• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA : Studi Deskriptif Presentase pada Mata Pelajaran IPA di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA : Studi Deskriptif Presentase pada Mata Pelajaran IPA di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH MENENGAH

PERTAMA

(Studi Deskriptif Presentase pada Mata Pelajaran IPA di SMP Negeri se-Kecamatan

Lembang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Oleh

Syahrizal Komarudin

1000764

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

DEPARTEMEN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS

PROYEK DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM

2013 DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

(Studi Deskriptif Presentase pada Mata Pelajaran IPA di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang)

Oleh

Syahrizal Komarudin

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Syahrizal Komarudin 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

Syahrizal Komarudin (1000764). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama (Studi Deskriptif Presentase pada Mata Pelajaran IPA di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang).

Skripsi. Program Studi Teknologi Pendidikan, Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Tahun 2015.

Penelitian ini berkenaan dengan penerapan model pembelajaran berbasis proyek dalam implementasi kurikulum 2013, khususnya dalam perencanaan penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelaaran IPA, pelaksanaan penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelaaran IPA, evaluasi pemanfaatan media TIK penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelaaran IPA. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi diambil dari seluruh jumlah guru IPA Terpadu di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa angket. Teknik analisis data menggunakan persentase. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa, sebagian besar guru IPA Terpadu di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang sudah baik dalam menerapkan model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelajaran IPA Terpadu. Adapun simpulan khusus dari penelitian ini adalah 1) Sebagian besar guru IPA Terpadu di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang melakukan perencanaan penerapan model pembelajaran berbasis proyek dengan baik, namun belum semua guru dapat mengimplementasikan semua langkah perencanaan tersebut dalam model pembelajaran berbasis proyek seperti masih terdapatnya guru yang tidak mempersiapkan rubrik penilaian untuk merekam kegiatan siswa, 2) Sebagian besar guru IPA Terpadu di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang melakukan pelaksanaan model pembelajaran berbasis proyek dengan pendekatan saintifik pada mata pelajaran IPA Terpadu dengan cukup baik, namun masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaannya seperti masih terdapatnya guru yang tidak menjalankan salah satu langkah dalam model pembelajaran berbasis proyek ini yaitu pemonitoringan siswa, 3) Sebagian besar guru IPA Terpadu di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang melakukan evaluasi dalam model pembelajaran berbasis proyek dengan cukup baik.

(5)

IN CURRICULUM 2013 IMPLEMENTATION IN JUNIOR HIGH SCHOOL "

(Percentage Descriptive Study of Science Subject in Lembang Subdistrict Schools)

Abstract: Mini-Thesis. Study Program. Education Technology, Education Technology and Curriculum Department, Educational Science Faculty, Indonesia University of Education. 2015.

This study relates to the implementation of project-based learning model in curriculum 2013 implementation, especially in designing the implementation of project-based learning model in Science subject, implementing project-based learning model in science subject and evaluating the use of ICT media in project-based learning model in science subject. This study is descriptive study by quantitative approach. The population is all Integrated Science subject teachers in State Junior High schools in Lembang Subdistrict. The technique of data collecting in this study is questionnaire. Data anlysis technique used is percentage. Based on the study, it can be concluded that most of Integrated Science subject teachers in State Junior High School in Lembang Subdistrict has been capable to implement the project-based learning model in integrated science subject. The specific conclusion of this study are 1) Most of Integrated Science teachers in State Junior High Schools in Lembang Subdisctrict did the planning of project-based learning model implementation, but not all of them can implement such planning in project-based learning model such as there were still some teachers did not prepare assessment rubric to record the students’ activity 2) Most of Integrated Science teachers in State Junior High Schools in Lembang Subdisctrict did the project-based learning model implementation by scientific approach, meanwhile there were some weaknesses or lack in its implementation such as there were some teacher did not do one of the steps of project-based learning model that is monitoring the students, and 3) Most of Integrated Science teachers in State Junior High Schools in Lembang Subdisctrict did evaluation in project-based learning model quite well.

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia.

Kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran

pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai,

terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu

dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa. Kemajuan

bangsa Indonesia hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik.

Salah satu upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah

melalui pendidikan. Suatu Negara dikatakana maju atau tidak apabila sistem

pendidikan didalamnya berlangsung dengan baik dan berkembang pesat

mengikuti perkembangan zaman. Pendidikan merupakan tolak ukur terwujudnya

generasi muda untuk siap bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman.

Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

Tujuan Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi

dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

(7)

Sekolah merupakan suatu tempat terjadinya proses belajar mengajar bagi para

peserta didik dan guru, sekolah juga merupakan suatu lingkungan pendidikan

yang menyediakan berbagai kesempatan bagi para peserta didik atau peserta didik

untuk melakukan berbagai kegiatan belajar. Kesempatan belajar yang diperoleh

oleh setiap peserta didik dilingkungan sekolah tersebut dapat membatu peserta

didik dalam pengembangan diri dan berperan pula dalam membangun cita-cita

yang ditujunya. Sekolah sabagai suatu lembaga pendidikan formal, secara

sistematis merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan

pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk

melakukan berbagai kegiatana pembelajaran. Dalam berbagai kesempatan belajar

itu, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diarahkan dan didorong ke

pencapaian tujuan yang dicita-citakan.

Dewasa ini masyarakat sudah sangat memahami peran penting dari

pendidikan, masyarakat sudah begitu mengerti betapa pendidikan itu adalah suatu

hal yang dapat menopang masa depannya baik secara individu maupun terhadap

bangsanya, dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 47 tahun 2008

telah dijelaskan yang pada intinya adalah wajib belajar sembilan tahun bagi setiap

anak di Indonesia. Hal tersebut menunjukan bahwa pemerintah pun sangat

mendorong bagi para masyarakat khususnya anak-anak pada usia efektif belajar

untuk terus belajar selama sembilan tahun, arti wajib belajar sembilan tahun disini

adalah setiap anak harus mengenyam pendidikan selam sembilan tahun disetiap

tingkatan satuan sekolah mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah

pertama. Adapun peraturan lain yang lain mengenai wajib belajar selama 12

tahun, tapi peraturan ini diterbitkan oleh pemerintah daerah bukan oleh pemerinta

pusat sehingga peraturan ini hanya digunakan oleh daerah yang sekiranya mampu

untuk mengaplikasikan wajib belajar 12 tahun tersebut, mengingat disetiap daerah

di Indonesia memiliki standar yang berbeda maka peraturan wajib belajar 12

(8)

3

Perkembangan pendidikan di Indonesia dari masa ke masa semakin

berkembang pesat, ini dapat dilihat dari penyempurnaan-penyempurnaan yang

dilakukan Pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor pendidikannya, seperti

pengembangan dalam kurikulum yang digunakan di Indonesia. Kurikulum 2013

muncul sebagai pengembangan dan penyempurnaan dari kurikulum terdahulunya

yaitu kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), Pemerintah

Republik Indonesia menilai bahwa Kurikulum 2013 ini sebagai kurikulum yang

lebih efektif dan efisien dibanding kurikulum sebelumnya. Terdapat beberapa

perbedaan antara Kurikulum 2013 dengan kurikulum terdahulunya, diantaranya

Kurikulum 2013 memiliki tiga model pembelajaran yang dianjurkan untuk

digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu Model Pembelajaran Berbasis

Masalah (Problem Based Learning), Model Pembelajaran Penemuan (Dicovery

Learning), dan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning),

sementara dalam kurikulum sebelumnya pemerintah tidak membatasi penggunaan

model pembelajaran. Seiring perkembangan zaman metode dalam pembelajaran

semakin berkembang pula, ada banyak sekali model pembelajaran yang guru

gunakan, seperti model pembelajarana berbasis proyek ini, pembelajaran berbasis

proyek (Project-Based Learning) merupakan metoda belajar yang menggunakan

masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan

pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.

Project-Based Learning dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek

yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan mahaminya.

Pengertian dari pembelajaran berbasis proyek juga dikemukakan oleh beberapa

ahli, menurut Cord et al. (Khamdi, 2007)

(9)

Pada struktur kurikulum 2013 jenjang SMP terdapat setidaknya 10 jenis mata

pelajaran, salah satunya mata pelajaran IPA yang identik dengan pendekatan

saintifik. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang

mengajarkan kepada peserta didik untuk mengedintifikasi, merumuskan,

memecahkan, menarik kesimpulan dan menyajikannya, dengan kata lain

pendekatan saintifik ini merupakan metode pembelajaran dengan menggunakan

langkah-langkah dan cara-cara yang ilmiah. Berdasarkan hal tersebut mata

pelajaran IPA dinilai sangat cocok jika diterapkan dengan model pembelajaran

berbasis proyek karena model pembelajaran berbasis proyek dengan pendekatan

saintifik dinilai memiliki karakteristik yang sama yaitu menggunakan

langkah-langkah ilmiah dalam pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan peneliti pada beberapa sekolah memang sudah

diterapkan model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelajaran IPA, oleh

karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai implementasi

model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelajaran IPA tersebut apakah

berjalan baik atau tidak. Berdasarkan hal tersebut peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar masalah yang telah dirumuskan di atas, peneliti

mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam penelitian ini:

1. Munculnya Kurikulum 2013 membawa dampak perubahan dari kurikulum

sebelumnya yaitu sulitnya guru untuk memahami konsep Kurikulum

2013.

2. Salah satu elemen pembelajaran pada Kurikulum 2013 yaitu adanya

(10)

5

saintifik, hal itu tentunya menuntut guru untuk menerapkan model

pembelajaran berbasis proyek.

3. Pembelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang bersifat saintifik

sehingga mengharuskan model pembelajaran berbasis proyek untuk

diterapkan pada mata pelajaran IPA.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian digunakan untuk merumuskan ke dalam

suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data

(Sugiyono, 2011:35). Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

masalah umum dari penelitian tersebut “Bagaimana Penerapan Model

Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah

Menengah Pertama”.

Dengan demikian dapat dirumuskan tujuan khusus dari permasalahan

penelitin ini sebagai berikut :

1. Bagaimana perencanaan penerapan model pembelajaran berbasis proyek

pada mata pelajaran IPA di SMP Negeri di Lembang?

2. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran berbasis proyek pada mata

pelajaran IPA di SMP Negeri di Lembang?

3. Bagaimana evaluasi dalam penerapan model pembelajaran berbasis

proyek pada mata pelajaran IPA di SMP Negeri di Lembang?

D. Batasan Masalah

Peneliti membatasi masalah penelitian untuk memperjelas arah dan tujuan

penelitian untuk menghindari pengkajian masalah yang terlalu luas, tidak

menyimpang dan tidak melebar kemana-mana. Penelitian ini ditujukan bagi

seluruh guru SMP Negeri pada mata pelajaran IPA diseluruh kecamatan lembang.

Terdapat 3 model pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013, di

antaranya Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning), Pembelajaran Berbasis

(11)

(Project-Based Learning) maka dari itu peneliti membatasi hanya Model Pembelajaran

berbasis Proyek saja yang digunakan dalam penelitian ini

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

penerapan model pembelajaran berbasis proyek dalam implementasi kurikulum

2013 di SMP Negeri di Lembang.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk memeperoleh gambaran mengenai perencanaan penerapan model

pembelajaran berbasis proyek pada mata pelajaran IPA di SMP Negeri di

Lembang.

b. Untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan model pembelajaran

berbasis proyek dalam pendekatan saintifik pada mata pelajaran IPA di

SMP Negeri di Lembang.

c. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi dalam penerapan model

pembelajaran berbasis proyek pada mata pelajaran IPA di kurikulum 2013

di SMP Negeri di Lembang.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi, wawasan dan informasi

yang berguna bagi Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan ,khususnya

dalam bidang kajian pembelajaran berbasis proyek dalam implementasi

kurikulum 2013.

(12)

7

a. Bagi guru–guru diharapakan penelitian ini dapat menambah wawasan dan

memberikan informasi tentang penerapan model pembelajaran berbasis

proyek dalam implementasi kurikulum 2013 di SMP Negeri di Lembang.

b. Bagi Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan diharapkan

penelitian ini dapat menjadi sebuah referensi yang berhubungan dengan

studi mengenai model penerapan model pembelajaran berbasis proyek ini

didalam kurikulum 2013.

c. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan alternatif dan referensi ataupun

sebagai inspirasi dalam penerapan model pembelajran berbasis proyek

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dilaksanakannya penelitian guna untuk

memperoleh data yang diperlukan. Penelitian dilakukan diseluruh Sekolah

Menengah Pertama Negeri se-Kecamatan Lembang, diantaranya adalah SMPN 1

Lembang, SMPN 2 Lembang, SMPN 3 Lembang, SMPN 4 Lembang. SMPN 5

Lembang. Penelitian ini lakukan di Sekolah Menengah Pertama se-Kecamatan

Lembang karena berdasarkan studi penahuluan yang telah peneliti lakukan

sebelumnya peneliti mendapatkan fakta bahwa di sekolah-sekolah tersebut telah

menerapkan kurikulum 2013. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin menggali

lebih jauh mengenai kurikulum yang telah diterapkan di sekolah-sekolah tersebut

sehingga dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.

2. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan dari subjek yang akan diteliti dan memenuhi

syarat-syarat tertentu untuk menjawab masalah penelitian. Pernyataan tersebut

senada dengan apa yang telah dikemukakan Sugiyono (2011:117), bahwa

“populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh guru mata pelajaran IPA terpadu yang sudah menerapkan kurikulum 2013

diseluruh Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Lembang. Adapun

jumalah dari guru mata pelajaran IPA terpadu tersebut berjumlah 30 orang.

3. Sampel Penelitian

Sampel merupakan subyek penelitian yang dapat mewakili dari seluruh

populasi penelitian. Sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar

(14)

30

(2011:188), bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiki oleh populasi tersebut”. Senada dengan penyataan di atas, Arifin

(2011:215) pun mengatakan bahwa “sampel adalah sebagian dari populasi yang

akan diselidiki atau juga dapat dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam

bentuk mini (miniature population)”.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan teknik pengambilan

sampel nonprobability sampling dengan sampling jenuh. Peneliti menggunakan

teknik sampling ini karena jumlah populasi sebanyak 30 orang. Menurut Riduwan

(2012:64) menjelaskan “sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel apabila

semua populasi digunakan sebagai sampel dan dikenal juga dengan istilah

sensus”. Sampling jenuh digunakan apabila populasinya kurang dari 30 orang.

Lebih lanjut menurut Arikunto (2006:134) mengemukakan bahawasanya “apabila

subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi”. Dalam penelitian ini, melihat jumlah populasi

sebanyak 30 orang, oleh karena itu, semua anggota populasi dijadikan sampel

penelitia. Oleh karena itu, sampel yang digunakan untuk penelitian ini sebanyak

30 orang.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan positivistik. Pendekatan positivistik

digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa penelitian mengenai penerapan

model pembelajaran berbasisi proyek dalam implementasi kurikulum 2013 pada

mata pelajaran IPA ini memerlukan data yang akurat berdasarkan bukti-bukti

yang empiric dan dapat diukur disertai analisis secara statistic. Seperti yang di

ungkapkan Arifin (2012: 15) bahwa “pendekatan positivistik pada umumnya

digunakan dalam penelitian kuantitatif, di mana prosesnya berlangsung secara

ringkas, terbatas dan memilah-milih permasalahan menjadi bagian yang dapat

(15)

Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian berlandaskan firasat positivism (memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklarifikasikan, relative tetap, kongkret, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat), digunakan untuk meneliti populasi dan sempel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik.

Peneliti ingin mendapatkan informasi/data yang akurat dan dapat diukur dari

suatu populasi, dalam hal ini adalah seluruh SMP Negeri di Kecamata Lembang

yang telah menerapkan model pembelajaran berbasis proyek dalam implementasi

kurikulum 2013.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam sebuah penelitian

uantuk mencapai tujuan penelitian. Menurut Sugiyono (2011:3) menjelaskan

bahwa “metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Penelitian ini mengunakan pendekatan kauntitatif dengan metode penelitian deskriptif, karena penelitian ini memusatkan

perhatian kepada masalah aktual yang terjadi pada saat berlangsungnya

penelitian. Metode penelitian deskriptif merupakan metode yang berusaha

menggambarkan objek yang diteliti secara rinci yang terjadi saat ini dan dalam

keadaan apa adanya. Sebagai mana yang telah dikemukakan oleh Arifin (2012:42)

bahwa penelitian deskriptif adalah:

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi saat ini, baik tentang fenomena dalam variabel tunggal maupun korelasi dan atau perbandingan berbagai variabel.

Berdasarkan pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa metode

deskriptif dalam penelitian ini , berusaha menggambarkan, menjelaskan, dan

melukiskan situasi atau kejadian yang ada di lapangan dalam hal ini di SMP

Negeri di Lembang pada masa sekarang secara lengkap sesuai dengan masalah

(16)

32

C. Definisi Operasional

Definisi operasional ini dirumuskan agar tidak terjadi perbedaan persepsi

dalam menafsirkan konsep variabel yang telah dilakukan peneliti. Menurut Arifin

(2011:90), “definisi operasional adalah definisi khusus yang didasarkan atas sifat-sifat yang dii definisikan, dapat diamati, dan dilaksanakan oleh peneliti”. Adapun

definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran

Suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum

(rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan

pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

2. Project-Based Learning (Pembalajaran Berbasis Proyek)

Project Based Learning adalah metode pengajaran sistemik yang

mengikutsertakan peserta didik ke dalam pembelajaran pengetahuan dan

keahlian yang komplek, pertanyaan authentic dan perancangan produk dan

tugas.

3. IPA

Mata pelajaran IPA dalam kurikulum 2013 adalah mata pelajaran terpadu

yang berisikan pelajaran yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan alam

diantaranya pelajaran biologi, fisika, kimia, dan lain-lain yang dikemas dalam

satu mata pelajaran yaitu IPA.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket,

pedoman wawancara dan pedoman studi dokumentasi. Instrumen penelitian

merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan

dalam penelitian. Dalam mengumpulkan data penelitian digunakan instrumen

penelitian. Karena pada prinsipnya penelitian adalah melakukan pengukuran,

maka harus ada alat ukur yang baik. Seperti yang dikemukakan Sugiyono

(17)

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Secara spesifiksemua

fenomena disebut variabel penelitian.

Angket sebagai sumber instrumen penelitian yang dilakukan dengan cara

mengajukan sejumlah pertanyaan tertulis kepada subjek penelitian atau

responden. Dalam penelitian ini, angket sebagai instrumen utama. Angket ini

digunakan untuk melihat gambaran mengenai penerapan PBL pada mata pelajaran

IPA di kurikulum 2013. Sedangkan pedoman wawancara digunakan untuk

mengumpulkan data yang lebih mendalam lagi dengan cara melakukan

wawancara dengan kepala sekolah ataupun kepada pihak yang bersentuhan

dengan masalah ini. Pedoman studi dokumentasi digunakan untuk melihat hasil

dari penerapan PBL pada mata pelajaran IPA di sekoalh tersebut.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan oleh seorang

peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan. Data dikumpulkan dalam

penelitian ini digunakan untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan,

karena data yang diperoleh akan dijadikan landasan dalam mengambil suatu

kesimpulan . agar data yang dikumpulkan baik dan benar, maka instrumen

pengumpulan data harus baik pula. Cara menyusun instrumen menurut Sugiyono

(2011:149) ialah:

Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk di teliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasional, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur, dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan matrik pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen”.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

(18)

34

1. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan

seperangkat pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden. Seperti yang

dikemukakan Arifin (2011:228), “angket adalah instrumen penelitian data atau

informasi yang harus dijawab responden secara bebas sesuai dengan

pendapatnya”. Hal ini senada denga apa yang telah disampaikan Sugiyono

(2011:199). “angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya”. Dalam penelitian ini, angket diberikan kepada sampel penelitian, yaitu guru mata pelajaran IPA terpadu di sekolah

menengah pertama di kecamatan Lembang sebanyak 30 orang. Penelitian

menggunakan angket sebagai alat pengumpulan data karena diharapkan dengan

penyebaran angket ini peneliti dapat emeperoleh informasi mengenai masalah

penelitian yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini.

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk angket berstruktur

dengan bentuk jawaban tertutup, yaitu angket yang menyediakan beberapa

pertanyaan dimana setiap pertanyaan sudah tersedia berbagai alternatif jawaban.

Riduwan (2012:72) menjelaskan bahwa “angket tertutup adalah yang disajikan

dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu

jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda

silang (x) atau tanda checklist (√)”. Dengan digunakannya angket tertutup ini,

responden tidak dapat memberikan jawaban lain kecuali yang telah tersedia

sebagai alternatif jawaban. Skala yang digunakan dengan penelitian ini adalah

Likert. Dalam penelitian ini, penelitia menggunakan skala Likert kategori pilihan

genap, yaitu empat pilihan kategori. Menurut Sukardi (2004:147), “untuk

menskor skala kategori Likert, jawaban diberi bobot atau disamakan dengan nilai

kuantitatif 4,3,2,1 untuk empat pilihan pernyataan positif dan 1,2,3,4 untuk

(19)

Tabel 3.1

Rentang Sekala Likert

Pernyataan Sangat

Setuju

Setuju Tidak

Setuju

Sangat

Tidak

Setuju

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

(Sukardi, 2004:147)

Adapun langkah-langkah mengumpulkan data dengan angket dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Menyusun kisi-kisi angket dengan merumuskan instrumen pertanyaan.

b. Menyusun pertanyaan dengan bentuk pertanyaan berstruktur dan

jawaban tertutup.

c. Membuat pedoman atau petunjuk cara menjawab pertanyaan, guna

memudahkan responden untuk menjawab pertanyaan.

d. Jika angket sudah tersusun baik, dilakukan uji coba lapangan agar dapat

diketahui kelemahannya.

e. Angket yang telah diujicobakan dan terdapat kelemahan direvisi, baik

dari segi bahasa atau pun pertanyaan lain masih dapat mewakili

instrumen yang ada.

(20)

36

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data untuk memperoleh

informasi langsung dari sumber guna menemukan jawaban terhadap

permasalahan yang diteliti, menurut Arifin (2011:233) menjelaskan bahwa

“wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

percakapan dan 36nstr jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan

responden untuk mencapai tujuan tertentu”.

Dalam penelitian ini, wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas,

dimana terjadi tanya jawab bebas antara peneliti dengan responden, namun

peneliti tetap menggunakan tujuan penelitian sebagai pedoman. Wawancara

ini dilakukan guna untuk memperoleh informasi secara lebih mendalam lagi

dari responden. Data yang diperoleh melalui wawancara ini dapat digunakan

sebagai data penunjang mengenai perasalahan dalam penelitian ini, yakni

penerapan PBL pada mata pelajaran IPA pada kurikulum 2013 di sekolah

menengah pertama. Wawancara ini dilakukan secara langsung dengan Kepala

Sekolah pada setiap sekolah menengah pertama negeri di kecamatan

Lembang.

Adapun langkah-langkah teknik pengumpulan data denan wawancara

adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan tujuan wawancara.

b. Membuat kisi-kisi dan pedoman wawancara.

c. Menyusun pertanyaan sesuai dengan data yang diperlukan

d. Melaksanakan wawancara.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah teknik untuk mempelajari dan menganalisis

bahan-bahan tertulis kantor atau sekolah, seperti :silabus, program tahunan, program

(21)

PBL pada mata pelajaran IPA terpadu ada kurikulum 2013. Studi dokumentasi

dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang dapat menjawab rumusan

masalah seperti silabus dan pedoman penelitian.

F. Teknik Uji Instrumen

Teknik uji instrument dilakukan untuk mengukur sejauh mana instrument

yang digunakan dalam penelitian memiliki kualitas yang baik. Dalam sebuah

penelitian, kualitas dari sebuah instrument penelitian sangat mempengaruhi

kualitas data hasil penelitian tersebut. Sebuah instrument penelitian pada

umumnya mempunyai dua syarat penting, yaitu validitas dan reliabilitas. Dalam

pelaksanaan uji coba instrument, peneliti menyebarkan instrument penelitian

berupa angket kepada 30 orang respnden guru. Instrumen yang diujicobakan

adalah instrument angket untuk variabel x mengenai penerapan PBL pada mata

pelajaran IPA, sedangkan untuk variabel Y mengenai kurikulum 2013 tidak

dilakukan uji instrument karena diperoleh dengan studi dokumentasi. Uji coba

instrument dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas.

1. Uji Validitas

Valid dapat diartikan shahih, sehingga validitas instrument dapat diartikan

sebaga keshahihan sebuah intrumen tersebut. Uji validitas dilakukan untuk

mengukur seberapa besar kevalidan suatu instrument. Senada dengan Arikunto

(2006:168), “validitas adalah suatu ukuran yang menunjang tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrument”. Sebuah instrument dikatakn valid

apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat menangkap data dari

variabel yang diteliti secara tepat. Sebelum melakukan penelitian instrument

penelitan tersebut harus di uji validitasnya oleh para ahli atau Expert Judgement.

Pada peneliti kali ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi

berkaitan dengan kemampuan suatu instrument mengukur isi (konsep) yang harus

(22)

38

2. Validitas Konstruk

Arifin (2012:247) mengemukakan “validitas konstruk berkenaan dengan

pertanyaan hingga mana suatu tes betul-betul dapat mengobservasi dan

mengukur”. Validitas konstruk dalam penelitian ini berkenaan dengan

kesanggupan instrument dalam mengukur pengertian-pengertian yang terkandung

dalam materi yang diukurnya. Pengujian validitas konstruk juga menggunakan

bantuan para ahli (Expert Judgement) untuk menilainya. Menurut Sugiyono

(2013:182) “secara teknis pengujian validitas konstruk dan validitas isi dapat

dibantu dengan penggunaan kisi-kisi instrument atau matrik pengembangan

instrument”. Dalam memenuhi validitas konstruk, peneliti meminta bantuan kepada pembimbing skripsi.

G. Teknik Analisis Data

Pengolahan data untuk proses penarikan kesimpulan perlu dilakukan

mengingat data yang diperoleh dalam penelitian ini bersifat kuantitatif. Analisis

data dilakukan untuk menyederhanakan seluruh data yang terkumpul, menyajikan

dalam susunan yang sistematis, kemudian mengolah dan menafsirkan.

Analisis ini menggunakan perhitungan persentase. Teknik persentase

digunakan untuk mengetahui banyaknya responden yang menjawab suatu item

dalam pernyataan angket. Melalui teknik persentasi ini peneliti dapat

mempersentasekan setiapjawaban responden terhadap pernyataan yang diajukan

peneliti.

Teknik persentase ini menggunakan rumusan sebagai berikut:

(Siregar,S. 2010, hlm. 11)

Keterangan :

(23)

: jumlah skor maksimal

: konstanta

Untuk memperoleh penafsiran maka persentase dari kemungkinan jawaban

yang dipilih ditafsirkan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.2

Penafsiran Persentase

Persentase Penafsiran

0%-1% Tidak ada

1%-25% Sebagian kecil

26%-49% Kurang dari setengahnya

50% Setengahnya

51%-75% Lebih dari setengahnya

76%-99% Sebagian besar

100% Seluruhnya

(Sumber: Arikunto dalam Nugraha, 2006:49)

Sebagai pedoman dalam menentukan kriteria jawaban responden digunakan

skala penilaian dan kategori pengukuran variabel sebagaimana dikemukakan

Sugiyono ( 2004:16) yakni : “penggunaaan instrument dengan skala linkert

merupakan jenis data interval yang dapat diubah menjadi data ordinal”.

Sesuai dengan skala penilaian skor jawaban kuisioner yang digunakan yakni

skala likert dengan empat pilihan jawaban , maka skor akhir akan berkisar antara

20% - 100% dari skor maksimum. Jarak antara skor minimum ke skor maksimum

(24)

40

Pedoman pengkategorian untuk menganalisis data dalam penelitian ini

adalah :

a) Kategori I = Sangat Setuju

b) Kategori II = Setuju

c) Kategori IV = Tidak Setuju

Gambar

Tabel 3.1 Rentang Sekala Likert
Tabel 3.2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor : BA.03/BOR.028.LPSE/ULP_POKJA I/LMD/IV/2016 tanggal 01 April 2016 untuk Pekerjaan Belanja Modal Pengadaan Bangunan

Selain itu, adanya Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) tentu memiliki hasil atau dampak yang diperoleh dari mengikuti kegiatan FKDT di Kecamatan Bae,

Erni

Hasil penelitian Hikmah dan Sulis (2020) menunjukkan bahwa brand engagement berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap repurchase intention sejalan dengan

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah library research (penelitian kepustakaan). 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik serta kitab-kitab fiqh

Menurut UU No 20 tahun 2008, entitas kecil dan menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha

Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi tesis yang bersangkutan dengan judul:“ Sanksi Pidana terhadap Anak dalam

1) Saran lebih ditujukan kepada pemerintah sebagai penentu kebijakan yang dapat mengendalikan implementasi pembangunan yang ada di koridor jalan Babarsari yang sudah mulai