mata bajak (3) merek (4) daya tahan rangka badan traktor, (5) tenaga mesin, (6) mudah di perbaiki rangka dan mesin, (7) keandalan di berbagai kondisi tanah (sawah kering/hujan), (8) hemat bahan bakar, (9) mudah dalam pengoperasin mesin, (10) mudah dalam perawatan (11) ketersediaan suku cadang mesin yang banyak, (12) harga suku cadang yang murah, (13) pelayanan perbaikan mesin, (14) tempat penjualan atau penyewaan mudah terjangkau, (15) promosi penjualan, (16) harga traktor roda murah dan (17) harga traktor. Hasil uji Cochran menunjukan adanya 11 atribut yang lebih valid diantaranya adalah (1) Ukuran Badan traktor, (2) Ketebalan mata bajak, (3) Merek, (4) Daya tahan rangka badan traktor, (5) Tenaga mesin, (6) Mudah diperbaiki mesin dan rangka, (7) Keandalan di berbagai kondisi tanah (sawah kering atau sawah tadah hujan), (8) Hemat bahan bakar, (9) harga Suku cadang yang murah, (10) Harga Traktor murah, dan (11) Harga sewa yang murah. Kesebelas atribut traktor tangan di atas akan membantu menunjukan sikap petani terhadap traktor tangan merek Yanmar melalui alat analisis

Fishbein, penilaian Fishbein terhadap merek Yanmar adalah2,50 artinya petani kurang menyukai kinerja dari atribut traktor tangan yang dihasilkan. Selain dari membandingkan merek Yanmar dengan Kubota juga di teliti bagaimana tingkat kepuasan petani terhadap atribut traktor tangan, hasil perhitungan CSI menunjukan tingkat kepuasan sebesar 0,62 artinya petani di Kecamatan Bojongpicung merasa cukup puas terhadap atribut traktor tangan merek Yanmar. Hasil analisis Perceptual Mapping menunjukkan atribut traktor tangan merek Yanmar dipersepsikan kinerjanya tidak terlalu sesuai harapan petani yaitu ketebalan mata bajak, keandalan di berbagai kondisi tanah (sawah hujan atau sawah kering), merek, tenaga mesin, ukuran badan traktor, hemat bahan bakar dan harga traktor tangan. Berdasarkan informasi dari kelemahan-kelemahan atribut produk dapat menginspirasikan produsen untuk melakukan strategi seperti strategi produk yaitu memperbaiki atribut traktor tangan yang sesuai dengan kebutuhan petani.

(4)

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN

KONSUMEN TRAKTOR TANGAN

(Studi Kasus : di Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur Jawa Barat)

Lybia Putri H34086052

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Analisis Sikap dan Kepuasan Konsumen Traktor Tangan

(Studi Kasus : di Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

Nama : Lybia Putri NIM : H34086052

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Rita Nurmalina-Suryana, MS NIP. 19550713 198703 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analisis Sikap dan Kepuasan Konsumen Traktor Tangan (Studi Kasus : di Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2011

Lybia Putri

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Agustus 1985. Penulis adalah anak ke dua dari empat bersaudara berasal dari pasangan Bapak Muhammad Sukron dan Ibu Tuti Ariani.

Penulis memulai pendidikan di SDN Bhakti Handayani Bekasi Utara pada tahun 1991, SLTPN 21 Bekasi tahun 1997 dan SMUN 3 Bekasi tahun 2000. Penulis menyelesaikan sekolah pada tahun 2003 dan melalui jalur reguler penulis masuk perguruan tinggi negeri tahun 2003 di Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Program Diploma III IPB Bogor dan lulus pada 15 November tahun 2006. Selama perkuliahan saya aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan baik di lingkungan kampus seperti organisasi kemahasiswaan Badan Ekskutif Mahasiswa dan forum kecil di departemen tapi juga aktif di organisasi daerah.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan anugerahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

”Analisis Sikap dan Kepuasan Konsumen Traktor Tangan (Studi Kasus : di Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis suatu fakta dimana penguasaan akan penjualan traktor tangan di daerah Jawa Barat di kuasai oleh dua merek besar yaitu Kubota dan Yanmar dengan cara membandingkannya melalui atribut serta mempelajari bagaimana proses pengambilan keputusan pembelian maka menghasilkan strategi yang dapat membantu perusahaan Yanmar untuk dapat meningkatkan penjualan,

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasaan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun kearah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Maret 2011

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril serta materil kepada penulis dalam penyelesaian karya ilmiah ini, antara lain sebagai berikut :

1. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Tintin Sarianti, SP. MM selaku dosen evaluator pada kolokium penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan proposal penelitian.

3. Ir. Popong Nurhayati, MM, selaku dosen penguji dan Suprehatin,SP,MAB sebagai komisis pendidikan yang telah meluangkan waktu dan memberikan kitik serta saran demi perbaikan skripi ini.

4. Orangtua dan keluarga tercinta ( Ayah M. Sukron, Mama Tuti Ariani, Abang Heikel, adik-adik ku Nurul dan Aiaz) untuk setiap dukungan dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

5. Kepala Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat di Cihea Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur dan Seluruh Staf atas keramahan dan informasi yang telah di berikan selama penelitian.

6. Kepala Kecamatan Bojongpicung beserta seluruh staf atas keramahtamahan dan bantuannya baik dalam perijinan dan informasi selama penelitian.

7. Kepala Desa Neglasari, Bojongpicung dan Jati beserta staf atas waktu dan bantuannya dalam pencarian data selama penelitian.

8. Dhimas Satria yang selalu membantu, menemani dan memberikan semangat serta dukungan dalam proses penelitian ini

9. Teman-teman seperjuangan Silvi, Anggi, Astrie, Hussein atas bantuan,

sharing, dan dukungannya serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya

Bogor, Maret 2011

(10)

DAFTAR ISI

2.1. Sejarah dan Perkembangan Traktor tangan ... 11

2.2. Pengertian dan Kegunaan Traktor tangan ... 12

2.3. Kajian Penelitian Terdahulu ... 15

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 20

3.1. Kerangka Teoritis ... 20

3.1.1. Definisi dan Karakteristik Konsumen ... 20

3.1.2. Perilaku Konsumen ... 21

3.1.3. Faktor-Faktor Pembentuk Keputusan Konsumen ... 24

3.1.4. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen ... 28

3.1.4.1. Pengenalan Kebutuhan ... 29

3.1.9. Perilaku Konsumen Dalam Pemasaran ... 36

3.1.9.1. Bauran Produk ... 37

3.1.9.2. Bauran Harga ... 38

3.1.9.3. Bauran Promosi ... 38

3.1.9.4. Bauran Tempat ... 39

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 39

IV METODE PENELITIAN ... 43

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 43

(11)

4.4. Metode Analisis Data ... 44

6.1. Karakteristik Responden ... 55

6.1.1. Usia ... 55

6.1.2. Pendidikan ... 56

6.1.3. Status Pekerjaan 57 6.1.4. Pendapatan di Luar Usahatani per bulan ... 57

6.1.5. Lama Berusahatani ... 58

6.1.6. Lama Pemakaian Traktor Tangan ... 59

6.1.7. Pengetahuan Merek Traktor Tangan ... 60

6.1.8. Merek Traktor yang digunakan ... 60

6.2. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Traktor Tangan .. .. 61

6.2.1 Pengenalan Kebutuhan ... 61

6.2.2 Pencarian Informasi ... 62

6.2.3 Evaluasi Alternatif ... 64

6.2.4 Keputusan pembelian ... 65

6.2.5 Perilaku Pasca Pembelian ... 67

6.3. Sikap Petani Terhadap Atribut Produk Traktor Tangan Merek Yanmar dan Kubota ... 68

6.3.1. Analisis Atribut Berdasarkan Uji Cochran ... 69

6.3.2. Analisis Kepentingan Atribut Traktor Tangan ... 70

6.3.3. Analisis Kinerja Atribut Traktor Tangan Merek Yanmar dan Kubota ... 74

6.3.4. Analisis Sikap Petani terhadap Atribut Traktor Merek Yanmar dan Kubota Melalui Uji Multiatribut Fishbein ... 80

6.3.5. Perceptual Mapping ... 81

6.4. Kepuasan Petani Terhadap Merek Yanmar dan Kubota ... 82

VII REKOMENDASI ALTERNATIF STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TRAKTOR TANGAN ... 85

7.1. PT. Yanmar Agriculture Indonesia ... 85

(12)

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

7.1 Kesimpulan ... 88

7.2 Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Produksi Padi, Beras dan Permintaan Beras Indonesia

Tahun 2000-2006 ... 2

2. Alsintan di Indonesia Periode 1998-2002 (unit) ... 3

3. Jumlah dan Kekurangan Traktor Tangan di Indonesia Tahun 2004 ... 6

4. Kriteria Indeks Kepuasan ... 36

5. Penggunaan Traktor Tangan Berdasarkan Kepemilikan dan Merek di Kabupaten Cianjur Tahun 2010 ... 40

6. Daftar Atribut yang Akan di uji Pada Analisis Cochran Q Test ... 45

7. Kriteria Indeks Kepuasan Anggota... 49

8. Perincian Luas Lahan Sawah Kecamatan Bojong Picung Tahun 2009 ... 51

9. Perincian Luas Lahan Darat Kecamatan Bojong Picung Tahun 2009 ... 52

10. Penyebaran Traktor Tangan di Kecamatan Bojongpicung Tahun 2010 ... 54

11. Sebaran Responden berdasarkan Tahapan Pengenalan Kebutuhan Traktor Tangan ... 62

12. Sebaran Responden Berdasarkan Pencarian Informasi ... 63

13. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Evaluasi Alternatif ... 64

14. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Keputusan Pembelian... 66

15. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Perilaku Pasca Pembelian ... 67

16. Atribut-atribut Sebelum dan Sesudah Analisis Cochran ... 70

17. Persepsi Responden Terhadap Tingkat Kepentingan Atribut Traktor Tangan (n=30) ... 71

18. Sikap Responden Terhadap Tingkat Kepercayaan Kinerja Atribut Traktor Tangan Merek Yanmar dan Kubota (n=30) ... 75

19. Nilai Persepsi Petani atas Kinerja Atribut Merek Kubota dan Yanmar ... 80

20. Hasil Analisis Customers Satisfaction Index Pada Traktor Tangan Merek Yanmar ... 83

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Traktor Tangan ... 4

2. Potensi Traktor Roda Dua Daerah Jawa Barat Tahun 2008 ... 6

3. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya ... 22

4. Tahapan Pengambilan Keputusan Pembelian ... 29

5. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional ... 42

6. Sebaran Usia Responden ... 55

7. Sebaran Pendidikan Responden ... 56

8. Sebaran Status Pekerjaan Tani ... 57

9. Sebaran Pendapatan di Luar Usahatani ... 58

10. Sebaran Lama Berusahatani ... 59

11. Sebaran Lama Pemakaian Traktor ... 59

12. Sebaran Merek Traktor Yang Digunakan Responden ... 60

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Potensi Alat dan Mesin Pertanian di Jawa Barat Tahun 2008 ... 92

2. Jumlah Penyebaran Traktor Roda dua Merek Kubota dan Yanmar ... 93

3. Tabel Penyebaran Traktor Tangan di Kabupaten Cianjur Tahun 2010 ... 94

4. Kuesioner Karakteristik Responden dan Tahapan Pengambilan Keputusan Pembelian ... 95

5. Kuesioner Penilaian Sikap Kepentingan Atribut ... 97

6. Kuesioner Penilaian Sikap dan Kepuasan Responden Terhadap Atribut Merek Yanmar dan Kubota ... 98

7. Penilaian Skala Atribut ... 99

8. Kuesioner Uji Cochran ... 100

9. Hasil Analisis Uji Cochran ... 101

(16)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan pangan dunia yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya populasi penduduk, tumbuhnya kesadaran terhadap kesehatan dan berkembangnya tingkat kesejahteraan telah menarik perhatian masyarakat dunia FAO (Food and Agricultural Organization) FAO melakukan pertemuan secara berkala melalui forum Word Food Summit untuk mendiskusikan masalah pangan dunia. Word Food Summit tahun 1996, menekankan bagaimana pentingnya

ketahanan pangan dengan dikeluarkannya kesepakatan bersama “Untuk mencapai ketahan pangan bagi setiap orang dan melanjutkan upaya menghilangkan

kelaparan di seluruh negara” (Husodo, 2004) dalam Rangkuti (2007).

Perkembangan penggunaan teknologi pertanian sangat pesat dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) untuk memenuhi bahan pangan sebagai salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bertambah. Bahan pangan diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak dan berkualitas untuk memenuhi kecukupan gizi dan meningkatkan kesehatan individu atau masyarakat dunia yang semakin modern. Penerapan teknologi pertanian baik dalam kegiatan prapanen dan pasca panen, menjadi penentu dalam mencapai kecukupan pangan baik kuantitas dan kualitas produksi. Teknologi pertanian telah berperan untuk meningkatkan efisien dan produktifitas usahatani komoditas pangan negara maju dan Negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Mosher, 1970) dalam Lisyanto (2002).

(17)

Tabel 1. Produksi Padi, Beras dan Permintaan Beras di Indonesia Tahun 2000

-2000 51.898.852 32.696.277 31.339.420

2001 50.460.782 31.790.293 31.510.790

2002 51.489.694 32.438.507 31.655.680

2003 52.137.604 32.846.691 31.820.475

2004 54.088.468 34.075.735 32.056.045

2005 54.151.097 34.115.191 32.858.985

2006 54.454.937 34.306.610 36.683.493

Sumber : Balai Pusat Statistisk, 2006

Berdasarkan Tabel 1 diketahui maka kebutuhan beras tiap tahunnya mengalami peningkatan, oleh karena itu peningkatan produktivitas beras perlu dilakukan di setiap daerah penghasil beras untuk dapat memenuhi konsumsi masyarakat. Untuk Mencapai kecukupan beras yang terus meningkat dihadapkan pada berbagai tantangan seperti : 1) pertambahan penduduk yang relatif masih tinggi, 2) ketersediaan lahan produktif semakin terbatas, 3) petani gurem semakin meningkat, 4) pola usahatani masih tradisonal dan subsistem, 5) produktivitas lahan sawah masih rendah, 6) tenaga kerja regenerasi baru semakin tidak tertarik pada usahatani sawah, 7) adopsi inovasi teknologi masih terbatas, dan 8) tingkat kesejahteraan petani masih rendah.

(18)

berarti bahwa perubahan kualitas input seolah-olah akan menimbulkan sumbangan terhadap peningkatan produktivitas.

Alat-alat dan mesin pertanian (alsintan) yang berkembang guna membantu peningkatan produksi tanaman pangan pada umumnya adalah Traktor tangan, Pompa air, thresher, Dryer, dan Rice Miling Unit (RMU). Jumlah alsintan yang dioperasionalkan dalam budidaya maupun pascapanen agribisnis pada Tabel 2.

Tabel 2. Pemakaian Alsintan di Indonesia pada Periode 1998 – 2002 (unit) No Nama

Berdasarkan data di atas dapat di ketahui bahwa alat dan mesin pertanian mengalami kenaikan, artinya perkembangan teknologi sangat di butuhkan dalam membantu proses pra dan pasca produksi. Salah satu alat dan mesin pertanian yang sangat penting digunakan untuk tanaman pangan adalah traktor roda dua atau yang lebih dikenal dengan sebutan traktor tangan, traktor tangan digunakan untuk membantu dalam pengolahan lahan sawah pada musim tanam

Lisyanto (2002) Pembangunan sarana dan prasarana pertanian seperti irigasi telah merubah pola dan jadwal tanam menjadi serempak sehingga waktu pengolahan lahan, penyiangan dan panen menjadi sangat ketat, dan mengakibatkan permintaan tenaga kerja yang relatif, oleh karena itu diperlukan teknologi yang dapat mengadopsi permasalahan tenaga kerja dan penggunaan hewan. Hal tersebut menyebabkan masyarakat mencari alternatif penggunaan tenaga kerja dengan menggunakan mesin-mesin pertanian seperti traktor.

(19)

1). Ledakan hama dan penyakit yang menuntut dilakukan pola tanan serempak, 2). Ketersediaan sumberdaya air menyebabkan adanya golongan tanaman dan periode waktu tanam semakin pendek, 3). Semakin berkurangnya tenaga kerja manusia dan ternak, selain dari tantangan juga dilihat dari kegunaan traktor tangan yang dapat meningkatkan produktfitas, efektifitas dan efisiensi serta mengurangi beban kerja petani. Dengan daya dukung mekanisasi yang baik, petani dapat meningkatkan produktfitas, efektifitas dan efisiensi serta mengurangi beban kerja petani, jika diasumsikan bahwa 60 persen dari sekitar 6,8 juta hektar lahan sawah dapat diolah dengan traktor tangan berkapasitas olah 2 hektar per hari dan waktu produktif traktor per masa tanam selama 20 hari.

Traktor tangan adalah salah satu teknologi alat dan mesin pertanian yang telah banyak digunakan petani dalam mengolah lahan sawah sebagai pengganti tenaga manusia dan tenaga ternak. Traktor tangan banyak diminati petani yang memiliki skala usaha tani kecil dengan lahan sempit seperti di negara Jepang, Korea selatan, India, Bangladesh, Filipina dan Indonesia (Sitompul,1998) dalam Lisyanto (2002). Traktor Tangan terdapat pada Gambar 1.

Gambar 1. Traktor Tangan1 Sumber : http:// www.pt-inco.co.id

Ketersediaan traktor pada awalnya di impor dari luar negeri seperti negara Jepang, namun perkembangan teknologi tersebut kurang sesuai dengan kondisi di Indonesia. Pemerintah Indonesia semenjak Pelita III sampai dengan Pelita IV telah mendorong tumbuhnya industri alsintan skala industri alsintan skala

1

(20)

menengah yang mencapai 95 perusahaan. Berdasarkan data departemen perindustrian tahun 2008 tercatat delapan perusahaan besar penghasil alat dan mesin pertanian di Indonesia2 yaitu:

1. PT. Yanmar Agricultureral Machinery Manufacturing Indonesia : traktor roda 4, power tiller mini tiller, rice mill equipment dan lain-lainnya.

2. PT Kubota Indonesia : Diesel engine, single cylinder, generator, power tiller

dan lain-lainnya

3. PT. Agrindo : traktor roda 4, power reaper, RMU, dryer, pemisah menir, huller, rice polisher, diesel engine, power tiller, pompa air, dan lain-lain. 4. CV. Karya hidup Sentosa : traktor roda 2, dan distribusi berbagai implemen

pengolahan tanah, power thresher, RMU, alat panen, dan lain-lain.

5. PT. Traktor Nusantara : perusahaan ini lebih banyak distributor memproduksi traktor roda empat dengan merek Massey Ferguson

6. PT. Altrak 1978 : distribusi traktor roda empat dengan merek New Holland 7. PT. Bina Pertiwi : distributor merek traktor Kubota 4-roda pabrikan dari

Jepang.

8. PT. Satrindo Mitra Utama : dengan merek dagang traktor roda empat John Deere.

Perkembangan penggunaan traktor tangan di Indonesia sejak tahun 1992 sampai dengan 2002 mengalami kenaikan sebesar 103.446 unit, sedangkan menurut data tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar 4.526.200 unit untuk seluruh daerah. Kebutuhan traktor tangan mengalami peningkatan dan hal tersebut menyebabkan ketersediaan akan traktor tangan masih kurang sebesar 145.635 unit, dari seluruh total kekurangan traktor tangan tersebut pulau Jawa adalah yang paling besar kebutuhannya, yaitu sekitar 50,19 persen (73.088 unit) dari seluruh kekurangan dapat dilihat pada Tabel 3.

2

(21)

Tabel 3. Jumlah dan Kekurangan Traktor tangan Tahun 2004 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2004

Nilai tingkat kekurangan traktor tangan yang belum dapat terpenuhi membuka peluang bagi industri alsintan untuk berkembang di masa yang akan datang. Menurut Balai Mekanisasi Pertanian (Mektan), bahwa di pulau Jawa termasuk provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi penggunaan traktor sebanyak 18.869 unit di tahun 2008 yang tersebar di beberapa kabupaten dan kota.

(22)

1.2 Perumusan Masalah

Kebutuhan traktor di Jawa Barat dipenuhi oleh perusahaan alsintan besar, berdasarkan hasil wawancara dengan pihak balai mekanisasi pertanian Jawa barat dan data dinas tanaman pangan tahun 2008 dimana menunjukan traktor tangan yang digunakan oleh petani berasal dari PT Kubota Indonesia dengan sebanyak 11.750 unit dan PT. Yanmar Agriculture Indonesia dengan sebanyak 1407 unit. Menurut Kotler (2004) posisi pasar terbagi menjadi empat yaitu 1) pemimpin jika

telah menguasai pasar sebesar 40 persen, 2) penantang pasar 30 persen, 3) pengikut pasar sebesar 20 persen dan, 4) relung pasar jika perusahaan hanya

mengisi pasar kecil dengan persentase 10 persen, berdasarkan teori tersebut maka Perusahaan Kubota memiliki branding positioning yang baik di kalangan konsumen petani dan berada pada posisi pasar yaitu sebagai pemimpin berdasarkan data penggunaan sebesar 89 persen sedangkan Perusahaan Yanmar hanya 11 persen artinya perusahaan tersebut berada pada posisi relung (niche) dan perlu meningkatkan penjualan.

Perusahaan Yanmar Agriculture Indonesia mengeluarkan produk traktor tangan dengan merek Yanmar. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 29 Juli 1974 dan mulai berproduksi sejak 24 Mei 1976 dengan status Indonesia – Jepang joint

venture company yang disahkan sesuai ketetapan dari pemerintah No. B-88/PRES/8/73, No. 188/M/SK/IMLDE/XI/90. Kepemilikan saham

dipegang oleh 5 (lima) perusahaan yaitu 1). PT. Pioneer, 2). Pusat Koperasi Unit Desa (PUSKUD) Jawa Timur, 3) Yanmar Co.Ltd, 4). Yanmar Agricultural Equipment Co.Ltd., 5) Seirei Industri Co, Ltd. Perusahaan Yanmar mengeluarkan traktor tangan dengan berbagai macam tipe mulai dari kecil hingga besar yaitu TF 65, Vanguard 60 L dan TF 85 Vademekum (2007).

(23)

tidak merata berbukit-bukit, saat ini jumlah traktor tangan di Kabupaten Cianjur sebanyak 979 unit3.

Penggunaan traktor tangan oleh petani di Kabupaten Cianjur terdapat dua merek besar yaitu Kubota sebanyak 762 unit dan Yanmar sebanyak 195 unit, berdasarkan data tersebut maka perusahaan Yanmar baru menguasai pasar sebesar 20 persen (pengikut pasar) dan Kubota sebesar 80 persen (pemimpin pasar). Salah satu kecamatan yang memiliki traktor tangan lebih banyak yaitu Kecamatan Bojongpicung sebesar 124 unit, petani di Kecamatan Bojongpicung menggunakan traktor tangan untuk mengelola lahan sawah sebesar 7.130 hektar dengan kontur tanah atau topografi terbagi menjadi tiga bagian yaitu datar sampai berombak 75 persen, berombak sampai berbukit 10 persen dan berbukit dan bergunung sebesar 15 persen.

Kecilnya luas lahan sawah yang dimiliki petani serta kontur tanah yang tidak merata mengakibatkan adanya pengaruh dalam pemilihan merek traktor tangan karena setiap merek memiliki keunggulan dan kelemahan yang berbeda. Petani di bojongpicung mengenal serta mempergunakan dua merek yaitu merek 94 unit merek Kubota dan 24 merek Yanmar. Penggunaan merek Yanmar dan Kubota bagi konsumen khususnya di Kecamatan Bojong picung telah memiliki citra yang baik terhadap produk yang di tawarkan, hal tersebut menyebabkan kedua merek tersebut saling bersaing untuk memperluas dan mempertahankan pangsa pasar yang sudah ada, khususnya untuk merek Yanmar yang berada pada posisi penjualan yang relatif kecil.

Berdasarkan pernyataan di atas maka perusahaan PT. Yanmar Agriculture Indonesia harus dapat mengetahui perilaku petani baik sikap maupun kepuasan untuk dapat mengungguli atau menyamakan posisi dengan pesaingnya yaitu Kubota. Pengetahuan tentang perilaku konsumen yang mempengaruhi sikap dan kepuasaan adalah dengan mengetahui karakteristik petani, tanggapannya akan traktor tangan melalui penelitian proses keputusan pembelian konsumen. Selain itu besarnya tingkat kepentingan maupun kinerja konsumen terhadap atribut-atribut yang melekat pada traktor tangan dapat membantu perusahaan untuk

3

(24)

meningkatkan kualitas maupun melakukan pengembangan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Kedua faktor tersebut tersebut mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan pembelian ulang terhadap traktor tangan khususnya untuk merek Yanmar. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu

1. Bagaimana karakteristik dan proses pengambilan keputusan petani dalam pembelian traktor tangan ?

2. Bagaimana sikap dan kepuasan petani terhadap atribut-atribut traktor merek Yanmar ?

3. Bagaimana alternatif strategi kebijakan PT. Yanmar Agriculture Indonesia yang sesuai dengan perilaku, sikap dan kepuasan petani terhadap atribut traktor ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis karakteristik serta proses pengambilan keputusan petani terhadap penggunaan traktor tangan.

2. Menganalisis sikap dan kepuasan petani terhadap atribut-atribut traktor tangan merek Yanmar.

3. Merekomendasikan alternatif strategi kebijakan yang sesuai dengan

perilaku,sikap dan kepuasan petani pada traktor tangan yang dihasilkan oleh PT. Yanmar Agriculture Indonesia.

1.4 Manfaat

(25)

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup adalah batasan bahasan yang di teliti dalam penelitian dan menjelaskan inti dari pembahasan, runag lingkup penelitian ini sebagai berikut : 1. Penelitian ini berdasarkan konsumen yang menggunakan produk PT. Kubota

dan PT. Yanmar serta yang menjadi pokok bahasan adalah merek dari perusahaan PT.Yanmar Agriculture Indonesia

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah dan Perkembangan Teknologi Traktor Tangan

Teknologi pertanian sering dipahami sebagai penggunaan mesin-mesin pertanian lapang (mechanization) pada proses produksi pertanian, bahkan sering dipandang sebagai traktorisasi. Pemahaman seperti itu dapat dimaklumi karena introduksi teknologi di bidang pertanian ketika itu diawali dengan gerakan mekanisasi pertanian untuk memacu produksi pangan terutama dengan penerapan traktor seperti percobaan mekanisasi pertanian di Sekon Timor-Timur tahun 1946, pool-pool traktor pada tahun 1958, perusahaan bahan makanan dan pembukaan lahan tahun 1958, serta PN. Mekatani (Mekanisasai Pertanian) tahun 1962.

Mekanisasi pertanian diartikan secara bervariasi oleh beberapa orang. Menurut Moens (1978) Mekanisasi pertanian diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan dari setiap bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian. Bantuan yang bersifat mekanis tersebut termasuk semua jenis alat atau perlengkapan yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan, motor bakar, motor listrik, angin, air, dan sumber energi lainnya. Secara umum mekanisasi pertanian dapat juga diartikan sebagi penerapan ilmu teknik untuk mengembangkan, mengorganisasi, dan mengendalikan operasi di dalam produksi pertanian. Ruang lingkup mekanisai pertanian juga berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan modernisasi pertanian. Handaka (1996) dalam Lisyanto(2002) mengartikan bahwa pada saat ini teknologi mekanisasi yang digunakan dalam proses produksi sampai pasca panen (penanganan dan pengolahan hasil) bukan lagi hanya teknologi yang didasarkan pada energi mekanis, namun sudah mulai menggunakan teknologi elektronika atau sensor, nuklir, image processing, bahkan sampai teknologi robotik. Jenis teknologi tersebut digunakan baik untuk proses produksi, pemanenan, dan penanganan atau pengolahan hasil pertanian.

(27)

efektifitas, produk Perubahan strategi globalisasi perekonomian dunia dan perubahan struktural dalam negeri menuntut perubahan orientasi pembangunan pertanian. Pemanfaatan teknologi alat dan mesin pertanian (alsintan) yang ramah lingkungan dan mengacu kepada perbedaan kondisi spesifik wilayah merupakan keharusan dan unsur penting untuk meningkatkan efisiensi produksi persatuan lahan dan persatuan waktu, meningkatkan intensitas tanam dan mendukung pengolahan hasil dengan produk olahan berkualitas dan berdaya saing tinggi. Beberapa arahan untuk penelitian dan pengembangan rekayasa alsintan antara lain adalah pengembangan teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas dan nilai tambah melalui pengolahan hasil dan perbaikan mutu, yang cocok untuk kawasan wilayah padat karya Kasryno (1998) dalam Suhaeti (2002). Untuk wilayah perluasan baru diperlukan teknologi tepat guna (appropriate technology) untuk meningkatkan efisiensi dan nilai tambah dengan bertumpu kepada keterbatasan tenaga kerja, kapital dan sumber daya pertanian lainnya.aktifitas, kualitas hasil, dan megurangi beban kerja petani.

2.2 Pengertian dan Kegunaan Traktor Tangan

Pengolahan lahan pertanian dengan menggunakan mekanisasi yang moderen yaitu traktor, baik yang roda empat dan roda dua lebih dikenal dengan sebutan traktor tangan. Bila dilihat dari segi ekonomis, penggunaan traktor roda dua di Indonesia lebih unggul dan lebih efektif karena lahan pertanian di Indonesia pada umumnya terdapat lahan kecil dan sempit. Apabila digunakan traktor roda empat kurang efektif, hal ini mengingat bahwa traktor tersebut memerlukan lahan yang luas dan sangat sulit bila dioperasikan pada lahan yang sempit.

(28)

tangan sejumlah 526.000 unit. Hal ini mengingat kerja ideal satu unit traktor roda dua dengan daya ±7 PK dapat mengolah lahan 15 ha untuk setiap musim tanam.

Penggunaan traktor roda dua di lapangan akan masih terkendala dengan biaya investasi yang masih sangat mahal bagi ukuran petani di Indonesia, dan segi teknis seperti dimensi yang terlalu besar apabila dibandingkan dengan ukuran tubuh para petani. Disamping masalah dimensi, beratnya beban biaya dalam mengoperasikan traktor roda dua juga menjadi masalah bila dibandingkan dengan menggunakan tenaga hewan untuk mengolah lahan pertanian. Kecilnya skala usaha tani yang dilakukan oleh sebagian besar petani di Indonesia serta sempitnya petakan lahan yang dimiliki merupakan kendala tradisional dalam penggunaan traktor tangan di lapangan.

Produktifitas traktor roda dua masih lebih kecil dari traktor roda empat, tetapi masih lebih tinggi produktifitasnya dibandingkan tenaga ternak atau manusia sehingga petani dapat menikmati kecepatan dan ketepatan kerja serta membuat kerja menjadi lebih ringan Sakai et all (2009), traktor roda dua (two wheel drive) atau traktor tangan (hand tractor) adalah mesin pertanian yang dapat dipergunakan untuk mengolah tanah dan pekerjaan pertanian lainnya, alat pengolahannya digandengkan atau dipasang di bagian belakangnya. Mesin ini mempunyai efisiensi yang tinggi, karena pembalikan dan pemotongan tanah dapat dikerjakan dalam waktu bersamaan (Hardjosentono et all. 1985) dalam Sakai et all (2009). Menurut Sembiring et all (1991) dalam Sakai et all (2009), berdasarkan cara pemanfaatan tenaga untuk alat-alat yang dipergunakan, secara umum traktor roda dua dapat dibedakan menjadi :

1. Pemanfaatan tenaga dari traktor roda dua ini dapat menarik alat atau implemen yang digandengkan pada bagian belakang traktor.

2. Traktor roda dua tipe penggerak (Drive Type) atau sering dikatakan sebagai

Power Tiller. Pemanfaatan tenaga dari traktor roda dua ini memerlukan suatu sistem transmisi, karena implemen yang dipasangkan adalah implemen yang bergerak, misalnya bajak rotari.

3. Traktor roda dua tipe kombinasi. Pemanfaatan tenaga dari traktor roda dua ini adalah kombinasi dari traktor roda dua yang tersebut di atas. Menurut Sakai

(29)

berikut ; (1) enjin, (2) dudukan enjin dengan titik gandeng, (3) rumah gigi transmisi termasuk kopling master dan titik gandeng belakang (4), stir dengan beberapa tuas kontrol, dan (5) roda (Sakai et all. 2009).

Menurut (Sembiring, 1991) dalam dalam Sakai et all, 2009 , bagian-bagian utama traktor roda dua adalah:

1. Sumber tenaga enjin bakar

Traktor roda dua tipe tarik biasanya mempergunakan enjin berpendingin udara sebagai sumber tenaganya, sedangkan traktor roda dua tipe penggerak dan tipe kombinasi mempergunakan enjin bahan bakar Diesel berpendingin air.

2. Sistem transmisi

Sistem transmisi traktor roda dua terdiri atas tiga bagian utama yaitu :

a. V-belt, yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga dari poros engkol enjin bakar ke poros utama.

b. Kopling, berfungsi untuk menghubungkan atau memutuskan aliran tenaga yang disalurkan oleh V-belt.

c. Gigi transmisi, yang berfungsi untuk mengubah kecepatan dan torsi yang dihasilkan oleh sumber tenaga dan menyalurkannya ke kedua penggerak. 3. Roda

Di samping menggunakan roda ban untuk pengoperasian di lahan atau untuk transportasi pada jalan umum, ada berbagai jenis roda bukan ban yang dapat dipergunakan untuk berbagai jenis pengoperasian di lahan antara lain : pipe wheels, float wheels, cage wheel, dan lain sebagainya. Cage Wheels khusus dipergunakan untuk lahan padi sawah karena mempunyai daya apung yang tinggi pada lahan berlumpur.

Manfaat traktor tangan menurut Sitompul (1988)4, penggunaan traktor tangan tipe roda dua telah banyak di produksi oleh industri alat dan mesin

(30)

pertanian di dalam negeri. Petani telah menggunakan traktor tangan untuk mengolah lahan sawah dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Traktor tangan membantu petani mengantisipasi semakin langkanya tenaga kerja menusia dan hewan pada saat musim tanam di pedesaan.

2. Traktor tangan dapat mempercepat waktu pengolahan lahan dengan waktu yang tepat sehingga pola tanam dapat diatur sesuai dengan musim tanam. 3. Kualitas pengolahan lahan dengan traktor tangan lebih sempurna karena

kedalaman pembajakan dapat diatur dan hasilnya dapat lebih seragam. 4. Untuk pekerjaan pembajakan lahan petani lebih nyaman dan lebih ringan

dibandingkan dengan menggunakan cangkul atau bajak.

5. Biaya pembajakan per satuan luas dapat dihitung dengan cermat sebagai bagian dari analisis usahatani petani.

2.3 Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian yang mengkaji mengenai kondisi perusahaan penghasil traktor tangan dan penelitian perilaku kosumen baik traktor tangan maupun traktor roda empat sulit untuk ditemukan pada literatur seperti internet ataupun skripsi, oleh karena itu penelitian yang dijadikan acuan pada skripsi ini adalah jurnal, makalah penelitian serta skripsi mengenai penjelasan produk secara teknis dan informasi mengenai karakteristik petani serta bagaimana pemerintah mendukung serta menerapakn penggunaan traktor tangan kepada petani, di bawah ini beberapa literature penelitian terdahulu mengenai traktor tangan dari segala aspek pendidikan kecuali perilaku konsumen.

(31)

dan lainnya terhadap inovasinya, karakteristik petani yang di amati adalah 1.) umur (25-54 tahun) berimplikasi terhadap motivasi yang tinggi untuk melakukan pembaharuan usahataninya, 2). Pendidikan formal 75 persen tidak lulus/lulusan SD (rendah) sehingga akan mempengaruhi keputusan dalam adopsi inovasi teknologi, 3). pendidikan non-formal berupa pelatihan dari PERJAN (Perusahaan Jawatan) atau Pengembangan Mekanisasi Pertanian masih sangat rendah, 4. pengalaman berusaha tani secara turun temurun mempengaruhi dengan adanya pola atau cara bertani tradisi.

Penelitian yang di teliti ini adalah lanjutan dari adopsi inovasi teknologi yang mengarah pada perilaku konsumen terhadap produk yang digunakan khususnya penggunaan traktor tangan merek Kubota dan Yanmar. Sehingga pada penelitian terdahulu yang diambil adalah mengenai hasil dari karakteristik penggunaan atau alasan petani menggunakan traktor tangan sebagai dasar pengetahuan individu, pengetahuan yang dimiliki petani akan berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan dalam pembelian produk serta sikap dan kepuasannnya.

Lisyanto (2002), Makalah Pengembangan Teknologi berbasis pertanian, Suatu Modal Kemandirian dalam Menghadapi Era Global. Makalah ini mengkaji tentang peranan teknologi di bidang pertanian yang mandiri, teknologi yang digunakan mulai dari budidaya hingga panen. Pengembangan teknologi mengarah alat-alat pertanian teknologi pertanian sering dipahami sebagai penggunaan mesin-mesin pertanian lapang (mechanization) pada proses produksi pertanian, bahkan sering

dipandang sebagai traktorisasi tanaman pangan. Dilihat dari besarnya kegiatan usaha

pertanian dan besarnya kebutuhan akan pangan baik untuk konsumsi domestik maupun export, dapat dikatakan bahwa perkembangan teknologi mekanisasi pertanian di Indonesia masih belum menggembirakan, hal yang serupa terjadi terhadap perkembangan industri alat dan mesin pertanian (alsintan), masih sangat lambat.

(32)

upaya melakukan inovasi atau pengembangan teknologi alat dan mesin pertanian, masih dapat berkembang dan diterapkan di Indonesia.

Suwandi Sugondo5 Peran Swasta Dalam Penelitian Dan Pengembangan Mesin-msin Pertanian. Penelitian ini mengkaji bagaimana peranan swasta seperti lembaga Penelitian dan Pengembangan (Litbang), Industri dan Perguruan Tinggi untuk mendukung penerapan teknologi di pertanian. Indikator kemajuan sebuah industry dapat diukur dari tingkat keberhasilan litbang industry tersebut dalam menempatkan dan menerapkan inovasi-inovasi baru pada produk yang dihasilkan, hal ini agar produk yang dihasilkan dapat selalu mengikuti perkembangan teknologi yang ada dan juga dapat memenuhi harapan konsumen.

Industri sebagai perancang serta membuat produk membutuhkan sebuah penelitian yang dipengaruhi oleh faktor teknik, faktor pengguna, dan faktor konsumen. Hal tersebut akan mempengaruhi terhadap mutu, harga, serta fungsi dan penampilan sebuah produk yang sangat berpengaruh terhadap daya saing pemasaran produk. Pengembangan suatu produk yang biasanya dilakukan oleh sebuah industri dengan berbagai cara seperti modifikasi produk sejenis yang telah ada dipasaran, atau melakukan pembelian lisensi produk, dan apabila produk yang dimaksud belum juga ada maka harus dilakukan penelitian untuk membuat produk tersebut. Penelitian tersebut membutuhkan kerjasama dan saling tukar menukar informasi dengan berbagai lembaga penelitian, perguruan tinggi, lembaga pemasaran bahkan dengan konsumen atau pemakai produk untuk menyempurnakan disain produk.

Dasar penelitian ini bersumber pada lembaga pemasaran, survey lapang, lembaga penelitian, perguruan tinggi dan konsumen, dengan cara menganalisisa tahapan-tahapan dalam pengembangan produk seperti 1). Informasi pasar atau konsumen, 2). Rekayasa teknik, 3). Analisis Biaya, 4) Rancangan Struktural, Fungsional dan Ergonomis, 5). dan uji Coba serta Modifikasi. Hasil dari penelitian ini adalah berbagai macam produk teknologi pertanian mengalami perkembangan seperti pompa air dengan kapasitas 2 liter per detik pada total head

5

(33)

20 meter hingga 100 liter per detik, traktor tangan berkembang untuk daerah yang lebih sempit dan kondisi tanah yang cukup liat, dan mesin pemotong batang padi (reaper) dengan lebar 900 mm untuk daerah persawahan yang tidak terlalu besar.

Penelitian yang dilakukan oleh Suwandi sugono memberitahukan bagaimana sebuah industri alat mesin dan pertanian terus mengembangkan produk yang sesuai dengan konsumen yaitu petani. Penelitian ini adalah lanjutan dari penelitian sebelumnya dan dikaji dari segi aspek perilaku konsumen yaitu menganalisis proses keputusan pembelian traktor tangan dan menilai seberapa jauh kepuasan yang di terima oleh petani terhadap produk yang telah dihasilkan oleh industry.

M.Rizki Yogatama et all (2001), Kajian Kinerja Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (UPJA): Kontribusi Dalam Strategi Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian (Studi Kasus UPJA di Yogyakarta), penelitian ini mengenai bagaimana perkembangan pengelolaan UPJA terhadap persewaan alat-alat pertanian seperti traktor tangan, penggilingan padi, pompa air, pengering dan lain-lain dan bagaimana pelayanan serta keuntungan yang diterima oleh UPJA tersebut.

Penelitian ini menggunakan analisa teknis dari tiap peralatan dan mesin yang disewakan, kemudian analisa sosial untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan traktor tangan ke masyarakat dan analisa ekonomi yaitu Biaya operasi per satuan penggunaan alat atau mesin persatuan luas atau waktu dan kelayakan investasi peralatan. Hasil dari penelitian ini adalah secara teknis petani yang menyewa kurang dapat memenfaatkan kapasitas peralatan sampai taraf optimal hal tersebut mengidikasikan bahwa UPJA belum mampu memberikan penjelasan mengenai peralatan tersebut, selain itu secara ekonomis kegiatan UPJA di Yogyakarta rata-rata masih kurang menguntungkan dari segi bisnis faktor yang mendukung pernyatan tersebut adalah harga sewa yang rendah. Namun UPJA masih dibutuhkan bagi petani.

(34)

membantu dalam menentukan atribut yang akan di gunakan untuk tiap merek traktor dan nantinya akan di uji menggunakan analisis Cochran pada penelitian terbaru.

Handaka (2001), Inovasi Alat dan Mesin Pertanian Untuk Agribisnis Berdaya Saing dalam prosiding seminar nasional inovasi alat dan mesin pertanian untuk agribisnis. Mekanisasi pertanian secara umum dan alat mesin pertanian (alsintan) secara khusus memiliki peran dan potensi yang sangat strategis, karena kontribusinya dalam a). meningkatkan produktifitas dan efisiensi sumberdaya dalam rangka menunjang ketahanan pangan, b). peningktan kualitas melalui pengolahan atau diversifikasi produk yang menghasilkan nilai tambah tinggi dalam mendukung pengembangan program agribisnis.

Berdasar pernyataan tersebut maka kontribusi alsintan pada tiap subsistem agribisnis terus di kembangkan dengan mencari dan menggali penelitian dan rekayasa teknologi alsintan. Kebutuhan akan teknologi alsintan perlu digali terus-menerus dari masyarakat pengguna atau pihak yang berkepentingan (stakeholder) kemudian diteliti dan dikembangkan guna menciptakan teknologi yang berciri tepat guna, berdaya saing dan sesuai kebutuhan petani.

(35)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini membahas tentang : Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen. Menurut Engel et all (1994) faktor-faktor yang menjadi determinan dalam proses keputusan pembelian adalah : proses psikologis, perbedaan individu dan pengaruh lingkungan. Dalam proses keputusan pembelian konsumen dijelaskan beberapa tahapan yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan hasil pembelian. Dalam kerangka ini, dijelaskan juga mengenai karakteristik konsumen dan atribut produk Alat hitung yang dibahas dalam kerangka teoritis ini adalah : Model Multiatribut

Fishbein dan Customer Satisfaction Index (CSI). 3.1.1 Definisi dan Karakteristik Konsumen

Konsumen merupakan pengguna barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keingginannya. Menurut Sumarwan (2002) konsumen dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu melakukan kegiatan konsumsi tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi juga dapat digunakan orang lain seperti anggota keluarga dan teman. Konsumen individu merupakan konsumen akhir dalam penggunaan barang dan jasa. Sementara konsumen organisasi yang meliputi organisasi bisnis, yayasan dan lembaga lainnya merupakan konsumen yang menggunakan produk untuk menjalankan kegiatan organisasinya.

Konsumen individu merupakan konsumen yang paling berpengaruh terutama dalam perekonomian nasional. Konsumen individu merupakan pembeli produk dari sektor pertanian dan sektor industri (Sumarwan, 2002). Konsumen individu menarik untuk dipelajari karena keragaman yang meliputi usia, latar belakang, budaya, pendidikan dan keadaan sosial ekonomi. Konsumen memiliki perilaku yang menarik dalam proses pembelian dibandingkan dengan proses konsumsi Engel et all (1994)

(36)

pengalaman konsumen, kepribadian konsumen dan karakteristik demografi konsumen (Sumarwan, 2002). Karakteristik demografi dapat dilihat dari faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, suku bangsa, pendapatan, jenis keluarga, status pernikahan, lokasi geografi dan kelas sosial. Karakteristik demografi berkaitan dengan konsep sub-budaya yang membagi masyarakat ke dalam kelompok-kelompok. Pembagian kelompok tersebut biasanya berdasarkan usia, jenis kelamian, lokasi tempat tinggal, pekerjaan dan sebagainya. Perbedaan pada kelompok-kelompok masyarakat tersebut dapat menjadi dasar pada perbedaan karakteristik sosial, ekonomi dan demografi.

Kepribadian konsumen dapat mempengaruhi proses keputusan pembelian yang dapat dilihat pada tahap pencarian informasi. Konsumen yang memiliki kepribadian suka mencari informasi, maka konsumen akan meluangkan waktunya untuk mencari informasi tentang produk tersebut. Selain kepribadian faktor pendidikan menjadi faktor penting dalam proses keputusan pembelian. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan membuat konsumen senang untuk mencari informasi tentang suatu produk sebelum memutuskan untuk membelinya (Sumarwan, 2002). Selain itu pendidikan yang erat kaitannya dengan pekerjaan akan mempengaruhi cara pandang dan persepsi terhadap suatu produk. Hal tersebut akan berpengaruh pada pengetahuan dan pengalaman untuk termotivasi dalam keputusan pembelian produk.

Usia menjadi karakteristik yang penting untuk dipahami oleh pemasar (Sumarwan, 2002). Konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk yang berbeda. Para pemasar harus mengetahui dengan jelas komposisi dan distribusi penduduk jika usia menjadi dasar dari segmentasi produknya. Selain usia, tingkat pendapatan juga menjadi karakteristik konsumen yang penting untuk diketahui oleh pemasar. Jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli dari konsumen (Sumarwan, 2002). Daya beli menjadi indikator yang penting bagi pemasar dalam jumlah produk yang bisa dibeli oleh konsumen.

3.1.2 Perilaku Konsumen

(37)

berkelanjutan. Konsumen dalam kegiatan konsumsi produk mengacu pada tindakan fisik yang dapat diamati dan diukur oleh pihak lain terutama perusahaan. Konsumen memiliki perilaku yang dapat dipelajari oleh perusahaan untuk dapat menciptakan dan memuaskan pelanggan.

Menurut Engel et all (1994) perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor yang membentuk proses keputusan pembelian yaitu faktor lingkungan, faktor individu dan proses psikologis (Engel et all, 1994). Faktor-faktor tersebut digambarkan dalam suatu hubungan sederhana proses keputusan pembelian.

Gambar 3. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

Sumber : Engel et all (1994)

Perilaku konsumen secara sederhana mempelajari tentang apa yang dibeli konsumen?, mengapa konsumen membelinya?, kapan mereka membelinya?, dimana mereka membelinya?, berapa sering mereka membelinya?, berapa sering mereka mengkonsumsinya? (Sumarwan 2002). Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat menunjukkan karakteristik konsumen, sikap dan preferensi konsumen

(38)

terhadap suatu produk. Perilaku konsumen penting untuk dipelajari terutama dalam pemasaran, pendidikan dan perlindungan konsumen serta kebijakan umum. Hal yang esensial dari perilaku konsumen adalah mengerti dan mengadaptasi perilaku konsumen bukanlah pilihan tapi kebutuhan mutlak untuk keberlangsungan yang kompetitif (Engel et all 1994).

Perilaku Konsumen didasari atas empat prinsip yang signifikan menurut Engel et all (1994), yaitu :

1. Konsumen adalah raja

Konsumen menjadi fokus utama bagi pemasar. Konsumen memiliki kekuasan penuh untuk menerima atau menolak produk yang ditawarkan oleh pemasar. Produk yang ditawarkan harus relevan dengan kebutuhan dan gaya hidup konsumen.

2. Motivasi dan perilaku konsumen dapat dimengerti melalui penelitian

Perilaku konsumen merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Perilaku konsumen dapat dimengerti walaupun secara tidak sempurna melalui penelitian. Hal tersebut dapat meminimalkan risiko kegagalan pemasaran.

3. Perilaku konsumen dapat dipengaruhi

Konsumen memiliki kekuasan penuh terhadap keputusan pembelian, namun kemampuan pemasaran yang terampil dapat mempengaruhi konsumen. Hal tersebut dapat dilihat dari produk yang didesain sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Relevansi konsumen terhadap produk kebutuhannya menjadi fokus utama.

4. Pengaruh konsumen sah secara sosial

(39)

3.1.3 Faktor-Faktor Pembentuk Keputusan Pembelian

Pada perilaku konsumen, keputusan pembelian dipengaruhi oleh beberapa faktor karena keputusan pembelian tidak terbentuk begitu saja. Hal tersebut didasarkan pada adanya variasi dalam proses keputusan yang diambil oleh konsumen. Menurut Engel et all (1994) faktor-faktor yang menjadi determinan dalam proses keputusan pembelian adalah :

1. Pengaruh Lingkungan.

Engel et all (1994) mengungkapkan bahwa lingkungan konsumen yang kompleks memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap perilaku konsumen. Pengaruh lingkungan yang terdiri dari beberapa faktor berpengaruh terhadap proses keputusan pembelian konsumen. Faktor-faktor lingkungan tersebut terdiri dari :

a. Budaya

Menurut Kotler (2008) faktor budaya merupakan faktor yang memiliki pengaruh paling luas dan paling mendalam dan memberikan pengaruh sebagai penentu keinginan dan perilaku yang paling dasar. Engel et al (1994) menyatakan bahwa budaya memberikan tiga pengaruh utama dalam proses keputusan pembeli yaitu struktur konsumsi, pengambilan keputusan individu dan variabel utama dalam penciptaan dan komunikasi produk.. Budaya dalam perilaku konsumen mengacu pada nilai, gagasan, artefak, dan simbol-simbol lain yang bermakna pada individu untuk membantu berkomunikasi, melakukan penafsiran, dan evaluasi sebagai anggota masyarakat Engel et al

(1994). b. Kelas sosial

(40)

untuk segmen konsumen dengan variabel kelas sosial, karena pada kelas sosial menunjukkan preferensi atas produk dan merek yang berbeda-beda di sejumlah bidang seperti pakaian, perabot rumah tangga, kegiatan waktu luang dan mobil Engel et all (1994).

c. Pengaruh Pribadi

Kepercayaan, sikap dan perilaku konsumen dipengaruhi ketika orang lain digunakan sebagai kelompok acuan terutama dalam pencarian informasi. Pengaruh dari kelompok acuan terjadi dengan tiga cara yaitu utilitarian, nilai ekspresif dan informasional (Engel et all, 1994 ). Selain kelompok acuan, komunikasi lisan dari pemimpin opini menjadi dampak pribadi yang menonjol (Engel et all, 1994). Variabel yang penting dalam pengaruh pribadi adalah keterlibatan. Peningkatan keterlibatan terjadi jika pilihan yang dibuat dapat mempengaruhi kelas sosial konsumen. Selain itu keterlibatan yang tinggi juga akan memunculkan informasi dari orang yang dipercaya. Pengaruh pribadi menjadi sebab dan hasil dari keterlibatan yang tinggi.

d. Keluarga

Keluarga menjadi unit keputusan utama dengan pola peranan dan fungsi yang kompleks dan bervariasi. Pada perilaku konsumen, keluarga menjadi faktor penting karena adanya konsumen ganda yang bertindak sebagai unit keluarga dalam membeli produk dan adanya pengaruh dari anggota keluarga yang lain ketika ada pembelian individu (Engel et all, 1994).

e. Situasi

(41)

2. Perbedaan Individu.

Faktor internal yang mempengaruhi konsumen dalam perilaku konsumen adalah adanya perbedaan individu. Engel et all (1994) menyatakan lima komponen yang mendasari individu berbeda dalam proses pengambilan keputusan, dan komponen tersebut antara lain :

a. Sumberdaya konsumen

Sumberdaya yang digunakan konsumen dalam proses pembelian adalah sumberdaya ekonomi, temporal dan kognitif. Sumberdaya konsumen memiliki pengaruh penting terutama sumberdaya ekonomi yang dapat menggambarkan daya beli konsumen terhadap produk. persepsi konsumen terhadap sumberdaya yang tersedia dapat berpengaruh terhadap kesediaan untuk menggunakan waktu dan uang untuk pembelian produk. Engel et all (1994).

b. Motivasi dan keterlibatan

Motivasi dan keterlibatan saling berkaitan, Engel et all (1994) menyatakan bahwa keterlibatan merupakan faktor pengarah yang potensial dan mampu mempengaruhi motivasi dalam proses keputusan pembelian. Kebutuhan menjadi variabel utama dalam motivasi. Kebutuhan didefinisikan sebagai perbedaan yang didasari antara keadaan ideal dan keadaan sebenarnya yang memadai untuk mengaktifkan perilaku. Jika kebutuhan diaktifkan maka akan menimbulkan dorongan yang disalurkan untuk tindakan pembelian. Pemahaman motivasi dapat dilakukan melalui keterlibatan. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi dalam tindakan pembelian dan konsumsi. Jika keterlibatan tinggi maka ada motivasi untuk memperoleh dan mengolah informasi.

c. Pengetahuan

(42)

dan kepercayaan tentang kategori produk secara umum dan merek spesifik; (2) pengetahuan pembelian mencakup berbagai informasi yang dimiliki konsumen tentang pemerolehan produk dan (3) pengetahuan pemakaian yang mencakup informasi dalam ingatan tentang penggunaan suatu produk dan hal yang diperlukan dalam penggunaan produk.

d. Sikap

Sikap didefinisikan oleh Engel et all (1994) sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang merespon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan. Sikap konsumen tergantung dari pengalaman dengan suatu produk jika pengalaman baru dirasakan oleh konsumen maka sikap dapat berubah. Analisis sikap diperlukan dalam perilaku konsumen terutama untuk membantu pengambilan keputusan yaitu mengidentifikasi pangsa pasar meramalkan perilaku masa datang dan mengevaluasi pemasaran yang potensial.

e. Kepribadian, gaya hidup dan demografi

Kepribadian, gaya hidup dan demografi merupakan faktor-faktor yang saling berkaitan untuk menunjukkan adanya perbedaan individu dalam konsumsi produk dan preferensi merek. Kepribadian dan gaya hidup merupakan faktor yang lebih mudah dilihat dibandingkan motivasi dan pengetahuan.

Kepribadian adalah ciri bawaan psikologis manusia yang dapat berbeda dengan hasil tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya (Kotler 2008). Kepribadiaan biasanya digambarkan dengan ciri bawaan seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, kehormatan, kemampuan bersosialisasi, pertahanan diri dan kemampuan beradaptasi.

(43)

individu terlihat dari demografi konsumen yang dapat digunakan sebagai dasar untuk segmentasi pasar.

3. Proses Psikologis.

Proses psikologis terdiri dari tiga proses sentral yang membentuk motivasi dan perilaku konsumen yaitu pemrosesan informasi, pembelajaran dan perubahan sikap dan perilaku (Engel et all, 1995).

a. Pemrosesan informasi

Komunikasi menjadi faktor penting dalam pemasaran karena berkaitan dengan proses pengolahan informasi. Pemprosesan informasi mengacu pada proses suatu stimulus diterima, ditafsirkan, disimpan dalam ingatan dan akan diambil kembali (Engel et all, 1995). McGuire dalam Engel et all (1995) membagi pemrosesan informasi menjadi beberapa tahapan yaitu pemamparan, perhatian, pemahaman, penerimaan dan retensi.

b. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses dimana pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku. Perspektif yang digunakan dalam perilaku konsumen terdiri dari perspektif pembelajaran kognitif dan pembelajaran behavourisme.

c. Perubahan sikap dan perilaku

Perubahan sikap dan perilaku konsumen menjadi sasaran utama pemasaran. Sikap dan perilaku konsumen dapat dipengaruhi oleh komunikasi persuasif. Selain komunikasi persuasif, sikap dan perilaku konsumen dapat dipengaruhi dengan modifikasi perilaku seperti dorongan dan komitmen.

3.1.4 Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

Proses keputusan merupakan pemecahan masalah yang mengacu pada pemenuhan kebutuhan (Engel et all, 1995). Pada prosesnya, banyak faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Pengambilan keputusan konsumen dalam menentukan jenis produk yang dibeli berkaitan dengan tingkat keterlibatan konsumen dalam pemasaran produk.

(44)

yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan hasil (Engel et all, 1994). Alur proses pembelian disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Tahapan Pengambilan Keputusan Pembelian Sumber : Engel et all (1994)

3.1.4.1Pengenalan Kebutuhan

Timbulnya kebutuhan karena adanya rangsangan internal yang merupakan kebutuhan dasar seseorang seperti rasa lapar dan rasa haus dan menjadi dorongan yang akan memotivasi orang tersebut untuk memenuhi keinginannya. Selain rangsangan internal kebutuhan juga didorong oleh rangsangan eksternal, dimana rangsangan tersebut akan menggerakkan seseorang untuk mencari informasi yang lebih untuk memenuhi keinginan akan kebutuhan tersebut. Menurut Engel et all

(1995) pengenalan kebutuhan sebagai tahap awal pengambil keputusan dipengaruhi oleh tiga determinan yaitu informasi yang dismpan dalam ingatan, perbedaan individu dan pengaruh lingkungan.

Informasi akan kebutuhan harus diaktifkan sebelum kebutuhan tersebut bisa dikenali. Faktor yang mempengaruhi pengaktifan kebutuhan yaitu:

1. Keadaan yang berubah. Kebutuhan akan barang diaktifkan oleh perubahan di dalam perubahan kehidupan seseorang. Misalnya kelahiran bayi akan mengaktifkan kebutuhan terhadap makanan dan perabotan bayi.

2. Pemerolehan produk maksudnya adalah giliran akan mengaktifkan kebutuhan akan produk perubahan. Misalnya perolehan perabot baru akan mempengaruhi keinginan akan karpet baru, pelapis dinding dan sebagainya. 3. Konsumsi produk actual itu sendiri dapat diaktifkan karena ada situasi

kehabisan persediaan pakaian yang menyadarkan kita untuk membeli yang baru.

4. Pengaruh pemasaran . pemasaran dapat mengaktifkan kebutuhan dalam diri konsumen dengan merangsang kebutuhan mereka melalui program pemasaran.

Pengenalan kebutuhan

Pencarian informasi

Evaluasi

(45)

5. Perbedaan individu. Ada konsumen yang mengenali kebutuhan dari actual dan ada konsumen yang mengenali kebutuhan dari keadaan yang diinginkan. 3.1.4.2Pencarian Informasi

Konsumen yang telah mengenali kebutuhan maka melakukan pencarian untuk memenuhi kebutuhan. Engel et all (1995) mendefinisikan pencarian sebagai aktivasi termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan (internal) atau pemerolehan informasi dari lingkungan (eksternal). Pencarian internal merupakan tahapan pertama setelah pengenalan kebutuhan. Jika ingatan dan pengetahuan konsumen kurang dalam memenuhi kebutuhan maka konsumen akan melakukan pencarian eksternal untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhannya. Pencarian internal juga dapat diperoleh dari kepuasan konsumen terhadap pembelian sebelumnya.

Pada pencarian eksternal, konsumen akan mencari sumber-sumber informasi yang menjadi acuan konsumen dan dapat memberikan pengaruh pada proses keputusan pembelian. Kotler (2002) membagi sumber informasi konsumen menjadi empat kelompok yaitu :

1) Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga dan kenalan

2) Sumber komersial : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan dan pajangan di toko 3) Sumber publik : media massa dan organisasi penentu peringkat konsumen 4) Sumber pengalaman: penanganan, pengkajian dan pemakaian produk

3.1.4.3 Evaluasi Alternatif

Proses pencarian yang telah dilakukan konsumen berlanjut pada tahapan evaluasi alternatif. Engel et all (1995) mendefinisikan evaluasi alternatif sebagai proses suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Beberapa konsep dasar dalam memahami proses evaluasi konsumen (Kotler 2004) yaitu (1) konsumen berusaha memenuhi kebutuhan; (2) konsumen mencari manfaat tertentu dari produk; (3) konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan.

(46)

akan dipertimbangkan; (3) menilai kinerja alternatif yang dipertimbangkan; (4) memilih dan menerapkan kaidah keputusan untuk membuat pilihan akhir. Kriteria evaluasi yang dapat digunakan oleh konsumen adalah harga, merek dan negara asal. Namun kriteria evaluasi juga bervariasi dalam kepentingan relatif untuk menilai alternatif. Pada proses pemutusan alternatif dan penilaian kinerja alternatif, konsumen dapat mengandalkan pengetahuan dan informasi yang ada dalam ingatan konsumen. Jika konsumen tidak memiliki pengetahuan sebelumnya maka konsumen melakukan pencarian eksternal untuk membantu menentukan alternatif dan menilai kinerja alternatif.

Tahapan terakhir dalam evaluasi alternatif adalah menentukan kaidah keputusan yang sangat bervariasi dalam kompleksitas konsumen Engel et all

(1995). Kaidah keputusan dapat berbentuk sederhana yaitu membeli kembali produk yang terakhir dibeli. Sedangkan pembelian yang kompleks menyerupai model sikap multi atribut. Kaidah keputusan ini juga dapat disimpan dalam ingatan dan diperoleh kembali jika dibutuhkan.

3.1.4.4. Keputusan Pembelian

(47)

3.1.4.5. Hasil Pembelian

Konsumen tidak berhenti pada tahapan pembelian dalam proses keputusan pembelian tapi konsumen melakukan evaluasi terhadap pilihan produk yang dibelinya. Pada tahap hasil pembelian, konsumen melakukan evaluasi untuk mengetahui alternatif yang dipilih telah memenuhi kebutuhan dan harapan segera setelah digunakan Engel et all (1994). Hasil dari evaluasi adalah kepuasan dan ketidakpuasan. Kepuasan konsumen akan berfungsi sebagai loyalitas terhadap produk sehingga untuk waktu yang akan datang akan ada pembelian berulang. Sementara ketidakpuasan akan menghasilkan komunikasi lisan yang negatif, keluhan dan upaya untuk menuntuk ganti rugi melalui sarana hukum (Engel et all,

1994).

3.1.5 Atribut Produk

Atribut adalah karakteristik atau sifat suatu produk, umumnya mengacu pada karakteristik yang berfungsi sebagai kriteria evaluatif selama pengambilan keputusan oleh seseorang konsumen. Keunikan suatu produk dapat dengan mudah menarik perhatian konsumen, keunikan ini terlihat dari atribut yang dimiliki oleh suatu produk. Suatru produk pada dasarnya merupakan kumpulan dari atribut-atribut, dan setiapproduk baik barang maupun jasa dapar diekspresikan dengan menyebut nama atribut-atributnya. Para pemasar perlu memahami pengetahuan koinsumen akan atribut, karena pengetahuan mengenai atribut akan mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian.

Menurut Kotler (2004), atribut produk terdiri dari tiga tipe yaitu mutu produk, ciri, produk dan desain produk.

1. Mutu Produk yang menunjukkan kemampuan sebuah produk untuk menjalankan fungsinya.

2. Ciri Produk yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk membedakan produk perusahaan dengan produk pesaing

3. Desain Produk yang merupakan kekhasan penampilan produk yang dapat menarik

perhatian. Produk adalah kumpulan atribut-atribut, dan setiap produk baik barang

ataupun jasa dapat dideskripsikan dengan menyebut atribut-atributnya.

Gambar

Tabel 1.  Produksi Padi, Beras dan Permintaan Beras di Indonesia Tahun 2000 -2006
Tabel 2. Pemakaian Alsintan di Indonesia pada Periode 1998 – 2002 (unit)
Gambar 1. Traktor Tangan1
Gambar 2 : Potensi Traktor tangan Daerah Jawa Barat Tahun 2008 Sumber : Balai  Mekanisasi Pertanian Jawa Barat tahun 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satunya adalah kerajaan Gowa dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih dikenal dengan

Hal ini juga sesuai dengan pameo atau jargon dalam hukum adat tersimpul azas “setiap tanaman seorang yang tumbuh di kebun seseorang, dialah pemilik tanaman itu, walaupun bukan

Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test. Based on availability of

 Pada hasil simulasi dan implementasi nilai BER yang dihasilkan skema Network Coding lebih rendah dibandingkan dengan skema tanpa Network Coding namun besar

Maka untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pengembangan media dari yang semula hanya menggunakan buku paket dan papan tulis menjadi media pembelajaran audio

merupakan tindak lanjut adanya pengaduan dugaan pelanggaran persyaratan mutu Bokar SIR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b, disusun menggunakan format

Non Performing Loan (NPL) menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank.. bermasalah adalah kredit yang diberikan

sholihin, (manager Pabrik Rokok Hendra Jaya Langgardalem Kudus), Wawancara Pribadi , tanggal 30 Agustus 2016, di Kantor Pabrik Hendra Jaya Kudus.. untuk memperoleh jumlah yang