PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA
(Studi Deskriptif Presentase pada Mata Pelajaran IPA di SMP Negeri se-Kecamatan
Lembang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Oleh
Syahrizal Komarudin
1000764
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
DEPARTEMEN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
PROYEK DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM
2013 DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
(Studi Deskriptif Presentase pada Mata Pelajaran IPA di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang)
Oleh
Syahrizal Komarudin
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Syahrizal Komarudin 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
April 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
Syahrizal Komarudin (1000764). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama (Studi Deskriptif Presentase pada Mata Pelajaran IPA di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang).
Skripsi. Program Studi Teknologi Pendidikan, Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Tahun 2015.
Penelitian ini berkenaan dengan penerapan model pembelajaran berbasis proyek dalam implementasi kurikulum 2013, khususnya dalam perencanaan penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelaaran IPA, pelaksanaan penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelaaran IPA, evaluasi pemanfaatan media TIK penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelaaran IPA. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi diambil dari seluruh jumlah guru IPA Terpadu di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa angket. Teknik analisis data menggunakan persentase. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa, sebagian besar guru IPA Terpadu di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang sudah baik dalam menerapkan model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelajaran IPA Terpadu. Adapun simpulan khusus dari penelitian ini adalah 1) Sebagian besar guru IPA Terpadu di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang melakukan perencanaan penerapan model pembelajaran berbasis proyek dengan baik, namun belum semua guru dapat mengimplementasikan semua langkah perencanaan tersebut dalam model pembelajaran berbasis proyek seperti masih terdapatnya guru yang tidak mempersiapkan rubrik penilaian untuk merekam kegiatan siswa, 2) Sebagian besar guru IPA Terpadu di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang melakukan pelaksanaan model pembelajaran berbasis proyek dengan pendekatan saintifik pada mata pelajaran IPA Terpadu dengan cukup baik, namun masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaannya seperti masih terdapatnya guru yang tidak menjalankan salah satu langkah dalam model pembelajaran berbasis proyek ini yaitu pemonitoringan siswa, 3) Sebagian besar guru IPA Terpadu di SMP Negeri se-Kecamatan Lembang melakukan evaluasi dalam model pembelajaran berbasis proyek dengan cukup baik.
IN CURRICULUM 2013 IMPLEMENTATION IN JUNIOR HIGH SCHOOL "
(Percentage Descriptive Study of Science Subject in Lembang Subdistrict Schools)
Abstract: Mini-Thesis. Study Program. Education Technology, Education Technology and Curriculum Department, Educational Science Faculty, Indonesia University of Education. 2015.
This study relates to the implementation of project-based learning model in curriculum 2013 implementation, especially in designing the implementation of project-based learning model in Science subject, implementing project-based learning model in science subject and evaluating the use of ICT media in project-based learning model in science subject. This study is descriptive study by quantitative approach. The population is all Integrated Science subject teachers in State Junior High schools in Lembang Subdistrict. The technique of data collecting in this study is questionnaire. Data anlysis technique used is percentage. Based on the study, it can be concluded that most of Integrated Science subject teachers in State Junior High School in Lembang Subdistrict has been capable to implement the project-based learning model in integrated science subject. The specific conclusion of this study are 1) Most of Integrated Science teachers in State Junior High Schools in Lembang Subdisctrict did the planning of project-based learning model implementation, but not all of them can implement such planning in project-based learning model such as there were still some teachers did not prepare assessment rubric to record the students’ activity 2) Most of Integrated Science teachers in State Junior High Schools in Lembang Subdisctrict did the project-based learning model implementation by scientific approach, meanwhile there were some weaknesses or lack in its implementation such as there were some teacher did not do one of the steps of project-based learning model that is monitoring the students, and 3) Most of Integrated Science teachers in State Junior High Schools in Lembang Subdisctrict did evaluation in project-based learning model quite well.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia.
Kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran
pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai,
terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa. Kemajuan
bangsa Indonesia hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik.
Salah satu upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah
melalui pendidikan. Suatu Negara dikatakana maju atau tidak apabila sistem
pendidikan didalamnya berlangsung dengan baik dan berkembang pesat
mengikuti perkembangan zaman. Pendidikan merupakan tolak ukur terwujudnya
generasi muda untuk siap bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman.
Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Tujuan Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi
dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
Sekolah merupakan suatu tempat terjadinya proses belajar mengajar bagi para
peserta didik dan guru, sekolah juga merupakan suatu lingkungan pendidikan
yang menyediakan berbagai kesempatan bagi para peserta didik atau peserta didik
untuk melakukan berbagai kegiatan belajar. Kesempatan belajar yang diperoleh
oleh setiap peserta didik dilingkungan sekolah tersebut dapat membatu peserta
didik dalam pengembangan diri dan berperan pula dalam membangun cita-cita
yang ditujunya. Sekolah sabagai suatu lembaga pendidikan formal, secara
sistematis merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan
pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk
melakukan berbagai kegiatana pembelajaran. Dalam berbagai kesempatan belajar
itu, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diarahkan dan didorong ke
pencapaian tujuan yang dicita-citakan.
Dewasa ini masyarakat sudah sangat memahami peran penting dari
pendidikan, masyarakat sudah begitu mengerti betapa pendidikan itu adalah suatu
hal yang dapat menopang masa depannya baik secara individu maupun terhadap
bangsanya, dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 47 tahun 2008
telah dijelaskan yang pada intinya adalah wajib belajar sembilan tahun bagi setiap
anak di Indonesia. Hal tersebut menunjukan bahwa pemerintah pun sangat
mendorong bagi para masyarakat khususnya anak-anak pada usia efektif belajar
untuk terus belajar selama sembilan tahun, arti wajib belajar sembilan tahun disini
adalah setiap anak harus mengenyam pendidikan selam sembilan tahun disetiap
tingkatan satuan sekolah mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah
pertama. Adapun peraturan lain yang lain mengenai wajib belajar selama 12
tahun, tapi peraturan ini diterbitkan oleh pemerintah daerah bukan oleh pemerinta
pusat sehingga peraturan ini hanya digunakan oleh daerah yang sekiranya mampu
untuk mengaplikasikan wajib belajar 12 tahun tersebut, mengingat disetiap daerah
di Indonesia memiliki standar yang berbeda maka peraturan wajib belajar 12
3
Perkembangan pendidikan di Indonesia dari masa ke masa semakin
berkembang pesat, ini dapat dilihat dari penyempurnaan-penyempurnaan yang
dilakukan Pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor pendidikannya, seperti
pengembangan dalam kurikulum yang digunakan di Indonesia. Kurikulum 2013
muncul sebagai pengembangan dan penyempurnaan dari kurikulum terdahulunya
yaitu kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), Pemerintah
Republik Indonesia menilai bahwa Kurikulum 2013 ini sebagai kurikulum yang
lebih efektif dan efisien dibanding kurikulum sebelumnya. Terdapat beberapa
perbedaan antara Kurikulum 2013 dengan kurikulum terdahulunya, diantaranya
Kurikulum 2013 memiliki tiga model pembelajaran yang dianjurkan untuk
digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning), Model Pembelajaran Penemuan (Dicovery
Learning), dan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning),
sementara dalam kurikulum sebelumnya pemerintah tidak membatasi penggunaan
model pembelajaran. Seiring perkembangan zaman metode dalam pembelajaran
semakin berkembang pula, ada banyak sekali model pembelajaran yang guru
gunakan, seperti model pembelajarana berbasis proyek ini, pembelajaran berbasis
proyek (Project-Based Learning) merupakan metoda belajar yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.
Project-Based Learning dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek
yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan mahaminya.
Pengertian dari pembelajaran berbasis proyek juga dikemukakan oleh beberapa
ahli, menurut Cord et al. (Khamdi, 2007)
Pada struktur kurikulum 2013 jenjang SMP terdapat setidaknya 10 jenis mata
pelajaran, salah satunya mata pelajaran IPA yang identik dengan pendekatan
saintifik. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengajarkan kepada peserta didik untuk mengedintifikasi, merumuskan,
memecahkan, menarik kesimpulan dan menyajikannya, dengan kata lain
pendekatan saintifik ini merupakan metode pembelajaran dengan menggunakan
langkah-langkah dan cara-cara yang ilmiah. Berdasarkan hal tersebut mata
pelajaran IPA dinilai sangat cocok jika diterapkan dengan model pembelajaran
berbasis proyek karena model pembelajaran berbasis proyek dengan pendekatan
saintifik dinilai memiliki karakteristik yang sama yaitu menggunakan
langkah-langkah ilmiah dalam pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan peneliti pada beberapa sekolah memang sudah
diterapkan model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelajaran IPA, oleh
karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai implementasi
model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelajaran IPA tersebut apakah
berjalan baik atau tidak. Berdasarkan hal tersebut peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar masalah yang telah dirumuskan di atas, peneliti
mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam penelitian ini:
1. Munculnya Kurikulum 2013 membawa dampak perubahan dari kurikulum
sebelumnya yaitu sulitnya guru untuk memahami konsep Kurikulum
2013.
2. Salah satu elemen pembelajaran pada Kurikulum 2013 yaitu adanya
5
saintifik, hal itu tentunya menuntut guru untuk menerapkan model
pembelajaran berbasis proyek.
3. Pembelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang bersifat saintifik
sehingga mengharuskan model pembelajaran berbasis proyek untuk
diterapkan pada mata pelajaran IPA.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian digunakan untuk merumuskan ke dalam
suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data
(Sugiyono, 2011:35). Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
masalah umum dari penelitian tersebut “Bagaimana Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah
Menengah Pertama”.
Dengan demikian dapat dirumuskan tujuan khusus dari permasalahan
penelitin ini sebagai berikut :
1. Bagaimana perencanaan penerapan model pembelajaran berbasis proyek
pada mata pelajaran IPA di SMP Negeri di Lembang?
2. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran berbasis proyek pada mata
pelajaran IPA di SMP Negeri di Lembang?
3. Bagaimana evaluasi dalam penerapan model pembelajaran berbasis
proyek pada mata pelajaran IPA di SMP Negeri di Lembang?
D. Batasan Masalah
Peneliti membatasi masalah penelitian untuk memperjelas arah dan tujuan
penelitian untuk menghindari pengkajian masalah yang terlalu luas, tidak
menyimpang dan tidak melebar kemana-mana. Penelitian ini ditujukan bagi
seluruh guru SMP Negeri pada mata pelajaran IPA diseluruh kecamatan lembang.
Terdapat 3 model pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013, di
antaranya Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning), Pembelajaran Berbasis
(Project-Based Learning) maka dari itu peneliti membatasi hanya Model Pembelajaran
berbasis Proyek saja yang digunakan dalam penelitian ini
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
penerapan model pembelajaran berbasis proyek dalam implementasi kurikulum
2013 di SMP Negeri di Lembang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memeperoleh gambaran mengenai perencanaan penerapan model
pembelajaran berbasis proyek pada mata pelajaran IPA di SMP Negeri di
Lembang.
b. Untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan model pembelajaran
berbasis proyek dalam pendekatan saintifik pada mata pelajaran IPA di
SMP Negeri di Lembang.
c. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi dalam penerapan model
pembelajaran berbasis proyek pada mata pelajaran IPA di kurikulum 2013
di SMP Negeri di Lembang.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi, wawasan dan informasi
yang berguna bagi Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan ,khususnya
dalam bidang kajian pembelajaran berbasis proyek dalam implementasi
kurikulum 2013.
7
a. Bagi guru–guru diharapakan penelitian ini dapat menambah wawasan dan
memberikan informasi tentang penerapan model pembelajaran berbasis
proyek dalam implementasi kurikulum 2013 di SMP Negeri di Lembang.
b. Bagi Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan diharapkan
penelitian ini dapat menjadi sebuah referensi yang berhubungan dengan
studi mengenai model penerapan model pembelajaran berbasis proyek ini
didalam kurikulum 2013.
c. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan alternatif dan referensi ataupun
sebagai inspirasi dalam penerapan model pembelajran berbasis proyek
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dilaksanakannya penelitian guna untuk
memperoleh data yang diperlukan. Penelitian dilakukan diseluruh Sekolah
Menengah Pertama Negeri se-Kecamatan Lembang, diantaranya adalah SMPN 1
Lembang, SMPN 2 Lembang, SMPN 3 Lembang, SMPN 4 Lembang. SMPN 5
Lembang. Penelitian ini lakukan di Sekolah Menengah Pertama se-Kecamatan
Lembang karena berdasarkan studi penahuluan yang telah peneliti lakukan
sebelumnya peneliti mendapatkan fakta bahwa di sekolah-sekolah tersebut telah
menerapkan kurikulum 2013. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin menggali
lebih jauh mengenai kurikulum yang telah diterapkan di sekolah-sekolah tersebut
sehingga dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.
2. Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan dari subjek yang akan diteliti dan memenuhi
syarat-syarat tertentu untuk menjawab masalah penelitian. Pernyataan tersebut
senada dengan apa yang telah dikemukakan Sugiyono (2011:117), bahwa
“populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh guru mata pelajaran IPA terpadu yang sudah menerapkan kurikulum 2013
diseluruh Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Lembang. Adapun
jumalah dari guru mata pelajaran IPA terpadu tersebut berjumlah 30 orang.
3. Sampel Penelitian
Sampel merupakan subyek penelitian yang dapat mewakili dari seluruh
populasi penelitian. Sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar
30
(2011:188), bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiki oleh populasi tersebut”. Senada dengan penyataan di atas, Arifin
(2011:215) pun mengatakan bahwa “sampel adalah sebagian dari populasi yang
akan diselidiki atau juga dapat dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam
bentuk mini (miniature population)”.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan teknik pengambilan
sampel nonprobability sampling dengan sampling jenuh. Peneliti menggunakan
teknik sampling ini karena jumlah populasi sebanyak 30 orang. Menurut Riduwan
(2012:64) menjelaskan “sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel apabila
semua populasi digunakan sebagai sampel dan dikenal juga dengan istilah
sensus”. Sampling jenuh digunakan apabila populasinya kurang dari 30 orang.
Lebih lanjut menurut Arikunto (2006:134) mengemukakan bahawasanya “apabila
subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi”. Dalam penelitian ini, melihat jumlah populasi
sebanyak 30 orang, oleh karena itu, semua anggota populasi dijadikan sampel
penelitia. Oleh karena itu, sampel yang digunakan untuk penelitian ini sebanyak
30 orang.
B. Pendekatan dan Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan positivistik. Pendekatan positivistik
digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa penelitian mengenai penerapan
model pembelajaran berbasisi proyek dalam implementasi kurikulum 2013 pada
mata pelajaran IPA ini memerlukan data yang akurat berdasarkan bukti-bukti
yang empiric dan dapat diukur disertai analisis secara statistic. Seperti yang di
ungkapkan Arifin (2012: 15) bahwa “pendekatan positivistik pada umumnya
digunakan dalam penelitian kuantitatif, di mana prosesnya berlangsung secara
ringkas, terbatas dan memilah-milih permasalahan menjadi bagian yang dapat
Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian berlandaskan firasat positivism (memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklarifikasikan, relative tetap, kongkret, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat), digunakan untuk meneliti populasi dan sempel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik.
Peneliti ingin mendapatkan informasi/data yang akurat dan dapat diukur dari
suatu populasi, dalam hal ini adalah seluruh SMP Negeri di Kecamata Lembang
yang telah menerapkan model pembelajaran berbasis proyek dalam implementasi
kurikulum 2013.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam sebuah penelitian
uantuk mencapai tujuan penelitian. Menurut Sugiyono (2011:3) menjelaskan
bahwa “metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Penelitian ini mengunakan pendekatan kauntitatif dengan metode penelitian deskriptif, karena penelitian ini memusatkan
perhatian kepada masalah aktual yang terjadi pada saat berlangsungnya
penelitian. Metode penelitian deskriptif merupakan metode yang berusaha
menggambarkan objek yang diteliti secara rinci yang terjadi saat ini dan dalam
keadaan apa adanya. Sebagai mana yang telah dikemukakan oleh Arifin (2012:42)
bahwa penelitian deskriptif adalah:
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi saat ini, baik tentang fenomena dalam variabel tunggal maupun korelasi dan atau perbandingan berbagai variabel.
Berdasarkan pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa metode
deskriptif dalam penelitian ini , berusaha menggambarkan, menjelaskan, dan
melukiskan situasi atau kejadian yang ada di lapangan dalam hal ini di SMP
Negeri di Lembang pada masa sekarang secara lengkap sesuai dengan masalah
32
C. Definisi Operasional
Definisi operasional ini dirumuskan agar tidak terjadi perbedaan persepsi
dalam menafsirkan konsep variabel yang telah dilakukan peneliti. Menurut Arifin
(2011:90), “definisi operasional adalah definisi khusus yang didasarkan atas sifat-sifat yang dii definisikan, dapat diamati, dan dilaksanakan oleh peneliti”. Adapun
definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Model Pembelajaran
Suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum
(rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
2. Project-Based Learning (Pembalajaran Berbasis Proyek)
Project Based Learning adalah metode pengajaran sistemik yang
mengikutsertakan peserta didik ke dalam pembelajaran pengetahuan dan
keahlian yang komplek, pertanyaan authentic dan perancangan produk dan
tugas.
3. IPA
Mata pelajaran IPA dalam kurikulum 2013 adalah mata pelajaran terpadu
yang berisikan pelajaran yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan alam
diantaranya pelajaran biologi, fisika, kimia, dan lain-lain yang dikemas dalam
satu mata pelajaran yaitu IPA.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket,
pedoman wawancara dan pedoman studi dokumentasi. Instrumen penelitian
merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan
dalam penelitian. Dalam mengumpulkan data penelitian digunakan instrumen
penelitian. Karena pada prinsipnya penelitian adalah melakukan pengukuran,
maka harus ada alat ukur yang baik. Seperti yang dikemukakan Sugiyono
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Secara spesifiksemua
fenomena disebut variabel penelitian.
Angket sebagai sumber instrumen penelitian yang dilakukan dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan tertulis kepada subjek penelitian atau
responden. Dalam penelitian ini, angket sebagai instrumen utama. Angket ini
digunakan untuk melihat gambaran mengenai penerapan PBL pada mata pelajaran
IPA di kurikulum 2013. Sedangkan pedoman wawancara digunakan untuk
mengumpulkan data yang lebih mendalam lagi dengan cara melakukan
wawancara dengan kepala sekolah ataupun kepada pihak yang bersentuhan
dengan masalah ini. Pedoman studi dokumentasi digunakan untuk melihat hasil
dari penerapan PBL pada mata pelajaran IPA di sekoalh tersebut.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan oleh seorang
peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan. Data dikumpulkan dalam
penelitian ini digunakan untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan,
karena data yang diperoleh akan dijadikan landasan dalam mengambil suatu
kesimpulan . agar data yang dikumpulkan baik dan benar, maka instrumen
pengumpulan data harus baik pula. Cara menyusun instrumen menurut Sugiyono
(2011:149) ialah:
Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk di teliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasional, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur, dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan matrik pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen”.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
34
1. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan
seperangkat pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden. Seperti yang
dikemukakan Arifin (2011:228), “angket adalah instrumen penelitian data atau
informasi yang harus dijawab responden secara bebas sesuai dengan
pendapatnya”. Hal ini senada denga apa yang telah disampaikan Sugiyono
(2011:199). “angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya”. Dalam penelitian ini, angket diberikan kepada sampel penelitian, yaitu guru mata pelajaran IPA terpadu di sekolah
menengah pertama di kecamatan Lembang sebanyak 30 orang. Penelitian
menggunakan angket sebagai alat pengumpulan data karena diharapkan dengan
penyebaran angket ini peneliti dapat emeperoleh informasi mengenai masalah
penelitian yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk angket berstruktur
dengan bentuk jawaban tertutup, yaitu angket yang menyediakan beberapa
pertanyaan dimana setiap pertanyaan sudah tersedia berbagai alternatif jawaban.
Riduwan (2012:72) menjelaskan bahwa “angket tertutup adalah yang disajikan
dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu
jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda
silang (x) atau tanda checklist (√)”. Dengan digunakannya angket tertutup ini,
responden tidak dapat memberikan jawaban lain kecuali yang telah tersedia
sebagai alternatif jawaban. Skala yang digunakan dengan penelitian ini adalah
Likert. Dalam penelitian ini, penelitia menggunakan skala Likert kategori pilihan
genap, yaitu empat pilihan kategori. Menurut Sukardi (2004:147), “untuk
menskor skala kategori Likert, jawaban diberi bobot atau disamakan dengan nilai
kuantitatif 4,3,2,1 untuk empat pilihan pernyataan positif dan 1,2,3,4 untuk
Tabel 3.1
Rentang Sekala Likert
Pernyataan Sangat
Setuju
Setuju Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
Positif 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4
(Sukardi, 2004:147)
Adapun langkah-langkah mengumpulkan data dengan angket dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Menyusun kisi-kisi angket dengan merumuskan instrumen pertanyaan.
b. Menyusun pertanyaan dengan bentuk pertanyaan berstruktur dan
jawaban tertutup.
c. Membuat pedoman atau petunjuk cara menjawab pertanyaan, guna
memudahkan responden untuk menjawab pertanyaan.
d. Jika angket sudah tersusun baik, dilakukan uji coba lapangan agar dapat
diketahui kelemahannya.
e. Angket yang telah diujicobakan dan terdapat kelemahan direvisi, baik
dari segi bahasa atau pun pertanyaan lain masih dapat mewakili
instrumen yang ada.
36
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data untuk memperoleh
informasi langsung dari sumber guna menemukan jawaban terhadap
permasalahan yang diteliti, menurut Arifin (2011:233) menjelaskan bahwa
“wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
percakapan dan 36nstr jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan
responden untuk mencapai tujuan tertentu”.
Dalam penelitian ini, wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas,
dimana terjadi tanya jawab bebas antara peneliti dengan responden, namun
peneliti tetap menggunakan tujuan penelitian sebagai pedoman. Wawancara
ini dilakukan guna untuk memperoleh informasi secara lebih mendalam lagi
dari responden. Data yang diperoleh melalui wawancara ini dapat digunakan
sebagai data penunjang mengenai perasalahan dalam penelitian ini, yakni
penerapan PBL pada mata pelajaran IPA pada kurikulum 2013 di sekolah
menengah pertama. Wawancara ini dilakukan secara langsung dengan Kepala
Sekolah pada setiap sekolah menengah pertama negeri di kecamatan
Lembang.
Adapun langkah-langkah teknik pengumpulan data denan wawancara
adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan wawancara.
b. Membuat kisi-kisi dan pedoman wawancara.
c. Menyusun pertanyaan sesuai dengan data yang diperlukan
d. Melaksanakan wawancara.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah teknik untuk mempelajari dan menganalisis
bahan-bahan tertulis kantor atau sekolah, seperti :silabus, program tahunan, program
PBL pada mata pelajaran IPA terpadu ada kurikulum 2013. Studi dokumentasi
dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang dapat menjawab rumusan
masalah seperti silabus dan pedoman penelitian.
F. Teknik Uji Instrumen
Teknik uji instrument dilakukan untuk mengukur sejauh mana instrument
yang digunakan dalam penelitian memiliki kualitas yang baik. Dalam sebuah
penelitian, kualitas dari sebuah instrument penelitian sangat mempengaruhi
kualitas data hasil penelitian tersebut. Sebuah instrument penelitian pada
umumnya mempunyai dua syarat penting, yaitu validitas dan reliabilitas. Dalam
pelaksanaan uji coba instrument, peneliti menyebarkan instrument penelitian
berupa angket kepada 30 orang respnden guru. Instrumen yang diujicobakan
adalah instrument angket untuk variabel x mengenai penerapan PBL pada mata
pelajaran IPA, sedangkan untuk variabel Y mengenai kurikulum 2013 tidak
dilakukan uji instrument karena diperoleh dengan studi dokumentasi. Uji coba
instrument dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas.
1. Uji Validitas
Valid dapat diartikan shahih, sehingga validitas instrument dapat diartikan
sebaga keshahihan sebuah intrumen tersebut. Uji validitas dilakukan untuk
mengukur seberapa besar kevalidan suatu instrument. Senada dengan Arikunto
(2006:168), “validitas adalah suatu ukuran yang menunjang tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrument”. Sebuah instrument dikatakn valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat menangkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat. Sebelum melakukan penelitian instrument
penelitan tersebut harus di uji validitasnya oleh para ahli atau Expert Judgement.
Pada peneliti kali ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi
berkaitan dengan kemampuan suatu instrument mengukur isi (konsep) yang harus
38
2. Validitas Konstruk
Arifin (2012:247) mengemukakan “validitas konstruk berkenaan dengan
pertanyaan hingga mana suatu tes betul-betul dapat mengobservasi dan
mengukur”. Validitas konstruk dalam penelitian ini berkenaan dengan
kesanggupan instrument dalam mengukur pengertian-pengertian yang terkandung
dalam materi yang diukurnya. Pengujian validitas konstruk juga menggunakan
bantuan para ahli (Expert Judgement) untuk menilainya. Menurut Sugiyono
(2013:182) “secara teknis pengujian validitas konstruk dan validitas isi dapat
dibantu dengan penggunaan kisi-kisi instrument atau matrik pengembangan
instrument”. Dalam memenuhi validitas konstruk, peneliti meminta bantuan kepada pembimbing skripsi.
G. Teknik Analisis Data
Pengolahan data untuk proses penarikan kesimpulan perlu dilakukan
mengingat data yang diperoleh dalam penelitian ini bersifat kuantitatif. Analisis
data dilakukan untuk menyederhanakan seluruh data yang terkumpul, menyajikan
dalam susunan yang sistematis, kemudian mengolah dan menafsirkan.
Analisis ini menggunakan perhitungan persentase. Teknik persentase
digunakan untuk mengetahui banyaknya responden yang menjawab suatu item
dalam pernyataan angket. Melalui teknik persentasi ini peneliti dapat
mempersentasekan setiapjawaban responden terhadap pernyataan yang diajukan
peneliti.
Teknik persentase ini menggunakan rumusan sebagai berikut:
(Siregar,S. 2010, hlm. 11)
Keterangan :
: jumlah skor maksimal
: konstanta
Untuk memperoleh penafsiran maka persentase dari kemungkinan jawaban
yang dipilih ditafsirkan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.2
Penafsiran Persentase
Persentase Penafsiran
0%-1% Tidak ada
1%-25% Sebagian kecil
26%-49% Kurang dari setengahnya
50% Setengahnya
51%-75% Lebih dari setengahnya
76%-99% Sebagian besar
100% Seluruhnya
(Sumber: Arikunto dalam Nugraha, 2006:49)
Sebagai pedoman dalam menentukan kriteria jawaban responden digunakan
skala penilaian dan kategori pengukuran variabel sebagaimana dikemukakan
Sugiyono ( 2004:16) yakni : “penggunaaan instrument dengan skala linkert
merupakan jenis data interval yang dapat diubah menjadi data ordinal”.
Sesuai dengan skala penilaian skor jawaban kuisioner yang digunakan yakni
skala likert dengan empat pilihan jawaban , maka skor akhir akan berkisar antara
20% - 100% dari skor maksimum. Jarak antara skor minimum ke skor maksimum
40
Pedoman pengkategorian untuk menganalisis data dalam penelitian ini
adalah :
a) Kategori I = Sangat Setuju
b) Kategori II = Setuju
c) Kategori IV = Tidak Setuju