• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN STRUCTURED NUMBERED HEAD (SNH) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN IPS : Studi Kuasi Eksperimen di SMPN 2 Sukatani Bekasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN STRUCTURED NUMBERED HEAD (SNH) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN IPS : Studi Kuasi Eksperimen di SMPN 2 Sukatani Bekasi."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN STRUCTURED

NUMBERED HEAD (SNH) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

PADA PEMBELAJARAN IPS

( Studi Kuasi Eksperimen di SMPN 2 Sukatani Bekasi)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh

Gelar Magister Pendidikan Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh:

HARTATI

1204764

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN STRUCTURED

NUMBERED HEAD (SNH) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

PADA PEMBELAJARAN IPS

( Studi Kuasi Eksperimen di SMPN 2 Sukatani Bekasi)

Oleh Hartati

S.Pd. IKIP Padang, 1998

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Hartati 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

Hartati, Nim: 1204764. Judul tesis “PENGARUH PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN STRUCTURED NUMBERED HEAD (SNH) TERHADAP

PEMAHAMAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN IPS”(Studi Kuasi

Eksperimen di SMPN 2 Sukatani Bekasi). Dibimbing oleh, Prof. Dr. H. R. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si, sebagai pembimbing I dan Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd, sebagai pembimbing II

Penelitian ini dilakukan dilatarbelakangi oleh permasalahan kebiasaan guru dalam proses pembelajaran IPS yang hanya menggunakan metode ceramah tanpa memberikan kesempatan pada peserta didik untuk memperoleh sendiri pengetahuanya, peserta didik dijadikan sebagai pendengar dan pencatat yang baik tanpa memahami makna yang terkandung dalam materi pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan pemahaman konsep peserta didik pada pembelajaran IPS antara model pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dengan Structured Numbered Head (SNH). Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol non ekuivalen dan menggunakan teknik purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Sukatani, kabupaten Bekasi tahun ajaran 2013/2014. Sampel yang digunakan adalah peserta didik pada kelas VII-B, VII-C, dan VII-D. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah uji non parametrik Mann-Whitney dan Wilcoxon. Adapun hasil penelitian ini menunjukan bahwa: terdapat perbedaan antara hasil pre test dengan post test peserta didik pada kelas eksperimen satu, terdapat perbedaan hasil pre test dengan post test pada kelas eksperimen dua, terdapat perbedaan hasil pre test dengan post test kelas kontrol, tidak terdapat perbedaan pemahaman konsep peserta didik antara kelas eksperimen satu dengan kelas eksperimen dua, terdapat perbedaan pemahaman konsep peserta didik antara kkelas eksperimen satu dengan kelas kontrol, terdapat perbedaan pemahaman peserta didik antara kelas eksperimen dua dengan kelas kontrol. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif NHT dan SNH sebaiknya mempertimbangkan: dilaksanakan pada ruang kelas khusus dan dengan jumlah peserta didik yang tidak terlalu banyak, adanya pembatasan materi pembelajaran, jumlah anggota kelompok kooperatif NHT maksimal empat orang dan SNH maksimal tiga orang, guru memiliki informasi cukup banyak tentang kemampuan akdemik dan interaksi sosial peserta didiknya.

(5)

ABSTRACT

Hartati (1204764). Title: The Effect of Implementation Cooperative Learning Model with Numbered Head Together (NHT) Type and Structured Numbered Head (SNH) Towards The Conceptual Understanding of Social Studies. (Quasi experiment Study in SMPN 2 Sukatani, Bekasi). Supervisors: 1. Prof. Dr. H. R. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si, and 2. Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd.

This reasearch is based on the problems of teacher’s habit in teaching learning process of social studies that only use conventional method without giving opportunities for the students to gain knowledge by their own, the students were only the listener and the writer without understanding the meaning in learning

materials. This research aims to explore the difference of students’ conceptual

understanding in learning social studies between the students who got cooperative learning model with NHT type compare with SNH type. This research belongs to quasi experiment with non equivalent control group design by using purposive sampling technique. The population of this research were the students in grade VII SMPN 2 Sukatani, Kabupaten Bekasi in academic year 2013/2014. The samples were the students in VII B, VII C, and VII D. The data analysis used were non parametric testing Mann Whitney and Wilcoxon. The result of the

researh indicated that : there is a difference of the result of students’ pre test and

post test in the first experiment class, there is a difference of the result of students’ pre test and post test in the second experiment class, there is a difference of the

result of students’ pre test and post test in the control class, there is no difference of students’ understanding between the first and second experiment class, there is

a difference of students’ understanding between the first experiment class and control class, there is a difference of students’ understanding between the second

experiment class and control class. In the Implementation of cooperative learning model with Numbered Head Together (NHT) type and Structured Numbered Head (SNH), it is recommended to consider about: it is better to be conducted in special classroom with the limited number of students, there is limitation of learning materials, the maximum number of NHT cooperative group will be four and for SNH will be three students maximally, the teacher has enough information

about students’ ability in academic and their social interaction.

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i

PERNYATAAN ii

ABSTRAK iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR v

UCAPAN TERIMAKASIH vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GRAFIK xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian 6

C. Tujuan Penelitian 7

D. Manfaat Penelitian 7

BAB II LANDASAN TEORETIK 16

A. Model Pembelajaran Kooperatif 9

B. Metode Pembelajaran 29

C. Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together (NHT) 30

D. Pembelajaran Kooperatif Structured Numbered Head (SNH) 33

E. Pendekatan Pembelajaran Konvensional 35

F. Media Pembelajaran 36

G. Pemahaman Konsep 42

H. Paradigma Penelitian 47

I. Hipotesis Penelitian 48

J. Penelitian Terdahulu 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian 51

(7)

ix

C. Metode dan Desain Penelitian 54

D. Defenisi Operasional Variabel 56

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 62

F. Uji Alat Tes Penelitian 62

G. Teknik Analisa Data 68

H. Prosedur Penelitian 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian 74

B. Analisis Data 94

C. Pembahasan 119

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan 126

B. Saran 127

DAFTAR PUSTAKA 129

LAMPIRAN-LAMPIRAN 134

(8)

DAFTAR TABEL

2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan koKonvensional 16

2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Konvensional 34

2.3 Kerangka Konsep Atmosfer 45

3.1 Nilai Ulangan Harian Konsep Pemahaman IPS 51

3.2 Hasil Uji Normalitas Ulangan Harian 53

3.3 Uji Mann-Whitney Ulangan Harian 53

3.4 Desain Penelitian 54

3.5 Operasional Pemahaman Konsep 56

3.6 Operasional Variabel Penelitian 58

3.7 Data Hasil Uji Coba Validitas Soal 62

3.8 Klasifikasi Koefisien Daya Beda 64

3.9 Hasil Uji Coba Daya Pembeda Butir Soal 64

3.10 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal 66

3.11 Hasil Uji Coba Tingkat Kesukaran Soal 66

4.1 Skor Pre Test Kelas Eksperimen 1 75

4.2 Skor Post Test Kelas Eksperimen 1 76

4.3 Skor Pre Test Kelas Eksperimen 2 78

4.4 Skor Post Test Kelas Eksperimen 2 79

4.5 Skor Pre Test Kelas Kontrol 81

4.6 Skor Post Test Kelas Kontrol 82

4.7 Rekap Data Hasil Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen 1 84

4.8 Rekap Data Hasil Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen 2 85

4.9 Rekap Data Hasil Pre Test dan Post Test Kelas Kontrol 86

4.10 Data Statistik Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen 1 87

4.11 Rekap Data Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen 1 88

(9)

xi

4.13 Rekap Data Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen 2 90

4.14 Data Statistik Pemahaman Konsep Kelas Kontrol 91

4.15 Rekap Data Pemahaman Kelas Kontrol 92

4.16 Data Hasil Uji Normalitas Pre Test Kelas Eksperimen 1,2, dan Kontrol 94

4.17 Data Hasil Uji Normalitas Post Test Kelas Eksperimen 1, 2, dan Kontrol 95

4.18 Hasil Uji Homogenitas Data Pre Test dan Post Test 96

4.19 Hasil Uji Normalitas Pemahaman Konsep 98

4.20 Hasil Uji Homogenitas Pemahaman Konsep 99

4.21 Hasil Uji Wilcoxon Data Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen 1 100

4.22 Ringkasan Uji Wilcoxon Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen 2 101

4.23 Ringkasan Hasil Uji Wilcoxon Data Pre Test dan Post Test Kelas Kontrol 101

4.24 Ringkasan Hasil Uji Mann-Whitney Pemahaman Konsep Kelas

Eksperimen 1 dan 2 102

4.25 Ringkasan Hasil Uji Mann-Whitney Pemahaman Konsep Kelas Kontrol 103

4.26 Ringkasan Hasil Uji Mann-Whitney Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen

(10)

DAFTAR GRAFIK

4.1 Skor Pre Test Kelas Eksperimen 1 75

4.2 Skor Post Test Kelas Eksperimen 1 77

4.3 Skor Pre Test Kelas Eksperimen 2 78

4.4 Skor Post Test Kelas Eksperimen 2 80

4.5 Skor Pre Test Kelas Kontrol 81

4.6 Skor Post Test Kelas Kontrol 83

4.7 Skor Pemahaman Kelas Eksperimen 1 88

4.8 Skor Pemahaman Kelas Eksperimen 2 90

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan salah satu

disiplin ilmu pendidikan memiliki tujuan-tujuan yang selaras dengan tujuan

pendidikan, yaitu mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara baik, dapat

mengembangkan kemampuan menggunakan penalaran dalam pengambilan

keputusan setiap persoalan yang dihadapi, dan memberikan bekal bagi peserta

didik untuk melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi dan membekali

wawasan sosial budaya untuk mempertajam pemikiran dan apresiasi nilai dalam

menjalani kehidupan di masyarakat.

Kenyataanya implementasi pembelajaran IPS di sekolah masih banyak

mengalami kendala. Hal ini sesuai dengan pendapat Al Muchtar (2004:99)

implementasi materi IPS di sekolah saat ini masih menghadapi berbagai kendala,

diantaranya: 1) lebih menekankan aspek pengetahuan; 2) berpusat pada guru; 3)

mengarahkan bahan berupa informasi yang tidak mengembangkan berpikir nilai;

serta 4) hanya membentuk budaya menghapal dan bukan berpikir kritis.

Sedangkan menurut Maryani (2009 : 30), kondisi pembelajaran Geografi/IPS tidak menarik disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : “(1) pembelajaran geografi seringkali terjebak pada aspek kognitif tingkat rendah (2) pembelajaran

geografi cendrung bersifat verbal ; kurang melibatkan fakta-fakta aktual, tidak

menggunakan media konkrit dan teknologi mutakhir (3) kurang aplikabel dalam

memecahkan masalah-masalah yang berkembang saat ini.”

Kebanyakan sekolah melaksanakan proses pembelajaran berpusat pada

guru (teacher centered) dalam arti peserta didik lebih banyak menyimak informasi

yang diterima dari guru yaitu melalui penggunan pendekatan pembelajaran

ekspositori metode ceramah akibatnya peserta didik lebih bersifat pasif dalam

kegiatan pembelajaran dibandingkan mengutamakan kemampuan berpikir

(12)

tingkat hapalan saja. Peserta didik masih kuat kedudukannya sebagai murid yang

memusatkan perhatiannya pada bahan yang disajikan oleh guru. Kenyataan ini

juga ditemui dalam proses pembelajaran IPS di SMP negeri 2 Sukatani, kabupaten

Bekasi, dimana guru merupakan satu-satunya sumber informasi pembelajaran,

kebanyakan guru lebih memilih menggunakan metode ceramah dari pada metode

pembelajaran yang lebih bersifat kooperatif, walaupun ada sebagian kecil dari

guru yang menyatakan telah menggunakan metode pembelajaran berkelompok

namun itu hanya sebatas diskusi kelompok pembelajaran biasa saja bukan

pembelajaran kooperatif, aktivitas diskusi kelompok hanya diakuasai oleh peserta

didik yang berkemampuan tinggi saja sedangkan peserta didik berkemampuan

rendah hanya jadi penonton saja. Pembelajaran lebih banyak dilakukan secara

klasikal tanpa memperhatikan perbedaan individu. Peserta didik tidak diberi

kesempatan untuk menggali sendiri informasi pembelajaran sesuai dengan

kemampuannya, walaupun sesungguhnya di lingkungan SMP negeri 2 Sukatani

cukup banyak kondisi lingkungan fisik dan sosial budaya peserta didik dapat

dijadikan sebagai sumber pembelajaran IPS. Hal ini terjadi bukan karena ketidak

mampuan guru, namun disebabkan adanya anggapan guru bahwa dengan metode

pembelajaran ekspositori seperti kebiasaan ceramah dan mencatat lebih

menghemat waktu sehingga walaupun materi pembelajaran IPS cukup padat

namun target pencapaian kurikulum tetap dapat tercapai. Karena itu, jika

implementasi materi IPS tersebut di atas dipertahankan, maka pemahaman dan

keterampilan peserta didik untuk dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan

akan sulit untuk diwujudkan.

Hal ini dapat dilihat dari nilai hasil ulangan harian mata pelajaran IPS

siswa kelas VII pada semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 yang masih dibawah

KKM yaitu nilai rata-ratanya baru sampai 60,05 sedangkan nilai batas ketuntasan

minimum (KKM) yang telah ditetapkan untuk mata pelajaran IPS kelas VII

sebesar 7,1. Hasil rata-rata ulangan harian tersebut menunjukan bahwa hanya

sebesar 38,46 % siswa saja yang mendapatkan nilai sama dengan atau di atas

(13)

mengikuti remedial. Hal ini sangat merepotkan guru karena selain jumlahnya

yang besar juga terkendala waktu yang sangat terbatas.

Seiring dengan perkembangan waktu, metode pembelajaran juga

mengalami banyak perkembangan dan kemajuan-kemajuan. Metode pembelajaran

adalah salah satu bagian dari komponen utama pembelajaran. Sanjaya (2012)

menyatakan bahwa komponen utama dalam pembelajaran diantaranya adalah

adanya tujuan, isi/materi, metode, alat atau media, dan penilaian atau evaluasi.

Masing-masing dari komponen ini saling mempengaruhi dalam menentukan

kualitas dari suatu proses pembelajaran.

Metode pembelajaran merupakan suatu cara atau langkah-langkah yang

telah dipikirkan dan direncanakan secara matang oleh guru dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran, agar pembelajaran yang dilaksanakan itu dapat lebih

menarik, lebih hidup, terarah, dan dapat mencapai sasaran atau tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu cara yang dapat

dilakukan untuk dapat meningkatkan pemahaman peserta didik adalah dengan

penggunaan metode pembelajaran kooperatif dan penggunaan media

pembelajaran audio-visual. Johnson (1994:89) menyatakan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang

memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan

belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Selanjutnya Hamalik (2011:34)

menyatakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar

selain dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga

dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan

menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi.

Media pembelajaran adalah alat untuk menyampaikan atau menghantarkan

pesan-pesan pembelajaran.

Daryanto (2012:4) dalam proses belajar mengajar media pembelajaran

memiliki kegunaan sebagai berikut:

(14)

anak didik,(4) memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya, (5) memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.

Sejalan dengan itu Gerald & Ely (Arsyad, 2011:12), menyatakan tiga kemampuan

media yang mungkin guru tidak dapat melakukannya, yaitu:

(1) Kemampuan fiksatif, artinya media dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian, (2) kemampuan manipulatif, media dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan atau manipulasi sesuai dengan keperluan, (3) kemampuan distributif, media mampu menjangkau audiens yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak.

Melalui penggunaan metode pembelajaran kooperatif dan penggunaan

media pembelajaran audio-visual diharapkan proses belajar mengajar dapat

membangkitkan motivasi, ransangan kegiatan belajar dan bahkan membawa

pengaruh-pengaruh psikologis terhadap peserta didik. Penggunaan metode

pembelajaran kooperatif dan media pembelajaran audio-visual pada tahap

orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran

dan penyampaian pesan serta isi pelajaran pada saat itu. Penggunaan metode

pembelajaran kooperatif dan penggunaan media audio-visual selain dapat

membangkitkan motivasi dan minat peserta didik juga dapat membantu

memudahkan peserta didik dalam memahami konsep pembelajaran termasuk

konsep pembelajaran yang dianggap sulit oleh peserta didik.

Menurut Mulyono dan Zainal (1980:3), alat bantu mengajar atau media

pengajaran yang merupakan bagian dari teknologi pengajaran pada umumnya

merupakan alat-alat atau sarana yang dapat digunakan melalui indera mata dan

telinga. Wujudnya dari yang sederhana seperti papan tulis, sampai kepada lat-alat

elektronik yang mahal seperti komputer. Fungsi alat bantu mengajar sama

pentingnya dengan kegiatan mengajar, yang membantu efisiensi pencapaian

tujuan yang diharapkan.

Atmosfer merupakan salah satu materi pembelajaran IPS yang dalam

(15)

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan tipe Structured Numbered

Heads (SNH) melalui media pembelajaran audio visual, karena kegiatan

pembelajaran dengan melibatkan kerjasama antar siswa dalam kelompoknya yang

disertai dengan merangsang pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu

proses atau kegiatan pembelajaran diharapkan dapat memudahkan peserta didik

dalam memahami konsep terhadap materi tersebut.

Sebagaimana yang dikemukakan Briggs (Asyhar, 2012:4), menyampaikan

pokok bahasan atmosfer pada peserta didik diperlukan pemilihan model dan

media pembelajaran yang tepat, media pembelajaran adalah sarana fisik yang

digunakan untuk mengirim pesan kepada peserta didik sehingga merangsang

mereka untuk belajar. Salah satu media pembelajaran yang tepat pada materi

atmosfer adalah media audio-visual. Media audio-visual adalah jenis media yang

dugunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan

penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Melalui media audio

diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami konsep pembelajaran

IPS pada materi atmosfer. Kemampuan daya serap manusia dari penggunaan alat

inderanya yang terbesar adalah dari penglihatan 82% dan dari pendengaran 11%.

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

berpusat pada siswa (student oriented) yaitu peserta didik belajar dan bekerja

dalam kelompok-kecil dengan jumlah 4-5 orang secara kolaboratif sehingga siswa

akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka

saling berdiskusi dengan temannya. Pemilihan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT dan SNH melalui penggunaan media audio-visual dalam pembelajaran

IPS diharapkan dapat menarik minat siswa serta dapat mempermudah peserta

didik dalam memahami konsep-konsep pembelajaran IPS, karena akan lebih

mudah dan lebih cepat belajar jika mereka saling berdiskusi dengan temannya

serta akan makin maksimal hasilnya bila peserta didik melihat alat-alat sensori

seperti gambar, bagan, contoh barang atau model. Hal ini sesuai dengan pendapat

Hamzah (1988:17), bahwa dengan melihat dan sekaligus mendengar, orang yang

(16)

cepat mengerti tentang apa yang dimaksud oleh yang memberi pelajaran,

penerangan atau penyuluhan.

Dipilihnya materi atmosfer pada pembelajaran IPS dengan menerapkan

model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan tipe

Structured Numbered Heads (SNH) menggunakan media audio-visual dalam

penelitian ini didasarkan pada fakta bahwa cuaca dan iklim adalah fenomena alam

yang proses kejadianya sulit untuk di diprediksi secara keilmuan dan merupakan

hal yang sulit untuk dipelajari secara langsung.

Berdasarkan permasalahan pembelajaran IPS di SMPN 2 Sukatani yang

telah diuraikan di atas, maka diperlukan strategi pembelajaran IPS yang optimal

untuk memudahkan peserta didik dalam memahami konsep-konsep yang dianggap

sukar dalam pembelajaran IPS termasuk dalam penyampaian materi atmosfer.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh guru untuk memudahkan pemahaman

tersebut adalah dengan menerapkan model NHT dan SNH melalui penggunaan

media audio-visual. Karena itu penulis merasa perlu untuk melakukan suatu penelitian seberapa efektif “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan SNH Terhadap Pemahaman Konsep pada Pembelajaran IPS”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah : Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran

kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dan Structured Numbered Heads

(SNH) terhadap pemahaman konsep pada pembelajaran IPS di SMPN 2 Sukatani?

Agar penelitian ini lebih terarah, rumusan masalah tersebut dijabarkan ke

dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan antara skor pre test dengan post test pada kelas

eksperimen pertama?

2. Apakah terdapat perbedaan antara skor pre test dengan pos test kelas

(17)

3. Apakah terdapat perbedaan antara skor pre test dengan post test pada kelas

kontrol?

4. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep antara kelas eksperimen satu

dan kelas eksperimen dua?

5. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep antara kelas eksperimen satu

dan kelas kontrol?

6. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep antara kelas eksperimen dua

dan kelas kontrol?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan hasil perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas ,

maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Seberapa jauh penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan SNH melalui penggunaan media

audio-visual dapat mempengaruhi pemahaman konsep atmosfer pada siswa kelas VII SMPN 2 Sukatani?” Dari tujuan umum di atas, dapat dirumuskan tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perbedaan antara skor pre test dengan post test pada kelas

eksperimen pertama.

2. Untuk mengetahui perbedaan antara skor pre test dengan post test pada kelas

eksperimen dua.

3. Untuk mengetahui perbedaan antara skor pre test dengan post test pada kelas

kontrol.

4. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep antara kelas eksperimen satu

dengan kelas eksperimen dua.

5. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep antara kelas eksperimen satu

dengan kelas kontrol.

6. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep antara kelas eksperimen dua

dengan kelas kontrol.

(18)

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan dalam

beberapa hal, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapakan dapat meningkatkan

pemahaman peserta didik pada pembelajaran IPS. Selain itu diharapakan dapat

memberikan sumbangan pemikiran terutama bagi penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dan SNH melalui media audio-visual dalam

pembelajaran IPS yang selama ini hanya menggunakan pendekatan dan media

yang sifatnya konvensional.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat :

a. Bermanfaat bagi pihak sekolah sebagai satuan pendidikan yang

menyelenggarakan proses pendidikan dengan berpegang pada kurikulum

dalam memberikan kesempatan dan fasilitas kepada guru dan peserta didik

untuk menciptakan media pembelajaran sehingga pembelajaran tidak

membosankan dan pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman siswa.

b. Menjadi masukan bagi guru bahwa penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT dan SNH melalui media audio-visual merupakan salah

satu cara mengatasi kesulitan siswa dalam memahami konsep cuaca dan iklim

(19)

51

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Sukatani, kabupaten Bekasi, Jawa

Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan beberapa alasan di antaranya:

1. Terbatasnya kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran yang

berbasis teknologi.

2. Dukungan sarana dan prasarana untuk kegiatan penelitian tersedia secara

memadai.

3. Kebanyakan guru masih menggunakan pendekatan pembelajaran

konvensional.

4. Studi pendahuluan yang menunjukan masih terdapatnya sejumlah

permasalahan dalam kegiatan pembelajaran IPS.

5. Belum pernah digunakannya media pembelajaran audio-visual, sementara

fasilitas untuk menggunakan media tersebut tersedia dan dapat digunakan

untuk kegiatan penelitian.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Sugiyono (2012;117)Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yan ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diatarik kesimpulannya. Sedangkan

sampel adalah sebagian dari populasi itu.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII SMPN

2 Sukatani pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah 322

orang peserta didik. Peneliti memilih populasi peserta didik kelas VII SMPN 2

Sukatani tahun pelajaran 2013/2014, karena mereka merupakan kelompok peserta

didik yang siap menerima perlakuan penelitian ini baik secara waktu maupun

(20)

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak tiga kelas dengan rincian

dua kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Pengambilan sampel didasarkan atas

hasil uji normalitas dan homogenitas nilai ulangan harian mata pelajaran IPS

dalam materi Interaksi Sosial dan Proses Sosialisasi khusus pada soal-soal

pemahaman konsep dari seluruh siswa kelas VII yang dijadikan populasi.

Tabel 3.1

Nilai Ulangan Harian Pemahaman Konsep IPS ( materi interaksi dan proses

sosialisasi) kelas VII

SMPN 2 Sukatani T.P 2013-2014

SISWA KELAS VII

A B C D E F G

1 40 70 65 42 56 70 46

2 71 69 30 40 58 35 56

3 69 35 65 60 38 73 40

4 81 72 20 25 63 60 46

5 88 30 72 35 70 76 73

6 61 78 25 82 33 53 46

7 78 76 58 42 20 60 70

8 42 72 78 68 98 40 43

9 72 50 50 52 66 60 50

10 78 70 65 32 45 56 56

11 98 78 65 42 66 50 46

12 68 55 20 80 96 63 73

13 35 60 52 52 76 71 73

14 20 25 44 70 53 53 3

15 78 45 55 52 92 68 53

16 36 75 52 42 68 83 53

17 26 60 42 60 63 73 80

18 78 78 35 70 63 50 56

19 68 44 80 25 60 73 83

20 40 70 50 72 38 80 76

21 83 65 60 50 86 86 63

22 78 75 45 25 56 85 66

(21)

24 60 20 58 40 74 60 60

25 68 50 60 62 86 63 20

Tabel lanjutan 3.1

26 78 62 30 72 56 53 50

27 90 68 52 70 78 60 80

28 60 73 20 52 74 73 53

29 75 52 45 52 56 63 60

30 65 30 62 60 56 85 56

31 56 35 50 42 78 60 56

32 22 30 30 62 36 65 60

33 65 69 30 40 76 53 73

34 85 42 60 80 26 63 70

35 35 30 65 42 41 70 80

36 70 72 70 52 53 53 73

37 80 62 70 70 78 70 56

38 38 50 42 52 78 54 50

39 73 60 69 72 66 70 86

40 35 20 50 70 56 40 73

41 82 30 68 35 80 70 63

42 65 70 73 50 73 68 60

JUMLAH 2658 2357 2182 2273 2618 2651 2503

RATA-RATA 63,286 56,119 51,952 54,119 62,333 63,12 59,595 Sumber : Data SMPN 2 Sukatani, T.P 2013-2014

Berdasarkan data hasil uji normalitas diperoleh sebanyak empat kelas yang

memiliki nilai berdistribusi normal yaitu kelas C, D, E, dan F seperti yang tertera

pada tabel 3.2. Selanjutnya untuk mengetahui kemampuan awal siswa dilakukan

uji homogenitas dan uji non parametrik Mann-Withney. Dari hasil uji homogenitas

dan Mann Withney maka diperoleh tiga kelas yang tidak memiliki perbedaan yaitu

(22)

Tabel 3.2

Data Hasil Uji Normalitas

KELAS Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

A .177 42 .002 .919 42 .005

B .168 42 .004 .900 42 .001

C .119 42 .142 .952 42 .075

D .130 42 .071 .953 42 .081

E .106 42 .200* .977 42 .539

F .093 42 .200* .971 42 .349

G .108 42 .200* .919 42 .005

Sumber : Pengolahan Data Primer, 2013

Tabel 3.3 Uji Mann-Whitney

Ulangan Harian

Kelas Mann-Whitney Z Asymp.Sig.(2-tailed) Keputusan

B-C 724.000 -1,416 0,157 Homogen

C-D 827.000 -0,493 0,622 Homogen

Sumber : Pengolahan Data Primer, 2013

Berdasarkan data hasil uji homogenitas dan normalitas nilai ulangan

harian pada materi interaksi sosial dan proses sosialisasi pada tabel di atas, maka

diambil tiga kelas yang mempunyai nilai homogen, yaitu kelas VII B, VII C, dan

VII D. Kelas VII B dan VII C dijadikan sebagai kelas eksperimen 1 dan 2 ,

sedangkan kelas VII D sebagai kelas kontrol.

C. Metode Penelitian dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif,

(23)

Methods. Salah satu ciri penelitian dengan menggunakan design eksperimen kuasi

ini adalah adanya kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk dibandingkan

dengan kelompok eksperimen. Hal ini berarti untuk mengukur pengaruh

penerapan model pembelajaran dan media yang dieksperimenkan terhadap

pemahaman konsep siswa perlu diadakan kelas kontrol yang diberikan perlakuan

tidak sama.

Penelitian ini menggunakan tiga kelompok peserta didik, yaitu dua

kelompok siswa di kelas eksperimen 1 dan 2, serta satu kelompok peserta didik di

kelas kontrol. Peserta didik di kelas eksperimen 1 dan 2 diberikan perlakuan

dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif NHT dan SNH serta

menggunakan media pembelajaran audio-visual, sedangkan peserta didik di kelas

kontrol tidak diberikan perlakuan tetapi dibiarkan belajar seperti biasanya yaitu

menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional dengan memanfaatkan

media grafis.

2. Desain Penelitian

Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu Nonequivalent

Control Group Design dengan pola sebagai berikut:

Tabel 3.4

Desain Kuasi Eksperimen

Nonequivalent Group Desain

Kelas Pre-test Treatment Post-test

Eksperimen 1 O1 X1 O2

Eksperimen 2 O1 X2 O2

Kontrol O1 O2

Sumber: Sugiono, 2012

Keterangan:

E1 O1 = pre-test (sebelum perlakuan) pada kelas eksperimen 1

E1 O2 = post-test (setelah perlakuan) pada kelas eksperimen 1

(24)

E2 O2 = post-test (setelah perlakuan) pada kelas eksperimen 2

K O1 = pre-test pada kelas kontrol

K O2 = post-test pada kelas kontrol

X1 = perlakuan pada kelas eksperimen 1

X2 = perlakuan pada kelas eksperimen 2

D. Defenisi Operasional Variabel

Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah yang perlu dijelaskan defenisi

operasionalnya, yaitu:

1. Model pembelajaran kooperatif

Merupakan suatu model pemebelajaran di dalam kelas yang sengaja

dirancang dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok

kecil beranggotakan 4-7 orang dimana masing-masing anggota kelompok terdiri

dari siswa dengan kemampuan akademik bervariasi. Mereka dituntut untuk dapat

melakukan kerjasama dan saling membantu dalam memahami materi

pembelajaran. Aktivitas diskusi mereka dalam kelompok belum boleh diakhiri

sebelum semua anggotanya memahami seluruh materi yang dipelajari. Model

pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa macam diantaranya adalah tipe

Numbered Head Together (NHT) dan tipe Structured Numbered Head (SNH).

a. Model pembelajaran NHT

Model pembelajaran NHT adalah suatu teknik pembelajaran yang

membagi siswa ke dalam kelompok kecil, dimana masing-masing siswa dalam

kelompok mendapatkan nomor yang berbeda.

Teknik pembelajaran NHT dilakasanakan melalui langkah-langkah

sebagai berikut: siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan

4-7 orang, masing-masing siswa diberi nomor sebagai identitas diri, selanjutnya

guru memberikan tugas untuk masing-masing kelompok. Setiap kelompok harus

dapat menyepakati jawaban yang benar dan memastikan setiap anggotanya

(25)

didik secara acak, peserta didik yang bersangkutan berdiri dan membacakan hasil

kerjasama kelompoknya untuk seluruh kelas.

b. Model pembelajaran SNH

Model ini hampir sama dengan NHT, bedanya sangat kecil sekali yaitu

pada pembagian tugas dan masuk keluarnya peserta didik dalam kelompok.

Berikut ini adalah langkah-langkah dari tipe SNH : siswa dibagi dalam kelompok,

setiap siswa dalam kelompok mendapatkan nomor, penugasan pada peserta didik

diberikan berdasarkan nomornya, peserta didik nomor satu bertugas mencatat

soal, siswa nomor dua mengumpulkan data yang berhubungan penyelesaian soal,

siswa nomor tiga membacakan jawaban, dan peserta didik nomor empat mencatat

dan membacakan hasil kerja kelompoknya. Untuk peserta didik yang mendapat

tugas yang sulit diperbolehkan keluar dari kelompoknya dan bergabung dengan

siswa bernomor sama dari kelompok lain untuk mencocokkan jawaban mereka,

selanjutnya mereka melaporkan hasil kerjasama kelompoknya sementara

kelompok lain menanggapinya.

2. Pemahaman konsep

Pemhaman merupakan kemampuan siswa dalam menangkap materi

pelajaran yang disajikan dalam bentuk mudah dimengerti serta siswa mampu

menginterpretasi dan mengklasifikasikannya. Pemahaman adalah kemampuan

siswa memahami materi pelajaran. Kemampuan pemahaman siswa dapat dilihat

dari kemampuannya memperkirakan kecendrungan serta meramalkan

akibat-akibat dari berbagai penyebab suatu gejala.

Tipe-tipe pemahaman yang telah diuraikan di atas dapat diukur dengan

alat test (item soal) yang dapat menunjukkan tipe hasil belajar pemahaman yaitu

dengan mengajukan permasalahan operasional sebagai berikut:

(26)

Variabel Dimensi Operasional/Indikator Objek operasional

Pemahaman Konsep Cuaca dan iklim Translasi (Terjemahan) Menterjemahkan, merubah, menguraikan, menjelaskan, menyiapkan, membaca, menggambarkan, mengubah, mengatakan dengan cara lain, mengemukakan kembali. Arti, contoh, defenisi,intisari, gambaran, kata fase. Interpretasi (Penafsiran) Menafsirkan, menyusun kembali, mengatur kembali, membuat, menggambarkan grafik, menjelaskan, memperagakan, mengidentifikasi. Sangkut paut, hubungan dasar, aspek gembaran baru, kesimpulan, metode, teori, intisari. Ekstrapolasi (Perluasan) Menaksir, menduga, menyimpulkan, memperkirakan, membedakan, menentukan, memperluas, menyiapkan, memperhitungkan, mengisi, menggambarkan. Akibat, pengertian, kesimpulan, arti, akibat, pengaruh, kemungkinan. Sudjana, 2005.

Menurut Sudjana (1989:24) pemahaman ini dapat dibedakan menjadi tiga

kategori, yaitu:

1. Pemahaman translasi (terjemahan)

Merupakan pemahaman terhadap sesuatu yang dikomunikasikan dengan

bahasa sendiri atau diungkapkan dari suatu bahasa ke bahasa lain.

Pemahaman translasi meliputi kemampuan: (a) menterjemahkan sesuatu

dari suatu bentuk abstrak kebentuk lain yang lebih konkrit, (b)

menterterjemahkan suatu bentuk simbol ke dalam bentuk lain seperti

menterjemahkan tabel, grafik, simbol dan yang lainnya.

2. Pemahaman interpretasi (penafsiran)

Merupakan kemampuan menjelaskan atau menyimpulkan suatu

komunikasi, menghubungan bagian-bagian terdahulu dengan bagian

berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan

kejadian atau membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok.

Pemhaman ini terdiri atas tiga kemampuan ,yaitu: (a) kemampuan

(27)

(b) memahami kerangka suatu pekerjaan secara keseluruhan, (c)

memahami dan menafsirkan isi berbagai macam bacaan.

3. Pemahaman ekstrapolasi (perluasan)

Adalah pemahaman terhadap kecendrungan dari data atau menentukan

implikasi, konsekuensi-konsekuensi hasil atau aturan-aturan yang wajar,

efek-efek dan sebagainya sesuai dengan kondisi asli. Pemahaman

ekstrpolasi terbagi menjadi: (a) menyimpulkan dan menyatakan lebih

eksplisit, (b) memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari suatu tinadakan

yang digambarkan dari suatu pbentuk komunikasi.

Melalui kemampuan ekstrapolasi seseorang diharapkan mampu melihat

sesuatu dibalik yang tertulis, mampu memprediksi tentang konsekuensi

atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus ataupun

masalahnya.

Defenisi opersional variabel-variabel penelitian ini dalam bentuk tabel

sebagai berikut:

Tabel 3.5 Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Konsep Indikator Instrumen

1. Model pembelajara n kooperatif NHT Pembelajaran yang mengutamakan kerjasama dalam kelompok kecil, dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu tim untuk mencapai tujuan bersama yaitu pemahaman siswa terhadap materi pelajaran (Johnson & Johnson) Langkah-langkah: 1. Presentasi kelas. . 2. Pembagian kelompok. 3. Kerja kelompok.

Dokumenta si observasi

2. Model pembelajara n SNH Model pembelajaran kooperatif SNH merupakan Langkah-langkah: 1. Presentasi kelas. 2. Pembagian kelompok. 3. Penugasan diberikan

(28)

modifikasi dari model NHT, pada model ini setiap siswa

mendapatkan nomor dan tugas yang berbeda. Pada saat tertentu, siswa dapat keluar dari kelompoknya kemudian bergabung dengan kelompok lain yang bernomor sama untuk mencocokan tugas mereka sehingga mengurangi kejenuhan siswa. Menurut Lie(2008), dengan perbedaan tugas yang diberikan pada masing-masing siswa, dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap dirinya sendiri dan rekan-rekan dalam kelompoknya

pada setiap siswa. 4. Siswa penjawab soal bergabung dengan siswa lain yang bernomor sama untuk mencocokan jawaban.

(29)

mengatakan dengan cara lain, mengemukakan kembali. 2.Interpretasi (penafsiran) Kemampuan: menafsirkan, menyusun kembali, mengatur kembali, membuat, menggambarkan grafik, menjelaskan, memperagakan, mengidentifikasi. 3.Ekstrapolasi (perluasan) Kemampuan: menaksir, menduga, menyimpulkan, memperkirakan,  Menterjemahkan konsep kelembaban udara.  Menjelaskan konsep angin  Menjelaskan konsep hujan  Mengidentifikasi

jenis gas penyusun atmosfer.  Mengidentifikasi karakteristik lapisan ionosfer.  Mengidentifikasi karakteristik lapisan mesosfer.  Mengidentifikasi karakteristik lapisan stratosfer.  Memperkirakan penyebab

kerusakan lapisan atmosfer

(30)

membedakan, menentukan, memperluas, menyiapkan, memperhitungkan

, mengisi,

menggambarkan dampak dari kerusakan lapisan atmosfer  Memperkirakan akibat dari fenomena cuaca elnino  Memperkirakan akibat dari pemanasan global bagi kehidupan di muka bumi.  Menentukan

ukuran tekanan udara.

 Menentukan jenis kelembaban udara  Memperkirakan

penyebab munculnya

fenomena cuaca la nina 19 8 17 18 20

Sumber : Pengolahan Data Primer, 2013

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes, , dan

observasi.

1. Tes Tertulis

Tes tertulis dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa

terhadap konsep cuaca dan iklim, sesudah perlakuan baik pada kelas eksperimen

maupun pada kelas kontrol. Tes tertulis diberikan dalam bentuk pilihan ganda (tes

objektif).

2. Observasi

Sutrisno (Sugiono, 2012:203) menyatakan bahwa, observasi merupakan

suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses

biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses

(31)

mengamati penampilan guru dan melihat seberapa jauh kemampuan siswa dalam

melakukan diskusi, menyusun laporan serta mempresentasikan hasil diskusi.

F.Uji Alat Tes Penelitian

1. Uji Validitas

Soal tes yang ditujukan untuk mengukur pemahaman peserta didik

terhadap konsep atmosfer, baik yang akan diujikan pada kelas eksperimen

maupun kelas kontrol sebelum digunakan dilakukan dulu uji validasi dan uji

realibilitas butir-butir soal. Soal ini diuji cobakan pada peserta didik kelas VIII-F

yaitu peserta didik yang sudah pernah mendapatkan materi pembelajaran atmosfer

pada SMPN 2 Sukatani, kabupaten Bekasi. Uji alat tes ini dimaksudkan untuk

mengetahui kualitas soal tes, dan ketepatan alat tes dalam melaksanakan

fungsinya. Dalam penelitian ini alat evaluasi yang digunakan berupa test pilihan

ganda. Uji validasi butir soal dilakukan dengan bantuan program Ana Test.

Jika dihitung secara manual, maka digunakan rumus product momen

angka kasar, seperti tyang dikemukakan Arikunto (2008:72). гxy = nΣxy ̶ (Σx) (Σy)

√{n(Σx2) - (Σx)2}{n(Σy2) - ( Σy)2}

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

n = banyaknya sampel

Σx = jumlah nilai tiap butir soal

Σy = jumlah nilai total

Pengujian validitas test dilakukan dengan menggunakan bantuan Software

Anatest V.A for Windows (data lebih lengkap lihat lampiran B.4, hal.162). Hasil

perhitungan validitas dari soal yang telah diuji cobakan dapat dilihat pada tabel

[image:31.595.111.512.252.607.2]

berikut ini:

Tabel 3.6

(32)

Sumber : Pengolahan Data Primer, 2013

Butir Soal Korelasi Interprestasi Keputusan

1 0,535 Sangat valid

2 0,610 Sangat valid

3 0,488 Sangat valid dibuang

4 0,602 Sangat valid

5 0,615 Sangat valid dibuang

6 0,642 Sangat valid

7 0,511 Sangat valid

8 0,481 Sangat valid dibuang

9 0,542 Sangat valid

10 0,435 Valid dibuang

11 0.311 Tidak valid dibuang

12 0,351 Valid

13 0,355 Valid dibuang

14 0,642 Sangat valid

15 0,615 Sangat valid

16 0,331 Tidak valid dibuang

17 0,242 Tidak valid diperbaiki

18 0,285 Tidak valid dibuang

19 0,419 Valid

20 0,316 Tidak valid dibuang

21 0,571 Sangat valid

22 0,198 Tidak valid dibuang

23 0,458 Sangat valid dibuang

24 0,757 Sangat valid

25 0,075 Tidak valid dibuang

26 0,516 Sangat valid dibuang

27 0,685 Sangat valid

28 -0,096 Tidak valid dibuang

29 0,149 Tidak valid dibuang

30 0,585 Sangat valid

2. Uji Reliabilitas

Sugiyono (2008:173) berpendapat instrumen yang reliabel adalah

instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama,

akan menghasilkan data yang sama. Dengan demikian setelah dilakukan uji coba

instrumen pada peserta didik kelas VIII- F SMPN 2 Sukatani, selanjutnya

dilakukan uji reliabilitas data dari hasil uji coba untuk menunjukan bahwa

instrumen yang digunakan dalam penelitian ini reliabel. Uji reliabilitas dalam

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan Software Anatest V.A for

(33)

Hasil perhitungan reliabilitas dari instrumen soal yang telah diujikan adalah 0,08

dengan simpangan baku 5,85, korelasi 0,78 dan rata-rata sebesar 17,55.

3. Uji Daya Pembeda

Daya pembeda butir instrumen soal test dapat diketahui dengan melihat

besar kecilnya angka indeks diskriminasi butir instrumen soal test. Rumus yang

digunakan untuk menghitung daya beda menurut Suherman (2003) adalah:

DP = JBA−JBB

JSA atau DP =

JBA−JBB JSB

Keterangan:

DP = Daya pembeda

= Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar, atau

jumlah benar untuk kelompok atas.

= Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar, atau

jumlah benar untuk kelompok bawah.

� = Jumlah siswa kelompok atas.

� = Jumlah siswa kelompok rendah.

Menurut Suherman (2003) klasifikasi interpretasi daya pembeda soal sebagai

[image:33.595.115.513.225.664.2]

berikut:

Tabel 3.7

Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda

Kriteria Daya Pembeda Interpretasi DP ≤ 0,00 Sangat Jelek 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Sumber : Suherman (2003)

Perhitungan daya pembeda instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan

(34)

lengkap lihat lampiran B.2, hal.160). Pada tabel berikut ini dapat dilihat

[image:34.595.117.509.180.689.2]

rangkuman daya pembeda tes.

Tabel 3.8

Data Hasil Uji Coba Daya Pembeda Butir Test

Nomor

Butir Soal DP Interpretasi Keputusan

1 45.45 Sangat baik

2 90.91 Sangat baik

3 54.55 Sangat baik dibuang

4 81.82 Sangat baik

5 54.55 Sangat baik dibuang

6 72.73 Sangat baik

7 63.64 Sangat baik

8 45.45 Sangat baik dibuang

9 63.64 Sangat baik

10 45.45 Sangat baik dibuang

11 36.36 Sangat baik dibuang

12 27.27 Sangat baik

13 36.36 Sangat baik dibuang

14 27.27 Sangat baik

15 36.36 Sangat baik

16 81.82 Sangat baik dibuang

17 54.55 Sangat baik

18 27.27 Sangat baik dibuang

19 45.45 Sangat baik

20 36.36 Sangat baik dibuang

21 63.64 Sangat baik

22 18.18 Sangat baik dibuang

23 54.55 Sangat baik dibuang

24 81.82 Sangat baik

25 0.00 Jelek dibuang

26 54.55 Sangat baik dibuang

27 72.73 Sangat baik

28 -9.09 Jelek dibuang

29 18.18 Sangat baik dibuang

30 63.64 Sangat baik

Sumber : Pengolahan Data Primer, 2013

(35)

Menurut Suherman (2003), tingkat kesukaran untuk soal pilihan ganda

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

= +

� + �

Keterangan :

IK = Indeks Kesukaran

=Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan

benar, atau jumlah benar untuk kelompok atas.

=Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar, atau jumlah benar untuk kelompok bawah.

� = Jumlah siswa kelompok atas.

� = Jumlah siswa kelompok rendah.

[image:35.595.114.511.228.579.2]

Menurut Suherman (2003) klasifikasi tingkat kesukaran soal sebagai berikut:

Tabel 3.9

Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal

Kriteria Indeks Kesukaran Klasifikasi

IK = 0,00 Soal Sangat Sukar

0,00  IK  0,3 Soal Sukar

0,3 IK ≤ 0,7 Soal Sedang

0,7 IK ≤ 1,00 Soal Mudah

IK = 1,00 Soal Sangat Mudah

Hasil uji coba tingkat kesukaran soal pada materi atmosfer pada peserta didik

kelas VIII-F SMPN 2 Sukatani dapat dilihat pada lampiaran B.3, hal.161). Pada

[image:35.595.192.461.678.749.2]

tabel 3.12 dapat dilihat rangkuman tingkat kesukaran alat test

Tabel 3.10

Hasil Uji Coba Tingkat Kesukaran Soal

Nomor

Butir Soal TK Klasifikasi Keputusan

1 77.27 Mudah

2 54.55 Sedang

(36)

4 50.00 Sedang

5 27.27 Sukar dibuang

6 54.55 Sedang

7 59.09 Sedang

8 77.27 Mudah dibuang

9 68.18 Sedang

10 22.73 Sukar dibuang

11 72.73 Mudah dibuang

12 68.18 Sedang

13 72.73 Mudah dibuang

14 59.09 Sedang

15 27.27 Sukar

16 77.27 Mudah dibuang

17 72.73 Mudah

18 86.36 Sangat Mudah dibuang

19 50.00 Sedang

20 45.45 Sedang dibuang

21 31.82 Sedang

22 81.82 Mudah dibuang

23 63.64 Sedang dibuang

24 40.91 Sedang

25 90.91 Sangat Mudah dibuang

26 63.64 Sedang dibuang

27 36.36 Sedang

28 95.45 Sangat Mudah dibuang

29 81.82 Mudah dibuang

30 31.82 Sedang

Sumber : Pengolahan Data Primer, 2013

G. Teknik Analisa Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang berasal dari

skor post test terdistribusi secara normal atau tidak. Data gain dari sampel baik

pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol perlu diuji kenormalan distribusinya

agar dapat memenuhi syarat untuk dianalisis dengan uji statistik parametrik.

Untuk mengetahuinya maka digunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan

sofware SPSS versi 17 for Window. Untuk menetapkan data yang telah dianalisis

normal atau tidak, maka ditetapkan kriteria sebagai berikut :

a. Tentukan taraf signifikan uji ( α = 0,05)

b. Bandingkan nilai p (p value) dengan taraf signifikasi yang diperoleh.

(37)

d. Jika signifikan (Sig) yang diperoleh α, maka sampel bukan berasal dari

populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians sampel yang

digunakan homogen atau heterogen. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan

bantuan software SPSS versi 20 for windows dalam menguji homogenitas data

yang diperoleh.

Uji homogenitas menghasilkan banyak keluaran, kita hanya perlu fokus

pada tabel Test Homogenitas of Variance. Interpretasi dilakukan dengan memilih

salah satu statistik, yaitu statistik yang didasarkan pada rata-rata (based on mean).

Untuk menetapkan data yang telah dianalisis homogen atau heterogen, maka

ditetapkan kriteria sebagai berikut:

a. Tentukan taraf signifikan uji (α = 0,05)

b. Bandingkan nilai p (p value) dengan taraf signifikan yang diperoleh.

c. Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh α, maka varians setiap sampel

sama (homogen).

d. Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh α, maka varians setiap sampel

tidak sama (tidak homogen).

3. Uji Hipotesis

Jika data yang diuji ternyata homogen dan normal, maka untuk uji

hipotesis dilakukan dengan uji t. Uji t dilakukan bertujuan untuk mengetahui

apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak, maka

sebelum uji t dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data,

berupa uji normalitas dan homogenitas data hasil penelitian. Jika data tidak

homogen dan tidak normal, maka pada penelitian ini akan dilakukan dengan uji

non parametrik, yaitu uji statistik Mann-Whitney dan Wilcoxon. Dalam rangka

(38)

program SPSS. Kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis dalam penelitian ini

dari hasil uji statistik akan ditentukan dengan melihat tingkat signifikansinya.

Pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol perlu diuji kenormalan distribusinya

agar dapat memenuhi syarat untuk dianalisis dengan uji statistik parametrik.

Untuk mengetahuinya, maka digunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan

sofware SPSS versi 20 for Window. Untuk menetapkan data yang telah dinalisis

normal atau tidak, maka ditetapkanlah kriteria sebagai berikut :

a. Tentukan taraf signifikan uji ( α = 0,05)

b. Bandingkan nilai p (p value) dengan taraf signifikan yang diperoleh.

c. Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh α, maka sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal.

d. Jika signifikansi (Sig) yang dipeeroleh α, maka sampel bukan berasal

dari populasi yang berdistribusi normal.

H. Prosedur Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap studi pendahuluan

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap kurikulum 2012 pada mata

pelajaran IPS kelas VII semester 1, pada kompetensi dasar : mendeskripsikan

gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya terhadap

kehidupan. Tahap ini juga memperhatikan dan mencermati perkembangan

pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Sukatani terutama yang berkaitan dengan

kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa dan guru IPS dalam proses

pembelajaran. Hasilnya masih rendahnya kemampuan siswa dalam memahami

konsep pembelajaran IPS, hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa memperoleh

nilai ulangan harian di bawah batas ketuntasan minimal (KKM) yang telah

ditetapkan oleh sekolah serta kurangnya ketertarikan siswa terhadap pembelajaran

IPS. Selain itu penggunaan pendekatan pembelajaran dan pemanfaatan media

pembelajaran oleh guru masih terbatas pada pendekatan dan media pembelajaran

yang masih bersifat konvensional seperti metode ceramah, penggunaan peta,

(39)

pengembangan pembelajaran IPS khususnya pada materi cuaca dan iklim

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan SNH melalui

media audio-visual.

2. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan beberapa kegiatan diantaranya:

a. Menetapkan kompetensi dasar dalam proses pembelajaran

b. Menetapkan jumlah pertemuan proses pembelajaran yaitu dua kali

pertemuan

c. Perancangan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan

SNH pembelajaran melalui media audio-visual

d. Menetapkan kelas eksperimen dan kelas kontrol

e. Menetapkan waktu penelitian

f. Menyusun skenario pembelajaran

g. Menyiapkan alat tes :

1) Menyusun instrumen penelitian yaitu berupa tes

2) Analisis instrumen

3) Menetapkan jumlah instrumen

h.Menetapkan cara observasi

i. Menetapkan jenis data dan teknik pengumpulan data

j. Uji coba instrumen

Untuk mengetahui tingkat validitas dan realibilitas instrumen pada

rencana penelitian ini, dilakukan uji coba instrumen pada siswa kelas VIII

SMPN 2 Sukatani.

3. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap untuk mengumpulkan data. Pada tahap ini

merupakan pengimplementasian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT dengan SNH melalui media audio-visual yang telah dirancang sebelumnya,

(40)

a. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif NHT dalam pembelajaran

IPS:

1) Langkah satu : presentasi kelas yang dialkukan oleh guru yang dengan cara

pengajaran langsung dengan menggunakan bantuan media audio-visual dalam

waktu 10 menit, serta penjelasan tentang teknik-teknik pembelajaran NHT

pada peserta didik.

2) Langkah dua : pembagian kelompok belajar, berdasarkan kemampuan

akademik dan jenis kelamin. Masing-masing kelompok mewakili strata yang

ada dan tiap anggota dalam kelompok diberi nomor yang berbeda.

3) Langkah tiga : tahap kerja dan belajar kelompok, peserta didik mempelajari

materi yang sedang dipelajari yaitu pokok bahasan atmosfer dan mengerjakan

tugas yang diberikan secara berkelompok serta berdiskusi untuk menyepakati

jawaban yang benar ( tugas kelompok lihat lampiran A... hal ..)

4) Langkah empat : presentasi hasil kerja kelompok, guru memanggil satu persatu

nomor peserta didik secara acak, peserta didik yang bersangkutan harus siap

untuk memwakili kelompoknya untuk menjelaskan hasil kerja kelompoknya

sementara kelompok lain menangapinya.

5) Langkah lima : guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran.

b. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif SNH dalam pembelajaran

IPS:

1) Langkah satu : presentasi kelas tentang materi atmosfer dengan menggunakan

media audio-visual selama 10 menit oleh guru dan penjelasan teknik

pembelajaran SNH pada peserta didik.

2) Langkah dua : pembagian kelompok belajar, tiap kelompok terdiri dari jenis

kelamin laki-laki dengan perempuan berimbang dan dengan kemampuan

akademik rendah, sedang dan tinggi.

3) Langkah tiga : kerja kelompok, setiap anggota kelompok diberi nomor dan

pemberian tugas berdasarkan nomornya (tugas kelompok lihat lampiran A.5

(41)

4) Langkah empat : untuk tugas yang agak sulit, guru menyuruh peserta didik

untuk keluar dari kelompoknya untuk bergabung dengan peserta didik dari

kelompok lain yang bernomor sama guna mencocokan hasil kerja mereka

kemudian peserta didik diminta lagi untuk kembali ke kelompoknya semula.

5) Langkah lima : pesentasi hasil kerja masing-masing kelompok sementara

kelompok lain menanggapinya.

6) Langkah enam : penyimpulan hasil pembelajaran oleh guru dan peserta didik.

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahapan, yaitu :

1) Memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen pertama dan kedua dengan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan SNH melalui

media audio-visual pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan gejala-gejala

yang terjadi di atmosfer dan serta dampaknya terhadap kehidupan” dengan

pokok bahasan Atmosfer.

2) Pemberian pre-test

Pre-test dilakukan untuk mengetahui pemahaman konsep awal peserta didik

tentang materi pokok Atmosfer.

3) Memberikan perlakuan pada kelas eksperimen dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan SNH melalui media audio-visual pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan Gejala-Gejala yang Terjadi Atmosfer serta Dampaknya Terhadap Kehidupan” dengan materi Atmosfer.

4) Pemberian post-test

Post-test dilakukan untuk mengetahui pemahaman peserta didik

pada pokok bahasan atmosfer.

5) Membandingkan skor pre tes dan post-test antara kelas eksperimen pertama,

kedua, dan kelas kontrol.

6) Mengolah dan menganalisa data

(42)
(43)

126

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah dilakukan pengolahan data dan analisis data, serta uji hipotesis

terhadap hasil penelitian dari penggunaan model pembelajaran kooperatif NHT

dan SNH pada kompetensi dasar : mendeskripsikan gejala-gejala di atmosfer dan

hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan dengan materi atmosfer pada

peserta didik kelas VII-B, VII-C, VII-C di SMPN 2 Sukatani, kabupaten Bekasi,

maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan antara skor pre test dengan post test pada kelas eksperimen

satu (sebelum dan sesudah perlakuan), perbedaan ini terjadi karena di kelas

eksperimen pertama menggunakan metode pembelajaran yang tidak biasa

didapatkan oleh peserta didik yaitu pembelajaran kooperatif NHT pada

kompetensi dasar: mendskripsikan gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan

hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan pada materi atmosfer, dengan

metode ini peserta didik mempelajari materi pembelajaran secara kelompok.

2. Terdapat perbedaan antara skor pre test dengan post test pada kelas eksperimen

dua (sebelum dan sesudah perlakuan) pada kompetensi dasar: mendeskripsikan

gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya terhadap

kehidupan, pada materi atmosfer, adanya perbedaan ini karena pada kelas

eksperimen kedua guru menggunakan pembelajaran SNH yang belum pernah

didapatkan oleh peserta didik. Peserta didik disuruh untuk mempelajari dan

memahami materi pembelajaran melalui kerjasama dengan peserta didik dalam

kelompoknya maupun dengan peserta didik pada kelompok lain yang memiliki

nomor dan tugas yang sama terutama untuk tugas yang sulit.

3. Terdapat perbedaan antara skor pre test dengan post test pada kelas kontrol

(tidak diberikan perlakuan) pada kompetensi dasar mendeskripsikan

(44)

kehidupan, dalam materi atmosfer, perbedaan ini terjadi karena peserta didik

mendapatkan pembelajaran konvensional.

4. Tidak terdapat perbedaan pemahaman siswa antara kelas eksperimen satu

dengan kelas eksperimen dua, hal ini disebabkan metode pembelajaran

kooperatif NHT yang digunakan dalam kelas eksperimen satu dengan

pembelajaran kooperatif SNH dan pada kelas eksperimen kedua sama-sama

menjadi sesuatu yang baru bagi peserta didik sehingga dengan penuh semangat

mereka mendiskusikan tugas yang diberikan oleh guru.

5. Terdapat perbedaan pemahaman peserta didik antara kelas eksperimen satu

dengan kelas kontrol setelah diberikan perlakuan, perbedaan ini terjadi karena

pada kelas eksperimen pertama peserta didik mendapatkan pembelajaran

kooperatif NHT yang tidak biasanya sedangkan pada kelas kontrol peserta

didik mendapatkan metode pembelajaran yang telah terbiasa mereka dapatkan.

6. Terdapat perbedaan pemahaman siswa antara kelas eksperimen satu dengan

kelas kontrol setelah diberikan perlakuan, perbedaan ini terjadi karena pada

kelas eksperimen kedua peserta didik memperoleh pembelajaran SNH yang

merupakan metode pembelajaran tidak biasa diterima oleh peserta didik

sedangkan pada kelas kontrol peserta didik mendapatkan pembelajaran yang

telah biasa mereka dapatkan.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian di atas, penulis

menggunakan rekomendasi sebagai berikut : 1. Penggunaan model pembelajaran

kooperatif NHT dan SNH memberikan pengaruh pada kemampuan pemahaman

siswa pada konsep pembelajaran IPS dalam kompetensi dasar: mendeskripsikan

gejala-gejala di atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan

dengan materi atmosfer . Meskipun demikian dalam pelaksanaannya harus

memperhatikan hal-hal berikut:

a. Dalam penelitian yang telah dilaksanakan ditemukan kesulitan dalam hal

(45)

presentasi hasil kerja kelompok. Untuk itu disarankan bagi guru yang akan

menerapkan model pembelajaran NHT dan SNH perlu memperhitungkan

jumlah peserta didik dalam kelas, jumlah peserta didik yang terlalu besar akan

membutuhkan banyak waktu untuk presentasi.

b. Materi pembelajaran yang dipilih dalam pembelajaran kooperatif NHT dan

SNH hendaknya dibatasi sehingga peserta didik benar-benar dapat menguasai

konsep pembelajaran secara optimal.

c. Setelah dilakukan penelitian ternyata pembelajaran kooperatif dengan jumlah

anggota masing-masing kelompok yang terlalu banyak menyebabkan peserta

didik kurang bertanggung jawab terhadap hasil belajar kelompoknya, mereka

lebih banyak bergurau. Untuk itu disarankan bagi guru yang ingin menerapkan

pembelajaran kooperatif terutama tipe NHT dan SNH jumlah peserta didik

dalam setiap kelompok pembelajaran hendaknya tidak lebih dari empat orang

sehingga kerjasama yang terjadi antara peserta didik dalam kelompok

kooperatifnya lebih maksimal dan dapat dipertanggung jawabkan oleh peserta

didik.

d. Dari pengalaman penelitian yang telah dilaksanakan ternyata pembelajaran

kooperatif dengan menggunakan media audio-visual kurang efektif dilakukan

pada ruang kelas biasa. Pembelajaran kooperatif NHT dan SNH yang

memanfaatkan media pembelajaran audio-visual hendaknya dilakukan di kelas

khusus untuk multi media, sehingga pembelajaran yang diharapkan sampai

pada peserta didik secara optimal.

e. Berdasarkan pengalaman penerapan pembelajaran kooperatif NHT dan SNH

pada sekolah yang telah dipilih oleh peneliti terutama dalam kriteria penentuan

anggota kelompok kooperatif yang oleh peneliti hanya dilakukan berdasarkan

potensi akademik peserta didik saja ternyata tidak dapat sepenuhnya

menghasilkan kerjasama pembelajaran seperti yang diharapkan oleh guru.

Untuk itu disarankan bagi guru yang akan menerapkan model pembelajaran

(46)

pengetahuan yang banyak tentang peserta didiknya terutama kemampuan

(47)

129

DAFTAR PUSTAKA

1.Buku

Al Muchtar, Suwarma. (2004). Strategi Pembelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.

Amin, Muhammad. (1987). Mengajar IPA dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry Bagian I, Jakarta: Depdikbud.

Anderson, L.W & Krathwohl, D.R. (2010). Kearangka Landasan untuk

Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arends, Richard. (2005). Learning to Teach. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Arifin, Zainal. (1991). Evaluasi Instruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Arikunto, Suharsimi. (1999). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Asyhar, Rayandra. (2012). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi Jakarta.

Bloom, BS. (1979). Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Gools. Hand Book 1 Cognitive Domain: USA: Longman Inc.

BSNP. (2006).Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Depdiknas. (2003:10). Pendekatan Kontekstual. Jakarta

Depdiknas. (2005). Materi Pelatihan Terintegrasi Kur

Gambar

Tabel 3.1 Nilai  Ulangan Harian Pemahaman Konsep IPS ( materi interaksi dan proses
Tabel lanjutan 3.1
Tabel 3.2 Data Hasil Uji Normalitas
Tabel 3.4 Desain Kuasi Eksperimen
+7

Referensi

Dokumen terkait

HARAPAN MANUSIA AKAN KEKUATAN ALLAH SWT DAN GAIB PADA RAJAH DALAM TRADISI TERBANGAN DI KABUPATEN BANDUNG. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Oleh karena itu diperlukan suatu informasi pemesanan tanah makam di Pemakaman Lendang Guar yang dapat membantu petugas makam dalam pengelolaan pemakaman sehingga dapat

Hasil penelitian mengidentifikasi tingkat pencapaian variabel kecerdasan emosional (X 1 ) secara keseluruhan 67,82% dalam kategori kuat, variabel kecerdasan spiritual (X 2 )

Proses tersebut dapat dicapai dengan menciptaan kondisi pembelajaran yang tepat sehingga berdampak ketercapaian tingkat kedewasaan secara fisik, sosial, spikologi

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan tahun 2014, Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga memiliki sumber pertumbuhan

Selain itu juga bandara merupakan salah satu infrastruktur transportasi yang wajib ada dalam setiap negara karena berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Alasan lain karena konvoi yang dilakukan tersebut tidak memperhatikan perarturan lalu lintas yang dapat mengganggu hak pengguna jalan lain, karena jalan raya

Dari judul proposal penelitian yang menjadi objek penelitian ini dapat diketahui bahwa penelitian ini bersifat analisis kuantitatif yang bertujuan sesuai dengan