• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYEBAB PERUBAHAN PRODUKSI BUDIDAYA AKARWANGI DI KECAMATAN LELES KABUPATEN GARUT DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENYEBAB PERUBAHAN PRODUKSI BUDIDAYA AKARWANGI DI KECAMATAN LELES KABUPATEN GARUT DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS: 1459/UN.40.2.4/PL/2013

Angga Gumbira Hidayat, 2013

PENYEBAB PERUBAHAN PRODUKSI BUDIDAYA AKARWANGI (Vetavaria

Zizaniodes) DI KECAMATAN LELES KABUPATEN GARUT DAN UPAYA

PENANGGULANGANNYA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi dari Sebagian Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Geografi

Oleh :

Angga Gumbira Hidayat

0800981

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

No. Daftar FPIPS: 1459/UN.40.2.4/PL/2013

Angga Gumbira Hidayat, 2013

PERNYATAAN

“Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PENYEBAB

PERUBAHAN PRODUKSI BUDIDAYA AKARWANGI DI KECAMATAN LELES KABUPATEN GARUT DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA” ini beserta seluruh isinya adalah benar – benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara – cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya

siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada

klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya”.

Bandung, Februari 2013

Yang membuat pernyataan,

(3)

No. Daftar FPIPS: 1459/UN.40.2.4/PL/2013

Angga Gumbira Hidayat, 2013

LEMBAR PENGESAHAN

Angga Gumbira Hidayat NIM 0800981

PENYEBAB PERUBAHAN PRODUKSI BUDIDAYA AKARWANGI DI KECAMATAN LELES KABUPATEN GARUT DAN UPAYA

PENANGGULANGANNYA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING Pembimbing I

Prof. Dr. Wanjat Kastolani, M.Pd NIP. 19610501 198601 1 002

Pembimbing II

Drs. Jupri, MT NIP. 19600615 198803 1 003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Geografi

(4)

No. Daftar FPIPS: 1459/UN.40.2.4/PL/2013

Angga Gumbira Hidayat, 2013

SKRIPSI INI TELAH DIUJI PADA TANGGAL 6 MARET 2013

PANITIA UJIAN SIDANG TERDIRI DARI :

1. Ketua : Prof. Dr. H. karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 002

2. Sekretaris : Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP. 19620304 198704 2 001

3. Penguji : a. Penguji I : Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT NIP. 19640603 198903 1 001

b. Penguji II : Dr. Mamat Ruhimat, M.Pd NIP. 19610501 198601 1 002

(5)

Angga Gumbira Hidayat, 2013

Penyebab Perubahan Produksi Budidaya Akarwangi di Kecamatan Leles Kabupaten Garut dan Upaya Penanggulangannya.

Oleh : Angga Gumbira Hidayat (0800981), 2013 ABSTRAK

Sektor pertanian berasas ekonomi kerakyatan telah terbukti sebagai peredam (buffer) berbagai goncangan ekonomi. Salah satu paradigma dalam pembangunan pertanian adalah sistem agribisnis yaitu sistem yang utuh mulai subsistem hulu , budidaya, dan hilir yang terkait langsung dengan pertanian. Dari seluruh sektor agribisnis, subsektor perkebunan dirasakan perlu mendapat perhatian ekstra salah satunya perkebunan akarwangi, karena produksi akarwangi di Indonesia termasuk terbesar di dunia. Tanaman Akarwangi dapat beradaptasi dengan kondisi dan sistem pertanian di Indonesia dan produksi minyak Akarwangi asal Kabupaten Garut juga merupakan nominative dunia..

Pada tahun 2003 sampai 2006, eksport akarwangi menunjukan trend yang meningkat, hal ini dikarenakan Indonesia merupakan salah satu Negara pengeksport utama akarwangi dipasar dunia dan Kabupaten Garut sebagai penghasil Akarwangi terbesar di Indonesia. Akarwangi sebagai salah satu tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomis tinggi selayaknya terus dikembangkan agar dapat meningkatkan pendapatan petani, peningkatan kesempatan kerja, dan peningkatan penerimaan devisa Negara. Akarwangi merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan di Kabupaten Garut yang memiliki arti penting bagi perkembangan perkekonomian daerah. Hal ini dikeranakan 89% produksi akarwangi Indonesia dihasilkan dari Kabupaten Garut salah satunya di Kecamatan Leles.

Pada kenyataannya sekarang ini hasil produksi akarwangi di Kecamatan Leles dari tahun ketahun terus mengalami penurunan yang signifikan, , walaupun sempat pada tahun 2011 mengalami kenaikan jumlah luas lahan tetapi tidak membuat perubahan pada hasilnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk menggambarkan berbagai faktor serta cara penanggulangan penurunan produksi budidaya akarwangi di Kecamatan Leles. Melalui penelitian ini diharapkan dapat merancang strategi untuk menanggulangi masalah tersebut secara lebih optimal.

(6)

Angga Gumbira Hidayat, 2013

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ……… i

KATA PENGANTAR ... ………ii

UCAPAN TERIMAKASIH………...iii

DAFTAR ISI ... …… ...v

DAFTAR TABEL ... ……...vii

DAFTAR GAMBAR ... ………ix

DAFTAR LAMPIRAN ………..xi

BAB I PENDAHULUAN ... ………. 1

A. Latar Belakang Penelitian ... ………. 1

B. Rumusan Masalah ... ………. 6

C. Tujuan Penelitian ... ………..6

D. Manfaat Penelitian ... ………. 7

E. Definisi Operasional ... ………. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... …… ...10

A. Pandangan Geografi Pertanian ... ……... 10

B. Produksi ... ……... 11

C. Budidaya Akarwangi ... ………16

D. Kondisi Fisik dan Sosial yang Berperan Dalam Budidaya Akarwangi………20

BAB III METODE PENELITIAN ... ……... 33

A. Metode Penelitian ... ……... 33

B. Lokasi Penlitian ... ……... 34

C. Populasi dan Sampel ... ……... 36

D. Variabel Penelitian ... ……... 38

E. Alat Pengumpulan Data... ……... 39

F. Teknik Pengumpulan Data ... ……... 40

(7)

Angga Gumbira Hidayat, 2013

H. Teknik Analisis Data………... ………44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... ……... 47

A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... ……... 47

1. Kondisi Fisik………... 47

2. Kondisi Sosial………. ……… 69

B. Potensi Penyabab Perubahan Produksi Budidaya Akarwangi di Kecamatan Leles ... .……...77

1. Lahan ... ……... 78

2. Modal... ……... 79

3. Tenaga Kerja ... ……... 83

4. Hasil Panen ………... 90

C. Penyebab Perubahan Produksi Budidaya Akarwangi Di Kecamatan Leles Kabupaten Garut ... ……... 91

1. Jenis Tanaman ... ……... 91

2. Analisis Lokasi Pertanian Akarwangi ... ……... 95

3. Perubahan Produksi Budidaya Akarwangi ... ……... 99

4. Analisis SWOT Dalam Mengetahui Penyebab Perubahan Produksi Budidaya Akarwangi ... ……. 110

5. Implikasi hasil Penelitian Terhadap Bidang Pendidikan Geografi………... 117

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... ……. 119

A. Kesimpulan ... ……. 119

B. Rekomendasi ... ……. 123

DAFTAR PUSTAKA... ……. 126

LAMPIRAN – LAMPIRAN ... …….129

(8)

Angga Gumbira Hidayat, 2013

[image:8.595.94.512.127.629.2]

DAFTAR TABEL Tabel

1.1 Penurunan Produksi Akarwangi di Kecamatan Leles ... ………. 5

3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... ………43

3.2 Matriks SWOT ... ………46

4.1 Rata-Rata Curah Hujan per Bulan Kecamatan Leles ... ………50

4.2 Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson ... ………53

4.3 Luas Satuan Geologi di Kecamatan Leles ... ………56

4.4 Luas Lahan Berdasarkan Kemiringan Lereng ... ………60

4.5 Luas Jenis Tanah di Kecamatan Leles ... ………64

4.6 Komposisi Penggunaan Lahan di Kecamatan Leles ... ………67

4.7 Klasifikasi Kepadatan Penduduk Kecamatan Leles ... ………71

4.8 Sex Ratio Kecamatan Leles Berdasarkan Kelompok Umur ... ………72

4.9 Komposisi Penduduk Berdasarkan Golongan Umur ... ………74

4. 10 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... ………76

4.11 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... ………77

4.12 Perubahan Luas Lahan Budidaya Akarwangi ... ………78

4.12 Bentuk dan Asal Modal Budidaya Akarwangi ... ………80

4.13 Sumber Modal yang di Miliki Oleh Petani ... …….. 82

4.14 Sumber Modal Lain yang dimiliki Petani ... ………83

4.15 Jumlah Petani dan Kelompok Tani ... …….. 84

4.16 Komposisi Petani Akarwangi di Kecamatan Leles Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... ………86

4.17 Kondisi Petani Berdasarkan Tingkat Pendapatannya ... ………87

4.18 Komposisi Petani Berdasarkan Pengalaman ... ………88

4.19 Penurunan Hasil Panen Budidaya Akarwangi ... ………90

4.20 Rata-Rata Luas Tanaman Akarwangi Dan Produksi Akarwangi Di 5 Kecamatan yang ada di Kabupaten Garut ... ………94

4.21 Perubahan Luas Lahan Budidaya Akarwangi... ……..100

4.22 Penurunan Nilai Modal Budidaya Akarwangi ... ……..103

(9)

Angga Gumbira Hidayat, 2013

4.24 Penurunan Hasil Panen Budidaya Akarwangi ... ……..106

4.25 Harga Jual Budidaya Tanaman Akarwangi ... ……..108

4.26 Aspek-aspek SWOT Faktor-Faktor Penyebab Penurunan ... ……..111

(10)

Angga Gumbira Hidayat, 2013

DAFTAR GAMBAR

3.1 Peta Administrativ Kecamatan Leles... ……... 35

4.1 Peta Administrasi Kecamatan Leles ... ………49

4.2 Peta Curah Hujan Kecamatan Leles ... ………52

4.3 Peta Geologi Kecamatan Lele…...………55

4.4 Diagram Luas Satuan Geologi Kec. Leles ... ………56

4.5 Peta Geomorfologi Kecamatan Leles ... ………59

4.6 Diagram Luas Lahan Berdasarkan Kemiringan lereng………….… ..60

4.7 Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Leles ... ………61

4.8 Diagram Luas Jenis Tanah di Kecamatan Leles ... ………63

4.9 Peta Jenis tanah kecamatan Leles ... ………65

4.10 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Leles ... ………68

4.11 Diagram Luas Penggunaan Lahan ... ………69

4.12 Grafik Sex Ratio Penduduk Kecamatan Leles ... ………73

4.13 Diagram Komposisi Penduduk Berdasarkan Golongan umur ... ………74

4.14 Diagram Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .... ……...76

4.15 Diagram Luas Lahan Budidaya Akarwangi ... ………79

4.16 Grafik Jumlah Kelompok Tani ... ………84

4.17 Diagram Jumlah Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... ………86

4.18 Diagram Jumlah Petani Berdasarkan Pendapatan ... ………87

4.19 Diagram Jumlah Petani Berdasarkan Lama Bertani ... ………89

4.20 Diagram penurunan Hasil Panen ... ………91

4.21 Diagarm Luas Lahan Budidaya Akarwangi ... ……..101

4.22 Diagram Penurunan Jymlah Tenaga Kerja ... ……..105

(11)

Angga Gumbira Hidayat, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keputusan (SK) Penelitian………...129

2. Surat Izin Penelitian dari Univeresitas. ……….132

3. Surat Izin Penelitian dari Kecamatan Leles ………. 133

4. Lembar Bimbingan ………...134

5. Surat Izin Penelitian dari KESLITBANG Kabupaten Garut ………..136

6. Surat Izin Penelitian dari KESLITBANG Provinsi Jawa Barat ………...138

3. Instrumen Penelitian ……….139

4. Pedoman Wawancara ………142

6. Foto- Foto Daerah Penelitian ………147

(12)

Angga Gumbira Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi paparan pendahuluan yang merupakan gambaran awal

mengenai latar belakang permasalahan yang akan dijadikan objek kajian pada

penelitian ini secara sistematis. Pada bab ini terdapat enam bagian, latar belakang

yang menggambarkan alasan penulis dalam melakukan penelitian, bagian kedua

ialah rumusan masalah yang menggambarkan batasan-batasan permasalahan yang

akan diteliti, bagian ketiga merupakan tujuan penelitian yang menggambarkan

mengenai tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini oleh steakholder dan

seluruh pihak yang tekait, dan yang terkahir merupakan definisi operasional

mengenaai aspek-aspek yang akan dikaji dalam penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara agraris, hampir seluruh wilayah di Indonesia

mempunyai lahan pertanian. Lahan pertanian yang ada di Indonesia juga

sangatlah luas, lahan tersebut bisa berpotensi jika dimanfaatkan secara optimal

oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya, karena kehidupan manusia tidak

akan lepas dari lahan dan hanya dengan mengolah lahan manusia dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya, maka dari itu lahan sangatlah erat kaitannya

dengan kebutukan hidup manusia. Begitupun dengan pembangunan Indonesia

diarahkan ke ketahanan pangan.

Semenjak krisis moneter pada pertengahan tahun 1997, kondisi

perekonomian Indonesia masih mengalami penurunan yang signifikan, dengan

berbagai kebijakan dan aturan yang dilakukan oleh pemerintah dibidang

(13)

2

Angga Gumbira Hidayat, 2013

memperbaiki perekonomian Indonesia kembali seimbang, karena Indonesia

merupakan negara agraris pemerintah merubah paragdigma kebijakan ekonomi

masyrakat dari ekeonomi modern menjadi sistem ekonomi kerakyatan, yaitu

sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat kecil dan

menengah.

Pertanian berasas ekonomi kerakyatan berperan sebagai salah satu cara untuk

meredam berbagai goncangan ekonomi yang terjadi di Indonesia mengingat

Indonesia merupakan Negara agraris. Sektor pertanian rakyat yang dapat

menyerap banyak tenaga kerja mampu tumbuh secara positif dalam

menanggulangi krisis ekonomi dan dapat menjadi peningkatan ketahanan

ekonomi rakyat dalam proses pembangunan ekonomi.

Berbagai usaha agribisnis dilakukan oleh usaha kecil dan menengah, hal

tersebut sangat cocok untuk menjadi motor penggerak pembangunan nasional,

karena perencanaan pembangunan pertanian khususnya sangat tepat bila dimulai

dari dari bawah. Artinya, petani yang umumnya merupakan masyarakat pedesaan

tidak lagi menjadi sebagai subjek utama pembangunan, akan tetapi mereka dapat

ikut menentukan pembangunan dirinya dan lingkungannya sendiri.

Usaha pengembangan bisnis petani kecil merupakan tantangan yang berat,

meskipun bukan berarti tidak mungkin. Dikatakan berat karena dalam usaha

petani kecil terdapat keterbatasan baik dalam hal pendidikan, pengetahuan,

orientasi bisnis, sehingga usaha petani kecil sering dikatakan jalan hidup yang

dilakukan secara turun temurun bukan merupakan usaha. Akan tetapi

(14)

3

Angga Gumbira Hidayat, 2013

pedesaan mulai mengubah orientasi petani kecil kearah usaha bisnis, namun

dengan masuknya orientasi bisnis kedalam usaha tani kecil tidak menutup

kenyataan yang ada tentang adanya keterbatasan perkembangan yang kurang

menguntungkan, seperti adanya kecenderungan luas usaha tani yang semakin

kecil, pergeseran penguasaan lahan kearah sewa, pertumbuhan jumlah buruh tani,

makin kecilnya peran usaha tani dalam penyerapan tenaga kerja dan pendapatan,

tingkat pendidikan dan lain sebagainya.

Dari seluruh sektor agribisnis, salah satu komoditas pertanian yang dirasakan

perlu mendapat perhatian ekstra adalah di bidang perkebunan, dengan daya

dukung karakteristik yang khas baik secara fisik maupun sosial, banyak sekali

hasil perkebunan Indonesia yang menjadi unggulan baik secara lokal maupun

secara global, salah satu contohnya adalah teh, kopi, tembakau, dan yang lainnya.

Peluang pasar dalam negeri yang tinggi, serta keragaman agroklimat Indonesia

yang beragam, diharapkan komoditas pertanian kususnya perkebunan di

Indonesia semakin meningkat sesuai dengan sasaran utama pembangunan

pertanian di Indonesia.

Begitupun dengan perkebunan akar wangi memiliki prospek yang cerah

untuk dikembangkan karena memiliki keunggulan yang kompetitif serta masih

terbukanya pangsa pasar, baik pasar domestik, maupun pasar luar negeri.

Seperti penelitian sebelumnya oleh Utoyo (1990:1) :

(15)

4

Angga Gumbira Hidayat, 2013

Saat ini hanya Negara Haiti dan Borbon (salah satu provimsi di Filiphina)

yang mengembangkan jenis komoditi yang sama. Hasil produksi minyak

Akarwangi asal Kabupaten Garut termasuk nominative dunia, tetapi produksinya

masih sangat terbatas baik dalam teknologi maupun permodalannya. Pada tahun

2003 sampai 2006, eksport akarwangi menunjukan trend yang meningkat, hal ini

dikarenakan Indonesia merupakan salah satu Negara pengeksport utama

akarwangi dipasar dunia. Akarwangi sebagai salah satu tanaman perkebunan yang

memiliki nilai ekonomis tinggi selayaknya terus dikembangkan agar dapat

meningkatkan pendapatan petani, peningkatan kesempatan kerja, dan peningkatan

penerimaan devisa Negara.

Indonesia sendiri memiliki wilayah dengan produksi akarwangi tertinggi

yaitu di Wonosobo (Jawa Tengah) dan Garut (Jawa Barat), di kedua daerah

tersebut akarwangi banyak dibudidayakan oleh petani setempat. Akarwangi

merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan di Kabupaten Garut yang

memiliki arti penting bagi perkembangan perkekonomian daerah. Hal ini

dikeranakan 89% produksi akarwangi Indonesia dihasilkan dari Kabupaten Garut

(Bappeda Kab.Garut, 2005), karena didukung juga oleh potensi areal lahan seluas

2.400 Ha sedangkan realisasi luas tanam baru mencapai 1.733 Ha pada tahun

2006 yang tersebar di empat Kecamatan di Kabupaten Garut yaitu, Kecamatan

Leles, Kecamatan Samarang, Kecamatan Bayongbong dan Kecamatan Cilawu.

Penanaman akarwangi dan pemberian izin usaha peyulingan minyak

akarwangi diatur dalam Surat Keputusan (SK) Gubernur Jawa Barat

(16)

5

Angga Gumbira Hidayat, 2013

Bupati Garut No.191/HK.021.1/SK/1987. Berdasarkan Sk tersebut luas lahan

penanaman akarwangi di Kabupaten Garut tidak boleh melebihi 2.400 Ha. Namun

pada tahun 2006 realisasi luas lahan yang digunakan untuk menanam akarwangi

baru mencapai 1.733 Ha. Oleh karena itu, masih tersedia potensi lahan yang dapat

dikembangkan sesuai dengan SK Bupati Garut.

Di Kecamatan Leles khususnya di desa Dano dan desa Lembang merupakan dua

desa yang memiliki produksi akarwangi yang sangat tinggi di bandingkan desa

yang lain di Kecamatan Leles, akan tetapi hasil produksi setiap tahun mengalami

perubahan. Hasil perubahan produksi tersebut sesuai dengan data dari Dinas

[image:16.595.96.512.213.653.2]

Perkebunan Kabupaten Garut yang disajiakan pada tabel 1.1.

Tabel 1.1

Perubahan Produksi Akarwangi di Kecamatan Leles No Tahun Luas Produksi

Mentah

Produksi

Olahan

Produktivitas

1 1995 750 ha 8.856 ton

11,808 ton/ha

35,424 ton 0,048 ton/ha

2 2002 312,3 ha 4.631,1 ton

14,83 ton/ha

18,524 ton 0,0593 ton/ha

3 2011 545,0 ha 6.380 ton

11,706 ton/ha

15,00 ton 0,03 ton/ha

Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Garut.

Berdasarkan tabel 1.1 di atas, hasil produksi akarwangi di Kecamatan Leles

(17)

6

Angga Gumbira Hidayat, 2013

luas lahan budidaya akarwangi yang berkurang setiap tahunnya yang disebabkan

oleh beberapa faktor, walaupun sempat pada tahun 2011 mengalami kenaikan

jumlah luas lahan tetapi tidak membuat perubahan pada hasilnya.

Permasalahan perubahan produksi akarwangi di Kecamatan Leles yang telah

disebutkan diatas, dirasa sangat menarik bagi penulis untuk meniliti terutama

untuk melihat faktor – faktor apa saja yang menjadi penyebab perubahan produksi

akarwangi. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk

meneliti mengenai “Penyebab Perubahan Produksi Budidaya Akarwangi di

Kecamatan Leles Kabupaaten Garut dan cara Penbanggulanganya”.

B. Rumusan Masalah

Masalah merupakan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan

yang benar-benar terjadi. Meninjau uraian yang penulis kemukakan dalam latar

belakang masalah maka inti masalah dalam penelitian ini adalah “ Apa saja

Faktor Penyebab Perubahan Produksi Budidaya Akarwangi di Kecamatan Leles

kabupaten Garut”. Untuk membatasi permasalahan maka secara spesifik

pertanyaan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Kondisi fisik dan sosial apa saja yang mempengaruhi perubahan produksi

akarwangi di Kecamatan Leles Kabupaten Garut?

2. Bagaimanakah upaya yang tepat untuk menanggulangi perubahan produksi

budidaya akarwangi di Kecamatan Leles Kabupaten Garut?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sasaran yang dituju dalam penelitian, tujuan

(18)

7

Angga Gumbira Hidayat, 2013

penelitian dapat mengarahkan peneliti untuk mencapai sasaran dan target yang

ingin dicapai dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Memperoleh gambaran kondisi fisik dan sosial yang mempengaruhi dalam

perubahan produksi akarwangi di Kecamatan Leles Kabupaten Garut.

2. Memperoleh gambaran upaya yang tepat untuk menanggulangi perubahan

produksi budidaya akarwangi di Kecamatan Leles Kabupaten Garut.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat utama dari penelitian ini adalah diperolehnya deskripsi

tentang sejumlah faktor geografis yang memepengaruhi penurunan produksi

akarwangi di Kecamatan Leles Kabupaten Garut. Hal ini akan menjadi bahan

informasi bagi masyarakat dan pemerintah Kabupaten Garut mengenai faktor

penyebab penurunan produksi budidaya akarwangi, selain itu manfaat yang

diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Memberikan masukan kepada Pemda Kabupaten Garut mengenai

faktor-faktor penurunan produksi akarwangi di Kecamatan Leles Kabupaten Garut.

2. Memberikan masukan kepada semua pihak yang terkait mengenai

faktor-faktor penerunan produksi akarwangi di Kecamatan Leles Kabupaten Garut.

3. Memberikan masukan kepada peneliti lain yang berkaitan dengan akarwangi.

4. Serta dapat dijadikan masukan kepada seluruh petani akarwangi agar lebih

memperhatikan lingkungan.

E. Definisi Operasional

Judul penelitian ini adalah Faktor-Faktor Penyebab Penurunan Produksi

(19)

8

Angga Gumbira Hidayat, 2013

Garut dan Cara Menganggulanginya . Kesalahan penafsiran dari judul penelitian

akan menimbulkan kesimpula lain dari penelitian. Oleh karena itu penulis perlu

memberikan batasan dalam definisi operasional sebagai berikut :

1. Produksi

Menurut Abd. Rahim (2008:31) proses produksi atau lebih dikenal dengan

budi daya tanaman atau komoditas pertanian merupakan proses usaha bercocok

tanam/budidaya di lahan untuk menghasilkan bahan segar (raw material). Bahan

segar tersebut dijadikan bahan baku untuk menghasilkan bahan setengah jadi

(work in proses) atau barang jadi (finished product) di industry-industri pertanian

atau dikenal dengan nama agroindustri (agrofood industry).

Produksi dalam penelitian ini diartikan sebagai proses pengolahan lahan atau

prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan komoditas berupa kegiatan

usaha tani dalam mengolah lahan sehingga lahan tersebut dapat menghasilkan

sesuatu.

2. Budidaya Akarwangi

Hanun (2008:1) mengemukakan bahwa “budidaya merupakan usaha yang

memberikan hasil”. Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia budidaya

adalah “kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan

pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat dan hasil panennya”.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan budidaya akarwangi adalah

tindakan petani untuk mengembangkan atau memperbanyak hasil pertanian

hokikultural jenis tanaman akarwangi mulai dari persiapan lahan, persemaian,

(20)

9

Angga Gumbira Hidayat, 2013

akarwangi di Kabupaten Garut.

Menurut Rochim Armando (2009:37). Tanaman akarwangi (vetiveria

zizanioides) berasal dari Birma, India, dan Srilangka. Selanjutnya, tanaman ini

menyebar dan di temukan tumbuh secara liar, setengah liar, dan sengaja ditanam

di berbagai Negara beriklim tropis dan subtropics. Tanaman ini dapat tumbuh

dengan baik pada tanah dengan ketinggian antara 1.000-2.000 m dpl dengan

produksi 15-30 ton per tahun.

Tanaman akar wangi termasuk keluarga Graminiae, berumpun lebat, akar tinggal

bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah tua.

Rumpun tanaman akar wangi terdiri dari beberapa anak rumpun yang dapat

dijadikan bibit. Adapun umur panen tanaman berkisar 9-12 bulan. Tanaman akar

wangi banyak ditanam untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuat minyak

akar wangi yang dikenal dengan minyak astiri. Di Indonesia, minyak akarwangi

juga disebut java vetiver oil karena sebagian besar diproduksi di Jawa Barat dan

Jawa Tengah.

3. Faktor-faktor Geografis

Adapun fakor fisik dan factor social yang akan dibahas dipenelitian ini adalah:

a. Faktor fisik yang dimaksud adalah tipologi kawasan yang meliputi lahan,

iklim, tanah, morfologi, ketersediaan air yang mendukung budidaya

akarwangi di Kecamatan Leles Kabupaten Garut.

b. Faktor sosial yang dimaksud adalah kondisi sosial budaya yang dalam hal

(21)

10

Angga Gumbira Hidayat, 2013

dan tenaga kerja yang mendukung dalam usaha budidaya akarwangi di

(22)

Angga Gumbira Hidayat, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III ini berisi mengenai metode penelitian serta langkah-langkah

pencarian dan analisis data. Adapun ssitematika pada bab ini terdiri dari enam

bagian. Bagian pertama merupakan jenis penelitian berisi metode yang digunakan

dalam penelitin bagian, bagian kedua berisis variabel dan penjabarannya, bagian

ketiga merupakan populasi dan sampel dalam penelitian, bagian keempat ialah

instrument yang digunakan dalam penelitian, dan bagian terakhir dari bab ini

berisi tentang teknik pengolahan serta analisis data hasil penelitian.

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif. Menurut Tika (2005:4) “penelitian deskriptif adalah penelitian yang

lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana

adanya, dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada walaupun kadang-kadang

diberikan interpretasi atau analisis”. Penelitian dengan metode deskriptif

dimaksudkan dapat menggambarkan dan mengungkapkan keadaan daerah peneliti

secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta serta menganalisis dan

mendeskripsikan hasil penelitian yang diperoleh.

Dalam penelitian ini salah satu metode diskriptif yang digunakan adalah

survey. Survey dipilih karena memiliki beberapa keuntungan seperti

dikemukakan oleh Tika (1997:9) sebagai berikut :

Keuntungan survey adalah sebagai berikut :

1. Dilibatkan oleh banyak orang untuk mencapai generialisasi atau kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.

(23)

34

Angga Gumbira Hidayat, 2013

3. Sering tampil masalah-masalah yang sebelumnya tidak diketahui 4. Dapat dibenarkan atau mewakili teori tertentu

5. Biaya lebih rendah karena waktunya lebih singkat.

Lebih lanjut, Tika (1997:9) menjelaskan bahwa survey adalah metode

penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data berupa

variabel unit atau individu dalam waktu yang bersamaan. Data dikumpulkan

melalui individu atau sampel fisik tertentu denag tujuan agar dapat

menggeneralisasikan fenomena yang diteliti. Untuk penelitian social

kemasyarakatan survey biasanya menggunakan teknik wawancara atau

kuisioner/angket sedangkan untuk penelitian fisik menggunakan observasi

lapangan melalui suatu sampel.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini terletak di Kecamatan Leles Kabupaten Garut.

Kabupaten Garut yang mempunyai luas wilayah sekitar 3.066,88 Km2 secara

geografis terletak diantara 60 57’34’’- 70 44’57’’ Lintang Selatan dan

107024’34’’- 1080 24’34’’ Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai

berikut : Sebelah Utara, berbatasan dengan Kecamatan Kadungora, Sebelah

Timur, berbatasan dengan Kecamatan Leuwigoong, Sebelah Selatan, berbatasan

dengan Kecamatan Tarogong Kaler, Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten

Bandung,

Daerah sebelah utara dan barat secara umum merupakan daerah dataran

tinggi dengan kondisi alam berbukit-bukit dan pegunungan, sedangkan kondisi

alam sebelah barat sebagian besar permukaan tanahnya memiliki kemiringan

(24)

35

(25)

36

Angga Gumbira Hidayat, 2013

Kabupaten Garut dengan memiliki iklim tropis, curah hujan yang cukup

tinggi, hari hujan yang banyak dan lahan yang subur serta ditunjang dengan

banyaknya aliran sungai baik yang bermuara kepantai selatan maupun kepantai

utara jawa hal ini yang menyebabkan sebagian besar dari luas wilayahnya

dipergunakan untuk lahan pertanian, termasuk lahan pertanian akarwangi yang

kan diteliti penulis.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sumaatmaja (1988:122) “populasi adalah keseluruhan gejala (fisis,

sosiala, ekonomi), individu (manusia baik perseorangan maupun kelompok),

kasus (maslah, peristiwa tertentu) yang ada pada ruang tertentu’. Menurut Tika

M. Pabudu (2005:24) menyatakan bahwa : “Populasi adalah himpunan individu

atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas”. Sedangkan menurut

Usman Husaini (2009:42) Populasi adalah “semua nilai baik hasil perhitungan

maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari pada karakteristik

tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas”.

Berdasarkan dari pengertian di atas, populasi yang akan diteliti meliputi

populasi manusia dan populasi wilayah. Populasi manusia adalah seluruh

petani yang bertempat tinggal di Kecamatan Leles Kabupaten Garut dan bermata

pencaharian sebagai petani budidaya akarwangi. Populasi manusia dibatasi pada

penduduk yang berada dalam batasan daerah penelitian budidaya akarwangi.

Sedangkan populasi wilayah merupakan semua kawasan pertanian budidaya

(26)

37

Angga Gumbira Hidayat, 2013

2. Sampel

Menurut Sumaatmadja (1988:112) “sample adalah merupakan bagian dari

populasi (cuplikan, contoh) yang mewakili populasi yang bersangkutan”.

Berdasarkan pengertian di atas untuk penarikan sampel tidak ada ketentuan angka

yang pasti mengenai besarnya jumlah sampel yang harus diambil yang penting

adalah sampel yang diambil tersebut respresentatif, artinya dapat mewakili

populasi yang ada.

Pada penelitian ini, terdiri dari dua jenis sampel, yaitu sampel wilayah dan

sampel manusia. Sampel wilayah diambil bedasarkan deliniasi peta karena

mengingat sifat-sifat sampel wilayah yang dibagi-bagi kedalam unit lahan dipilih

bedasarkan overlay peta administratif, peta geologi, Peta tanah, kemiringan

lereng, penggunaan lahan.

a. Sampel Manusia

Sampel manusia diambil dari beberapa petani (petani penggarap, petani

bukan penggarap, penggarap, buruh tani).

Penarikan sampel untuk petani akarwangi dilakukan menggunakan teknik

aksidental. Menurut Sugiyono (2002:60) “Aksidental sampling adalah teknik

penentuan sampel berdasarkan kebetulan bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sebagai sampel bila dipandang orang yang kebetulan ini cocok sebagai

sumber data”. Alasan menggunakan teknik aksidental sampling karena petani

akarwangi di Kecamatan Leles tidak bisa ditetapkan berapa jumlah

keseluruhannya. Kalau ditetapkan jauh-jauh hari, tidak menutup kemungkinan

pada saat di lakukan penelitian, petani tidak sedang menanam akarwangi dan

(27)

38

Angga Gumbira Hidayat, 2013

Berdasarkan uraian di atas petani akarwangi, yang secara tidak sengaja

bertemu pada hari yang telah ditentukan peneliti merupakan sampel penelitian.

Adapun penentuan jumlah sampel dari populasi yang diteliti berpedoman pada

Tika (2005:3) yang mengemukakan “sampel saat ini belum ada ketentuan yang

jelas tentang batasan minimal besarnya sampel yang diambil dan dapat mewakili

suatu populasi yang akan diteliti, namun dalam teori sampling dikatakan bahwa

sampel yang terkecil dan dapat mewakili distribusi normal adalah 30”. Atas dasar

tersebut maka sampel petani akarwangi ditetapkan sebanyak 30 orang.

b. Sampel Wilayah

Sampel wilayah dalam penelitian ini adalah lahan budidaya tanaman

akarwangi yang diambil mengikuti sampel petani di Kecamatan Leles Kabupaten

Garut. Sampel wilayah ini diambil pada lahan akarwangi yang ada di Desa

Lembang, dan desa Dano.

D. Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (2006:118) “variabel penelitian adalah segala sesuatu yang

menjadi objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel tunggal karena

sifatya hanya mendeskripsikan saja, tidak ada uji korelasi atau mencari pengaruh

sehingga tidak diperlukan adanya variabel bebas dan variabel terikat. Penelitian

ini hanya memerlukan suatu indikator yang dalam hal ini terdiri dari faktor-faktor

geografis yang secara teoritis berupa faktor fisik dan faktor sosial apa saja yang

mempengaruhi penurunan produktivitas budidaya akarwangi di Kecamatan

lelesKabupaten Garut, deskripsi mengenai persebaran lokasi budidaya akarwangi

(28)

39

Angga Gumbira Hidayat, 2013

E. Alat Pengumpul Data 1. Alat Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis memerlukan instrumen yang

mendukung. Alat pengumpul data yang digunakan untuk mengumpulkan data di

lapangan adalah sebagai berikut :

a. Ceklist lapangan/pedoman wawancara untuk mengetahui data fisik dan sosial

lapangan secara langsung dengan melakukan observasi langsung ke

lapangan.

Variabel Bebas (x) : A. Kondisi Fisik Wilayah

Penelitian 1. Iklim

2. Curah Hujan 3. Suhu

4. Kelembaban 5. Kemiringan lereng 6. Geologi

7. Drainase (ketersediaan sumber air)

8. Penggunaan lahan 9. Intensitas penyinaran

matahari)

B. Kondisi Sosial Wilayah Penelitian

1. Tingkat pendidikan 2. Jenis mata pencaharian 3. Pengolahan lahan 4. Pola penanaman 5. Jenis pemasaran

C. Cara untuk Menanggulangi Perubahan Produksi

1. Strategi 2. Kebijakan

Variabel Terikat (y) Penyebab perubahan produksi budidaya akarwangi (Vetiveria

(29)

40

Angga Gumbira Hidayat, 2013

b. Kamera, untuk pengambilan gambar digunakan untuk mendokumentasikan

objek penelitian di lapangan.

c. Global Positoning System (GPS) untuk lebih menetukan letak kawasan

perkebunan akarwangi di Kecamatan Leles Kabupaten Garut yang dijadikan

daerah penelitian.

2. Bahan Penelitian a. Peta Rupabumi lembar :

1) Peta rupabumi 25.000 lembar 1208-641 Samarang

2) Peta rupabumi 25.000 lembar 1208-642 Garut

3) Peta rupabumi 25.000 lembar 1208-643 Majalaya

4) Peta rupabumi 25.000 lembar 1208-644 Leles

Digunakan untuk memperoleh data utuh dan tunggal yang akan dijadikan

peneliti sebagai daerah penelitian.

b. Peta geologi skala 100.000 lembar Garut, untuk mengetahui jenis batuan

yang tersebar di daerah penelitian.

c. Monogarfi Kecamatan dan Desa beserta data-data sekunder lain yang

diperoleh dari berbagai sumber berisi informasi-informasi yang menunjang

terhadap objek yang ditelti.

d. Sumber atau buku-buku yang relevan, data monografi dan data badan pusat

statistic Kabupaten Garut yang digunakan sebagai bahan informasi sekunder

penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik mengumpulan data merupakan langkah penting dalam penelitian,

(30)

41

Angga Gumbira Hidayat, 2013

teknik pengumpulan data, peneliti tidak akan mendapatkan data yang diharapkan.

Dalam proses pengumpulan data dilakukan dengan alat pengumpul data berupa

instrument.

Dalam penelitia ini teknik dan instrument penelitian dalam proses

pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik yaitu :

1. Observasi Lapangan

Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang

ada pada objek penelitian. (Tika 2005:44). Observasi pada penelitian ini yaitu

pengamatan dan pencatatan secara sistematik tentang fenomena-fenomena yang

akan di teliti, menggunakan cek list lapangan yang berisi mengenai aspek-aspek

yang mempengaruhi perubahan produksi budidaya akrwangi di Kecamatan Leles

Kabupaten Garut, agar mendapatkan gambaran jelas mengenai data fisik objek

kajian. Alat observasi lapangan lainnya yaitu peta Rupabumi Indonesia, kamera

digital dan kompas atau GPS (Global Positioning System). Dari data observasi

lapangan didapatkan data primer yang menunjang dalam penelitian.

2. Interpretasi peta

Gambaran umum mengenai kondisi lokasi penelitian, dalam hal ini

penentuan sampel wilayah. Sampel tersebut bisa dilihat dari peta rupa bumi

dengan menentukan sampel bedasarkan kriteria tertentu, seperti penentuan sampel

wilayah bedasarkan kemiringan lereng, struktur geologi, ketinggian tempat, serta

penggunaan lahan. Dalam penelitian ini, sampel wilayah yang diambil bedasarkan

interpretasi peta adalah pengambilan plot pengembangan budidaya akarwangi

[image:30.595.99.513.224.625.2]
(31)

42

Angga Gumbira Hidayat, 2013

3. Wawancara

Nasution dalam Tika (2005:49) “wawancara adalah suatu bentuk komunikasi

verbal. Jadi, semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi”.

Penelitian ini dilakukan wawancara dengan tujuan untuk mendapat informasi

dengan cara bertanya langsung kepada responden dengan menggunakan pedoman

wawancara/daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden. Teknik

wawancara ini dilakukan dengan cara peneliti datang langsung ke lapangan,

kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat pada pedoman

wawancara kepada penduduk yang dijadikan responden, sehingga menghasilkan

data sekunder yang dibutuhkan, untuk mengetahui jumlah petani penggarap,

jumlah petani yang mempunyai lahan, jumlah tempat penyulingan akarwangi,

serta hasil produksi dari penyulingan akarwangi di Kecamatan Leles Kabupaten

Garut.

4. Studi literatur

Melalui studi literatur di peroleh konsep-konsep yang relevan dengan

masalah penelitian yang di kumpulkan dari berbagai literatur, yaitu dengan cara

mengkaji literatur baik yang berupa buku-buku ataupun artikel-artikel yang

berhubungan dengan pengembangan budidaya, perkebunan dan lainnya.

5. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi dalam pengumpulan data dilakukan untuk mengumpulkan

data sekunder berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian

seperti surat kabar, majalah, buku, instansi terkait, dan lain-lain.

Untuk mempermudah jalannya penelitian maka aspek-aspek yang akan

(32)

43

Angga Gumbira Hidayat, 2013

kisis-kisi instrument dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Table 3.1

Kisi – Kisi Instrumen Penelitian No Aspek dan

Sub Aspek

Indikator Bentuk Instrumen

Sasaran

1 Faktor Fisik Lokasi Format Observasi

Observasi Lapangan

Iklim Format Observasi Tanah Format

Observasi Hidrografi Format

Observasi 2 Kondisi

Sosial

Modal Format Wawancara

Petani Akarwangi

Teknologi dan Inovasi

Format Wawancara Tenaga Kerja Format

Wawancara Organisasi dan

Manajemen

Format Wawancara 4 Budidaya

Akarwangi

Jenis Tanaman Format wawancara Petani Akarwangi Analisis Lokasi Pertanian Format wawancara

Pemasaran Format Wawancara Penurunan Format

Observasi Sumber : Hasil Klasifikasi Proses Perolehan Data

G. Teknik Pengelolahan Data

Langkah yang akan dilakukan peneliti dalam pengolahan data hasil penelitian

secara sistematis adalah sebagai berikut :

1. Tahap persiapan atau mengoleksi data, langkah ini dimaksudkan untuk

mengetahui kelengkapan data yang terkumpul melalui instrument penelitian

[image:32.595.98.510.172.627.2]
(33)

44

Angga Gumbira Hidayat, 2013

2. Editing data Editing data adalah penelitian kembali data yang telah

dikumpulkan dengan menilai apakah data yang telah dikumpulkan tersebut

cukup baik atau relevan untuk diproses atau diolah lanjut cukup baik dan

relevan dengan tujuan penelitian (Tika 2005:63).

3. Coding adalah usaha pengklasifikasian/pengelompokan jawaban menurut

macamnya. Coding data harus dilakukan secara konsisten karena hal tersebut

sangat menentukan reabilitas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah

data tersebut memenuhi atau belum terhadap pertanyaan peneliti. (Tika 2005

: 64).

4. Tabulasi data yaitu hasil dari editing dan coding di atas, data tersebut

kemudian disusun dan disajikan dalam bentuk tabel, gambar, bagan, dan

peta.

5. Interpretasi dan kompilasi peta, langkah ini dilakukan dengan memanfaatkan

data sekunder berupa peta – peta agar diperoleh informasi yang berhubungan

dengan unit lahan yang selanjutnya digunakan untuk menentukan sampel

wilayah dan penentuan sampel lahan perkebunan akarwangi di Kecamatan

Leles kabupaten Garut.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

deskriptif yakni dengan menggunakan analisis SWOT . Analisis SWOT adalah

identifikasi berbagai faktor secara sistematis yang merumuskan strategi

perusahaan. Dalam (Rangkuti 1998 :18) analisis SWOT didasarkan pada logika

yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities),

(34)

45

Angga Gumbira Hidayat, 2013

ancaman (Treath). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan

dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan pada suatu sektor

kegiatan yang ada pada suatu daerah dalam hal ini adalah Budidaya Akarwangi,

dimana analisis tersebut dikelompokn kedalam pertanyaan – pertanyaan berikut :

1. Strength , adalah analisis mengenai faktor yang menjadi kekuatan dalam

pengembangan budidaya akarwangi.

2. Weaknes, adalah analisis mengenai faktor yang menjadi kelemahan dalam

pengembangan budidaya akarwangi.

3. Oportunty adalah analisis mengenai faktor yang menjadi peluang dalam

pengembangan budidaya akarwangi.

4. Threat adalah analisis mengenai faktor yang menjadi ancaman dalam

pengembangan budidaya akarwangi.

Menurut Wulandari dalam Somantri (2011 : 40) “Analisis SWOT dilakukan

dengan menggunakan data kuantitatif dan deskriptif melalui pendekatan matriks

SWOT”. Masing – masing unsur dihubungkan keterkaitannya untuk memperoleh

beberapa alternatif strategi. Strategi tersebut dimaksudkan adalah untuk

mengkonsolidasikan faktor – faktor eksternal strategis (peluang dan ancaman)

dengan faktor – faktor internal strategis (kekuatan dan kelemahan). Hubungan

(35)

46

[image:35.595.98.511.143.644.2]

Angga Gumbira Hidayat, 2013

Table 3.2 Matriks SWOT Faktor

Internal Faktor

Eksternal

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O)

Strategi SO

Strategi yang disusun untuk memanfaatkan kekuatan yang ada dalam upaya meraih peluang

Strategi WO

Strategi yang disusun untuk menutupi atau mengurangi kelemahan yang ada dalam upaya meraih peluang

Ancaman (T)

Strategi ST

Strategi yang disusun untuk memanfaatkan kekuatan yang ada dalam upaya meghadapi ancaman

Strategi WT Strategi yang disusun untuk menutupi atau mengurangi kelemahan yang ada dalam upaya menghadapi ancaman

(36)

Angga Gumbira Hidayat, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Faktor-faktor Penyebab Penurunan

Produktsi Budidaya Akarwangi di Kecamatan Leles Kabupaten Garut dan cara

Menanggulanginya” maka sebagai bab terakhir penulisan skripsi ini,

dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi mengenai hasil penelitian.

A. Kesimpulan

Adapun yang menjadi kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Budidaya akarwangi dipengaruhi oleh aspek fisik lokasi dan aspek sosial

budidaya, aspek-aspek tersebut dapat menjadi faktor pendukung (kekuatan

dan peluang) maupun faktor penghambat (kelemahan dan ancaman) bagi

penurunan produksi budidaya akarwangi itu sendiri adapun aspek-aspek

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Aspek Fisik

1. Kecamatan Leles termasuk kedalam iklim C (agak Basah) dengan

rata-rata curah hujan pertahun 2.018,3 mm/tahun dan suhu harian sekitar

210C-240C, menjadikan cuaca di daerah ini relatif hangat sepanjang

tahun sehingga apabila ditinjau peruntukannya sebagai lokasi budidaya

tanaman Akarwangi maka lokasi tersebut cocok, karena karakteristik

dari Budidaya tanaman Akarwangi sendiri merupakan tanaman yang

tidak tahan akan cuaca yang eksteam baik terlalu dingin maupun terlalu

panas. Terbukti bahwa tanaman budidaya Akarwangi yang

dibudidayakan di wilayah yang bersuhu hangat memiliki kualitas dan

(37)

120

Angga Gumbira Hidayat, 2013

2. Kondisi topografi budidaya yang berbukit, dengan kemiringan lereng

yang landai, kondisi tersebut mengakibatkan lahan budidaya akarwangi

dapat menghampar dengan luas, demikian juga tanaman budidaya

akarwangi dapat tumbuh dengan baik tanpa adanya hambatan begitu

berarti, kendati demikian sebagian lokasi budidaya akarwangi ada yang

berada tepat di punggung gunung api Guntur yang memiliki topografi

lumayan curam, hal yang paling mengamcam adalah erosi dan longsor,

apalagi dengan kondisi tanah yang berpasir memiliki sifat labil, namun

untuk sekarang lokasi budidaya di sekitar punggung gunung api Guntur

mulai di tinggalkan, selain karena berkurangnya jumlah lahan budidaya

akarwangi dan beralih ke tanaman lain, memang para petani tidak mau

rngambil resiko.

3. Lokasi budidaya akarwangi memiliki jenis tanah Podsolik yang

merupakan tanah yang memiliki tingkat kesuburan sedang. Tanahnya

berwarna merah atau kekuning-kuningan. Tanah podsolik mempunyai

karakteristik tekstur yang lempung atau berpasir dengan PH rendah serta

memiliki kandungan unsur aluminium dan besi yang tinggi. Karekteristik

lain yang dapat ditemui pada tanah podsolik adalah daya simpan unsur

hara sangat rendah karena bersifat lempung yang beraktivitas rendah,

kejenuhan unsur basa seperti K, Ca, dan Mg, rendah sehingga tidak

memandai untuk tanaman semusim, kadar air sangat rendah sehingga

mudah mengalami kekeringan, tanah ini merupakan jenis tanah yang

(38)

121

Angga Gumbira Hidayat, 2013

4. Lokasi pertanian budidaya akarwangi dari sumber air cukup dekat sekitar

5 m sudah terdapat mata air untuk lokasi yang berada di atas, dan sekitar

3 m terdapat sungai untuk lokasi yang berada di bawah, akan tetapi untuk

sekarang kondisi mata air dan sungai tidak seperti dahulu lagi, sekarang

harus di lakukan penyiraman minimal 2 kali dalam seminggu sehingga

bisa menambah beban untuk para petani. Dengan kondisi yang sekarang

ini, curah hujan yang kurang dan ketersediaan air yang menurun

membuat para petani terutama yang bermodal kecil kewlahan karena

harus melakukan biaya tambahan untuk penyiraman, dimana harus

melakukan penyedotan air dari sungai dan dialirkan melalui selang ke

lokasi budidaya akarwangi, maka dari itu banyak petani yang beralih ke

tanaman lainnya.

b. Aspek Sosial

1. Budidaya akarwangi di Kecamatan Leles terjadi pada kisaran tahun

1990-1995 dari 750 ha lahan yang di garap para petani menjadi 444 ha,

bahkan pada tahun 2000-2005 mengalami penurunan lagi dari 444 ha

menjadi 240 ha, juga dari tahun 2005-2010 mengalami penurunan

kembali menjadi 52 ha, dan sekarang ahan pertanian bududaya

akarwangi di Kecamatan Leles hanya menyisakan 3 ha lahan saja, itupun

petani yang masih bertahan adalah petani yang memiliki modal yang

besar. Banyak sekali faktor yang menyebabkan berkurangnya lahan

pertanian budidaya akarwangi di Kecamatan Leles, salah satunya dalah

beralih fungsi lahan pertanian dari budidaya akarwangi menjadi tanaman

(39)

122

Angga Gumbira Hidayat, 2013

petani merasa usaha budidaya akarwangi tidak menggiurkan lagi karena

para petani sulit untuk memasarkan hasil produksinya karena tidaj

aktifnya koperasi tani untung menampung hasil panen para petani.

2. Dalam penurunannya jumlah modal tetap untuk budidaya tanaman

akarwangi mengalami penurunan yang signifikan karena kebanyakan

kepemilikan lahan untuk budidaya daya akarwangi adalah lahan sewaan

dari lahan carik desa-desa yang ada d Kecamatan Leles dengan sistem

kontrak. Dengan berjalannya waktu harga sewa lahan untuk budidaya

akarwangi pun mengalami kenaikan sehingga memberatkan para petani

untuk membayar sewa lahan karena hasil panen dari produksi budidaya

akarwangi dari tahun ketahun mengalami penurunan, sehingga banyak

petani yang berpindah ke jenis tanaman lain untuk menutupi pembayaran

harga sewa lahan. Penurunan jumlah modal tidak tetap terjadi antara

kisaran tahun 2000 sampai sekarang, dimana pada tahun 1990-2000

banyak sekali dana pinjaman dari bank, koperasi bahkan dari sumber

yang lain, akan tetapi ketika memasuki tahun 2005- sekarang bantuan

tersebut tidak bisa di nikmati lagi oleh para petani, yang tentu saja akan

membuat semakin berat petani untuk melakukan produksi budidaya

akarwangi karena bantuan atau pinjaman modal sudah tidak ada.

3. Jumlah tenaga kerja pada sepuluh tahun terakhir hingga sekarang

mengalami penurunan, terutama pada tahun 1995-2000 penurunan terjadi

hampir 50%, begitupan pada tahun 2000-2005 terjadi lagi penurunan

kuantitas yang sangat drastis, sampai sekarang petani akarwangi yang

(40)

123

Angga Gumbira Hidayat, 2013

produksi budidaya akarwangi pun dari tahun ketahun semakin menurun,

banyal sekali faktor yang mempengaruhi berkurangnya jumlah tenaga

kerja pada budidaya akarwangi, selain beralih ke jenis tanaman lain, juga

banyaknya petani yang beralih profesi dari petani menjadi pedagang atau

pelayan jasa lainnya yang di anggap lebih menguntungkan.

4. Bahwa hasil panen dari tauhun ke tahun mengalami penurunan yang

signifikan, hasil panen yang terus merosot ini diakibatkan berkurangnya

lahan pertanian budidaya akarwangi di Kecamatan Leles, karena bnyak

petani pemilik lahan yang mengalihkan lahannya dari tanaman

akarwangi ke tanaman lain seperti Jagung, Tembakau, dan tanaman

sayur lainnya. Hal ini terjadi karena para petani akarwangi menganggap

produksi akarwangi tidak menguntungkan lagi karena sulitnya

memasarkan hasil panen. Padahal harga jual hasil panen budidaya

akarwangi dari tahun ketahun mengalami kenaiakan, walau demikian hal

ini tidak sebanding dengan modal yang harus di keluarkan oleh para

petani yang dari tahun ketahun semakin tinggu pula. Kenaikan harga jual

hasil panen ini menurut para petani tidak dapat menutupi modal yang

semakin besar dikeluarkan para petani tiap tahunnya, di tambah lagi

banyak biaya lain yang membebani para peani, sehingga banyak petani

yang memilih meninggalkan budidaya akarwangi dan beralih ke jenis

budidaya tanaman lain.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka rekomendasi yang diajukan dalam

(41)

124

Angga Gumbira Hidayat, 2013

akarwangi di Kecamatan Leles adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendayagunakan kekuatan yang dimiliki Kecamatan Leles dalam

rangka menanggulangi penurunan bididaya akarwangi, maka perlu

membuka peluang seluas-luasnya melalui kegiatan sosialisasi,

penyuluhan, dan peletihan bagi para petani di kecamatan Leles

khususnya untuk lebih bisa lagi menanggulangi penurunan produktivitas

budidaya akarwangi.

2. Untuk menanggulangi penurunan produksi budidaya akarwangi di

Kecamatan Leles maka perlu diadakannya perbaikan dan penataan ulang

aspek-aspek penunjang budidaya seperti, luas lahan, modal, hasil panen,

tenaga kerja, serta memanfaatkan kerja sama dengan pemerintah

setempat dan berbagai pihak untuk mendapatkan bimbingan intensif

mengenai budidaya akarwangi dan mengambil kesempatan berbagai

bantuan modal untuk memperluas skala usaha.

3. Untuk mengurangi dan mengantisipasi ancaman dengan

mendayagunakan kekuatan yang tersisa dalam kegiatan menanggulangi

penurunan budidaya akarwangi di Kecamatan Leles maka diperlukan

usaha mencari solusi pengganti bahan bakar penyulingan dari minyak

tanah ke bahan bakar lain, dan meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil

budidaya, dan memeperbaiki rantai pemasaran supaya produk

diupayakan dapat sampai secara langsung kepada konsumen akhir.

4. Untuk mengurangi kelemahan dan ancaman yang dihadapi dalam

penanggulangan penurunan produktivitsa budidaya akarwangi di

(42)

125

Angga Gumbira Hidayat, 2013

untuk lebih bergairah lagi membudidayakan tanaman akarwangi dengan

mengadakan whroksop atau penyuluhan dari Dinas Perkebunan

Kabupaten Garut mengenai budidaya akarwangi dan keuntungan

membudidayakan akarwangi, serta membuka program bantuan modal

bagi para petani akarwangi untuk berminat kembali membudidayakan

tanaman akarwangi.

5. Dalam penelitian ini penulis belum menyentuh pada analisis strategi

untuk dijadikan kebijakan, strategi dalam penelitian ini hanya merupakan

rekomendasi bagi semua pihak yang terkait dengan kegiatan

penanggulangan faktor-faktor penyebab penurunan produksi budidaya

akarwangi di Kecamatan Leles serta bagi peneliti selanjutnya untuk

dapat mengkaji lebih dalam mengenai permasalahan-permasalahan

lainnya dalam kaitannya dengan penurunan perodusi agribisnis di suatu

tempat.

(43)

Angga Gumbira Hidayat, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, suharsimi. (2006). Prosedur Penilitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta : Rika Cipta.

Armando, Rochim. (2009). Memproduksi Minyak Astiri Berkualitas Jilid 15. Penebar Swadaya. Jakarta.

Darmawijaya, M. Isa. (1990). Klasifikasi tanah (Dasar Teori bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Dinas Sumberdaya Air dan Pertambangan Kabupaten Garut. 2011

Hadi, Saeful. (2003). Pengaruh Perikanan Empang Parit (Silvofisheri) Terhadap Kehidupan Petani Tambak Di Kecamatan Batujaya Kabupaten Karawang. Bandung : Skripsi FPIPS UPI. Tidak diterbitkan.

Kabupaten Garut Dalam Angka Tahun (2011). Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut. 2011

Kartasapoetra, A.G, Ir. (2004). Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta : Bumi Aksara.

Ketaren, S . (1985). Pengantar Teknologi Minyak Astiri. Penerbit Balai Pustaka. Jakarta.

Kurniawan, Toni (2005). Kajian potensi Wilayah Dalam Pengembangan

Kawasan Agropolitan (studi Kasus di Desa Sukatani Kecamatan

Pacet dan Desa Sindanglaya Kecamatan Cipanas Kabupaten

Cianjur). Bandung : Skripai FPIPS UPI . Tidak diterbitkan.

Mubyarto. (1991). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta :LP3ES.

Nurmala, Tati dkk. (2012). Pengantar Ilmu Pertanian. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.

Oktapama Tri, (2006). Pengaruh Harga Faktor-Faktor Produksi Terhadap Pertanian Padi Di Tarung Kabupaten Tapanuli Utara. Medan : Skripsi Fakultas Ekonomi USU. Tidak Diterbitkan.

Perda Kabupaten Garut. (1996). Ketetapan luas Areal Perkebunan Akarwangi dan Penegmbangannya. Garut : Tidak diterbitkan.

Profil Desa Dano Kecamatan Leles Kabupaten Garut, 2011

(44)

127

Angga Gumbira Hidayat, 2013

Rangkuti , Fredi. (1998). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama

Sandy, I made. (1985). Republik Indonesia Geografi Regional. Jurusan Geografi FPMIPA UI. Jakarta.

Sastropoetro, S. (1986). Partisipasi , Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional. Bandung : Alumni

Setyani Haryadi, Sri. (2002). Pengantar Agronomi. PT. gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sirait, Hakiki (2005). Analisis Strategi Pemasaran Daging Sapi pada CV .

Duta Mandiri Abadi. Bogor : Skripsi FE IPB. Tidak Diterbitkan

Sumaatmadja. Nursid. (1988). Study Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan. Bandung : Alumni.

Soekartawi. (1993). Agribisnis Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo.

Tika. Pabundu. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Bumi Aksara

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002.

Usman. Husaini, (2009). Manajemen Teori, Praktek dan Riset Pendididkan, Jakarta : Bumi Aksara.

Utoyo Bambang, (1990). Pengaruh Budidaya Tanaman Akarwangi (Usar) Terhadap Tingkat Erosi Tanah Di Kecamtan Samrang Kabupaten Garut. Bandung : Skripsi FPIPS UPI. Tidak Diterbitkan.

Widodo,Sri. (2003) Peran Agribisnis Usaha Kecil dan Menengah Untuk Memperkokoh Ekonomi Nasional .Yogyakarta: Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada

Winardi, Bagus (2011). Produktivitas Budidaya pado Organik di Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur. Bandung : Skripsi FPIPS UPI. Tidak diterbitkan

Gambar

Tabel  1.1        Penurunan Produksi Akarwangi di Kecamatan Leles ........................
Tabel 1.1 Perubahan Produksi Akarwangi di Kecamatan Leles
Gambaran umum mengenai kondisi lokasi penelitian, dalam hal ini
Table 3.1   Kisi Instrumen Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian diatas keseluruhan menujukkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan dengan nilai lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis penelitian diterima yaitu terdapat

(ernyataan yang paling tepat pencegahan decu"itus adalah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) komponen yang dibiayai di Rumah Bahasa Surabaya adalah biaya langsung yang terdiri dari biaya operasional pembelajaran dan

Saham merupakan bukti penyertaan modal dalam suatu kepemilikan saham perusahaan atau yakni surat berharga yang menunjukkan bagian kepemilikan atas suatu perusahaan, Bambang Riyanto

Variabel yang berada pada kuadran C adalah variabel yang memiliki tingkat performance dan importance relatif rendah. Walaupun tingkat harapan pelanggan rendah namun performance

Berdasarkan hasil penelitian, penelitian terhadap kajian Etika dan Estetika Cerita Panji Sekar Karya Sunan Pakubuwono IV menjelaskan tentang nilai etika dan unsur estetika

kedokteran sudah sedemikian maju namun sampai detik ini hanya ada tiga jenis organ yang dapat dipindahkan dari donor hidup dari satu tubuh ke tubuh orang lain dan hanya

Sebagian besar responden dengan postur tubuh tidak simetris memiliki kebiasaan menggunakan tas punggung yang berat hanya pada satu sisi dan sebagian lainnya