• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN INTENSITAS KUNJUNGAN WISATAWAN DI DAYA TARIK WISATA CANDIDASA, KABUPATEN KARANGASEM, BALI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN INTENSITAS KUNJUNGAN WISATAWAN DI DAYA TARIK WISATA CANDIDASA, KABUPATEN KARANGASEM, BALI."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENURUNAN INTENSITAS KUNJUNGAN

WISATAWAN DI DAYA TARIK WISATA

CANDIDASA, KABUPATEN KARANGASEM, BALI

IDA AYU DYANA PRAWERTI 1112025032

PROGRAM STUDI S1 INDUSTRI PERJALANAN WISATA

FAKULTAS PARIWISATA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

ix

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENURUNAN INTENSITAS KUNJUNGAN

WISATAWAN DI DAYA TARIK WISATA

CANDIDASA, KABUPATEN KARANGASEM, BALI

Laporan Akhir Program ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sajana Pariwisata

IDA AYU DYANA PRAWERTI 1112025032

PROGRAM STUDI S1 INDUSTRI PERJALANAN WISATA

FAKULTAS PARIWISATA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

x

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENURUNAN INTENSITAS KUNJUNGAN

WISATAWAN DI DAYA TARIK WISATA

CANDIDASA, KABUPATEN KARANGASEM, BALI

Nama : Ida Ayu Dyana Prawerti NIM : 1112025032

Skripsi ini telah Lulus dengan predikat CUM LAUDE pada tanggal 13 Januari 2016 di Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.

Luh Gede Leli Kusuma Dewi, S.Psi.,M.Par NIP. 198003102006042002

Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana

(4)

xi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENURUNAN INTENSITAS KUNJUNGAN

WISATAWAN DI DAYA TARIK WISATA

CANDIDASA, KABUPATEN KARANGASEM, BALI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Program Studi S1 Industri

Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana pada tanggal 13

Januari 2016 dan dinyatakan LULUS dengan predikat CUM LAUDE

Tim Penguji,

Ketua : I GPB Sasrawan Mananda, SST.Par.,M.M.,M.Par (……….)

Sekretaris : Luh Gede Leli Kusuma Dewi, S.Psi.,M.Par (……….)

Anggota : 1. Ni Putu Eka Mahadewi, S.E.,Ak.,M.Par (……….)

2. I Made Kusuma Negara, S.E.,M.Par (……….)

3. Drs. I Made Sendra, M.Si (……….)

Mengetahui,

Ketua Program Studi

S1 Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana

(5)

xii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga

penulisan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penurunan

Intensitas Kunjungan Wisatawan di Daya Tarik Wisata Candidasa, Kabupaten

Karangasem, Bali” dapat terselesaikan. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini

adalah persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Pariwisata pada Program Studi S1

Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak baik dalam wujud material maupun

nonmaterial, karena itu dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk

menghaturkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. I Made Sendra,M.Si, selaku Dekan Fakultas Pariwisata

Universitas Udayana dan selaku tim penguji yang telah memberikan

banyak saran dan arahan

2. Bapak I Made Kusuma Negara,SE.,M.Par, selaku Ketua Program Studi S1

Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana dan

selaku tim penguji yang telah memberikan banyak saran dan arahan

3. Bapak I Gusti Putu Bagus Sasrawan Mananda, SST.Par.,M.Par selaku

pembimbing yang telah meluangkan waktunya, memberikan arahan, ilmu,

nasehat dan motivasi selama proses penulisan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan

4. Ibu Luh Gede Leli Kusuma Dewi,S.Psi.,M.Par selaku pembimbing yang

telah meluangkan waktunya, memberikan arahan, ilmu, nasehat dan

motivasi selama proses penulisan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Ibu Ni Putu Eka Mahadewi,SE.,Ak.,M.Par, selaku pembimbing akademik

penulis dan selaku tim penguji yang telah memberikan banyak saran dan

arahan

6. Bapak dan Ibu dosen pengajar Program Studi S1 Industri Perjalanan

Wisata yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu selama

(6)

xiii

7. Staf dan Tata Usaha Fakultas Pariwisata Udayana yang telah memberikan

bantuan kepada penulis selama masa perkuliahan hingga akhir penulisan

skripsi.

8. Orang tua, kakak dan adik atas doa, kesabaran dan motivasi kepada

penulis dari awal hingga akhir penulisan skripsi.

9. Sahabat terkasih, Irena, Bayu, Gembs, Marulina, Nonik, Amie dan Vitha

10.Teman-teman seperjuangan atas kebersamaan dan bantuan yang berarti

bagi penulis.

11.Seluruh informan yang telah bersedia meluangkan waktunya dan

membantu penulis selama proses pengumpulan data.

12.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

atas bantuan dan kerjasamanya.

Penulis menyadari bahwa yang penulis sajikan dalam skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari pembaca guna penyempurnaan laporan ini lebih

lanjut. Semoga laporan ini bermanfaat bagi keberlangsungan pariwisata Indonesia.

Denpasar, 13 Januari 2015

(7)

xiv

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ……….……... iv

HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI ……….……….. v

KATA PENGANTAR ………... vi

DAFTAR ISI ……….……….. viii

DAFTAR TABEL ………..………. x

DATAR LAMPIRAN ………. xi

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ……….…... xii

BAB I PENDAHULUAN 2.1 Penelitian Sebelumnya ………... 12

2.2 Tinjauan Konsep ………..………. 19

2.2.1 Tinjauan Tentang Pariwisata ……….... 19

2.2.2 Tinjauan Tentang Wisatawan……….... 21

2.2.3 Tinjauan Tentang Destination Area Lifecycle …….. 25

2.2.4 Tinjauan Tentang Daya Tarik Wisata ………... 27

2.2.5 Tinjauan Tentang Wisata Bahari ……….. 30

2.2.6 Tinjauan Tentang Komponen Daya Tarik Wisata... 31

2.2.7 Tinjauan Tentang Karakteristik Area Destinasi …... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ……….……. 37

3.2 Definisi Operasional Variabel ……….. 37

3.3 Jenis dan Sumber Data ……….……… 43 4.1 Gambaran Umum Daya Tarik Wisata Candidasa ………… 52

4.1.1 Fasilitas di Daya Tarik Wisata Candidasa …….….. 54

4.1.2 Atraksi Wisata ... 56

(8)

xv

4.3 Analisis Pengujian Instrumen ... 67

4.3.1 Hasil Uji Validitas ... 67

4.3.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 69

4.3.3 Analisis Faktor ... 70

4.4 Pembahasan ... 86

4.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Intensitas Kunjungan Wisatawan di Daya Tarik Wisata Candidasa ... 86

4.4.2 Faktor dominan yang Mempengaruhi Penurunan Intensitas Kunjungan Wisatawan di Daya Tarik Wisata Candidasa ... 91

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 94

5.2 Saran ... 96 DAFTAR PUSTAKA

(9)
(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam

sumberdaya alam dan khasanah budaya yang dapat berpotensi sebagai daya tarik

wisata. Kebijakan pengembangan sektor pariwisata sebagaimana tertuang dalam UU

Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, sejatinya

mengemban misi yang sangat mulia, di antaranyamemperkenalkan dan

mendayagunakan potensi sumber daya alam dan budaya, menjalin dan memupuk

persahabatan antarbangsa, serta meningkatkan devisa dan memperluas kesempatan

kerja. Lebih jauh dinyatakan pula bahwa pembangunan kepariwisataan dilakukan

melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan

keanekaragaman, keunikan dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia

untuk berwisata.

Pulau Bali merupakan salah satu destinasi pariwisata yang sangat popular baik

bagi kalangan wisatawan nusantara maupun mancanegara. Popularitas Bali sebagai

destinasi pariwisata internasional bertumpu pada kebudayaan Bali yang dijiwai oleh

agama Hindu sebagai potensi daya tarik dominan, serta didukung pula oleh potensi

daya tarik wisata alam dan buatan yang cukup beragam. Terkait dengan keberadaan

(11)

2

maka Pulau Bali juga kerap dijuluki sebagai “Pulau Dewata” atau “Pulau Seribu

Pura”. Popularitas Pulau Bali sebagai destinasi wisata dapat dibuktikan melalui

beberapa penghargaan yang telah diraih Pulau Bali, penghargaan yang ke-3 kalinya

tahun 2007, 2009, 2010 yaitu sebagai Pulau Tujuan Wisata Terbaik di Asia Pacific

(Best Island Destination Asia-Pacific in Asia Pacific) pada The Fifth Annual

DestinAsian Readers’ Choice Awards, didaulat sebagai Pulau Terbaik di Asia 2014

versi Majalah Travel+Leisure asal New York, Amerika Serikat (AS) pada November

2014. Pada tahun ini Pulau Bali kembali meraih penghargaan sebagai The Best

Destination, penghargaan kali ini diberikan oleh C-Trip sebuah online marketing

tourism yang berpengaruh di Tiongkok.

Berbagai penghargaan yang telah diraih Bali menunjukkan bahwa Bali masih

digemari oleh wisatawan sebagai destinasi pilihan untuk melakukan kegiatan

pariwisata. Berikut merupakan data Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2014), mengenai

jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara selama periode 2010-2014

rata-rata mengalami pertumbuhan sebesar 16%.

Tabel 1.1

Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Pulau Bali Tahun 2010-2014 Tahun Jumlah Wisatawan (orang) Pertumbuhan (%)

2010 7,139,401 24,1

2011 8,431,700 18,1

2012 8,955,577 6,2

2013 10,255,215 14,5

2014 10,159,098 -14,2

Rata-rata pertumbuhan 16 %

(12)

3

Data pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan

nusantara dan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali selama lima tahun

terakhir cukup berfluktuasi dengan rata-rata pertumbuhan 16%. Tingkat pertumbuhan

kunjungan wisatawan ke Bali tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu mencapai 24,1%

hal ini dipengaruhi oleh mulai tumbuhnya kepercayaan wisatawan terhadap

keamanan Bali pasca tragedi bom Bali satu dan bom Bali dua, terkendalinya

ancaman wabah virus flu burung yang tersebar di Bali serta ajang pemilihan Miss

World, Asia-Pasific Economic Coorperation (APEC), dan World Tourim

Organization (WTO) dan event-event lainnya.

Tingkat pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2012 yakni mencapai 6,2 %.

Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya menurunnya minat

wisatawan Eropa untuk berkunjung ke Bali, bencana alam tsunami Jepang dan

kurangnya promosi yang dilakukan pemerintah Indonesia ke pasar Asia. Dari tabel

diatas juga dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan wisatawan ke Bali mengalami

peningkatan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013, namun mengalami

penurunan sebesar 14,2%, hal ini menunjukkan bahwa Pulau Bali masih menjadi

daerah tujuan wisata yang diminati oleh wisatawan.

Salah satu daya tarik wisata yang cukup menarik dan diminati wisatawan yang

dimiliki Kabupaten Karangasem yaitu Daya Tarik Wisata Candidasa. Berdasarkan

data statistik Dinas Pariwisata Provinsi Bali Daya Tarik Wisata Candidasa termasuk

(13)

4

Tarik Wisata Candidasa terletak di Desa Bugbug, Kecamatan Manggis, Kabupaten

Karangasem. Letaknya berjarak 12 km dari Kota Amlapura dan sekitar 45 km dari

Kota Denpasar.

Daya Tarik Wisata Candidasatergolong daya tarik wisata tirta atau wisata

bahari yang didukung sejumlah fasilitas akomodasi seperti hotel dan restoran.

Jenis-jenis aktivitas wisata dapat dilakukan wisatawan antara lain berenang, bermain kano,

snorkeling, memancing, trekking melalui perbukitan, serta berlayar menyaksikan

keindahan gugusan pulau-pulau kecil yang dapat dijangkau dengan menggunakan

perahu nelayan. Dengan berbagai macam keindahan serta atraksi wisata yang

ditawarkan, hal tersebut menjadikan Daya Tarik Wisata Candidasa sebagai daya tarik

wisata yang cukup popular baik di kalangan wisatawan nusantara maupun

mancanegara. Berikut ini kunjungan wisatawan ke Daya Tarik Wisata Candidasa

dari tahun 2008 sampai tahun 2014 yang tersaji pada Tabel 1.2

Tabel 1.2

Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Daya Tarik Wisata Candidasa

Tahun 2008-2014

Tahun Jumlah Wisatawan (orang) Pertumbuhan (%)

2008 5379 0,07

Rata-rata pertumbuhan -0,50 %

(14)

5

Berdasarkan Tabel 1.2 jumlah wisatawan yang mengunjungi Daya Tarik

Wisata Candidasa mengalami fluktuasi. Selama periode 2008-2014, kunjungan

tertinggi terjadi pada tahun 2010, yakni mencapai 7.473 wisatawan, namun pada

tahun-tahun berikutnya kunjungan wisatawan mengalami penurunan yang cukup

drastis, yakni 1886 wisatawan (tahun 2011), 332 wisatawan (tahun 2012). Pada tahun

2013 kunjungan wisatawan ke Daya Tarik Wisata Candidasa menunjukkan

peningkatan, yakni mencapai 1.667 wisatawan, namun pada tahun berikutnya (2014)

kembali mengalami penurunan, yakni 1.411 wisatawan.Selain itu rata-rata

pertumbuhan kunjungan wisatawan di Daya Tarik Wisata Candidasa selama tujuh

tahun terakhir hanya mencapai -0,50%.

Menurut Butler dalam Pitana (2005) terdapat 7 (tujuh) fase pengembangan

pariwisata atau siklus hidup pariwisata (Destination Area Lifecycle) yaitu

exploration, involvement, development, consolidation, stagnation, decline, dan

rejuvenation. Saat ini siklus hidup pariwisata Daya Tarik Wisata Candidasa berada

pada fasedecline. Fase decline merupakan fase dimana kondisi suatu daya tarik wisata

mengalami penurunan. Pada fase ini wisatawan sudah mulai beralih ke destinasi

wisata baru atau pesaing dan yang tinggal hanya “sisa-sisa”, khususnya wisatawan

yang hanya berakhir pekan. Beralihnya wisatawan ke destinasi pesaing dapat dilihat

berdasarkan perbandingan jumlah kunjungan wisatawan dan pendapatan retribusi

pada 4 (empat) daya tarik wisata tirta atau wisata bahari yang ada di Kabupaten

(15)

6

Tabel 1.3

Jumlah Kunjungan Wisatawan dan Pendapatan Retribusi Daya Tarik Wisata Bahari di Kabupaten Karangasem Tahun 2013-2014

Daya Tarik Wisata

Tahun 2013 Tahun 2014

Jumlah

Padangbai 7.317 106.650.000 16.883 87.840.000

Candidasa 1.667 17.460.000 1411 20.160.000

Jemeluk 9.920 59.370.000 8640 68.370.000

Tulamben 73.135 486.340.000 77.832 541.325.000

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karangasem, 2014

Berdasarkan Tabel 1.3 diketahui bahwa pada kurun waktu dua tahun terakhir

bila dibandingkan dengan Padangbai, Jemeluk, Tulamben, jumlah kunjungan

wisatawan di Daya Tarik Wisata Candidasa merupakan yang paling rendah begitu

juga dengan pendapatan restribusi masing-masing daya tarik wisata, Candidasa

berada pada posisi paling rendah.

Berdasarkan tingkat hunian kamar pada tahun 2010, dibandingkan dengan

destinasi baru yaitu Pantai Amed, tingkat hunian kamar di Daya Tarik Wisata

Candidasa tidak mencapai 40%, sedangkan Pantai Amed dengan pertumbuhan

kunjungan 100% tingkat hunian kamar juga mencapai 100%. Hal ini menunjukkan

bahwa wisatawan mulai beralih ke destinasi lain yang baru.

Pada fase inijuga banyak fasilitas pariwisata sudah beralih atau dialihkan

fungsinya untuk kegiatan non-pariwisata, sehingga destinasi semakin tidak menarik

bagi wisatawan. Berdasarkan hasil observasi terdapat 4 (empat) buah penginapan

(16)

7

Barata, Segarawangi, Ayodya dan Ratna, beberapa juga restoran sudah tidak

beroperasi lagi.

Penurunan intensitas wisatadi Daya Tarik Wisata Candidasadirasakan

olehpara pelaku wisata yang ada di Daya Tarik Wisata Candidasa. seperti penyedia

jasa penginapan home stay dan hotel di sekitar Daya Tarik Wisata Candidasa

menuturkan bahwa beberapa tahun terakhir tingkat hunian kamar mulai mengalami

penurunan. Selain itu penurunan kunjungan wisatawan juga dirasakan oleh pedagang

yang sehari-hari berjualan di artshop sekitar Daya Tarik Wisata Candidasa dan

kios-kios sepanjang pantai. Pedagang mengeluhkan bahwa pendapatan yang diperoleh dari

hasil penjualan tidak menentu, bahkan saat ini cenderung menurun. Wisatawan yang

datang untuk berjemur atau yang ingin melakukan aktivitas wisata lainnya di sekitar

pantai sudah jarang. Senada dengan pendapat salah satu Anggota Perhimpunan Hotel

dan Restoran Indonesia (PHRI) Karangasem yang dilansir oleh rri.co.id yaitu juga

membenarkan terkait kunjungan wisatawan yang sepi ke Karangasem, utamanya ke

Daya Tarik Wisata Candidasa. Bisnis wisata yang ada di Candidasa sudah mulai lesu,

seperti tingkat hunian hotel yang terus menurun secara drastis banyak restoran yang

tidak beroperasi.

Berdasarkan latarbelakang tersebut maka merupakan suatu fenomena yang

menarik dan relevan untuk dikaji yaitu “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Penurunan IntensitasKunjungan Wisatawan di Daya Tarik Wisata Candidasa,

(17)

8

sumbangsih pemikiran kepada para pemangku kepentingan pariwisata yang terkait

dalam pengembangan Daya Tarik Wisata Candidasa dalam meningkatkan

intensitaskunjungan wisatawan Daya Tarik Wisata Candidasa, Kabupaten

Karangasem, Bali

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini

lebih diarahkan pada Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penurunan

IntensitasKunjungan Wisatawan di Daya Tarik Wisata Candidasa, Kabupaten

Karangasem, Bali. Permasalahan tersebut akan dicoba dipahami dengan menjawab

pertanyaan penelitian yang diformulasikan sebagai berikut.

1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penurunan

intensitaskunjungan wisatawan Daya Tarik Wisata Candidasa,

Kabupaten Karangasem, Bali ?

2. Faktor apakah yang dominan mempengaruhi penurunan intensitas

kunjungan wisatawan di Daya Tarik Wisata Candidasa, Kabupaten

Karangasem, Bali?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai

(18)

9

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

penurunan intensitas kunjungan wisatawan di Daya Tarik Wisata

Candidasa, Kabupaten Karangasem, Bali.

2. Untuk mengetahui faktor apa yang dominan mempengaruhi penurunan

intensitas kunjungan wisatawan di Daya Tarik Wisata Candidasa,

Kabupaten Karangasem, Bali.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

seperti :

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah keilmuwan di

bidang pariwisata, khususnya dibidang industri perjalanan wisata

terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan

intensitasdaya tarik wisata. Disamping itu, penelitian ini juga

diharapkan dapat memberi inspirasi bagi para peneliti lainnya yang

memfokuskan perhatiannya pada faktor-faktor yang mempengaruhi

penurunan intensitaskunjungan wisatawan pada suatu daya tarik

wisata.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi dan

(19)

10

memformulasikan kebijakan pembangunan dalam sektor

kepariwisataan.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari penelitian ini akan disusun dalam 5 bab dan

masing-masing akan diuraikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab I ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab II akan dijelaskan mengenai tinjauan konsep yang

digunakan sebagai landasan dalam membahas permasalahan yang

mencakup penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini

dan deskripsi konsep yang mendukung penelitian ini. Adapun

deskripsi konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah tinjauan

tentang pariwisata,wisatawan,wisata bahari, komponen daya tarik

wisata dan tinjauan tentang karakteristik area destinasi.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab III akan dijelaskan mengenai lokasi penelitian, definisi

operasioal variabel (DOV), jenis dan sumber data, teknik

pengumpulan data, teknik penentuan sampeldan teknik analisis data

(20)

11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab IV akan dijelaskan mengenai hasil penelitian yang

dilakukan dan pembahasan pokok permasalahan. Didalamnya

mencakup, gambaran umum lokasi penelitian, fasilitas di Daya Tarik

Wisata Candidasa, atraksi wisata, karakteristik wisatawandan analisis

faktor yang mempengaruhi penurunan intensitas kunjungan wisatawan

di Daya Tarik Wisata Candidasa, Kabupaten Karangasem, Bali.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab V akan dijelaskan mengenai simpulan hasil dari penelitian

yang telah dilakukan dan saran-saran dari hasil simpulan yang

(21)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sebelumnya

Penelitian tentang faktor–faktor yang mempengaruhi penurunan intensitas

kunjungan wisatawan di suatu daya tarik wisata belakangan ini sudah dilakukan

oleh para peneliti yang mencermati hal-hal yang layak diteliti. Beberapa penelitian

yang dilakukan dapat memberikan sumbangan pemikiran secara ilmiah untuk

menunjang bidang kepariwisataan dan keilmuan. Aspek yang diteliti juga

mencerminkan hal-hal yang bervariasi atau melihat permasalahan dari berbagai

sudut pandang. Beberapa hasil penelitian yang ditemukan dalam tinjauan pustaka

ini dijadikan acuan atau referensi yang relevan dalam penelitian ini.

Penelitian pertama dengan judul “Recognition and Prioritization of Internal

and External Factors Affecting Development Strategies of Iran Tourism” oleh

Ramin Asadi (2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai faktor

yang mempengaruhi industri pariwisata. Penelitian ini menggunakan studi

literatur dan Delphi Model serta informasi pariwisata lainnya, faktor internal dan

faktor eksternal yang mempengaruhi industri pariwisata di Iran dan penerapan

Expert Choice Software dan matriks perbandingan, pembobotan dimensi, kriteria

dan sub-kriteria yang dikalkulasikan. Total jumlah sample adalah 278 dengan

menggunakan metode sampling dan teknis yang dipilih dari setiap negaranya.

Didapatkan hasil bahwa perkembangan industri pariwisata di Iran dipengaruhi

(22)

13

mempengaruhi perkembangan industri antara lain, faktor politik, faktor ekonomi,

faktor kompetitif dan faktor geografis. Faktor internal yang mempengaruhi

industri pariwisata Iran diantaranya adalah favorability, faktor hukum dan negara.

Favorability yang dimaksud disini adalah dalam hal produk khas yang biasa

dijadikan sebagai buah tangan wisatawan untuk dibawa kembali ke negara asal

dan juga atraksi atau pameran-pameran khas Iran yang bisa menarik wisatawan

untuk datang kembali ke Iran untuk melihat pertunjukkan tersebut. Iran juga

memiliki citra yang kurang baik di mata wisatawan dari beberapa negara yang

menyebabkan pariwisata di Iran kurang berkembang. Dalam penelitian

sebelumnya terdapat kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

yaitu menggunakan variabel yang sama. Perbedaan terletak pada jumlah sample

dan teknik penentuan sampel, dalam penelitian sebelumnya menggunakan

sebanyak 278 dengan metode sampling sedangkan sampel peneliti sebanyak 100

dengan metode accidental sampling.

Penelitian kedua dengan judul “Factors Affecting the Selection of Tour

Destination in Bangladesh” oleh Feroz Ahmed (2010). Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi wisatawan untuk memilih tujuan

wisata di Bangladesh. Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui

wawancara dan kuesioner terstruktur dari 146 wisatawan. Teknik analisis data

yang digunakan adalah model regresi berganda. Terdapat 9 (sembilan) variabel

yang berhubungan menjadi fokus penelitian seperti pelayanan, keindahan alam,

tujuan terkenal, penginapan yang nyaman, petualangan, keamanan, efektif dan

(23)

14

Hasil regresi menunjukkan bahwa pelayanan, keindahan alam, keamanan dan

fasilitas belanja secara signifikan menunjukkan 24,6% dari variasi dalam

menjelaskan faktor yang mempengaruhi wisatawan untuk memilih tujuan wisata

di Bangladesh. Dalam penelitian sebelumnya terdapat kesamaan dengan penelitian

peneliti yaitu menggunakan variabel pelayanan dan keamanan. Perbedaan terletak

pada teknik analisis data, dalam penelitian sebelumnya menggunakan analisis

regresi linier berganda, sedangkan analisis yang digunakan peneliti adalah analisis

faktor.

Penelitian ketiga dengan judul “Factors Determining Tourists Destinations

in Africa” oleh Kareem Olayinka Idowu dan Ajide Kazeem Bello (2011).

Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang menentukan pemilihan

destinasi wisata di Africa. Penelitian ini menggunakan Metode Generalized of

Moments. Hasil penelitian ini menunjukkan, faktor seperti ketidakstabilan politik,

tingkat kejahatan seperti pendapatan dunia bukan penentu utama dari kunjungan

wisatawan ke Africa, namun pengalaman masa lalu dari wisatawan, infrastruktur,

telekomunikasi, nilai tukar mata uang adalah penentu utama. Dalam penelitian

sebelumnya terdapat kesamaan dengan penelitian penulis yaitu terdapat beberapa

kesamaan variabel yang digunakan. Perbedaan terletak pada teknik analisis data,

dalam penelitian sebelumnya menggunakan analisis faktor Metode Generalizedof

Moments sedangkan penelitian yang dilakukan penulis menggunakan analisis

faktor.

Penelitian keempat dengan judul “Studi Menurunnya Jumlah Wisatawan

(24)

15

Edy Haryono, Zulkarnai (2011). Fokus penelitian ini pada daya tarik wisata,

aksesibilitas, ketersediaan fasilitas, keadaan keamanan, serta promosi. Penelitian

ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Populasi penelitian yaitu

wisatawan yang berkunjung di Taman Bumi Kedaton, dengan menggunakan

teknik quota sampling sebanyak 60 responden. Pengumpulan data dengan teknik

observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Berdasarkan pembahasan hasil

penelitian, dapat disimpulkan bahwa: (1) Keadaan objek wisata Taman Bumi

Kedaton cukup menarik, sehingga tidak menjadi penyebab menurunnya jumlah

wisatawan yang berkunjung (2) Aksesibilitas untuk mencapai Taman Bumi

Kedaton menjadi penyebab menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung. (3)

Ketersediaan fasilitas di objek wisata Taman Bumi Kedaton kurang sesuai dengan

kebutuhan wisatawan menjadi penyebab menurunnya jumlah wisatawan yang

berkunjung. (4) Keadaan keamanan di Tamana Bumi Kedaton cukup aman tidak

menjadi penyebab menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung. (5) Promosi

Taman Bumi Kedaton kurang baik sehingga menjadi penyebab menurunnya

jumlah wisatawan yang berkunjung. Dalam penelitian sebelumnya terdapat

kesamaan dengan penelitian peneliti yaitu menggunakan variabel yang sama,

sedangkan perbedaan terletak pada teknik analisis data, dalam penelitian

sebelumnya menggunakan model Struges, sedangkan analisis yang digunakan

peneliti adalah analisis faktor.

Penelitian kelima dengan judul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Memudarnya Intensitas Pertunjukan Tarian Calon Arang Di Daya Tarik Wisata

(25)

16

Wijaya (2010). Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif

kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,

wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Beberapa faktor yang menyebabkan

memudarnya tarian calon arang di daya tarik wisata Pura Taman Ayun saat ini

adalah 1) ketidakseriusan pihak pengelola (Puri Mengwi), (2) motivasi diri yang

kurang, (3) perubahan mata pencaharian, (4) tidak adanya kegiatan promosi,

sedangkan faktor eksternal terdiri dari ; (1) ketergantungan kepada Travel Agent,

(2) terjadinya bom Bali I, (3) berkurangnya minat wisatawan, (4) banyaknya

saingan. Dalam penelitian sebelumnya terdapat kesamaan dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan teknik pengumpulan data yang sama

yaitu observasi dan wawancara, perbedaannya terletak pada lokasi penelitian dan

teknik analisis data penelitian sebelumnya menggunakan analisis deskriptif

kualitatif sedangkan peneliti menggunakan analisis deskriptif kuantitatif.

Penelitian keenam dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan Di Pantai Cahaya, Weleri, Kabupaten

Kendal” oleh Muhammad Akrom Khasani (2014). Berdasarkan hasil analisis

diketahui bahwa pendapatan dan fasilitas berpengaruh positif terhadap jumlah

kunjungan wisatawan Pantai Cahaya, sedangkan biaya perjalanan, biaya

perjalanan ke obyek wisata lain dan lama perjalanan tidak berpengaruh terhadap

jumlah kunjungan wisatawan Pantai Cahaya. Sampel yang digunakan pada

penelitian ini sebanyak 100 orang wisatawan yang berkunjung ke Pantai Cahaya

dengan menggunakan teknik accidental sampling. Data yang digunakan adalah

(26)

17

linier berganda. Dalam penelitian sebelumnya terdapat kesamaan dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu variabel fasilitas, jumlah sampel, dan

teknik penentuan sampel, perbedaan penelitian terletak pada teknik analisis data

dalam penelitian sebelumnya menggunakan teknik analisis regresi linier berganda,

sedangkan analisis yang digunakan peneliti menggunakan analisis faktor.

Penelitian ketujuh dengan judul “Faktor Yang Mempengaruhi Penurunan

Jumlah Kunjungan Wisatawan Di Bagus Agro Pelaga Desa Pelaga, Kecamatan

Petang, Kabupaten Badung” oleh Ni Wayan Wahyu Astuti (2008). Berdasarkan

hasil penelitian menyatakan bahwa secara keseluruhan dimensi pelayanan yang

dituangkan pada faktor produk, harga, orang, tempat, proses, fisik dan promosi

merupakan faktor utama yang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

kepuasan pelayanan yang diberikan di Bagus Agro Pelaga dan akan berimplikasi

kepada jumlah kunjungan yang mengalami penurunan sesuai dengan tingkat

kepuasan pelayanan yang diperoleh wisatawan selama berkunjung ke Bagus Agro

Pelaga. Dalam penelitian sebelumnya terdapat kesamaan dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti yaitu faktor harga dan faktor promosi. Perbedaan

penelitian terletak pada teknik analisis data dalam penelitian sebelumnya

menggunakan teknik analisis regresi linier berganda, sedangkan analisis yang

digunakan peneliti menggunakan analisis faktor.

Penelitian kedelapan dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Daya Tarik

Wisata Bali dan Implikasinya Terhadap Perencanaan Pariwisata Daerah Bali” oleh

I Made Suradnya (2015). Penelitian kebijakan ini bertujuan untuk

(27)

18

mancanegara mengunjungi daerah tujuan wisata Bali dan membahas implikasi

faktor-faktor dimaksud terhadap perencanaan pariwisata Bali. Penelitian ini

melibatkan 505 orang responden yang berasal dari negara-negara sumber utama

wisatawan. Para wisatawan tersebut dipilih secara acak ketika mereka sedang

berada diruang tunggu keberangkatan di Bandara Ngurah Rai Bali setelah

melakukan kunjungan di Bali selama musim ramai dan musim sepi kunjungan

tahun 2005. Dengan menggunakan teknik analisis faktor (factor analysis) berhasil

diidentifikasikan 8 faktor daya tarik bagi wisatawan mancanegara untuk

berkunjung ke Bali, yakni : (1) harga-harga produk wisata yang wajar, (2) budaya

dalam berbagai bentuk manifestasinya, (3) pantai dengan segala daya tariknya, (4)

kenyamanan berwisata, (5) kesempatan luas untuk relaksasi, (6) Citra (image)

atau nama besar Bali, (7) keindahan alam, (8) keramahan penduduk setempat.

Dalam penelitian sebelumnya terdapat kesamaan yang terletak pada variabel

penelitian dan teknik analisis data yaitu sama-sama menggunakan analisis faktor.

Perbedaan penelitian terletak pada jumlah sampel yang digunakan dan lokasi

penelitian.

Penelitian kesembilan dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Kunjungan Wisatawan di Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP)” oleh Epy

Syahadat (2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pelayanan, faktor

sarana prasarana, faktor obyek dan daya tarik wisata alam, dan faktor keamanan

secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh terhadap jumlah

pengunjung akan tetapi tidak secara nyata (tidak signifikan). Faktor keamanan

(28)

19

pengunjung di Taman Nasional Gede Pangrango. Dalam penelitian sebelumnya

terdapat kesamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu menggunakan

variabel keamanan dan teknik penentuan sampel yang digunakan accidental

sampling. Perbedaan terletak pada teknik analisis data, dalam penelitian

sebelumnya menggunakan analisis regresi linier berganda, sedangkan analisis

yang digunakan peneliti adalah analisis faktor.

2.2 Tinjauan Konsep

2.2.1 Tinjauan Tentang Pariwisata

Secara etimologi, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang

terdiri atas dua kata yaitu pari dan wisata. Pari berarti “banyak” atau

“berkeliling”, sedangkan wisata berarti “pergi” atau “bepergian”. Atas dasar itu,

maka kata pariwisata seharusnya diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan

berkali-kali atau berputar-putar, dari suatu tempat ke tempat lain, yang dalam

bahasa Inggris disebut dengan kata “tour”, sedangkan untuk pengertian jamak,

kata “Kepariwisataan” dapat digunakan kata “tourisme” atau “tourism” (Yoeti,

1996).

Wahab (dalam Yoeti 1990), mendefinisikan pariwisata sebagai anatomi dari

gejala-gejala yang terjadi dari tiga unsur berikut : (a) Manusia (man) yaitu orang

yang melakukan perjalanan wisata; (b) ruang (space) yaitu ruang lingkup atau

tempat melakukan perjalanan wisata; (c) serta waktu (time) yaitu waktu yang

digunakan selama perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata.

Sementara Marpaung (2002) mendefinisikan pariwisata sebagai :

(29)

20

keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktivitas

dilakukan selama mereka tinggal di tempat yang dituju dan fasilitas dibuat untuk

memenuhi kebutuhan mereka. Menurut Pendit (2002), pariwisata adalah

kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat

tujuan diluar tempat tinggal dan bekerja sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan

mereka selama berada di tempat tujuan tersebut, termasuk kunjungan seharian

atau darmawisata. Pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang, dan

jasa, yang sangat kompleks. Hal ini terkait erat dengan organisasi,

hubungan-hubungan kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan

layanan, dan sebagainya. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10

Tahun 2009 tentang kepariwisataan, disebutkan bahwa pariwisata adalah segala

sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya

tarik wisata, sera usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut.

Pemberian batasan tentang pariwisata, memang sering tidak dapat

menghasilkan satu batasan yang memuaskan untuk berbagai kepentingan.

Meskipun berbeda dalam hal penekanan dan bervariasi batasan baik secara

konseptual maupun teknis, selalu mengandung beberapa faktor penting yang mau

tidak mau harus ada dalam batasan suatu definisi pariwisata, seperti yang

dikemukakan oleh Yoeti (1996) sebagai berikut :

1. Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu.

2. Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ke tempat lainnya.

3. Perjalanan itu walaupun apa bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan

(30)

21

4. Orang yang melakukan perjalanan tersebut, tidak mencari nafkah

ditempat yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di

tempat tersebut.

Dalam kesimpulannya pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala)

dan hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan

manusia di luar tempat tinggalnya. Dengan maksud bukan untuk tinggal menetap

dan tidak berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah.

2.2.2 Tinjauan Tentang Wisatawan

Orang yang melakukan perjalanan wisata disebut wisatawan atau tourist.

Batasan terhadap wisatawan juga sangat bervariasi, mulai dari yang umum sampai

dengan yang sangat spesifik. Menurut Soekadijo (2000) wisatawan adalah orang

yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat

yang didatanginya, atau hanya untuk sementara waktu tinggal di tempat yang

didatanginya.

Menurut United Nation Conference on Travel and Tourism (WTO) dalam

Pitana dan Gayatri (2005) yaitu “setiap orang yang mengunjungi negara yang

bukan merupakan tempat tinggalnya untuk berbagai tujuan, tetapi bukan untuk

mencari pekerjaan atau penghidupan dari negara yang dikunjungi”. Batasan ini

hanya berlaku untuk wisatawan domestik dengan membagi negara atas daerah.

World Tourism Organization (WTO) dalam Eridiana (2008) mendefinisikan

wisatawan sebagai berikut: Seseorang dikatakan sebagai tourist apabila dari

visitor yang menghabiskan waktu paling tidak satu malam (24) jam di daerah

(31)

22

perjalanan ke daerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya kurang dari 12

bulan dan tujuan perjalanan bukan untuk terlibat dalam kegiatan untuk mencari

nafkah, pendapatan atau penghidupan di tempat tujuan.

Wisatawan diartikan sebagai seseorang, tanpa membedakan ras, kelamin,

bahasa, dan agama yang memasuki wilayah suatu negara yang mengadakan

perjanjian yang lain daripada negara di mana orang itu biasanya tinggal dan

berada di situ tidak kurang dari 24 jam dan tidak lebih dari enam (6) bulan, di

dalam jangka waktu 12 bulan berturut-turut, untuk tujuan non imigrasi yang legal,

seperti : perjalanan wisata, rekreasi, olah raga, kesehatan, alasan keluarga, studi,

ibadah keagamaan, atau urusan usaha (business). Ciri seseorang dapat disebut

sebagai wisatawan : (1) Perjalanan itu dilakukan lebih dari 24 jam, (2) Perjalanan

itu dilakukannya untuk sementara waktu, (3) Orang yang melakukannya tidak

mencari nafkah di tempat atau negara yang dikunjungi (Yoeti, 1983)

Menurut Dama Adhyatma (dalam Suwena 2010) penjelasan mengenai

beberapa jenis wisatawan seperti berikut ini :

1. Family

Family tourist atau wisatawan keluarga dapat terbagi atas keluarga

kecil yang terdiri dari orang tua dan anak, maupun keluarga besar

yang terdiri dari orang tua, anak, paman, bibi, kakek, nenek, dan yang

lainnya. Wisataan ini umumnya melakukan perjalanan pada waktu

liburan sehingga mereka benar-benar ingin menikmati liburannya itu

(32)

23

2. Hedonistic

Hedonistic adalah tourist yang menginginkan kebebasan, kebebasan

yang tidak bisa mereka dapatkan di negara asalnya, misalnya drugs,

sex, drunk, dan sebagainya. Tourist jenis ini umumnya dari kalangan

berusia muda dan menyukai kehidupan malam.

3. Backpacker

Backpacker adalah jenis tourist yang melakukan aktivitas pariwisata

dengan dana terbatas. Oleh karena itu, tourist ini adalah biasanya

menggendong tas ransel di pungungnya.

4. Visiting Friends and Relations

Visiting friends and relatives adalah jenis tourist yang mempunyai

tujuan tertentu, yaitu mengunjungi teman maupun kerabatnya sendiri,

mulai dari tempat tinggal, makan hingga transportasi.

5. Excursionist

Excursionist adalah tourist yang mengunjungi suatu tempat dalam

waktu yang kurang dari 24 jam. Yang termasuk jenis tourist jenis ini,

penumpang kapal pesiar yang singgah ke suatu daerah.

6. Educational Tourist

Educational Tourist yang melakukan perjalanan dengan tujuan

pendidikan, misalnya untuk belajar maupun studi banding di suatu

(33)

24

7. Religious Tourist

Religious Tourist adalah tourist yang melakukan perjalanan suci ke

tempat-tempat yang berhubungan dengn agama, misalnya keiatan naik

haji, tirta yatra dan lain sebagainya.

8. Snowbird

Snowbird adalah jenis tourist dari negara yang bermusim dingin yang

melakukan perjalanan kedaerah-daerah tropis.

9. Social Tourist

Social tourist adalah jenis tourist yang melakukan perjalanan bukan

untuk berlibur, melainkan mencari sponsor di suatu negara.

10.Short break market

Short break market adalah jenis tourist yang mengunjungi suatu

daerah kurun waktu satu sampai tiga hari. Biasanya tourist ini

mengunjungi ke satu negara dengan banyak daerah wisata.

2.2.3 Tinjauan Tentang Destination Area Lifecycle

Menurut Butler dalam Pitana (2005) terdapat 7 (tujuh) fase pengembangan

pariwisata atau siklus hidup pariwisata (Destination Area Lifecycle), antara lain :

1. Fase exploration (eksplorasi/penemuan)

Pada fase ini daerah pariwisata baru mulai ditemukan, dan dikunjungi

secara terbatas dan sporadis, khususnya bagi wisatawan petualang.

Pada tahap ini terjadi kontak yang tinggi antara wisatawan dengan

(34)

25

tersedia, karena jumlah yang terbatas dan frekuensi yang jarang, maka

dampak sosial budaya ekonomi pada tahap ini masih sangat kecil.

2. Fase involvement (keterlibatan)

Pada fase ini dengan meningkatnya jumlah kunjungan, maka sebagian

masyarakat lokal mulai menyediakan berbagai fasilitas yang memang

khusus diperuntukan bagi wisatawan. Kontak antara wisatawan

dengan masyarakat dengan masyarakat lokal masih tinggi, dan

masyarakat mulai 16 mengubah pola-pola sosial yang ada untuk

merespon perubahan ekonomi yang terjadi. Pada fase ini merupakan

mulainya suatu daerah menjadi suatu destinasi wisata, yang ditandai

oleh mulai adanya promosi.

3. Fase development (pembangunan).

Pada fase ini investasi dari luar mulai masuk, serta mulai munculnya

pasar wisata secara sistematis. Daerah semakin terbuka secara fisik,

dan promosi semakin intensif, fasilitas lokal sudah tesisih atau

digantikan oleh fasilitas yang benar-benar berstandar internasional dan

atraksi buatan sudah mulai dikembangkan, menambahkan atraksi yang

asli alami. Berbagai barang dan jasa impor termasuk tenaga kerja

asing untuk mendukung perkembangan pariwisata yang pesat.

4. Fase consolidation (konsolidasi)

Pada fase ini pariwisata sudah dominan dalam struktur ekonomi

daerah, dan dominasi ekonomi ini dipegang oleh jaringan

(35)

26

wisatawan masih naik, tetapi pada tingkat yang lebih rendah.

Pemasaran semakin gencar dan diperluas untuk mengisi fasilitas yang

sudah dibangun. Fasilitas lama sudah mulai ditinggalkan.

5. Fase stagnation (kestabilan).

Pada fase ini kapasitas berbagai faktor sudah terlampaui (diatas daya

dukung carrying capasity), sehingga menimbulkan masalah ekonomi,

sosial dan lingkungan. Kalangan industri sudah mulai bekerja keras

untuk memenuhi kapasitas dari fasilitas yang dimiliki, khususnya

dengan mengharapkan repeater guest dan wisata konvensi/bisnis.

Pada fase ini, atraksi buatan sudah mendominasi atraksi asli alami

(baik budaya maupun alam), citra awal sudah mulai luntur, dan

destinasi sudah tidak lagi populer.

6. Fase decline (penurunan).

Pada fase ini wisatawan sudah mulai beralih ke destinasi wisata baru

atau pesaing, dan yang tinggal hanya ’sisa-sisa’, khususnya wisatawan

yang hanya berakhir pekan. Banyak fasilitas pariwisata sudah beralih

atau dialihkan fungsinya untuk kegiatan non-pariwisata, sehingga

destinasi semakin tidak menarik bagi wisatawan. Partisipasi lokal

mungkin meningkat lagi, terkait dengan harga yang merosot turun

dengan melemahnya pasar. Destinasi bisa berkembang menjadi

destinasi kelas rendah atau secara total kehilangan jati diri sebagai

(36)

27

7. Fase rejuvenation (peremajaan)

Pada fase ini perubahan secara dramatis bisa terjadi (sebagai hasil dari

berbagai usaha dari berbagai pihak), menuju perbaikan atau

peremajaan. Peremajaan ini bisa terjadi karena inovasi dan

pengembangan produk baru, atau menggali atau memanfaatkan

sumber daya alam dan budaya yang sebelumnya.

2.2.4 Tinjauan Tentang Daya Tarik Wisata

Daya Tarik Wisata sejatinya merupakan kata lain dari obyek wisata namun

sesuai peraturan pemerintah Indonesia tahun 2009 kata obyek wisata sudah tidak

relevan lagi untuk menyebutkan suatu daerah tujuan wisatawan maka

digunakanlah kata “Daya Tarik Wisata” maka untuk mengetahui makna dari daya

tarik wisata di bawah ini adalah beberapa pengertian mengenai Daya Tarik Wisata

menurut beberapa ahli :

1. Dalam Undang-Undang nomor 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan,

disebutkan bahwa daya tarik wisata adalah suatu yang menjadi sasaran

wisata, yang terdiri dari beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

a. Daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang terdiri

dari keadaan alam, flora dan fauna

b. Daya tarik wisata hasil karya manusia yang terdiri dari museum,

peninggalan sejarah, seni dan budaya, wisata agro, wisata buru,

wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan kompleks hiburan

c. Daya tarik wisata minat khusus, merupakan suatu hal yang

(37)

28

seperti berburu, mendaki gunung, menyusuri gua, industri dan

kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat

ibadah, tempat ziarah dan lain-lainnya.

2. Berdasarkan Undang-Undang No. 10 tahun 2009, Daya Tarik Wisata

dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan,

kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,

budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau

kunjungan wisatawan.

3. Daya tarik atau atraksi wisata menurut Yoeti (2002) adalah segala

sesuatu yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu

daerah tujuan wisata seperti; (a) Atraksi alam: pemandangan,

pemandangan laut, pantai, cuaca dan keadaan geografis destinasi

tersebut (Natural attraction: landscape, seascape, beaches, climate

and other geographic al features of the destinations), (b) Atraksi

budaya: sejarah dan folklore, agama, kesenian dan kegiatan khusus,

festival (Cultural attraction: history and folklore, religion, art and

special events, festivals), (c) Atraksi sosial: tradisi (cara hidup),

populasi penduduk, bahasa, kesempatan berbaur dalam kehidupan

sosial (Social attractions: the way of life, the resident populations,

languages, opportunities for social encounters), (d) Aktraksi buatan:

gedung bersejarah dan arsitektur modern, monumen, taman, kebun,

pelabuhan dan sebagainya (Built attraction: building, historic, and

(38)

29

4. Menurut Pendit (1994) mendefiniskan daya tarik wisata sebagai segala

sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat

Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka daya tarik wisata

harus dirancang dan dibangun dan dikelola secara propesional sehingga menarik

wisatawan untuk datang. Membangun suatu wisata harus dirancang sedemikian

rupa berdasarkan kriteria tertentu. Umumnya daya tarik wisata berdasarkan pada :

1. Adanya sumber daya yang dijadikan obyek wisata

2. Adanya aksesibilitas menuju kawasan wisata

3. Adanya ciri khusus

4. Adanya sarana telekomunikasi, listrik, jalan, jembatan dan keamanan,

5. Wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam

pegunungan pantai dan lain – lain

6. Wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai

khusus dalam bentuk atraksi dan lainnya

2.2.5 Tinjauan Tentang Wisata Bahari

Menurut Pendit (2003) menyatakan bahwa wisata bahari merupakan jenis

wisata yang dikaitkan dengan kegiatan olah raga air lebih-lebih di danau,

bengawan, pantai, teluk atau lautan lepas seperti memancing, berlayar, menyelam

sambil melakukan pemotretan, kompetisi selancar, mendayung dan sebagainya.

Wisata bahari menurut Ardika (2000) adalah wisata dan lingkungan yang

berdasarkan daya tarik wisata kawasan yang didominasi perairan dan kelautan.

(39)

30

keunikan daya tarik wisata alam di wilayah pesisir dan laut dekat pantai serta

kegiatan rekreasi lain yang menunjang.

Wisata bahari adalah kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi alam

bahari sebagai daya tarik wisata maupun wadah kegiatan wisata baik yang

dilakukan diatas permukaan di wilayah laut yang tidak dapat dipisahkan dari

keberadaan ekosistemnya yang kaya akan keanekaragaman jenis biota laut.

Wisata bahari dengan kesan penuh makna bukan semata-mata memperoleh

hiburan dari berbagai suguhan atraksi dan suguhan alami lingkungan pesisir dan

lautan tetapi juga diharapkan wisatawan dapat berpartisipasi langsung untuk

mengembangkan konservasi lingkungan sekaligus pemahaman yang mendalam

tentang seluk beluk ekosistem pesisir sehingga membentuk kesadaran bagaimana

harus bersikap untuk melestarikan wilayah pesisir dan dimasa kini dan masa yang

akan datang. Jenis wisata yang memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan secara

langsung maupun tidak langsung. Kegiatan langsung diantaranya berperahu,

berenang, snorkeling, diving, pancing. Kegiatan tidak langsung seperti kegiatan

olahraga pantai, piknik menikmati atmosfir laut.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa wisata bahari

adalah segala aktivitas wisata yang menjadikan sumber daya alam laut beserta

segala potensinya sebagai suatu daya tarik yang unik untuk dinikmati.

2.2.6 Tinjauan Tentang Komponen Daya Tarik Wisata

Menurut Cooper (1993), komponen dasar yang harus dimiliki oleh suatu

daya tarik wisata yaitu sebagai berikut :

(40)

31

Atraksi wisata dapat diartikan segala sesuatu yang terdapat di daerah

wisata yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu

daerah. Sesuatu yang dapat menarik wisatawan meliputi alam yang

menarik, kebudayaan daerah yang menawan, seni pertunjukkan,

benda-benda yang tersedia di alam, hasil ciptaan manusia dan tata cara

hidup masyarakat.

Menurut Tri Hatmodjo dalam Yoeti (1996), atraksi dapat dibedakan

menjadi:

a) Site attraction (tempat yang menarik, tempat dengan ikim yang

nyaman, pemandangan yang indah dan tempat bersejarah)

b) Event attraction (tempat yang berkaitan dengan pariwisata,

misalnya konferensi, pameran peristiwa olahraga, festival dan

lain-lain)

2. Aksesibilitas (accessibilities)

Aksesibilitas dalam pariwisata berkenaan dengan tingkat kemudahan

seorang wisatawan mencapai suatu objek wisata berupa jalan masuk

atau pintu masuk ke daerah tujuan wisata. Aksesibilitas penting

diperhatikan, mengingat aspek tersebut bisa memberikan pengaruh

yang besar bagi para wisatawan mengingat wisatawan menginginkan

kemudahan untuk bergerak dari daerah yang satu ke daerah yang lain.

Fasilitas transportasi dalam bidang kepariwisataan sangat erat

hubungannya dengan aksesibilitas. Maksudnya frekwensi penggunaan

(41)

seolah-32

olah menjadi lebih dekat. Hal ini dapat mempersingkat waktu dan

tenaga serta lebih meringankan biaya perjalanan.

Menurut Trihatmodjo dalam Yoeti (1997) bahwa aksesibilitas adalah

kemudahan dalam mencapai daerah tujuan wisata baik secara jarak

geografis atau kecepatan teknis, serta tersedianya sarana transportasi

ke tempat tujuan tersebut. Beberapa hal yang mempengaruhi

aksesibilitas suatu tempat adalah kondisi jalan, tarif angkutan jenis

kendaraan, jaringan transportasi, jarak tempuh dan waktu tempuh.

Semakin baik aksesibilitas suatu objek wisata, wisatawan yang

berkunjung dapat semakin banyak jumlahnya. Sebaliknya, jika

aksesibilitasnya kurang baik, wisatawan akan merasakan hambatan

dalam kunjungan yang dilakukannya dalam berwisata.

3. Amenitas (amenities)

Amenitas wisata dapat diartikan suatu sarana dan prasarana yang

harus disediakan oleh pengelola untuk kebutuhan wisatawan.

Kebutuhan wisatawan tidak hanya menikmati keindahan alam atau

keunikan objek wisata melainkan memerlukan sarana dan prasarana

wisata seperti akomodasi (sarana kebersihan, kesehatan, kemanan,

komunikasi, tempat hiburan, hotel/penginapan, restoran, dan toko

cinderamata), transportasi (jalan alternatif, aspal, hotmik dan jalan

setapak), kendaraan (angkutan umum, becak, ojek dan sepeda) dan

(42)

33

Sementara Yoeti (1990), mengemukakan definisi sarana prasarana

sebagai berikut:

a. Prasarana kepariwisataan (tourism infrastructures) adalah semua

fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat

hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan pada

wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang

beranekaragam. Prasarana wisata dapat berupa:

1) Prasarana umum: jalan, air bersih, terminal, lapangan

udara, komunikasi dan listrik.

2) Prasarana yang menyangkut ketertiban dan keamanan agar

kebutuhan terpenuhi dengan baik seperti apotik, kantor

pos, bank, rumah sakit, polisi, dan lain-lain.

b. Sarana kepariwisataan (tourism superstructure) adalah

perusahaan- perusahaan yang memberikan pelayanan kepada

wisatawan, baik secara langsung atau tidak langsung serta

kehidupannya banyak tergantung pada kedatangan wisatawan.

Sarana kepariwisataan dapat berupa :

1) Sarana pokok, sarana pokok kepariwisataan adalah

perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat

tergantung kepada arus kedatangan wisatawan. Termasuk

didalamnya travel agen, transportasi, akomodasi, dan

(43)

34

2) Sarana pelengkap, sarana pelengkap kepariwisataan adalah

perusahaan-perusahaan atau tempat- tempat yang

menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak

hanya melengkapi sarana pokok kepariwisataan, tetapi

yang terpenting adalah untuk membuat agar wisatawan

dapat lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan wisata.

Sarana pelengkap meliputi sarana olah raga, sarana

ketangkasan dll.

3) Sarana penunjang, sarana penunjang kepariwisataan

adalah perusahaan adalah perusahaan yang menunjang

sarana pelengkap dan sarana pokok serta berfungsi tidak

hanya membuat wisatawan lebih lama tinggal pada suatu

daerah tujuan wisata, tetapi fungsi lebih penting adalah

agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan atau

membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjunginya.

Sarana penunjang meliputi spa, artshop, night club,

steambaths, dan casinos.

4. Ancillary services

Ancillary services yaitu pelayanan tambahan atau sering disebut juga

pelengkap yang harus disediakan oleh pemerintah untuk wisatawan

misalnya seperti organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan untuk

(44)

35

marketing management organization, dan conventional and visitor

bureau.

2.2.7 Tinjauan Tentang Karakteristik Area Destinasi

Menurut Wall dan Mathieson (2006) karakteristik suatu destinasi meliputi

:

1. Kondisi lingkungan alam dan proses. Ini termasuk topografi;

gunung, danau, sungai dan laut; tanah, vegetasi, flora dan fauna;

sinar matahari, suhu, curah hujan dan lain-lain.

2. Struktur ekonomi dan pembangunan ekonomi. Ini termasuk tingkat

pembangunan ekonomi, keragaman dan saling ketergantungan dari

basis ekonomi, karakteristik spasial pembangunan, pola investasi,

karakteristik ekspor-impor dari pendapatan dari tujuan, dan biaya

yang dibutuhkan untuk memberikan dan mengelola produk-produk

wisata dan jasa.

3. Struktur Sosial dan organisasi. Kategori ini meliputi profil demografi

populasi masyarakat lokal; kekuatan budaya lokal; ketersediaan dan

utilitas fasilitas umum; ketersediaan dan utilitas dari fasilitas dan

layanan masyarakat; pola organisasi sosial; peran perempuan; afiliasi

keagamaan; perilaku moral; tingkat kesehatan dan keselamatan;

persepsi, sikap dan nilai-nilai terhadap wisatawan; bahasa; tradisi;

dan praktek gastronomi.

4. Organisasi politik. Struktur politik dari negara tuan rumah dan resor

(45)

36

kapitalis atau sosialis; perencanaan dan zonasi peraturan; insentif

dan kendala; dan peran organisasi wisata nasional, regional dan lokal

mempengaruhi dampak wisata.

5. Tingkat dan jenis pengembangan wisata. Ini meliputi keterlibatan

masyarakat lokal dalam industri pariwisata; laju pembangunan;

kondisi alam dan keanekaragaman atraksi; jenis dan kualitas

akomodasi dan transportasi lokal; hiburan dan fasilitas makan; dan

peran agent perjalanan dan sumber daya lokal dalam pelayanan

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu

dapat mengajukan sanggahan secara tertulis kepada Panitia Pengadaan BaranglJasa Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Wonosobo pada jam kerja. Batas waktu sanggahan selama

Aspek personal strengths yang ketiga adalah autonomy, yaitu kemampuan anak-anak penderita leukemia bersikap mandiri, seperti mampu mempersiapkan diri sendiri saat akan

Dilema yang muncul selanjutnya akibat dari interaksi global di kawasan Asia Tenggara adalah perkembangan indocina yang juga dianggap sebagai sebuah ancaman, selain itu

Berdasarkan pengertian dewasa awal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa wanita dewasa awal adalah wanita yang berada pada rentang usia antara 18 – 40 tahun dimana

Saat kamu belajar tentang gaya dan gerak, kamu telah bekerja sama dengan teman- temanmu.. Catatlah sikapmu yang masih perlu diperbaiki saat

Hasil Tes dalam penelitian ini peneliti gunakan sebagai acuan dalam mendeskripsikan letak kesalahan jawaban siswa pada materi SPLTV seperti yang telah

Segala kebebasan dalam melakukan bisnis oleh manusi tidak lepas dari pertanggungjawaban yang harus diberikan atas aktivitas yang dilakukan Sesuai dengan apa yang