• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI WISATAWAN DALAM MELAKUKAN WISATA HERITAGE DI KAWASAN BRAGA KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI WISATAWAN DALAM MELAKUKAN WISATA HERITAGE DI KAWASAN BRAGA KOTA BANDUNG."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI WISATAWAN DALAM MELAKUKAN WISATA HERITAGE DI KAWASAN

BRAGA KOTA BANDUNG SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pariwisata

oleh

Irma Juni Sudaryanti NIM 0907149

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN RESORT DAN LEISURE

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI WISATAWAN DALAM MELAKUKAN WISATA HERITAGE DI KAWASAN BRAGA KOTA

BANDUNG” adalah sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di

dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain.

Bandung, 3 Februari 2015 Yang membuat pernyataan,

(3)

IRMA JUNI SUDARYANTI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI WISATAWAN DALAM MELAKUKAN WISATA HERITAGE DI KAWASAN

BRAGA KOTA BANDUNG disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Erry Sukriah, SE., M.SE. NIP. 19791215 200812 2002

Pembimbing II

Rosita, SS., MA. NIP.19781019 200604 2001

Mengetahui

Ketua Prodi Manajemen Resort dan Leisure

(4)

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI WISATAWAN DALAM MELAKUKAN WISATA HERITAGE DI KAWASAN

BRAGA KOTA BANDUNG ABSTRAK

Oleh:

Irma Juni Sudaryanti 0907149

Motivasi wisatawan dipengaruhi oleh faktor pendorong (push factor) dan faktor penarik (pull factor). Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri wisatawan itu sendiri. Sedangkan, faktor penarik adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri wisatawan, biasanya berupa keadaan dari destinasi yang akan dikunjungi. Setiap wisatawan memiliki faktor yang mempengaruhi motivasi yang berbeda dalam melakukan kegiatan wisata. Perbedaan jenis wisata yang dilakukan membuat berbeda pula faktor yang mempengaruhi motivasinya. Salah satunya, wisata

heritage. Kota Bandung memliki daerah-daerah tujuan wisata heritage yang

potensial, salah satu diantaranya adalah kawasan Braga. Bangunan-bangunan peninggalan masa pemerintahan Belanda masih kokoh berdiri di sepanjang jalan Braga ini.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor. Hasil kuisioner yang didapat kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis faktor. Hasil analisis tersebut kemudian dideskriptifkan untuk mendapatkan gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi wisatawan dalam melakukan wisata heritage.

Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 (empat) faktor baru yang mempengaruhi motivasi wisatawan dalam melakukan wisata heritage. Dengan 1 (satu) faktor dominan yang memiliki nilai eigen value terbesar diantara faktor-faktor lainnya.

(5)

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

THE ANALYSIS OF FACTORS INFLUENCING THE TOURIST’S MOTIVATION IN VISITING BRAGA HERITAGE TOURISM SITE IN

BANDUNG ABSTRACT

By:

Irma Juni Sudaryanti 0907149

Tourist’s motivation is affected by push factor and pull factor. Push factor is elements that sourced from inside the tourist itself. Whereas, pull factor is elements that sourced from outside the tourist itself, generally from condition of the destination that will be visited. Each tourist has different influence factor of motivation in having tourism. Having a different tourism will enact a different influence factor of motivation. One of it is heritage tourism. Bandung is having many potential heritage tourism site, one of them is Braga. Buildings of Dutch Government inheritance sturdily exist in this Braga area.

Research method used in this research is descriptive method with quantitative approach. Analytical tool used in this research is factor analysis. The outcome of questioner then be analyzed by factor analysis. The output of the analysis then be described for having images of influence factor of tourist’s motivation in visiting heritage tourism site.

(6)

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(7)

ii Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... .6

E. Kerangka Pemikiran ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A.Model Proses Keputusan Perjalanan ... 8

B.Motivasi Wisatawan ... 8

C.Golongan Daerah Tujuan Wisata ... 14

D.Wisata Heritage ... 16

E. Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya ... 17

F. Karakteristik Wisatawan ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 23

1. Lokasi Penelitian ... 23

2. Subjek Penelitian ... 24

a. Populasi ... 24

(8)

iii Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Metode Penelitian... 26

C. Variabel Penelitian (Operasionalisasi Variabel) ... 26

D. Instrumen Penelitian... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Analisis Data ... 32

1. Uji Validitas ... 32

2. Uji Reabilitas ... 42

3. Analisis Faktor ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Gambaran Umum ... 49

1. Gambaran Umum Jalan Braga ... 49

2. Sejarah Singkat Jalan Braga ... 57

3. Profil Wisatawan ... 58

B. Identifikasi Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Wisatawan dalam Melakukan Wisata Heritage di Kawasan Braga Kota Bandung ... 63

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 84

A. Simpulan ... 84

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(9)

iv Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Jumlah Bangunan Cagar Budaya di Kota Bandung berdasarkan

wilayah ... 3

Tabel 1.2 Reviews wisatawan yang datang ke Braga ... 4

Tabel 2.1 Ciri wisatawan berdasarkan usia ... 21

Tabel 3.1 Operasionalisasi variabel penelitian... 27

Tabel 3.2 Validitas Faktor Escape ... 33

Tabel 3.3 Validitas Faktor Relaxation ... 33

Tabel 3.4 Validitas Faktor Strengthening Family Bonds ... 34

Tabel 3.5 Validitas Faktor Social Interaction ... 34

Tabel 3.6 Validitas Faktor Romance ... 35

Tabel 3.7 Validitas Faktor Educational Opportunity ... 36

Tabel 3.8 Validitas Faktor Perceived Authenticity ... 36

Tabel 3.9 Validitas Faktor Wish-fulfilment ... 37

Tabel 3.10 Validitas Faktor Religion ... 37

Tabel 3.11 Validitas Faktor Location Climate ... 38

Tabel 3.12 Validitas Faktor National Promotion ... 38

Tabel 3.13 Validitas Faktor Retail Advertising ... 39

Tabel 3.14 Validitas Faktor Wholesale Marketing ... 39

(10)

v Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.16 Validitas Faktor Tourist Attraction ... 41

Tabel 3.17 Validitas Faktor Culture ... 41

Tabel 3.18 Validitas Faktor Prestige ... 42

Tabel 3.19 Case Processing Summary ... 43

Tabel 3.20 Reliability Statistics... 43

Tabel 4.1 Daftar Bangunan Cagar Budaya di Kawasan Braga yang Sudah Diperdakan ... 50

Tabel 4.28 KMO and Bartlett's Test ... 65

Tabel 4.29 KMO and Bartlett's Test (Setelah proses ekstraksi yang pertama) ... 66

Tabel 4.30 KMO and Bartlett's Test (Setelah proses ekstraksi yang kedua) ... 67

Tabel 4.31 Communalities ... 68

Tabel 4.32 Total Variance Explained ... 69

Tabel 4.33 Component Matrix ... 71

Tabel 4.34 Rotated Component Matrix ... 72

Tabel 4.35 Pengelompokkan 15 Variabel Menjadi 4 Faktor ... 73

Tabel 4.36 Component Transformation Matrix ... 74

Tabel 4.37 Event-event Kuliner di Kota Bandung (2011- Juni 2014) ... 76

Tabel 4.38 Motivasi Wisatawan untuk Berkunjung ke Bandung ... 78

(11)

vi Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Proses Keputusan Perjalanan ... 8

Gambar 3.1 Peta Jalan Braga ... 24

Gambar 4.1 Gedung Majestic ... 50

Gambar 4.2 Plakat Cagar Budaya Gedung Majestic ... 50

Gambar 4.3 Bangunan Apotik Kimia Farma ... 51

Gambar 4.4 Plakat Cagar Budaya Apotik Kimia Farma ... 51

Gambar 4.5 Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat (Ex Denis) ... 52

Gambar 4.6 Plakat Cagar Budaya Gedung BPD (Ex Denis) ... 52

Gambar 4.7 Gedung Dekranasda Jabar ... 53

Gambar 4.8 Gedung Dekranasda Jabar ... 53

Gambar 4.9 Gedung LKBN Antara ... 53

Gambar 4.10 Plakat Cagar Budaya Gedung LKBN Antara ... 53

Gambar 4.11 Gedung Gas Negara ... 54

Gambar 4.12 Plakat Gedung Gas Negara ... 54

Gambar 4.13 Gedung ex Insulide... 55

(12)

vii Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.15 Landmark ... 56

Gambar 4.16 Gedung Bank Indonesia ... 57

Gambar 4.17 Scree Plot ... 70

Gambar 4.18 Daftar hotel yang berada di kawasan Braga melalui agoda.com ... 76

Gambar 4.19 Keadaan jalan di Kawasan Braga ... 79

Gambar 4.20 Salah satu pedagang lukisan di Kawasan Braga ... 80

Gambar 4.21 Tulisan yang Menempel di Bangunan dan Masih Ada Sampai Sekarang ... 81

Gambar 4.22 Tulisan yang Menempel di Bangunan dan Masih Ada Sampai Sekarang ... 81

(13)

viii Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Kota Bandung Tahun 2008 s/d

2013 ... 1

Grafik 4.1 Usia Wisatawan ... 59

Grafik 4.2 Jenis Kelamin Wisatawan ... 60

Grafik 4.3 Pendidikan Terakhir Wisatawan ... 60

Grafik 4.4 Pekerjaan Wisatawan ... 61

Grafik 4.5 Pendapatan Wisatawan ... 62

Grafik 4.6 Status Perkawinan Wisatawan ... 62

(14)

ix Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lembar Kuisioner... 90

Surat Permohonan Izin Penelitian ... 93

Surat Pemberitahuan Penelitian / Survey / Praktek Kerja ... 94

Tabel Anti-image Matrices ... 95

(15)

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bandung adalah ibukota Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Bandung merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah penduduknya. Terletak di pulau Jawa pada ketinggian 768 meter dari permukaan laut. Kota Bandung terletak pada 107oBT dan 6o55‟LS.

(16)

2

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Grafik 1.1 Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Kota Bandung Tahun 2008 s/d 2013 (Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung)

Berdasarkan Grafik 1.1, dari tahun 2008 sampai tahun 2011, jumlah wisatawan yang datang berkunjung ke Kota Bandung mengalami kenaikan. Tetapi, di tahun 2012 mengalami sedikit penurunan. Dan mengalami kenaikan kembali di tahun 2013. Namun, secara umum, jumlah wisatawan yang datang berkunjung ke Kota Bandung berkisar 5juta-an orang per tahun. Ini terbilang cukup besar, dan ini merupakan suatu kebanggaan bagi Kota Bandung.

Namun, jumlah wisatawan mancanegara yang datang berkunjung ke kota Bandung selama tahun 2008 hingga 2010 mengalami kenaikan. Tetapi tahun 2011 sampai dengan 2012 mengalami penurunan. Berbeda dengan jumlah wisatawan nusantara dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 mengalami kenaikan, dan mengalami penurunan di tahun 2012.

Kota Bandung saat ini terkenal dengan citra: „Kota Belanja‟ dan „Kota

Kuliner‟. Citra tersebut tidak datang dengan sendirinya. Citra tersebut muncul karena Bandung memiliki banyak usaha-usaha kepariwisataan yang bergerak dalam bidangtersebut. Yaitu: terdapat 181 Factory Outlet, 101 Departement Store,

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Wisatawan 4,495,245 5,007,608 5,179,888 6,712,824 5,257,439 6,046,056

Wisman 175,111 185,076 228,449 225,585 176,855 203,384

Wisnus 4,320,134 4,822,532 4,951,439 6,487,239 5,080,584 5,842,672 0

(17)

3

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

121 tempat belanja makanan khas Bandung dan Restoran, 440 Rumah makan, dan lain sebagainya. (Direktori Pariwisata Kota Bandung 2011-2012).

Namun sebenarnya, selain wisata belanja dan wisata kuliner, kota Bandung memiliki jenis wisata lain yang juga berpotensi. Salah satunya adalah wisata heritage. The National Trust for Historic Preservation in the United States mengartikan heritage tourism sebagai “travelling to experience the places and

activities that authentically represent the stories and people of the past,"

(berpergian untuk mendapatkan pengalaman tentang tempat dan aktifitas yang menggambarkan secara otentik cerita dan orang-orang di masa lalu). Kota Bandung memiliki potensi wisata heritage, yaitu berupa bangunan-bangunan cagar budaya. Kota Bandung memiliki 100 bangunan cagar budaya yang terbagi menjadi 6(enam) kawasan. Yaitu: kawasan pusat kota, kawasan pesinan/perdagangan, kawasan pertahanan dan keamanan/militer, kawasan etnik sunda, kawasan perumahan villa dan non villa, kawasan industri. Bangunan cagar budaya tersebut merupakan bangunan-bangunan peninggalan masa pemerintahan Belanda. Dengan arsitektur bangunan tersebut yang masih otentik, bangunan-bangunan tersebut sangat potensial untuk dijadikan tujuan wisata. Berikut daftar jumlah bangunan cagar budaya berdasarkan wilayah yang ada di kota Bandung:

Tabel 1.1 Daftar Jumlah Bangunan Cagar Budaya di Kota Bandung berdasarkan wilayah.

Kawasan Wilayah Total Bangunan Cagar

Budaya

I Pusat Kota 49

II Pecinan/Perdagangan 5

III Pertahanan & Keamanan Militer 16

IV Etnik Sunda 2

V Perumahan Villa & Non Villa 26

VI Industri 2

(18)

4

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari sekian banyak bangunan cagar budaya yang ada di kota Bandung, terdapat satu kawasan yang menarik, yaitu: kawasan Jalan Braga. Braga pernah tercatat sebagai kawasan bergengsi pada masa Belanda. Panjang jalannya tidak lebih dari satu kilometer, tetapi jalan ini cukup melegenda dengan arsitektur bangunannya yang bergaya klasik romantic, art deco, indo-europeanen, neo klasik dan modern. (Direktori Pariwisata Kota Bandung 2011-2012). Jalan Braga ini merupakan tempat yang sangat terkenal di masa lampau. Jalan Braga ini

terkenal sebagai kompleks pertokoan modern yang paling bergaya „Eropa‟ di

seantero Hindia. (Hutagalung dan Nugraha, 2008:28). Toko-toko yang berada di jalan Braga ini menjual berbagai macam produk berkualitas. Dari mulai jam tangan merek terkenal, hingga penjahit jas yang sangat berkualitas baik.

Bangunan-bangunan peninggalan masa pemerintahan Belanda masih kokoh berdiri di sepanjang jalan Braga ini. Sebagian menjadi tempat usaha (dengan tetap mempertahankan bentuk aslinya), sebagian terawat (milik pribadi) dan sebagian terabaikan. Saat ini, Braga memang masih ramai, tetapi suasananya sudah tampak berbeda dengan Braga terdahulu. Pemerintah Kota Bandung sedang berusaha untuk merevitalisasi kawasan Braga agar dapat hidup kembali seperti di masa lampau. Pemerintah Kota Bandung mencanangkan program revitalisasi kawasan Braga dengan cara menyelenggarakan event di kawasan tersebut. Event tersebut diantaranya: Braga Festival yang diselenggarakan pada bulan Oktober dan Braga Culinary Festival. Sejauh ini, penyelenggaraan kedua event tersebut dapat mendatangkan pengunjung yang cukup banyak. Tetapi masih belum dapat

mengembalikan „pamor‟ Braga seperti dahulu.

Wisatawan yang telah mengunjungi Braga, memiliki kesan yang berbeda. Sebagian merasa Braga adalah kawasan wisata yang baik, sebagian lagi menganggap kawasan Braga sebagai kawasan wisata yang biasa saja. Berdasarkan

tripadvisor.com Kawasan Braga menempati peringkat 13 (tiga belas) dari 33 (tiga

puluh tiga) atraksi yang ada di Kota Bandung. Peringkat tersebut merupakan hasil dari 262 reviews wisatawan yang telah mengunjungi kawasan Braga. Hasil dari

(19)

5

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 1.2 Reviews wisatawan yang datang ke Braga (tripadvisor.com)

Review Value

Excellent 33

Very Good 109

Average 90

Poor 23

Terrible 7

Total 262

Dalam Undang-Undang No 10 Tahun 2009 disebutkan bahwa, “wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam

jangka waktu sementara.” Seseorang melakukan perjalanan ke suatu tempat didasari akan motif/motivasi (motive) yang timbul akibat dorongan (drive) dalam upaya pemenuhan kebutuhan (need). Seperti pendapat Stanton (1998) dalam

Mangkunegara (2009:11) bahwa: “A motive is stimulated need which a

goal-oriented individual seeks to satisfy.” (Suatu motif adalah kebutuhan yang distimulasi yang dicari oleh individu yang berorientasi pada tujuan untuk mencapai rasa puas).

(20)

6

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sudah dapat dipastikan bahwa setiap individu yang melakukan perjalanan wisata memiliki alasan atau motivasi mengapa dirinya ingin melakukan suatu perjalanan. Dan sudah jelas bahwa motivasi setiap individu itu berbeda. Karena faktor pendorong dan faktor penarik yang mempengaruhi setiap individu berbeda pula, sesuai dengan keadaannya masing-masing.

Faktor pendorong dan faktor penarik bagi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata adalah faktor yang memiliki sub-variabel yang cukup banyak. Misalnya saja, Ryan(1991) dalam buku karangan Pitana dan Gayatri(2005) menyatakan bahwa faktor pendorong seseorang untuk melakukan perjalanan wisata dibagi menjadi 10 (sepuluh) sub-variabel. Sedangkan John(1989) mengidentifikasi ada 8 (delapan) faktor pendorong dan 11 (sebelas) faktor penarik seseorang untuk melakukan perjalanan wisata.

Kedua faktor tersebut adalah faktor yang mempengaruhi motivasi wisatawan secara umum. Dan kedua faktor tersebut memiliki terlalu banyak sub-variabel. Sub-variabel yang ada mewakili kedua faktor tersebut. Tetapi belum dapat dipastikan bahwa sub-variabel tersebut mewakili faktor yang mempengaruhi motivasi wisatawan dalam melakukan wisata heritage di Kawasan Braga. Juga belum dapat dipastikan sub-variabel tersebut akan membentuk 2 faktor sama seperti faktor yang mempengaruhi motivasi wisatawan secara umum.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi wisatawan dalam melakukan wisata heritage di kawasan Braga. Penelitian ini berjudul: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI WISATAWAN DALAM MELAKUKAN WISATA HERITAGE DI KAWASAN BRAGA KOTA BANDUNG.

B. Rumusan Masalah

(21)

7

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi wisatawan dalam melakukan wisata heritage di Kawasan Braga Kota Bandung?

2. Faktor motivasi apa saja yang paling dominan dalam mewakili seluruh faktor tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi motivasi wisatawan dalam melakukan wisata heritage di Kota Bandung.

2. Mengidentifikasi faktor motivasi apa saja yang paling dominan dalam mewakili seluruh faktor tersebut.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Pemerintah Kota Bandung dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi wisatawan dalam melakukan wisata heritage di Kawasan Braga Kota Bandung. 2. Bagi penulis, sebagai sarana dalam memahami suatu masalah dan

mengambil keputusan untuk pemecahannya.

3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan data penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi wisatawan dalam melakukan wisata heritage di Kawasan Braga Kota Bandung.

Bandung memiliki potensi wisata heritage dengan memiliki 100 BCB

(Bangunan Cagar Budaya)

Salah satu kawasan di kota Bandung yang memliki BCB adalah Kawasan

(22)

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Kota Bandung terletak di tengah-tengah pulau Jawa pada ketinggian ±768 meter dari permukaan laut dengan titik tertinggi di berada di sebelah utara dengan ketinggian 1.050 meter di atas permukaan laut dan sebelah selatan merupakan kawasan rendah dengan ketinggian 675 meter di atas permukaan laut. Kota Bandung terletak pada 107oBT dan 6o55‟LS. Kota Bandung merupakan ibu kota provinsi Jawa Barat. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah penduduk. Semetara iklim kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk, dengan suhu rata-rata 23.5 °C, curah hujan rata-rata 200.4 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 21.3 hari per bulan.

Jalan Braga merupakan salah satu jalan utama yang ada di Kota Bandung. Nama jalan ini sudah dikenal sejak jaman Belanda. Braga berasal dari kata “Ngabaraga” yang artinya bergaya. (Direktori Pariwisata Kota Bandung 2011-2012). Di sepanjang jalan ini, terdapat bangunan-bangunan bergaya arsitektur lama dan tetap mempertahankannya. Tata letak bangunan-bangunan tersebut mengikuti model yang ada di Eropa sesuai dengan perkembangan kota Bandung pada masa itu (1920-1940-an) sebagai kota mode yang cukup termahsyur seperti halnya kota Paris pada saat itu.

(23)

24

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1 Peta Jalan Braga (Sumber: Google Maps)

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan populasi dan sampel penelitian. Populasi dan sampel penelitian ini diambil dari jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Bandung, tidak secara khusus ke jalan Braga. Hal ini dikarenakan, jalan Braga bukan kawasan wisata yang dikelola secara khusus secara menyeluruh, sehingga jumlah wisatawan yang berkunjung tidak jelas jumlahnya.

a. Populasi

“Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya

akan diduga.” (Wardiyanta, 2006:19). Sedangkan menurut Nawawi

(24)

25

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari

manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test

atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.”

Adapun populasi dari penelitian ini adalah seluruh wisatawan domestik

yang berkunjung ke Kota Bandung tahun 2013. Yaitu sebanyak 5.842.672 wisatawan.

b. Sampel

Menurut Nawawi (1993:144), “Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian.”

Dalam Prasetyo dan Jannah, disebutkan dari berbagai rumus penarikan sampel yang ada, ada sebuah rumus yang dapat digunakan untuk menentukan besaran sampel, yaitu rumus Slovin.

n = N

1 + Ne2

n = besaran sampel N = besaran populasi

e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel)

Adapun dalam penelitian ini sampelnya adalah:

n = N

1 + Ne2

n = 5.842.672

1 + (5.842.672 x 0,12)

n = 5.842.672

1 + 58.426,72

n = 5.842.672

(25)

26

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

n = 99,998 ≈ (dibulatkan menjadi) 100 orang wisatawan.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Purposive Sampling. Umar (2011:92) menyebutkan bahwa “Dalam hal ini pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya.” Dalam penelitian ini, sampel yang diambil merupakan sampel yang memiliki karakteristik khusus, yakni wisatawan yang sedang atau pernah mengunjungi atau melakukan wisata di lokasi penelitian.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana data yang dihasilkan bersifat kuantitatif. Menurut Nawawi (1993:63):

“Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (orang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.”

Masih menurut Nawawi (1993:63-64), ciri-ciri pokok metode deskriptif adalah: memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat actual; dan menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang adequat.

C. Variabel Penelitian (Operasionalisasi Variabel)

(26)

27

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gambar 2.1, motivasi wisatawan dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu: faktor penarik dan faktor pendorong. Dan keinginan berwisata merupakan langkah awal dalam memutuskan suatu perjalanan. Peneliti merangkum variabel penelitian berdasarkan 4 pendapat ahli tentang faktor yang mempengaruhi motivasi wisatawan. Yaitu, oleh Ryan, Jackson, Suwantoro, dan John A.Thomas. Lebih rinci, variabel tersebut dioperasionalisasi sebagai berikut:

Tabel 3.1 Operasionalisasi variabel penelitian.

Variabel Sub Variabel Indikator Skala No.

Item

 Perbedaan lingkungan kawasan dengan lingkungan sehari-hari.  Perbedaan jenis

kegiatan yang dilakukan di kawasan dengan yang dilakukan sehari-hari.

 Suasana lokasi dapat membuat pikiran tenang.

 Suasana lokasi dapat membuat tubuh rileks.  Suasana lokasi dapat

(27)

28

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu  Lokasi merupakan

(28)

29

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Religion

 Terdapat tempat ibadah di lokasi.

 Terdapat tempat yang merupakan bagian dari sejarah kepercayaan.  Lokasi merupakan

tempat ibadah yang sudah ada sejak dahulu.

Ordinal

 Tingkat curah hujan  Tingkat kelembapan

 Informasi lokasi di website

pemerintah/swasta.  Informasi lokasi di

televisi.

 Pamflet yang berasal dari pemerintah/swasta.

 Paket wisata yang dapat diatur sendiri

 Kawasan dapat

dikunjungi perorangan.  Promosi yang dilakukan

kawasan.

 Paket wisata yang sudah ditentukan.

 Kawasan hanya dapat dikunjungi oleh

rombongan wisatawan.  Promosi yang dilakukan

agen penjual paket

 Bangunan cagar budaya.  Keadaan kawasan yang

seperti di luar negeri.  Jalanan yang ditutupi

(29)

30

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu  cara hidup masyarakat  adat istiadat

D. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:146), “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.”

“Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran

akan menghasilkan data kuantitatif.”(Sugiyono, 2012:131-132)

Dalam penelitian ini, skala yang digunakan adalah skala ordinal, dengan skala pengukuran menggunakan skala likert. Dalam Umar (2011:44) disebutkan bahwa skala ordinal, “…mengurutkan data dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi atau sebaliknya dengan interval yang tidak harus sama.”

Menurut Kinnear dalam Umar (2011:70) „skala likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatau, misalnya setuju-tidak setuju, senang tidak-senang dan baik-tidak baik.‟ Sama halnya menurut Sugiyono (2012:132), “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.”

(30)

31

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya: (Sugiyono, 2012:133)

1. Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5

2. Setuju/sering/positif diberi skor 4

3. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3 4. Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2 5. Sangat tidak setuju/tidak pernah/ diberi skor 1

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Mc. Leod dalam Umar (2011:41), „pengertian data dari sudut ilmu sistem informasi sebagai fakta-fakta maupun angka-angka yang secara relatif tidak berarti bagi pemakai.‟ Dalam proses pengumpulan data, akan ada 2 (dua) data yang terkumpul, yaitu:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperi hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuisioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. (Umar, 2011:42). Data primer dalam penelitian ini adalah hasil kuisioner yang disebar di sepanjang Kawasan Braga.

2. Data Sekunder

(31)

32

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasi dan Kuisioner.

a. Observasi

“Metode observasi adalah cara mengumpulkan data berlandaskan pada pengamatan langsung terhadap gejala fisik obyek penelitian.” (Wardiyanta, 2006:19). Sedangkan menurut Nawawi (1993:100), “Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.” Dalam Nasution (2009:107), “Dalam garis besarnya observasi dapat dilakukan (1) dengan partisipasi pengamat sebagai partisipan atau (2) tanpa

pertisipasi pengamat sebagai non-partisipan.”

b. Kuisioner

Dalam Nasution (2009:128) disebutkan bahwa “Angket atau

questionnaire adalah daftar pertanyaan yang di distribusikan melalui pos

untuk diisi dan dikembalikan atau dapat juga dijawab di bawah pengawasan peneliti.” Sedangkan, Idrus (2009:100) menyebutkan bahwa “Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi angket tersebut bersedia melakukan respons sesuai dengan permintaan.” Kuisioner dalam penelitian ini diberikan kepada wisatawan yang pernah mengunjungi Jalan Braga, dengan jumlah sample 100 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Purposive Sampling.

F. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas, uji reliabilitas, dan analisis faktor.

(32)

33

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Simamora dalam Inayah (2013:67) Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument dianggap valid apabila data yang diperoleh tepat dengan variabel yang diteliti.

Menurut Sujarweni dalam Agustine (2012:42) menyatakan bahwa sebaiknya uji validitas dilakukan pada setiap butir pertanyaan. Hasil r hitung kita bandingkan dengan r tabel dimana df (degree of freedom) = n-2 dengan sig 5%. Jika r tabel < r hitung maka valid. Uji validitas dengan menggunakan teknik korelasi Product

Moment dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

r =

√ ∑ ∑ (∑ )

keterangan:

rxy = koefisien korelasi Σx = jumlah skor item

Σy = jumlah skor total (seluruh item) N = jumlah responden

Uji coba instrumen penelitian dilakukan terhadap 100 responden. Dimana hasil r hitung dibandingkan dengan r tabel dimana df (degree of freedom) = n — 2 dengan alpha 5% atau 0,05. Jika r tabel < r hitung, maka dianggap valid. Uji validitas dilakukan terhadap tiap butir pertanyaan dengan bantuan aplikasi program Microsoft Excel dan SPSS v 17.0.

1.1 Uji Validitas Faktor Escape

Uji validitas tiap butir pertanyaan dalam faktor Escape adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Validitas Faktor Escape Escape

(33)

34

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Perbedaan lingkungan kawasan

dengan lingkungan sehari-hari 0,409 0,195 Valid

Perbedaan jenis kegiatan yang dilakukan di kawasan dengan yang dilakukan sehari-hari

0,519 0,195 Valid

Perbedaan pemandangan kawasan dengan pemandangan yang dilihat sehari-hari

0,399 0,195 Valid

Sumber: Pengolahan data peneliti, 2014.

Dari tabel 3.2, validitas faktor Escape, dapat diketahui bahwa semua item pertanyaan memenuhi kriteria dimana r hitung > r tabel (0,195). Maka dari itu, seluruh item pertanyaan dinyatakan valid. Dan dapat digunakan dalam proses penelitian selanjutnya.

1.2 Uji Validitas Faktor Relaxation

Uji validitas tiap butir pertanyaan dalam faktor Relaxation adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Validitas Faktor Relaxation Relaxation

Indikator r hitung r tabel Kesimpulan

Suasana lokasi dapat membuat

pikiran tenang 0,524 0,195 Valid

Suasana lokasi dapat membuat

tubuh rileks 0,543 0,195 Valid

Suasana lokasi dapat menyegarkan

pikiran 0,507 0,195 Valid

Sumber: Pengolahan data peneliti, 2014.

(34)

35

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.3 Uji Validitas Faktor Strengthening Family Bonds

Uji validitas tiap butir pertanyaan dalam faktor Strengthening Family Bonds adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Validitas Faktor Strengthening Family Bonds Strengthening Family Bonds

Indikator r hitung r tabel Kesimpulan

Melakukan kunjungan bersama

keluarga 0,344 0,195 Valid

Melakukan kunjungan bersama

teman 0,209 0,195 Valid

Melakukan kunjungan dalam rangka mengunjungi keluarga atau kerabat

0,317 0,195 Valid

Sumber: Pengolahan data peneliti, 2014.

Dari tabel 3.4, validitas faktor Strengthening Family Bonds, dapat diketahui bahwa semua item pertanyaan memenuhi kriteria dimana r hitung > r tabel (0,195). Maka dari itu, seluruh item pertanyaan dinyatakan valid. Dan dapat digunakan dalam proses penelitian selanjutnya.

1.4 Uji Validitas Faktor Social Interaction

Uji validitas tiap butir pertanyaan dalam faktor Social Interaction adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5

Validitas Faktor Social Interaction Social Interaction

Indikator r hitung r tabel Kesimpulan

Masyarakat lokal menerima dengan

baik kedatangan wisatawan 0,171 0,195 Tidak valid

Lokasi merupakan tempat yang

(35)

36

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Lokasi merupakan tempat yang

sering digunakan sebagai „meet point;

0,522 0,195 Valid

Sumber: Pengolahan data peneliti, 2014.

Dari tabel 3.5, validitas faktor Social Interaction, dapat diketahui bahwa hanya dua item pertanyaan memenuhi kriteria dimana r hitung > r tabel (0,195). Sedangkan item pertanyaan pertama dinyatakan tidak valid, karena r hitung < r tabel. Maka dari itu, item pertanyaan pertama tidak akan disertakan dalam proses penelitian selanjutnya. Dan hanya dua item pertanyaan yang dapat digunakan dalam proses penelitian selanjutnya.

1.5 Uji Validitas Faktor Romance

Uji validitas tiap butir pertanyaan dalam faktor Romance adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6

Validitas Faktor Romance Romance

Indikator r hitung r tabel Kesimpulan

Kawasan mempunyai kesan

romantis 0,423 0,195 Valid

Kawasan mempunyai spot-spot

romantis 0,529 0,195 Valid

Kawasan mempunyai atmosfer

romantis yang sangat kental 0,482 0,195 Valid

Sumber: Pengolahan data peneliti, 2014.

(36)

37

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.6 Uji Validitas Faktor Educational Opportunity

Uji validitas tiap butir pertanyaan dalam faktor Educational Opportunity adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7

Validitas Faktor Educational Opportunity Educational Opportunity

Indikator r hitung r tabel Kesimpulan

Kawasan merupakan tempat

bersejarah 0,381 0,195 Valid

Kawasan merupakan bukti sejarah 0,373 0,195 Valid Kawasan merupakan tempat yang

cocok untuk me-review (napak tilas) suatu peristiwa sejarah

0,438 0,195 Valid

Sumber: Pengolahan data peneliti, 2014.

Dari tabel 3.7, validitas faktor Educational Opportunity, dapat diketahui bahwa semua item pertanyaan memenuhi kriteria dimana r hitung > r tabel (0,195). Maka dari itu, seluruh item pertanyaan dinyatakan valid. Dan dapat digunakan dalam proses penelitian selanjutnya.

1.7 Uji Validitas Faktor Perceived Authenticity

Uji validitas tiap butir pertanyaan dalam faktor Perceived Authenticity adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8

Validitas Faktor Perceived Authenticity Perceived Authenticity

Indikator r hitung r tabel Kesimpulan

Kawasan tidak pernah berubah

sejak pertama ada 0,432 0,195 Valid

Bangunan yang ada di kawasan merupakan bangunan asli peninggalan sejarah

(37)

38

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Bagunan yang ada merupakan

bukti otentik sejarah 0,499 0,195 Valid

Sumber: Pengolahan data peneliti, 2014.

Dari tabel 3.8, validitas faktor Perceived Authenticity, dapat diketahui bahwa semua item pertanyaan memenuhi kriteria dimana r hitung > r tabel (0,195). Maka dari itu, seluruh item pertanyaan dinyatakan valid. Dan dapat digunakan dalam proses penelitian selanjutnya.

1.8 Uji Validitas Faktor Wish-fulfilment

Uji validitas tiap butir pertanyaan dalam faktor Wish-fulfilment adalah sebagai berikut:

Tabel 3.9

Validitas Faktor Wish-fulfilment Wish-fulfilment

Indikator r hitung r tabel Kesimpulan

Lokasi merupakan tempat yang

sudah lama ingin dikunjungi 0,565 0,195 Valid

Lokasi merupakan realisasi dari

cita-cita yang diinginkan 0,590 0,195 Valid

Lokasi merupakan hasrat yang

sudah lamadiinginkan 0,644 0,195 Valid

Sumber: Pengolahan data peneliti, 2014.

Dari tabel 3.9, validitas faktor Wish-fulfilment, dapat diketahui bahwa semua item pertanyaan memenuhi kriteria dimana r hitung > r tabel (0,195). Maka dari itu, seluruh item pertanyaan dinyatakan valid. Dan dapat digunakan dalam proses penelitian selanjutnya.

(38)

39

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji validitas tiap butir pertanyaan dalam faktor Religion adalah sebagai berikut:

Tabel 3.10

Validitas Faktor Religion Religion

Indikator r hitung r tabel Kesimpulan

Terdapat tempat ibadah di lokasi 0,244 0,195 Valid Terdapat tempat yang merupakan

bagian dari sejarah kepercayaan 0,379 0,195 Valid Lokasi merupakan tempat ibadah

yang sudah ada sejak dahulu 0,340 0,195 Valid

Sumber: Pengolahan data peneliti, 2014.

Dari tabel 3.10, validitas faktor Religion, dapat diketahui bahwa semua item pertanyaan memenuhi kriteria dimana r hitung > r tabel (0,195). Maka dari itu, seluruh item pertanyaan dinyatakan valid. Dan dapat digunakan dalam proses penelitian selanjutnya.

1.10 Uji Validitas Faktor Location Climate

Uji validitas tiap butir pertanyaan dalam faktor Location Climate adalah sebagai berikut:

Tabel 3.11

Validitas Faktor Location Climate Location Climate

Indikator r hitung r tabel Kesimpulan

Suhu 0,621 0,195 Valid

Tingkat curah hujan 0,676 0,195 Valid

Tingkat kelembapan 0,657 0,195 Valid

Sumber: Pengolahan data peneliti, 2014.

(39)

40

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.11 Uji Validitas Faktor National Promotion

Uji validitas tiap butir pertanyaan dalam faktor National Promotion adalah sebagai berikut:

Tabel 3.12

Validitas Faktor National Promotion National Promotion

Indikator r hitung r tabel Kesimpulan

Informasi lokasi di website

pemerintah/swasta 0,567 0,195 Valid

Informasi lokasi di televise 0,519 0,195 Valid

Pamflet yang berasal dari

pemerintah/swasta 0,609 0,195 Valid

Sumber: Pengolahan data peneliti, 2014.

Dari tabel 3.12, validitas faktor National Promotion, dapat diketahui bahwa semua item pertanyaan memenuhi kriteria dimana r hitung > r tabel (0,195). Maka dari itu, seluruh item pertanyaan dinyatakan valid. Dan dapat digunakan dalam proses penelitian selanjutnya.

1.12 Uji Validitas Faktor Retail Advertising

Uji validitas tiap butir pertanyaan dalam faktor Retail Advertising adalah sebagai berikut:

Tabel 3.13

Validitas Faktor Retail Advertising Retail Advertising

Indikator r hitung r tabel Kesimpulan

Paket wisata yang dapat diatur

sendiri 0,561 0,195 Valid

Kawasan dapat dikunjungi

perorangan 0,300 0,195 Valid

Promosi yang dilakukan kawasan 0,541 0,195 Valid

(40)

41

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari tabel 3.13, validitas faktor Retail Advertising, dapat diketahui bahwa semua item pertanyaan memenuhi kriteria dimana r hitung > r tabel (0,195). Maka dari itu, seluruh item pertanyaan dinyatakan valid. Dan dapat digunakan dalam proses penelitian selanjutnya.

1.13 Uji Validitas Faktor Wholesale Marketing

Uji validitas tiap butir pertanyaan dalam faktor Wholesale Marketing adalah sebagai berikut:

Tabel 3.14

Validitas Faktor Wholesale Marketing Wholesale Marketing

Indikator r hitung r tabel Kesimpulan

Paket wisata yang sudah ditentukan 0,553 0,195 Valid Kawasan hanya dapat dikunjungi

oleh rombongan wisatawan 0,051 0,195 Tidak Valid

Promosi yang dilakukan agen

penjual paket wisata 0,588 0,195 Valid

Sumber: Pengolahan data peneliti, 2014.

Dari tabel 3.14, validitas faktor Wholesale Marketing, dapat diketahui bahwa hanya dua item pertanyaan memenuhi kriteria dimana r hitung > r tabel (0,195). Sedangkan item pertanyaan kedua dinyatakan tidak valid, karena r hitung < r tabel. Maka dari itu, item pertanyaan kedua tidak akan disertakan dalam proses penelitian selanjutnya. Dan hanya dua item pertanyaan yang dapat digunakan dalam proses penelitian selanjutnya.

1.14 Uji Validitas Faktor Special Events

Uji validitas tiap butir pertanyaan dalam faktor Special Events adalah sebagai berikut:

(41)

42

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Validitas Faktor Special Events

Special Events

Indikator r hitung r tabel Kesimpulan

Event tahunan 0,346 0,195 Valid

Event bulanan 0,492 0,195 Valid

Event mingguan 0,368 0,195 Valid

Sumber: Pengolahan data peneliti, 2014.

Dari tabel 3.15, validitas faktor Special Events, dapat diketahui bahwa semua item pertanyaan memenuhi kriteria dimana r hitung > r tabel (0,195). Maka dari itu, seluruh item pertanyaan dinyatakan valid. Dan dapat digunakan dalam proses penelitian selanjutnya.

1.15 Uji Validitas Faktor Tourist Attraction

Uji validitas tiap butir pertanyaan dalam faktor Tourist Attraction adalah sebagai berikut:

Tabel 3.16

Validitas Faktor Tourist Attraction Tourist Attraction

Indikator r hitung r tabel Kesimpulan

Bangunan cagar budaya 0,555 0,195 Valid

Keadaan kawasan yang seperti di

luar negeri 0,450 0,195 Valid

Jalanan yang ditutupi batuan andesit, berbeda dari jalan-jalan biasanya

0,506 0,195 Valid

Sumber: Pengolahan data peneliti, 2014.

(42)

43

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari itu, seluruh item pertanyaan dinyatakan valid. Dan dapat digunakan dalam proses penelitian selanjutnya.

1.16 Uji Validitas Faktor Culture

Uji validitas tiap butir pertanyaan dalam faktor Culture adalah sebagai berikut: Tabel 3.17

Validitas Faktor Culture Culture

Indikator r hitung r tabel Kesimpulan

Bahasa 0,561 0,195 Valid

Cara hidup masyarakat 0,451 0,195 Valid

Adat istiadat 0,495 0,195 Valid

Sumber: Pengolahan data peneliti, 2014.

Dari tabel 3.17, validitas faktor Culture, dapat diketahui bahwa semua item pertanyaan memenuhi kriteria dimana r hitung > r tabel (0,195). Maka dari itu, seluruh item pertanyaan dinyatakan valid. Dan dapat digunakan dalam proses penelitian selanjutnya.

1.17 Uji Validitas Faktor Prestige

Uji validitas tiap butir pertanyaan dalam faktor Prestige adalah sebagai berikut: Tabel 3.18

Validitas Faktor Prestige Prestige

Indikator r hitung r tabel Kesimpulan

Keadaan kawasan terkesan mewah

dan menunjukkan gengsi 0,116 0,195 Tidak Valid

Dengan mengunjungi kawasan

dapat meningkatkan status sosial 0,204 0,195 Valid

(43)

44

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari tabel 3.18, validitas faktor Prstige, dapat diketahui bahwa hanya satu item pertanyaan memenuhi kriteria dimana r hitung > r tabel (0,195). Sedangkan item pertanyaan pertama dinyatakan tidak valid, karena r hitung < r tabel. Maka dari itu, item pertanyaan pertama tidak akan disertakan dalam proses penelitian selanjutnya. Dan hanya satu item pertanyaan yang dapat digunakan dalam proses penelitian selanjutnya.

2. Uji Reabilitas

Menurut Simamora dalam Inayah (2013:68) Reabilitas adalah tingkat keandalan kuisioner. Kuisioner yang reliable adalah kuisioner yang apabila dicobakan berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama. Asumsinya, tidak terdapat perubahan psikologis pada responden. Menurut Sujarweni dalam Agustine (2012:43) uji reabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan. Jika nilai Alpha > 0,06 maka reliable. Dengan rumus sebagai berikut:

r =

[

] [

]

dimana:

r = koefisien reliability instrument (cronbach alfa) k = banyaknya butir pertanyaan

Σ

=

total varians butir

=

total varians

(44)

45

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.19

Case Processing Summary

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 100 100.0

Excludeda 0 .0

Total 100 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Tabel 3.20 Reliability Statistics

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.923 47

Sumber: Pengolahan data peneliti, 2014.

Berdasarkan tabel 3.19, Case Processing Summary pada 47 butir pertanyaan, dapat diketahui bahwa tingkat validitasi seluruh butir pertanyaan adalah 100,0%. Sedangkan pada tabel 3.20, Reability Statistics pada 47 butir pertanyaan, menunjukan bahwa semua pertanyaan tersebut adalah reliabel. Karena nilai

Cronbach Alpha menunjukan lebih dari 0,60 yaitu 0,923.

3. Analisis Faktor

a. Pengertian Analisis Faktor

(45)

46

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Tujuan Analisis Faktor

Tujuan utama analisis faktor adalah untuk menjelaskan struktur hubungan di antara banyak variabel dalam bentuk faktor atau vaiabel laten atau variabel bentukan.

Selain tujuan utama di atas, terdapat tujuan-tujuan lain, yaitu:

1. Tujuan pertama untuk mereduksi sejumlah variabel asal yang jumlahnya banyak menjadi sejumlah variabel baru yang jumlahnya lebih sedikit dari variabel asal, dan variabel baru tersebut dinamakan faktor atau variabel laten atau konstruk atau variabel bentukan.

2. Tujuan kedua adalah untuk mengidentifikasi adanya hubungan antarvariabel penyusun faktor atau dimensi dengan faktor yang terbentuk, dengan menggunakan pengujian koefisien korelasi antarfaktor dengan komponen pembentuknya. Analisis faktor ini disebut analisis faktor kofirmatori.

3. Tujuan ketiga adalah untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen dengan analisis faktor konfirmatori. 4. Tujuan keempat salah satu tujuan analisis faktor adalah

validasi data untuk mengetahui apakah hasil analisis faktor tersebut dapat digeralisasi ke dalam populasinya, sehingga setelah terbentuk faktor, maka peneliti sudah mempunyai suatu hipotesis baru berdasarkan hasil analisis faktor.

c. Kegunaan Analisis Faktor

(46)

47

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menegaskan, walaupun masih berupa dugaan(guess), bahwa beberapa variabel akan termasuk dalam faktor tertentu, sedangkan beberapa variabel lainnya akan termasuk dalam faktor lainnya.”

Maholtra dalam Inayah (2013:69), menjelaskan kegunaan analisis faktor adalah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi dimensi-dimensi atau faktor-faktor yang mendasari yang menerangkan korelasi diantara satu set variabel. 2) Mengidentifikasi suatu variabel atau faktor baru yang lebih kecil,

menetapkan variabel-variabel yang semula berkorelasi dengan Analisis Multivarian atau Analisis Regresi atau Diskriminan. 3) Mengidentifikasi tidak tepat kecil variabel penting dari tidak tepat

besar variabel untuk digunakan dalam Analisis Multivarian selanjutnya.

d. Model Analisis Faktor

Secara matematis, analisis faktor mengekspresikan setiap variabel sebagai kombinasi linear faktor-faktor dasar. Besarnya varians dari sebuah faktor dengan variabel lain yang dimasukkan ke dalam analisis dirujuk sebagai komunalitas. Model faktor dapat disajikan sebagai:

Xi = Ai1F1 + Ai2F2 + Ai3F3+ …. + AinFn + ViUi

Dimana:

Xi = Variabel baku ke-i

e. Langkah-langkah Analisis Faktor

Maholtra dalam Inayah (2013:71) menjelaskan langkah-langkah pengerjaan analisis faktor sebagai berikut:

1) Memformulasikan masalah

(47)

48

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melalui skala tertentu. Untuk pengukuran variabel, harus ditentukan jumlah sampel yang akan diteliti. Jumlah ukuran sampel paling sedikit harus empat atau lima dari jumlah variabel. 2) Membuat matriks korelasi

Agar analisis faktor tepat, variabel-variabel tersebut harus berkorelasi. Untuk menghitungnya digunakan

Kaiser-Meyer-Olkin (KMO). Indeks ini membandingkan besaran korelasi

pasrial. Nilai statistik KMO yang kecil mengindikasikan bahwa korelasi antara pasangan-pasangan variabel tidak dapat dijelaskan oleh variabel lain. Secara umum, nilai yang lebih besar dari 0,5 adalah nilai yang diinginkan.

3) Menentukan model analisis faktor

Pendekatan yang digunakan untuk memperoleh koefisien skor faktor dibedakan menjadi 2, yaitu:

a. Analisis komponen utama

Analisis komponen utama disarankan jika yang menjadi tujuan utama adalah menentukan jumlah minimum faktor yang bertanggung jawab atas varians maksimum dalam data yang akan digunakan analisis multivariat selanjutnya. Dalam analisis ini, seluruh varians dalam data diperhitungkan. b. Analisis faktor biasa

Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi dimensi dasar dan varians biasa. Dalam analisis ini, faktor-faktor diestimasikan hanya berdasarkan varians biasa. Komunalitas disisipkan dalam matriks korelasi pada arah diagonal. Metode ini disebut juga dengan pemfaktoran sumbu utama.

4) Menentukan jumlah faktor

(48)

49

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mempunyai patahan yang jelas antara sudut kemiringan yang curam dari faktor-faktor, dengan nilai eigen yang besar dan suatu penurunan sedikit demi sedikit yang berhubungan dengan faktor lainnya. Penurunan sedikit demi sedikit disebut scree. Titik dimana scree berawal menunjukkan faktor sesungguhnya.

5) Merotasi faktor

Suatu output penting analisis faktor yaitu matriks faktor. Matriks faktor berisi koefisien yang digunakan untuk menyatakan variabel-variabel standarisasi dalam faktor tersebut. Koefisien matriks faktor digunakan untuk menafsirkan faktor.

Dalam merotasi faktor terdapat 2 metode: a. Rotasi ortogonal

Dalam rotasi terdapat metode rotasi yang umum digunakan yaitu prosedur varimax yang digunakan untuk meminimumkan jumlah variabel dengan muatan yang tinggi pada sebuah faktor, sehingga meningkatkan kemampuan tafsir dari faktor tersebut. Rotasi ortogonal menghasilkan faktor-faktor yang tidak berkorelasi.

b. Rotasi oblique

Rotasi oblique digunakan jika faktor-faktor dalam populasi tampak berkorelasi dengan kuat.

6) Menafsirkan hasil

(49)

50

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

label sebagai sebuah faktor yang tidak terdefinisi atau sebuah faktor umum.

7) Menghitung skor

Secara sederhana, sebuah faktor adalah sebuah kombinasi linear variabel-variabel asli. Skor faktor-faktor tersebut untuk faktor ke-i diestimasi sebagai berikut:

Fi = Wi1X1 + Wi2X2 + Wi3X3+ … + WikXk

Dimana:

Fi = estimasi faktor ke-i Wi = bobot skor faktor k = banyaknya variable

Koefisien skor faktor, digunakan untuk mengkombinasikan variabel-variabel standar yang diperoleh dari matriks koefisien skor-skor faktor.

8) Memilih variabel pengganti

(50)

Irma Juni Sudaryanti, 2015

Pelaksanaan pembinaan mental anak tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Anak Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi wisatawan dalam melakukan wisata pusaka di kawasan Braga kota Bandung, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Setelah menganalisis hasil kuisioner yang disebarkan peneliti kepada wisatawan yang mengunjungi kawasan Braga, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi wisatawan dalam melakukan wisata pusaka di kawasan Braga adalah: faktor Marketing, Promotion, Events and Tourist Attraction; faktor

Escape, Relaxation, Interaction and Climate; faktor Wish-fulfilment and Culture;

dan faktor Education and Perceived Authenticity. Keempat faktor baru tersebut adalah hasil analisis dari 17 variabel yang ada. Dari 17 variabel yang disertakan dalam proses analisis, 2 faktor terekstrasi, dan hasilnya menjadi 15 faktor. Dari 15 faktor tersebut, akhirnya menghasilkan 4 faktor baru. Ke-15 variabel tersebut adalah: Escape; Relaxation; Strengthening Family Bonds; Social Interaction;

Romances; Educational Opportunity; Perceived authenticity; Wish-fulfillment;

Location climate; National promotion; Retail advertising; Wholesale marketing;

Special events; Tourist attractions; dan Culture.

Gambar

Grafik 1.1 Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Kota Bandung Tahun 2008 s/d
Tabel 1.1 Daftar Jumlah Bangunan Cagar Budaya di Kota Bandung berdasarkan wilayah.
Tabel 1.2 Reviews wisatawan yang datang ke Braga (tripadvisor.com)
Gambar 3.1 Peta Jalan Braga (Sumber: Google Maps)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Wisatawan nusantara yang berkunjung ke Kawasan Wisata Kandi √ √ √ 4 Tanggapan tamu mengenai destination experience setelah berkunjung ke Kawasan Wisata Kandi Primer

4.4.2 Faktor dominan yang Mempengaruhi Penurunan Intensitas Kunjungan Wisatawan di Daya Tarik Wisata Candidasa .... 96

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN PADA OBYEK WISATA.. KEDUNGOMBO

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Kunjungan Wisatawan Asing terhadap Restoran Khas Sunda di Kawasan Bandung Utara.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tcrnyata hasit tcmuan mcngenai faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi wisatawan untuk berkunjung ke obyek wisala Telaga Sarang&lt;m tahun 200 I ada dua , yaitu

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi karakteristik wisatawan yang melakukan pemesanan akomodasi melalui Online Travel Agents di Kawasan

Keputusan berkunjung wisatawan ke kawasan wisata Ciwidey dan Pangalengan dipengaruhi oleh factor pemilihan perjalanan wisata yang memiliki nilai paling tinggi, kemudian

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa faktor utama yang mempengaruhi minat wisatawan untuk berkunjung ke Candi Borobudur ialah sebanyak 45% disebabkan oleh atraksi