• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Tinjauan Konsep

2.2.2 Tinjauan Tentang Wisatawan

4. Orang yang melakukan perjalanan tersebut, tidak mencari nafkah

ditempat yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut.

Dalam kesimpulannya pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) dan hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya. Dengan maksud bukan untuk tinggal menetap dan tidak berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah.

2.2.2 Tinjauan Tentang Wisatawan

Orang yang melakukan perjalanan wisata disebut wisatawan atau tourist. Batasan terhadap wisatawan juga sangat bervariasi, mulai dari yang umum sampai dengan yang sangat spesifik. Menurut Soekadijo (2000) wisatawan adalah orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya, atau hanya untuk sementara waktu tinggal di tempat yang didatanginya.

Menurut United Nation Conference on Travel and Tourism (WTO) dalam

Pitana dan Gayatri (2005) yaitu “setiap orang yang mengunjungi negara yang bukan merupakan tempat tinggalnya untuk berbagai tujuan, tetapi bukan untuk mencari pekerjaan atau penghidupan dari negara yang dikunjungi”. Batasan ini hanya berlaku untuk wisatawan domestik dengan membagi negara atas daerah.

World Tourism Organization (WTO) dalam Eridiana (2008) mendefinisikan wisatawan sebagai berikut: Seseorang dikatakan sebagai tourist apabila dari

visitor yang menghabiskan waktu paling tidak satu malam (24) jam di daerah yang dikunjungi. Sedangkan visitor itu sendiri diartikan orang yang melakukan

22

perjalanan ke daerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya kurang dari 12 bulan dan tujuan perjalanan bukan untuk terlibat dalam kegiatan untuk mencari nafkah, pendapatan atau penghidupan di tempat tujuan.

Wisatawan diartikan sebagai seseorang, tanpa membedakan ras, kelamin, bahasa, dan agama yang memasuki wilayah suatu negara yang mengadakan perjanjian yang lain daripada negara di mana orang itu biasanya tinggal dan berada di situ tidak kurang dari 24 jam dan tidak lebih dari enam (6) bulan, di dalam jangka waktu 12 bulan berturut-turut, untuk tujuan non imigrasi yang legal, seperti : perjalanan wisata, rekreasi, olah raga, kesehatan, alasan keluarga, studi, ibadah keagamaan, atau urusan usaha (business). Ciri seseorang dapat disebut sebagai wisatawan : (1) Perjalanan itu dilakukan lebih dari 24 jam, (2) Perjalanan itu dilakukannya untuk sementara waktu, (3) Orang yang melakukannya tidak mencari nafkah di tempat atau negara yang dikunjungi (Yoeti, 1983)

Menurut Dama Adhyatma (dalam Suwena 2010) penjelasan mengenai beberapa jenis wisatawan seperti berikut ini :

1. Family

Family tourist atau wisatawan keluarga dapat terbagi atas keluarga kecil yang terdiri dari orang tua dan anak, maupun keluarga besar yang terdiri dari orang tua, anak, paman, bibi, kakek, nenek, dan yang lainnya. Wisataan ini umumnya melakukan perjalanan pada waktu liburan sehingga mereka benar-benar ingin menikmati liburannya itu disuatu tempat yang mereka inginkan.

23

2. Hedonistic

Hedonistic adalah tourist yang menginginkan kebebasan, kebebasan yang tidak bisa mereka dapatkan di negara asalnya, misalnya drugs, sex, drunk, dan sebagainya. Tourist jenis ini umumnya dari kalangan berusia muda dan menyukai kehidupan malam.

3. Backpacker

Backpacker adalah jenis tourist yang melakukan aktivitas pariwisata dengan dana terbatas. Oleh karena itu, tourist ini adalah biasanya menggendong tas ransel di pungungnya.

4. Visiting Friends and Relations

Visiting friends and relatives adalah jenis tourist yang mempunyai tujuan tertentu, yaitu mengunjungi teman maupun kerabatnya sendiri, mulai dari tempat tinggal, makan hingga transportasi.

5. Excursionist

Excursionist adalah tourist yang mengunjungi suatu tempat dalam waktu yang kurang dari 24 jam. Yang termasuk jenis tourist jenis ini, penumpang kapal pesiar yang singgah ke suatu daerah.

6. Educational Tourist

Educational Tourist yang melakukan perjalanan dengan tujuan

pendidikan, misalnya untuk belajar maupun studi banding di suatu skolah atau universitas.

24

7. Religious Tourist

Religious Tourist adalah tourist yang melakukan perjalanan suci ke tempat-tempat yang berhubungan dengn agama, misalnya keiatan naik haji, tirta yatra dan lain sebagainya.

8. Snowbird

Snowbird adalah jenis tourist dari negara yang bermusim dingin yang melakukan perjalanan kedaerah-daerah tropis.

9. Social Tourist

Social tourist adalah jenis tourist yang melakukan perjalanan bukan untuk berlibur, melainkan mencari sponsor di suatu negara.

10.Short break market

Short break market adalah jenis tourist yang mengunjungi suatu

daerah kurun waktu satu sampai tiga hari. Biasanya tourist ini

mengunjungi ke satu negara dengan banyak daerah wisata. 2.2.3 Tinjauan Tentang Destination Area Lifecycle

Menurut Butler dalam Pitana (2005) terdapat 7 (tujuh) fase pengembangan pariwisata atau siklus hidup pariwisata (Destination Area Lifecycle), antara lain :

1. Fase exploration (eksplorasi/penemuan)

Pada fase ini daerah pariwisata baru mulai ditemukan, dan dikunjungi secara terbatas dan sporadis, khususnya bagi wisatawan petualang. Pada tahap ini terjadi kontak yang tinggi antara wisatawan dengan masyarakat lokal, karena wisatawan menggunakan fasilitas lokal yang

25

tersedia, karena jumlah yang terbatas dan frekuensi yang jarang, maka dampak sosial budaya ekonomi pada tahap ini masih sangat kecil. 2. Fase involvement (keterlibatan)

Pada fase ini dengan meningkatnya jumlah kunjungan, maka sebagian masyarakat lokal mulai menyediakan berbagai fasilitas yang memang khusus diperuntukan bagi wisatawan. Kontak antara wisatawan dengan masyarakat dengan masyarakat lokal masih tinggi, dan masyarakat mulai 16 mengubah pola-pola sosial yang ada untuk merespon perubahan ekonomi yang terjadi. Pada fase ini merupakan mulainya suatu daerah menjadi suatu destinasi wisata, yang ditandai oleh mulai adanya promosi.

3. Fase development (pembangunan).

Pada fase ini investasi dari luar mulai masuk, serta mulai munculnya pasar wisata secara sistematis. Daerah semakin terbuka secara fisik, dan promosi semakin intensif, fasilitas lokal sudah tesisih atau digantikan oleh fasilitas yang benar-benar berstandar internasional dan atraksi buatan sudah mulai dikembangkan, menambahkan atraksi yang asli alami. Berbagai barang dan jasa impor termasuk tenaga kerja asing untuk mendukung perkembangan pariwisata yang pesat.

4. Fase consolidation (konsolidasi)

Pada fase ini pariwisata sudah dominan dalam struktur ekonomi daerah, dan dominasi ekonomi ini dipegang oleh jaringan internasional atau major chains and franchises. Jumlah kunjungan

26

wisatawan masih naik, tetapi pada tingkat yang lebih rendah. Pemasaran semakin gencar dan diperluas untuk mengisi fasilitas yang sudah dibangun. Fasilitas lama sudah mulai ditinggalkan.

5. Fase stagnation (kestabilan).

Pada fase ini kapasitas berbagai faktor sudah terlampaui (diatas daya dukung carrying capasity), sehingga menimbulkan masalah ekonomi, sosial dan lingkungan. Kalangan industri sudah mulai bekerja keras untuk memenuhi kapasitas dari fasilitas yang dimiliki, khususnya

dengan mengharapkan repeater guest dan wisata konvensi/bisnis.

Pada fase ini, atraksi buatan sudah mendominasi atraksi asli alami (baik budaya maupun alam), citra awal sudah mulai luntur, dan destinasi sudah tidak lagi populer.

6. Fase decline (penurunan).

Pada fase ini wisatawan sudah mulai beralih ke destinasi wisata baru atau pesaing, dan yang tinggal hanya ’sisa-sisa’, khususnya wisatawan yang hanya berakhir pekan. Banyak fasilitas pariwisata sudah beralih atau dialihkan fungsinya untuk kegiatan non-pariwisata, sehingga destinasi semakin tidak menarik bagi wisatawan. Partisipasi lokal mungkin meningkat lagi, terkait dengan harga yang merosot turun dengan melemahnya pasar. Destinasi bisa berkembang menjadi destinasi kelas rendah atau secara total kehilangan jati diri sebagai destinasi wisata.

Dokumen terkait