• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Etika dan Estetika Cerita Panji Sekar Karya Sunan Pakubuwono IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Nilai Etika dan Estetika Cerita Panji Sekar Karya Sunan Pakubuwono IV"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 24

Nilai Etika dan Estetika Cerita Panji Sekar

Karya Sunan Pakubuwono IV

Oleh: Bagas Arjiantoro

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa bagas_arjiantoro@yahoo.co.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan nilai-nilai etika cerita

Panji Sekar karya Sunan Pakubuwono IV; (2) mendeskripsikan unsur-unsur estetika cerita Panji Sekar karya Sunan Pakubuwono IV. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian

kualitatif, sehingga menghasilkan data deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah cerita Panji Sekar karya Sunan Pakubuwono IV yang merupakan terbitan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia Dan Daerah, sedangkan data dalam penelitian ini adalah kutipan-kutipan yang memuat nilai etika dan unsur-unsur estetika dalam cerita Panji Sekar. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu teknik pustaka dan teknik catat. Instrumen penelitian dalam penelitian ini yaitu peneliti sendiri atau human instrument di mana peneliti sendiri yang aktif dalam mencari data melalui teks cerita dan pustaka penunjung lainnya. Teknik analisis data dalam penelitian ini melalui pengadaan data, reduksi data, inferensi, analisis, untuk selanjutnya disimpulkan. Dalam proses penerjemahannya, penulis menerjemahkan menggunakan terjemahan bebas yaitu dengan mencari terjemahan kata-kata yang sukar dan sulit dipahami melalui Kamus Baoesastra Djawa dan Kamus Jawa Kuna Indonesia. Dalam melakukan penerjemahan, penulis menerjemahkan per klausa dengan tujuan agar terjemahan yang dihasilkan tidak jauh dari inti cerita. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: (1) nilai etika yang terdapat dalam cerita Panji Sekar meliputi nilai etika keselarasan sosial dan etika kebijaksanaan. Nilai etika keselarasan sosial membahas tentang etika yang hubungannya dengan sikap, tingkah laku, dalam hal interaksi atau hubungan sosial dalam masyarakat. Nilai etika keselarasan sosial yang terdapat dalam cerita Panji

Sekar ada tujuh indikator yang ditemukan dari tembang dhandhanggula, kinanthi, mijil, gambuh, sinom, dan duduk wuluh. Kajian utama dalam etika kebijaksanaan diantaranya pitutur luhur, pesan-pesan ajaran hidup, yang berpedoman pada pergaulan dalam

masyarakat; (2) unsur-unsur estetika dalam cerita Panji Sekar karya Sunan Pakubuwono IV meliputi: basa peprenesan terdapat 9 indikator, basa rinengga terdapat 9 indikator,

bebasan terdapat 7 indikator, dasanama terdapat 7 indikator, kosok balen terdapat 13

indikator, paribasan terdapat 2 indikator, pepindhan terdapat 10 indikator, purwakanthi terdapat 13 indikator, tembung entar terdapat 4 indikator, tembung plutan terdapat 13 indikator, tembung saroja terdapat 9 indikator, ukara sesumbar terdapat 6 indikator,

yogyaswara terdapat 3 indikator.

Kata Kunci: Etika, Estetika, cerita Panji Sekar

Pendahuluan

Karya sastra merupakan hasil ciptaan bahasa yang indah atau hasil kehidupan jiwa yang terjelma dalam tulisan atau bahasa tulis yang menggambarkan atau mencerminkan peristiwa kehidupan masyarakat atau anggota masyarakat. Karya

(2)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 25 sastra adalah karya imajinatif pengarang yang menggambarkan kehidupan masyarakat pada waktu karya sastra itu diciptakan. Kehadiran sastra diterima sebagai salah satu realitas sosial budaya. Karya sastra tidak saja dinilai sebagai sebuah karya seni yang memiliki budi, imajinasi, dan emosi, tetapi telah dianggap sebagai suatu karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi emosi dan intelektual. Salah satu hasil karya sastra yang berbentuk tembang dan memiliki nilai etika dan estetika yaitu cerita Panji Sekar. Panji Sekar dahulunya diuraikan berupa cerita wayang Gedhog yang kemudian digubah oleh Sunan Pakubuwono IV, yang sekarang dibuat dalam bentuk tembang. Di dalam cerita Panji Sekar isinya memuat tiga puluh pupuh tembang, di antaranya dhandhanggula dengan jumlah 41 bait, kinanthi dengan jumlah 67 bait, pangkur dengan jumlah 85 bait, durma dengan jumlah 128 bait, sinom dengan jumlah 91 bait, asmaradana dengan jumlah 121 bait, mijil dengan jumlah 37 bait, gambuh dengan jumlah 129 bait, pocung dengan jumlah 114 bait, megatruh dengan jumlah 31 bait, duduk wuluh dengan jumlah 23 bait.

Cerita Panji Sekar menceritakan tentang kisah raja-raja di tanah Jawa maupun raja-raja dari luar tanah Jawa. Selain itu, cerita Panji Sekar juga menceritakan tentang kisah Panji dan Dewi Sekar Taji. Di dalam cerita Panji Sekar banyak mengandung nilai-nilai positif yang dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari, seperti nilai moral, pendidikan, budaya, dan lain sebagainya. Cerita Panji Sekar juga menceritakan tentang nilai-nilai kepahlawanan yang dapat dijadikan sebagai pedoman hidup. Dalam cerita Panji Sekar pengarang menyampaikan dengan ragam bahasa yang indah sehingga dapat dikatakan estetis karena penggunaan bahasanya. Di dalam karya sastra, estetika sastra Jawa yang terdapat dalam cerita Panji Sekar sangat beragam jenisnya. Sedangkan etika Jawa dalam cerita Panji Sekar terdapat dalam narasi yang menyatakan sikap, tindakan, dan tuturan. Etika yang dimaksud secara garis besar meliputi etika kebijaksanaan dan etika keselarasan sosial. Pengarang tentu mempunyai maksud dan tujuan yang disampaikan melalui karyanya yaitu supaya pembaca merasa terhibur dan dapat mengambil sisi baik (etika) dalam karya sastra. Unsur etika dan estetika dalam cerita Panji Sekar

(3)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 26 membentuk sebuah kesatuan yang saling berkaitan. Sebuah karya dinilai estetik jika terdapat etika di dalamnya. Etika merupakan falsafah hidup seseorang, etika yang halus akan merujuk pada sesuatu yang indah. Dengan demikian, cerita Panji Sekar dapat dijadikan sebagai pengetahuan atau bahan pengajaran untuk mencapai keluhuran hidup atau pelajaran hidup, karena sarat akan nilai-nilai yang dapat direalisasikan di kehidupan yang nyata.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian tentang etika dan estetika cerita Panji Sekar karya Sunan Pakubuwono IV ini dilakukan di kediaman peneliti sendiri. Penelitian ini bersifat personal dan tidak terlalu terikat dengan waktu, tetapi peneliti setiap harinya melakukan analisis data penelitian. Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah cerita Panji Sekar karya Sunan Pakubuwono IV terbitan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia Dan Daerah tahun 1979 dengan tebal 94 halaman. Data dalam penelitian ini adalah kutipan-kutipan yang memuat nilai etika dan unsur-unsur estetika dalam cerita Panji Sekar karya Sunan Pakubuwono IV.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pustaka dan teknik catat untuk pengumpulan data. Instrumen penelitian dalam penelitian ini yaitu peneliti sendiri atau human instrument. Dalam penelitian ini peneliti sendiri yang aktif dalam mencari data melalui teks cerita dan pustaka penunjang lainnya. Peneliti bertindak sebagai perencana dan pelaksana dalam penelitian. Peneliti membaca berulang-ulang teks cerita dan menandai kutipan langsung dan tak langsung. Peneliti juga dibantu dengan kartu, alat tulis (pensil, bolpoint), dan penghapus. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis konten atau content analysis, yang meliputi pengadaan data, reduksi data, inferensi, dan analisis. Dalam penelitian ini, pengecekan keabsahan atau validitas data menggunakan teknik triangulasi teori. Teknik penyajian data terhadap kajian etika dan estetika cerita Panji Sekar karya Sunan Pakubuwono IV disajikan dengan metode informal yaitu berupa kata-kata biasa atau uraian dalam bentuk tabel sebanyak lima belas tabel.

(4)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 27 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, penelitian terhadap kajian Etika dan Estetika Cerita Panji Sekar Karya Sunan Pakubuwono IV menjelaskan tentang nilai etika dan unsur estetika dalam cerita Panji Sekar. Data yang disajikan dalam penelitian ini berupa cerita yang di dalamnya memuat beberapa tembang, yakni tembang Dhandhanggula, Kinanthi, Pangkur, Durma, Sinom, Asmaradana, Mijil, Gambuh, Pocung, Megatruh, dan Duduk Wuluh. Hasil penelitian terhadap nilai etika berdasarkan teori yang dipakai menurut teori Frans Magnis Suseno yaitu etika keselarasan sosial dan etika kebijaksanaan, sedangkan hasil temuan terhadap unsur estetika dalam cerita Panji Sekar berdasarkan teori yang dipakai antara lain; basa peprenesan, basa rinengga, bebasan, dasanama, kosok balen, paribasan, pepindhan, purwakanthi, tembung entar, tembung plutan, tembung saroja, ukara sesumbar, dan yogyaswara.

Nilai etika yang terdapat di dalam cerita Panji Sekar, berikut ini adalah contohnya:

1. Etika Keselarasan Sosial Contoh:

1) “Sareng nembah marang sri bupati, kyana patih ngatur ken nawala, duk winaos bebukane, pamujya mring dewa gung, “Surat ulun katura mugi, rama prabu ing Daha, kang sampun li nuhung, kasusilaning narendra, ambeg santa pukulun, kang mugi-mugi, sampun rengat ing karsa.”

2) “Lungguh munggeng sor taru ki patih, wau sang akatong, dupi mulat ki patih praptane, gya ingawe kyana patih aglis umajeng wot sari, wus sumiweng ngayun.”

3) “Ratu kalih tan rukun, taha-tinaha salaminipun, ing Tarnate ratu sepuh den

ajeni, mring Bramakumara prabu, tan arsa mukul prang popor.”

2. Etika Kebijaksanaan Contoh:

1) “Catur aji kang umadeg aji, samya kadang rukun tan sulaya, nunggil

saparibawane, marma kaojat agung, kaluhuraning narapati, keringan

parangmuka, dhasar ratu catur, samya prawireng ngayuda, pamengkune mring wadya kinapti kapti, wit sumungkuning wadya.”

2) “Sri narendra ngungun duk miyarsi, angandika alon: “Yen mangkono paran

prayogane, dene si Panji nyata linuwih, heh wruhanta patih, durung ulap

(5)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 28 3) “Wus minggah prapteng muara, utusan atur udani, cundaka agya tur wikan, mring sagung para nerpati, rajeng Makasar nuli. Ki patih kinen

amethuk, lawan para punggawa, Sri Bramakumara Bramakumara aji, lan

pra nata methuk jawining teratag.”

Nilai estetika dalam cerita Panji Sekar, berikut ini adalah contohnya: 1. Basa Peprenesan

Contoh:

1) “Kang atebih malongo denya tumingal, dene saengga thathit, nalika lumumpat, sang Panji gebyar-gebyar, busana ingkang rinukmi, kataman

surya, sumunar anelahi.”

2) “Netrane retna kinardi, kumenyar lir wignya mulat, miwah kulit

wewolone, kadya kang jalma uripan, lamun dangu sinawang, lir mesem

nambrameng semu, wajanya kengis gumebyar.”

3) “Putri kadya kumaraning bumi, cahyane sumorot, midha wulan purnama

kenyare, sarira lus alurus respati, manis lindri-lindri, lir supraba nurun.”

2. Basa Rinengga Contoh:

1) “Catur aji kang umadeg aji, samya kadang rukun tan sulaya, nunggil saparibawane, marma kaojat agung, kaluhuraning narapati, keringan parangmuka, dhasar ratu catur, samya prawireng ngayuda, pamengkune mring wadya kinapti kapti, wit sumungkuning wadya.”

2) “Wusnya padhang sang Panji mangeka pada, mandra sara pinusthi,

saksana lumepas, kadya kilat gumebyar, wedharing hru maratani, wadya Makasar, kawanatus katapis.”

3) “Lamun siang angupaya peksi, miwah sato-sato, lamun dalu aneng

cungkup sare, mesu sarira tansah malady. Nengna taman sari, gantya kang

winuwus.”

3. Bebasan Contoh:

1) “Cahyaning wulan mawelu, ima manda ana wengi, kadyeng gane sung sasmita, manglayung-layung weh resmi, wanesmu yayah sungkawa, kesahira sang Apanji.”

2) “Ki patih dangu ngulati, Raden Wirun nuju sayah, denira lenggah

sesendhen, angantuk rem-erem ayam, ki patih dupi prapta, anggetak sarwi

wewatuk: “Ki lurah angenak-enak.”

3) “Kadya singa magalak para kadeyan, rampage munggeng ing ngarsi,

wadya ing Jenggala, eca tut wuri samya, antuk papan marwasani, wadya ing sabrang, ingamuk bosah-basih.”

(6)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 29 4. Dasanama

Contoh:

1) “Wiyosira narapati Kedhiri, amanggihi dutaning narendra, saking Makasar

wijile, papatih kang ingutus, peparabnya sri narapati, Prabu Bramakumara, Makasar dibya nung kasustra prawireng ing prang, pilih tandhing ing sabrang anglelanangi, keringan ing amanca.”

2) “sang prabu wus ngalumpruk, sirna sagunging kadinaripun, sanalika narendra anyipta pati, sang Panji ngandika arum: “heh paran karsa sang katong.”

3) “Kyana patih malumpat angikal kunta, tinandukaken aglis, kang mantra pangarsa, pasah dhadhane tatas, aniba sampun ngemasi, wadya uninga, lamun mantrine mati.”

5. Kosok Balen Contoh:

1) “Tandange prusa gara ya, tinandhang mukane tinampiling, gumampleng

tiba kajrungup, tangi akeloyoran, cinakuthak tinendhang tiba kagulung,

cinuthat karangkang-rangkang, Ki Bancak gancang nututi.”

2) “Catur aji kang umadeg aji, samya kadang rukun tan sulaya, nunggil saparibawane, marma kaojat agung, kaluhuraning narapati, keringan parangmuka, dhasar ratu catur, samya prawireng ngayuda, pamengkune mring wadya kinapti kapti, wit sumungkuning wadya.”

3) “Gawe sukaning pribadi, ora memasangi jalma, kaya mangkono karepe, dene manungsa sangsara, pakaryane priyangga, ala becik bener luput, lah apa kalalen sira .“

6. Paribasan Contoh:

1) “Karosanira tutug, tatag teteg aganti sor unggul, agul-agul sedhenge kabranang runtik, gutguten ing aprang riwut, kadiran tan wonten kasor.” 2) “Sang Panji lepas lampahnya, linggar saking praja manjing wanadri, ririh

ing reh gandrung-gandrung, suka rineng wardaya, non resmining lung gadhung mangling anggandrung obah-obah kapawanan, sasmita kadya mengeti.”

7. Pepindhan Contoh:

1) “Kebon-kebon kembang-kembang, tetirahan kancana sesotya di, dimen

ujwalane murub, nukmeng ujwalanira, kang apindha purnameng wulan

sumunu, lan kenyaring wajanira, kadya mutyara inganggit.”

2) “Banjur angrangkul ngepithing, awakku ambune enak, mari kaya wedhus

berok. Ki Doyok gumuyu mojar: “Besok kowe yen teko, bojomu besengut

(7)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 30 3) “Lan lindrining netranira, liring kadya pesating warastra di, tumibeng jaja angadhuh, dhuh-dhuh dewa bathara, tulungana memudhari ati puguh, unggah-ungguh aywa panggah, age-ageya nyaguhi.”

8. Purwakanthi Contoh:

1) “Sang Panji lepas lampahnya, linggar saking praja manjing wanadri, ririh ing reh gandrung-gandrung, suka nireng wardaya, non resmining lung gadhung manglung anggandrung, obah-obah kapawanan, sasmita kadya mengeti.”

2) “Narik kadga singa perak kaprawasa, balasah tanpa udhil, kinepung malumpat, umesat kadya kilat, lir sisiring bola-bali, singa tinrejang, tumpes tan mangga pulih.”

3) “Tan lega atiningsun, lamun nora bareng ajur mumur, lan wong nguthuh delap-delape marani, wus nora preduli ingsun, ngenger jalma kang magkono.”

9. Tembung Entar Contoh:

1) “Lagi mujung, Ki Bancak kepati turu, munggeng ing talundhag, datan uninga ki Patih, lumpatira lamun tumiba ing dhadha.”

2) “Pra garwa samya methuk, wolu likur garwane sang prabu, garwa

wingking nata dereng darbe padmi, marma ing batin sang nata kondur

ngadhaton.”

3) “Mamak mesun anjelabut, nora wani adu rai, anguthuh ngregedi jagat, sapa wanita kang sudi, marang paraupanira, baya sun pilaur lalis.”

10. Tembung Plutan Contoh:

1) “Pamurwaning ri respati manis, kaping pitulas ing wulan arwah, jimawal sangkala dene, indri nir naga iku, kang winedhar lampahing ringgit, gedhog kang kalangenan, nguni Jeng Sinuhun, kaping catur Surakarta, kang ayasa ing mangkya winangun malih sinung sekar macapat.”

2) “Dhuh pukulun paduka anangkil, kongsi dangu langkung ing antara, punapa dadya wartine”.

3) “Marga gung anguwuh-uwuh, yayah kadya mituturi: “Dhuh eman jalma tama, kalunglun karseng pawestri, witning dadya pepacangan, sang jawata nembadani.”

(8)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 31 11. Tembung Saroja

Contoh:

1) “Lesus meses awor riris, gumalundhung ing awiyat, sahuran geter patere, ya ta sesirep tumama, sagunging wadya bala, myang kadeyan samya rubuh, nendra sagen-gen kewala.”

2) “Lan lindrining netranira, liring kadya pesating warastra di, tumibeng jaja angadhuh, dhuh-dhuh dewa bathara, tulungana memudhari ati puguh, unggah-ungguh aywa panggah, age-ageya nyaguhi.”

3) “Ima kang na wengi wulan, binekteng maruta tebih, ywanta peteng kasamaran, denya lancaran jemparing, pawana aris prapti, silir sumilir Hyang Bayu, sung ayem ing ayuda, ywa kongsi kabranang runtik. Ya ta wau wuwusen kang yuda brata.”

12. Ukara Sesumbar Contoh:

1) “Payo mudhun, ingsun arsa mring kadhatun, ywa carewet sira”. Sigra niyup sri bupati, kang jinujug panggenan para kadeyan.”

2) “Matis ramanta sang prabu, lamun jeng paduka sepi, boten narjoni kawula”. Sang Panji rengu dera ngling: “Aywa kakehan saraba, lan wis

dhawuhana sami. Kabeh ketemu den ingsun”. Bancak Dhoyok sami ajrih,

kekalih wus sami medal, kadeyan wus den dhawuhi, gya wangsul marang ngayunan, sumaos badhe umiring.”

3) “Wusnya titi ngandika sang aji: “Patih ing samengko, sira wus wruh si

Panji warnane, kaya paran mungguh ing prang tandhing lawan jeneng mami, pepantes sor unggul”.

13. Yogyaswara Contoh:

1) “Yayi dewi ing sapisan iki, ora kena sira anggegampang, Makasar ampuh yudane, sumarma wekasingsun, becik padha prayitneng westhi, nenedha amring dewa, kang amurweng tuwuh”. Ya ta sang liring kusuma, Sekar Taji aris anambungi angling: “Mas yayi Surengrana.”

2) “Putra Jenggala nama sang Panji, putri Kedhiri Candra Kirana, punika dhinaupake, sampun antawis dangu, kapanggihnya putra lan putri, raja putra Jenggala, samangkya mamangun, kutha Pandhak kasatriyan, bebanjengan lan pura-pura prabu Kedhiri cukup sawadya bala.”

3) “Ki Bancak nahuri sabda: “Sampun paduka anggalih ngupadosi cungkup kembang, kang munggeng jro taman sari, estu wonten ing ngriki, Bathara Darma karuhun, punika kang ayasa, lan garwa Bathari Darmi, langkung pelag warnane taman punika.”

(9)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 32 Simpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: (1) Nilai etika yang terdapat dalam cerita Panji Sekar karya Sunan Pakubuwono IV meliputi nilai etika keselarasan sosial dan nilai etika kebijaksanaan. Nilai etika keselarasan sosial membahas tentang etika yang hubungannya dengan sikap, tingkah laku, dalam hal interaksi atau hubungan sosial dalam masyarakat. Kajian utama dalam etika keselarasan sosial di antaranya santun, tata krama yang berpedoman pada unggah-ungguh dalam bertingkah laku dan yang berhubungan dengan kehidupan sosial seseorang. Nilai etika keselarasan sosial yang terdapat dalam cerita Panji Sekar karya Sunan Pakubuwono IV ada tujuh indikator yang ditemukan dari tembang dhandhanggula, kinanthi, mijil, gambuh, sinom, dan duduk wuluh. Etika kebijaksanaan merupakan etika yang hubungannya dengan pengembangan kepribadian yang menekankan pada perasaan dan kebatinan sehingga menjadikan kepribadian yang baik sesuai moral. Kajian utama dalam etika kebijaksanaan diantaranya pitutur luhur, pesan-pesan ajaran hidup, yang berpedoman pada pergaulan dalam masyarakat. Nilai etika kebijaksanaan dalam cerita Panji Sekar karya Sunan Pakubuwono IV terdapat enam indikator yang ditemukan di dalam tembang dhandhanggula, mijil, gambuh, pocung, dan duduk wuluh, (2) Unsur-unsur estetika dalam cerita Panji Sekar karya Sunan Pakubuwono IV meliputi: basa peprenesan terdapat 9 indikator, basa rinengga terdapat 9 indikator, bebasan terdapat 7 indikator, dasanama terdapat 7 indikator, kosok balen terdapat 13 indikator, paribasan terdapat 2 indikator, pepindhan terdapat 10 indikator, purwakanthi terdapat 13 indikator, tembung entar terdapat 4 indikator, tembung plutan terdapat 13 indikator, tembung saroja terdapat 9 indikator, ukara sesumbar terdapat 6 indikator, yogyaswara terdapat 3 indikator.

(10)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 33 Daftar Pustaka

Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS.

Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra. Surakarta: Yuma Pustaka.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Estetika Sastra Dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudaryanto, 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:Duta Wacana Universty Press.

Referensi

Dokumen terkait

Abses paru merupakan salah satu penyakit infeksi paru yang didefinisikan sebagai kematian jaringan paru-paru dan pembentukan rongga yang berisi sel-sel mati

Daya beli merupakan tantangan terbesar yang dihadapi oleh para importir dibandingkan hal-hal lain dalam peta kompetitif ini. Para pengolah, pemilik merk dan pengecer

D yp (P'DE SAYGI DURUŞU Cumhurbaşkanı Özal’m anısına, DYP Meclis Grubu toplantısında da saygı duruşunda bulunulacak. DYP Grubu’nda, bugün saat 10.30’daki

Hasil pengukuran beban kerja berdasarkan denyut nadi dengan kelelahan kerja berdasarkan pengukuran Reaction Timer pada Karyawan Laundry di Kelurahan Warungboto

Hal tersebut memiliki kesesuaian dengan model terjemahan dari Bevan (2000, p. 8) yaitu perhatian utama model terjemahan adalah pelestarian jati diri Kristen, sambil berupaya

Mengkondisikan situasi belajar untuk membiasakan mengajukan pertanyaan secara aktif dan mandiri tentang : Mengamati arus dan tegangan sinusoida, respon elemen pasif,

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah resiliensi dan iklim organisasi secara bersama-sama dapat berperan dalam meningkatkan work engagement.. Subjek

Telah dilakukan penelitian Optimasi Kondisi Reaksi untuk Sintesis Karboksimetil Selulosa (CMC) dari Batang Jagung (Zea mays L.). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan