Shinta Abadi Pertiwi, 2014
PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK
No Skripsi 4198/UN.40.2.5.2/PL
PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE
TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK WISATA
BUKIT ALAM HEJO MAJALENGKA
(
Survei pada wisatawan lokal yang berkunjung ke Bukit Alam Hejo)SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Ujian Sidang Sarjana Pariwisata pada Program Studi Manajemen Pemasaran Pariwisata
Oleh
SHINTA ABADI PERTIWI
0704489
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN PEMASARAN PARIWISATA
Shinta Abadi Pertiwi, 2014
2014
PENGARUH
STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE
TERHADAP
BRAND
IMAGE
PADA DAYA TARIK WISATA
BUKIT ALAM HEJO MAJALENGKA
(
Survei pada wisatawan lokal yang berkunjung ke Bukit Alam Hejo)Oleh
Shinta Abadi Pertiwi
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pariwisata Fakultas Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial
©Shinta Abadi Pertiwi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Shinta Abadi Pertiwi, 2014
PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND
IMAGE PADA DAYA TARIK WISATA BUKIT ALAM HEJO
MAJALENGKA
(
Survei pada wisatawan lokal yang berkunjung ke Bukit Alam Hejo)Skripsi ini disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing 1 Pembimbiing 2
HP. Diyah Setiyorini, MM Yeni Yuniawati, S.Pd, MM
NIP. 19761031 200812 2 001 NIP. 19810608 200604 2 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Manajemen Pemasaran Pariwisata FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia
HP. Diyah Setiyorini, MM NIP. 19761031 200812 2 001
Shinta Abadi Pertiwi, 2014
Shinta Abadi Pertiwi, 2014
PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK
ABSTRAK
Shinta Abadi Pertiwi, 0704489, PENGARUH STRATEGY POINTS OF
DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK
WISATA BUKIT ALAM HEJO MAJALENGKA (Survei pada wisatawan lokal yang berkunjung ke Bukit Alam Hejo) di bawah bimbingan HP. Diyah Setiyorini, MM dan Yeni Yuniawati S.Pd,MM.
Perkembangan dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan baik perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, dorongan orang untuk melakukan perjalanan, cara berpikir, maupun sifat perkembangan itu sendiri. Pariwisata sudah bukan ha1 yang baru bahkan orang melakukan perjalanan merupakan kebutuhan hidup setiap manusia. Tingginya tingkat keinginan dan kebutuhan seseorang untuk berekreasi telah menyebabkan perkembangan dan persaingan di industri pariwisata semakin pesat. Perkembangan pariwisata Jawa Barat tidak terlepas dari berbagai destinasi yang menarik karena destinasi merupakan elemen penting dalam kepariwisataan. Salah satu destinasi pariwisata di Jawa Barat yang memiliki potensi serta daya tarik wisata tersendiri yaitu Majalengka. Majalengka memiliki tiga potensi yang bisa dikembangkan antara lain, pertambangan, pertanian, dan pariwisata. Saat ini daya tarik wisata yang banyak dikunjungi wisatawan adalah wisata buatan manusia, salah satunya adalah wisata tirta, waterboom, salah satu Waterboom yang sedang berkembang di Majalengka adalah Bukit Alam Hejo. Masyarakat mengenal Bukit Alam Hejo itu sebagai bumi perkemahan bukan sebagai daya tarik wisata air. Bukit Alam Hejo berusaha membentuk Image dibenak wisatawan dengan memberikan produk-produk wisata yang berbeda dengan daya tarik wisata sejenis yang ada di Majalengka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran points of difference, gambaran brand image dan pengaruh points of difference terhadap brand image. Sesuai dengan premis yang dikemukakan oleh Kotler dan Keller (2012:302) bahwa point of difference adalah atribut-atribut atau benefit-benefit di mana konsumen secara kuat mengasosiasikan atau mengaitkan dengan sebuah merek. Merek yang kuat mungkin memiliki beberapa point of difference. Objek dalam penelitian ini adalah wisatawan lokal yang berkunjung ke Bukit Alam Hejo. Variabel bebas (X) adalah points of difference sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah brand image (Y). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif dengan metode explanatory survey dan pendekatan cross sectional. Ukuran sampel sejumlah 100 wisatawan lokal yang mengunjungi Bukit Alam Hejo. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa points of difference memiliki pengaruh terhadap brand image. Adapun saran untuk perusahaan adalah meningkatkan pelayanan kualitas produk yang inovatif sehingga dapat membentuk image yang kuat dibenak konsumen.
Shinta Abadi Pertiwi, 2014
ABSTRACT
The development of tourism has undergone a variety of changes in both the change pattern, shape and nature of the activity, the encouragement of people to travel, ways of thinking, and the nature of the development itself. Tourism is not a new ha1 even people travel is a necessity of every human life. The high level of desire and need someone to recreation has led to the development and competition in the rapidly growing tourism industry. West Java tourism development can not be separated from the various destinations of interest as an important element in the destination tourism. One tourism destination in West Java which has the potential as well as a tourist attraction of its own, namely Majalengka. Majalengka has three potential that could be developed, among others, mining, agriculture, and tourism. Currently tourist attraction visited by many tourists are man-made tour, one of which is water tourism, boom, one of the emerging Waterboom accordance with the premise proposed by Kotler and Keller (2012: 302) that the points of difference are the attributes or benefits-benefits where consumers strongly associate or associate with a brand. Strong brands may have some points of difference. The object of this research is local tourists who visit the Hill Nature Hejo. The independent variable (X) are points of difference while the dependent variable in this study is the brand image (Y). The method used in this research is descriptive and verification with explanatory survey method and cross sectional approach. The sample size of 100 local tourists who visit the Hill Nature Hejo. Data analysis technique used is multiple regression. The results showed that the points of difference has an influence on brand image. As for advice for companies is to improve the service quality innovative products so as to form a strong image in the minds of consumers.
Shinta Abadi Pertiwi, 2014
PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK WISATA DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 14
1.3Tujuan Penelitian ... 15
1.4Kegunaan Penelitian... 15
1.4.1 Kegunaan teoritis ... 15
1.4.2 Kegunaan praktis ... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 16
2.1 Kajian Pustaka ... 16
2.1.1 Konsep Pemasaran Pariwisata ... 16
2.1.2 Konsep Pemasaran Destinasi ... 19
2.1.2.1 Jenis-jenis Wisata ... 22
2.1.3 Konsep Positioning ... 25
2.1.3.1 Pengertian Points of Difference ... 26
2.1.3.2 Tahap-tahap membangun Points of Difference ... 29
2.1.3.3 Dimensi Points of Difference...31
2.1.4 Merek ... 32
Shinta Abadi Pertiwi, 2014
2.1.4.2 Brand Image ... 34
2.1.4.3 Manfaat Brand Image ... 36
2.1.5 Pengaruh Points of Difference terhadap Brand Image ... 37
2.1.6 Resume Hasil Penelitian dan Orisinalitas Penelitian ... 39
2.2 Kerangka Pemikiran ... 40
2.3 Hipotesis Penelitian ... 45
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 47
3.1 Objek Penelitian...47
3.2 Metode Penelitian ... 48
3.2.1 Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan... 48
3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 49
3.2.3 Jenis dan Sumber Data ... 54
3.2.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 55
3.2.4.1 Populasi ... 55
3.2.4.2 Sampel ... 56
3.2.4.3 Teknik Sampling ... 57
3.2.5 Teknik Pengumpulan data ... 58
3.2.6 Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 59
3.2.6.1 Pengujian Validitas ... 59
3.2.6.2 Pengujian Reliabilitas ... 62
3.2.7 Rancangan Analisis Data ... 63
3.2.8 Pengujian Hipotesis ... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...70
4.1 Profil Perusahaan dan Wisatawan Bukit Alam Hejo...70
Shinta Abadi Pertiwi, 2014
PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK WISATA
4.1.1.1 Identitas Perusahaan...70
4.1.1.2 Sejarah Singkat Perusahaan...71
4.1.1.3 Produk dan Jasa yang Ditawarkan...72
4.1.2 Profil Wisatawan Individu Bukit Alam Hejo...74
4.1.2.1 Jenis Wisatawan Individu Bukit Alam Hejo Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia...74
4.1.2.2 Jenis Wisatawan individu Bukit Alam Hejo Berdasarkan Pekerjaan dan Penghasilan per Bulan...75
4.1.2.3 Jenis Wisatawan Individu Bukit Alam Hejo Berdasarkan Frekuensi Berkunjung Dan Rata-Rata Lama Berkunjung...76
4.1.2.4 Jenis Wisatawan Individu Bukit Alam Hejo Berdasarkan Alasan Berkunjung dan Dari Mana Informasi yang Didapat Mengenai Bukit Alam Hejo...77
4.1.2.5 Jenis Wisatawan Individu Bukit Alam Hejo dilihat Berdasarkan Daya Tari Wisata Waterboom lain yang Sering Dikunjungi Selain Bukit Alam Hejo dan Perbedaan Fasilitas yang Ditawarkan...78
4.1.2.6 Jenis Wisatawan Individu berdasarkan Jenis Transportasi yang Digunakan Saat Berkunjung ke Bukit Alam Hejo dan Berapa Orang yang Pergi dengan Mereka Saat Mengunjungi Bukit Alam Hejo...79
4.2 Tanggapan Wisatawan Individu terhadap Point of Difference di Bukit Alam Hejo...80
4.2.1 Tanggapan Wisatawan Individu Terhadap Desirable to Consumer di Bukit Alam Hejo...81
4.2.2 Tanggapan Wisatawan Individu Terhadap Deliverable by the Company di Bukit Alam Hejo...82
4.2.3 Tanggapan Wisatawan Individu Terhadap Differentiating from Competitors di Bukit Alam Hejo...83
4.2.4 Tanggapan Wisatawan Individu Terhadap Brand Image Bukit Alam Hejo...84
4.2.5 Rekapitulasi Tanggapan Wisatawan Individu Terhadap Point of Difference di Bukit Alam Hejo...85
4.2.6 Rekapitulasi Tanggapan Wisatawan Terhadap Brand Image di Bukit Alam Hejo...87
Shinta Abadi Pertiwi, 2014
4.3.1 Hasil Uji Asumsi Regresi...89
4.3.1.1 Hasil Uji Asumsi Normalitas...89
4.3.1.2 Hasil Uji Asumsi Heteroskedastisitas...91
4.3.1.3 Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas...92
4.3.1.4 Hasil Uji Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi...93
4.3.1.5 Pengujian Uji Hipotesis Secara Simultan...94
4.3.1.6 Pengujian Hipotesis Secara Parsial...94
4.3.1.7 Model Persamaan Regresi Berganda Pengaruh Point of Difference Terhadap Brand Image di Bukit Alam Hejo...95
4.4 Implikasi Hasil Temuan Penelitian...96
4.4.1 Implikasi Temuan Bersifat Teoritik...96
4.4.2 Implikasi Temuan Bersifat Empirik...97
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...99
5.1 Kesimpulan...99
5.2 Saran...100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Shinta Abadi Pertiwi, 2014
PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK WISATA DAFTAR TABEL
No. Nama Tabel Halaman
Tabel
1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia
Tahun 2008-2012 ... 2
1.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara ke Indonesia Tahun 2007-2012 ... 3
1.3 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kota Majalengka Tahun 2008-2012 ... 7
1.4 Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara pada Daya Tarik Wisata Majalengka Tahun 2010-2012...7
1.5 Kegiatan wisata Pendidikan di Bukit Alam Hejo...12
1.6 Program Points of Difference Bukit Alam Hejo...14
2.1 Definisi Brand Image...35
2.2 Resume Hasil Penelitian Terdahulu...39
3.1 Operasionalisasi Variabel...50
Shinta Abadi Pertiwi, 2014
DAFTAR GAMBAR
No. Nama Gambar Halaman
Gambar
1.1 Perkembangan Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke
Jawa Barat melalui Pintu Masuk Bandara Husein Sastranegara
dan Pelabuhan Muarajati Tahun 2008-2012 ... 4
2.1 Kerangka Pemikiran Pembentukan Brand Image melalui Points
of Difference ... 44
2.2 Paradigma Penelitian ... 45
Shinta Abadi Pertiwi, 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Perkembangan dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan
baik perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, dorongan orang untuk melakukan
perjalanan, cara berpikir, maupun sifat perkembangan itu sendiri. Pariwisata
sudah bukan ha1 yang baru bahkan orang melakukan perjalanan merupakan
kebutuhan hidup setiap manusia. Tingginya tingkat keinginan dan kebutuhan
seseorang untuk berekreasi telah menyebabkan perkembangan dan persaingan di
industri pariwisata semakin pesat. Sebagai batasan terhadap pengertian pariwisata
itu sendiri maka dikutip definisi pariwisata sesuai dengan Undang – undang
Kepariwisataan No.10 tahun 2009 yaitu :
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu sumber pendapatan terbesar di sebuah negara.
Kegiatan pariwisata yang berkelanjutan dapat meningkatkan perbaikan
ekonomi suatu negara karena dapat mempengaruhi sektor-sektor ekonomi lainnya,
seperti industri destinasi, hotel, souvenir, transportasi sehingga taraf hidup
masyarakat semakin tinggi dan memacu pertumbuhan perekonomian nasio
Indonesia yang memiliki keragaman sumber daya alam yang berpotensi
untuk dijadikan sebagai atraksi wisata juga berusaha untuk mengembangkan
sektor pariwisatanya. Bahkan beberapa negara menempatkan pariwisata Indonesia
bagi masyarakatnya. Pendapatan negara (devisa) dari sektor pariwisata tercermin
dari jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia, berikut ini dapat dilihat
pertumbuhan wisatawan yang berwisata ke Indonesia.
TABEL 1.1
JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE INDONESIA
TAHUN 2008 – 2013
Tahun Jumlah Wisman
2008 6.234.497
2009 6.323.730
2010 7.002.944
2011 7.649.731
2012 7.988.574
Sumber : Badan Pusat Statisik 2012
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah wisman yang datang ke Indonesia
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan terbesar terjadi pada
tahun 2010 berjumlah 7.002.944 wisman mengalami peningkatan 67,92%.
Pariwisata Indonesia mengalami peningkatan jumlah wisman yang berkunjung ke
Indonesia dapat ditunjukkan oleh data Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
pada tahun 2008 dan tidak adanya pengaruh dari krisis ekonomi global.
Secara kumulatif, selama Januari-Desember 2013, jumlah kunjungan
wisman ke Indonesia mencapai 8,80 juta kunjungan yang berarti meningkat
9,42% dibandingkan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun
2012.
Indonesia memiliki beberapa provinsi yang kaya akan potensi wisata.
Salah satunya yaitu Jawa Barat. Jawa barat memiliki potensi wisata berupa
merupakan ciri khas kepariwisataan di Jawa Barat. Selain itu juga Jawa Barat
merupakan daerah tujuan wisata di Indonesia yang menjadi prioritas untuk
dikembangkan setelah Bali dan DKI Jakarta. Hal ini berdasarkan pada
pertimbangan posisi strategis Jawa Barat dengan aksesibilitas yang mudah,
memiliki keanekaragaman objek, daya tarik wisata, maupun fasilitas
penunjangnya yang didukung dengan jaringan transportasi dan infrastruktur yang
terus berkembang sehingga dapat memberikan kenyamanan dalam berwisata.
Daya tarik wisata Jawa Barat terdiri dari daya tarik yang bersifat tangible
(berwujud), seperti daya tarik wisata pantai, museum, maupun intangible (tidak
berwujud), seperti sejarah, budaya masyarakat tradisional, maupun events
(peristiwa pariwisata). Potensi pasar wisatawan Jawa Barat juga tidak kalah
besarnya. Kedekatan Jawa Barat dengan wilayah yang berpenduduk banyak dan
sudah berkembang menjadikan Jawa Barat kaya akan sumber pasar wisatawan,
serta pengembangan pariwisata Jawa Barat yang didukung oleh keanekaragaman
budaya dan pesona alam yang memikat dari tiap kota dan kabupatennya.
Potensi pariwisata ini harus terus dikembangkan agar menarik wisatawan
untuk berkunjung. Berikut ini gambar yang menunjukkan jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara ke Jawa Barat dilihat dari pintu masuk Bandara Husein
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 2012
GAMBAR 1.1
PERKEMBANGAN WISATAWAN MANCANEGARA
YANG BERKUNJUNG KE JAWA BARAT MELALUI PINTU MASUK BANDARA HUSEN SASTRANEGARA DAN PELABUHAN MUARAJATI,
TAHUN 2008-2012
Berdasarkan data pada Gambar 1.1 menunjukan bahwa jumlah wisman
yang berkunjung ke Jawa Barat melalui Bandara Husen Sastranegara dan
Pelabuhan Muarajati pada Tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 25,07%
dibandingkan dengan Tahun 2012 sebesar 10,82%. Hal ini dapat diartikan bahwa
dengan meningkatnya jumlah wisman dan wisnus yang berkunjung ke Jawa Barat,
maka semakin dibutuhkannya fasilitas-fasilitas pendukung kegiatan di dalamnya.
Perkembangan pariwisata Jawa Barat tidak terlepas dari berbagai
destinasi yang menarik karena destinasi merupakan elemen penting dalam
kepariwisataan. Berdasarkan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 10
tahun 2009 tentang kepariwisataan dijelaskan bahwa destinasi pariwisata
merupakan kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah
pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi
terwujudnya kepariwisataan.
Salah satu destinasi pariwisata di Jawa Barat yang memiliki potensi serta
daya tarik wisata tersendiri yaitu Majalengka. Majalengka memiliki tiga potensi
yang bisa dikembangkan antara lain, pertambangan, pertanian, dan pariwisata.
Majalengka juga dikenal sebagai kota angin. Majalengka merupakan bagian dari
salah satu kawasan andalan di wilayah timur yang saat ini menjadi pusat perhatian
Provinsi Jawa Barat, yang dalam kebijakan pembangunannya diarahkan sebagai
sentra bisnis dengan basis utama agribisnis, pariwisata, industri jasa dan sumber
manusia.
Potensi daya tarik wisata yang ada di kawasan Majalengka berupa alam
dan budaya yang cukup prospektif dan potensial bagi pengembangan pariwisata
sebagai penggerak perekonomian masyarakat, namun secara keseluruhan belum
dilakukan secara optimal, artinya masih perlu adanya pembenahan serta
pengelolaan yang lebih baik. Beberapa potensi dan produk unggulan yang dimiliki
oleh kota ini diantaranya Panorama Sindangwangi, Batu Alam, Batik, Kerajinan
Batu Ukir, Perkebunan Durian, Kerajinan Batu Andesit, Kerajinan Batu Gipsum,
Kerajinan Bola Sepak, Kerajinan Anyaman Bambu, Kerajinan Genteng,
Perkebunan Teh, Kecap, Industri Pakaian Jeans, Perkebunan Mangga Gedong
Gincu. Sedangkan daya tarik wisata yang dimiliki oleh kota Majalengka adalah
Curug Muara Jaya, Situ Sangiang, Curug Tonjong, Taman Buana Marga dan
Buna Puri, Museum Talaga Manggung.
Produk dan potensi wisata yang ada merupakan peluang besar bagi kota
ini untuk menarik wisatawan lebih banyak lagi. Namun, nampaknya peluang ini
tidak begitu dimanfaatkan oleh pemerintah setempat terlihat dari kurangnya
fasilitas infrastruktur pendukung seperti akses transportasi menuju lokasi wisata
yang masih kurang layak. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah kunjungan
wisatawan ke Majalengka yang dicatat oleh Dinas Pemuda dan Olahraga
Kebudayaan dan Pariwisata Majalengka yang tersaji dalam Tabel 1.3 :
TABEL 1.3
JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN KE KOTA MAJALENGKA TAHUN 2008-2013
TAHUN 2008 2009 2010 2011 2012 2013
JUMLAH
WISATAWAN
17.561 15.530 16.530 17.635 16.254 15.890
Sumber : Dinas Pemuda Olahraga kebudayaan dan Pariwisata Majalengka
Berdasarkan uraian tabel 1.3 diatas, terlihat bahwa terjadi fluktuasi
jumlah wisatawan yang datang ke Majalengka. Selama periode 2008 – 2011
jumlah wisatawan yang datang cenderung mengalami penurunan. Tahun
2010-2011 jumlah wisatawan yang datang sempat mengalami kenaikan sebesar 48,3%.
Penurunan jumlah wisatawan ini tentunya harus diantisipasi oleh
pemerintah setempat. Maka dari itu pemerintah lebih meningkatkan kegiatan
promosi guna menarik minat wisatawan untuk mengunjungi daya tarik wisata
yang ada di Majalengka. Tabel 1.4 berikut akan menunjukkan jumlah kunjungan
wisatawan ke beberapa daya tarik wisata yang terkenal yang ada di Majalengka.
TABEL 1.4
JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN NUSANTARA PADA DAYA TARIK WISATA MAJALENGKA TAHUN 2010-2012
JENIS DAYA
TARIK WISATA TAHUN
JENIS DAYA TARIK
WISATA TAHUN
WISATA ALAM 2010 2011 2012 BUATAN MANUSIA 2010 2011 2012
Situ Sangiang 756 841 789 Bukit Alam Hejo 264 381 543
Curug Muara Jaya 845 957 890 Waterboom Tirta Indah 980 1025 1321 Situ Talaga Herang 876 985 900 Waterboom Tirta Bima 870 924 980
Prabu Siliwangi 580 634 835 Waterboom Rajawali 900 954 997
Berdasarkan tabel 1.4 diatas dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan
wisatawan pada daya tarik wisata yang ada di Majalengka masih belum stabil.
Maka perlu adanya upaya pengembangan dan pengelolaan kawasan pariwisata di
Majalengka seperti pembangunan dan pengembangan infrastruktur serta fasilitas
wisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisata.
Saat ini daya tarik wisata yang banyak dikunjungi wisatawan adalah
wisata buatan manusia, salah satunya adalah wisata tirta, waterboom. Definisi
Wisata Tirta menurut Undang – Undang Kepariwisataan No.10 Tahun 2009
adalah sarana dan pelayanan untuk melakukan berbagai kegiatan olahraga air dan
satu daya tarik wisata tirta yang ada di Majalengka yang sedang berkembang
adalah Bukit Alam Hejo.
Sebagaimana dijelaskan pada Tabel 1.4. bahwa jumlah kunjungan
wisatawan yang paling rendah adalah terdapat pada daya tarik wisata Bukit
Alam Hejo. Meskipun jumlah kunjungannya meningkat tiap tahun, namun
target kunjungannya belum mencapai target sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh pihak pengelola. Pihak pengelola menginginkan target kunjungan wisatawan
di tahun 2012 adalah sebanyak 1500 orang.
Angka tersebut diambil oleh pengelola karena mereka ingin memperoleh
jumlah kunjungan wisatawan melebihi dari daya atarik wisata yang sejenis. Salah
satu, penyebab dari tidak tercapainya target kunjungan wisatawan adalah karena
citra dari Bukit Alam Hejo yang belum kuat tertanam dalam benak wisatawan.
Sebagian pengunjung belum menyadari bahwa nama Bukit Alam Hejo adalah
sebuah tempat wisata.
Hal ini diperkuat oleh hasil pra penelitian yang dilakukan terhadap 50
wisatawan pada periode 20 Januari 2014 yang menunjukkan bahwa 74%
menganggap bahwa Bukit Alam Hejo adalah sebagai bumi perkemahan bukan
sebagai daya tarik wisata tirta. Bahkan hanya 16% yang mengenal Bukit Alam
Hejo sebagai daya tarik wisata, dan sisanya (10%) mengatakan bahwa Bukit
Alam Hejo adalah nama komplek perumahan.
Wisatawan yang berkunjung ke Bukit Alam Hejo pun 80% merupakan
adalah wisatawan yang berasal dari luar kota seperti Cirebon,Kuningan, dan
Sumedang. Wisatawan pun menilai bahwa Bukit Alam Hejo belum bisa
dikategorikan sebagai suatu daya tarik wisata yang baik karena hampir 50%
wisatawan menilai daya tarik wisata ini kurang baik karena menurut mereka
masih banyak lahan kosong yang tidak terpakai.
Tingginya tingkat persaingan di dunia pariwisata khususnya daerah
Majalengka, menuntut pihak pengelola untuk menciptakan suatu hal yang berbeda
dan unik yang menjadi ciri khas dari Bukit Alam Hejo dengan tujuan untuk lebih
memperkuat citra (Brand image) dari Bukit Alam Hejo sebagai daya tarik wisata
tirta.
Brand image merupakan aset bagi suatu daya tarik wisata, karena
didalamnya mengandung janji, kepercayaan wisatawan terhadap suatu brand.
Brand image yang positif dapat membangun kredibilitas wisatawan terhadap
merek, selain itu juga dapat mempengaruhi keputusan berkunjung. Oleh karena
itu, daya tarik wisata harus berusaha menciptakan brand image yang baik dimata
pengunjung karena merek sangat berguna untuk memudahkan pengunjungnya
dalam mengambil keputusan untuk berwisata pada suatu daya tarik wisata.
Merek atau image yang terkenal tersebut juga menjadi salah satu alasan
atau motivasi wisatawan untuk berkunjung. Citra yang baik dari suatu objek
wisata dapat mendorong proses kunjungan wisatawan terhadap produknya.
namun produsen dapat memperbesar kecenderungan tersebut dengan berbagai
cara, salah satunya dengan citra merek yang baik.
Pendekatan ini dinilai sangat efektif karena sejalan dengan
perkembangan jaman dan teknologi, selain itu untuk menciptakan suatu kepuasan
serta untuk meningkatkan brand image, para pemasar lebih menekankan
diferensiasi produk untuk membedakan produknya dengan produk pesaingnya.
Adapun pengertian citra (image) dalam konteks pemasaran adalah “set of
benefit, ideas, and impressions that a person holds regarding an object. People
attitude and actions towards an object are highly conditioned by the object
image” (Kotler, 2008:607). Menurut Kotler, citra adalah seperangkat keyakinan,
ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek, sikap dan
perilaku individu terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh citranya.
Citra bisa dibangun dengan berbagai cara baik dari segi kualitas produk
yang dihasilkan perusahaan maupun lainnya. Untuk mengetahui kesan yang baik
dari konsumennya maka perusahaan perlu mengetahui citra konsumennya selama
ini, sehingga pengambil keputusan dari perusahaan bisa mengambil langkah –
langkah strategis guna menguasai segala kendala yang dihadapi perusahaan
terutama yang berkaitan dengan citra konsumennya. Perusahaan harus dapat
membuat langkah – langkah strategis untuk dapat terus bersaing dengan
kompetitor. Oleh karena itu Bukit Alam Hejo terus mengupayakan agar citra
yaitu dengan berusaha memberikan fasilitas yang berbeda dan lebih lengkap
dibandingkan dengan daya tarik wisata sejenis yang ada di Majalengka.
Adapun program yang berbeda yang ditawarkan oleh Bukit Alam Hejo
adalah adanya wisata pendidikan. Wisata pendidikan yang ada bisa dinikmati oleh
seluruh kalangan, namun tetap didalamnya terdapat beberapa perbedaan sasaran.
Untuk kelompok TK, SD, SMP lebih diarahkan untuk belajar IPA dan agrobisnis
terapan. Untuk SMA, Peruguruan Tinggi dan tamu umum lebih diarahkan untuk
melatih jiwa mandiri, melatih kreativitas dengan hasil akhir yang diharapkan
minimal bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. Program ini lebih menekankan
pada merubah paradigma ataupun pola pikir menjadi lebih mandiri untuk
mempersiapkan kehidupan dimasa depan yang lebih baik melalui program wisata
pendidikan seperti mengadakan seminar dan training. Kegiatan yang dilakukan
dalam wisata pendidikan dapat dilihat pada tabel 1.6 berikut ini :
TABEL 1.5
KEGIATAN WISATA PENDIDIKAN DI BUKIT ALAM HEJO
No Program Kegiatan yang dilakukan
1. Wisata Alam Plus Sebuah program wisata alam yang dikombinasikan dengan pembelajaran IPA ataupun agrobisnis. Peserta akan dikenalkan dengan beberapa jenis pohon yang ada dikomplek wisata tersebut dimana pohon-pohon sudah dilengkapi dengan nama pohon (bahasa Indonesia, dan bahasa latin), peserta juga akan diperkenalkan dengan miniatur agrobisnis terapan (tumpangsari, pemanfaatan lahan tidur, optimalisasi sumber daya alam, pemahaman antara kekayaan dan aset, pemberian nilai tambah terhadap barang maupun jasa). Sasaran peserta
adalah anak PG/TK, SD, SMP dan SMA.
2. Studypreneur Sebuah program dimana peserta akan diberikan wawasan bagaimana merubah produk maupun jasa dengan diberi nilai tambah yang akan menghasilkan nilai ekonomi yang jauh lebih tinggi. Peserta diajak meninjau langsung ke beberapa tempat produksi yang merubah atau memberikan nilai tambah pada suatu produk atau jasa. Sasaran peserta adalah anak SMP dan SMA.
Banyak faktor yang harus diperhatikan oleh pihak pengelola Bukit Alam
Hejo. Salah satu diantaranya adalah meningkatkan keunikan produk dan jasa yang
ditawarkan sebagai ciri khas yang membedakan dari daya tarik wisata lain yang
sejenis, atau disebut dengan istilah Points Of Difference atau POD’s. Makna dari
POD adalah “ are attributes or benefits that consumers strongly associate with a
brand, positively evaluate, and believe they could not find to the same extent with
a competitive brand. Associations that make up points of difference may be based
on virtually any type of attribute or benefit. Strong brands may have multiple
points of difference. Creating strong, favorable, and unique associations is a real
challenge, but an essential one for competitive brand positioning” (Kotler Keller,
2012: 265). Atribut-atribut atau benefit-benefit di mana konsumen secara kuat
mengasosiasikan atau mengaitkan dengan sebuah merek, mengevaluasi secara
positif dan mempercayai bahwa mereka tidak dapat menemukan pada tingkat
yang sama dengan sebuah merek lain yang kompetitif.
Berdasarkan kondisi persaingan pariwisata di Majalengka yang memiliki
banyak daya tarik wisata sejenis terutama daya tarik wisata tirta, salah satu cara
yang dapat dilakukan oleh Bukit Alam Hejo untuk meningkatan citranya di benak
wisatawan yaitu dengan Bukit Alam Hejo Points Of Difference. Points Of
Difference ini bertujuan menempatkan citra Bukit Alam Hejo dalam benak
wisatawan untuk memaksimalkan manfaat potensial perusahaan. Seorang
wisatawan akan lebih mengingat citra suatu perusahaan jika perusahaan tersebut
memiliki hal unik yang berbeda dari perusahaan lain. Dengan demikian, POD’s
merupakan unsur yang penting dalam pemasaran dan dalam meningkatkan suatu
citra atau image.
Adapun Program POD dari Bukit alam Hejo dapat dilihat pada tabel 1.6
di bawah :
TABEL 1.6
PROGRAM POINT OF DIFFERENCE BUKIT ALAM HEJO Atribut Produk
dalam POD Bukit Alam Hijau Tirta Indah Tirta Bima Rajawali
Atraksi Utama Wisata Tirta dan Aktivitas outbound
Wisata Tirta Wisata Tirta Wisata Tirta
Atraksi
Berdasarkan latar belakang di atas, perlu diadakannya suatu penelitian
untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh points of difference terhadap citra
merek pada daya tarik wisata Bukit Alam Hejo yang terdapat di Majalengka.
DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK
WISATA BUKIT ALAM HEJO MAJALENGKA ”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah
yang akan diteliti, sebagai berikut :
1. Bagaimana points of difference yang dilakukan oleh daya tarik wisata Bukit
Alam Hejo.
2. Bagaimana brand image daya tarik wisata Bukit Alam Hejo.
3. Seberapa besar pengaruh points of difference terhadap brand image pada
daya tarik wisata Bukit Alam Hejo.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan hasil temuan :
1. Gambaran mengenai points of difference yang dilakukan daya tarik wisata
Bukit Alam Hejo.
2. Gambaran mengenai brand image pada daya tarik wisata Bukit Alam Hejo.
3. Gambaran mengenai pengaruh points of difference terhadap brand image
daya tarik wisata Bukit Alam Hejo.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian ilmu manajemen
meningkatkan brand image. Selain itu, hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan kontribusi untuk mengembangkan ilmu manajemen pemasaran
pariwisata khususnya dalam bidang manajemen pemasaran destinasi.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan dan informasi bagi pihak manajemen Bukit Alan Hejo sehingga dapat
menjadikan bahan masukan dalam upaya meningkatkan kinerja dalam
meningkatkan citra merek agar tetap dapat bertahan di dalam usaha industri
Shinta Abadi Pertiwi, 2014
BAB III
OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini menganalisa point of difference Bukit Alam Hejo sebagai
daya tarik wisata tirta sebagai upaya untuk menciptakan brand image Bukit Alam
Hejo tersebut. bagian dari pemasaran jasa. Point of difference yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah penciptaan titik-titik pembeda yang membedakan daya
tarik wisata Bukit Alam Hejo sebagai salah satu wisata tirta.
Point of Difference dalam penelitian ini adalah variabel independent
yang terdiri dari dimensi desirable to consumer, deliverable by the company, dan
differentiating from competitors. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah
Brand Image. Brand Image yang diteliti berdasarkan pada pengunjung yang
datang pada daya tarik wisata Bukit Alam Hejo.
Adapun yang menjadi responden pada penelitian ini adalah wisatawan
nusantara yang berkunjung pada daya tarik wisata Bukit Alam Hejo. Pelaksanaan
penelitian ini berlangsung selama kurun waktu kurang dari satu tahun, maka
metode yang digunakan cross sectional method. Cross sectional method adalah
metode penelitian dengan cara mempelajari objek dalam satu kurun waktu tertentu
atau tidak berkesinambungan dalam jangka waktu panjang (Husein Umar
2010:131). Penelitian ini difokuskan pada penelitian tentang pengaruh program
point of difference terhadap brand image daya tarik wisata Bukit Alam Hejo
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan
Berdasarkan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
ini,maka jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan verifikatif.
Sugiyono (2010:35) menjelaskan, penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik satu variabel atau
lebih tanpa membuat perbandingan dan atau mencari hubungan variabel satu sama
lain. Jenis penelitian ini, digunakan dengan maksud untuk memuat gambaran
secara terstruktur mengenai fakta-fakta yang akan diteliti mengenai program point
of difference yang dilakukan oleh daya tarik wisata Bukit Alam Hejo dan brand
image wisatawan Bukit Alam Hejo.
Penelitian verifikatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan
satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada
waktu yang berbeda (Sugiyono 2010:36). Berdasarkan jenis penelitian di atas,
maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory survey.
Metode explanatory survey menurut Sugiyono (2010:75) adalah metode penelitian
yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari
adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut. Sehingga ditemukan
kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel
. Informasi dari sebagian populasi (sample responden) dikumpulkan
langsung di tempat kejadian secara empirik, dengan tujuan untuk mengetahui
pendapat dari sebagian populasi terhadap objek yang diteliti.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Menurut Ulber Silalahi (2009:201) operasionalisasi variabel merupakan
kegiatan mengurai variabel menjadi sejumlah variabel operasional atau variabel
empiris (indikator, item) yang menunjuk langsung pada hal-hal yang dapat
diamati atau diukur. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel
bebas dan variabel tidak bebas. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi
variabel lain, sedangkan variabel tidak bebas adalah variabel yang dipengaruhi
oleh variabel lain.
Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah point of difference dan
brand image. Adapun sebagai variabel X adalah point of difference yang memiliki
dimensi diantaranya desirable to consumer, deliverable by the company,
differentiating from competitors. Sedangkan brand image sebagai variabel Y.
Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel operasionalisasi variabel dibawah
TABEL 3.1
OPERASIONALISASI VARIABEL Variabel/
Sub Variabel
Konsep Variabel Indikator Ukuran
indikator
Point of difference adalah atribut-atribut atau benefit-benefit di mana konsumen secara kuat mengasosiasikan atau mengaitkan dengan sebuah merek, mengevaluasi secara positif dan mempercayai bahwa mereka tidak dapat menemukan pada tingkat yang sama dengan sebuah merek lain yang kompetitif. Asosiasi yang membentuk titik perbedaan mungkin didasarkan pada hampir semua jenis atribut atau manfaat. Merek yang kuat mungkin memiliki beberapa titik perbedaan. Membentuk merek yang kuat, menguntungkan, dan asosiasi yang unik adalah tantangan nyata, dan penting untuk memposisikan merek yang kompetitif. (Kotler dan Keller 2012:302).
Desirable to Consumer
(X1)
Konsumen harus melihat asosiasi merek secara relevan terhadap pribadi mereka. Konsumen harus juga diberikan alasan kuat untuk percaya dan alasan yang dapat dimengerti mengapa merek dapat memberikan manfaat yang diinginkan.
(Kotler Keller 2012:302)
pemandangan yang ada 2. Keinginan Tingkat
keinginan untuk sumber daya internal yang menghasilkan keuntungan sehingga asosiasi merek dapat
Differentiatin g from Competitors
(X3)
Konsumen harus melihat asosiasi merek sebagai sesuatu yang khusus dan unggul dari pesaing yang relevan. Ketika telah banyak merek yang beredar dengan beragam differensiasi, keharusan sebuah merek pendatang untuk tampil lain daripada yang lain. Bila tidak merek akan dipandang serupa, tidak jelas dan akhirnya tidak menarik perhatian konsumen. Konsumen sasaran harus menemukan bahwa titik perbedaan itu memang lain daripada yang lain dan unggul.
1. Kekhasan
Citra merek merupakan seperangkat keyakinan mengenai merek tertentu. Citra yang positif dapat dibentuk oleh kekuatan hubungan (strength), manfaat (favorability ) dan keunikan (uniqueness). (Keller 2007:56-58)
Strength (Y1)
variasi produk
Merek yang baik diciptakan dengan meyakinkan konsumen bahwa merek memiliki
kesesuaian atribut dan cukup meyakinkan bermanfaat.
Merek mempunyai suatu keuntungan yang kompetitif atau rancangan penjualan yang unik dan itu memberikan konsumen suatu alasan mengapa mereka perlu membeli merek.
3.2.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data merupakan informasi tentang segala sesuatu yang berkaitan
dengan variabel yang diteliti. Oleh karena itu harus diproses terlebih dahulu untuk
memperoleh informasi yang diperlukan bagi suatu penelitian. Jenis data menurut
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari objek yang
diteliti. Menurut Sugiyono (2008:193) data primer mengacu pada
informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang
berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi. Dalam
penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah seluruh data yang
diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada sejumlah responden
yang sesuai dengan target sasaran dan dianggap mewakili seluruh
populasi data penelitian, yaitu pengunjung Bukit Alam Hejo.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, dimana
subjeknya tidak berhubungan langsung dengan objek penelitian tetapi
membantu dan dapat memberikan informasi untuk bahan penelitian.
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah artikel,
literature, dan situs internet yang berkenaan dengan penelitian yang
dilakukan.
3.2.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
3.2.4.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2011:119) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek subjek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek
atau objek itu.
Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan nusantara yang
berkunjung ke Bukit Alam Hejo. Populasi yang digunakan adalah populasi jumlah
kunjungan wisatawan nusantara pada tahun 2012 yang berjumlah 543.
3.2.4.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2011:120) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul representatif atau mewakili.
Sampel dalam penelitian ini yaitu sebagian wisatawan nusantara yang
berkunjung ke Bukit Alam Hejo. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini
sebesar 100 sampel. Ukuran sampel tersebut diperoleh berdasarkan hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin (Husein Umar, 2006:141) yaitu
sebagai berikut :
2
1
Ne
N
n
Dimana :
e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang dapat ditolelir
Berdasarkan rumus Slovin, maka dapat dihitung jumlah populasi (N) adalah sebagai berikut :
100
adalah 100 orang sebagai responden.
3.2.4.3 Teknik Sampling
Teknik sampling menurut Sugiyono (2011:301) adalah merupakan
teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan
dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Ada dua
macam teknik sampling yaitu probability sampling dan non probability sampling.
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Sedangkan nonprobability sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang / kesempatan sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2011:
300,301)
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
sampling insidental karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan
secara kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti
3.2.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data mengacu pada cara yang diinginkan peneliti
untuk mengumpulkan data yang diperlukan, sumber data yang diperoleh dalam
penelitian ini didapat dengan menggunakan :
1. Interview (wawancara), Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data secara langsung dengan pihak perusahaan, dalam hal ini
pegawai atau manajemen Bukit Alam Hejo mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan penelitian yang dilakukan.
2. Studi literatur yaitu usaha untuk mengumpulkan informasi yang
berhubungan dengan teori-teori dan ada kaitannya dengan masalah dan
variable-variabel yang diteliti, yaitu denga cara mengumpulkan dan mempelajari
literatur-literatur dan buku-buku, dan dokumentasi-dokumentasi yang berhubungan dengan
obyek yang diteliti yaitu point of difference dan brand image.
3. Kuesioner (angket), Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
mengenai brand image dan faktor pembeda daya tarik wisata Bukit Alam Hejo
dimata pengunjung sebagai responden dari penelitian.
4. Riset lapangan, Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap
objek penelitian untuk mengetahui point of difference dengan brand image di
3.2.6 Pengujian Validitas dan Reabilitas
3.2.6.1 Pengujian Validitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2009:145) yang dimaksud dengan validitas
adalah ”Suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu
instrumen”. Suatu instrumen yang valid atau sah mempunyai validitas yang tinggi.
Sebaliknya instrumen yang kurang berarti memiliki validitas yang rendah.
Menurut Sugiyono (2011:363) menyatakan valid jika instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Apabila peneliti
menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka item-item
yang tersusun pada kuesioner tersebut harus dapat digunakan sebagai alat ukur
dalam pengujian sehingga dapat sesuai dengan tujuan awal dari penelitian
tersebut.
Rumus yang digunakan untuk menguji validitas menggunakan nilai
korelasi antara data pada masing-masing pernyataan skor total memakai teknik
korelasi product moment, dikarenakan skala yang digunakan ordinal dan terdapat
prasyarat pengolahan data yang menggunakan teknik korelasi product moment
sekurang-kurangnya merupakan data interval. Maka data dalam penelitian ini
perlu untuk ditransformasi menjadi skala interval dengan menggunakan Method of
Succesive Interval (MSI).
rxy =
X = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item
Y = Skor total
∑X = Jumlah skor dalam distribusi X
∑Y = Jumlah skor dalam distribusi Y
∑X2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X
∑Y2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y = Jumlah sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2012:148), keputusan pengujian validitas,
item pertanyaan yang diteliti dikatakan valid jika rhitung > rtabel dan item pertanyaan
yang diteliti dikatakan tidak valid jika rhitung < rtabel.
Dalam penelitian ini yang akan diuji adalah validitas dari variabel Point
of Difference yang terdiri dari Desirable to Consumer, Deliverable by the
Company, dan Differentiating from Competitor sebagai instrumen variabel X dan
Brand Image sebagai Variabel Y. Untuk mengadakan interpretasi mengenai
besarnya koefisien korelasi menurut Arikunto (2012: 245) adalah sebagai berikut :
TABEL3.2
INTERPRETASI BESARNYA KOEFISIEN KORELASI
Besarnya Nilai Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,000 Sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Cukup
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,199 Sangat Rendah
Sumber : Suharsimi Arikunto (2012:245)
Keputusan pengujian validitas item instrumen, menggunakan taraf
1. Item pertanyaan yang diteliti dikatakan valid, jika rhitung > rtabel
2. Item pertanyaan yang diteliti dikatakan tidak valid, jika rhitung < rtabel.
Pengujian validitas item instrument dilakukan dengan bantuan SPSS 20
for windows. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 20 for
windows diperoleh hasil pengujian dari item pertanyaan yang diajukan peneliti
sebagai berikut:
TABEL 3.3
Variabel (X) Point of Differences dan Variabel (Y) Brand Image
Desirable to Consumer (X1)
No Pertanyaan rhitung rtabel Kesimpulan
1 Relevansi merek Bukit Alam Hejo terhadap produk ditawarkan
0.851 0.361 Valid
2 Keinginan wisatawan untuk berkunjung ke Bukit Alam Hejo
0.767 0.361 Valid
Deliverable by the Company (X2)
No Pertanyaan rhitung rtabel Kesimpulan
1 Kualitas pelayanan perusahaan
0.751 0.361 Valid
2 Kehandalan petugas 0.689 0.361 Valid
3 Kebersihan fasilitas umum pada masing-masing produk wisata
0.547 0.361 Valid
Differentiating from Competitors (X3)
No Pertanyaan rhitung rtabel Kesimpulan
1 Kekhasan pengelola atau karyawan yang melayani wisatawan
0.842 0.361 Valid
2 Inovasi produk wisata yang ditawarkan
0.619 0.361 Valid
Brand Image (Y)
No Pertanyaan rhitung rtabel Kesimpulan
1 Kekuatan variasi produk yang ditawarkan
0.877 0.361 Valid
2 Kesesuaian merek dengan manfaat yang didapat
0.669 0.361 Valid
yang ditawarkan
Sumber : Hasil pengolahan data 2014
Tabel 3.3 dengan hasil pengujian validitas di atas menunjukkan bahwa
keseluruhan item pertanyaan yang berjumlah 10 pertanyaan dapat dikatakan valid
karena nilai rhitung lebih besar dibandingkan dengan rtabel yaitu sebesar 0,361 pada
derajat kebebasan (df = n-2) dengan responden sebanyak 30 responden.
3.2.6.2 Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas adalah menunjukkan suatu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena
instrument tersebut adalah baik. Reliabilitas menunjukkan keterandalan tertentu
(Suharsimi Arikunto, 2006: 178).
Keterangan :
2
b = Harga varian tiap butir pertanyaan
2
x
= Jumlah kuadrat skor total
2
x
= Kuadrat seluruh skor responden di setiap butir pertanyaan
N = Jumlah responden
y = Jumlah kuadrat dari jumlah
Keputusan pengujian reliabilitas ditentukan dengan ketentuan sebagai
berikut :
1. Jika koefisien internal seluruh item (ri) ≥ rtabel dengan tingkat
signifikansi 5% maka item pertanyaan dikatakan reliabel.
2. Jika koefisien internal seluruh item (rt) ≤ rtabel dengan tingkat
signifikasi 5% maka item pertanyaan dikatakan reliabel.
Keputusan pengujian reliabilitas item instrumen, adalah sebagai berikut :
1. Item pertanyaan yang diteliti dikatakan reliabel apabila jika dihitung,
rhitung > rtabel.
2. Item pertanyaan yang diteliti dikatakan tidak reliabel apabila jika
dihitung, rhitung < rtabel.
Perhitungan uji reliabilitas dilakukan menggunakan program SPSS
Statistics 20. Berdasarkan hasil dengan menggunakan SPSS Statistics 20,
diperoleh hasil pengujian reliabilitas yang ditunjukkan pada Tabel 3.4 berikut.
TABEL 3.4
HASIL PENGUJIAN RELIABILITAS POINT OF
DIFFERENCES DAN BRAND IMAGE
No. Variabel Cαhitung Cαminimal Kesimpulan
1 Point of Differences 0.721 0.700 Reliabel
2 Brand Image 0.815 0.700 Reliabel
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014.
Jika koefisien internal seluruh item r hitung ≥ r tabel dengan tingkat
signifikansi 10% , maka keseluruhan item pertanyaan dapat dikatakan reliabel
bahwa nilai Cα hitung untuk variabel point of differences dan brand image lebih
besar dibandingkan nilai Cα minimal.
3.2.7 Rancangan Analisis Data
Pada penelitian ini digunakan dua jenis analisis yaitu analisis deskriptif
khususnya bagi variabel yang bersifat kualitatif dan analisis verifikatif berupa
pengujian hipotesis dengan menggunakan uji statistik, analisis deskriptif
digunakan untuk melihat faktor penyebab sedangkan analisis kuantitatif menitik
beratkan dalam pengungkapan perilaku variabel penelitian. Dengan menggunakan
kombinasi metode analisis tersebut dapat diperoleh generalisasi yang bersifat
komprehensif. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat faktor penyebab.
Seperti pada daya tarik wisata Bukit Alam Hejo, Brand Image pada Bukit Alam
Hejo yang besar itu di sebabkan oleh adanya suatu metode atau strategi yang di
kembangkan oleh pihak pengelola itu sendiri. Tujuan analisis deskriptif yaitu
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul yang berasal dari jawaban responden Brand Image di Bukit Alam
Hejo atas item-item dalam kuisioner.
3.2.8 Pengujian Hipotesis
Sebagai langkah terakhir dari analisis data adalah pengujian hipotesis.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
verifikatif, maka dilakukan analisis regresi berganda (multiple). Dalam hal ini,
independen (X) terhadap variabel dependen (Y) baik secara langsung ataupun
tidak langsung.
Analisis regresi berganda digunakan untuk menentukan besarnya pengaruh
variabel independen (X) yaitu Point Of Difference yang terdiri dari Desirable to
Consumer (X1.1), Deliverable by the Company (X1.2) dan Differentiating from
Competitors (X1.3) terhadap variabel dependen (Y) yaitu Brand Image
1. Method of Successive Interval (MSI)
Penelitian ini menggunakan data ordinal seperti dijelaskan dalam
operasional variabel sebelumnya, oleh karena itu semua data ordinal yang
terkumpul terlebih dahulu ditransformasi menjadi skala interval menjadi Method
of Successive Interval (Harun Al Rasyid, 1994:131). Langkah-langkah untuk
melakukan transformasi data tersebut sebagai berikut :
1. Menghitung frekuensi (f) pada setiap pilihan jawaban, berdasarkan hasil
jawaban responden pada setiap pertanyaan.
2. Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap pertanyaan, dilakukan
perhitungan proporsi (p) setiap pilihan jawaban dengan cara membagi
frekuensi dengan jumlah responden.
3. Berdasarkan proporsi tersebut, selanjutnya dilakukan perhitungan proporsi
4. Menentukan nilai batas Z untuk setiap pertanyaan dan setiap pilihan
jawaban.
5. Menentukan nilai interval rata-rata untuk setiap pilihan jawaban melalui
persamaan sebagai berikut :
Data penelitian yang telah berskala interval selanjutnya akan ditentukan
pasangan data variabel independen dengan variabel dependen serta akan
ditentukan persamaan yang berlaku untuk pasangan-pasangan tersebut.
2. Teknik Analisis Linier Regresi Berganda
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
linier berganda (multiple linier regression). Analisis regresi linier berganda adalah
suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh dua atau lebih variabel bebas (X)
terhadap variabel terikat (Y) untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan
kasual antara dua variabel bebas atau lebih.
Dampak dari penggunaan analisis regresi dapat digunakan untuk
memutuskan apakah naik dan turunnya variabel dependen dapat dilakukan
melalui menaikan dan menurunkan keadaan variabel independen atau untuk
meningkatkan keadaan variabel dependen dapat dilakukan dengan meningkatkan
variabel independen dan sebaliknya (Sugiyono, 2009:270).
Berdasarkan tujuan penelitian ini, maka variabel yang dianalisis adalah
variabel independen yaitu Point Of Difference (X) yang terdiri dari Desirable to
Consumer, Deliverable by the Company, dan Differentiating from Competitors.
Sedangkan variabel dependen adalah Brand Image (Y). Untuk bisa membuat
ramalan melalui regresi, maka data setiap variabel harus tersedia.
Persamaan regresi berganda lima variabel bebas dirumuskan sebagai
berikut :
Keterangan:
Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan (brand image)
a = konstanta
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan
ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen.
Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.
X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu. X1, X2,
X3 = variabel penyebab (X1 = Desirable to Consumer), (X2 = Deliverable by the
Company), (X3 = Differentiating from Competitors).
1. Uji Asumsi Regresi
a. Uji asumsi normalitas
Syarat pertama untuk melakukan analisis regresi adalah normalitas.
Menurut Husein Umar (2008:77) “Uji normalitas berguna untuk mengetahui
apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal,
mendekati normal atau tidak”. Pada penelitian ini, untuk mendeteksi apakah data
yang digunakan berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan
menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data menyebar di
sekitar garis diagonal dan mengukuti arah garis diagonalnya, model regresi
memenuhi uji normalitas.
b. Uji asumsi heteroskedastisitas
Menurut Husein Umar (2008:82), “Uji heteroskedastisitas dilakukan
untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan
varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain”. Jika varians dari
residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap disebut homoskedastisitas,
sedangkan untuk varians yang berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah heteroskedastisitas.
c. Multikolinieritas
Menurut Husein Umar (2008:80), “Uji multikolinieritas berguna untuk
mengetahui apakah pada model regresi yang diajukan telah ditemukan korelasi
kuat antarvariabel independen”. Untuk mengetahui terjadinya multikolinieritas
dalam penelitian digunakan nilai VIF (Variance Inflation Factor) menurut Husein
Umar dilakukan sebagai berikut :
a. Masukan data yang akan diuji multikolinieritas di data view,
sedangkan di variabel view beri nama data tersebut. Kemudian klik analyze,lalu
pilih regression kemudian klik linier. Masukkan variabel Y pada kotak dependent,
dan Variabel X pada kotak independent. Setelah itu klik tombol statistics dan
nonaktifkan pilihan estimatec dan model fit.
c. Klik continue kemudian klik OK.
Untuk mengukur multikolinieritas dapat diketahui dari besaran VIF.
Rumus untuk menghitung VIF untuk koefisien dari variabel independen
menggunakan rumus :
d. Analisis korelasi
Analisis korelasi bertujuan untuk mencari hubungan antara kedua
variabel yang diteliti. Antara korelasi dan regresi keduanya mempunyai hubungan
yang sangat erat. Korelasi yang tidak dilanjutkan dengan regresi adalah korelasi
antara dua variabel yang tidak mempunyai hubungan kausal / sebab akibat, atau
hubunga fungsional. Analisis regresi dilakukan bila hubungan dua variabel berupa
hubungan kausal atau fungsional (Sugiono, 2010:269).
e. Uji koefisien determinasi
Koefisien determinasi menyatakan besar kecilnya nilai variabel X
terhadap Y. Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi (r2).
Rumus koefisien determinasi sebagai berikut :
Sumber : Buchari Alma (2007:81)
Keterangan :
KP = Nilai koefisien determinasi
r = Nilai koefisien korelasi
VIF = 1/(1-R2)
Langkah terakhir dari analisis data yaitu menguji hipotesis dengan tujuan
untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang cukup jelas dan dapat
dipercaya antara variabel independen dengan variabel dependen yang pada
akhirnya akan diambil suatu kesimpulan H0 ditolak atau H1 diterima dari hipotesis
yang telah dirumuskan. Rancangan hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ho : ρ = 0, tidak terdapat pengaruh dari Point Of Difference
(desirable to consumer, deliverable by the company, dan differentiating from
competitors) di Bukit Alam Hejo terhadap Brand Image.
2. Ha : ρ ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan dari Point Of Difference
(desirable to consumer, deliverable by the company, dan differentiating from
competitors) di Bukit Alam Hejo terhadap Brand Image.
Shinta Abadi Pertiwi, 2014
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Setelah penelitian ini dilakukan, maka penulis dapat memberikan kesimpulan
diantaranya :
1. Gambaran Point of Difference yang dilakukan oleh Bukit Alam Hejo
Majalengka mendapat respon yang baik dari wisatawan sebagai responden. Point
of Difference terdiri dari Desirable to Consumer, Deliverable by the Company,
dan Dfferentiating from Competitors , salah satunya mempunyai perolehan
tertinggi yang terdapat pada Differentiating from Competitors yang disebabkan
karena Bukit Alam Hejo memiliki beberapa fasilitas dan produk wisata yang
berbeda dengan daya tarik wisata lainnya yang sejenis. Sedangkan perolehan niai
terendah dari Point of Difference terdapat pada Desirable to Consumer, hal ini
disebabkan karena Bukit Alam Hejo dinilai belum bisa memberikan manfaat yang
diinginkan oleh wiatawan.
2. Gambaran Brand Image yang dilakukan oleh Bukit Alam Hejo
Majalengka mendapat tanggapan yang baik dari wisatawan sebagai responden.
Brand Image terdiri dari Strength, Favorability, dan Uniqueness. Strength
mendapat perolehan nilai tertinggi, hal ini dikarenakan Bukit Alam Hejo memiliki
Shinta Abadi Pertiwi, 2014
PENGARUH STRATEGY POINTS OF DIFFERENCE TERHADAP BRAND IMAGE PADA DAYA TARIK
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Point of Difference berpengaruh
signifikan terhadap Brand Image. Dari ketiga sub variabel yang terdiri dari
Desirable to Consumer, Deliverable by the Company, dan Dfferentiating from
Competitors terdapat dua sub variabel yang berpengaruh signifikan yaitu
Desirable to Consumer dan Dfferentiating from Competitors. Dalam hal ini dari
keseleruhan program Point of Difference di Bukit Alam Hejo sudah mempunyai
nilai baik dan persepsi yang positif dari wisatawan.
5.2 Saran
Setelah penelitian ini dilakukan, maka penulis memberikan saran atau
rekomendasi bagi Bukit Alam Hejo diantaranya
1. Sebaiknya, lahan-lahan yang masih kosong segera diisi dengan
menambah fasilitas-fasilitas yang menunjang kegiatan wisata, lebih meningkatkan
kebersihan yang menjadi salah satu faktor kenyamanan wisatawan saat
berkunjung. Menyediakan jasa transportasi untuk mengelilingi Bukit Alam Hejo,
memperbaiki akses jalan menuju ke Bukit Alam Hejo. Menambah jenis-jenis
hewan dan tumbuhan langka agar menambah wawasan wisatawan yang
berkunjung.
3. Penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, salah
satunya yaitu pada teori-teori pendukung pada sub variabel Point of Differnce
Shinta Abadi Pertiwi, 2014
penelitian selanjutnya lebih dikembangkan teori-teori pendukung, sebagai bahan