• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi pengembangan usaha kecil menengah sektor industri kerajinan batu bata berdasarkan analisis SWOT : kasus Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi pengembangan usaha kecil menengah sektor industri kerajinan batu bata berdasarkan analisis SWOT : kasus Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta."

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

viii

ABSTRAK

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH SEKTOR INDUSTRI KERAJINAN BATU BATA BERDASARKAN ANALISIS SWOT

(Kasus Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta)

Adhe Anggreini Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan profil industri kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan; 2) mendeskripsikan kondisi sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, permodalan dan pemasaran industri kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan; dan 3) mendeskripsikan strategi pengembangan keberadaan industri kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Piyungan pada tanggal 25 April – 20 Juli 2016. Subjek penelitian ini adalah pengusaha industri kerajinan batu bata dengan sampel sebanyak 30 responden. Teknik analisis data yaitu deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan kuesioner.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) mayoritas pengusaha pada industri kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan adalah laki-laki dengan rentang usia 20 – 57 tahun dengan latar belakang pendidikan SMP – SMA; 2) kondisi sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, permodalan dan pemasaran pada industri kecil batu bata di Kecamatan Piyungan adalah sebagai berikut: (a) sumber daya alam sebagai bahan baku dalam memproduksi batu bata di Kecamatan Piyungan cukup tersedia; (b) sumber daya manusia sebagai salah satu faktor produksi batu bata di Kecamatan Piyungan cukup tersedia; (c) teknologi yang digunakan oleh industri kecil batu bata di Kecamatan Piyungan cukup memadai; (d) modal yang dibutuhkan oleh industri kecil batu bata di Kecamatan Piyungan rendah; dan (e) daerah pemasaran hasil produksi industri kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan kurang luas yaitu sebagian besar hanya terbatas di D. I. Yogyakarta; serta 3) berdasarkan analisis SWOT, strategi yang dapat dilakukan untuk memberdayakan industri batu bata di Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul adalah: (a) memperluas pasar sehingga barang lebih terkenal; (b) mengembangkan produk batu bata sejenis yang berkualitas; (c) memanfaatkan sumber daya manusia yang banyak untuk memproduksi batu bata; dan (d) memperbanyak modal untuk mengembangkan usaha.

(2)

ABSTRACT

SWOT ANALYSIS OF DEVELOPMENT STRATEGY OF SMALL-TO-MEDIUM SCALE OF BRICK INDUSTRIES (A Case Study in Piyungan Subdistrict, Bantul District, Special Region of

Yogyakarta)

Adhe Anggreini Saragi Sanata Dharma University

2016

This study aims to: 1) describe the profiles of small-to-medium scale of brick industries in Piyungan Subdistrict; 2) describe theirexisting conditions of natural resources, human resources, technology, capital, and marketing; and 3) describe their development strategies.

This research is essentially quantitative-descriptive. It was conducted in Piyungan Subdistrict from April 25 to July 20, 2016. The subject is small-to-medium scale of brick industries the respondents of which amount to 30 owners. The data were collected by observation, interviews and questionnaires.The data analysis technique is that of descriptive-qualitative.

The results of this study show that: 1) the majority of the owners of such industry in Piyungan Subdistrict were men of 20-57 years of age with junior-to-senior educational background; 2) the existing conditions of natural resources, human resources, technology, capital and marketing are described as follows: (a) the natural resources for raw materials are reasonably available; (b) the human resources are reasonably available; (c) the technologies utilized for such industry are reasonably adequate; (d) the capital needed to run such an industry is relatively low; (e) the marketing area is confined only to that of the Special Region of Yogyakarta; and 3) based on the SWOT analysis, the strategies which are potentially adopted to develop and empower such an industry are: (a) by expanding the marketing areasoutside the Special Region of Yogyakarta; (b) by producing similar but more qualified products; (c) by involving more human resources to increase production; and (d) by increasing the amount of the capital from available capital resources to develop their business.

(3)

i

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH

SEKTOR INDUSTRI KERAJINAN BATU BATA

BERDASARKAN ANALISIS SWOT

(Kasus Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh :

Adhe Anggreini Saragi

NIM : 111324033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk Ibunda Tercinta

Narsumiati Sitohang, S.Pd

.

(7)

v

MOTO

Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga

kami beroleh hati yang bijaksana (Mazmur 90 : 12)

Allah tidak melihat seberapa fasih kita berdoa, DIA lebih tertarik dengan hati kita.

(8)

LEMBAR KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana mestinya karya ilmiah.

Yogyakarta, 31 Agustus 2016

Penulis

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Adhe Anggreini Saragi

Nomor Mahasiswa : 111324033

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH SEKTOR INDUSTRI KERAJINAN BATU BATA BERDASARKAN ANALISIS SWOT (Kasus Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta) beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernayataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 31 Agustus 2015

Yang menyatakan

(10)

ABSTRAK

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH SEKTOR INDUSTRI KERAJINAN BATU BATA BERDASARKAN ANALISIS SWOT

(Kasus Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta)

Adhe Anggreini Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan profil industri kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan; 2) mendeskripsikan kondisi sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, permodalan dan pemasaran industri kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan; dan 3) mendeskripsikan strategi pengembangan keberadaan industri kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Piyungan pada tanggal 25 April – 20 Juli 2016. Subjek penelitian ini adalah pengusaha industri kerajinan batu bata dengan sampel sebanyak 30 responden. Teknik analisis data yaitu deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan kuesioner.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) mayoritas pengusaha pada industri kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan adalah laki-laki dengan rentang usia 20 – 57 tahun dengan latar belakang pendidikan SMP – SMA; 2) kondisi sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, permodalan dan pemasaran pada industri kecil batu bata di Kecamatan Piyungan adalah sebagai berikut: (a) sumber daya alam sebagai bahan baku dalam memproduksi batu bata di Kecamatan Piyungan cukup tersedia; (b) sumber daya manusia sebagai salah satu faktor produksi batu bata di Kecamatan Piyungan cukup tersedia; (c) teknologi yang digunakan oleh industri kecil batu bata di Kecamatan Piyungan cukup memadai; (d) modal yang dibutuhkan oleh industri kecil batu bata di Kecamatan Piyungan rendah; dan (e) daerah pemasaran hasil produksi industri kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan kurang luas yaitu sebagian besar hanya terbatas di D. I. Yogyakarta; serta 3) berdasarkan analisis SWOT, strategi yang dapat dilakukan untuk memberdayakan industri batu bata di Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul adalah: (a) memperluas pasar sehingga barang lebih terkenal; (b) mengembangkan produk batu bata sejenis yang berkualitas; (c) memanfaatkan sumber daya manusia yang banyak untuk memproduksi batu bata; dan (d) memperbanyak modal untuk mengembangkan usaha.

(11)

ix

ABSTRACT

SWOT ANALYSIS OF DEVELOPMENT STRATEGY OF SMALL-TO-MEDIUM SCALE OF BRICK INDUSTRIES (A Case Study in Piyungan Subdistrict, Bantul District, Special Region of

Yogyakarta)

Adhe Anggreini Saragi Sanata Dharma University

2016

This study aims to: 1) describe the profiles of small-to-medium scale of brick industries in Piyungan Subdistrict; 2) describe theirexisting conditions of natural resources, human resources, technology, capital, and marketing; and 3) describe their development strategies.

This research is essentially quantitative-descriptive. It was conducted in Piyungan Subdistrict from April 25 to July 20, 2016. The subject is small-to-medium scale of brick industries the respondents of which amount to 30 owners. The data were collected by observation, interviews and questionnaires.The data analysis technique is that of descriptive-qualitative.

The results of this study show that: 1) the majority of the owners of such industry in Piyungan Subdistrict were men of 20-57 years of age with junior-to-senior educational background; 2) the existing conditions of natural resources, human resources, technology, capital and marketing are described as follows: (a) the natural resources for raw materials are reasonably available; (b) the human resources are reasonably available; (c) the technologies utilized for such industry are reasonably adequate; (d) the capital needed to run such an industry is relatively low; (e) the marketing area is confined only to that of the Special Region of Yogyakarta; and 3) based on the SWOT analysis, the strategies which are potentially adopted to develop and empower such an industry are: (a) by expanding the marketing areasoutside the Special Region of Yogyakarta; (b) by producing similar but more qualified products; (c) by involving more human resources to increase production; and (d) by increasing the amount of the capital from available capital resources to develop their business.

(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah di Surgaatas berkat dan kasihnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH SEKTOR INDUSTRI KERAJINAN BATU

BATA BERDASARKAN ANALISIS SWOT (Kasus Kecamatan Piyungan,

Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta),” Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu sehingga penulisan

skripsi ini dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Dra. Catharina Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed. Selaku ketua

Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma dan

selaku Dosen Pembimbing I atas segala kesabaran, pengertian dan

kasihnya membimbing, mendampingi dan mengarahkan dari awal

(13)

xi

3. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing II

atas segala kebaikan dan kasih dalam membimbing dan mengarahakan

dari awal sampai akhir penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku dosen Pendidikan Ekonomi

atas segala kasihnya dalam mengarahkan penyusunan skripsi.

5. Bapak Venantius Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A. selaku dosen

Manajemen dari Fakultas Ekonomi yang memberikan pengarahan,

masukan, saran pada pembahasan skripsi.

6. Segenap dosen Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

7. Bapak E. Sunarto atas bimbingan dalam penulisan abstrak untuk

skripsi ini.

8. BAPPEDA BANTUL selaku pemberi ijin lokasi penelitian yang sudah

memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di Kecamatan

Piyungan.

9. Kecamatan Piyungan, Desa Sitimulyo, Desa Srimulyo dan Desa

Srimartani selaku tempat peneitian yang telah memberikan ijin untuk

meneliti Pengusaha Batu Bata.

10.Segenap Pengusaha Batu Bata di Kecamatan Piyungan selaku sampel

penelitian yang mau menyediakan waktu dan tenaganya untuk

memngisi kuisioner penelitian.

11.Ibunda tercinta dan Bapak terkasih yang selalu mendukung dalam doa,

memberikan semangat, nasehat dan serta kasih sayang dan kesabaran

(14)

12.Abang tersayang Andreas Wijayanto yang juga selalu memberikan

motivasi dan menjadi tempat untuk curhat selama perkuliahan dan

penyelesaian skripsi ini.

13.Teman terkasih, Nanda Kurnia Putra yang selalu membantu dalam

waktu dan doa untuk mendampingi dan memberikan semangat selama

proses penulisan skripsi sampai selesai.

14.Sahabatku Isna dan Mila yang menemani hari-hari perkuliahan,

memberikan semangat dalam perkuliahan maupun kehidupan pribadi.

15.Pakde terkasih, orang tua tergaul, teman terbaik Opa Eddie yang selalu

memberikan nasehat dan arahan dalam mengingatkan tanggung jawab

sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik

16.Parangtritis on The Remix yang selalu bekerjasama dengan ND DJ

Entertainment sehingga biaya skripsi ini mampu tertalangi dengan

baik.

17.Guru, kakak terbaik dan teman terkasih DJ Monocrome dan DJ

Ryandika yang selalu menasehati sehingga penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan.

18.Segenap Kru DJ dan Studio yang terkait memberikan waktu dan

pengertiannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

19.Pak Nuno, Om Nico, Bung Anton yang selalu mensupport karier dan

(15)

xiii

Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari banyak kekurangan dan

kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis

membutuhkan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, 32 Agustus 2016

Penulis

(16)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

(17)

xv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Peran UMKM dalam Perekonomian Nasional ... 10

B. Perkembangan UMKM Berbasis Budaya Lokal ... 15

1. Sumber Daya Alam ... 22

2. Sumber Daya Manusia ... 22

3. Permodalan ... 23

4. Pemasaran ... 24

5. Teknologi ... 25

C. Strategi Pengembangan ... 26

D. Penelitian Sebelumnya ... 30

E. Kerangka Berfikir... 32

BAB III METODE PENELITIAN... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 33

D. Populasi, Sample dan Teknik Penarikan Sample ... 34

E. Defenisi Operasional ... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ... 37

G. Teknik Analisis Data ... 39

H. Analisis SWOT ... 46

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 54

A. Kondisi Geografis ... 54

(18)

C. Proses Pembuatan Batu Bata ... 56

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Profil UKM industri kerajinan Batu bata di Kecamatan Piyungan ... 58

B. Kondisi Sumber Daya Alam, Sumber Daya Mannusia, Teknologi, Permodalan dan Pemasaran Pada UKM Industri Kerajinan Batu Bata di Kecamatan Piyungan ... 59

C. Analisis SWOT untuk Menentukan Strategi Pengembangan Industri Kecil Batu Bata di Kecamatan Piyungan ... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

C. Batasan Penelitian ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1Perkembangan UMKM 2005-2012 ... 4

Tabel 2.1Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (Umkm) Dan Usaha Besar (Ub) Berdasarkan Jumlah Unit Usaha Tahun 2012 – 2013... 13

Tabel 2.2 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (Umkm) Dan Usaha Besar (Ub) Berdasarkan Tenaga Kerja Tahun 2012 - 2013 ... 14

Tabel 3.1 Interval Kelas Sumber Daya Alam ... 41

Tabel 3.2 Interval Kelas Pemasaran ... 42

Tabel 3.3 Interval Kelas Sumber Daya Manusia ... 43

Tabel 3.4 Interval Kelas Teknologi ... 44

Tabel 3.5 Interval Kelas Permodalan ... 46

Tabel 3.6 Tabel EFAS dan IFAS ... 49

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden Penelitian ... 58

Tabel 5.2 Frekuensi Kelas Sumber Daya Alam ... 59

Tabel 5.3 Frekuensi Kelas Pemasaran ... 60

Tabel 5.4 Frekuensi Kelas SDM ... 61

Tabel 5.5 Frekuensi Kelas Teknologi ... 62

Tabel 5.6 Frekuensi Kelas Permodalan ... 63

Tabel 5.7 IFAS ... 64

Tabel 5.8 EFAS ... 68

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Internal – Eksternal Matrik ... 52

(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner. ... 83

Lampiran 2. Hasil Kuisioner ... 89

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi sangat diperlukan setiap negara sebab adanya

peningkatan pertumbuhan ekonomi menunjukkan kesejahteraan yang

tercermin pada peningkatan output perkapita serta diikuti dengan daya beli

masyarakat yang semakin menignkat (Yunan, 2009). Pertumbuhan ekonomi

merupakan pekerjaan yang berkesinambungan. Melalui pertumbuhan

ekonomi sebuah negara dapat mengubah kondisi perekonomiannya menjadi

lebih baik dalam suatu periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi ditandai

dengan bertumbuhnya sektor ekonomi masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari

perkembangan pertumbuhan nasional. Perekonomian dikatakan mengalami

pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor

produksi pada tahun tertentu lebih besar dari tahun sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi memerlukan periode jangka panjang. Negara

akan mengalami perubahan yang sangat esensial terutama dalam struktur

ekonomi negara tersebut. Perubahan itu dari ekonomi tradisional yang

menitikberatkan pada sektor pertanian ke sektor ekonomi modern yang

didominasi oleh sektor industri sebagai mesin utama pembangunan.

Perubahan struktur ekonomi mencakup pergeseran dari sektor pertanian ke

sektor industri, atau yang disebut dengan industrialisasi. Proses perubahan

(23)

panjang). Struktur ekonomi industri ditandai dengan semakin beragamnya

jenis atau kelompok barang dilihat dari sifat penggunaannya, jenis kandungan

inputnya atau orientasi pasar.

Industrialisasi merupakan salah satu proses kunci dalam perubahan

struktur perekonomian yang ditandai dengan terjadinya keseimbangan proses

interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi, dan

perdagangan antar negara dengan peningkatan pendapatan masyarakat

(Arlini, 2006: 3). Sektor industri merupakan salah satu sektor yang berperan

penting dalam pembangunan nasional baik di negara, provinsi maupun

daerah. Kontribusi sektor industri terhadap pembangunan nasional dari tahun

ke tahun menunjukkan kontribusi yang signifikan. Peranan sektor industri

dalam pembangunan ekonomi nasional dapat ditelusuri dari kontribusi

masing-masing subsektor terhadap laju pertumbuhan ekonomi nasional atau

terhadap Produk Domestik Bruto.

Peranan sektor industri dalam pembangunan ekonomi di berbagai

negara sangat penting karena sektor industri memiliki beberapa keunggulan

dalam hal akselerasi pembangunan. Keunggulan-keunggulan sektor industri

tersebut diantaranya memberikan kontribusi bagi penyerapan tenaga kerja

dan mampu menciptakan nilai tambah (value added creation) yang lebih

tinggi pada berbagai komoditas yang dihasilkan (Anwar, Yunita & Wulan,

2007: 4). Salah satu pemegang peran penting dalam perekonomian Indonesia

adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM), biasanya diikuti maupun ditinjau

(24)

upaya pemerintah untuk mengatasi berbagai masalah ekonomi maupun sosial,

yaitu menyediakan lapangan pekerjaan, pemberantasan kemiskinan,

pemerataan pendapatan. UKM di Indonesia digambarkan sebagai kegiatan

usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern.

Pertumbuhan UMKM pada tahun 2005 - 2012 menjelaskan peran

UMKM mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional. Bila dilihat dari

tahun 2005, pertumbuhan data jumlah UMKM mencapai 5% dan pada tahun

2012, pertumbuhan tersebut meningkat sebanyak 2%. Pertumbuhan UMKM

dan kontribusinya dalam menyerap tenaga kerja secara rinci dapat dilihat dari

(25)
(26)

Berdasarkan data pada tabel diatas pertumbuhan sumbangan PDB

UKM pada tahun 2005 yaitu sebanyak 5,97% dan pada tahun 2012 meningkat

sebanyak 9,9%. Pertumbuhan nilai ekspor UMKM pada tahun 2012

meningkat 11%. Hal tersebut menunjukan bahwa UMKM semakin

berkembang dalam perekonomian nasional.

Di Kecamatan Piyungan Usaha Kecil Menengah cukup berperan

penting dalam pertumbuhan perekonomian daerah dan salah satunya adalah

UKM Batu Bata. Kecamatan Piyungan adalah salah satu kecamatan dari

Kabupaten Bantul yang terletak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penduduk Kecamatan Piyungan mayoritas adalah petani dan pengrajin batu

bata. Kecamatan Piyungan merupakan salah satu sentra kerajinan batu bata.

Batu bata telah digunakan sejak dahulu. Belum diketahui dengan pasti sejak

kapan batu bata mulai dijadikan salah satu kerajinan khas setempat. Kerajinan

batu bata di Kecamatan Piyungan adalah UKM yang sangat berpengaruh

dalam pendapatan. Masyarakat setempat dari dahulu sampai sekarang

menggunakan batu bata sebagai bahan dasar bangunan. Ada beberapa jenis

batu bata yaitu batu bata merah, batako, bata ringan dan bataton.

Berdasarkan prasurvey lapangan, pengrajin batu bata di Kecamatan

Piyungan mayoritas membuat batu bata merah tanah liat. Batu bata merah

tanah liat adalah jenis pengisi dinding yang paling banyak digunakan baik

pada bangunan lama maupun bangunan modern. Material yang memiliki

warna dan tekstur permukaan yang sembarang sering digunakan untuk

(27)

plester dan pengecatan. Material tersebut terbuat dari tanah liat yang dicetak

kemudian dibakar dengan suhu tinggi sehingga menjadi benar-benar kering,

mengeras dan berwarna kemerah-merahan. Tanah yang digunakan adalah

tanah liat sehingga bisa menyatu saat proses pencetakan.

Material ini masih banyak diminati karena terbukti awet, kuat, murah

dan mudah didapatkan. Selain itu kelebihan bata merah adalah membuat

ruangan di dalam rumah lebih sejuk, tidak mudah retak, dan tahan api.

Tetapi kekurangan material ini adalah berat sehingga membebani struktur

penopang, membutuhkan banyak perekat sehingga agak boros, karena

bentuknya tidak seragam sehingga sulit memasangnya dengan rapi.

Saat ini produksi batu bata merah tanah liat sulit berkembang yang

ditunjukkan dari menurunkan jumlah produksi batu bata merah. Berdasarkan

prasurvey lapangan yang dilakukan terdapat beberapa masalah mendasar

yang menyebabkan industri kecil batu bata kesulitan untuk berkembang

antara lain disebabkan oleh permasalahan dari segi SDM yaitu masih

rendahnya kualitas SDM pelaku industri. Contoh lain dalam manajemen

adalah tidak adanya pembukuan dalam usaha. Permasalahan dalam

permodalan juga merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh sebagian

pengusaha batu bata. Modal yang dimiliki para pengusaha masih kecil, di

samping itu sebagian dari mereka mengaku mengalami kesulitan

mendapatkan pinjaman modal, sehingga untuk mengembangkan usahanya

masih mengalami beberapa kesulitan dan permasalahan dalam teknologi

(28)

untuk proses produksi sehingga sebagian besar masih menggunakan alat yang

tradisional contohnya dalam mengaduk tanah liat dengan tanah biasa masih

memakai cara manual yaitu dengan menggunakan tenaga manusia sehingga

produksinya pun masih kurang efisien. Dalam bidang pemasaran, proses

pemasaran masih bersifat tradisional yaitu para pembeli datang langsung.

Proses produksi didasarkan pada jumlah pesanan yang ada. Hal ini tentu saja

merugikan para pengusaha karena kebanyakan yang datang adalah para

tengkulak yang akan menjual lagi barang tersebut yang tentunya dengan

harga yang lebih mahal. Faktor lain yang termasuk dalam segi pemasaran

yang dihadapi pengrajin UMK batu bata ini adalah kemajuan jaman yang

menjadikan semakin banyaknya produk saingan batu bata sejenis seperti

batako dan batato yang harganya lebih terjangkau masyarakat.

Bermunculnya material saingan tersebut menyebabkan banyaknya konsumen

memilih material subsitusi batu bata merah tanah liat dalam pembuatan

bangunan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diduga ada 5 faktor yang

mempengaruhi kelangsungan usaha industri kerajinann batu bata, yaitu:

SDA, SDM, teknologi, modal dan pemasaran. Oleh karena itu peneliti ingin

menguji lebih lanjut mengenai kelima unsur tersebut dalam kaitannya dengan

perumusan strategi pengembangan bagi industri kerajinan batu bata.

Dibutuhkan kebijakan mengenai strategi pengembangan oleh pengrajin

UMK batu bata dalam mempertahankan dan mengembangkan usaha batu

(29)

strategi pengembangan UMK yang harus dilakukan, khususnya bagi

pengrajin UMK batu bata di Kecamatan Piyungan. Untuk mengidentifikasi

karakteristiknya digunakan teori SWOT. Analisis SWOT tersebut akan

menjelaskan apakah informasi tersebut dapat memberikan arah bagi UMKM

dalam mencapai tujuannya atau memberikan indikasi tentang rintangan yang

harus dihadapi atau diminimalkan untuk memenuhi pemasukan yang

diinginkan. Analisis SWOT dilakukan agar pengrajin UMK batu bata

memiliki strategi atau langkah-langkah yang dapat mengembangkan usaha

tersebut karena usaha produksi batu bata bersifat stagnan.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dalam bagian latar

belakang, maka rumusan masalah yang disusun dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran profil usaha kerajinan batu bata di Kecamatan

Piyungan?

2. Bagaimana kondisi SDA, SDM, teknologi, permodalan dan pemasaran

pada industri kecil batu bata di Kecamatan Piyungan?

3. Bagaimana strategi pengembangan keberadaan usaha kerajinan Batu Bata

di Kecamatan Piyungan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan

(30)

1. Untuk mengetahui gambaran profil industri kecil kerajinan batu bata di

Kecamatan Piyungan.

2. Untuk mengetahui kondisi SDA, SDM, teknologi, permodalan dan

pemasaran industri kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan.

3. Untuk mengetahui gambaran strategi pengembangan keberadaan industri

kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Pengrajin UMK batu bata

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran atau rekomendasi bagi

pengrajin UMK batu bata dalam mempertahankan dan mengembangkan

produksinya.

2. Pemerintah Kecamatan Piyungan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran atau rekomendasi

untuk pengambilan kebijakan mengenai para pengrajin UMK batu bata di

Kecamatan Piyungan Daerah Istimewa Yogyakarta terutama kebijakan

untuk mengembangkan usaha kerajinan batu bata.

3. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan

pembanding bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian atau riset

(31)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sebelum memasuki definisi industri kecil, lebih dahulu mengetahui

defenisi industri. Secara umum industri dapat didefinisikan sebagai suatu usaha

atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang

jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Hasil dari

industri tidak hanya berupa barang melainkan juga ada dalam bentuk jasa. Pada

bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang mendasari penelitian ini.

Pembahasan ini menjadi panduan dalam memahami dan memecahkan

permasalahan yang ada. Hal utama yang dijelaskan dalam bab ini adalah definisi

industri kecil, strategi bertahan dan strategi pengembangan.

A. Peran UMKM dalam Perekonomian Nasional

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2013), industri Pengolahan

adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu

barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi

barang jadi/setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi

barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai

akhir. Termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri dan pekerjaan

perakitan (assembling).

Jasa industri adalah kegiatan industri yang melayani keperluan pihak

lain. Pada kegiatan ini bahan baku disediakan oleh pihak lain sedangkan pihak

(32)

sejumlah uang atau barang sebagai balas jasa, misalnya perusahaan

penggilingan padi yang melakukan kegiatan menggiling padi/gabah petani

dengan balas jasa tertentu (Badan Pusat Statistik, 2016).

Perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang

melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa,

terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan

administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang

atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut. Industri Kecil adalah

perusahaan industri yang tenaga kerjanya antara 5 - 19 orang. Industri Mikro

adalah perusahaan industri yang tenaga kerjanya antara 1 - 4 orang.

Penggolongan perusahaan industri pengolahan ini semata-mata hanya

didasarkan kepada banyaknya tenaga kerja yang bekerja, tanpa

memperhatikan apakah perusahaan itu menggunakan mesin tenaga atau tidak,

serta tanpa memperhatikan besarnya modal perusahaan itu (Badan Pusat

Statistik, 2016).

Menurut UU Republik Indonesia No. 22 Tahun 2008, pada tanggal 4

Juli 2008 telah ditetapkan Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah. Definisi UMKM yang disampaikan oleh

Undang-undang ini juga berbeda dengan definisi di atas. Menurut UU No 20

Tahun 2008 ini, yang disebut dengan Usaha Kecil adalah entitas yang

memiliki kriteria sebagai berikut: (1) kekayaan bersih lebih dari Rp

50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

(33)

tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp

300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Sementara itu, yang

disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria

sebagai berikut: (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh

milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2)

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000. 000,00 (dua milyar

lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00

(lima puluh milyar rupiah).

UMKM memiliki beberapa peranan yaitu; (1) kedudukannya sebagai

pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, (2) menyerap

tenaga kerja cukup banyak, (3) pemain penting dalam pengembangan kegiatan

ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, (4) menjadi ketahanan ekonomi

serta (5) sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan

ekspor non migas.

Dalam menjelaskan peranan UMKM sebagai pemain utama dalam

kegiatan ekonomi di berbagai sektor dapat dilihat dari data dalam tabel

(34)

Tabel 2.1 PERKEMBANGAN DATA USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH (UMKM) DAN USAHA BESAR (UB) BERDASARKAN

JUMLAH UNIT USAHA TAHUN 2012 - 2013

NO INDIKATOR SATUAN Sumber: DEPKOP UMKM 2016

Gambaran perkembangan UMKM tahun 2012 -2013 memberikan

perbandingan jumlah usaha mikro mencapai 2,39%, jumlah usaha kecil 3,94%

dan usaha menengah 6,35%. Posisi usaha kecil sendiri menempati

penyumbang yang lebih besar dibanding usaha besar yang mencapai 1,97%.

Berdasarkan tabel diatas terlihat jelas bahwa UMKM menyumbang 2,41% dan

berdasarkan data tersebut, UMKM berkedudukan sebagai pemain utama

dalam kegiatan ekonomi dibandingkan dengan usaha besar.

Peranan UMKM dalam penyerapan tenaga dapat dijelaskan melalui

(35)

Tabel 2.2 PERKEMBANGAN DATA USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH (UMKM) DAN USAHA BESAR (UB) BERDASARKAN

TENAGA KERJA TAHUN 2012 - 2013

N

O INDIKATOR SATUAN TAHUN 2012 **)

TAHUN 2013 ***) PERKEMBANG-AN TAHUN 2012-2013 Sumber: DEPKOP UMKM 2016

Berdasarkan data diatas, Perkembangan UMKM tahun menyerap

tenaga kerja terbanyak, yaitu 114.144.082 orang atau 96,99% dari total tenaga

kerja di Indonesia dengan perbandingan di tahun 2012, peningkatan

penyerapan tenaga kerja meningkat 6,03%. Berdasarkan data diatas,

penyerapan tenaga kerja pada tahun terbanyak oleh unit usaha mikro yang

berjumlah 104.624.466 orang atau 88,90% dari total tenaga kerja di Indonesia

dengan jumlah peningkatan 4,77% dari tahun 2012 - 2013. Dengan banyaknya

tenaga kerja yang diserap oleh UKMK diharapkan mampu meningkatkan

pendapatan perkapita dan sekaligus meningkatkan pemerataan pendapatan

masyarakat, sehingga upaya untuk menurunkan tingkat kemiskinan dapat

(36)

daya lokal menjadi berkembang, sehingga perekonomian daerah dapat

berkembang.

Ketahanan ekonomi dapat dicapai dengan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi yang menyertai pembangunan ekonomi, sehingga dapat tercapai

kesejateraan masyarakat. Salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan

ekonomi di Indonesia adalah dengan dikembangkannya Usaha Mikro Kecil

Menengah (UMKM). UMKM umumnya berbasis pada sumber daya ekonomi

lokal. Dengan UMKM, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

masyarakat sehingga mampu menumbuhkan perekonomian nasional dalam

jangka panjang. Pemberdayaan UMKM terhadap masyarakat mampu

menghadapi krisis ekonomi yang terjadi dan masyarakat mampu mandiri

untuk mengurangi ketergantungan pada pihak luar, sehingga tidak tergantung

dari impor.

B. Perkembangan UMKM Berbasis Budaya Lokal

Secara umum, karakteristik UMKM di Indonesia kebanyakan berbentuk

industri mikro yang beroperasi pada level rumahan atau berbasis budaya lokal

dengan teknologi rendah dan tenaga kerja yang berpendapatan dan

berkemampuan rendah (Dirlanudin, 2008: 47). Selain itu, industri UMKM

dengan produk yang sama cenderung berkumpul di satu daerah (clustering)

karena banyak kemudahan, seperti kemudahan distribusi barang dan

pemasaran. Sumber modal dari UMKM berasal dari kredit dari bank, dana

(37)

Dalam hal pemasaran produk, UMKM cenderung bersifat lokal dengan

penjualan utama terjadi secara langsung kepada konsumen di pasar tradisional

lokal atau penjualan di toko-toko milik sendiri (Dirlanudin, 2008: 67).

Penjualan yang bersifat lokal memberikan sumbangan dari hasil penjualan

UMKM terhitung sangat besar untuk PDB Indonesia. Dapat disimpulkan

bahwa penetrasi produk UMKM masih kurang menyentuh konsumen di luar

daerah keberadaan UMKM tersebut. Selain itu, pasar untuk produk UMKM

juga mulai dipersempit oleh keberadaan produk luar negeri dan produk usaha

besar yang memiliki harga yang lebih murah sehingga lebih diminati

konsumen. Produk-produk tersebut juga sudah mulai memasuki pasar-pasar

tradisional di daerah yang terpencil akibat dari pembangunan jaringan

transportasi yang lebih baik dari daerah urban ke daerah rural.

Industri kecil telah terbukti tahan terhadap gejolak pasang surut

perekonomian global. Namun demikian, dalam proses usahanya industri kecil

di Indonesia banyak menghadapi berbagai masalah seperti dalam proses

produksi dimana dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi seperti SDA, SDM,

modal, teknologi dan masalah pemasaran. Hamid dan Sri Susilo (2011: 45-55)

meneliti mengenai strategi pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan menyusun

strategi yang operasional dan tepat untuk mengembangkan Usaha Mikro Kecil

dan Menengah (UMKM) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Profil UMKM juga perlu dikenali dan dianalisis. Penelitian ini mengunakan

(38)

sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai sumber publikasi. Metode

analisis yang digunakan adalah pendekatan deskriptif. Berkaitan dengan

berbagai masalah yang dihadapi oleh UMKM, ada beberapa strategi untuk

mengatasinya. Pengembangan UMKM tidak hanya oleh UMKM saja, tetapi

juga harus didukung semua stakeholder. Dukungan diharapkan datang dari

asosiasi bisnis, perguruan tinggi, dan instansi terkait di kabupaten/kota di

DIY. Kebijakan pemerintah juga diperlakukan untuk mendorong

pengembangan UMKM.

Pengembangan usaha kecil menghadapi berbagai kendala seperti

tingkat kemampuan, ketrampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia,

kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial

dan sumberdaya manusia mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu

menjalankan usahanya dengan baik. Seperti kelemahan dalam memperoleh

peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar, kelemahan dalam struktur

permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap

sumber-sumber permodalan, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber-sumber

daya manusia, keterbatasan kerjasama antar pengusaha kecil, iklim usaha yang

kurang kondusif karena persaingan yang saling mematikan, pembinaan yang

dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian

masyarakat terhadap usaha kecil (Kuncoro, 2007: 368).

Berdasarkan pasal 14 UU No. 9/1995 upaya-upaya pengembangan

usaha kecil tentang usaha kecil (Anoraga, 2002: 229), dirumuskan bahwa

(39)

pengembangan usaha kecil dalam bidang produksi dan pengolahan,

pemasaran, sumber daya manusia dan teknologi.

Susilo dan Krisnadewara (2007: 271-280) menyatakan bahwa,

berdasarkan hasil riset yang mereka lakukan tentang strategi bertahan industri

pasca gempa di Yogyakarta, strategi yang bisa diterapkan untuk pengembanga

UKM adalah berproduksi dengan fasilitas/peralatan terbatas, berproduksi

dengan jumlah bahan baku terbatas, berproduksi dengan jumlah tenaga kerja

terbatas, berproduksi dengan modal finansial terbatas, membuka

shoow-room/outlet, melakukan usaha sampingan. Rekomendasi dari hasil kajian ini

berkaitan dengan upaya percepatan pemulihan kembali untuk berusaha adalah

dengan melakukan kegiatan produksi kembali yang menekankan pada

tambahan modal. Dengan tambahan modal maka berbagai keterbatasan dalam

kegiatan produksi dapat diatasi, sehingga kegiatan produksi akan lebih lancar

sehingga dapat meningkatkan pendapatan.

Susilo dan Krisnadewara (2008: 271-280) melakukan kajian masalah

dan kinerja industri kecil di Kabupaten Bantul Provinsi DIY. Survey

dilakukan terhadap 100 pengusaha yang tergolong industri skala kecil dan

menengah (IKM). Hasil kajian tersebut menjelaskan bahwa masalah utama

yang dihadapi oleh pengusaha adalah ketidakmampuan memenuhi kewajiban

finansial terhadap pihak lain dan keterbatasan untuk menambah modal.

Masalah lain yang dihadapi adalah menurunnya hasil produksi dan pemasaran

hasil produksi. Dengan indikator kinerja tingkat produksi maka sebagian besar

(40)

dan sebanyak 12% mengalami peningkatan. Hasil kajian ini menunjukkan

bahwa para pengusaha pada skala UKM memiliki kerentanan yang tinggi

terhadap berbagai sumber goncangan. Adanya bencana gempa bumi

berdampak cukup besar terhadap kemampuan finansial perusahaan.

Tarigan dan Susilo (2008: 188 - 199) melakukan kajian masalah dan

kinerja industri kecil pada industri kerajinan perak di Kota Yogyakarta. Dari

hasil kajian tersebut dapat diberikan kesimpulan bahwa, pengusaha/pengrajin

perak menghadapi permasalahan yang terkait dengan terganggunya kegiatan

produksi karena adanya kerusakan bangunan serta prasarana produksi,

terganggunya proses produksi menyebabkan berkurangnya jumlah produksi

yang berimplikasi pada kemampuan melayani permintaan, dan penurunan

permintaan pada gilirannya akan mengurangi pendapatan dan berimplikasi

pada kemampuan memenuhi kewajiban finansial.

Menurut jurnal penelitian Yarnest dan Priyo (2013: 2), optimalisasi

strategi pengembangan usaha keramik sebagai produk unggulan dan icon kota

malang), pada awal mulanya usaha industri keramik merupakan usaha

kecil-kecilan yang dirintis sejak tahun 1950-an. Industri kerajinan keramik ini

membawa pengaruh bagi masyarakat pengrajin terutama dibidang ekonomi.

Keramik Malang sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas yang hanya

bermula dari industri rumah tangga (home industry) yang dikelola secara

sederhana oleh pengrajin. Karena banyaknya bahan baku yang tersedia

dengan kualitas yang baik seperti kaolin, felspard, kuarsa, ballclay, dan

(41)

industri kecil keramik Malang dapat berkembang dengan pesat dan lebih

dikenal dengan “Keramik Dinoyo”. Sentra Keramik Dinoyo merupakan salah

satu UKM yang bergerak di bidang industri keramik yang memiliki ciri khas

dan menjadi salah satu ikon Kota Malang.

Menurut Priyono (2004), pemberdayaan masyarakat adalah sebuah

konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Dalam

kerangka pikiran itu, upaya memberdayakan masyarakat, dapat dilihat dari

tiga sisi. Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan

potensi masyarakat berkembang (enabling). Di sini titik tolaknya adalah

pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang

dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa

daya. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan

mendorong memotivasikan dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang

dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.

Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat

(empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif,

selaindari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi

langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan

(input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities)

yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. Untuk itu, perlu ada

program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena

program-program umum yang berlaku untuk semua, tidak selalu dapat menyentuh

(42)

Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam

proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah,

oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena

itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya

dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti

mengisolasi atau menutupi dari interaksi. Melindungi harus dilihat sebagai

upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta

eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan

membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program

pemberian (charity) karena pada dasarnya setiap apa yang dinikmati, harus

dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak

lain. Dengan demikian, tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat,

memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah

kehidupan yang lebih baik secara sinambung. Pemberdayaan ekonomi rakyat

adalah tanggung jawab pemerintah. Akan tetapi, juga merupakan tanggung

jawab masyarakat, terutama mereka yang telah lebih maju, karena telah

terlebih dahulu memperoleh kesempatan bahkan mungkin memperoleh

fasilitas yang tidak diperoleh kelompok masyarakat lain.

Pembinaan usaha kecil harus lebih diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan pengusaha kecil sebagai pengusaha menengah. Banyak hal yang

menentukan berhasilnya perkembangan ekonomi. Faktor-faktor tersebut dapat

dikelompokan menjadi dua yaitu faktor ekonomi dan non ekonomi. Kapasitas

(43)

produksi yaitu suatu hubungan antara input dan output. Input adalah

barang-barang yang dipergunakan untuk menghasilkan barang-barang-barang-barang lain. Output

adalah barang-barang yang dihasilkan dari kombinasi-kombinasi input

tersebut.

Faktor produksi diartikan sebagai benda-benda yang disediakan

oleh alam atau yang diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk

memproduksi barang dan jasa. Faktor produksi yang tersedia dalam

perekonomian dibedakan menjadi empat jenis yaitu sumber daya alam, tenaga

kerja, modal dan teknologi.

1. Sumber Daya Alam

Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang

dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sumber daya alam

yang berasal dari tambang merupakan unsur sumber daya alam non hayati

yaitu sumber daya alam yang dapat diusahakan kembali keberadaannya

secara terus menerus. SDA tersebut memiliki beragam fungsi salah satunya

adalah sebagai bahan dasar infrastruktur atau bangunan.

2. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang ada pada negara berkembang pada umumnya

mempunyai kualitas yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari tingkat

produktivitas tenaga kerja yang ada pada negara tersebut (Suryono, 2000: 83).

Menurut UU No. 13, tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk

(44)

pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan

kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan nasional.

3. Permodalan

Modal dalam arti sempit adalah sejumlah nilai uang yang dipergunakan

dalam membelanjai semua keperluan usaha. Modal dalam pengertian umum

mencakup benda-benda seperti tanah, gedung, mesin-mesin, alat-alat

perkakas dan barang produktif lainnya untuk suatu kegiatan usaha (Sriyadi,

1991: 109). Sehubungan dengan kegiatan usaha (Sriyadi, 1991: 111), modal

dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Modal Tetap (fixed capital), adalah semua benda-benda modal yang

dipergunakan terus-menerus dalam jangka lama pada kegiatan produksi,

seperti tanah, gedung, mesin, alat-alat perkakas, dsb.

b. Modal Bekerja (working capital), modal untuk mendapatkan operasi

perusahaan seperti pembelian bahan dasar dan bahan habis pakai,

membiayai upah dan gaji, membiayai pengiriman dan transportasi, biaya

penjualan dan reklame, biaya pemeliharaan, dan sebagainya.

Sumber modal yang mungkin digali oleh industri kecil antara lain dapat

digolongkan menjadi dua kelompok yaitu (Anoraga, 200: 267):

a. Sumber-sumber ekstern dapat terdiri dari pihak lain bukan bank, bank,

modal venture (bentuk penyertaan modal yang bersifat sementara kedalam

perusahaan pasangan usaha/PPU yang ingin mengembangkan usahanya,

(45)

b. Sumber-sumber intern terdiri dari: (1) Tabungan pribadi yaitu dana

tabungan pemilik; (2) Laba yang ditahan yaitu dana yang diperoleh dari

sisa laba yang tidak diambil perusahaan atau tidak dibagikan bagi

koperasi.

4. Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai

faktor sosial, budaya, politik, ekonomi dan manajerial. Tujuan fundamental

dari pemasaran yaitu menambah peluang bisnis. Pemasaran merupakan

prosessosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan

kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan

menukarkan produk yang bernilai satu sama lain (Kottler, 2000: 19).

Menurut Rangkuti (2009: 49), unsur-unsur utama pemasaran dapat

diklasifikasikan menjadi tiga unsur utama yaitu strategi persaingan, taktik

pasar dan nilai pemasaran. Strategi persaingan dapat dikelompokkan menjadi

tiga yaitu: (1) Segmentasi pasar adalah tindakan mengidentifikasi dan

membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah; (2) Targeting

adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan

dimasuki; (3) Positioning adalah penetapan posisi pasar. Taktik pasar terdapat

dua unsur taktik pemasaran: (1) Diferensiasi, yang berkaitan dengan cara

membangun strategi pemasaran dalam berbagai aspek di perusahaan.

Kegiatan membangun strategi pemasaran inilah yang membedakan atau

diferensiasi yang dilakukan suatu perusahaan dengan perusahaan lain; (2)

(46)

produk, harga, promosi dan tempat. Nilai pemasaran dapat dikelompokan

menjadi tiga, yaitu: (1) Merk atau brand, nilai yang berkaitan dengan nama

atau nilai yang dimiliki dan melekat pada suatu perusahaan; (2) Pelayanan

atau service, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemberian jasa pelayanan

kepada konsumen; (3) Proses, yaitu nilai yang berkaitan dengan prinsip

perusahaan untuk membuat setiap perusahaan terlibat dan memiliki rasa

tanggungjawab dalam proses memuaskan konsumen, baiksecara langsung

maupun tidak langsung.

5. Teknologi

Dalam arti biasa (sehari-hari) teknologi berarti suatu perubahan berarti

dalam fungsi produksi yang nampak dalam teknis produksi yang ada (Irawan

& Suparmoko, 2002: 196). Sedangkan yang dimaksud dengan perubahan

teknologi adalah (technological change) adalah termasuk perubahan dalam

fungsi produksi dalam suatu kegiatan tertentu yang dapat menambah

hasildengan input tertentu. Perubahan teknologi ini menyebabkan tambahan

produksi dengan sumber-sumber yang sama ataupun jumlah output yang

sama tetapi dengan input yang lebih sedikit, atau mungkin pula berupa

barang-barang yang baru yang punya kegunaan yang lebih banyak. Teknologi

dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya antara lain: teknologi modern

atau teknologi maju, teknologimadya atau teknologi tepat, dan teknologi

(47)

C. Strategi Pengembangan

Menurut Chandler Strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu

perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang

penting untuk mencapai tujuan tersebut (Rangkuti, 2002: 4). Pemahaman yang

baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang bersangkutan

sangat menentukan suksesnya strategi apa yang akan disusun.

Ada beberapa jenis strategi dalam sebuah perusahaan diantaranya

adalah: (a) Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh

manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro, misalnya

strategi pengembangan produk, penerapan harga, akuisisi, pengembangan

pasar dan sebagainya; (b) Strategi investasi merupakan kegiatan yang

berorientasi pada investasi, misalnya perusahaan ingin melakukan strategi

pertumbuhan yang agresif atau berusaha melakukan penetrasi pasar, strategi

bertahan, strategi pembangunan kembali divisi baru dan sebagainya; (c)

Strategi bisnis, strategi ini secara fungsional karena strategi ini berorientasi

pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran,

produksi atau operasional, distribusi, dan strategi yang berhubungan dengan

keuangan (Rangkuti, 2009: 7). Untuk menganalisis strategi tersebut terdapat

banyak cara yaitu: Matriks TOWS atau Matriks SWOT, Matriks BCG,

Matriks Internal Eksternal, Matriks SPACE, Matriks Grand Strategy

(Rangkuti, 2006: 83).

Strategi pengembangan UMK yang diteliti adalah menggunakan

(48)

kombinasi antara strengths, weakneess, opportunities, dan threats (SWOT) .

SWOT adalah akronim untuk kekuatan (Strenghts), kelemahan (Weakneses),

peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dari lingkungan eksternal

perusahaan. Menurut Jogiyanto (2005: 46), SWOT digunakan untuk menilai

kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang

dimiliki perusahaan dan kesempatan-kesempatan eksternal dan

tantangan-tantangan yang dihadapi. Menurut David (2008: 8), semua organisasi

memiliki kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada

perusahaan yang sama kuatnya atau lemahnya dalam semua area bisnis.

Kekuatan/kelemahan internal digabungkan dengan peluang/ancaman

dari eksternal dan pernyataan misi yang jelas menjadi dasar untuk penetapan

tujuan dan strategi. Berikut ini merupakan penjelasan dari SWOT (David,

2005: 47) yaitu :

1. Kekuatan (Strenghts)

Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keungulan-keungulan

lain yang berhubungan dengan para pesaing perusahaan dan kebutuhan

pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan yang diharapkan dapat dilayani.

Kekuatan adalah kompetensi khusus yang memberikan keunggulan

kompetitif bagi perusahaan di pasar.

2. Kelemahan (Weaknesses)

Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,

keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja

(49)

keuangan, kemampuan manajemen dan keterampilan pemasaran dapat

merupakan sumber dari kelemahan perusahaan.

3. Peluang (Opportunities)

Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan

perusahaan, seperti perubahaan teknologi dan meningkatnya hubungan

antara perusahaan dengan pembeli atau pemasok merupakan gambaran

peluang bagi perusahaan.

4. Ancaman (Threats)

Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan dalam

lingkungan perusahaan.Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi

sekarang atau yang diinginkan perusahaan. Adanya peraturan-peraturan

pemerintah yang baru atau yang direvisi dapat merupakan ancaman bagi

kesuksesan perusahaan.

Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk

meningkatkan analisis dalam usaha penetapan strategi. Umumnya yang sering

digunakan adalah sebagai kerangka/panduan sistematis dalam diskusi untuk

membahas kondisi altenatif dasar yang mungkin menjadi pertimbangan

perusahaan.

Menurut Rangkuti (2006: 32), matriks SWOT dapat menggambarkan

secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi

perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang

dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan altenatif

(50)

Tabel 2.3 Matriks SWOT

IFAS Strengths (S) Weaknesses (W)

tentukan 5-10 faktor kekuatan internal

tentukan 5-10 faktor kelemahan internal

EFAS

Strategi SO Strategi WO

Opportunities (O)

ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Treaths (T) Strategi ST Strategi WT

tentukan 5-10 faktor ancaman ekternal

ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari

ancaman Sumber : Rangkuti (2006: 83)

Berikut ini adalah keterangan dari matriks SWOT diatas :

1. Strategi SO

Apabila didalam kajian terlihat peluang- peluang yang tersedia dan

perusahaan juga memiliki posisi internal yang kuat, maka sektor tersebut

dinilai memiliki keunggulan komparatif. Kondisi lingkungan yang terdapat

di sekitarnya digunakan sebagai usaha dalam mempertahankan keunggulan

komparatif tersebut. Strategi SO yaitu memanfaatkan kekuatan

memanfaatkan peluang.

2. Strategi ST

Kotak ini merupakan kajian yang mempertemukan interaksi antara

ancaman atau tantangan dari luar yang diidentifikasikan untuk memperlunak

ancaman atau tantangan tersebut dengan kekuatan yang terdapat dari

lingkungan perusahaan yang nantinya diharapkan kekuatan akan mengubah

ancaman menjadi sebuah peluang bagi pemberdayaan selanjutnya. Strategi

(51)

3. Strategi WO

Kotak ini merupakan kajian yang dariberbagai peluang dan kekurangan

yang ada. Peluang yang besar disiniakan dihadapi oleh kurangnya

kemampuan sektor untuk mengungkapnya. Pertumbuhan harus dilakukan

dengan hati-hati untuk memilih dan untuk menerima peluang tersebut,

khususnya dikaitkan dengan potensi kawasan.Strategi WO yaitu

pemanfaatan peluang untuk meminimalkan kelemahan.

4. Strategi WT

Merupakan tempat untuk menggali berbagai kelemahan yang akan

dihadapi oleh sektor dalam perkembangannya. Hal ini dilihat dari

pertemuan antara ancaman atau tantangan dari luar dengan kelemahan yang

terdapat didalam kawasan. Strategi yang harus ditempuh adalah mengambil

keputusan untuk mengendalikan kerugian yang akan dialami dengan

membenahi sumberdaya internal yang ada. Strategi WT yaitu

meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman.

D. Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan penelitian sebelumnya dalam kasus strategi

pengembangan industri Batik Tulis Lasem (Tahwin & Mahmudi 2013: 67),

strategi pengembangan industri Batik Tulis Lasem digunakan sebagai

upaya untuk mewujudkan agar industri batik tulis lasem menjadi kegiatan

ekonomi yang memiliki nilai tambah dan berdaya saing tinggi, tidak hanya

(52)

sehingga mampu menembus pasar ekspor. Rumusan strategi pengembangan

didasarkan kombinasi strategi matrik SWOT adalah strategi SO, yaitu

menggunakan kekuatan (strength) yang dimiliki untuk memanfaatkan

peluang (opportunity) yang ada. Implementasi strategi ini adalah

mengembangkan jaringan pemasaran dengan memanfaatkan networking serta

mengembangkan quality control dan meningkatkan produktivitas dengan

memanfaatkan teknologi modern.

Mengutip skripsi dari Arifah (2011), yang berjudul Strategi

Pengembangan Industri Kecil Jamur Tiram di Kecamatan Jambu Kabupaten

Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil industri kecil jamur

tiram di Kecamatan Jambu yaitu ada sekitar 15 unit usaha industri kecil

pengembang jamur tiram, yang tersebar di 4 desa yaitu Desa Gondoriyo, Desa

Jambu, Desa Bedono dan Desa Genting. Kondisi sumber daya manusia (SDM)

pada industri kecil jamur tiram dalam kondisi tidak baik yaitu sebesar 66,7%,

kondisi permodalan sebagian besar dalam kondisi tidak baik yaitu sebesar

66,6% dan kondisi pemasaran sebagian besar dalam kondisi kurang baik yaitu

sebesar 53,4%. Kesimpulan dari penelitian adalah strategi yang diterapkan

yaitu strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal, artinya strategi yang

diterapkan lebih defensif, yaitu menghindari kehilangan penjualan dan

kehilangan pendapatan.Saran yang diajukan untuk pemerintah daerah

Kabupaten Semarang yaitu pemberian pelatihan dan pembinaan kepada para

pengusaha pengembang jamur tiram tentang pengelolaan jamur tiram yang

(53)

usaha dengan baik dan memenejemen keuangan usaha agar usaha

pengembang jamur tiram dapat berkembang dengan baik.

E. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran teoritis pada penelitian ini dapat dijelaskan pada

bagan berikut:

Industri Batu Bata Di Kecamatan

Keadaan yang ada di Industri Batu Bata: 1. SDA

2. SDM 3. Modal 4. Teknologi 5. Pemasaran

Analisis Industri

Faktor-faktor eksternal

Peluang dan ancaman

Faktor-faktor internal

Kekuatan dan kelemahan

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Strategi Pengembangan

melalui variabel SDA, SDM, pemasaran, modal dan teknologi pada usaha

kecil menengah sektor industri kerajinan batu bata di Kecamatan

Piyungadengan metode analisis deskiriptif. Penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan suatu

penelitian yang bersifat menggambarkan secara sistematis mengenai

fakta-fakta, situasi dan aktivitas dari objek yang diteliti dengan tujuan

menggambarkan sifat tertentu yang tengah berlangsung pada riset dan

memeriksa dari sebab-sebab suatu gejala tertentu (Husein, 2003: 87).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian ini adalah Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul,

Daerah Istimewa Yogyakarta. Terdapat tiga desa di kecamatan tersebut

yaitu: Desa Sitimulyo, Srimulyo dan Srimartani.

2. Waktu penelitian ini dimulai dari 25 April 2016 – 20 Juli 2016.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian ini adalah pengrajin UMKM batu bata di Kecamatan

(55)

penelitian ini adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, modal,

teknologi dan pemasaran.

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2011: 80), Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpunlanya. Dalam penelitian ini, populasi tidak diketahui dan

tidak ada informasi mengenai data sekundernya.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan di teliti. Sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut

(Sugiyono, 2011: 81). Menurut Roscoe dalam Sugiyono (2011: 90)

ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah minimum 30

responden. Peneliti mengambil sampel minimum sebanyak 30 responden

dengan pertimbangan jumlah populasi dalam penelitian tidak diketahui.

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik sampel yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan teknik

nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2000: 77). Teknik

(56)

sampel dengan pertimbangan tertentu.Pertimbangan dalam penelitian ini

adalah UKM telah berdiri minimal 10 tahun dengan alasan UKM telah

teruji waktu dan tetap berdiri selama satu dekade.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penelitian ini, maka perlu

definisi operasional sebagai berikut:

1. Strategi pengembangan adalah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan

agar usahanya dapat berkembang baik dari jumlah produksi, kualitas, dan

model serta modal usaha.

2. Sumber daya alam adalah adalah segala sesuatu yang berasal dari alam

yang digunakan untuk membuat batu bata. Sumberdaya alam yang dipakai

adalah tanah semak padi. Variabel SDA dalam penelitian ini dengan

indikator sebagai berikut:

a. Sumber bahan baku

b. Harga bahan baku

c. Ketersediaan bahan baku

3. Sumber daya manusia adalah tenaga kerja yang mampu melakukan

pekerjaan umtuk membuat batu bata. Variabel SDM dalam penelitian ini

dengan indikator sebagai berikut:

a. Jumlah Tenaga Kerja

b. Alokasi Waktu (HKO)

Gambar

Gambar 5.1  Kondisi Internal – Eksternal Matrik ........................................
tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 PERKEMBANGAN DATA USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH (UMKM) DAN USAHA BESAR (UB) BERDASARKAN
Tabel 2.2 PERKEMBANGAN DATA USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH (UMKM) DAN USAHA BESAR (UB) BERDASARKAN
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penulisan untuk menggambarkan upaya apa saja yang harus dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi guru dalam mengajar di sekolah.. Agar motivasi dapat

[r]

Jepang sebagai negara industri memiliki pola strategi dan kebijakan pembangunan industri manufaktur melalui pembinaan Industri kecil yang berpola sejenis koperasi atau

Dari gambar orang bersepeda di atas jelas terlihat bahwa jalan yang dilalui sepeda Dari gambar orang bersepeda di atas jelas terlihat bahwa jalan yang dilalui sepeda selalu

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial seperti partisipasi anggaran, komitmen organisasi, dan job relevant information telah dilakukan

Hasil penelitian ini sudah sesuai berdasarkan penelitian University Of California San Diego Experience mengatakan bahwa dari 294 pasien terdiri dari 148 wanita

Disertasi Peranan Teh Kompos Terhadap Pertumbuhan .... Nora

1. Untuk mengetahui secara mendalam mengenai pertanggungjawaban pidana anggota militer yang melakukan tindak pidana desersi. Untuk mengetahui upaya anggota militer yang