• Tidak ada hasil yang ditemukan

9 Mudah dalam perawatan

10 Mudah dalam pengoperasian mesin

11 Ketersedian suku cadang mesin yang mudah 12 Harga suku cadang yang murah

13 Pelayanan perbaikan mesin

14 Tempat penjualan/penyewaan mudah terjangkau 15 Promosi penjualan

16 Harga traktor roda dua murah 17 Harga sewa traktor murah

Untuk menentukan atribut-atribut apa saja yang melekat pada suatu produk adalah dengan memberikan pertanyaan kepada responden dengan pilihan

tertutup yaitu ”Ya” dan ”Tidak”. Data tersebut di nilai pada skala nominal, dimana nilai ”Ya” di tentukan sama dengan 1 dan nilai ”nilai Tidak” di tentukan sama dengan 0. Angka –angka tersebut di cari nilai Q hitung (Cochran test).

Atribut – atribut yang melekat pada produk dapat diterima apabila hasil uji menunjukan Q hitung lebih kecil dari X2 (chi- square) tabel.

Kuisioner pendahuluan di uji menggunkan Cochran Q test dengan tahapan sebagai berikut :

1. Mencari Q hitung dengan rumus sebagai berikut : k k

(k-1) [k Ʃ C

1 2

(Ʃ C

1)2

]

i i Qhit = n n

kƩ –Ʃ R

12 i i dimana : K = Jumlah Hitung

C = Jumlah yang menjawab “ya” dari setiap blok

R = Jumlah yang menjawab “ya” dari semua atribut di tiap blok

2. Penentuan Q tabel dengan cara Q tabel di ukur dengan ᾲ = 0.05 derajat dengan kebebasan (dk) = jumloah atribut -1 dan akan di peroleh dari tabel

chi-square distribution (khi-kuadrat) 3. Keputusan, yaitu:

- Jika Qhit > Q tabel maka tolak Ho - jika Qhit < Q tabel maka terima Ho 4.4.3. Analisis Multiatribut Fishbein

Model sikap Fishbein adalah salah satu model multiatribut yang sangat terkenal. Model sikap multiatribut menggambarkan ancangan yang berharga untuk memeriksa hubungan antara pengetahuan konsumen akan suatu produk dan sikap terhadap produk tersebut berkaitan dengan ciri atau atribut pokok. Model

Fishbein digunakan untuk mengetahui sikap konsumen terhadap suatu atribut produk tertentu berdasarkan pada perangkat kepercayaan dan diberi bobot oleh evaluasi terhadap atribut produk yang ideal dan aktual dengan menggunakan model fishbein ini (Engel et all,1994).

Misalnya diketahui bahwa suatu produk dengan atribut tertentu ternyata tidak memenuhi atribut ideal yang diharapkan konsumen, maka pemasar perlu mengembangkan produk tersebut dengan atribut yang sesuai dengan bentuk ideal

yang diharapkan konsumen. Secara simbolis model sikap Fishbein diformulasikan dalam bentuk : A0 =

n i i i

e

b

1 Dimana :

A0 =sikap terhadap objek

bi = kekuatan kepercayaan bahwa objek memiliki atribut i

ei =evaluasi mengenai atribut i

n = jumlah atribut yang menonjol

Komponen ei menggambarkan evaluasi konsumen terhadap atribut secara

menyeluruh dilihat berdasarkan kepentingan yang berbeda, sebagai contoh : Kemudahan dalam memperoleh harga traktor tangan yang murah :

Sangat penting ___:___:___:___:___: Sangat tidak penting +2 +1 0 -1 -2

Komponen bi menggambarkan seberapa kuat konsumen percaya bahwa

suatu produk memiliki atribut yang diberikan. Atribut yang digunakan untuk komponen bi harus sama dengan atribut yang digunakan untuk menghitung

komponen ei. Kepercayaan biasanya juga diukur dengan skala 5 dari

kemungkinan yang disadari berjajar dari sangat baik hingga sangat buruk. Kepercayaan akan atribut harga traktor tangan yang murah :

Sangat Murah ___:___:___:___:___Sangat Mahal +2 +1 0 -1 -2

Respon rata-rata lalu dikalkulasikan untuk bi dan ei. Dalam menafsirkan

hasil perlu diingat bahwa skala bi dan ei berkisar dari skor maksimum +2 sampai

minimum -2. Untuk mengestimasi sikap konsumen terhadap produk dengan menggunakan indeks

biei , setiao skor kepercayaan (bi) harus terlebih dahulu

harus dijumlahkan untuk mengetahui sikap konsumen terhadap produk tersebut. Selain itu untuk menentukan rentang skala penilaian dapat dilakukan dengan menentukan jumlah skor minimum dan maksimum penilaian yang mungkin diberikan oleh konsumen

4.4.4. Perceptual Mapping

Teknik percetual mapping ini digunakan untuk membantu menggambarkan posisi dari kinerja traktor tangan, analisis ini akan disajikan dalam tabel dan grafik yang dilakukan melalui program Excel dengan cara menghitung mean score ( rata-rata)

Rata rata sampel (mean) dirumuskan sebagai berikut :

X =

n i

xi

1 n

Dimana x : rata-rata (mean) n : banyaknya sampel xi : nilai sampel

4.4.5. Customer Satisfaction Index (CSI)

Metode Indek Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction index)

merupakan indek yang mengukur tingkat kepuasan konsumen atau anggota berdasarkan atribut-atribut tertentu. Hal ini tergantung pada kebutuhan informasi yang ingin didapatkan perusahaan terhadap konsumen. Atribut yang diukur dapat berbeda untuk masing-masing merek, adapun atribut yang di gunakan dalam penelitian ini adalah seperti yang tercantum dalam kuisioner yang berjumlah 17 atribut. Atribut tersebut akan dihitung menjadi dua yaitu kepentingan dan kinerja dimana tiap atribut diukur menggunakan skala likert, intensitas paling tinggi di beri angka lima menurut (Simamora 2002) dalam Mangarantua (2010).

Menurut (Dickson 2004) dalam Mangarantua (2010) terdapat empat langkah dalam perhintungan Customer Satisfaction index(CSI),yaitu :

1. Menentukan Mean Importance Score (MIS) dan Mean Satisfaction Score (MSS). Nilai ini berasal dari rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja tiap anggota :

dan

Dimana : n = jumlah responden

Yi= Nilai kepentingan atribut ke –i Xi= Nilai Kinerja atribut ke- i 2. Membuat Weught Factors (WF)

Bobot ini merupakan persentase nilai Mis per atribut terhadap total MIS seluruh atribut.

Dimana: p = Jumlah atribut kepentingan (k=21) I = Atribut pribsip-prinsip koperasi ke-i 3. Membuat Weight Score (WS)

Bobot ini merupakan perkalian antara Weight Factor (WF) dengan rata-rata tingkat kepuasan ( Mean Satisfaction Score = MSS).

Wfi = WFix MSSi

Dimana : i = Atribut prinsip- prinsip koperasi ke –i 4. Menentukan Customer Satisfaction index(CSI);

Skala kepuasan konsumen yang umum dipakai dalam interprestasi indek adalah skala nol sampai satu hal ini terdapat pada panduan survey kepuasan konsumen PT. Sucofindo dalam Oktaviani (2006) dijabarkan dalam Tabel 7.

Tabel 7. Kriteria Indeks Kepuasan Anggota

Nilai Indek Kriteria Indek Kepuasan Anggota

0,81-1,00 Sangat Puas

0,66-0,80 Puas

0,51-0,65 Cukup Puas

0,35-0,50 Kurang Puas

0,00-0,34 Tidak Puas

Sumber: Panduan Survei Kepuasan Konsumen PT. Sucofindo dalam Oktaviani, tahun 2006 4.5. Definisi Operasional

1. Atribut adalah Karakteristik atau ciri-ciri yang dimiliki oleh suatu produk 2. Responden adalah petani yang telah menggunakan kedua merek tersebut

atau memiliki pengetahuan akan merek tersebut

3. Ukuran badan traktor adalah rancangan tubuh traktor tangan untuk lebih mudah digunakan untuk semua area persawahan di tempat datar maupun berkemiringan berdasarkan panjang,lebar, dan tinggi atau secara keseluruhan.

4. Daya Tahan adalah kemampuan dari mesin traktor tangan dapat digunakan dengan satuan tahun

5. Keunggulan di berbagai kondisi sawah adalah kemampuan traktor tangan dalam membajak sawah lahan kering dan sawah tadah hujan

6. Mutu kinerja/ tenaga mesin adalah kemampuan kecepatan dan kekuatan mesin untuk mengolah lahan

7. Harga traktor tangan adalah harga yang dikeluarkan untuk membeli traktor tangan

8. Keandalan adalah kemampuan mesin untuk dapat digunakan pada pengolahan lahan dengan jenis tanah yang berbeda serta multi fungsi lainnya seperti dapat digunakan sebagai generator.

9. Hemat Bahan bakar adalah kemampuan mesin untuk menyerap bahan bakar lebih sedikit namun mampu digunakan tahan lama.

10. Ketersediaan suku cadang adalah kondisi keberadaan suku cadang dapat diperoleh dengan mudah

11. Harga Suku cadang adalah harga per bagian alat yang menjadi komponen traktor roda dua

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Letak Geografis

Kecamatan Bojongpicung terletak di Kabupaten Cianjur Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung, Kecamatan Bojongpicung memiliki kontur tanah yang tidak merata yaitu 75 persen wilayah datar sampai berombak. Wilayah administrasi kecamatan Bojongpicung terdiri 467 RT (Rukun Tetangga), 114 RW (Rukun Warga) dan 11 Kelurahan/Desa yaitu Hegarmanah, Bojongpicung, Cibarengkok, Kemang, Sukajaya, Jati, Cikondang, Sukaramah, Sukaratu, Neglasari, dan Jatisari, jarak tempuh ke jalan utama atau jalan raya Cianjur Bandung (Pasar Ciranjang) adalah sejauh 5 km2 sedangkan jarak ke kabupaten/kota sejauh 15 km2. kendaraan berupa kendaraan umum (angkot) dan kendaraan bermotor (ojek), namun kendaraan tersebut tidak beroperasi dalam waktu 24 jam.

Kecamatan bojong picung memiliki luas wilayah 15.918 hektar. luas wilayah tersebut terbagi menjadi dua berdasarkan penggunaan lahan yaitu pertama luas lahan sawah 7.130, lahan sawah artinya lahan yang diperuntukan untuk menanam padi. Lahan sawah terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan sumber air yang diperoleh yaitu 1) irigasi teknis, 2) irigasi setengah teknis, 3) tadah hujan. Perincian luas lahan sawah terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8. Perincian Luas Lahan Sawah Kecamatan Bojong Picung Tahun 2009

No Jenis Tanah Sawah Luas (Ha)

1 Irigasi Teknis 3.565

2 Irigasi 1/2 Teknis 3.294

3 Irigasi Sederhana -

4 Tadah Hujan 271

Jumlah Total 7.130

Lahan kedua adalah lahan darat sebesar 8.788 hektar, lahan darat adalah lahan yang terdiri dari perkarangan,kebun, hutan, kolam atau empang, ladang, padang rumput dan lain-lainnya. Perincian luas lahan darat terdapat pada Tabel 9.

Tabel 9. Perincian Luas Lahan Darat Kecamatan Bojong Picung, Tahun 2009

No Jenis Tanah Darat Luas (Ha)

1 Pekarangan 725

2 Tegal/Kebun 1.567

3 Ladang/Huma 3.148

4 Padang Rumput -

7 Hutan Negara 427

No Jenis Tanah Darat Luas (Ha)

8 Perkebunan 625

9 Lain - lain 825

12 Kolam / Tebat / Empang 327

Jumlah Total 8.788

5. 2. Penduduk

Kecamatan Bojong picung merupakan kecamatan yang memiliki laju pertumbuhan penduduk sebesar 1, 87 persen dan menduduki peringkat ke tiga di Kabupaten Cianjur pada tahun 2010, Jumlah penduduk Kecamatan Bojongpicung adalah 105.059 jiwa pada tahun 2010 dengan jumlah kepala keluarga sebesar 29.150 dan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki berjumlah 38.044 jiwa dan perempuan 37.865 jiwa, tiap desa di kecamatan bojong picung memiliki rata-rata jumlah penduduk sebesar 5.723 jiwa.

5.3. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting sebagai salah satu indikator menilai kualitas sumberdaya manusia di sebuah keluarga secara khususnya dan juga menentukan keberhasilan daerah. Tingkat pendidikan di kecamatan Bojongpicung sebagian besar adalah tamatan sekolah dasar dengan jumlah 8.950 orang, sedangkan tamatan SLTP berjumlah 4.361 orang, pendidikan SMU 3.250 orang dan 85 orang penduduk mengalami buta huruf. 5.4. Kondisi Sosial Ekonomi

Berdasarkan data monografi pada kecamatan Bojongpicung tahun 2009, sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani sebesar 75 persen sedangkan 25 persen penduduk bermata pencaharian sebagai pedagang, pegawai negeri, dan lain-lain (ojek, tenaga kerja luar negeri, dan bengkel). Kondisi mata pencaharian

penduduk yang hanya sebagai petani memberikan kondisi sosial yang masih bersifat tradisional dengan pola pikir sederhana

Sebagian besar yang menjadi petani adalah penduduk yang sudah berumur diatas 30 tahun sedangkan para remajanya atau yang berumur dibawah 30 tahun lebih menyukai pekerjaan sebagai tukang ojek, hal ini berpengaruh terhadap kebutuhan akan tenaga kerja manusia di bidang pertanian berkurang.

Berdasarkan kondisi tersebut tingkat pendapatan yang diperoleh masyarakat sebagian besar tergantung pada saat musim panen padi, namun besarnya penerimaan tergantung pada luas lahan yang dikelola dan kepemilikan lahan mengingat lahan yang berada di Kecamatan Bojongpicung bukan dimiliki petani sendiri atau hanya disebut sebagai buruh tani. Maka besarnya pendapatan yang diterima oleh petani rata-rata sebesar Rp 2.000.000 sampai Rp 3.000.000 sedangkan perbulannya diperoleh dengan menjual hasil kebun atau menjadi tukang ojek dan lain-lainnya yang di bantu oleh pekerja wanita.

5.5. Kondisi Pertanian

Secara topografi Kecamatan Bojongpicung merupakan dataran rendah yang memiliki kontur tanah relative datar hingga berbukit, oleh karena itu kondisi tersebut dimanfaatkan untuk lahan pertanian seperti tanaman pangan. Menurut penggunaan tanah di Kecamatan Bojongpicung terbagi menjadi dua yaitu lahan persawahan dan lahan kering, lahan persawahan dan lahan kering dipergunakan sebagian besar untuk tanaman padi dan sisanya kebun, hutan dan lain-lainnya.

Petani di Kecamatan Bojongpicung memiliki kebiasaan pada saat musim tanam padi tiba tanah yang dimilikinya akan digunakan untuk menanam padi namun jika usai panen maka lahan tersebut akan ditanami sayuran seperti terong,timun dan kedelai, hal ini dilakukan untuk mengembalikan kesuburan tanah dan mendapatkan tambahan pendapatan.

Kecamatan Bojongpicung merupakan daerah yang dijadikan salah satu sentra penanaman padi yang menghasilkan beras di Kabupaten Cianjur. Penerapan teknologi di Kecamatan Bojongpicung khususnya penggunaan traktor tangan mendapatkan respon yang baik oleh petani, hal ini terlihat pada jumlah pembelian dan penggunaan lama yang mencapai 117 unit pada tahun 2010.

Kecamatan Bojongpicung telah memiliki 117 unit yang tersebar di seluruh desa. Perincian jumlah traktor terdapat pada Tabel 10.

Tabel 10. Penyebaran Traktor Tangan di Kecamatan Bojongpicung, Tahun 2010

No Desa Jumlah Traktor (unit)

1. Desa Hegarmanah 5 2. Desa Bojongpicung 11 3. Desa Cibarengkok 4 4. Desa Kemang 0 5. Desa Sukajaya 6 6. Desa Jati 16 7. Desa Cikondang 8 8. Desa Sukarama 10 9. Desa Sukaratu 25 10. Desa Neglasari 26 11. Desa Jatisari 6 Total 117

Penggunaan traktor tangan di Kecamatan Bojongpicung sangat membantu dalam proses pengolahan sawah yaitu waktu yang digunakan dalam mengolah sawah dapat lebih cepat dan hasil pengolahan lebih merata. Hal tersebut salah satu yang mengakibatkan adanya peningkatan hasil produksi pertahunnya dari 7 ton mencapai 8 ton pada tahun 2010 menurut data monografi Kecamatan Bojongpicung tahun 2010.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Karakteristik Responden

Karakteristik petani dalam penelitian ini diidentifikasikan berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan usahatani sebagai pekerjaan utama atau sampingan, pengalaman berusahatani, pendapatan petani responden, pengetahuan petani responden terhadap lama pemakaian traktor, dan hal yang berkaitan dengan pengetahuan responden terhadap merek serta harga dari traktor tangan.

6.1.1. Usia

Berdasarkan hasil kuisioner yang telah disebarkan ke 30 petani responden, kelompok usia petani yang paling banyak membudidayakan padi yaitu berkisar antara usia 51-55 tahun sebesar 30 persen, usia 46-50 tahun sebesar 27 persen, dan kelompok usia 41- 45 dan 36-40 memiliki persentase sama yaitu sebesar 20 persen. Sedangkan persentase usia paling rendah sebesar 10 persen adalah kelompok petani usia 30-35 tahun. Gambaran sebaran usia petani responden terdapat pada Gambar 6.

Gambar 6. Sebaran Usia Petani Responden

Memahami usia konsumen penting untuk dilakukan, karena konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk yang berbeda. Berdasarkan hasil kuesioner bahwa tingkat usia konsumen adalah di rentang 51-55 tahun, dengan usia yang sudah tua mengakibatkan konsumen akan lebih banyak berpikir sebelum melakukan pembelian atau penyewaan, usia juga akan mempengaruhi sikap terhadap satu produk akibat pengaruh pengetahuan dan pengalaman selama

usianya, serta tidak mudah untuk menerima sesuatu produk yang baru. Hal ini ditunjukkan pada penggunaan traktor tangan untuk pengolahan lahan sawah di Kecamatan Bojongpicung bahwa petani yang lebih tua akan menggunakan atau membeli traktor tangan yang telah ada sejak lama yaitu merek Kubota dan Yanmar.

6.1.2. Pendidikan

Pada penelitian ini tingkat pendidikan petani responden yang dimaksud adalah pendidikan terakhir petani yang bersifat formal, tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi nilai-nilai yang dianut, cara berpikir, cara pandang bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Gambar 7 menjelaskan Petani responden pada umumnya berpendidikan sangat rendah yaitu tamatan SD termasuk yang tidak tamat SD adalah sebesar 60 persen. Selain tidak tamat SD, terdapat pula petani responden yang mengalami buta huruf yaitu sebesar 7 persen. Sedangkan petani responden dengan tingkat pendidikan cukup baik mulai dari tamatan SLTP yaitu mencapai 23 persen, dan SMU sebesar 10 persen.

Gambar 7. Sebaran Pendidikan Petani Responden

Hasil kuesioner menunjukan bahwa tingkat pendidikan petani paling banyak adalah lulusan sekolah dasar. Pendidikan yang rendah mempengaruhi cara pandang petani dan sikap pada saat menggunakan traktor tangan pertama kali dimana masih sulit penerapannnya akibat terbentur terhadap kebiasaan lama (bertani secara tradisonal) dan hal tersebut sangat mempengaruhi proses pembelian, namun pada akhirnya petani di Kecamatan Bojongpicung memberikan respon positif mengenai traktor tangan akibat pengaruh lain yaitu pengalaman.

6.1.3. Status Pekerjaan

Status pekerjaan akan memberitahukan seberapa besar pendapatan yang akan di peroleh, pendapatan tersebut akan mempengaruhi terhadap kemampuan keuangan petani responden dalam proses pembelian traktor tangan. Kondisi sebagian besar status pekerjaan petani responden adalah bertani sebagai pekerjaan utama dengan persentase sebesar 83 persen dan diantara petani responden tersebut juga memiliki pekerjaan sampingan seperti menjadi buruh tani, tani kebun, pedagang, berternak, ojek dan lain-lainnya.

Petani responden yang menjadikan usahatani padi sebagai pekerja sampingan sebesar 17 persen. Pada umumnya petani yang menjadikan usatani padi sebagai usaha sampingan adalah petani telah memiliki pekerjaan tetap dan jelas penghasilannya. Pekerjaan utama petani tersebut adalah pegawai negeri, pegawai swasta, pengusaha dan lain-lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa status pekerjaan petani di Bojongpicung adalah sebagai petani maka perolehan pendapatannya pada saat musim panen, dan hal tersebut mempengaruhi terhadap proses pembelian (pendanaan) atau menyewa traktor tangan. Sebaran Petani Terhadap Status Pekerjaan terdapat pada Gambar 8.

Gambar 8. Sebaran Status Pekerjaan Petani Responden 6.1.4. Pendapatan di Luar Usahatani per bulan

Pendapatan petani responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan lain yang diperoleh oleh petani responden di luar usahatani padi yang

mereka jalankan selama satu bulannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 57 persen petani memiliki pendapatan di luar usahatani di bawah Rp 500.000 perbulan, sedangkan petani yang berpendapatan antara Rp 500.000-Rp 1.000.000 adalah sebanyak 40 persen, dan yang berpendapatan relatif cukup tinggi yaitu antara Rp. 1.000.000-Rp 2.000.000 adalah sebesar 3 persen.

Pendapatan tersebut diperoleh dari pekerjaan yang lainnya seperti menjadi buruh tani di tempat lain, berternak, berdagang di pasar atau berdagang kelontong, ojek, dan pendapatan sebagai pegawai negeri. Pendapatan diluar usahatani berguna untuk mengetahui bagaimana kondisi pendapatan petani selain dari usahatani guna menunjang pembelian atau menyewa traktor tangan, karena jika mengandalkan pendapatan tersebut harus menunggu pada saat panen tiba sedangkan pembelian traktor dilakukan secara tunai ataupun kredit tiap bulannya Gambaran Pendapatan di luar usahatani terdapat pada Gambar 9.

Gambar 9. Sebaran Pendapatan Diluar Usahatani Petani Responden 6.1.5. Lama Berusaha Tani

Lama berusahatani akan menunjukan seberapa jauh pengalaman yang di peroleh dalam bertani padi dan biasanya dipengaruhi oleh faktor usia. Hal ini dikarenakan semakin tua usia petani menunjukkan semakin lama menjadi petani. Rata-rata petani responden telah lama menjadi petani. Petani responden yang bergerak dalam budidaya padi dengan usia lebih dari 40 tahun adalah sebesar 60 persen. Tingkat usia 31-40 tahun sebesar 13 persen, 21- 30 tahun sebesar 17 persen, dan 10 persen petani responden telah melakukan usahatani selama 10-20 tahun. Sebaran lama berusahatani pada Gambar 10.

Gambar 10. Sebaran Lamanya Berusahatani Padi

Hasil penelitian lama berusahatani menunjukkan bahwa petani responden yang bertani lebih dari 10 tahun akan lebih mengandalkan pengalaman serta lamanya berinteraksi terhadap suatu produk, dalam hal ini adalah penggunaan traktor tangan. Pengalaman petani responden akan mempengaruhi sikap dimana traktor tangan yang digunakan di Kecamatan Bojongpicung lebih kepada traktor tangan merek Kubota karena merasa puas terhadap kinerja produk.

6.1.6. Lama Pemakaian Traktor Tangan

Traktor telah masuk ke kabupaten Cianjur sejak tahun 70-an, dan penggunaan tersebut serentak dilaksanakan di setiap kecamatan. Pengaruh masuknya penggunaan traktor mengakibatkan adanya perubahan pada saat penanam padi yaitu pengolahan sawah dari menggunakan tenaga hewan atau manusia beralih menggunakan teknologi mesin. Gambaran sebaran lama pemakaian terdapat pada Gambar 11.

Gambar 11. Sebaran Lama Pemakaian Traktor Petani Responden

Petani responden menggunakan traktor lebih dari 35 tahun sebesar 17 persen, lama pemakaian antara 31 tahun sampai 35 tahun mencapai 7 persen, 25 tahun sampai 30 tahun mencapai 20 persen,21 tahun sampai 24 tahun pemakaian

sebesar 27 persen dan penggunaan traktor 15 tahun sampai 20 tahun sebesar 20 persen dan paling kecil pemakaiaan adalah 10 tahun sebesar 10 persen.

Lama pemakaian traktor tangan menunjukan seberapa lama petani berinteraksi secara langsung terhadap produk, hasilnya menunjukan bahwa 23 persen petani rata-rata telah menggunakan traktor selama 16 sampai 20 tahun. Lamanya penggunaan akan mengarah kepada pembentukan sikap yang dirasa secara langsung dan mengarah kepada pasca pembelian yaitu puas atau tidak puas dengan menggunakan traktor tangan.

6.1.7. Pengetahuan Merek Traktor tangan

Petani responden telah memiliki pengetahuan akan merek traktor tangan hal ini di karenakan faktor lama bertani dan lama menggunakan traktor. Merek yang beredar di kalangan petani sejak tahun 70-an adalah merek traktor buatan jepang seperti merek Kubota dan Merek Yanmar kemudian berkembang dari tahun ke tahun traktor cina beredar di petani dengan merek downfeng selain itu buatan Indonesia juga turut andil dengan merek Agrindo, ke empat merek tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing yang telah diketahui oleh petani responden.

6.1.8. Merek Traktor yang Digunakan

Merek traktor yang digunakan oleh petani responden adalah merek Kubota dengan persentase sebesar 67 persen dan merek Yanmar hanya sebesar 33 persen. Persentase penggunaan merek ini berfungsi untuk mengetahui sejauh mana perilaku petani terhadap merek yang berkembang di daerah tersebut. Gambaran Merek yang Digunakan Petani Responden pada Gambar 12.

6.2. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Traktor tangan

Berdasarkan Model Engel et all, (1994) proses keputusan pembelian terdiri dari lima tahap, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Teori tersebut merupakan acuan untuk dapat mengetahui perilaku petani responden dalam mengambil keputusan terhadap pembelian dan penggunaan traktor tangan.

6.2.1. Pengenalan Kebutuhan

Pengenalan kebutuhan pada hakikatnya bergantung pada berapa banyak ketidaksesuaian yang ada di antara keadaan aktual (yaitu situasi konsumen sekarang) dan keadaan yang diinginkan, jika kondisi tersebut berada di atas ambang maka pengenalan kebutuhan sangat diperlukan. Oleh karena itu pengenalan kebutuhan perlu di aktifkan sebelum dapat dikenali, menurut Engel et all, (1994) pengaktifan pengenalan kebutuhan terdiri dari beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan suatu kebutuhan tertentu dan dapat diaktifkan atau tidak, pada penelitian ini faktor-faktor yang menyebabkan kebutuhan traktor tangan untuk mengolah lahan saat musim tanam padi yaitu faktor keadaan yang berubah atau penggunan produk tersebut.

Penelitian proses pengenalan kebutuhan terhadap penggunaan traktor tangan pada saat mengolah lahan terdiri dari dua pertanyaan tertutup dan mendasar sesuai faktor keadaan yang berubah atau penggunaan produk tersebut

Dokumen terkait