viii
ABSTRAK
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH SEKTOR INDUSTRI KERAJINAN BATU BATA BERDASARKAN ANALISIS SWOT
(Kasus Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta)
Adhe Anggreini Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan profil industri kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan; 2) mendeskripsikan kondisi sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, permodalan dan pemasaran industri kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan; dan 3) mendeskripsikan strategi pengembangan keberadaan industri kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Piyungan pada tanggal 25 April – 20 Juli 2016. Subjek penelitian ini adalah pengusaha industri kerajinan batu bata dengan sampel sebanyak 30 responden. Teknik analisis data yaitu deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan kuesioner.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) mayoritas pengusaha pada industri kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan adalah laki-laki dengan rentang usia 20 – 57 tahun dengan latar belakang pendidikan SMP – SMA; 2) kondisi sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, permodalan dan pemasaran pada industri kecil batu bata di Kecamatan Piyungan adalah sebagai berikut: (a) sumber daya alam sebagai bahan baku dalam memproduksi batu bata di Kecamatan Piyungan cukup tersedia; (b) sumber daya manusia sebagai salah satu faktor produksi batu bata di Kecamatan Piyungan cukup tersedia; (c) teknologi yang digunakan oleh industri kecil batu bata di Kecamatan Piyungan cukup memadai; (d) modal yang dibutuhkan oleh industri kecil batu bata di Kecamatan Piyungan rendah; dan (e) daerah pemasaran hasil produksi industri kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan kurang luas yaitu sebagian besar hanya terbatas di D. I. Yogyakarta; serta 3) berdasarkan analisis SWOT, strategi yang dapat dilakukan untuk memberdayakan industri batu bata di Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul adalah: (a) memperluas pasar sehingga barang lebih terkenal; (b) mengembangkan produk batu bata sejenis yang berkualitas; (c) memanfaatkan sumber daya manusia yang banyak untuk memproduksi batu bata; dan (d) memperbanyak modal untuk mengembangkan usaha.
ABSTRACT
SWOT ANALYSIS OF DEVELOPMENT STRATEGY OF SMALL-TO-MEDIUM SCALE OF BRICK INDUSTRIES (A Case Study in Piyungan Subdistrict, Bantul District, Special Region of
Yogyakarta)
Adhe Anggreini Saragi Sanata Dharma University
2016
This study aims to: 1) describe the profiles of small-to-medium scale of brick industries in Piyungan Subdistrict; 2) describe theirexisting conditions of natural resources, human resources, technology, capital, and marketing; and 3) describe their development strategies.
This research is essentially quantitative-descriptive. It was conducted in Piyungan Subdistrict from April 25 to July 20, 2016. The subject is small-to-medium scale of brick industries the respondents of which amount to 30 owners. The data were collected by observation, interviews and questionnaires.The data analysis technique is that of descriptive-qualitative.
The results of this study show that: 1) the majority of the owners of such industry in Piyungan Subdistrict were men of 20-57 years of age with junior-to-senior educational background; 2) the existing conditions of natural resources, human resources, technology, capital and marketing are described as follows: (a) the natural resources for raw materials are reasonably available; (b) the human resources are reasonably available; (c) the technologies utilized for such industry are reasonably adequate; (d) the capital needed to run such an industry is relatively low; (e) the marketing area is confined only to that of the Special Region of Yogyakarta; and 3) based on the SWOT analysis, the strategies which are potentially adopted to develop and empower such an industry are: (a) by expanding the marketing areasoutside the Special Region of Yogyakarta; (b) by producing similar but more qualified products; (c) by involving more human resources to increase production; and (d) by increasing the amount of the capital from available capital resources to develop their business.
i
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH
SEKTOR INDUSTRI KERAJINAN BATU BATA
BERDASARKAN ANALISIS SWOT
(Kasus Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh :
Adhe Anggreini Saragi
NIM : 111324033
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk Ibunda Tercinta
Narsumiati Sitohang, S.Pd
.
v
MOTO
Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga
kami beroleh hati yang bijaksana (Mazmur 90 : 12)
Allah tidak melihat seberapa fasih kita berdoa, DIA lebih tertarik dengan hati kita.
LEMBAR KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana mestinya karya ilmiah.
Yogyakarta, 31 Agustus 2016
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Adhe Anggreini Saragi
Nomor Mahasiswa : 111324033
Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH SEKTOR INDUSTRI KERAJINAN BATU BATA BERDASARKAN ANALISIS SWOT (Kasus Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta) beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernayataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 31 Agustus 2015
Yang menyatakan
ABSTRAK
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH SEKTOR INDUSTRI KERAJINAN BATU BATA BERDASARKAN ANALISIS SWOT
(Kasus Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta)
Adhe Anggreini Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan profil industri kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan; 2) mendeskripsikan kondisi sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, permodalan dan pemasaran industri kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan; dan 3) mendeskripsikan strategi pengembangan keberadaan industri kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Piyungan pada tanggal 25 April – 20 Juli 2016. Subjek penelitian ini adalah pengusaha industri kerajinan batu bata dengan sampel sebanyak 30 responden. Teknik analisis data yaitu deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan kuesioner.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) mayoritas pengusaha pada industri kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan adalah laki-laki dengan rentang usia 20 – 57 tahun dengan latar belakang pendidikan SMP – SMA; 2) kondisi sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, permodalan dan pemasaran pada industri kecil batu bata di Kecamatan Piyungan adalah sebagai berikut: (a) sumber daya alam sebagai bahan baku dalam memproduksi batu bata di Kecamatan Piyungan cukup tersedia; (b) sumber daya manusia sebagai salah satu faktor produksi batu bata di Kecamatan Piyungan cukup tersedia; (c) teknologi yang digunakan oleh industri kecil batu bata di Kecamatan Piyungan cukup memadai; (d) modal yang dibutuhkan oleh industri kecil batu bata di Kecamatan Piyungan rendah; dan (e) daerah pemasaran hasil produksi industri kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan kurang luas yaitu sebagian besar hanya terbatas di D. I. Yogyakarta; serta 3) berdasarkan analisis SWOT, strategi yang dapat dilakukan untuk memberdayakan industri batu bata di Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul adalah: (a) memperluas pasar sehingga barang lebih terkenal; (b) mengembangkan produk batu bata sejenis yang berkualitas; (c) memanfaatkan sumber daya manusia yang banyak untuk memproduksi batu bata; dan (d) memperbanyak modal untuk mengembangkan usaha.
ix
ABSTRACT
SWOT ANALYSIS OF DEVELOPMENT STRATEGY OF SMALL-TO-MEDIUM SCALE OF BRICK INDUSTRIES (A Case Study in Piyungan Subdistrict, Bantul District, Special Region of
Yogyakarta)
Adhe Anggreini Saragi Sanata Dharma University
2016
This study aims to: 1) describe the profiles of small-to-medium scale of brick industries in Piyungan Subdistrict; 2) describe theirexisting conditions of natural resources, human resources, technology, capital, and marketing; and 3) describe their development strategies.
This research is essentially quantitative-descriptive. It was conducted in Piyungan Subdistrict from April 25 to July 20, 2016. The subject is small-to-medium scale of brick industries the respondents of which amount to 30 owners. The data were collected by observation, interviews and questionnaires.The data analysis technique is that of descriptive-qualitative.
The results of this study show that: 1) the majority of the owners of such industry in Piyungan Subdistrict were men of 20-57 years of age with junior-to-senior educational background; 2) the existing conditions of natural resources, human resources, technology, capital and marketing are described as follows: (a) the natural resources for raw materials are reasonably available; (b) the human resources are reasonably available; (c) the technologies utilized for such industry are reasonably adequate; (d) the capital needed to run such an industry is relatively low; (e) the marketing area is confined only to that of the Special Region of Yogyakarta; and 3) based on the SWOT analysis, the strategies which are potentially adopted to develop and empower such an industry are: (a) by expanding the marketing areasoutside the Special Region of Yogyakarta; (b) by producing similar but more qualified products; (c) by involving more human resources to increase production; and (d) by increasing the amount of the capital from available capital resources to develop their business.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah di Surgaatas berkat dan kasihnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH SEKTOR INDUSTRI KERAJINAN BATU
BATA BERDASARKAN ANALISIS SWOT (Kasus Kecamatan Piyungan,
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta),” Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu sehingga penulisan
skripsi ini dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Dra. Catharina Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed. Selaku ketua
Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma dan
selaku Dosen Pembimbing I atas segala kesabaran, pengertian dan
kasihnya membimbing, mendampingi dan mengarahkan dari awal
xi
3. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing II
atas segala kebaikan dan kasih dalam membimbing dan mengarahakan
dari awal sampai akhir penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku dosen Pendidikan Ekonomi
atas segala kasihnya dalam mengarahkan penyusunan skripsi.
5. Bapak Venantius Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A. selaku dosen
Manajemen dari Fakultas Ekonomi yang memberikan pengarahan,
masukan, saran pada pembahasan skripsi.
6. Segenap dosen Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
7. Bapak E. Sunarto atas bimbingan dalam penulisan abstrak untuk
skripsi ini.
8. BAPPEDA BANTUL selaku pemberi ijin lokasi penelitian yang sudah
memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di Kecamatan
Piyungan.
9. Kecamatan Piyungan, Desa Sitimulyo, Desa Srimulyo dan Desa
Srimartani selaku tempat peneitian yang telah memberikan ijin untuk
meneliti Pengusaha Batu Bata.
10.Segenap Pengusaha Batu Bata di Kecamatan Piyungan selaku sampel
penelitian yang mau menyediakan waktu dan tenaganya untuk
memngisi kuisioner penelitian.
11.Ibunda tercinta dan Bapak terkasih yang selalu mendukung dalam doa,
memberikan semangat, nasehat dan serta kasih sayang dan kesabaran
12.Abang tersayang Andreas Wijayanto yang juga selalu memberikan
motivasi dan menjadi tempat untuk curhat selama perkuliahan dan
penyelesaian skripsi ini.
13.Teman terkasih, Nanda Kurnia Putra yang selalu membantu dalam
waktu dan doa untuk mendampingi dan memberikan semangat selama
proses penulisan skripsi sampai selesai.
14.Sahabatku Isna dan Mila yang menemani hari-hari perkuliahan,
memberikan semangat dalam perkuliahan maupun kehidupan pribadi.
15.Pakde terkasih, orang tua tergaul, teman terbaik Opa Eddie yang selalu
memberikan nasehat dan arahan dalam mengingatkan tanggung jawab
sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik
16.Parangtritis on The Remix yang selalu bekerjasama dengan ND DJ
Entertainment sehingga biaya skripsi ini mampu tertalangi dengan
baik.
17.Guru, kakak terbaik dan teman terkasih DJ Monocrome dan DJ
Ryandika yang selalu menasehati sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan.
18.Segenap Kru DJ dan Studio yang terkait memberikan waktu dan
pengertiannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
19.Pak Nuno, Om Nico, Bung Anton yang selalu mensupport karier dan
xiii
Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari banyak kekurangan dan
kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis
membutuhkan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
Yogyakarta, 32 Agustus 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
xv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Peran UMKM dalam Perekonomian Nasional ... 10
B. Perkembangan UMKM Berbasis Budaya Lokal ... 15
1. Sumber Daya Alam ... 22
2. Sumber Daya Manusia ... 22
3. Permodalan ... 23
4. Pemasaran ... 24
5. Teknologi ... 25
C. Strategi Pengembangan ... 26
D. Penelitian Sebelumnya ... 30
E. Kerangka Berfikir... 32
BAB III METODE PENELITIAN... 33
A. Jenis Penelitian ... 33
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 33
D. Populasi, Sample dan Teknik Penarikan Sample ... 34
E. Defenisi Operasional ... 35
F. Teknik Pengumpulan Data ... 37
G. Teknik Analisis Data ... 39
H. Analisis SWOT ... 46
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 54
A. Kondisi Geografis ... 54
C. Proses Pembuatan Batu Bata ... 56
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58
A. Profil UKM industri kerajinan Batu bata di Kecamatan Piyungan ... 58
B. Kondisi Sumber Daya Alam, Sumber Daya Mannusia, Teknologi, Permodalan dan Pemasaran Pada UKM Industri Kerajinan Batu Bata di Kecamatan Piyungan ... 59
C. Analisis SWOT untuk Menentukan Strategi Pengembangan Industri Kecil Batu Bata di Kecamatan Piyungan ... 57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 77
A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 78
C. Batasan Penelitian ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 80
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1Perkembangan UMKM 2005-2012 ... 4
Tabel 2.1Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (Umkm) Dan Usaha Besar (Ub) Berdasarkan Jumlah Unit Usaha Tahun 2012 – 2013... 13
Tabel 2.2 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (Umkm) Dan Usaha Besar (Ub) Berdasarkan Tenaga Kerja Tahun 2012 - 2013 ... 14
Tabel 3.1 Interval Kelas Sumber Daya Alam ... 41
Tabel 3.2 Interval Kelas Pemasaran ... 42
Tabel 3.3 Interval Kelas Sumber Daya Manusia ... 43
Tabel 3.4 Interval Kelas Teknologi ... 44
Tabel 3.5 Interval Kelas Permodalan ... 46
Tabel 3.6 Tabel EFAS dan IFAS ... 49
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden Penelitian ... 58
Tabel 5.2 Frekuensi Kelas Sumber Daya Alam ... 59
Tabel 5.3 Frekuensi Kelas Pemasaran ... 60
Tabel 5.4 Frekuensi Kelas SDM ... 61
Tabel 5.5 Frekuensi Kelas Teknologi ... 62
Tabel 5.6 Frekuensi Kelas Permodalan ... 63
Tabel 5.7 IFAS ... 64
Tabel 5.8 EFAS ... 68
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Internal – Eksternal Matrik ... 52
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner. ... 83
Lampiran 2. Hasil Kuisioner ... 89
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi sangat diperlukan setiap negara sebab adanya
peningkatan pertumbuhan ekonomi menunjukkan kesejahteraan yang
tercermin pada peningkatan output perkapita serta diikuti dengan daya beli
masyarakat yang semakin menignkat (Yunan, 2009). Pertumbuhan ekonomi
merupakan pekerjaan yang berkesinambungan. Melalui pertumbuhan
ekonomi sebuah negara dapat mengubah kondisi perekonomiannya menjadi
lebih baik dalam suatu periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi ditandai
dengan bertumbuhnya sektor ekonomi masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari
perkembangan pertumbuhan nasional. Perekonomian dikatakan mengalami
pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor
produksi pada tahun tertentu lebih besar dari tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi memerlukan periode jangka panjang. Negara
akan mengalami perubahan yang sangat esensial terutama dalam struktur
ekonomi negara tersebut. Perubahan itu dari ekonomi tradisional yang
menitikberatkan pada sektor pertanian ke sektor ekonomi modern yang
didominasi oleh sektor industri sebagai mesin utama pembangunan.
Perubahan struktur ekonomi mencakup pergeseran dari sektor pertanian ke
sektor industri, atau yang disebut dengan industrialisasi. Proses perubahan
panjang). Struktur ekonomi industri ditandai dengan semakin beragamnya
jenis atau kelompok barang dilihat dari sifat penggunaannya, jenis kandungan
inputnya atau orientasi pasar.
Industrialisasi merupakan salah satu proses kunci dalam perubahan
struktur perekonomian yang ditandai dengan terjadinya keseimbangan proses
interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi, dan
perdagangan antar negara dengan peningkatan pendapatan masyarakat
(Arlini, 2006: 3). Sektor industri merupakan salah satu sektor yang berperan
penting dalam pembangunan nasional baik di negara, provinsi maupun
daerah. Kontribusi sektor industri terhadap pembangunan nasional dari tahun
ke tahun menunjukkan kontribusi yang signifikan. Peranan sektor industri
dalam pembangunan ekonomi nasional dapat ditelusuri dari kontribusi
masing-masing subsektor terhadap laju pertumbuhan ekonomi nasional atau
terhadap Produk Domestik Bruto.
Peranan sektor industri dalam pembangunan ekonomi di berbagai
negara sangat penting karena sektor industri memiliki beberapa keunggulan
dalam hal akselerasi pembangunan. Keunggulan-keunggulan sektor industri
tersebut diantaranya memberikan kontribusi bagi penyerapan tenaga kerja
dan mampu menciptakan nilai tambah (value added creation) yang lebih
tinggi pada berbagai komoditas yang dihasilkan (Anwar, Yunita & Wulan,
2007: 4). Salah satu pemegang peran penting dalam perekonomian Indonesia
adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM), biasanya diikuti maupun ditinjau
upaya pemerintah untuk mengatasi berbagai masalah ekonomi maupun sosial,
yaitu menyediakan lapangan pekerjaan, pemberantasan kemiskinan,
pemerataan pendapatan. UKM di Indonesia digambarkan sebagai kegiatan
usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern.
Pertumbuhan UMKM pada tahun 2005 - 2012 menjelaskan peran
UMKM mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional. Bila dilihat dari
tahun 2005, pertumbuhan data jumlah UMKM mencapai 5% dan pada tahun
2012, pertumbuhan tersebut meningkat sebanyak 2%. Pertumbuhan UMKM
dan kontribusinya dalam menyerap tenaga kerja secara rinci dapat dilihat dari
Berdasarkan data pada tabel diatas pertumbuhan sumbangan PDB
UKM pada tahun 2005 yaitu sebanyak 5,97% dan pada tahun 2012 meningkat
sebanyak 9,9%. Pertumbuhan nilai ekspor UMKM pada tahun 2012
meningkat 11%. Hal tersebut menunjukan bahwa UMKM semakin
berkembang dalam perekonomian nasional.
Di Kecamatan Piyungan Usaha Kecil Menengah cukup berperan
penting dalam pertumbuhan perekonomian daerah dan salah satunya adalah
UKM Batu Bata. Kecamatan Piyungan adalah salah satu kecamatan dari
Kabupaten Bantul yang terletak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penduduk Kecamatan Piyungan mayoritas adalah petani dan pengrajin batu
bata. Kecamatan Piyungan merupakan salah satu sentra kerajinan batu bata.
Batu bata telah digunakan sejak dahulu. Belum diketahui dengan pasti sejak
kapan batu bata mulai dijadikan salah satu kerajinan khas setempat. Kerajinan
batu bata di Kecamatan Piyungan adalah UKM yang sangat berpengaruh
dalam pendapatan. Masyarakat setempat dari dahulu sampai sekarang
menggunakan batu bata sebagai bahan dasar bangunan. Ada beberapa jenis
batu bata yaitu batu bata merah, batako, bata ringan dan bataton.
Berdasarkan prasurvey lapangan, pengrajin batu bata di Kecamatan
Piyungan mayoritas membuat batu bata merah tanah liat. Batu bata merah
tanah liat adalah jenis pengisi dinding yang paling banyak digunakan baik
pada bangunan lama maupun bangunan modern. Material yang memiliki
warna dan tekstur permukaan yang sembarang sering digunakan untuk
plester dan pengecatan. Material tersebut terbuat dari tanah liat yang dicetak
kemudian dibakar dengan suhu tinggi sehingga menjadi benar-benar kering,
mengeras dan berwarna kemerah-merahan. Tanah yang digunakan adalah
tanah liat sehingga bisa menyatu saat proses pencetakan.
Material ini masih banyak diminati karena terbukti awet, kuat, murah
dan mudah didapatkan. Selain itu kelebihan bata merah adalah membuat
ruangan di dalam rumah lebih sejuk, tidak mudah retak, dan tahan api.
Tetapi kekurangan material ini adalah berat sehingga membebani struktur
penopang, membutuhkan banyak perekat sehingga agak boros, karena
bentuknya tidak seragam sehingga sulit memasangnya dengan rapi.
Saat ini produksi batu bata merah tanah liat sulit berkembang yang
ditunjukkan dari menurunkan jumlah produksi batu bata merah. Berdasarkan
prasurvey lapangan yang dilakukan terdapat beberapa masalah mendasar
yang menyebabkan industri kecil batu bata kesulitan untuk berkembang
antara lain disebabkan oleh permasalahan dari segi SDM yaitu masih
rendahnya kualitas SDM pelaku industri. Contoh lain dalam manajemen
adalah tidak adanya pembukuan dalam usaha. Permasalahan dalam
permodalan juga merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh sebagian
pengusaha batu bata. Modal yang dimiliki para pengusaha masih kecil, di
samping itu sebagian dari mereka mengaku mengalami kesulitan
mendapatkan pinjaman modal, sehingga untuk mengembangkan usahanya
masih mengalami beberapa kesulitan dan permasalahan dalam teknologi
untuk proses produksi sehingga sebagian besar masih menggunakan alat yang
tradisional contohnya dalam mengaduk tanah liat dengan tanah biasa masih
memakai cara manual yaitu dengan menggunakan tenaga manusia sehingga
produksinya pun masih kurang efisien. Dalam bidang pemasaran, proses
pemasaran masih bersifat tradisional yaitu para pembeli datang langsung.
Proses produksi didasarkan pada jumlah pesanan yang ada. Hal ini tentu saja
merugikan para pengusaha karena kebanyakan yang datang adalah para
tengkulak yang akan menjual lagi barang tersebut yang tentunya dengan
harga yang lebih mahal. Faktor lain yang termasuk dalam segi pemasaran
yang dihadapi pengrajin UMK batu bata ini adalah kemajuan jaman yang
menjadikan semakin banyaknya produk saingan batu bata sejenis seperti
batako dan batato yang harganya lebih terjangkau masyarakat.
Bermunculnya material saingan tersebut menyebabkan banyaknya konsumen
memilih material subsitusi batu bata merah tanah liat dalam pembuatan
bangunan.
Berdasarkan uraian di atas dapat diduga ada 5 faktor yang
mempengaruhi kelangsungan usaha industri kerajinann batu bata, yaitu:
SDA, SDM, teknologi, modal dan pemasaran. Oleh karena itu peneliti ingin
menguji lebih lanjut mengenai kelima unsur tersebut dalam kaitannya dengan
perumusan strategi pengembangan bagi industri kerajinan batu bata.
Dibutuhkan kebijakan mengenai strategi pengembangan oleh pengrajin
UMK batu bata dalam mempertahankan dan mengembangkan usaha batu
strategi pengembangan UMK yang harus dilakukan, khususnya bagi
pengrajin UMK batu bata di Kecamatan Piyungan. Untuk mengidentifikasi
karakteristiknya digunakan teori SWOT. Analisis SWOT tersebut akan
menjelaskan apakah informasi tersebut dapat memberikan arah bagi UMKM
dalam mencapai tujuannya atau memberikan indikasi tentang rintangan yang
harus dihadapi atau diminimalkan untuk memenuhi pemasukan yang
diinginkan. Analisis SWOT dilakukan agar pengrajin UMK batu bata
memiliki strategi atau langkah-langkah yang dapat mengembangkan usaha
tersebut karena usaha produksi batu bata bersifat stagnan.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dalam bagian latar
belakang, maka rumusan masalah yang disusun dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gambaran profil usaha kerajinan batu bata di Kecamatan
Piyungan?
2. Bagaimana kondisi SDA, SDM, teknologi, permodalan dan pemasaran
pada industri kecil batu bata di Kecamatan Piyungan?
3. Bagaimana strategi pengembangan keberadaan usaha kerajinan Batu Bata
di Kecamatan Piyungan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran profil industri kecil kerajinan batu bata di
Kecamatan Piyungan.
2. Untuk mengetahui kondisi SDA, SDM, teknologi, permodalan dan
pemasaran industri kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan.
3. Untuk mengetahui gambaran strategi pengembangan keberadaan industri
kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. Pengrajin UMK batu bata
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran atau rekomendasi bagi
pengrajin UMK batu bata dalam mempertahankan dan mengembangkan
produksinya.
2. Pemerintah Kecamatan Piyungan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran atau rekomendasi
untuk pengambilan kebijakan mengenai para pengrajin UMK batu bata di
Kecamatan Piyungan Daerah Istimewa Yogyakarta terutama kebijakan
untuk mengembangkan usaha kerajinan batu bata.
3. Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan
pembanding bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian atau riset
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sebelum memasuki definisi industri kecil, lebih dahulu mengetahui
defenisi industri. Secara umum industri dapat didefinisikan sebagai suatu usaha
atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang
jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Hasil dari
industri tidak hanya berupa barang melainkan juga ada dalam bentuk jasa. Pada
bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang mendasari penelitian ini.
Pembahasan ini menjadi panduan dalam memahami dan memecahkan
permasalahan yang ada. Hal utama yang dijelaskan dalam bab ini adalah definisi
industri kecil, strategi bertahan dan strategi pengembangan.
A. Peran UMKM dalam Perekonomian Nasional
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2013), industri Pengolahan
adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu
barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi
barang jadi/setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi
barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai
akhir. Termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri dan pekerjaan
perakitan (assembling).
Jasa industri adalah kegiatan industri yang melayani keperluan pihak
lain. Pada kegiatan ini bahan baku disediakan oleh pihak lain sedangkan pihak
sejumlah uang atau barang sebagai balas jasa, misalnya perusahaan
penggilingan padi yang melakukan kegiatan menggiling padi/gabah petani
dengan balas jasa tertentu (Badan Pusat Statistik, 2016).
Perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang
melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa,
terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan
administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang
atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut. Industri Kecil adalah
perusahaan industri yang tenaga kerjanya antara 5 - 19 orang. Industri Mikro
adalah perusahaan industri yang tenaga kerjanya antara 1 - 4 orang.
Penggolongan perusahaan industri pengolahan ini semata-mata hanya
didasarkan kepada banyaknya tenaga kerja yang bekerja, tanpa
memperhatikan apakah perusahaan itu menggunakan mesin tenaga atau tidak,
serta tanpa memperhatikan besarnya modal perusahaan itu (Badan Pusat
Statistik, 2016).
Menurut UU Republik Indonesia No. 22 Tahun 2008, pada tanggal 4
Juli 2008 telah ditetapkan Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah. Definisi UMKM yang disampaikan oleh
Undang-undang ini juga berbeda dengan definisi di atas. Menurut UU No 20
Tahun 2008 ini, yang disebut dengan Usaha Kecil adalah entitas yang
memiliki kriteria sebagai berikut: (1) kekayaan bersih lebih dari Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Sementara itu, yang
disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria
sebagai berikut: (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2)
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000. 000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00
(lima puluh milyar rupiah).
UMKM memiliki beberapa peranan yaitu; (1) kedudukannya sebagai
pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, (2) menyerap
tenaga kerja cukup banyak, (3) pemain penting dalam pengembangan kegiatan
ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, (4) menjadi ketahanan ekonomi
serta (5) sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan
ekspor non migas.
Dalam menjelaskan peranan UMKM sebagai pemain utama dalam
kegiatan ekonomi di berbagai sektor dapat dilihat dari data dalam tabel
Tabel 2.1 PERKEMBANGAN DATA USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH (UMKM) DAN USAHA BESAR (UB) BERDASARKAN
JUMLAH UNIT USAHA TAHUN 2012 - 2013
NO INDIKATOR SATUAN Sumber: DEPKOP UMKM 2016
Gambaran perkembangan UMKM tahun 2012 -2013 memberikan
perbandingan jumlah usaha mikro mencapai 2,39%, jumlah usaha kecil 3,94%
dan usaha menengah 6,35%. Posisi usaha kecil sendiri menempati
penyumbang yang lebih besar dibanding usaha besar yang mencapai 1,97%.
Berdasarkan tabel diatas terlihat jelas bahwa UMKM menyumbang 2,41% dan
berdasarkan data tersebut, UMKM berkedudukan sebagai pemain utama
dalam kegiatan ekonomi dibandingkan dengan usaha besar.
Peranan UMKM dalam penyerapan tenaga dapat dijelaskan melalui
Tabel 2.2 PERKEMBANGAN DATA USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH (UMKM) DAN USAHA BESAR (UB) BERDASARKAN
TENAGA KERJA TAHUN 2012 - 2013
N
O INDIKATOR SATUAN TAHUN 2012 **)
TAHUN 2013 ***) PERKEMBANG-AN TAHUN 2012-2013 Sumber: DEPKOP UMKM 2016
Berdasarkan data diatas, Perkembangan UMKM tahun menyerap
tenaga kerja terbanyak, yaitu 114.144.082 orang atau 96,99% dari total tenaga
kerja di Indonesia dengan perbandingan di tahun 2012, peningkatan
penyerapan tenaga kerja meningkat 6,03%. Berdasarkan data diatas,
penyerapan tenaga kerja pada tahun terbanyak oleh unit usaha mikro yang
berjumlah 104.624.466 orang atau 88,90% dari total tenaga kerja di Indonesia
dengan jumlah peningkatan 4,77% dari tahun 2012 - 2013. Dengan banyaknya
tenaga kerja yang diserap oleh UKMK diharapkan mampu meningkatkan
pendapatan perkapita dan sekaligus meningkatkan pemerataan pendapatan
masyarakat, sehingga upaya untuk menurunkan tingkat kemiskinan dapat
daya lokal menjadi berkembang, sehingga perekonomian daerah dapat
berkembang.
Ketahanan ekonomi dapat dicapai dengan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang menyertai pembangunan ekonomi, sehingga dapat tercapai
kesejateraan masyarakat. Salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan
ekonomi di Indonesia adalah dengan dikembangkannya Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM). UMKM umumnya berbasis pada sumber daya ekonomi
lokal. Dengan UMKM, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas
masyarakat sehingga mampu menumbuhkan perekonomian nasional dalam
jangka panjang. Pemberdayaan UMKM terhadap masyarakat mampu
menghadapi krisis ekonomi yang terjadi dan masyarakat mampu mandiri
untuk mengurangi ketergantungan pada pihak luar, sehingga tidak tergantung
dari impor.
B. Perkembangan UMKM Berbasis Budaya Lokal
Secara umum, karakteristik UMKM di Indonesia kebanyakan berbentuk
industri mikro yang beroperasi pada level rumahan atau berbasis budaya lokal
dengan teknologi rendah dan tenaga kerja yang berpendapatan dan
berkemampuan rendah (Dirlanudin, 2008: 47). Selain itu, industri UMKM
dengan produk yang sama cenderung berkumpul di satu daerah (clustering)
karena banyak kemudahan, seperti kemudahan distribusi barang dan
pemasaran. Sumber modal dari UMKM berasal dari kredit dari bank, dana
Dalam hal pemasaran produk, UMKM cenderung bersifat lokal dengan
penjualan utama terjadi secara langsung kepada konsumen di pasar tradisional
lokal atau penjualan di toko-toko milik sendiri (Dirlanudin, 2008: 67).
Penjualan yang bersifat lokal memberikan sumbangan dari hasil penjualan
UMKM terhitung sangat besar untuk PDB Indonesia. Dapat disimpulkan
bahwa penetrasi produk UMKM masih kurang menyentuh konsumen di luar
daerah keberadaan UMKM tersebut. Selain itu, pasar untuk produk UMKM
juga mulai dipersempit oleh keberadaan produk luar negeri dan produk usaha
besar yang memiliki harga yang lebih murah sehingga lebih diminati
konsumen. Produk-produk tersebut juga sudah mulai memasuki pasar-pasar
tradisional di daerah yang terpencil akibat dari pembangunan jaringan
transportasi yang lebih baik dari daerah urban ke daerah rural.
Industri kecil telah terbukti tahan terhadap gejolak pasang surut
perekonomian global. Namun demikian, dalam proses usahanya industri kecil
di Indonesia banyak menghadapi berbagai masalah seperti dalam proses
produksi dimana dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi seperti SDA, SDM,
modal, teknologi dan masalah pemasaran. Hamid dan Sri Susilo (2011: 45-55)
meneliti mengenai strategi pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan menyusun
strategi yang operasional dan tepat untuk mengembangkan Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Profil UMKM juga perlu dikenali dan dianalisis. Penelitian ini mengunakan
sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai sumber publikasi. Metode
analisis yang digunakan adalah pendekatan deskriptif. Berkaitan dengan
berbagai masalah yang dihadapi oleh UMKM, ada beberapa strategi untuk
mengatasinya. Pengembangan UMKM tidak hanya oleh UMKM saja, tetapi
juga harus didukung semua stakeholder. Dukungan diharapkan datang dari
asosiasi bisnis, perguruan tinggi, dan instansi terkait di kabupaten/kota di
DIY. Kebijakan pemerintah juga diperlakukan untuk mendorong
pengembangan UMKM.
Pengembangan usaha kecil menghadapi berbagai kendala seperti
tingkat kemampuan, ketrampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia,
kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial
dan sumberdaya manusia mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu
menjalankan usahanya dengan baik. Seperti kelemahan dalam memperoleh
peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar, kelemahan dalam struktur
permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap
sumber-sumber permodalan, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber-sumber
daya manusia, keterbatasan kerjasama antar pengusaha kecil, iklim usaha yang
kurang kondusif karena persaingan yang saling mematikan, pembinaan yang
dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian
masyarakat terhadap usaha kecil (Kuncoro, 2007: 368).
Berdasarkan pasal 14 UU No. 9/1995 upaya-upaya pengembangan
usaha kecil tentang usaha kecil (Anoraga, 2002: 229), dirumuskan bahwa
pengembangan usaha kecil dalam bidang produksi dan pengolahan,
pemasaran, sumber daya manusia dan teknologi.
Susilo dan Krisnadewara (2007: 271-280) menyatakan bahwa,
berdasarkan hasil riset yang mereka lakukan tentang strategi bertahan industri
pasca gempa di Yogyakarta, strategi yang bisa diterapkan untuk pengembanga
UKM adalah berproduksi dengan fasilitas/peralatan terbatas, berproduksi
dengan jumlah bahan baku terbatas, berproduksi dengan jumlah tenaga kerja
terbatas, berproduksi dengan modal finansial terbatas, membuka
shoow-room/outlet, melakukan usaha sampingan. Rekomendasi dari hasil kajian ini
berkaitan dengan upaya percepatan pemulihan kembali untuk berusaha adalah
dengan melakukan kegiatan produksi kembali yang menekankan pada
tambahan modal. Dengan tambahan modal maka berbagai keterbatasan dalam
kegiatan produksi dapat diatasi, sehingga kegiatan produksi akan lebih lancar
sehingga dapat meningkatkan pendapatan.
Susilo dan Krisnadewara (2008: 271-280) melakukan kajian masalah
dan kinerja industri kecil di Kabupaten Bantul Provinsi DIY. Survey
dilakukan terhadap 100 pengusaha yang tergolong industri skala kecil dan
menengah (IKM). Hasil kajian tersebut menjelaskan bahwa masalah utama
yang dihadapi oleh pengusaha adalah ketidakmampuan memenuhi kewajiban
finansial terhadap pihak lain dan keterbatasan untuk menambah modal.
Masalah lain yang dihadapi adalah menurunnya hasil produksi dan pemasaran
hasil produksi. Dengan indikator kinerja tingkat produksi maka sebagian besar
dan sebanyak 12% mengalami peningkatan. Hasil kajian ini menunjukkan
bahwa para pengusaha pada skala UKM memiliki kerentanan yang tinggi
terhadap berbagai sumber goncangan. Adanya bencana gempa bumi
berdampak cukup besar terhadap kemampuan finansial perusahaan.
Tarigan dan Susilo (2008: 188 - 199) melakukan kajian masalah dan
kinerja industri kecil pada industri kerajinan perak di Kota Yogyakarta. Dari
hasil kajian tersebut dapat diberikan kesimpulan bahwa, pengusaha/pengrajin
perak menghadapi permasalahan yang terkait dengan terganggunya kegiatan
produksi karena adanya kerusakan bangunan serta prasarana produksi,
terganggunya proses produksi menyebabkan berkurangnya jumlah produksi
yang berimplikasi pada kemampuan melayani permintaan, dan penurunan
permintaan pada gilirannya akan mengurangi pendapatan dan berimplikasi
pada kemampuan memenuhi kewajiban finansial.
Menurut jurnal penelitian Yarnest dan Priyo (2013: 2), optimalisasi
strategi pengembangan usaha keramik sebagai produk unggulan dan icon kota
malang), pada awal mulanya usaha industri keramik merupakan usaha
kecil-kecilan yang dirintis sejak tahun 1950-an. Industri kerajinan keramik ini
membawa pengaruh bagi masyarakat pengrajin terutama dibidang ekonomi.
Keramik Malang sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas yang hanya
bermula dari industri rumah tangga (home industry) yang dikelola secara
sederhana oleh pengrajin. Karena banyaknya bahan baku yang tersedia
dengan kualitas yang baik seperti kaolin, felspard, kuarsa, ballclay, dan
industri kecil keramik Malang dapat berkembang dengan pesat dan lebih
dikenal dengan “Keramik Dinoyo”. Sentra Keramik Dinoyo merupakan salah
satu UKM yang bergerak di bidang industri keramik yang memiliki ciri khas
dan menjadi salah satu ikon Kota Malang.
Menurut Priyono (2004), pemberdayaan masyarakat adalah sebuah
konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Dalam
kerangka pikiran itu, upaya memberdayakan masyarakat, dapat dilihat dari
tiga sisi. Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang (enabling). Di sini titik tolaknya adalah
pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang
dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa
daya. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan
mendorong memotivasikan dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat
(empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif,
selaindari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi
langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan
(input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities)
yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. Untuk itu, perlu ada
program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena
program-program umum yang berlaku untuk semua, tidak selalu dapat menyentuh
Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam
proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah,
oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena
itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya
dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti
mengisolasi atau menutupi dari interaksi. Melindungi harus dilihat sebagai
upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta
eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan
membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program
pemberian (charity) karena pada dasarnya setiap apa yang dinikmati, harus
dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak
lain. Dengan demikian, tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat,
memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah
kehidupan yang lebih baik secara sinambung. Pemberdayaan ekonomi rakyat
adalah tanggung jawab pemerintah. Akan tetapi, juga merupakan tanggung
jawab masyarakat, terutama mereka yang telah lebih maju, karena telah
terlebih dahulu memperoleh kesempatan bahkan mungkin memperoleh
fasilitas yang tidak diperoleh kelompok masyarakat lain.
Pembinaan usaha kecil harus lebih diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan pengusaha kecil sebagai pengusaha menengah. Banyak hal yang
menentukan berhasilnya perkembangan ekonomi. Faktor-faktor tersebut dapat
dikelompokan menjadi dua yaitu faktor ekonomi dan non ekonomi. Kapasitas
produksi yaitu suatu hubungan antara input dan output. Input adalah
barang-barang yang dipergunakan untuk menghasilkan barang-barang-barang-barang lain. Output
adalah barang-barang yang dihasilkan dari kombinasi-kombinasi input
tersebut.
Faktor produksi diartikan sebagai benda-benda yang disediakan
oleh alam atau yang diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa. Faktor produksi yang tersedia dalam
perekonomian dibedakan menjadi empat jenis yaitu sumber daya alam, tenaga
kerja, modal dan teknologi.
1. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sumber daya alam
yang berasal dari tambang merupakan unsur sumber daya alam non hayati
yaitu sumber daya alam yang dapat diusahakan kembali keberadaannya
secara terus menerus. SDA tersebut memiliki beragam fungsi salah satunya
adalah sebagai bahan dasar infrastruktur atau bangunan.
2. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang ada pada negara berkembang pada umumnya
mempunyai kualitas yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari tingkat
produktivitas tenaga kerja yang ada pada negara tersebut (Suryono, 2000: 83).
Menurut UU No. 13, tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk
pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan
kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan nasional.
3. Permodalan
Modal dalam arti sempit adalah sejumlah nilai uang yang dipergunakan
dalam membelanjai semua keperluan usaha. Modal dalam pengertian umum
mencakup benda-benda seperti tanah, gedung, mesin-mesin, alat-alat
perkakas dan barang produktif lainnya untuk suatu kegiatan usaha (Sriyadi,
1991: 109). Sehubungan dengan kegiatan usaha (Sriyadi, 1991: 111), modal
dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Modal Tetap (fixed capital), adalah semua benda-benda modal yang
dipergunakan terus-menerus dalam jangka lama pada kegiatan produksi,
seperti tanah, gedung, mesin, alat-alat perkakas, dsb.
b. Modal Bekerja (working capital), modal untuk mendapatkan operasi
perusahaan seperti pembelian bahan dasar dan bahan habis pakai,
membiayai upah dan gaji, membiayai pengiriman dan transportasi, biaya
penjualan dan reklame, biaya pemeliharaan, dan sebagainya.
Sumber modal yang mungkin digali oleh industri kecil antara lain dapat
digolongkan menjadi dua kelompok yaitu (Anoraga, 200: 267):
a. Sumber-sumber ekstern dapat terdiri dari pihak lain bukan bank, bank,
modal venture (bentuk penyertaan modal yang bersifat sementara kedalam
perusahaan pasangan usaha/PPU yang ingin mengembangkan usahanya,
b. Sumber-sumber intern terdiri dari: (1) Tabungan pribadi yaitu dana
tabungan pemilik; (2) Laba yang ditahan yaitu dana yang diperoleh dari
sisa laba yang tidak diambil perusahaan atau tidak dibagikan bagi
koperasi.
4. Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor sosial, budaya, politik, ekonomi dan manajerial. Tujuan fundamental
dari pemasaran yaitu menambah peluang bisnis. Pemasaran merupakan
prosessosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan
kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan
menukarkan produk yang bernilai satu sama lain (Kottler, 2000: 19).
Menurut Rangkuti (2009: 49), unsur-unsur utama pemasaran dapat
diklasifikasikan menjadi tiga unsur utama yaitu strategi persaingan, taktik
pasar dan nilai pemasaran. Strategi persaingan dapat dikelompokkan menjadi
tiga yaitu: (1) Segmentasi pasar adalah tindakan mengidentifikasi dan
membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah; (2) Targeting
adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan
dimasuki; (3) Positioning adalah penetapan posisi pasar. Taktik pasar terdapat
dua unsur taktik pemasaran: (1) Diferensiasi, yang berkaitan dengan cara
membangun strategi pemasaran dalam berbagai aspek di perusahaan.
Kegiatan membangun strategi pemasaran inilah yang membedakan atau
diferensiasi yang dilakukan suatu perusahaan dengan perusahaan lain; (2)
produk, harga, promosi dan tempat. Nilai pemasaran dapat dikelompokan
menjadi tiga, yaitu: (1) Merk atau brand, nilai yang berkaitan dengan nama
atau nilai yang dimiliki dan melekat pada suatu perusahaan; (2) Pelayanan
atau service, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemberian jasa pelayanan
kepada konsumen; (3) Proses, yaitu nilai yang berkaitan dengan prinsip
perusahaan untuk membuat setiap perusahaan terlibat dan memiliki rasa
tanggungjawab dalam proses memuaskan konsumen, baiksecara langsung
maupun tidak langsung.
5. Teknologi
Dalam arti biasa (sehari-hari) teknologi berarti suatu perubahan berarti
dalam fungsi produksi yang nampak dalam teknis produksi yang ada (Irawan
& Suparmoko, 2002: 196). Sedangkan yang dimaksud dengan perubahan
teknologi adalah (technological change) adalah termasuk perubahan dalam
fungsi produksi dalam suatu kegiatan tertentu yang dapat menambah
hasildengan input tertentu. Perubahan teknologi ini menyebabkan tambahan
produksi dengan sumber-sumber yang sama ataupun jumlah output yang
sama tetapi dengan input yang lebih sedikit, atau mungkin pula berupa
barang-barang yang baru yang punya kegunaan yang lebih banyak. Teknologi
dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya antara lain: teknologi modern
atau teknologi maju, teknologimadya atau teknologi tepat, dan teknologi
C. Strategi Pengembangan
Menurut Chandler Strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu
perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang
penting untuk mencapai tujuan tersebut (Rangkuti, 2002: 4). Pemahaman yang
baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang bersangkutan
sangat menentukan suksesnya strategi apa yang akan disusun.
Ada beberapa jenis strategi dalam sebuah perusahaan diantaranya
adalah: (a) Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh
manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro, misalnya
strategi pengembangan produk, penerapan harga, akuisisi, pengembangan
pasar dan sebagainya; (b) Strategi investasi merupakan kegiatan yang
berorientasi pada investasi, misalnya perusahaan ingin melakukan strategi
pertumbuhan yang agresif atau berusaha melakukan penetrasi pasar, strategi
bertahan, strategi pembangunan kembali divisi baru dan sebagainya; (c)
Strategi bisnis, strategi ini secara fungsional karena strategi ini berorientasi
pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran,
produksi atau operasional, distribusi, dan strategi yang berhubungan dengan
keuangan (Rangkuti, 2009: 7). Untuk menganalisis strategi tersebut terdapat
banyak cara yaitu: Matriks TOWS atau Matriks SWOT, Matriks BCG,
Matriks Internal Eksternal, Matriks SPACE, Matriks Grand Strategy
(Rangkuti, 2006: 83).
Strategi pengembangan UMK yang diteliti adalah menggunakan
kombinasi antara strengths, weakneess, opportunities, dan threats (SWOT) .
SWOT adalah akronim untuk kekuatan (Strenghts), kelemahan (Weakneses),
peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dari lingkungan eksternal
perusahaan. Menurut Jogiyanto (2005: 46), SWOT digunakan untuk menilai
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang
dimiliki perusahaan dan kesempatan-kesempatan eksternal dan
tantangan-tantangan yang dihadapi. Menurut David (2008: 8), semua organisasi
memiliki kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada
perusahaan yang sama kuatnya atau lemahnya dalam semua area bisnis.
Kekuatan/kelemahan internal digabungkan dengan peluang/ancaman
dari eksternal dan pernyataan misi yang jelas menjadi dasar untuk penetapan
tujuan dan strategi. Berikut ini merupakan penjelasan dari SWOT (David,
2005: 47) yaitu :
1. Kekuatan (Strenghts)
Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keungulan-keungulan
lain yang berhubungan dengan para pesaing perusahaan dan kebutuhan
pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan yang diharapkan dapat dilayani.
Kekuatan adalah kompetensi khusus yang memberikan keunggulan
kompetitif bagi perusahaan di pasar.
2. Kelemahan (Weaknesses)
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,
keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja
keuangan, kemampuan manajemen dan keterampilan pemasaran dapat
merupakan sumber dari kelemahan perusahaan.
3. Peluang (Opportunities)
Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan
perusahaan, seperti perubahaan teknologi dan meningkatnya hubungan
antara perusahaan dengan pembeli atau pemasok merupakan gambaran
peluang bagi perusahaan.
4. Ancaman (Threats)
Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan dalam
lingkungan perusahaan.Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi
sekarang atau yang diinginkan perusahaan. Adanya peraturan-peraturan
pemerintah yang baru atau yang direvisi dapat merupakan ancaman bagi
kesuksesan perusahaan.
Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk
meningkatkan analisis dalam usaha penetapan strategi. Umumnya yang sering
digunakan adalah sebagai kerangka/panduan sistematis dalam diskusi untuk
membahas kondisi altenatif dasar yang mungkin menjadi pertimbangan
perusahaan.
Menurut Rangkuti (2006: 32), matriks SWOT dapat menggambarkan
secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi
perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang
dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan altenatif
Tabel 2.3 Matriks SWOT
IFAS Strengths (S) Weaknesses (W)
tentukan 5-10 faktor kekuatan internal
tentukan 5-10 faktor kelemahan internal
EFAS
Strategi SO Strategi WO
Opportunities (O)
ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Treaths (T) Strategi ST Strategi WT
tentukan 5-10 faktor ancaman ekternal
ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari
ancaman Sumber : Rangkuti (2006: 83)
Berikut ini adalah keterangan dari matriks SWOT diatas :
1. Strategi SO
Apabila didalam kajian terlihat peluang- peluang yang tersedia dan
perusahaan juga memiliki posisi internal yang kuat, maka sektor tersebut
dinilai memiliki keunggulan komparatif. Kondisi lingkungan yang terdapat
di sekitarnya digunakan sebagai usaha dalam mempertahankan keunggulan
komparatif tersebut. Strategi SO yaitu memanfaatkan kekuatan
memanfaatkan peluang.
2. Strategi ST
Kotak ini merupakan kajian yang mempertemukan interaksi antara
ancaman atau tantangan dari luar yang diidentifikasikan untuk memperlunak
ancaman atau tantangan tersebut dengan kekuatan yang terdapat dari
lingkungan perusahaan yang nantinya diharapkan kekuatan akan mengubah
ancaman menjadi sebuah peluang bagi pemberdayaan selanjutnya. Strategi
3. Strategi WO
Kotak ini merupakan kajian yang dariberbagai peluang dan kekurangan
yang ada. Peluang yang besar disiniakan dihadapi oleh kurangnya
kemampuan sektor untuk mengungkapnya. Pertumbuhan harus dilakukan
dengan hati-hati untuk memilih dan untuk menerima peluang tersebut,
khususnya dikaitkan dengan potensi kawasan.Strategi WO yaitu
pemanfaatan peluang untuk meminimalkan kelemahan.
4. Strategi WT
Merupakan tempat untuk menggali berbagai kelemahan yang akan
dihadapi oleh sektor dalam perkembangannya. Hal ini dilihat dari
pertemuan antara ancaman atau tantangan dari luar dengan kelemahan yang
terdapat didalam kawasan. Strategi yang harus ditempuh adalah mengambil
keputusan untuk mengendalikan kerugian yang akan dialami dengan
membenahi sumberdaya internal yang ada. Strategi WT yaitu
meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman.
D. Penelitian Sebelumnya
Berdasarkan penelitian sebelumnya dalam kasus strategi
pengembangan industri Batik Tulis Lasem (Tahwin & Mahmudi 2013: 67),
strategi pengembangan industri Batik Tulis Lasem digunakan sebagai
upaya untuk mewujudkan agar industri batik tulis lasem menjadi kegiatan
ekonomi yang memiliki nilai tambah dan berdaya saing tinggi, tidak hanya
sehingga mampu menembus pasar ekspor. Rumusan strategi pengembangan
didasarkan kombinasi strategi matrik SWOT adalah strategi SO, yaitu
menggunakan kekuatan (strength) yang dimiliki untuk memanfaatkan
peluang (opportunity) yang ada. Implementasi strategi ini adalah
mengembangkan jaringan pemasaran dengan memanfaatkan networking serta
mengembangkan quality control dan meningkatkan produktivitas dengan
memanfaatkan teknologi modern.
Mengutip skripsi dari Arifah (2011), yang berjudul Strategi
Pengembangan Industri Kecil Jamur Tiram di Kecamatan Jambu Kabupaten
Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil industri kecil jamur
tiram di Kecamatan Jambu yaitu ada sekitar 15 unit usaha industri kecil
pengembang jamur tiram, yang tersebar di 4 desa yaitu Desa Gondoriyo, Desa
Jambu, Desa Bedono dan Desa Genting. Kondisi sumber daya manusia (SDM)
pada industri kecil jamur tiram dalam kondisi tidak baik yaitu sebesar 66,7%,
kondisi permodalan sebagian besar dalam kondisi tidak baik yaitu sebesar
66,6% dan kondisi pemasaran sebagian besar dalam kondisi kurang baik yaitu
sebesar 53,4%. Kesimpulan dari penelitian adalah strategi yang diterapkan
yaitu strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal, artinya strategi yang
diterapkan lebih defensif, yaitu menghindari kehilangan penjualan dan
kehilangan pendapatan.Saran yang diajukan untuk pemerintah daerah
Kabupaten Semarang yaitu pemberian pelatihan dan pembinaan kepada para
pengusaha pengembang jamur tiram tentang pengelolaan jamur tiram yang
usaha dengan baik dan memenejemen keuangan usaha agar usaha
pengembang jamur tiram dapat berkembang dengan baik.
E. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran teoritis pada penelitian ini dapat dijelaskan pada
bagan berikut:
Industri Batu Bata Di Kecamatan
Keadaan yang ada di Industri Batu Bata: 1. SDA
2. SDM 3. Modal 4. Teknologi 5. Pemasaran
Analisis Industri
Faktor-faktor eksternal
Peluang dan ancaman
Faktor-faktor internal
Kekuatan dan kelemahan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Strategi Pengembangan
melalui variabel SDA, SDM, pemasaran, modal dan teknologi pada usaha
kecil menengah sektor industri kerajinan batu bata di Kecamatan
Piyungadengan metode analisis deskiriptif. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan suatu
penelitian yang bersifat menggambarkan secara sistematis mengenai
fakta-fakta, situasi dan aktivitas dari objek yang diteliti dengan tujuan
menggambarkan sifat tertentu yang tengah berlangsung pada riset dan
memeriksa dari sebab-sebab suatu gejala tertentu (Husein, 2003: 87).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian ini adalah Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Terdapat tiga desa di kecamatan tersebut
yaitu: Desa Sitimulyo, Srimulyo dan Srimartani.
2. Waktu penelitian ini dimulai dari 25 April 2016 – 20 Juli 2016.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian ini adalah pengrajin UMKM batu bata di Kecamatan
penelitian ini adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, modal,
teknologi dan pemasaran.
D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2011: 80), Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpunlanya. Dalam penelitian ini, populasi tidak diketahui dan
tidak ada informasi mengenai data sekundernya.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan di teliti. Sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2011: 81). Menurut Roscoe dalam Sugiyono (2011: 90)
ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah minimum 30
responden. Peneliti mengambil sampel minimum sebanyak 30 responden
dengan pertimbangan jumlah populasi dalam penelitian tidak diketahui.
3. Teknik Penarikan Sampel
Teknik sampel yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan teknik
nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2000: 77). Teknik
sampel dengan pertimbangan tertentu.Pertimbangan dalam penelitian ini
adalah UKM telah berdiri minimal 10 tahun dengan alasan UKM telah
teruji waktu dan tetap berdiri selama satu dekade.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penelitian ini, maka perlu
definisi operasional sebagai berikut:
1. Strategi pengembangan adalah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan
agar usahanya dapat berkembang baik dari jumlah produksi, kualitas, dan
model serta modal usaha.
2. Sumber daya alam adalah adalah segala sesuatu yang berasal dari alam
yang digunakan untuk membuat batu bata. Sumberdaya alam yang dipakai
adalah tanah semak padi. Variabel SDA dalam penelitian ini dengan
indikator sebagai berikut:
a. Sumber bahan baku
b. Harga bahan baku
c. Ketersediaan bahan baku
3. Sumber daya manusia adalah tenaga kerja yang mampu melakukan
pekerjaan umtuk membuat batu bata. Variabel SDM dalam penelitian ini
dengan indikator sebagai berikut:
a. Jumlah Tenaga Kerja
b. Alokasi Waktu (HKO)