• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PELATIHAN DALAM PEMBERDAYAAN USAHA INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN BOGOR : Studi Kasus Program Pembinaan {melalui pelatihan} Industri Kecil di Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Bogor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MANAJEMEN PELATIHAN DALAM PEMBERDAYAAN USAHA INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN BOGOR : Studi Kasus Program Pembinaan {melalui pelatihan} Industri Kecil di Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Bogor."

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

&

OLEH:

Aik Tachri 999676

>W^_, t /

*7w

MANAJEMEN PELATIHAN DALAM PEMBERDAYAAN USAHA

INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN BOGOR

(Studi Kasus Program Pembinaan {melalui pelatihan} Industri Kecil di Cabang

Dinas Perindustrian Kabupaten Bogor)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh

Gelar Magister Pendidikan Bidang

Studi Administrasi Pendidikan

ADMINISTRASI PENDIDIKAN (S2)

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

KETUA PROGRAM STUDI ADMIN^tRASI PENDIDIKAN PROGRAM

PASCASARJAMAyUPI BANDUNG

(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

PEMBIMBINGI

Prof. Dr. H. Bambang Suwamo, M.A.

PEMBIMBING II

(4)

ABSTRAK

MANAJEMEN PELATIHAN DALAM PEMBERDAYAAN

USAHA INDUSTRI KECIL

(Studi Kasus Program Pembinaan {melalui pelatihan) Industri Kecil di

Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Bogor)

Tuntutan pembangunan di masa mendatang akan lebih kompleks.

Dalam menghadapi era perdagangan bebas keberadaan industri kecil akan

menghadapi persaingan yang berat. Karena itu industri kecil bukan hanya

memiliki kemampuan untuk memproduksi atau keuntungan jangka pendek,

melainkan mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna.

Pemerintah yang dalam hal ini Pemda Kabupaten Bogor selaku

pelayan masyarakat, administrator pembangunan,

harus memiliki

kepedulian terhadap pembangunan ekonomi kerakyatan. Salah satunya

adalah melakukan pembinaan terhadap pengusaha mdustri kecil di

Kabupaten Bogor dalam bentuk pelatihan.

Adapun teori-teori yang dijabarkan dalam penelitian mi adalah

konsep administrasi pendidikan, konsep manajemen sumber daya manusia,

peran dan fungsi sumber daya manusia, konsep pelatihan dalam

peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, konsep fungsi dan

tujuan pelatihan, konsep usaha industri kecil, dan batasan industri kecil.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan purpossive

sampling dan snowball sampling. Teknik utama pengumpulan data yang

digunakan adalah wawancara yang didukung studi dokumentasi, observasi

lapangan serta melalui kuesioner (penyebaran angket).

Manajemen pelatihan terhadap para pengusaha industri kecil dapat

memberikan peningkatan dan pengembangan usaha yang lebih baik.

Peningkatan yang dirasakan diantaranya adalah manajemen usaha yang

baik, produksi yang meningkat, tenaga kerja bertambah, omzet usaha

bertambah, wilayah pasar menyebar/ meluas serta perubahan sikap yang

sangat mendasar seperti orientasi usaha dan lain sebagainya.

Pada kesimpulannya menerangkan bahwa perlu adanya pembinaan

melalui pelatihan yang berkelanjutan bagi para pengusaha industri kecil

agar mendapat perhatian yang cukup serius. Hal ini disebabkan usaha

industri kecil (UIK) adalah usaha yang langsung bersentuhan dengan

(5)

DAFTARISI

Halaman

ABSTRAK

.!

KATAPENGANTAR

u

UCAPANTERIMAKASIH

1V

DAFTAR ISI

v

DAFTAR TABEL

1X

DAFTARGAMBAR/BAGAN

M

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1

17

B. Perumusan Masalah

C. Tujuan Penehtian ^

D. Kegunaan Penehtian

20

E. Kerangka Berpikir

21

BAB II PELATIHAN DALAM PEMBERDAYAAN USAHA

INDUSTRI KECIL

A. Konsep Adrninistrasi Pendidikan

32

B. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia

34

1. Konsep Manajemen dan Sumber Daya Manusia

34

a. Pengertian manajemen -^

b. Pengertian Sumber daya manusia

37

2. Konsep Pengembangan Sumber Daya Manusia

45

C. Konsep Pelatihan dalam Pemberdayaan Usaha Industri

Kecil

*1

1. Pengertian Pelatihan

4/

2. Pengertian Pemberdayaan

49

3. Pengertian Industri Kecil

51

4 Pengertian Produktivitas

52

5. Hubungan

Latar

Belakang

Pendidikan

dengan

Pengetahuan, Keterampilan, Sikap dan Produktivitas

57

6. Hubungan Pelatihan dengan Pengetahuan, Keterampilan

dan Sikap

60

(6)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

80

A. Metode Penehtian

B. Lokasi dan Populasi Penelitian

81

C. Pelaksanaan Penelitian

82

8?

1. Tahap Persiapan

oz-2. Tahap Pelaksanaan

84

3. Tahap Pengecekan

86

D. Penjabaran

Konsep Teori ke dalam Konsep Empirik

danAnalitik

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. TEMUAN PENELITIAN

95

1. Gambaran umum penyelenggaraan pelatihan Usaha Industri

Kecil (UIK) yang menyangkut kurikulum (maten),

penyelenggara, sarana

prasarana, pelatih dan peserta

pelatihan

a. Kurikulum/materi

^

b. Penyelenggara

j°?

c. Sarana dan prasarana

10t>

d. Tenaga pelatih

^

e. Peserta pelatihan

luy

2. Tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap

lulusan

pelatihan UIK

JJ^

a. Tingkat pengetahuan

U3

b. Tingkat keterampilan

ll®

c. Perubahan sikap

119

3. Faktor kekuatan, kelemahan, hambatan dan peluang terhadap

Pengusaha Industri Kecil (UTK)

l32

B. Pembahasan Penelitian

1. Analisis Penyelenggaraan Pelatihan Industri Kecil

140

2. Analisis tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap

lulusan pelatihan UIK

J43

a. Tingkat pengetahuan

143

b. Tingkat keterampilan

146

c. Perubahan sikap

15°

(7)

3. Analisis

"SWOT"

(Faktor

kekuatan, kelemahan,

hambatan dan peluang) terhadap pelatihan Usaha Industri

Kecil (UIK)

153

BABV KESIMPULAN,IMPLIKASIDANREKOMENDASI

A. Kesimpulan

161

B. Implikasi

162

C. Rekomendasi

I62

DAFTARPUSTAKA

165

LAMPIRAN

(8)

Nomor

2

DAFTAR TABEL

Halaman

Penjabaran konsep teori ke dalam konsep empirik, analitik

dan operasional

Kurikulum pelatihan UIK

103

3

: Hubungan LB pendidikan dengan pencatatan dan

pembukuan

4

: Hubungan LB pendidikan dengan pengelolaan keuangan

usaha

5

: Hubungan pendidikan dengan orientasi pasar

115

6

: Hubungan pendidikan dengan pemisahan keuangan usaha

dan rumah tangga

7

: Hubungan pendidikan dengan permodalan usaha sebelum

pelatihan

8

: Hubungan pendidikan dengan permodalan usaha sesudah

pelatihan

9

: Hubungan pendidikan dengan pembinaan karyawan ... 118

10

: Hubungan pendidikan denganpengembanganpasar ... 118

11

: Hubungan pendidikan dengan kemajuan usaha hanya

dipengaruhi modal

12

: Hubungan pendidikan dengan tabungan usaha

120

13

: Hubungan pendidikan dengan inovasi usaha

120

14

: Hubungan pendidikan dengan pola konsumtif

121

15

: Hubungan pendidikan dengan produksi tempat pensil... 121

(9)

16

: Hubungan pendidikan dengan produksi tas sekolah

wanita

17

: Hubungan pendidikan dengan produksi jaketkatun ... 123

18

: Hubungan pendidikan dengan produksi rompi

124

19

: Hubungan pendidikan dengan produksi parasut

125

20

: Hubungan pendidikan dengan produksi kompor aneka... 126

21

: Hubungan pendidikan dengan produksi kompor sb 12... 127

22

: Hubungan pendidikan dengan produksi kompor sb 20... 128

23

: Hubungan pendidikan dengan produksi pengusaha tas

sekolah umum

24

: Hubungan pendidikan dengan produksi pengusaha kain

katun • • •

25

: Hubungan pendidikan dengan produksi penambahan tenaga

kerja

26

: Hubungan pendidikan dengan produktivitas usaha

131

27

: Analisa SWOT

136

28

: Matrix SWOT

157

(10)

Nomor

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Koordinasi Bottom up Planning

15

Paradigma penehtian

27

Hubungan LB pendidikan dengan pendidikan

57

Hubungan LB pendidikan dengan keterampilan

58

Hubungan LB pendidikan dengan sikap

59

Hubungan LB pendidikan dengan produktivitas

59

Hubungan LB pendidikan dengan pengetahuan, keterampilan

dan sikap

Hubungan pelatihan dengan pengetahuan

63

Hubungan pelatihan dengan keterampilan

65

Hubungan pelatihan dengan sikap

66

Hubungan pelatihan dengan pengetahuan, keterampilan dan

sikap

Hubungan LB pendidikan dengan pengetahuan,

keterampilan, sikap dan produktivitas

..;

85

Perilaku kebiasaan

94

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan bidang ekonomi Indonesia, pada era reformasi ini

dititik beratkan pada pembangunan ekonomian kerakyatan, artinya

pembangunan ekonomi yang keberpihakan kepada rakyat. Pembangunan

ekonomi kerakyatan bertumpukdi pedesaan, hal tersebut menurut penyusun

sangat tepat, mengingat adanya dukungan yang kuat dari potensi sumber daya alam yang tersedia yang dapat meningkatkan nilai tambahnya antara

lain melalui kegiatan industri, khususnya pemberdayaan industri kecil yang

selama ini belum memanfaatkan secara optimal, demikian pula tenaga

kerja yang ada diperdesaan secara kuantitatif sangat potensial, walaupun

secara kualitatif masih memerlukan peningkatan.

Mengenai pembangunan ekonomi kerakyatan sebagaimana digaris

kan dalam GBHN 1999-2004 (Garis-Garis Besar Haluan Negara) berikut: "Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi.

Nilai-nilai keadilan, kepentingan sosial, kualitas hidup, pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan

sehingga terjamin kesempatan yang sama dalam berusaha dan

bekerja. Perlindungan hakhak konsumen, serta perlakuan yang

(12)

Jelaslah pembangunan bidang ekonomi, dititik beratkan pada

pembangunan ekonomi kerakyatan dengan memanfaatkan potensi yang

tersedia untuk memiliki daya saing yang sehat dalam pasar global.

Sedangkan industri menurut definisinya yang dituangkan dalam

Undang-Undang nomor 5 tahun 1984, tentang Perindustrian adalah sebagai berikut

"Industri adalah Kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku, menjadi barang setengah jadi dan

menjadi barang jadi yang memiliki nilai yang lebih tinggi

termasuk rekayasa dan rancang bangun ".

Definisi industri tersebut, menunjukan bahwa pembangunan industri

adalah pembangunan ekonomi yang mengolah potensi yang tersedia dengan

meningkatkan nilai tambah dan nilai guna dari bahan mentah menjadi

bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi. Artinya pembangunan industri adalah berarti membangunan ekonomi melalui peningkatan nilai

tambah dan nilai guna dari potensi yang tersedia, baik yang ada di

pedesaan maupun yang ada diperkotaan. Dengan pembangunan industri di

Indonesia, bukan saja dapat meningkatkan ekonomi yang bersumber dari

hasil pertanian dalam arti luas, akan tetapi dari berbagai sektor lainnya,

seperti dari pertambangan dari bahan baku buatan lainnya, yang selanjutnya

selain dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam negeri akan tetapi

dapatjuga memenuhi kebutuhan konsumen luar negeri melalui kemampuan

bersaing' di pasaran intemasional yang selanjutnya berdampak pada

(13)

Untuk mendorong perekonomian rakyat pemerintah mengeluarkan

kebijaksanaan sebagaimana digariskan dalam GBHN (1999-2004) sebagai

berikut:

"Memberdayakan pengusaha kecil, menengah, dan koperasi agar

lebih efisien, produktif dan berdaya saing dengan menciptakan iklim

berusaha yang kondusif dan peluang usaha yang seluas-luasnya.

Bantuan fasilitas dari negara diberikan secara selektif terutama

dalam bentuk perlindungan

dari persaingan

yang tidak sehat,

pendidikan dan

pelatihan,

informasi

bisnis

dan teknologi,

permodalan dan lokasi berusaha."

Kebijaksanaan pemerintah yang dituangkan dalam GBHN, terlihat

bahwa industri kecil dan menengah mendapat perhatian untuk

ditumbuhkembangkan agar memiliki daya saing dipasaran, melalui

penciptaan iklim usaha yang kondusif,

pemberian peluang usaha yang

seluas-luasnya,

dan

diberikan

bantuan

fasilitas

lainnya

melalui

perlindungan dari persaingan yang tidak sehat, pendidikan dan latihan,

informasi bisnis dan teknologi serta permodalan dan lokasi berusaha yang

pada umumnya tidak dibatasi,

kecuali untuk industri tertentu yang

memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.

Namun demikian pembangunan industri pada jaman manapun

memiliki tuntutan adanya perubahan ke arah modemisasi. Tuntutan yang

mengarah modemisasi termaksud

diperlukan pelatihan yang harus

dilakukan secara profesional. Sedangkan untuk melaksanakan pelatihan

(14)

pelatihannya. Dengan pelaksanaan pelatihan yang menggunakan

manajemen yang baik akan mendorong tercapainya tujuan yang telah

ditetapkan. Apabila pelatihan dapat mencapai sasarannya, maka

pemberdayaan industri kecil diperkirakan akan tercapai dan apabila

pemberdayaan industri kecil tercapai, maka akan mendorong perwujudan

ekonomi kerakyatan. Mengenai kaitan antara bidang pembangunan

ekonomi kerakyatan dengan keberadaan industri kecil, akan terlihat sekali

adanya hubungan yang erat, seperti dalam meningkatkan pendapatan

masyarakat, penyerapan tenaga kerja dan perluasan kesempatan berusaha

dan pemerataan pembangunan dengan memanfaatkan potensi sumber daya

lokal baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam negeri maupun

untuk bersaing pada pasar global.

Keberadaan industri kecil yang berdasarkan laporan Dinas

Perindustrian Jawa Barat dari jumlah 253.452 unit usaha industri, sebanyak

248.890 atau sebanyak (98,2%) diserap oleh industri kecil, Penyerapan

tenaga kerja sebanyak 2.363.000 orang diserap oleh industri kecil

sebanyak 1.472.149 orang atau sebesar (62,3%), sedangkan investasi

sebesar Rp. 23.487.655,86 diserap oleh industri kecil sebesar Rp. 539.146,51 juta atau sebesar (2,3%). Dengan data tersebut terlihat banwa

industri kecil merupakan industri padat karya, karena banyak melibatkan

(15)

Penyebaran industri kecil yang menyebar sampai kepelosok

pedesaan berarti industri kecil memberikan kontribusi terhadap

pengembangan ekonomi di pedesaan. Akan tetapi industri kecil pada

umumnya, selain memiliki potensi yang besar secara kuantitatif, namun

secara kualitatif masih menghadapi permasalahan antara lain manajemen

usaha yang belum diterapkan, sehingga berakibat usahanya berjalan tidak

sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut terlihat dari hasil observasi

lapangan, yaitu: (a) tidak mengetahui keuntungan yang diperoleh atau

kerugian yang diderita, (b) tidak/ kurangmemperhatikan perhitungan biaya

produksi, sehingga tidak mengetahui harga pokok, ( c) Tenaga kerja kurang

memperhatikan tenaga terampil/ profesional akan tetapi lebih

mengutamakan saudaranya, tetangganya atau teman dekatnya, (d) Produk

tidak diproduksi berdasarkan kebutuhan konsumen, akan tetapi berdasarkan

kebiasaan memproduksi, (e) kurang melakukan evaluasi baik terhadap

keberhasilan usaha, maupun kegagalan usahanya; dan (f) tidak melakukan

pencatatan usaha.

Apabila keadaan tersebut dibiarkan, maka industri kecil tidak akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga tidak akan dapat

memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi kerakyatan sesuai yang diharapkan. Perlu diketahui pula bahwa industri kecil pada umumnya tidak melakukan manajemen usaha diantaranya adalah tidak memliki

(16)

menurun atau ikut-ikutan, sehubungan dengan hal tersehut industri kecil

perlu diberikan pelatihan manajemen usaha yang tepat sesuai dengan

kemampuannya. Termasuk didalamnya memberikan metoda pelatihan

yang tepat, sesuai dengan tingkat pendidikan dan pengetahuannya yang

mereka miliki. Karena dengan memberikan pelatihan yang tepat materi, tepat waktu, tepat metode, maka pelatihan itu akan dapat dimengerti dan

diterima serta selanjutnya dapat dilaksanakan dalam menjalankan usahanya.

Artinya industri kecil akan dapat memecahkan permasalahan yang

dihadapinya. Hal itu tentunya bam ,akan terealisir apabila pelatihan

terhadap industri diterapkan dengan menggunakan manajemen pelatihan

yang baik.

Sehubungan dengan uraian di atas, berarti manajemen pelatihan

merupakan salah satu kunci keberhasilan pelatihan itu sendiri. Dengan

diterapkannya manajemen pelatihan pada setiap kegiatan pelatihan usaha

industri kecil, maka pelatihan dapat mencapai sasarannya, yaitu mampu

untuk dimengerti, diserap dan diterapkan oleh para peserta dalam

menjalankan usahanya. Untuk memperjelas, pada kesempatan ini dikutip

pendapat Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan (1996: 1)

mengemukakan sebagai berikut:

"Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen

dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan secara sistematik

(17)

cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas, dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai prestasi manajer dan para profesional dituntun oleh suatu kode etik."

Dengan demikian apabila pelatihan tidak dilandasi dengan

manajemen pelatihan, maka pelatihan sulit atau tidak akan mencapai

sasaran sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan dilain pihak pelatihan

itu sangat diperlukan terutama yang berkaitan dengan peningkatan

kemampuan atau keterampilan usaha baik dalam hal manajemen usaha

maupun dalam penumbuhan jiwa wirausaha serta keterampilan dalam hal

teknologinya yang belum tumbuh dan berkembang. Adapun mengenai jiwa

kewirausahaan dengan penerapan manajemen itu adalah sangatlah erat

kaitannya. Seperti belum berkembangnya Jiwa wirausaha industri kecil

dapat diketahui dari beberapa ciri antara lain; tidak percaya diri dan masih

banyak yang berjiwa spekulatif, kendomya motivasi berusaha, cepat puas

apabila kebutuhan telah terpenuhi walaupun waktu masih ada, prustasi

apabila sekali gagal, tidak memperhatikan management usaha, masih

rendahnya tingkat pendidikan, orientasi kepada pasar masih sangat rendah,

dan keterbatasan modal. Hal tersebut mengakibatkan usahanya banyak yang

berjalan di tempat bukan keuntungan yang dicapai tapi pemenuhan

kebutuhan jangka pendek yang dikejar, tidak memperhatikan manajemen

usaha yang baik. Keadaan di atas menunjukan bahwa para pengusaha

(18)

\ 3

belum menerapkan manajemen usaha yang tepat adalah sala

permasalahan yang perlu dipecahkan.

Untuk memecahkan permasalahan tersebut salah satunya dengan

memberikan pelatihan,

namun demikian tidak semua

pelatihan dapat

menghasilkan yang terbaik apabila manajemen pelatihannya tidak

teriaksana dengan baik. Jadi artinya untuk mencapai pelatihan yang efektif

tidak akan terlepas dari manajemen pelatihannya yang baik atau dengan

kata lain bahwa kaitan efektifitas pelatihan dengan manajemen itu sangat

erat. Pelatihan tidak akan mencapai efektifitasnya apabila tidak melakukan

kegiatan manajemen yang baik. Dengan demikian pelaksanaan pelatihan

dalam pomberdayaan usaha industri kecil bam akan tercapai dengan baik

apabila pelaksanaan pelatihannya menerapkan manajemen yang baik.

Seperti dikemukakan oleh

Sri Wahyudi dalam bukunya Manajemen

Strategik (1995 : 19 ) mengemukakan sebagai berikut:

"Dengan menggunakan manajemen Strategik sebagai suatu kerangka

kerja (frame work) untuk menyelesaikan setiap masalah strategis di dalam perusahaan, terutama yang terkaitan dengan persaingan ,maka para manajer diajak untuk berpikir lebih kreatif atau berpikir secara strategik. Pemecahan masalah dengan menghasilkan dan mempertimbangkan lebih banyak altematif yang dibangun dari suatu analisa yang lebih teliti akan lebih menjanjikan suatu hasil yang

menguntungkan."

Jadi dengan menerapkan manajemen pada kegiatan pelatihan akan

lebih menjamin tercapainya tujuan yang diharapkan dan permasalahan yang

(19)

Pembangunan industri di Kabupaten Bogor, adalah bagian dari

pembangunan industri Propinsi Jawa Barat bila dikembangkan akan

memberikan kontribusi dalam pembangunan ekonomi kerakyatan Jawa Barat, namun dari sisi lain industri kecil di Kabupaten Bogor menghadapi

permasalahan yang tidak dapat ditangani sendiri sehingga membutuhkan

bantuan Pemerintah. Permasalahan industri kecil di Kabupaten Bogor

memiliki kesamaan dengan permasalahan Industri Kecil di daerah lainnya

di Jawa Barat. Permasalahan utamanya yang dihadapi industri kecil adalah

mengenai Sumber Daya Manusia^ maka dalam memecahkan

permasalahannya diperlukan pelatihan baik pelatihan manajemen usaha,

kewirausahaan, maupun teknis lainnya yang dibutuhkan dalam

memecahkan permasalahan industri kecil termaksud. Semua itu tergantung

kepada bagaimana manajemen pelatihan diterapkan.

Potensi industri di Kabupaten Bogor mencapai 10.300 unit usaha

dari jumlah tersebut sebanyak 8.753 unit usaha adalah industri kecil, yang

menyerap tenaga kerja sebanyak 456.335 orang, namun keberadaan

industri kecil di Kabupaten Bogor dibalik potensinya yang cukup banyak

juga terdapat berbagai permasalahan yang dihadapinya, seperti lemahnya

jiwa kewirausahaan dan lemahnya manajemen usaha, sehingga memerlukan

pelatihan yang efektif, agar perkembangannya sesuai dengan yang

(20)

- /

Hasil survey pendahuluan kegiatan pelatihan terhadap industri kecif"""

di Kabupaten Bogor yang dilaksanakan setiap tahun diantaranya pada tahun

2000 sebanyak 5 kali untuk 5 angkatan, yang dikuti oleh rata-rata 30 orang pengusaha setiap angkatan, sehingga jumlah peserta yang sehamsnya

mengikuti pelatihan selama tahun 2000 mencapai 150 orang peserta. Sehubungan dengan itu penulis tertarik dan ingin mengetahui bagaimana kontribusi pelatihan yang diberikan untuk pemberdayaan para pengusaha

industri kecil di Kabupaten Bogor.

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa kunci utama yang dapat

memecahkan permasalahan yang dihadapi industri kecil adalah

meningkatkan kemampuan dan keterampilan Sumber daya manusianya dan

salah satu jalan adalah dengan memberikan pelatihan-pelatihan. Mengenai pelatihan yang efektif atau pencapaian sasaran pelatihan dapat dilihat dari

pendapat yang kemukakan oleh Engkoswara dalam bukunya menuju

Indoneisa Modem 2020 (1999: 110), bahwa:

"Latihan dimaksudkan untuk memperdalam dan memperkaya apa yang telah dinasihatkan atau diajarkan supaya peserta didik memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan dengan seksama baik dalam tarap terampil maupun dalam tarap mahir atau akhli"

Dengan demikian jelas penelitian mengenai manajemen pelatihan dalam pemberdayaan industri kecil di Kabupaten Bogor hams memiliki

perencanaan yang baik. Sehubungan dengan itu alasan penulis memilih

(21)

11

a. Bogor sebagai Kota penyanggah DKI dan sebagai pintu pasar Jawa

Barat untuk perdagangan produk industri baik secara nasional maupun

intemasional.

b. Potensi industri Kabupaten Bogor terutama industri kecilnya yang layak

untuk didorong ditumbuhkembangkan lebih dahulu dari kabupaten lainnya (dengan tidak mengenyampingkan daerah-daerah lainnya) karena

akan lebih cepat untuk mendorong perekonomian kerakyatan di Jawa

Barat.

c. Berkembangnya industri kecil di Kabupaten Bogor akan memberikan dampak terhadap industri- industri kecil di kabupaten lainnya.

Dengan dipilihnya Kabupaten Bogor dijadikan obyek penelitian ini,

memiliki harapan, terjadinya pertumbuhan dan perkembangan industri kecil sebagai lokomotif pembangunan ekonomi kerakyatan di Jawa Barat.

Produktivitas setelah mengikuti pelatihan merupakan harapan organisasi

atau perusahaan secara uraum. Terdapat hubungan yang erat antara produktivitas

perorangan {individual productivity) dengan kinerja lembaga {institutional

productivity) atau kinerja perusahaan {corporate produktivity). Dengan kata lain

bahwa bila produktivitas karyawan baik, maka kemungkinan besar produktivitas

perusahaan juga baik. Produktivitas seorang karyawan akan baik bila dia

mempunyai keahlian {skill) yang tinggi, bersedia bekerja karena digaji, dan

mempunyai harapan {expectation) masa depan lebih baik (Prawirosentono,

(22)

12

Indikator produktivitas sangat erat dengan kualitas pencapaian suatu

tujuan. Hal ini senada dengan pernyataan, bahwa: indikator produktivitas adalah

pernyataan yang bersifat kuantitatif ataupun kualitatif, yang menunjukkan kualitas

atau mutu pencapaian tujuan (S.Pramutadi, 1995:6).

Produktivitas perusahaan yang telah mengikuti pelatihan usaha industri

kecil (UIK) diharapkan memiliki peningkatan yang signifikan. Oleh karenanya

untuk mengukur produktivitas tersebut dibuat model tersendiri yang dapat

memberikan gambaran (informasi) yang lengkap tentang program pelatihan yang

pemah dilaksanakan terutama dampaknya terhadap produktivitas usaha para

pengusaha yang pemah mengikuti pelatihan lainnya.

Kemudian juga bahwa pelatihan dapat meningkatkan pola sikap,

pengetahuan, keahlian yang diperlukan oleh seseorang untuk melaksanakan tugas

atau pekerjaannya secara memadai (Westerman, 1997:90). Henry Simamora

(1995: 286) yang menyoroti konsep pelatihan, bahwa pelatihan adalah

serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian,

pengetahuan, pengalaman artinya perubahan sikap. Pelatihan merupakan

penciptaan suatu lingkungan dimana para karyawan dapat memperoleh atau

mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan, dan perilaku yang

spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan.

Pada prinsipnya pelatihan dilaksanakan dalam mempersiapkan karyawan

untuk meningkatkan produktivitas. Dengan pelatihan karyawan dibekali dengan

keterampilan, pengetahuan dan perubahan sikap. Hal ini sesuai dengan apa yang

(23)

13

usaha organisasi yang sengaja dilakukan untuk meningkatkan kinerja sekarang

dan yang akan datang dengan meningkatkan kemampuan.

Pelatihan juga dikemukakan oleh William B. Scott (1962: 402-403),

yaitu pelatihan dalam ilmu pengetahuan dan perilaku adalah suatu kegiatan lini

dan staf yang tujuannya adalah mengembangkan pemimpin untuk memperoleh

efektivitas pekerjaan perseorangan yang lebih besar, hubungan dalam

perseorangan dalam organisasi yang lebih baik dan penyesuaian pemimpin yang

ditingkatkan pada suasana seluruh lingkungannya.

Umumnya tujuan pelatihan sumber daya manusia (SDM) adalah untuk

memperbaiki dan meningkatkan kualitas kinerja serta produktivitas para karyawan melalui proses belajar mengajar secara sistematis dan melalui waktu yang relatif cepat. Tujuan dari pelatihan yang dikemukakan oleh Randall

(1997:325).

Menurut Simamora, Henry (1995:289) bahwa tujuan utama pelatihan ke

dalam lima kelompok:

1) Memutakhirkankeahlian para karyawansejalan dengan perubahan teknologi.

2) Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru untuk menjadi kompeten

dalam pekerjaan.

3) Membantu memecahkan permasalahan operasional.

4) Mempersiapkan karyawan untuk promosi.

(24)

14

Pelatihan merupakan alat manajemen yang berfungsi untuk memperbaiki

kinerja organisasi, seperti efektivitas, efisiensi, dan produktivitas. Pelatihan

sebagai alat manajemen yang digunakan untuk mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan agar kinerja individu dan organisasi meningkat. (Terence Jackson,

1998).

Ada beberapa keuntungan bagi perusahaan yang melaksanakan pelatihan

bagi pengembangan sumber daya manusia, yaitu:

1. Membantu tenaga kerja baru dalam mempelajari tugas mereka secara lebih

cepat dan efektif, meningkatkan pelaksanaan kerja tenaga kerja yang ada,

meningkatkan volume kerja yang dicapai, menurunkan tingkat kesalahan

kerja, menurunkan pelarian tenaga kerja, meningkatkan kepuasan kerja,

penukaran keahlian yang telah usang dengan kecakapan baru, menurunkan

tingkat kecelakaan, meningkatkan fleksibelitas angkatan kerja, menyediakan

kesempatan pengembangan karir dan meningkatkan citra perusahaan.

2. Membantu pelaksanaan perubahan. Keuntungan-keuntungan ini bahkan bisa

jauh lebih penting, bukannya berkurang, jika organisasi terpengaruh oleh

pembatasan anggaran yang ketat, dan pelatihan masih dapat diabsahkan

sebagai investasi yang cukup baik.

(John & Pouline, 1997: 92-93).

Untuk kelancaran program pelatihan Dinas Perindustrian Kabupaten

Bogor maka perlu adanya bentuk koordinasi yang memperlancar proses

(25)

15

tersebut melalu sistem koordinasi dari Musyawarah Pembangunan Desa

(MusBangDes) sampai dengan ketingkat Rakomas Tingkat Propinsi.

Terdapat dua sistem koordinasi untuk mencapai suatu program

pelatihan yang dibutuhkan oleh masyarakat dengan gambar sebagai berikut:

(pusat) BAPPENAS (Propinsi) BAPPEDA KAB/ KOTA KECAMATAN DESA RAKOORNAS RAKOORBANGI RAKOORBANG II MUSBANGDES USULAN MASYARAKAT INDUSTRI KECIL JAKPUS JAKDA PROP JAKDA KAB/KOT DEPARTEMEN PERINDAG DISPERINDAG PROPINSI CADIS/ DISPERINDAG KAB/KOTA

PRIORITAS KEB. TK. KECAMATAN USULAN KEB. SENTRA-SENTRA INDUSTRI KECIL Gambar 1

Koordinasi Bottom up Planning

(26)

lb

Bagan di atas diketahui bahwa ada dua jenis sistem koordinasi yang

terdapat pada Dinas Perindustrian. Sistem koordinasi pertama Buttom up

planning diawali dari Musyawarah Pembangunan Desa (MusBangDes).

Musyawarh Pembangunan Desa (MusBangDes) inilah yang menampung

semua aspirasi masyarakat pengusaha industri kecil untuk memberdayakan

sekaligus mengembangkan keinginan mereka dengan potensi yang ada.

Keterlibatan pemerintah desa dalam hal ini aparat desa dengan LKMD.

Masyarakat pengusaha industri kecil yang menjadi sasaran pemberdayaan

ikut terlibat dalam kontribusinya

membuat usulan program. Usulan

program MusBangDes tersebut diteruskan ke daerah Unit kerja

pembangunan (UDKP) yang menampung usulan desa-desa untuk

diteruskan ke Rakorbang tingkat II untuk dibahas dengan sektor-sektor di

TK II (Kab/ Kota). Usulan ditampung dari berbagai kecamatan ini

diteruskan untuk dibahas pada Rakorbang tingkat Ibersama sektor-sektor di

TK I. Hasil dari berbagai kecamatan ini akan menjadi bahasan kabupaten/

kota untuk membuat program pemberdayaan UTK dalam bentuk

proyek-proyek. Proyek-proyek inilah yang menjadi timbal balik untuk kepentingan

dan pemberdayaan UIK.

Adapun pada bagan kedua menjelaskan bahwa hasil survey lapangan

Dinas Perindustrian dan Perdagangan mengajukan proposal pra DUPDA/

(27)

17

diteliti. Bila proposal tersebut diterima, maka selanjutnya diajukan ke

tingkat Dewan. Dewan bersama-sama bupati membuat program yang sesuai

dengan kemauan dan keinginan pengusaha industri kecil. Program-program

yang dihasilkan oleh Dewan dan Bupati berbentuk proyek-proyek

pemberdayaan usaha industri kecil (UIK).

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penehtian adalah termasuk langkah yang

penting akan dapat memperjelas dalam menentukan apa yang akan diteliti

dan untuk apa penehtian dilakukan, dari mana akan dimulai, manfaat apa

yang akan diperoleh dan untuk siapa hasilnya. Untuk itu masalah yang akan

dirumuskan hams menarik bagi peneliti, hams mempakan kebutuhan

peneUti untuk memecahkannya, karena apabila tidak maka akan dapat

mengakibatkan ketidakseriusan bagi sipenehtinya, yang akhirnya dapat

menimbulkan kegagalan dalam penehtian.

Seperti Arikunto dalam bukunya Prosedur penelitian suatu

pendekatanpraktek(1998: 19), mengemukakan:

"Apabila telah diperoleh informasi yang cukup dari studi

pendahuluan/studi Eksploratoris, maka masalah yang diteliti menjadi

jelas. Agar penehtian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka

peneliti hams meramuskan masalahnya sehingga jelas dari mana

(28)

Selanjutnya Best yang disunting oleh Faisal dan Waseso dalam

Metodologi Peneltitian Pendidikan (1982: 61) mengemukakan sebagai

berikut:

"Dalam usulan penelitian, perlu ditegaskan dan dirumuskan

masalah yang akan diteltiti. Penegasan tersebut, bisa berbentuk

pertanyaan,

juga

bisa

berbentuk

pernyataan

deklaratif.

Penegasan masalah tersebut sekaligus menggambarkan fokus

arah yang diikuti nantinya di dalam proses suatu penelitian.

Rumusan masalah haruslah cukup terbatas Iingkupnya, sehingga

memungkinkan penarikan kesimpulan yang tegas, kalau toh

disertai rumusan masalah yang masih bersifat umum, hendaknya

disertai dengan penjabaran-penjabaran yang spesifik dan

operasional".

Dengan demikian dalam

merumuskan masalah penelitian adalah

penting, karena akan menentukan terlaksananya penelitian yang diharapkan

serta akan menentukan ketercapaian manfaat hasil penelitian. Sehubungan

dengan itu untuk merumuskan permasalahan penelitian terhadap

menajemen pelatihan dalam pemberdayaan industri kecil di Kabupaten

Bogor, maka perlu difahami sebelumnya mengenai permasalahan yang

dihadapi industri kecil. Permasalahan industri kecil pada umumnya tidak

jauh berbeda secara nasional termasuk di Kabupaten Bogor, yaitu lemahnya

dalam penerapan manajemen usaha, keterampilan yang dimiliki masih

tradisional, teknologi yang digunakan pada umumnya sangat sederhana,

sehingga berakibat pada kualitas dan kuantitas produksi yang rendah, belum

tumbuhnya jiwa wirausaha yang diharapkan, terbatasnya permodalan yang

(29)

19

ikut ikutan. Disamping itu latar belakang pendidikan formal yang pada

umumnya rendah, sehingga mengakibatkan lambat untuk menerima

pembaharuan-pembaharuan. Dan permasalahan tersebut masih terwaris oleh

para pengusaha industri kecil pada umumnya sampai sekarang. Keadaan di

atas, kesemuanya adalah bersumber dari kemampuan sumber daya

manusianya sebagai pelaku ekonomi di sektor industri sub sektor industri

kecil, karenanya agar industri kecil dapat berdaya guna sesuai dengan yang

diharapkan diperlukan peningkatan kemampuan sumber daya manusianya,

dan diperlukan pelatihan - pelatihan yang efektif.

Seperti pendapat ke dua ahli di atas, bahwa dalam merumuskan

masalah yang akan diteliti penegasannya dapat berbentuk pertanyaan atau

dapat pula berbentuk pernyataan. Sehubungan dengan hal tersebut pada

perumusan masalah ini akan ditegaskan dalam bentuk pertanyaan sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah gambaran umum penyelenggaraan pelatihan Usaha

Industri Kecil (UIK), menyangkut kurikulum (materi), penyelenggara,

sarana & prasarana, tenaga Pelatih dan peserta pelatihan ?

2. Bagaimanakah tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap lulusan

pelatihan UIK ?

3. Bagaimanakah faktor kekuatan, kelemahan, hambatan dan peluang serta

(30)

20

C. Tujuan penelitian

Secara umum penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah efektivitas pelatihan usaha industri kecil memberikan dampak terhadap

pengembangan usaha industri kecil di Kabupaten Bogor, untuk mengetahui

ini tentunya perlu didukung oleh data dan fakta empirik yang akurat dan aktual, sehingga dapat terlihat dan diketahui secara objektif.

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah menjabarkan

tujuan umum tersebut, yaitu :

1. Mengetahui gambaran umum penyelenggaraan pelatihan Usaha Industri

Kecil (UIK) yang menyangkut kurikulum (materi), penyelenggara, sarana prasarana, tenaga pelatih dan peserta pelatihan.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap lulusan

pelatihan UIK.

3. Mengetahui faktor kekuatan, kelemahan, hambatan dan peluang terhadap pelatihan Usaha Industri Kecil (UIK).

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang berjudul "Manajemen Pelatihan dalam Pemberdayaan Usaha Industri Kecil di Kabupaten Bogor", sebagai

(31)

1. Kepentingan Akademis:

a. Hasil penelitian dapat digunakan bahan kajian lebih lanjut yang lebih

spisifik.

b. Memberikan sumbangan dalam memperkaya perpustakaan UPI

Bandung.

c. Memperkaya bahan informasi pembangunan khususnya industri kecil

di Kabupaten Bogor dan Jawa Barat umumnya, yang dapat dijadikan

wahana dalam pembahasan ilmiah.

d. Bahan pengambilan keputusan dalam meningkatkan pembangunan

industri melalui peningkatan kinerja pelatihan usaha industri kecil.

2. Kepentingan Pemerintah.

a. Dapat dijadikan bahan kebijaksanaan dalam pengembangan industri

kecil di Kabupaten Bogor, sebagai kontribusi dari UPI Bandung.

b. Dapat dijadikan bahan perbaikan atau penyempurnaan serta acuan

dalam pelaksanaan pelatihan oleh Cabang Dinas Perindustrian

Kabupaten Bogor.

E. Kerangka Berpikir

Kebijakan Pemerintah dalam pembangunan ekonomi kerakyatan,

antara lain diarahkan pada pemberdayaan industri kecil, hal ini apabila

(32)

22

penyerapan tenaga kerja, penyebarannya serta kepemilikannya dapat

memberikan kontibusi dalam pembangunan ekonomi kerakyatan.

Namun dalam pembangunan industri kecil tidak semudah apa yang

bayangkan, karena dalam pembangunan industri kecil terdapat beberapa

aspek yang berpengaruh yang perlu mendapat perhatian selain potensi juga

permasalahannya yang tidak mudah untuk dipecahkan, karena itu dalam

pembangunan industri kecil selain memperhatikan potensi, juga hams

memperhatikan permasalahannya untuk dipecahkan, agar industri kecil

dapat tumbuh dan berkembang sehingga memberikan sumbangan yang

berarti dalam membangun ekonomi kerakyatan.

Industri kecil dalam keberadaannya dilihat secara kuantitatif cukup

potensial, akan tetapi secara kualitatif sepertinya belum mencapai harapan

keadaan tersebut kemungkinan disebabkan dengan adanya permasalahan

yang dihadapi industri kecil sulit dipecahkan sendiri, sehingga memerlukan

pembinaan dari pihak pemerintah.

Selanjutnya sebagaimana diketahui bahwa titik pusat (centre point)

dari pembinaan yang dapat mendorong tercapainya pembangunan industri

kecil adalah meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya melalui

pelatihan dan itu akan tergantung pada penerapan manajemen pelatihanya

dalam

memanfaatan

faktor

pendorong

dan

mengatasi

faktor

(33)

faktor-23

faktor

termaksud akan memberikan pengaruh terhadap keberhasilan

pelatihan.

Dalam hal inipun kebijakan Pemerintah untuk melakukan

pembinaan dan bantuan seperti tersebut di atas, telah dilakukan selain

bantuan fasilitas produksi juga meningkatkan kemampuan Sumber Daya

Manusianya.

Sebagaimana dimaklumi, bahwa tujuan negara Indonesia

sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945, yaitu mencapai masyarakat adil dan makmur

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar mencerdaskan kehidupan

bangsa, selanjutnya upaya mewujudkan masyarakat adil dan makmur dan

cerdas diperlukan peningkatan perekenomian melalui pembangunan di

berbagai sektor diantaranya adala sektor industri. Untuk itu Garis-Garis

Besar Haluan Negara tahun 1999-2004 (1999: 17) telah memberikan arah

kebijakannya sebagai berikut:

"Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global

sesuai kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan

kompetitif berdasarkan keunggulan komparatif sebagai negara maritim dan agraris sesuai kompetensi dan produk unggulan di setiap daerah, terutama pertanian dalam arti luas, kehutanan,

kelautan, petambangan, pariwisata, serta industri kecil dan kerajinan arakyat."

Dari Garis-Garis Besar Haluan Negara di atas, telah menampakan

(34)

24

diantaranya adalah melakukan pembangunan industri khususnya industri

kecil.

Pembangunan desa dan masyarakat pedesaan terns didorong melalui

peningkatan koordinasi dan peningkatan pembangunan sektor

pengembangan kemampuan sumber daya manusia, pemanfaatan sumber

daya alam dan penumbuhan iklim usaha yang didorong tumbuhnya

prakarsa dan swadaya masyarakat sehingga mempercepat peningkatan

pengembangan desa swadaya dan desa.swakarsa menuju desa swasembada. Kemampuan masyarakat desa untuk berproduksi dan memasarkan hasil

produksinya perlu didukung dan ditingkatkan melalui penataan

kelembagaan dan perluasan serta diversifikasi usaha agar makin mampu

mengarahkan dan memanfaatkan dana dan daya bagi peningkatan

pendapatan dan taraf hidupnya. Pembangunan berbagai sarana dan prasarana perekonomian termasuk koperasi dan lembaga keuangan

ditingkatkan agar mampu berperan serta dalam pengembangan ekonomi

rakyat dan makin meningkatkan swadaya masyarakat pedesaan dalam pembangunan untuk mewujudkan ekonomi kerakyatan.

Pada prakteknya, peran aktif masyarakat dalam pembangunan perlu

lebih dikembangkan. Artinya, bahwa pembangunan hanya akan teriaksana

bila dilakukan melalui keterlibatan seluruh lapisan masyarakat sesuai

(35)

25

Sebagai pelaku pembangunan pengusaha industri kecil mempakan

potensi strategis untuk terlibat langsung secara aktif dalam pelaksanaan

pembangunan. Terutama bila dilakukan dengan kondisi objektif masyarakat pedesaan di Jawa Barat yang memiliki tingkat agrarisitas yang cukup

tinggi. Sehingga keterlibatan pengusaha kecil sebagai minoritas memiliki arti penting dalam ikut memotivasi masyarakat sekaligus melakukan upaya

nyata dalam pembangunan masyarakat, khususnya dalam pembangunan bidang penataan ekonomi dan kesehatan lingkungan ini menjadi prioritas penting karena lingkungan banyak menentukan tingkat kesejahteraan.

Atas dasar pertimbangan itulah, pembangunan masyarakat desa akan

dilaksanakan dengan melibatkan pengusaha industri kecil melalui kegiatan pelatihan yang dilandasi oleh manajemen, maka diharapkan dapat

menumbuh kembangkan usaha industri kecil dalam rangka upaya percepatan dan pemerataan pembangunan di bidang ekonomi yang

keberpihakan pada rakyat dapat segera terwujud. Keadaan tersebut tentunya perlu dukungan pemerintah dan agar dukungan pemerintah dapat dilaksanakan, maka hams dituangkan dalam bentuk kebijaksanaan pemerintah, undang-undang yang dituangkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Peraturan-Peraturan yang lebih kongkrit lainnya.

Suatu pelatihan yang dilandasi oleh penerapan manajemen yang

(36)

26

oleh para ahli adalah yang pertama dikemukakan adalah fungsi

perencanaan. Hal ini menunjukan bahwa fungsi perencanaan dalam setiap

kegiatan adalah sangat penting, dengan pengertian tidak mengecilkan arti

dari pada fungsi-fungsi manajemen lainnya seperti pengorganissian,

pengawasan dan pengendalian termasuk buggeting atau pembiayaan.

Karena fungsi - fungsi manajemen ini adalah sebagai sub sistem dari pada

manajemen.

Untuk itu semua tentunya tidak mungkin dapat teriaksana dan dapat

berjalan baik tanpa adanya dukungan»pemerintah daerah, dan dukungan

pemerintah akan menjadi suatu kekuatan bagi pelaksana teknis seperti

Cabang Dinas Perindustrian, untuk dijadikan suatu pegangan formal,

apabila

dukungan itu dituangkan dalam kebijaksanaan Pemerintah

Kabupaten.

Seperti dituangkan dalam

RUPTD

(Rencana Umum

Pembangunan Tahunan Daerah).

(37)

KEBUAKAN PEMERINTAH.

BIDANG EKONOMI

KERANGKA BERPIKIR

PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL

Meningkatkan Pengetahuan, keterampilan dan sikap

PELATIHAN

YANG EFEKTIF

MANAJEMEN PELATIHAN YANG EFEKTIF

[image:37.595.80.460.70.531.2]

27

Gambar 2 Paradigma Penelitian

Kerangka berpikir di atas, menggambarkan bahwa kebijakan

pemerintah dalam mewujudkan pembangunan ekonomi Indonesia adalah

meningkatkan ekonomi kerakyatan, diantaranya melalui pemberdayaan

industri kecil. Dengan pemberdayaan industri kecil, maka ekonomi

kerakyatan akan tercapai. Hal ini mengingat industri kecil adalah sebagai

kegiatan ekonomi yang dilakukan langsung oleh masyarakat terutama di

(38)

/ . o

penghasilan pokok masyarakat temtama di pedesaan dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari baik hasilnya maupun produknya, lebih jauh dilihat

dari perkembangannya industri kecil termaksud sudah banyak melakukan

eksport walaupun dilakukan secara tidak langsung.

Akan tetapi dibalik potensinya yang cukup besar dan didukung oleh

faktor-faktor penunjangnya baik bahan baku maupun peralatannya. Industri

kecil menghadapi permasalahan baik dalam lingkungan intern antara lain

sumber daya manusia, permodalan, dan teknologi, sedangkan lingkungan

ekstern seperti sumber bahan baku, pemasararan, dan beberapa kebijakan

yang kurang mendorong perkembangan usahanya. Permasalahan termaksud

tentunya tidak akan dapat dipecahkan sendiri oleh para pengusaha industri

kecil, akan tetapi diperlukan bantuan pemerintah. Namun apabila

memperhatikan latar belakang pendidikan dan sifat usaha yang pada

umumnya turun temurun, nampaknya salah saw permasalahan industri kecil

yang dominan adalah kemampuan sumber daya manusaianya yang relatif

rendah, dengan demikian prioritas pemecahan permasalahan industri kecil

adalah meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya.

Sehubungan dengan itu

suatu upaya untuk meningkatkan

kemampuan sumber daya manusia industri kecil diantaranya dengan

melaksanakan pelatihan baik yang bersifat teknis maupun non teknis

(manajerial), namun demikian pelatihan itu sendiri bam akan mencapai

(39)

29

pelatihannya dalam arti manajemen pelatihan yang memperhatikan

fungsi-fungsi manajemennya.

Upaya untuk mengevaluasi keberhasilan pembinaan pengusaha

industri kecil belum mendapatkan perhatian yang intensif. Sehingga

kemajuan dan perkembangannya belum mendapatkan angka yang pasti,

apakah sebelum dan sesudah pelatihan mengalami pembahan. Padahal

dalam pelaksanaan pelatihan perlu adanya evaluasi. Menumt Nanang Fattah

(1999:108), tujuan evaluasi terhadap penyelenggaraan pelatihan adalah:

1) untuk memperoleh dasar bagi pertimbangan awal dan akhir suatu periode kerja, apa yang telah dicapai, apa yang belum dicapai, dan apa yang perlu mendapat perhatian khusus.

2) Untuk menjamin cara kerja yang efektif dan efisien yang

membawa organisasi kepada penggunaan sumber daya

pendidikan (manusia, sarana, prasarana, dan biaya) secara

efisien dan ekonomis.

3) Untuk memperoleh fakta tentang kesulitan, hambatan,

penyimpangan dilihat dari aspek tertentu misalnya program

tahunan, kemajuan belajar.

Untuk melihat keberhasilan dari suatu evaluasi dapat dilihat dari

input, proses, dan output, serta outcome, dari pelatihan yang dilaksanakan.

Keberhasilan pelatihan UIK dapat dilihat dengan melakukan evaluasi.

Karena sasaran evaluasi menumt Prasetya Irawan (1995: 7-8), adalah:

Input meliputi: 1) peserta pelatihan; 2) materi; 3) sarana pelatihan; 4) kurikulum; 6) strategi pelatihan; 7) biaya. Komponen proses yaitu meliputi: 1) strategi pelatihan; 2) media instruksional; 3) cara mengajar pelatihan; 4) cara belajar poeserta pelatihan; 5) biaya. Komponen out put meliputi: 1) lulusan pelatihan. Komponen

(40)

30

Jelasnya dari Kerangka berpikir di atas, menggambarkan bahwa

untuk mewujudkan ekonomi kerakyatan sebagaimana diamanatkan di

dalam GBHN, salah satunya upaya pemberdayaan industri kecil di daerah

dengan meningkatkan kemampuan untuk berdaya saing dipasaran yang

didukung oleh sumber daya manusia industri yang terampil baik secara

teknis maupun non teknis. Untuk itu kuncinya adalah diperlukan pelatihan

yang menggunakan manajemen diantaranya menyusun perencanaan

pelatihan yang matang, pelaksanaan yang tepat dan pengawasan yang

ketat. Seperti dikemukakan

oleh Kri'stiadi Dimensi praktis Manajemen

Pembangunan di Indonesia (1997: 19), sebagai berikut:

"Menerapkan manajemen modern dalam pelaksanaan

pembangunan. Dalam kaitan ini terdapat tiga fungsi pokok

dalam menajemen modern tersebut yaitu: pertama, perencanaan

yang matang; kedua, pelaksanaan yang tepat; dan ketiga,

pengawasan yang ketat."

Ketiga hal dalam manajemen modern di atas adalah penting, dari

ketiga fungsi tersebut untuk menentukan pelaksanaan tepat dan pengawasan yang ketat itu dasar utamanya adalah perencanaan yang matang. Karena itu untuk dijadikan prioritas penelitian dalam pemberdayaan industri kecil di

Kabupaten Bogor dititikberatkan pada manajemen pelatihannya,

Mengenai kerangka berpikir di atas, ringkasnya adalah apabila

pelatihan,industri kecil dilakukan dengan manajemen yang tepat, maka

(41)

31

dapat mengembangkan usahanya dengan memanfaatkan potensi yang

tersedia secara efektif dan efisien. Dengan berkembangnya usaha industri

kecil akan mampu menyerap tenaga kerja, meningkatkan kualitas dan

kuantitas produksi yang memiliki daya saing dipasaran, memberikan

pendapatan bagi pengusahanya, pekerjanya, dan masyarakat di sekitamya

dengan demikian pemberdayaan industri kecil diharapkan dapat

meningkatkan ekonomi kerakyatan yang merata dari pedesaan sampai ke

(42)
(43)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

Bab III menguraikan tentang mekanisme, prosedur pengambilan dan

pengolahan data yang diperlukan sesuai dengan agenda permasalahan yang

dipaparkan pada bagian sebelumnya. Secara terperinci data yang

diperiukan antara iain, metode penelitian, lokasi dan popuiasi penehtian,

pelaksanaan penelitian dan penjabaran konsep teori ke dalam konsep

empirik dan analitik. Penjelasan mengenai prosedur penelitian disajikan

sebagai berikut:

A. Metode Penelitian

Pendekatan penelitian adalah kualitatif, dimana penelitian yang

berjudul "Manajemen Pelatihan dalam Pemberdayaan Usaha Industri Kecil

di Kabupaten Bogor" mendeskripsikan serta menganalisis semua data

temuan lapangan.

Penelitian ini mengungkapkan pelatihan serta manajemen pelatihan

dan kualitas hasil pelatihan dalam rangka menunjang pengembangan

industri kecil di Kabupaten Bogor Jawa Barat. Untuk kepentingan

tersebut maka dilakukan pendekatan kualitatif(Bogdan dan Biklen, 1982).

Pertimbangan selanjutnya memilih metode deskriptif analitik

dimaksudkan untuk menemukan jawaban yang dikembangkan dari masalah

(44)

81

yang dilakukan terhadap para pengusaha industri kecil serta manajemen

pelatihan temtama dari fungsi manajemen dan hasil yang dicapainya.

Dengan penilaian tersebut berarti mendeskripsikan dan mengevaluasikan

kualitas pelatihan dan manajemen yang dilakukan dalam rangka menunjang

keberhasilan penyelenggaraan pelatihan para pengusaha indutri kecil di

Kabupaten Bogor.

Adapun dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling dan snowball sampling, dimana responden diminta untuk

menunjukkan orang Iain yang dapat dijadikan sumber informasi. Sedangkan

purposive sampling adalah bahwa sampel

yang dipiiih secara khusus

berdasarkan tujuan penelitian. Adapun tujuan penggunaan teknik purposive

sampling adalah untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan tujuan

penelitian. (Lincoln & Guba, 1985:202). Sedangkan untuk memperoleh

validitas data dalam penelitian dilakukan teknik triangulasi, mitra/kolega,

referensi, dan member check.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian terietak di Kabupaten Bogor, dimana populasi

penelitian diambil dari para pengusaha industri kecil yang mengikuti

pelatihan tahun 2000/2001.. Sampei yang ditetapkan hanya dua angkatan

saja yang berjumlah 60 orang dimana setiap angkatannya 30 orang.

(45)

82

sebagai sampei tersebut dapat mewakili kelima angkatan yang ada, karena

memiliki kesamaan (homogen).

Kemudian responden yang berjumlah 60 orang tersebut diberikan

kuesioner dan diwawancarai. Setelah terkumpul data yang diperlukan

melalui wawancara dan kuesioner maka data-data tersebut di susun

diorganisir sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian. Sehingga

memudahkan dalam pengoiahan data selanjutnya.

C. Pelaksanaan Peneiitian

Adapun iangkah-iangkah penejitian yang dilaksanakan dalam

menjaring berbagai informasi, sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahap pertama yaitu tahap persiapan ini bertujuan untuk

memperoieh gambaran data yang iengkap dan jeias sesuai dengan masalah

yang hendak di teliti. Kegiatannya dimuiai dengan penjajagan iapangan

untuk menentukan fokus penelitian. Setelah itu dimatangkan daiam suatu seminar desain sesuai dengan Program Pasca Sarjana dengan pembimbing

yang telah ditentukan.

Adapun yang dilakukan pada tahap persiapan ini adalah memberikan

pengarahan terhadap petugas lapangan, dengan:

a. Memberikan arahan yang jeias kepada petugas mengenai pengisian

(46)

kesuiitan dalam mengumpulkan dan menyusun data yang didapat dari

responden.

b. Meiakukan persiapan terhadap petugas lapangan untuk siap diterjunkan

kelapangan. Diharapkan wawancara yang dilakukan sesuai dengan

tujuan penehtian.

c. Melakukan pengarahan terhadap petugas Iapangan agar dapat

melakukan tugas observasi yang tepat sasaran dan dapat memperlancar

jaiannya penelitian.

Tahap persiapan merupakan tahap dimana dilakukan kegiatan

menentukan permasalahan yang terjadi di lapangan. Di sini Peneliti

meiakukan kegiatan pengenalan melalui kegiatan antara lain:

(1) Melakukan prasurvey pada Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten

Bogor dengan kegiatan utama mengamati fenomena yang terjadi dalam

proses pembinaan industri kecil di Kabupaten Bogor. Fenomena tersebut

mempakan embrio permasalahan yang diangkat kepermukaan dan

selanjutnya disusun menjadi desain penelitian;

(2) Memilih lokasi penelitian yang layak selain memiliki permasalahan juga

memiliki prospek untuk berkembang yang selanjutnya dapat diberikan

soiusi altematif dengan bobot pada Pemiiihan untuk mencari tingkat

permasalahan yang paling penting.

(47)

84

(4) Menentukan tenaga yang akan membantu Peneiiti dalam menghimpun

data lapangan, baik dari pihak dalam maupun dari pihak lain yang

dianggap proporsional dan mampu menyimpan data yang bersifat krusial

secara rahasia. Kepada tenaga pembantu diberikan iembaran dalam

bentuk pertanyaan bebas serta daftar informasi proses pelaksanaan

pelatihan sebeium Peneliti turun ke lapangan;

(5) Menyiapkan sarana ataupun perlengkapan penelitian, baik bersifat

elektronik maupun non elektronik seperti alat perekam (tape) dan kamera

serta pedoman penelitian meliputi Lembaran peniiaian dokumen,

observasi dan pedoman wawancara.

(6) Mengurus surat izin yang berdasar pada prosedur yang berlaku sebagai

syarat administratif untuk melakukan penelitian ilmiah pada UPI

Bandung.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan yaitu mengumpulkan data dari sumber-sumber

informasi yang dianggap relevan. Pengumpulan informasi ini dilakukan

melalui kuesioner, wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

Pengumpulan data dilakukan untuk menggali data sebenamya

dengan bantuan petugas pewawancara dengan penyebaran kuesioner.

Kemudian hasil tersebut dikonfirmasi kembaii agar tidak terjadi kesalahan

(48)

85

pengarahan terlebih dahulu, agar para petugas memahami betul maksud dan

tujuan penelitian ini.

Pada tahap ini pengumpulan data dilakukan secara langsung

keiapangan, dengan:

a. Penugasan langsung keiapangan para petugas Iapangan agar dapat

memperoleh data dan informasi untuk dikumpulkan, diorganisir dan

disusun dalam laporan sesuai dengan tujuan penelitian.

b. Peneliti langsung memberikan pengawasan terhadap proses

pengumpulan data dan informasi di lapangan.

c. Mengatur petugas lapangan agar dapat bekerja dengan efektif di

iapangan dan sesuai dengan tujuan dari penelitian.

d. Pengumpulan data dari hasil lapangan baik dari wawancara, kuesioner

dan observasi. Selanjutnya diproses dengan program Excel Windows

2000 untuk mempermudah penganalisisan data selanjutnya.

Untuk mengetahui data yang masuk maka pada tahap ini juga

dilakukan analisis dengan cara mereduksi catatan lapangan yang terkumpul

serta merangkum permasalahan yang dianggap penting secara lebih

sistematis.

Kegiatan pelaksanaan yang dilakukan mencakup :

(1) Mengumpulkan dasar dan kebijakan pelatihan, manajemen pelatihan

mengenai pemiiihan Peserta Dikiat yang diterima. Artinya peserta diklat

(49)

tercapainya hasil pelatihan yang diharapkan.

Pengumpuian data

berdasarkan pedoman penilaian dokumen yang disusun sebelum tumn ke

lapangan dan telah disetujui Pembimbing.

(2) Melakukan observasi terhadap pelaksanaan tugas Tim Seleksi dalam

menyeleksi Peserta Diklat yang sesuai dengan kebutuhan mulai dari

kegiatan merencanakan, melaksanakan hingga mengawasi sebagai proses

dari rangkaian siklus kegiatan dalam rangka mencapai tingkat efektivitas.

Observasi selanjutnya diarahkan pada ex peserta pelatihan.

Mewawancarai subjek penelitian melalui obroian biasa yang

dilakukan pada tempat tertentu baik di kantor kerja, Pemsahaan, ataupun di

tempat lain yang memungkinkan terjadinya konfirmasi yang mengarah pada

permasalahan tersebut. Wawancara ini menekankan prinsip ketercapaian

tujuan dengan memperhatikan aspek interaksi yang aktif. Proses

wawancaraakan selesai apabila selumh data dan informasi yang dibutuhkan

sudah dapat dikumpulkan sesuai kebutuhan penehtian.

3. Tahap Pengecekan

Tahap ini dimaksudkan untuk mengecek kebenaran data dan

informasi yang teiah dikumpuikan agar hasil temuan penelitian lebih dapat

dipercaya. Pengecekan data dan informasi ini dilakukan dengan cara: (a)

mengkonfirmasikan kembaii hasil data kepada semua sumber data baik itu

(50)

87

triangulasi dengan pihak-pihak yang relevan. Setelah hal tersebut dilakukan

maka dapat membuat laporan penelitian bempa laporan tesis penelitian.

Pada tahap pengeecekan ini, data-data yang dikumpulkan dilakukan

ceking ulang untuk memantau sejauhmana kelengkapan ataupun

kesempumaan data yang dihimpun. Kemudian juga melihat validasi data

yang dapat dipercaya. Pengecekan ini dilakukan dengan kegiatan meliputi:

(1) Mengecek ulang data-data yang terkumpul, baik data dari responden

maupun bersumber dari dokumen;

(2) Meminta kembaii informasi kepada subjek penelitian apabila diketahui

bahwa data yang dikumpulkan melalui penelitian lapangan belum iengkap. Proses pengumpuian dilakukan dengan telepon maupun

konfirmasi langsung dan atau melalui perantara lain;

Meminta kepada pihak-pihak terkait untuk menjelaskan landasan

hukum, proses dan mekanisme peiaksanaan pelatihan berdasarkan kriteria dengan mengacu kepada program serta ketepatan disiplin ilmu. Kemudian diminta juga informasi manajemen pembinaan dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas keberhasilan pelatihan dan implementasi

penyeienggaraannya. Pihak-pihak terkait daiam penelitian ini seperti jajaran

cabagn Dinas Perindustrian Kabupaten Bogor dan para pengusaha ex

peserta pelatihan yang tidak termasuk subjek penelitian dilihat dari

(51)

88

D. Penjabaran Konsep Teori ke dalam Konsep Empirik dan Analitik

Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan datanya melalui

wawancara, angket dan observasi. Wawancara yang dilakukan adalah

wawancara terpimpin dimana responden diarahkan kepada tujuan

penehtian. Sedangkan angket digunakan untuk meiihat hubungan latar

belakang dengan pengetahuan, keterampilan, sikap dan produktivitas baik

sebelum maupun setelah pelatihan.

Dalam pemberdayaan industri kecil, agar mencapai produktivitas

meialui pengembangan SDM industri kecii dengan meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan sikap, walaupun tidak terlepas dari pengamh faktor lainnya, yaitu latar belakang pendidikannya dan

manajemen pelatihan.

Diduga ada hubungan latar belakang pendidikan dengan

pengetahuan, keterampilan dan sikap tanpa melalui peiatihan. Oleh sebab itu penelitian ini menggambarkan hubungan latar belakang pendidikan

seseorang dengan produktivitas, pengetahuan, keterampilan dan pembahan

sikap. Hubungan tersebut akan melihat bagaimana perbedaannya sebelum

dan setelah mengikuti pelatihan. Hubungan tersebut akan digambarkan

melalui melalui tabel-tabel angka yang kemudian dianaiisis sesuai dengan

(52)

89

Untuk melihat penjabaran konsep hubungan latar belakang

pendidikan dengan pengetahuan, keterampilan, sikap dan produktivitas

dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 12

Hubungan LB pendidikan dengan pengetahuan,

keterampilan sikap dan produktivitas

Dirriana,

A = Latar belakang pengusaha

B = Pengetahuan (Knowledge) C = Keterampilan (Skill)

D = Sikap (Attitude)

X = Pelatihan

Y = Produktivitas (usaha)

Tanda panah bermata satu mengasumsikan bahwa hubungan yang ada

adalah searah (asimetris). Sedangkan panah bermata ganda mengasumsikan

bahwa hubungan yang ada adalah dua arah (simetris). Gambar di atas dapat

(53)

90

yang mendorong meningkatnya pengetahuan (knowledge) (B), keterampilan

(skill) (C), sikap (attitude) (D) dari latar belakang pengusaha(A). Dalam model ini

juga bahwa knowledge (B), skill (C) dan attitude (D) mempunyai hubungan

timbal balik dengan produktivitas (X).

Gambaran di atas menjelaskan bahwa untuk mengukur produktivitas

sebeium dan setelah pelatihan berlangsung, maka diperiukan evaiuasi. Evaiuasi dilaksanakan untuk meiihat bagaimana tingkat pengamh pelatihan terhadap produktivitas pengusaha industri kecii. Evaluasi juga mengukur

bagaimana hubungan latar belakang .pendidikan dengan pengetahuan,

keterampilan dan pembahan sikap. Untuk melakukan evaluasi tersebut maka dilakukan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analitik, baik

menggunakan angka-angka maupun dengan kata-kata. Hasil penelitian ini

akan dijabarkan dan dianaiisis pada bab IV.

Untuk mempermudah dalam melihat hasil analisis data yang

diperoleh dari lapangan, dapat diperoleh dari variabel yang dijabarkan pada

(54)

Tabel 1

Penjabaran Konsep Teori

Ke dalam Konsep Empirik, Analitikdan Operasional

91

TEORI EMPIRIK ANALITIK OPERASIONAL

1 2 3 4

LATAR BELAKANG Asal Jawaban responden 1. dimana sdr.

pendidikan, tentang asal sekolah Menyelesaikan sekolah

PENDIDIKAN sekolah dan ijazah terakhir di bogor 1 kejuruan atau di luar bogor 2

umum, 2. apakah sdr. sekolah swasta atau kejuruan 1

negeri, ijazah umum 2

terakhir 3. apakah sdr.

menyelesaikan studi

akhir

swasta 1

negeri 2

»

-4. kapan saudara menyelesaikan studi

akhir

5 th yang lalu 1 10 th yg lalu 2 5. apakah ijazah terakhir

anda

SD 1

SLTP 2

SLTA 3

PT 4

6. dan seterusnya

PEMBERDAYAAN a. Pengetah Jawaban responden 31. apakah sebelum USAHA INDUSTRI u a n tentang melakukan pelatihan sudah

KECrL (UIK) pencatatan pembukuan melakukan pencatatann

sebelum dan setelah dan pembukuan

pelatihan dan seterusnya

Ya 1.

Tidak 2.

32. apakah setelah pelatihan

sudah melakukan

pencatatan dan

pembukuan usaha

Ya 1.

(55)

Keteram

pilan

c. sikap

Jawaban responden

tentang tingkat produksi; permodalan; pembinaan

usaha dan pasar

Jawaban responden

tentang permodalan,

pemborosan, inovasi produk dan pola pikir yang berubah produktif

92

33. Dan seterusnya

39. Bagaimanakah

perbandingan produksi

sebelum dan sesudah pelatihan

lebih baik 1.

biasa-biasa saja 2.

lebih buruk 3.

Sebutkan jumlah produksi sebelum dan sesudah pelatihan

40. Bagaimanakah

permodalan perusahaan

setelah masa kredit berakhir

Kredit lagi 1. Modal tabungan sendiri 2. Bangkrut 3.

Jika tabungan berapa

jumlah tabungan sdr

sebelum dan sesudah

pelatihan Jt

41. Dan seterusnya

46. Apakah sebelum

pelatihan, anda

beranggapan bahwa

kemajuan usaha hanya dipengaruhi oleh faktor

dana Ya Tidak

1. 2.

47. Apakah setelah

pelatihan, anda masih

beranggapan bahwa kemajuan usaha hanya

dipengaruhi oleh faktor

(56)

93

Ya 1.

Tidak 2.

Sebutkan modal anda sebelum dan sesudah

pelatihan Jt

48. apakah sebelum pelatihan anda sudah menabung untuk keperluan usaha Ya Tidak 1. 2.

Jika ya, sebutkan

jumlahnya Jt

49. apakah setelah pelatihan

anda sudah menabung

utk keperluan usaha

Ya 1.

Tidak 2.

50. apakah sebelum

pelatihan anda

melakukan inovasi

terhadap produk usaha

Ya 1.

Tidak 2.

51. apakah setelah pelatihan

anda melakukan inovasi

terhadap produk usaha

Ya 1.

Tidak 2.

52. apakah sebelum

pelatihan anda memiliki pola konsumtif

Ya 1.

Tidak 2.

53. apakah setelah pelatihan pola pikir konsumtif

anda berubah menjadi

pola produktif

Ya 1.

(57)

Produktivitas Jawaban responden

tentang perluasan pasar,

kemauan tabungan, penambahan tenaga kerja, peningkatan

produksi

94

54. apakah sebelum pelatihan pasar usaha

anda rendah

Ya 1.

Tidak 2.

55 apakah setelah pelatihan

pasar anda meningkat

Ya 1.

Tidak 2.

56. apakah sebelum pelatihan anda menabung

Ya 1.

Tidak 2.

Berapa Rp

57. apakah setelah pelatihan anda menabung

Ya 1.

Tidak 2.

Berapajml Rp

58. apakah sebelum pelatihan tenaga kerja

anda bertambah

Ya 1.

Tidak 2.

Berapajml org

59. apakah setelah pelatihan tenaga kerja bertambah

Ya 1.

Tidak 2.

Berapa jumlah.... Org

60. apakah sebelum

pelatihan produksi usaha anda meningkat

Ya 1.

Tidak 2.

Berapa

61. apakah setelah pelatihan produksi usaha anda meningkat

Ya 1.

Tidak 2.

(58)
(59)

BABV

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Adapun yang dapat disimpulkan setelah menemukan dan membahas

permasalahan tesis yang berjudul "Manajemen Pelatihan dalam

Pemberdayaan Usaha Industri Kecil di Kabupaten Bogor", sebagai berikut:

1. Manajemen Pelatihan Usaha Industri Kecil (UIK) di Kabupaten Bogor

yang dilaksanakan oleh Cabang Dinas Perindustrian Kab. Bogor masih

perlu perbaikan-perbaikan yang berkelanjutan. Perlu

Gambar

Gambar 2 Paradigma Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

penelitian ini adalah ”Seberapa Besarkah Pengaruh Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Kab. Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ha

Salah satu cara yang perlu ditempuh oleh Pemerintah Kota Tanjungbalai adalah dengan meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya yang masih terbatas, memberikan

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan profil industri kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan; 2) mendeskripsikan kondisi sumber daya alam, sumber daya

Dari hasil penelitian dapat diambil gambaran bahwa secara konseptual Peran Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sidoarjo Terhadap Pengembangan Industri Kecil Sepatu Sandal di

Penelitian ini bertuuan untuk mengkaji 1) Keanekaragaman industri kecil didesa tertinggal; 2) Profil pengusaha industri kecil didesa tertinggal berdasar

Berdasarkan dua hasil analisis dengan Fuzzy NN-MCDM dengan bantuan OWA operator pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa dalam upaya pemberdayaan industri kecil hasil

Adapun yang menjadi fokus penelitian adalah: (1)Pembinaan dan Pemberdayaan pengrajin batik di Kampoeng batik Jetis yang dilakukan Diskoperindag dan ESDM Kabupaten

Berdasarkan dua hasil analisis dengan Fuzzy NN-MCDM dengan bantuan OWA operator pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa dalam upaya pemberdayaan industri kecil hasil