• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kontribusi Usaha Kecil Dan Menengah Dalam Perkembangan Sektor Riil Di Kota Tanjungbalai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kontribusi Usaha Kecil Dan Menengah Dalam Perkembangan Sektor Riil Di Kota Tanjungbalai"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KONTRIBUSI USAHA KECIL DAN MENENGAH

DALAM PERKEMBANGAN SEKTOR RIIL

DI KOTA TANJUNGBALAI

TESIS

Oleh

TUAH

087003036/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S

E K

O L A

H

P A

S C

A S A R JA

N

(2)

ANALISIS KONTRIBUSI USAHA KECIL DAN MENENGAH

DALAM PERKEMBANGAN SEKTOR RIIL

DI KOTA TANJUNGBALAI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

TUAH

087003036/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS KONTRIBUSI USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PERKEMBANGAN SEKTOR RIIL DI KOTA TANJUNGBALAI

Nama Mahasiswa : Tuah

Nomor Pokok : 087003036

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Rahmanta, M.Si) Ketua

(Drs. H. B. Tarmizi, SU) Anggota

(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec) Anggota

Ketua Program Studi,

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 25 Agustus 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Rahmanta, M.Si

Anggota : 1. Drs. H. B. Tarmizi, SU

2. Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec

3.

(5)

ABSTRAK

Tanjungbalai memiliki struktur dan karakter ekonomi yang didominasi oleh pelaku usaha tergolong kategori usaha kecil dan menengah (UKM). Rendahnya tingkat pendidikan dan sumber daya yang ada pada UKM juga menjadi keterbatasan dan hal ini perlu mendapat pembinaan yang serius dari pemerintah. Keberadaan UKM yang berada pada semua lapangan usaha dan tersebar di semua lokasi memang menjadi kendala yang sangat menyulitkan dalam melakukan pembinaan. Untuk itu dianggap perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam tentang keberadaan UKM sebagai pengembangan sektor riil Kota Tanjungbalai.

Penelitian ini menitikberatkan kepada kontribusi usaha kecil dan menengah (UKM) dalam perkembangan sektor riil Kota Tanjungbalai berdasarkan klaster usaha. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber data primer akan diperoleh dari para pengusaha mikro dan kecil non pertanian pada sektor usaha seperti perdagangan dan restoran, industri rumah tangga dan jasa yang berjumlah 419 UKM. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif, suatu metode analisa data yaitu dengan mengumpulkan data, menyusun, mengklarifikasikan, menganalisa kemudian diinterprestasikan agar dapat memberikan gambaran atau ketegasan tentang masalah yang diteliti serta matrik SWOT yang artinya penulis mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman kemudian menentukan faktor Internal dan Eksternal untuk mendapatkan strategi pengembangannya.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa Kontribusi UKM dalam menyerap tenaga kerja di Kota Tanjungbalai mengalami peningkatan disebabkan ekonomi tidak mengalami gejolak serta perekonomian masih stabil. Sedangkan kontribusi UKM terhadap investasi ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenaikan PDRB tersebut, antara lain ada beberapa usaha sejenis yang sama seperti UKM tapi dimiliki oleh usaha besar sehingga secara tidak langsung berpengaruh terhadap kenaikan PDRB sektor riil. Sedangkan kontribusi UKM terhadap PDRB mengalami penurunan yang lumayan disebabkan munculnya pesaing-pesaing baru dalam produk usaha yang sejenis. Salah satu cara yang perlu ditempuh oleh Pemerintah Kota Tanjungbalai adalah dengan meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya yang masih terbatas, memberikan pelatihan agar mampu menciptakan produk yang inovatif dan menarik bagi konsumen, terus menerus memberikan penyuluhan bagi pelaku UKM untuk segera memiliki izin usaha karena merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan kemudahan dalam pinjaman dari Dinas Koperasi Pemerintah Kota Tanjungbalai.

(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan tesis ini. Penelitian ini berjudul Analisis Kontribusi Usaha Kecil dan Menengah dalam Perkembangan Sektor Riil di Kota Tanjungbalai, merupakan sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Magister Sains di Program Studi Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah Pedesaan (PWD) di Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak sekali mendapat bantuan dan bimbingan dari semua pihak, maka dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza selaku Ketua Program Studi Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si selaku Ketua Pembimbing yang selalu memberikan arahan kepada penulis.

(8)

5. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

6. Bapak Walikota Tanjungbalai dr. Sutrisno Hadi, SpOG selaku pemberi izin belajar mengikuti pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

7. Kakak, Abang, Adik serta Keponakan dan juga teman dekat yang selalu mendoakan saya untuk maju dan berkembang.

8. Pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa bentuk dan penyajian tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun sehingga tesis penelitian ini dapat lebih sempurna dan dapat memberikan manfaat bagi daerah yang diteliti khususnya dan daerah lain umumnya.

Medan, Agustus 2010 Penulis,

(9)
(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Batasan UKM ... 7

2.2. Definisi UKM ... 8

2.3. Beberapa Kajian Pengembangan UMK ... 9

2.4. Jenis-jenis UKM ... 11

2.5. Visi Misi UKM ... 11

(11)

2.7. Pengembangan Wilayah ... 15

2.8. Kebijakan Umum Pengembangan Wilayah ... 17

2.9. Strategi Pengembangan Sektor-Sektor Produksi ... 23

2.10. Hakikat Perencanaan Strategis ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1. Lokasi Penelitian ... 27

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 27

3.3. Definisi Operasional... 28

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.5. Teknik Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1. Gambaran Umum Kota Tanjungbalai ... 31

4.2. Keadaan Wilayah dan Kependudukan ... 33

4.3. Kontribusi UMK dalam Perkembangan Sektor Riil di Kota Tanjungbalai ... 39

4.4. Karakteristik UKM... 48

4.5. Perkembangan Sektor Riil Kota Tanjungbalai ... 53

4.6. Program Pengembangan UKM ... 58

4.7. Pengembangan UKM ... 59

4.8. Pengembangan Menurut UU UKM ... 62

4.9. Tindak Lanjut Pemberdayaan UKM ... 64

4.10. Strategi Pengembangan UKM... 65

(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

5.1. Kesimpulan ... 78

5.2. Saran ... 79

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Matrik SWOT ... 30

4.1. Jumlah Kecamatan di Kota Tanjungbalai ... 35

4.2. Rincian Jumlah Penduduk Setiap Kecamatan di Kota Tanjungbalai ... 37

4.3. Jumlah Penduduk Kota Tanjungbalai Berdasarkan Golongan Umur ... 38

4.4. Klasifikasi penduduk Kota Tanjungbalai Berdasarkan Mata Pencahariannya ... 38

4.5. Jumlah Pengusaha di Kota Tanjungbalai ... 39

4.6. Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah serta Tenaga Kerja di Kota Tanjungbalai Tahun 1999 – 2008... 39

4.7. Jumlah Usaha Kecil dan Menengah di Kota Tanjungbalai Tahun 2008 . 42 4.8. Perkembangan Nilai Investasi Usaha Kecil dan Menengah di Kota Tanjungbalai Tahun 2004 – 2008 ... 45

4.9. Perkembangan PDRB Usaha kecil dan Menengah terhadap Tenaga Kerja di Kota Tanjungbalai Tahun 2004 – 2008 ... 46

4.10. Distribusi Persentase PDRB Kota Tanjungbalai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 tahun 2004 – 2008 (%) ... 55

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

4.1. Karakteristik UKM terhadap Jenis Komoditi ... 48

4.2. Rasio Tenaga Kerja yang Diserap oleh UKM Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49

4.3. Jumlah Unit Layanan dalam UKM ... 50

4.4. Jumlah Persentase Investasi yang Mampu Diserap UKM ... 51

4.5. Jumlah Persentase UKM yang Mempunyai Izin Usaha ... 52

4.6. Jumlah Persentase Komoditi Unggulan ... 52

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

(16)

ABSTRAK

Tanjungbalai memiliki struktur dan karakter ekonomi yang didominasi oleh pelaku usaha tergolong kategori usaha kecil dan menengah (UKM). Rendahnya tingkat pendidikan dan sumber daya yang ada pada UKM juga menjadi keterbatasan dan hal ini perlu mendapat pembinaan yang serius dari pemerintah. Keberadaan UKM yang berada pada semua lapangan usaha dan tersebar di semua lokasi memang menjadi kendala yang sangat menyulitkan dalam melakukan pembinaan. Untuk itu dianggap perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam tentang keberadaan UKM sebagai pengembangan sektor riil Kota Tanjungbalai.

Penelitian ini menitikberatkan kepada kontribusi usaha kecil dan menengah (UKM) dalam perkembangan sektor riil Kota Tanjungbalai berdasarkan klaster usaha. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber data primer akan diperoleh dari para pengusaha mikro dan kecil non pertanian pada sektor usaha seperti perdagangan dan restoran, industri rumah tangga dan jasa yang berjumlah 419 UKM. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif, suatu metode analisa data yaitu dengan mengumpulkan data, menyusun, mengklarifikasikan, menganalisa kemudian diinterprestasikan agar dapat memberikan gambaran atau ketegasan tentang masalah yang diteliti serta matrik SWOT yang artinya penulis mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman kemudian menentukan faktor Internal dan Eksternal untuk mendapatkan strategi pengembangannya.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa Kontribusi UKM dalam menyerap tenaga kerja di Kota Tanjungbalai mengalami peningkatan disebabkan ekonomi tidak mengalami gejolak serta perekonomian masih stabil. Sedangkan kontribusi UKM terhadap investasi ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenaikan PDRB tersebut, antara lain ada beberapa usaha sejenis yang sama seperti UKM tapi dimiliki oleh usaha besar sehingga secara tidak langsung berpengaruh terhadap kenaikan PDRB sektor riil. Sedangkan kontribusi UKM terhadap PDRB mengalami penurunan yang lumayan disebabkan munculnya pesaing-pesaing baru dalam produk usaha yang sejenis. Salah satu cara yang perlu ditempuh oleh Pemerintah Kota Tanjungbalai adalah dengan meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya yang masih terbatas, memberikan pelatihan agar mampu menciptakan produk yang inovatif dan menarik bagi konsumen, terus menerus memberikan penyuluhan bagi pelaku UKM untuk segera memiliki izin usaha karena merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan kemudahan dalam pinjaman dari Dinas Koperasi Pemerintah Kota Tanjungbalai.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur dan karakter ekonomi yang didominasi oleh pelaku usaha tergolong kategori usaha kecil dan menengah (UKM). Karakter tersebut sama dengan karakter ekonomi Sumatera Utara dimana dari sekitar 1 juta unit usaha 45,45 persen tergolong tidak permanen.

Secara lebih jelas terdapat beberapa permasalahan ekonomi Kota Tanjungbalai baik secara kelembagaan ekonomi yang belum efektif karena tidak didukung sektor keuangan yang berpihak pada aktivitas ekonomi rakyat, maupun secara kolektif personal para pelaku ekonomi sektor riil. Permasalahan ekonomi lain yang sangat krusial ialah belum tertatanya sektor ekonomi informal, seperti keberadaan pedagang kaki lima yang dikenal sebagai salah satu usaha kecil dan menengah.

(18)

restoran. Menyusul kemudian jasa-jasa sebanyak 3.030 (18,27) dan angkutan komunikasi 2.554 unit (15,40%).

Berpedoman pada struktur usaha berdasarkan hasil Sensus Ekonomi Tahun 2006, diperkirakan jenis usaha kecil dan menengah (UKM) di Tanjungbalai adalah sebanyak 16586 unit. Sementara berdasarkan hasil Sensus Ekonomi 2006 dapat ditaksir bahwa kategori UKM di Tanjungbalai mencapai sekitar 98,00 persen. Dengan demikian permasalahan utama sektor riil di kota ini adalah UKM, terutama unit usaha yang tergolong tidak permanen atau sektor informal. Walaupun telah banyak program yang dibuat dan dilaksanakan oleh berbagai pihak untuk mendukung usaha mikro dan sejauh ini belum ada program yang efektif dan dapat dijadikan sebagai model yang baku.

Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bentuk alternatif strategi untuk mendukung pengembangan perekonomian Indonesia yang salah satunya sektor riil di Kota Tanjungbalai. Peranan UKM terhadap pemerataan dan kesempatan kerja bagi masyarakat akan dapat membantu Pemerintah dalam mensukseskan program pengentasan kemiskinan dan menekan angka pengangguran. Selain menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, usaha kecil dan menengah terbukti tahan menghadapi krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997.

(19)

strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang makin berimbang berdasarkan demokrasi ekonomi.

UKM sudah menjadi bahan pembicaraan tataran ekonomi nasional guna mengurangi jumlah tingkat kemiskinan negara ini. UKM dinilai sebagai strategi cukup jitu untuk peningkatan sektor riil, terutama untuk mengurangi jumlah pengangguran yang kian tahun terus meningkat. Inpres baru No. 6/2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah bertujuan untuk menanggulangi jumlah tingkat kemiskinan.

Dengan berbagai keterbatasan yang berada dalam skala UKM, di mana salah satunya adalah keterbatasan jumlah pembeli (konsumen), maka strategi pengembangan UKM ini perlu dicermati dengan seksama agar pertumbuhan UKM yang baru tidak “melemahkan” atau bahkan “membinasakan” yang telah ada.

Rendahnya tingkat pendidikan dan sumber daya yang ada pada UKM juga menjadi keterbatasan dan hal ini perlu mendapat pembinaan yang serius dari pemerintah. Keberadaan UKM yang berada pada semua lapangan usaha dan tersebar di semua lokasi memang menjadi kendala yang sangat menyulitkan dalam melakukan pembinaan.

(20)

penelitian yang lebih mendalam tentang keberadaan UKM sebagai sektor riil Kota Tanjungbalai.

Dalam perkembangan UKM, dukungan untuk aspek non-finansial sebenarnya berperan sangat penting yang salah satunya adalah adanya perhatian dari pemerintah seperti UU No. 20 Tahun 2008. Di masa krisis, UKM dikenal sebagai unit usaha yang tahan terhadap krisis karena produk lokal dalam industri ini sangat tinggi.

Sebagian besar UKM memanfaatkan input yang berasal dari lingkungannya sendiri. Kecilnya penciptaan nilai tambah dalam UKM dibandingkan dengan kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja menunjukkan bahwa dua persoalan penting yang dihadapi UKM saat ini adalah kapasitas UKM dan produktivitas UKM. Pemberdayaan UKM ini semestinya dilaksanakan secara simultan dalam kerangka kerja yang komprehensif dengan berbagai upaya lain seperti pendidikan, pemberdayaan masyarakat, pembangunan sosial, penyediaan infrastruktur dan lainnya.

Fakta lain juga menunjukkan bahwa selama ini hanya sedikit sekali usaha mikro bisa berkembang menjadi usaha kecil, usaha kecil menjadi usaha menengah dan seterusnya. Kondisi seperti ini diakibatkan berbagai kendala, baik yang berasal dari kondisi intenal UKM maupun kondisi eksternal yang masih kurang kondusif terhadap muncul dan tumbuh kembang UKM (Anonim, 2004).

(21)

konteks inilah, pembangunan sektor riil lokal dengan pengembangan UKM dapat menjadi salah satu alternatif bagi pengembangan wilayah.

Oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui upaya apa yang akan dilakukan untuk dapat mengembangkan UKM yang ada di Kota Tanjungbalai.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kontribusi UKM dalam pengembangan sektor riil di Kota Tanjungbalai.

2. Bagaimana strategi UKM kedepan dalam rangka membangun sektor riil di Kota Tanjungbalai.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis bagaimana kontribusi UKM dalam perkembangan sektor riil di Kota Tanjungbalai.

(22)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan pemecahan masalah sektor riil yang dihadapi UKM di Kota Tanjungbalai.

2. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan sektor riil dan perkembangan wilayah di Kota Tanjungbalai

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Batasan UKM

Pemberdayaan usaha kecil dan menengah merupakan langkah strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian terbesar rakyat Indonesia, khususnya melalui penyediaan lapangan kerja dan mengurangi kesenjangan dan tingkat kemiskinan. Berbagai kebijakan, program dan kegiatan pemberdayaan UKM terlah dijalankan. Baru-baru ini pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang disahkan pada tanggal 4 Juli 2008.

(24)

2.2. Definisi UKM

Ada berbagai definisi usaha mikro kecil yang digunakan oleh pihak-pihak pembina dan peneliti. Penelitian ini mencoba menggabungkan definisi usaha kecil dan menengah dari berbagai sumber. Menurut Keputusan Menkeu No. 40/KMK.06/2003, tentang Pendanaan Kredit Usaha Kecil dan Menengah. Usaha kecil menurut UU No. 9/1995, adalah usaha produktif milik Warga Negara Indonesia, yang berbentuk badan usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi, milik kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100 juta per tahun.

Menurut UU No. 20 Tahun 2008, usaha kecil ialah yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan paling banyak Rp. 500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300 juta sampai dengan Rp. 2,5 milyar. Sementara itu Badan Pusat Statistik (BPS) menggolongkan suatu usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja. Usaha Mikro adalah usaha yang memiliki pekerja 1 – 4 orang, sedangkan usaha kecil adalah usaha yang memiliki pekerja 1 – 19 orang.

(25)

a. Usaha Mikro ialah perusahaan yang menerima kredit dengan plafon kredit hingga Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah).

b. Usaha Kecil ialah perusahaan yang menerima kredit sebesar Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) hingga Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).

2.3. Beberapa Kajian Pengembangan UKM

Dalam beberapa tahun terakhir telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengkaji upaya-upaya dalam pengembangan usaha kecil dan menengah. Penelitian umumnya menyoroti keterbatasan pengembangan UKM dikarenakan rendahnya aksesibilitas UKM dalam mendapatkan kredit lunak dari lembaga keuangan. Rendahnya aksesibilitas UKM terhadap lembaga keuangan dikarenakan UKM tidak memiliki kolateral yang cukup untuk mendapatkan kredit sedangkan lembaga keuangan harus menjalankan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan keuangannya.

Di samping perlunya dukungan aspek finansial yaitu butuh dukungan sejumlah dana agar dapat bersaing dengan usaha yang lain, sejumlah penelitian lainnya menunjukkan bahwa upaya pengembangan UKM juga dapat dilakukan melalui pengembangan aspek non-finansial. Aspek non-finansial adalah kualitas tenaga kerja, pendidikan, teknologi dan sebagainya. Dukungan upaya teknis untuk meningkatkan keterampilan, akses ke pasar dan informasi juga dipercayai dapat berperan dalam pengembangan usaha ini.

(26)

yang diharapkan. Sementara itu, kebijakan dengan pendekatan secara individual usaha juga sulit dilakukan karena berbagai keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Oleh karena itu Yoseva (2006) menyarankan pada tahap awal pengembangan UKM dapat ditempuh melalui pendekatan sentra bisnis.

Untuk mendukung pertumbuhan UKM, maka dilakukan upaya-upaya baik yang berupa finansial maupun non-finansial. Dalam penelitiannya Yoseva (2006) mendapati bahwa 59,2% UKM mengalami peningkatan omset perbulan setelah mendapat dukungan finansial. Sedangkan 20,2% UKM tidak mengalami perubahan omset dan 7,8% UKM malah mengalami penurunan omset setelah mendapat bantuan finansial. Hasil kajian juga menunjukkan bahwa program dukungan non-finansial sampai tingkat tertentu dirasakan cukup bermanfaat terutama dalam kaitannya terhadap layanan informasi, pembiayaan, pemasaran dan bahan baku.

Menurut Said dan Widjaja (2007), pengembangan UKM mengacu pada pola pembiayaan yang dirancang dalam bentuk langsung, yaitu:

1. Hibah, 2. Dan bergulir, 3. Suku bunga murah, 4. Subsidi suku bunga.

(27)

2.4. Jenis-jenis UKM

Menurut Setyobudi (2007), sekarang ini banyak ragam jenis usaha UKM di Indonesia, tetapi secara garis besar dikelompokkan dalam 4 kelompok:

1. Usaha Perdagangan

Keagenan: agen koran/majalah, sepatu pakaian dan lain-lain; pengecer: minyak, kebutuhan pokok, buah-buahan, dan lain-lain: Ekspor/Impor: produk lokal dan internasional; sektor inormal: pengumpulan barang bekas, pedagang kaki lima dan lain-lain.

2. Usaha Pertanian

Meliputi Perkebunan: pembibitan dan kebun buah-buahan, sayur-sayuran dan lain-lain; Peternakan: ternak ayam petelur, susu sapi; dan Perikanan: darat/laut seperti tambak udang, kolam ikan, dan lain-lain.

3. Usaha Industri

Industri Makanan/Minuman; Pertambangan: Pengrajin: Konveksi, dan lain-lain. 4. Usaha Jasa

Jasa Konsultan; Perbengkelan; Restoran; Jasa Kontruksi; Jasa Transportasi, Jasa Telekomunikasi; Jasa Pendidikan, dan lain-lain.

2.5. Visi Misi UKM

(28)

Indonesia mengubah paradigma dalam arah kebijakan ekonominya, yang tadinya berpihak pada para konglomerat (pengusaha besar) dalam pertumbuhan ekonomi negara, sekarang berbalik arah berpihak pada UKM untuk menyelesaikan masalah pengangguran dan pengentasan kemiskinan melalui ekonomi kerakyatan yang terpadu (Kwartono, 2007).

Sebelum krisis ekonomi sebanarnya sudah ada upaya-upaya pembinaan dan pengembangan usaha kecil yang pelaksanaannya menjadi tugas BI (Bank Indonesia) yang diwujudkan dalam paket kebijaksanaan moneter Juni 1983 yang berbentuk pemberian kredit kepada usaha kecil dengan jenis-jenis KIK (Kredit Industri kecil), KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen), KI (Kredit Investasi), namun dihentikan bulan Januari 1990, karena menambah uang beredar mendorong inflasi dan sebagai gantinya bank-bank diwajibkan menyalurkan KUK (Kredit Usaha Kecil) senilai 20 persen dari total portopolio pemberian kreditnya, serta keharusan setiap BUMN membina pengusaha kecil sebagai mitra binaan dengan mengalokasikan 2 persen keuntungannya. BI sendiri masih membantu kredit secara terbatas seperti Kredit Koperasi untuk Koperasi Unit Desa dan Koperasi Usaha Tani; Kredit untuk anggota Koperasi Primer; Kredit Investasi.

Namun kebijakan tersebut juga tidak berlangsung lama karena banyak BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) yang diselewengkan oleh bank-bank penerima BLBI yang menambah keterpurukan ekonomi Negara Indonesia.

(29)

berlebihan sebagai gugus pengusaha yang harus dikasihani. Selain itu dalam pemberian insentif kepada UKM jangan diberikan subsidi lagi seperti pola kredit bisnis (Bimbingan Massal), Kredit Usaha Tani (KUT), KIK (Kredit Industri Kecil), dan KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen), tetapi pengelola bank pemberi profesional, prudential banking system (hati-hati dan bunga ditetapkan berdasarkan pasar).

Pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) masyarakat akan dilakukan melalui program pembangunan ekonomi kerakyatan khususnya pada daerah tertinggal. Palaksanaan akan dilakukan secara sinergis dengan departemen terkait. Upaya percepatan penyaluran kredit untuk UKM diperluas, khususnya oleh bank-bank yang terkait dengan MoU Menko Kesra dengan Gubernur.

Dari kesepakatan tersebut dapat dilihat Visi-Misi dan UKM sebagai berikut: 1. Visi UKM adalah menganggulangi kemiskinan.

2. Misi UKM adalah peningkatan pendapatan penduduk miskin dengan memperluas kesepakatan kerja dan usaha.

2.6. Peran UKM Bagi Perekonomian Indonesia

(30)

banyak kasus, dari sejumlah UKM yang baru pertama kali memasuki pasar, di antaranya dapat menjadi besar karena karena kesuksesannya dalam beroperasi.

Sejak krisis moneter yang diawali tahun 1997, hampir 80% usaha besar mengalami kebangkrutan melakukan PHK massal terhadap karyawannya. Berbeda dengan UKM yang tetap bertahan di dalam krisis dengan segala keterbatasannya. UKM dianggap sektor usaha yang tidak cengeng dan tahan banting. Selain itu sebagai sektor usaha yang dijalankan dalam tataran bawah, UKM berperan dalam mengurangi angka pengangguran, bahkan fenomena PHK menjadikan para pekerja yang menjadi korban dipaksa untuk berpikir lebih jauh dan banyak yang beralih melirik sektor UKM ini. Produk-produk UKM, setidaknya memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dan pendapatan nasional, karena tidak sedikit produk-produk UKM yang mampu menembus pasar internasional.

Sekarang ini lembaga-lembaga donor internasional semuanya mendukung perkembangan UKM. Ada yang melihatnya sebagai wahana yang untuk menciptakan kesempatan kerja (ILO), ada yang melihatnya sebagai penjabaran komitmen mereka (IMF, Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia) untuk memerangi kemiskinan di negara-negara berkembang. Di Asia perkembangan sektor UKM ini dilihat juga sebagai salah satu jalan keluar dari krisis ekonomi. Para donor multilateral dan bilateral (antara lain Jepang) semuanya akan menyediakan dana dan bantuan teknis untuk pengembangan sektor ini.

(31)

dan juga masalah klasik yaitu permodalan. Kita harus melihat ini sebagai masalah yang harus kita pecahkan bersama. Karena kita tidak ingin selamanya terpuruk di dalam krisis yang sudah lebih dari 5 tahun melanda negeri kita.

2.7. Pengembangan Wilayah

Sejak memasuki era baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Penataan Ruang (UUPR) No. 26/2007, penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Sebagai upaya mencapai tujuan tersebut, diperlukan adanya kebijakan dan strategi nasional yang menjadi acuan bagi para stakeholder terkait dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan penataan ruang sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya. Demikian sambutan Direktur Jenderal Penataan Ruang Departemen PU yang dibacakan Direktur Penataan Ruang Nasional, Iman Soedradjat dalam workshop Kebijakan dan Strategi Nasional Penyelenggaraan Penataan Ruang, Jakarta (15/12).

(32)

100 hari. “Sehingga diperlukan percepatan penyelesaian peraturan pelaksana tersebut agar dapat segera menjadi acuan penyelenggaraan penataan ruang”, tegas Iman.

Penguatan kelembagaan serta peningkatan koordinasi lintas wilayah dan lintas sektor dalam penyelenggaraan penataan ruang nasional merupakan isu strategis dalam fungsi pembinaan. Penataan Ruang sebagai bidang yang memiliki keterkaitan dengan sektor lainnya membutuhkan kesepahaman dan konsensus di antara pemangku kepentingan, imbuh Iman.

Iman menambahkan, pada fungsi pelaksanaan, poin penting yang perlu mendapat perhatian adalah menjadikan Rencana Tata Ruang (RTR) sebagai matra spasial pembangunan wilayah. RTR akan ditempatkan sebagai payung pelaksanaan pembangunan wilayah, sehingga pembangunan yang dilakukan oleh berbagai sektor dapat memberikan hasil yang optimal bagi pertumbuhan wilayah. Sedangkan untuk fungsi pengawasan, perlunya penegakan hukum di bidang penataan ruang sebagai upaya meminimalisasi penyimpangan yang terjadi.

(33)

2.8. Kebijakan Umum Pengembangan Wilayah

Dari berbagai teori/model yang telah diuraikan terdahulu akan dicoba untuk menyimpulkan langkah-langkah/kebijakan yang perlu ditempuh oleh seorang kepala daerah/perencanaan pembangunan daerah untuk dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di daerahnya, yang secara umum berarti meningkatkan perekonomian daerah tersebut.

Langkah-langkah itu dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Sejalan dengan teori basis ekspor, perlu didorong pertumbuhan dari sektor-sektor yang hasil produksinya dapat dijual ke luar daerah atau mendatangkan uang dari luar daerah, terutama ekspor ke luar negeri. Sebetulnya usaha untuk menjual suatu produk ke luar daerah tidak mudah. Apabila daerah lain juga menghasilkan produk yang sama, daerah itu harus mampu menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih baik atau minimal sama tetapi dengan harga pokok yang lebih rendah (efisien). Hal sama juga berlaku untuk pemberian jasa yang bias mendatangkan pelanggan/uang dari luar daerah, misalnya pariwisata.

(34)

pendek dan tidak membuat volume kegiatan ekonomi bertambah secara permanen. Unit usaha yang dibantu memang berkembang, tetapi dengan korban unit usaha sejenis lainnya yang tidak dibantu. Hal ini juga terjadi apabila banyak masyarakat yang berusaha di sektor pelayanan (dagang kecil-kecilan/jasa) karena sulitnya mencari lapangan kerja di sektor riil. Apabila jumlah usaha bertambah tetapi daya beli total tidak naik, pendapatan rata-rata per unit usaha menjadi menurun. Apabila bantuan itu ditujukan ke sektor basis, akan tercipta efek pengganda. Hal itu karena unit usaha basis yang dibantu dan beberapa unit usaha pelayanan akan berkembang, tetapi tidak ada unit usaha yang dirugikan (menurun volume kegiatannya).

(35)

secara bersamaan secara sedikit-sedikit. Apabila semua sektor berkembang secara seimbang, kenaikan produksi akan dapat diserap sektor lainnya.

3. Sejalan dengan teori ekonomi klasik atau Neoklasik, harus diusahakan prasarana dan sarana perhubungan yang baik dan lancar, mempermudah arus keluar masuk orang dan barang, serta perbaikan arus komunikasi dan penyebarluasan informasi. Diusahakan untuk memenuhi asumsi dasar yang terdapat pada teori Neoklasik yaitu pasar yang sempurna, baik untuk pasar barang maupun pasar tenaga kerja.

4. Sejalan dengan model interregional perlu diusahakan masuknya dana investasi dari pemerintah pusat atau luar negeri sebanyak banyaknya ke daerah kita. Hal ini diantara lain dapat ditempuh dengan menawarkan program-program yang bisa dibiayai atau menarik untuk dibiayai. Diusahakan agar banyak kegiatan yang dibiayai pemerintah pusat atau luar negeri yang berdomisili di daerah itu. Selain memancing dana-dana pemerintah maka investasi swasta juga harus dirayu baik investasi pengusaha lokal, pengusaha luar daerah atau pengusaha luar negeri.

5. Daerah tetangga yang berkembang tidak perlu dicemburui, tetapi sebaiknya didorong dan dimanfaatkan dengan melihat berbagai kemungkinan untuk menambah ekspor barang atau jasa dari daerah kita ke daerah tersebut.

(36)

selain industri yang berorientasi ekspor, industri yang bersifat substitusi impor juga didorong pembangunannya. Perlu diingat bahwa peningkatan produksi hanya bisa berlanjut apabila ada pasar yang menyerap kenaikan produksi.

Pasar ini berupa: a. Ekspor,

b. Peningkatan konsumsi lokal, dan

c. Penurunan impor apabila jenis produksi bersifat import substitution. Konsumsi lokal berbagi atas:

a. Konsumsi akhir (konsumsi rumah tangga), b. Konsumsi pemerintah, dan

c. Dipakai untuk investasi.

Konsumsi pemerintah berkaitan dengan belanja pemerintah yang sumbernya adalah pajak yang dikutip dari masyarakat, yang berarti peningkatannya berkaitan dengan kemampuan masyarakat untuk membayar pajak.

(37)

8. Pemilihan jalur cepat dapat mensinergikan perekonomian wilayah.

Pemerintah daerah perlu menentukan sektor dan komoditi apa saja yang diperkirakan bisa tumbuh cepat di wilayah tersebut. Sektor dan komoditi itu haruslah basis atau punya prospek untuk dipasarkan ke luar wilayah atau diekspor di masa yang akan datang dan dapat dikembangkan secara besar besaran atau volume produksinya memenuhi syarat untuk diekspor. Sektor itu perlu didorong, dikembangkan, dan disinergikan dengan sektor-sektor lain yang terkait. Beberapa sektor (kegiatan) dikatakan bersinergi apabila pertumbuhan salah satu sektor akan mendorong sektor lain untuk tumbuh, sedemikian rupa sehingga terdapat dampak pengganda yang cukup berarti. Langkah ini akan mempercepat pertumbuhan ekonomi wilayah.

9. Pentingnya menarik investor untuk menanamkan modalnya di wilayah kita. Pertumbuhan ekonomi bersumber dari tiga hal, yaitu investasi, perbaikan metode kerja, dan peningkatan kerajinan atau jam kerja. Kegiatan investasi dapat berupa investasi untuk kegiatan baru ataupun perluasan dari usaha yang telah ada. Hal ini sekaligus akan menambah lapangan pekerja. Perbaikan metode kerja adalah usaha-usaha yang membuat faktor-faktor produksi yang sama atau bernilai sama, mampu meningkatkan produksi dengan cara inovasi.

(38)

perekonomian. Sejalan dengan itu langkah-langkah untuk memperbaiki mutu SDM perlu terus digalakkan, Mutu SDM dapat dibagi dalam dua aspek, yaitu aspek keahlian/keterampilan dan aspek moral/mental. Aspek keahlian keterampilan dapat ditingkatkan melalui pendidikan/pelatihan dan aspek moral/mental sebetulnya lebih menentukan dalam menjamin pertumbuhan ekonomi, tetapi usaha perbaikannya tidak mudah karena menyangkut motivasi dan nilai.

11. Setan adalah sumber kemiskinan.

Demikianlah bunyi terjemahan dari salah satu ayat dalam kitab suci suatu agama. Ternyata ayat ini dapat menjelaskan banyak hal mengapa suatu negara/wilayah sulit bertumbuh, ekonominya kalah bersaing, sebagian besar masyarakatnya tetap miskin dan banyak terdapat pengangguran. Penulis membuat penafsiran atas ayat ini sebagai berikut, manusia bersekutu dengan setan melalui dua cara.

Cara pertama, manusia secara resmi meminta bantuan setan (lewat dukun atau orang pandai), misalnya orang tersebut memiliki “kharisma” dalam pergaulan,

usaha, atau mendapatkan/mempertahankan jabatannya.

(39)

lain di hati, senang melanggar aturan yang telah disepakati, tega merugikan orang lain.

2.9. Strategi Pengembangan Sektor-sektor Produksi

Sebagaimana telah diuraikan terdahulu, salah satu tugas seorang perencana wilayah adalah menentukan kegiatan yang perlu dilaksanakan di mana lokasinya. Untuk sementara pembahasan dibatasi untuk kegiatan sektor produksi karena kegiatan ini lebih mudah dianalisis. Setiap kegiatan produksi akan membutuhkan input berupa lahan, tenaga kerja, modal, dan tehnologi. Sebagai imbalannya akan tercipta nilai tambah yang dapat dinikmati oleh faktor-faktor produksi yang terlibat atau terkait dengan kegiatan tersebut. Sektor terkait tetapi bukan faktor produksi, misalnya pemerintah menarik pajak dari kegiatan tersebut. Akan tetapi, dampak daru suatu kegiatan produksi bukanlah hanya yang disebutkan di atas.

(40)

proyek. Hal ini juga akan terjadi pada masa pemeliharaan walaupun intensitasnya lebih rendah dibanding dengan pada waktu pembersihan lahan/penanaman.

Seorang perencana wilayah harus mampu menyeleksi kegiatan apa dan lokasi mana yang dipilih untuk dilaksanakan atau diprioritaskan. Dalam hal ini, perencana wilayah dapat menggunakan konsep nilai tambah, yaitu kegiatan apa yang memberikan nilai total tambah tertinggi. Setelah kegiatannya dapat ditentukan, dipilih lokasi yang paling sesuai (memiliki keunggulan komparatif) untuk kegiatan/produksi tersebut.

Nilai tambah sendiri dapat dihitung untuk berbagi variabel pembatasan misalnya nilai tambah dapat dihitung per satuan luas (misalnya per hektar) persatuan tenaga kerja yang dapat diserap atau persatuan modal yang diinvestasikan.

(41)

2.10. Hakikat Perencanaan Strategis

Setiap kegiatan ataupun usaha, agar dapat memperoleh keberhasilan yang tinggi haruslah senantiasa kita programkan serta kita susun rencana kerja yang baik dan matang. Perencanaan yang baik dan benar akan menghindarkan kita dari kesalahan ataupun kekeliruan di dalam mengemudikan jalannya bisnis yang kita pimpin. Perencanaan yang baik akan menuntut kita kearah jalan benar sehingga kita selalu dapat berada dalam kondisi yang biasanya disebut “we are on the right trackartinya kita dapat selalu berada dalam posisi atau jalur serta track yang benar.

Perencanaan yang baik dan benar itulah yang dikenal sebagai “Perencanaan

Strategis” oleh karena itu sering pula dikatakan bahwa perencanaan strategis berarti

akan menuntun kita kepada “doing the right thing” dan tidak atau bahkan malah

menuju kearah “doing the wrong thing”.

(42)
(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini menitikberatkan kepada kontribusi usaha kecil dan menengah (UKM) dalam perkembangan sektor riil Kota Tanjungbalai berdasarkan klaster usaha.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber data primer akan diperoleh dari para pengusaha mikro dan kecil non pertanian pada sektor usaha seperti perdagangan dan restoran, industri rumah tangga dan jasa yang berjumlah 419 UKM. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Bappeda Kota Tanjungbalai, Dinas Koperasi dan UKM, dan lain-lain. Pengambilan sampel penelitian menggunakan rumus Isaac & Michael (Sugiyono, 2010) yaitu sebagai berikut:

ë2 . N. P. Q s = ---

d2 (N-1) + ë2 . P. Q Keterangan:

N = Populasi 419, dengan taraf signifikan 10% (165) ë2 = dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, dan 10%. P = Q = 0,5

(44)

s = Jumlah Sampel 12 . 165. 0,5. 0,5 s = ---

0,052 (165-1) + 12 . 0,5. 0,5

s = 62,5. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 62,5 (pembulatan 63) UKM.

3.3. Definisi Operasional

Operasional variabel merupakan penjabaran lebih lanjut tentang hal-hal yang telah dikonsepkan, atau merupakan petunjuk tentang bagaimana variabel penelitian diukur.

Operasional variabel dipergunakan untuk memberikan penjelasan mengenai batas-batas yang akan dibahas atau diteliti, maka penulis merumuskan definisi operasional dari penelitian ini adalah terdiri dari usaha kecil dan menengah serta perkembangan sektor riil.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam rangka pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara:

1. Data Primer

Data yang diperoleh dengan cara melakukan penelitian pada UKM yang terdiri dari:

a. Metode Observasi

(45)

b. Metode Wawancara

Metode wawancara yaitu memperoleh data dengan tatap muka, tanya jawab secara lisan dan berusaha mencari keterangan lainnya dari orang yang dapat memberikan keterangan.

c. Studi Dokumen

Yaitu mempelajari data atau laporan-laporan yang terdapat di UKM. 2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari refisi buku-buku, majalah dan data-data lainnya yang berasal dari UKM, merupakan data pendukung yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

3.5. Teknik Analisis Data

Adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Metode Deskritif

Suatu metode analisa data yaitu dengan mengumpulkan data, menyusun, mengklarifikasikan, menganalisa kemudian diinterprestasikan agar dapat memberikan gambaran atau ketegasan tentang masalah yang diteliti.

2. Matrik SWOT (Stengths-Weaknes-Opportunitis-Threats)

(46)

a. Strategi SO

Strategi ini menggunakan kekuatan internal UKM untuk meraih peluang- peluang yang ada di luar UKM.

b. Strategi WO

Strategi ini bertujuan memperkecil kelemahan-kelemahan internal UKM dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal.

c. Strategi ST

Melalui strategi ini UKM berusaha menghindari atau mengurangi dari dampak dari ancaman-ancaman eksternal.

d. Strategi WT

Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman.

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kota Tanjungbalai

Sejarah Kerajaan Asahan dimulai dengan penobatan raja pertama kerajaan tersebut yang berlangsung meriah di sekitar Kampung Tanjung. Peristiwa itu terjadi tepatnya pada tanggal 27 Desember 1620 dan tanggal 27 Desember kemudian ditetapkan sebagai “Hari Jadi Kota Tanjungbalai” dengan surat Keputusan DPRD

Kota Tanjungbalai Nomor: 4/DPRD/TB/1986 tanggal 25 November 1986.

Mengenai asal usul nama Kota “Tanjungbalai” menurut cerita rakyat

di Tanjungbalai bermula dari sebuah kampung yang ada di sekitar ujung tanjung di muara Sungai Silau dan aliran Sungai Asahan.

Lama kelamaan balai yang dibangun semakin ramai disinggahi karena tempatnya yang strategis sebagai bandar kecil tempat melintas ataupun orang-orang yang ingin bepergian ke hulu Sungai Silau. Tempat itu kemudian dinamai “Kampung Tanjung” dan orang lazim menyebutnya balai “Di Tanjung”.

Ditemukannya Kampung Tanjung kemudian menjadikan daerah itu semakin ramai dan berkembang menjadi sebuah negeri. Penabalan Sultan Abdul Jalil sebagai raja pertama Kerajaan Asahan di Kampung Tanjung kemudian memulai sejarah pemerintahan Kerajaan Asahan pada tahun 1620.

(48)

Sultan Syaibun Abdul Jalil Rahmadsyah tahun 1933, yang kemudian mangkat pada tanggal 17 April 1980 di Medan dan dimakamkan di Kompleks Mesjid Raya Tanjungbalai.

Pertumbuhan dan perkembangan Kota Tanjungbalai sejak didirikan sebagai

Gementee berdasarkan Besluit G.G tanggal 27 Juni 1917 No. 284, sebagai akibat

dibukanya perkebunan-perkebunan di Daerah Sumatera Timur termasuk daerah Asahan seperti H.A.P.M, SIPEF, London Sumatera (Lonsum) dan lain-lain, maka Kota Tanjungbalai sebagia kota pelabuhan dan pintu masuk ke daerah Asahan menjadi penting artinya bagi perkembangan perekonomian Indonesia.

Untuk memperlancar kegiatan perkebunan, maskapai-maskapai Belanda membuka kantor dagangnya di Kota Tanjungbalai antara lain: Kantor K.PM., Borsumeij dan lain-lain, maka pada abad XX mulailah penduduk Bangsa Eropa tinggal menetap di Kota Tanjungbalai. Asissten Resident van Asahan berkedudukan di Kota Tanjungbalai dan karena jabatannya bertindak sebagai Walikota dan Ketua Dewan (Voorzitter van den Gemeenteraad).

Sebagai kota pelabuhan dan tempat kedudukan Asissten Resident Tanjungbalai juga merupakan tempat kedudukan Sultan Kerajaan Asahan.

(49)

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Darurat No. 19 Tahun 1956, Lembaran Negara 1956 No. 60 nama Hamintee Tanjungbalai diganti dengan kota kecil Tanjungbalai dan jabatan Walikota terpisah dari Bupati Asahan berdasarkan Surat Menteri Dalam Negeri tanggal 18 September 1956 No. U.P 15/2/3. Selanjutnya dengan UU No. 1 Tahun 1957 nama Kota Kecil Tanjungbalai diganti menjadi Kotapraja Tanjungbalai.

Sementara itu tercatat ada 13 Kepala Daerah yang pernah memimpin Kota Tanjungbalai sejak tahun 1957 sampai sekarang, yaitu:

1. Dt. Edwarsyah Syamsura (1956 – 1958)

2. Wan Wasmayuddin (1958 – 1960)

3. Zainal Abidin (1960 – 1965)

4. Syaiful Alamsyah (1965 – 1967)

5. Anwar Idris (1967 – 1970)

6. Patuan Naga Nasution (1970 – 1975)

7. H. Bahrum Damanik (1975 – 1980)

8. Drs. H. Ibrahim Gani (1980 – 1985)

9. Ir. H. Marsyal Hutagalung (1985 – 1990) 10. H. Bachta Nizar Lubis, SH (1990 – 1995) 11. Drs. H. Abdul Muis Dalimunthe (1995 – 2000) 12. Dr. H. Sutrisno Hadi, Sp.OG (2000 – 2005), dan

Mulkan Sinaga sebagai Wakil Walikota

13. Dr. H. Sutrisno Hadi, Sp.OG (2005 – sekarang), dan Drs. H. Thamrin Munthe, M.Hum sebagai Wakil Walikota

Dari tahun ke tahun Kota Tanjungbalai terus berkembang, para pendatang dari berbagai tempat dengan tujuan untuk berdagang, kemudian menetap di Kota Tanjungbalai, sehingga kota ini telah menjadi kota yang berpenduduk padat.

(50)

penduduk lebih kurang 40.000 orang dengan kepadatan penduduk kurang lebih 20.000 jiwa/Km2.

Akhirnya Kota Tanjungbalai diperluas menjadi kurang lebih 60 Km2 dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1967, tentang Perubahan Batas Wilayah Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Asahan yang terdiri dari 6 (enam) kecamatan, yaitu:

1. Kecamatan Datuk Bandar, 2. Kecamatan Tanjungbalai Selatan, 3. Kecamatan Tanjungbalai Timur, 4. Kecamatan Tanjungbalai Utara, 5. Kecamatan Sei Tualang Raso, 6. Kecamatan Teluk Nibung.

Berdasarkan SK. Gubsu No. 146.1/3372/SK/1993 tanggal 28 Oktober 1993 desa dan kelurahan telah dimekarkan menjadi bertambah 5 desa dan 7 kelurahan persiapan sehingga menjadi 19 desa dan 11 kelurahan di Kota Tanjungbalai. Berdasarkan Perda No. 23 Tahun 2001 seluruh desa yang ada telah berubah status menjadi kelurahan, sehingga saat ini Kota Tanjungbalai terdiri dari 30 kelurahan.

(51)

Kota Tanjungbalai menjadi 6 kecamatan dan 31 kelurahan. Adapun kecamatan yang ada di Kota Tanjungbalai adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1. Jumlah Kecamatan di Kota Tanjungbalai

No Nama Kecamatan Luas (Ha)

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2010.

4.2. Keadaan Wilayah dan Kependudukan

1. Geografi

a. Letak Wilayah

Kota Tanjungbalai terletak di antara 258’ LU dan 9948’ BT,

dengan luas wilayah 60.529 Km2 (6.052,9 Ha) berada dikelilingi oleh Kabupaten Asahan dan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: 1) Sebelah Selatan dengan Kecamatan Simpang Empat.

2) Sebelah Utara dengan Kecamatan Tanjungbalai. 3) Sebelah Timur dengan Kecamatan Sei Kepayang. 4) Sebelah Barat dengan Kecamatan Simpang Empat. b. Luas Wilayah/Kepadatan Penduduk

(52)

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa rata-rata kepadatan penduduk adalah 20.000 jiwa/Km.

c. Keadaan Alam

Keadaan alam wilayah Kota Tanjungbalai relatif rendah. Bentuk permukaan tanahnya dengan ketinggian tanah + 0 – 1 meter di atas permukaan laut

d. Potensi Wilayah

Sebelum disampaikan tentang wilayah Kota Tanjungbalai, terlebih dahulu akan dijelaskan tata guna tanah sebagai berikut:

Tanah kering : 361,2 Ha

Tanah perkebunan : 483,7 Ha

Tanah sawah : 1.395,0 Ha

Tanah bangunan/pekarangan : 3.479,0 Ha

Lainnya : 334,0 Ha

Jumlah : 6.052,9 Ha

Di sini akan dijelaskan bagaimana potensi Kota Tanjungbalai yaitu: a. Sumber Daya Alam

Pengelolaan sumber daya alam dimanfaatkan untuk permukiman, perkantoran dan peternakan serta perairan serta pertanian dengan jenis tanaman padi, palawija dan hortikultura perkebunan kelapa biasa, pelabuhan negara dan pelabuhan khusus yang berada di sepanjang Sungai Asahan

(53)

Sesuai dengan penggunaan lahannya sebagian sumber daya manusia dimanfaatkan pada sektor pertanian/perkebunan kelapa dan peternakan. Namun lebih besar sebagai pekerja nelayan dan nelayan murni bidang perikanan laut. Sebagian sumber daya manusia yang ada juga tersebar pada sektor industri dan perdagangan hasil laut dan pekerja pelabuhan.

2. Demografi

Berdasarkan laporan kependudukan akhir Oktober tahun 2008, jumlah penduduk di Kota Tanjungbalai adalah 297.047 jiwa, dengan 74.261 kepala keluarga. Rincian jumlah penduduk di setiap kecamatan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2. Rincian Jumlah Penduduk Setiap Kecamatan di Kota Tanjungbalai

No

Kecamatan

(54)

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Kota Tanjungbalai Berdasarkan Golongan Umur

Golongan Umur

(Tahun) Laki-Laki Perempuan Total (Jiwa) 0 – 10

Jumlah 156.509 140.538 297.047

Sumber: Kota Tanjungbalai, 2010

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Tanjungbalai yang berumur 0 – 5 merupakan jumlah penduduk yang terkecil sebanyak 24.889 jiwa, sedangkan jumlah penduduk Kota Tanjungbalai yang berumur 31 – 40 merupakan jumlah penduduk yang terbesar sebanyak 89.033 jiwa.

Tabel 4.4. Klasifikasi Penduduk Kota Tanjungbalai Berdasarkan Mata Pencahariannya

No Mata Pencaharian Jumlahnya

(55)

4.3. Kontribusi UKM dalam Perkembangan Sektor Riil di Kota Tanjungbalai

4.3.1. Kontribusi UKM dalam Menyerap Tenaga Kerja

Di bawah ini akan diuraikan kontribusi UKM dalam perkembangan sektor riil di Kota Tanjungbalai.

Tabel 4.5. Jumlah Pengusaha di Kota Tanjungbalai

No Uraian Jumlah (Unit) Persen (%)

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2010.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah pedagang yang berkecimpung di Kota Tanjungbalai adalah 2083 pedagang (83.00%) serta sisanya adalah usaha kecil dan menengah sebanyak 419 (17.00%).

Dibawah ini akan diuraikan perkembangan usaha kecil dan menengah serta tenaga kerja di Kota Tanjungbalai tahun 1999-2008 dapat diuraikan pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah Serta Tenaga Kerja

di Kota Tanjungbalai Tahun 1999 – 2008

(56)

Dari Tabel 4.6 dapat dikatakan bahwa perkembangan usaha kecil dan menengah di Kota Tanjungbalai mengalami perubahan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan berbagai faktor ekonomi, sosial, politik dan perkembangan lainnya. Pada tahun 1999 jumlah perusahaan berjumlah 792 usaha kecil dan menengah, di mana jumlah tenaga kerja yang mampu diserap adalah berjumlah 2511 orang. Dan pada tahun berikutnya hanya 786 usaha kecil dan menengah yang ada dan dibarengi dengan penurunan jumlah tenaga kerja menjadi 2447 orang. Untuk tahun 2001 jumlah usaha kecil dan menengah mengalami peningkatan menjadi 793 dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 2473 orang.

Akan tetapi untuk tahun 2002 mengalami penurunan yang cukup besar menjadi 481 usaha kecil dan menengah di mana jumlah tenaga kerja yang mampu diserap hanya 1876 orang. Hal ini disebabkan kurang kondusifnya sektor keamanan di mana sektor keamanan menjadi salah satu kekuatan agar sektor riil suatu daerah meningkat. Sedangkan untuk tahun 2003 jumlah usaha kecil dan menengah hanya mengalami sedikit peningkatan menjadi 489 dan tenaga kerjanya menjadi 1686 orang.

(57)

Untuk tahun 2006 jumlah usaha kecil dan menengah adalah 414, hal ini disebabkan masih belum pulihnya sektor riil yang disebabkan bencana alam yang masih sering terjadi di Provinsi Sumatera Utara yang secara tidak langsung juga berdampak kepada sektor riil di Kota Tanjungbalai. Sedangkan jumlah tenaga kerjanya adalah 1448 tenaga kerja. Pada tahun 2007 dan 2008 jumlah usaha kecil dan menengah berjumlah 419 naik 7 usaha kecil dan menengah dibandingkan pada tahun 2006 dan jumlah tenaga kerjanya tetap untuk tahun 2007 dan 2008 yaitu 1415 orang.

(58)

Di bawah ini akan diuraikan usaha kecil dan menengah pada tahun 2008: Tabel 4.7. Jumlah Usaha Kecil dan Menengah di Kota Tanjungbalai Tahun 2008

No Jenis Industri

(59)

No Jenis Industri

(60)

No Jenis Industri

Memakai Mesin Penggerak Tanpa Mesin Penggerak

3 Barang dari Alumunium utk

Bangunan 3 3000 W 11 - -

(61)

4.3.2. Kontribusi UKM terhadap Investasi

Di bawah ini akan diuraikan kontribusi UKM terhadap investasi di Kota Tanjungbalai dapat diuraikan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Perkembangan Nilai Investasi Usaha Kecil dan Menengah di Kota Tanjungbalai Tahun 2004 – 2008

Tahun Nilai Investasi

2004 2.731.000.000 352.181.670.000 0.78

2005 3.266.200.000 371.490.140.000 0.88

2006 2.457.054.000 402.098.270.000 0.61

2007 2.559.854.000 438.198.470.000 0.58

2008 2.579.925.000 485.269.790.000 0.53

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2010.

Dari data di atas, dapat diketahui bahwa pada tahun 2004 nilai investasi Rp. 2.731.000.000, sedangkan PDRB Sektor Riil adalah Rp. 352.181.670.000, jadi dapat dikatakan bahwa kontribusi persentase UKM terhadap PDRB adalah sebesar 0.78%. Dan pada tahun 2005 nilai investasi Rp. 3.266.200.000, sedangkan PDRB Sektor Riil adalah Rp. 371.490.140.000, kontribusi persentase UKM terhadap PDRB adalah sebesar 0.88%. Hal ini cukup tinggi kenaikannya dibandingkan tahun sebelumnya. Ada berbagai faktor pendukung yang menyebabkan nilai UKM naik begitu tinggi, salah satunya adalah kondusifnya pemilu presiden pada tahun 2004 sehingga banyak konsumen percaya dan menambah nilai investasinya di Kota Tanjungbalai.

(62)

sebesar 0.61% mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2007 nilai investasi Rp. 2.559.854.000, sedangkan PDRB Sektor Riil adalah Rp. 438.198.470.000, kontribusi persentase UKM terhadap PDRB adalah sebesar 0.58%, juga mengalami penurunan dibandingkan tahun 2006.

Pada tahun 2008 nilai investasi UKM adalah Rp. 2.579.925.000, sedangkan PDRB Sektor Riil adalah Rp. 485.269.790.000, kontribusi persentase UKM terhadap PDRB adalah sebesar 0.53%. Dari data tersebut dapat dijelaskan mengapa nilai investasi yang ditanamkan tetap, sedangkan nilai PDRB mengalami kenaikan yang cukup signifikan, hal ini disebabkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenaikan PDRB tersebut, antara lain ada beberapa usaha sejenis yang sama seperti UKM tapi dimiliki oleh usaha besar sehingga secara tidak langsung berpengaruh terhadap kenaikan PDRB sektor riil.

4.3.3. Kontribusi UKM terhadap PDRB

Dibawah ini akan diuraikan kontribusi UKM terhadap PDRB di Kota Tanjungbalai dapat diuraikan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Perkembangan PDRB Usaha Kecil dan Menengah terhadap Tenaga Kerja di Kota Tanjungbalai Tahun 2004 – 2008

Tahun PDRB UKM

(Rp) PDRB (Rp)

Persentase UKM terhadap PDRB

2004 111.424.800 352.181.670.000 0,03

2005 140.773.220 371.490.140.000 0.04

2006 81.082.782 402.098.270.000 0,02

2007 73.979.781 438.198.470.000 0,02

2008 67.852.028 485.269.790.000 0,01

(63)

Dari data di atas dapat dikatakan bahwa persentase UKM terhadap PDRB pada tahun 2004 adalah sebesar 0,03% dan mengalami peningkatan pada tahun berikutnya menjadi 0,04%. Hal ini disebabkan semakin tingginya kepercayaan masyarakat terhadap UKM. Pada tahun 2006 persentase UKM terhadap PDRB adalah sebesar 0,02 artinya mengalami penurunan dibandingkan tahun 2005 dikarenakan munculnya pesaing-pesaing yang baru. Pada tahun 2007 persentase UKM terhadap PDRB adalah sebesar 0,02% juga mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, hal ini juga disebabkan masih belum siapnya pelaku UKM dalam menyikapi pesaing-pesaing yang baru dan tidak adanya inovasi dari pelaku UKM untuk membuat terobosan yaitu menciptakan produk terbaru agar dapat bersaing dengan pesaing-pesaing tersebut.

(64)

4.4. Karakteristik UKM

Dilihat dari segi usaha, kategori terbesar (25,40%) responden bergerak di bidang industri pangan. Kemudian disusul oleh industri reperasi kendaraan roda 2 (12,90 %), industri kerajinan, industri pakaian, reperasi mobil (Roda 4) sebesar (9,52%), kemudian industri reperasi TV/elektronik radio dan salon/pangkas (7,94%), service becak (6,35%), jasa tukang jam (4,76%), reperasi kulkas (3,17%) dan reperasi timbangan serta pertukangan pandai besi sebesar (1,59%). Hal ini menunjukkan bahwa sektor usaha yang sangat berperan adalah sektor industri pangan dan industri kendaraan roda 2.

Gambar 4.1. Karakteristik UKM terhadap Jenis Komoditi

(65)

menunjukkan bahwa tenaga kerja laki-laki memegang peran penting dalam memberdayakan UKM di Kota Tanjungbalai.

78,70 21,30

Laki-laki Perempuan

Gambar 4.2. Rasio Tenaga Kerja yang Diserap oleh UKM Berdasarkan Jenis Kelamin

(66)

Gambar 4.3. Jumlah Unit Layanan dalam UKM

Dari segi usaha, nilai investasi terbesar (34,63%) adalah bergerak di bidang reperasi kendaraan roda 2, disusul kemudian industri pangan (18,97%), kemudian penjahit pakaian (12,33%). Sektor industri kerajinan (9,56%), reperasi mobil (7,90%), reperasi TV/radio (5,84%), jasa tukang jam (3,17%), salon/pangkas (2,87%), reperasi kulkas (1,86%), pertukangan pandai besi sebesar (0,75%) dan reperasi timbangan sebesar (0,10%). Data tersebut menggambarkan nilai investasi yang sangat membutuhkan biaya banyak adalah reperasi kendaraan roda 2 dan berpotensi dapat meningkatkan nilai tambah bagi kemajuan UKM.

24,00

3,38 32,57

6,76

1,18 0,18 0,84 7,36

18,90

3,98

(67)

18,97

Gambar 4.4. Jumlah Persentase Investasi yang Mampu Diserap UKM

Data survey menyatakan bahwa industri kendaraan roda 2 mempunyai izin usaha sebesar (12,70%), disusul industri penjahit pakaian dan reperasi TV/radio sebesar 7,94%, kemudian service becak sebesar (6,35%). Sedangkan industri pangan, kerajinan, jasa tukang jam dan salong/pangkas sebesar (4,76%), kemudian reperasi kulkas (3,17%), reperasi timbangan dan pertukangan pandai besi (1,59%) serta reperasi mobil (Roda 4) tidak mempunyai izin usaha sama sekali. Sisanya 39,68% tidak mempunyai izin usaha sama sekali.

(68)

39,6

Gambar 4.5. Jumlah Persentase UKM yang Mempunyai Izin Usaha

Dagi gambar di bawah dapat dinyatakan bahwa mayoritas survey mempunyai komoditi unggulan sebesar (80.95%), disusul komoditi umum sebesar 14,29% dan komoditi kerajinan sebesar 4,76%. Hal ini menunjukkan bahwa komoditi unggulan harus lebih diperhatikan dan dikembangkan oleh pemerintah karena masyarakat menjadikan komoditi ini sebagai pendapatannya.

80,95

14,29

4,76

0,00

Unggulan Umum Kerajinan Andalan

(69)

4.5. Perkembangan Sektor Riil Kota Tanjungbalai

Perkembangan ekonomi di Kota Tanjungbalai harus dilihat dari fungsi-fungsi utama Kota Tanjungbalai dalam kerangka konteks Regional Kota Tanjungbalai yaitu: 1. Sebagai pusat pemerintahan daerah yaitu Kota Tanjungbalai, sejalan dengan itu,

perwakilan dari berbagai usaha dagang juga berdomisili di Tanjungbalai.

2. Sebagai pusat pelayanan kebutuhan sosial ekonomi masyarakat. Dalam kerangka ini, antara lain, di Tanjungbalai terdapat rumah sakit umum, rumah sakit umum daerah, RRI dan lain sebagainya. Fungsi ini kemudian ditopang lagi dengan munculnya fasilitas yang sama/fasilitas pelengkap yang dikembangkan oleh swasta.

3. Sebagai alat perkantoran swasta, yaitu sebagai kantor koordinasi walaupun kegiatan lapangannya tersebar diberbagai tempat di Kota Tanjungbalai.

4. Sebagai kota pelabuhan yang wilayah pengaruhnya mencakup seluruh Provinsi Sumatera Utara, bahkan juga provinsi tetangga.

5. Sebagai pintu gerbang ekspor dan impor melalui baik laut, dan fungsi ini juga dimanfaatkan oleh kota-kota di provinsi tetangga terutama Daerah Istimewa Aceh dan Riau.

(70)

perkembangan Kota Tanjungbalai sangat terkait erat dengan perkembangan wilayah belakangnya tersebut.

Kota Tanjungbalai sebagai salah satu kota pelabuhan di Provinsi Sumatera Utara, sudah barang tentu perekonomiannya akan mengikuti gaya daerah maju. Hal ini dapat dilihat dari struktur perekonomian Kota Tanjungbalai yang sumbangan terbesarnya berasal dari sektor tersier yaitu sekitar 70%. Penopang utama sektor tersier adalah pada sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi serta sektor bank dan lembaga keuangan lainnya.

Basis ekonomi Kota Tanjungbalai berdasarkan peranan pembentukan PDRB Kota Tanjungbalai adalah sektor penggalian, bangunan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Dengan ditunjang oleh letak Kota Tanjungbalai yang strategis dan infrastruktur yang tersedia cukup baik maka Kota Tanjungbalai sangat potensial akan menjadi pusat pelabuhan di Sumatera Utara.

(71)

Tabel 4.10. Distribusi Persentase PDRB Kota Tanjungbalai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2004 – 2008 (%)

No Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008 PDRB Kota Tanjungbalai 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2010.

Dalam persentase kontribusi terhadap PDRB Kota Tanjungbalai, ada beberapa sektor yang mengalami peningkatan maupun penurunan. Sektor-sektor yang mengalami peningkatan antara lain:

1. Sektor penggalian mengalami kenaikan yaitu sebesar 1,63% tahun 2004 menjadi 2,46% pada tahun 2008.

2. Sektor Listrik, Gas dan Air Minum mengalami kenaikan yaitu sebesar 0,75% tahun 2004 menjadi 0,76% pada tahun 2008.

3. Sektor bangunan mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu pada tahun 2004 hanya sebesar 8,32% naik menjadi 13,85% tahun 2008.

4. Sektor angkutan mengalami dari 7,19 % tahun 2004 menjadi 7,36% tahun 2008. 5. Sektor keuangan, walaupun sektor ini banyak dilanda krisis macet tetapi

mengalami peningkatan yang cukup kontribusi persentasenya terhadap PDRB yaitu dari 4,50% tahun 2004 meningkat menjadi 4,72 % tahun 2008.

(72)

1. Sektor Pertanian, Kontribusinya PDRB Kota Tanjungbalai menurun dari 22,37% (2004) menjadi 19,57% tahun 2008.

2. Sektor Industri Pengolahan: Selama kurun waktu 2004 – 2008 mengalami penurunan persentasenya terhadap PDRB Kota Tanjungbalai. Tahun 2004 kontribusi persentasenya sebesar 22,73% turun menjadi 20,97 % tahun 2008. 3. Sektor Perdagangan mengalami penurunan yang cukup berarti sejak terjadi krisis

menerpa Indonesia dari 21,21% tahun 2004 menjadi 20,34% tahun 2008.

4. Sektor jasa-jasa mengalami penurunan kontribusi persentase terhadap PDRB Kota Tanjungbalai dari 11,30% tahun 2004 menjadi 9,97% pada tahun 2008.

Dari uraian di atas dengan melihat besarnya konstribusi yang diberikan masing-masing sektor terhadap PDRB Kota Tanjungbalai, maka selama kurun waktu 2004 – 2002, sektor-sektor yang paling dominan ada 4 sektor yaitu:

1. Sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 20,97%,

2. Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 20,34%, 3. Sektor pertanian sebesar 19,57%,

4. Sektor bangunan sebesar 13,85%.

(73)

Tabel 4.11. Perkembangan PDRB dan Pendapatan Per kapita Kota Tanjungbalai Atas Dasar Harga Berlaku Kurun Waktu 2001 2008

Uraian Tahun

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 2 3 4 5 6 7 8 9

PDRB adhb

(Jutaan Rp) 1.024.044,89 1.164.066,52 1.352.281,61 1.574.157,56 1.763.001,23 1.972.647,91 2.229.501,59 2.479.882,94 Penduduk

Pertengahan Tahun (jiwa)

139.734,00 142.149,00 145.572,00 149.238,00 152.814,00 156.475,00 159.935,00 163.686,00

PDRB Per

Kapita (Rp) 7.328.530,59 8.189.058,81 9.289.434,88 10.547.967,42 11.536.909,13 12.606.792,85 13.940.048,08 15.150.244,61 Persentase

Kenaikan PDRB Per Kapita (%)

9,73 11,74 13,44 13,55 9,38 9,27 10,58 8,68

Sumber: BPS Kota Tanjungbalai, 2010.

Keterangan : r) Angka perbaikan

*) Angka sementara

Gambar

Tabel 4.1. Jumlah Kecamatan di Kota Tanjungbalai
Tabel 4.2. Rincian Jumlah Penduduk Setiap Kecamatan di Kota Tanjungbalai
Tabel 4.4.  Klasifikasi Pencahariannya
Tabel 4.5. Jumlah Pengusaha di Kota Tanjungbalai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan usaha kecil kurang dapat berkembang ke arah usaha yang lebih besar, hal ini disebabkan adanya keterbatasan kemampuan dalam mengelola perusahaan, modal yang

UMKM masih belum dapat mewujudkan kemampuan dan perannya secara optimal dalam perekonomian nasional. Hal ini disebabkan UMKM masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala,

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan profil industri kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan; 2) mendeskripsikan kondisi sumber daya alam, sumber daya

Dari catatan yang dimiliki pelaku usaha dapat digunakan untuk pengambilan keputusan bisnis seperti kapan akan membeli bahan baku dan berapa jumlahnya, kapan pembelian

Penentuan komoditas dan jenis usaha unggulan pada setiap daerah mulai dari tingkat kecamatan memiliki bobot tertinggi pada aspek kemampuan “Peran Strategis Masyarakat, Dunia

Mengingat masih terdapat beberapa permasalahan dalam menangani pengembangan komoditi dan jenis usaha unggulan tersebut yang menyangkut bagaimana peranan perbankan, kebijakan

Strategi peningkatan akses pasar, bagi produk-produk yang dihasilkan dengan melakukan program pemetaan potensi pasar yang dilakukan pemerintah daerah sehingga produk-

Rajali dan Ibu Ayu Siti permasalahan yang terjadi dalam pengawasan yaitu dari Sumber Daya Manusianya yang masih kurang, karena Tim SATGAS yang dimiliki Dinas Sosial Kota