PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN STRUCTURED
NUMBERED HEAD (SNH) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP
PADA PEMBELAJARAN IPS
( Studi Kuasi Eksperimen di SMPN 2 Sukatani Bekasi)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh
Gelar Magister Pendidikan Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh:
HARTATI
1204764
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN STRUCTURED
NUMBERED HEAD (SNH) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP
PADA PEMBELAJARAN IPS
( Studi Kuasi Eksperimen di SMPN 2 Sukatani Bekasi)
Oleh Hartati
S.Pd. IKIP Padang, 1998
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Hartati 2014
Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
Hartati, Nim: 1204764. Judul tesis “PENGARUH PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN STRUCTURED NUMBERED HEAD (SNH) TERHADAP
PEMAHAMAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN IPS”(Studi Kuasi
Eksperimen di SMPN 2 Sukatani Bekasi). Dibimbing oleh, Prof. Dr. H. R. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si, sebagai pembimbing I dan Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd, sebagai pembimbing II
Penelitian ini dilakukan dilatarbelakangi oleh permasalahan kebiasaan guru dalam proses pembelajaran IPS yang hanya menggunakan metode ceramah tanpa memberikan kesempatan pada peserta didik untuk memperoleh sendiri pengetahuanya, peserta didik dijadikan sebagai pendengar dan pencatat yang baik tanpa memahami makna yang terkandung dalam materi pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan pemahaman konsep peserta didik pada pembelajaran IPS antara model pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dengan Structured Numbered Head (SNH). Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol non ekuivalen dan menggunakan teknik purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII SMP Negeri 2 Sukatani, kabupaten Bekasi tahun ajaran 2013/2014. Sampel yang digunakan adalah peserta didik pada kelas VII-B, VII-C, dan VII-D. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah uji non parametrik Mann-Whitney dan Wilcoxon. Adapun hasil penelitian ini menunjukan bahwa: terdapat perbedaan antara hasil pre test dengan post test peserta didik pada kelas eksperimen satu, terdapat perbedaan hasil pre test dengan post test pada kelas eksperimen dua, terdapat perbedaan hasil pre test dengan post test kelas kontrol, tidak terdapat perbedaan pemahaman konsep peserta didik antara kelas eksperimen satu dengan kelas eksperimen dua, terdapat perbedaan pemahaman konsep peserta didik antara kkelas eksperimen satu dengan kelas kontrol, terdapat perbedaan pemahaman peserta didik antara kelas eksperimen dua dengan kelas kontrol. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif NHT dan SNH sebaiknya mempertimbangkan: dilaksanakan pada ruang kelas khusus dan dengan jumlah peserta didik yang tidak terlalu banyak, adanya pembatasan materi pembelajaran, jumlah anggota kelompok kooperatif NHT maksimal empat orang dan SNH maksimal tiga orang, guru memiliki informasi cukup banyak tentang kemampuan akdemik dan interaksi sosial peserta didiknya.
ABSTRACT
Hartati (1204764). Title: The Effect of Implementation Cooperative Learning Model with Numbered Head Together (NHT) Type and Structured Numbered Head (SNH) Towards The Conceptual Understanding of Social Studies. (Quasi experiment Study in SMPN 2 Sukatani, Bekasi). Supervisors: 1. Prof. Dr. H. R. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si, and 2. Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd.
This reasearch is based on the problems of teacher’s habit in teaching learning process of social studies that only use conventional method without giving opportunities for the students to gain knowledge by their own, the students were only the listener and the writer without understanding the meaning in learning
materials. This research aims to explore the difference of students’ conceptual
understanding in learning social studies between the students who got cooperative learning model with NHT type compare with SNH type. This research belongs to quasi experiment with non equivalent control group design by using purposive sampling technique. The population of this research were the students in grade VII SMPN 2 Sukatani, Kabupaten Bekasi in academic year 2013/2014. The samples were the students in VII B, VII C, and VII D. The data analysis used were non parametric testing Mann Whitney and Wilcoxon. The result of the
researh indicated that : there is a difference of the result of students’ pre test and
post test in the first experiment class, there is a difference of the result of students’ pre test and post test in the second experiment class, there is a difference of the
result of students’ pre test and post test in the control class, there is no difference of students’ understanding between the first and second experiment class, there is
a difference of students’ understanding between the first experiment class and control class, there is a difference of students’ understanding between the second
experiment class and control class. In the Implementation of cooperative learning model with Numbered Head Together (NHT) type and Structured Numbered Head (SNH), it is recommended to consider about: it is better to be conducted in special classroom with the limited number of students, there is limitation of learning materials, the maximum number of NHT cooperative group will be four and for SNH will be three students maximally, the teacher has enough information
about students’ ability in academic and their social interaction.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
PERNYATAAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR v
UCAPAN TERIMAKASIH vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GRAFIK xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian 6
C. Tujuan Penelitian 7
D. Manfaat Penelitian 7
BAB II LANDASAN TEORETIK 16
A. Model Pembelajaran Kooperatif 9
B. Metode Pembelajaran 29
C. Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together (NHT) 30
D. Pembelajaran Kooperatif Structured Numbered Head (SNH) 33
E. Pendekatan Pembelajaran Konvensional 35
F. Media Pembelajaran 36
G. Pemahaman Konsep 42
H. Paradigma Penelitian 47
I. Hipotesis Penelitian 48
J. Penelitian Terdahulu 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian 51
ix
C. Metode dan Desain Penelitian 54
D. Defenisi Operasional Variabel 56
E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 62
F. Uji Alat Tes Penelitian 62
G. Teknik Analisa Data 68
H. Prosedur Penelitian 70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian 74
B. Analisis Data 94
C. Pembahasan 119
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 126
B. Saran 127
DAFTAR PUSTAKA 129
LAMPIRAN-LAMPIRAN 134
DAFTAR TABEL
2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan koKonvensional 16
2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Konvensional 34
2.3 Kerangka Konsep Atmosfer 45
3.1 Nilai Ulangan Harian Konsep Pemahaman IPS 51
3.2 Hasil Uji Normalitas Ulangan Harian 53
3.3 Uji Mann-Whitney Ulangan Harian 53
3.4 Desain Penelitian 54
3.5 Operasional Pemahaman Konsep 56
3.6 Operasional Variabel Penelitian 58
3.7 Data Hasil Uji Coba Validitas Soal 62
3.8 Klasifikasi Koefisien Daya Beda 64
3.9 Hasil Uji Coba Daya Pembeda Butir Soal 64
3.10 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal 66
3.11 Hasil Uji Coba Tingkat Kesukaran Soal 66
4.1 Skor Pre Test Kelas Eksperimen 1 75
4.2 Skor Post Test Kelas Eksperimen 1 76
4.3 Skor Pre Test Kelas Eksperimen 2 78
4.4 Skor Post Test Kelas Eksperimen 2 79
4.5 Skor Pre Test Kelas Kontrol 81
4.6 Skor Post Test Kelas Kontrol 82
4.7 Rekap Data Hasil Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen 1 84
4.8 Rekap Data Hasil Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen 2 85
4.9 Rekap Data Hasil Pre Test dan Post Test Kelas Kontrol 86
4.10 Data Statistik Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen 1 87
4.11 Rekap Data Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen 1 88
xi
4.13 Rekap Data Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen 2 90
4.14 Data Statistik Pemahaman Konsep Kelas Kontrol 91
4.15 Rekap Data Pemahaman Kelas Kontrol 92
4.16 Data Hasil Uji Normalitas Pre Test Kelas Eksperimen 1,2, dan Kontrol 94
4.17 Data Hasil Uji Normalitas Post Test Kelas Eksperimen 1, 2, dan Kontrol 95
4.18 Hasil Uji Homogenitas Data Pre Test dan Post Test 96
4.19 Hasil Uji Normalitas Pemahaman Konsep 98
4.20 Hasil Uji Homogenitas Pemahaman Konsep 99
4.21 Hasil Uji Wilcoxon Data Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen 1 100
4.22 Ringkasan Uji Wilcoxon Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen 2 101
4.23 Ringkasan Hasil Uji Wilcoxon Data Pre Test dan Post Test Kelas Kontrol 101
4.24 Ringkasan Hasil Uji Mann-Whitney Pemahaman Konsep Kelas
Eksperimen 1 dan 2 102
4.25 Ringkasan Hasil Uji Mann-Whitney Pemahaman Konsep Kelas Kontrol 103
4.26 Ringkasan Hasil Uji Mann-Whitney Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen
DAFTAR GRAFIK
4.1 Skor Pre Test Kelas Eksperimen 1 75
4.2 Skor Post Test Kelas Eksperimen 1 77
4.3 Skor Pre Test Kelas Eksperimen 2 78
4.4 Skor Post Test Kelas Eksperimen 2 80
4.5 Skor Pre Test Kelas Kontrol 81
4.6 Skor Post Test Kelas Kontrol 83
4.7 Skor Pemahaman Kelas Eksperimen 1 88
4.8 Skor Pemahaman Kelas Eksperimen 2 90
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan salah satu
disiplin ilmu pendidikan memiliki tujuan-tujuan yang selaras dengan tujuan
pendidikan, yaitu mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara baik, dapat
mengembangkan kemampuan menggunakan penalaran dalam pengambilan
keputusan setiap persoalan yang dihadapi, dan memberikan bekal bagi peserta
didik untuk melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi dan membekali
wawasan sosial budaya untuk mempertajam pemikiran dan apresiasi nilai dalam
menjalani kehidupan di masyarakat.
Kenyataanya implementasi pembelajaran IPS di sekolah masih banyak
mengalami kendala. Hal ini sesuai dengan pendapat Al Muchtar (2004:99)
implementasi materi IPS di sekolah saat ini masih menghadapi berbagai kendala,
diantaranya: 1) lebih menekankan aspek pengetahuan; 2) berpusat pada guru; 3)
mengarahkan bahan berupa informasi yang tidak mengembangkan berpikir nilai;
serta 4) hanya membentuk budaya menghapal dan bukan berpikir kritis.
Sedangkan menurut Maryani (2009 : 30), kondisi pembelajaran Geografi/IPS tidak menarik disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : “(1) pembelajaran geografi seringkali terjebak pada aspek kognitif tingkat rendah (2) pembelajaran
geografi cendrung bersifat verbal ; kurang melibatkan fakta-fakta aktual, tidak
menggunakan media konkrit dan teknologi mutakhir (3) kurang aplikabel dalam
memecahkan masalah-masalah yang berkembang saat ini.”
Kebanyakan sekolah melaksanakan proses pembelajaran berpusat pada
guru (teacher centered) dalam arti peserta didik lebih banyak menyimak informasi
yang diterima dari guru yaitu melalui penggunan pendekatan pembelajaran
ekspositori metode ceramah akibatnya peserta didik lebih bersifat pasif dalam
kegiatan pembelajaran dibandingkan mengutamakan kemampuan berpikir
tingkat hapalan saja. Peserta didik masih kuat kedudukannya sebagai murid yang
memusatkan perhatiannya pada bahan yang disajikan oleh guru. Kenyataan ini
juga ditemui dalam proses pembelajaran IPS di SMP negeri 2 Sukatani, kabupaten
Bekasi, dimana guru merupakan satu-satunya sumber informasi pembelajaran,
kebanyakan guru lebih memilih menggunakan metode ceramah dari pada metode
pembelajaran yang lebih bersifat kooperatif, walaupun ada sebagian kecil dari
guru yang menyatakan telah menggunakan metode pembelajaran berkelompok
namun itu hanya sebatas diskusi kelompok pembelajaran biasa saja bukan
pembelajaran kooperatif, aktivitas diskusi kelompok hanya diakuasai oleh peserta
didik yang berkemampuan tinggi saja sedangkan peserta didik berkemampuan
rendah hanya jadi penonton saja. Pembelajaran lebih banyak dilakukan secara
klasikal tanpa memperhatikan perbedaan individu. Peserta didik tidak diberi
kesempatan untuk menggali sendiri informasi pembelajaran sesuai dengan
kemampuannya, walaupun sesungguhnya di lingkungan SMP negeri 2 Sukatani
cukup banyak kondisi lingkungan fisik dan sosial budaya peserta didik dapat
dijadikan sebagai sumber pembelajaran IPS. Hal ini terjadi bukan karena ketidak
mampuan guru, namun disebabkan adanya anggapan guru bahwa dengan metode
pembelajaran ekspositori seperti kebiasaan ceramah dan mencatat lebih
menghemat waktu sehingga walaupun materi pembelajaran IPS cukup padat
namun target pencapaian kurikulum tetap dapat tercapai. Karena itu, jika
implementasi materi IPS tersebut di atas dipertahankan, maka pemahaman dan
keterampilan peserta didik untuk dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan
akan sulit untuk diwujudkan.
Hal ini dapat dilihat dari nilai hasil ulangan harian mata pelajaran IPS
siswa kelas VII pada semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 yang masih dibawah
KKM yaitu nilai rata-ratanya baru sampai 60,05 sedangkan nilai batas ketuntasan
minimum (KKM) yang telah ditetapkan untuk mata pelajaran IPS kelas VII
sebesar 7,1. Hasil rata-rata ulangan harian tersebut menunjukan bahwa hanya
sebesar 38,46 % siswa saja yang mendapatkan nilai sama dengan atau di atas
mengikuti remedial. Hal ini sangat merepotkan guru karena selain jumlahnya
yang besar juga terkendala waktu yang sangat terbatas.
Seiring dengan perkembangan waktu, metode pembelajaran juga
mengalami banyak perkembangan dan kemajuan-kemajuan. Metode pembelajaran
adalah salah satu bagian dari komponen utama pembelajaran. Sanjaya (2012)
menyatakan bahwa komponen utama dalam pembelajaran diantaranya adalah
adanya tujuan, isi/materi, metode, alat atau media, dan penilaian atau evaluasi.
Masing-masing dari komponen ini saling mempengaruhi dalam menentukan
kualitas dari suatu proses pembelajaran.
Metode pembelajaran merupakan suatu cara atau langkah-langkah yang
telah dipikirkan dan direncanakan secara matang oleh guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran, agar pembelajaran yang dilaksanakan itu dapat lebih
menarik, lebih hidup, terarah, dan dapat mencapai sasaran atau tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk dapat meningkatkan pemahaman peserta didik adalah dengan
penggunaan metode pembelajaran kooperatif dan penggunaan media
pembelajaran audio-visual. Johnson (1994:89) menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang
memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan
belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Selanjutnya Hamalik (2011:34)
menyatakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
selain dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga
dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan
menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi.
Media pembelajaran adalah alat untuk menyampaikan atau menghantarkan
pesan-pesan pembelajaran.
Daryanto (2012:4) dalam proses belajar mengajar media pembelajaran
memiliki kegunaan sebagai berikut:
anak didik,(4) memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya, (5) memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.
Sejalan dengan itu Gerald & Ely (Arsyad, 2011:12), menyatakan tiga kemampuan
media yang mungkin guru tidak dapat melakukannya, yaitu:
(1) Kemampuan fiksatif, artinya media dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian, (2) kemampuan manipulatif, media dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan atau manipulasi sesuai dengan keperluan, (3) kemampuan distributif, media mampu menjangkau audiens yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak.
Melalui penggunaan metode pembelajaran kooperatif dan penggunaan
media pembelajaran audio-visual diharapkan proses belajar mengajar dapat
membangkitkan motivasi, ransangan kegiatan belajar dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap peserta didik. Penggunaan metode
pembelajaran kooperatif dan media pembelajaran audio-visual pada tahap
orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran
dan penyampaian pesan serta isi pelajaran pada saat itu. Penggunaan metode
pembelajaran kooperatif dan penggunaan media audio-visual selain dapat
membangkitkan motivasi dan minat peserta didik juga dapat membantu
memudahkan peserta didik dalam memahami konsep pembelajaran termasuk
konsep pembelajaran yang dianggap sulit oleh peserta didik.
Menurut Mulyono dan Zainal (1980:3), alat bantu mengajar atau media
pengajaran yang merupakan bagian dari teknologi pengajaran pada umumnya
merupakan alat-alat atau sarana yang dapat digunakan melalui indera mata dan
telinga. Wujudnya dari yang sederhana seperti papan tulis, sampai kepada lat-alat
elektronik yang mahal seperti komputer. Fungsi alat bantu mengajar sama
pentingnya dengan kegiatan mengajar, yang membantu efisiensi pencapaian
tujuan yang diharapkan.
Atmosfer merupakan salah satu materi pembelajaran IPS yang dalam
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan tipe Structured Numbered
Heads (SNH) melalui media pembelajaran audio visual, karena kegiatan
pembelajaran dengan melibatkan kerjasama antar siswa dalam kelompoknya yang
disertai dengan merangsang pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu
proses atau kegiatan pembelajaran diharapkan dapat memudahkan peserta didik
dalam memahami konsep terhadap materi tersebut.
Sebagaimana yang dikemukakan Briggs (Asyhar, 2012:4), menyampaikan
pokok bahasan atmosfer pada peserta didik diperlukan pemilihan model dan
media pembelajaran yang tepat, media pembelajaran adalah sarana fisik yang
digunakan untuk mengirim pesan kepada peserta didik sehingga merangsang
mereka untuk belajar. Salah satu media pembelajaran yang tepat pada materi
atmosfer adalah media audio-visual. Media audio-visual adalah jenis media yang
dugunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan
penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Melalui media audio
diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami konsep pembelajaran
IPS pada materi atmosfer. Kemampuan daya serap manusia dari penggunaan alat
inderanya yang terbesar adalah dari penglihatan 82% dan dari pendengaran 11%.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student oriented) yaitu peserta didik belajar dan bekerja
dalam kelompok-kecil dengan jumlah 4-5 orang secara kolaboratif sehingga siswa
akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka
saling berdiskusi dengan temannya. Pemilihan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT dan SNH melalui penggunaan media audio-visual dalam pembelajaran
IPS diharapkan dapat menarik minat siswa serta dapat mempermudah peserta
didik dalam memahami konsep-konsep pembelajaran IPS, karena akan lebih
mudah dan lebih cepat belajar jika mereka saling berdiskusi dengan temannya
serta akan makin maksimal hasilnya bila peserta didik melihat alat-alat sensori
seperti gambar, bagan, contoh barang atau model. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hamzah (1988:17), bahwa dengan melihat dan sekaligus mendengar, orang yang
cepat mengerti tentang apa yang dimaksud oleh yang memberi pelajaran,
penerangan atau penyuluhan.
Dipilihnya materi atmosfer pada pembelajaran IPS dengan menerapkan
model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan tipe
Structured Numbered Heads (SNH) menggunakan media audio-visual dalam
penelitian ini didasarkan pada fakta bahwa cuaca dan iklim adalah fenomena alam
yang proses kejadianya sulit untuk di diprediksi secara keilmuan dan merupakan
hal yang sulit untuk dipelajari secara langsung.
Berdasarkan permasalahan pembelajaran IPS di SMPN 2 Sukatani yang
telah diuraikan di atas, maka diperlukan strategi pembelajaran IPS yang optimal
untuk memudahkan peserta didik dalam memahami konsep-konsep yang dianggap
sukar dalam pembelajaran IPS termasuk dalam penyampaian materi atmosfer.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh guru untuk memudahkan pemahaman
tersebut adalah dengan menerapkan model NHT dan SNH melalui penggunaan
media audio-visual. Karena itu penulis merasa perlu untuk melakukan suatu penelitian seberapa efektif “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan SNH Terhadap Pemahaman Konsep pada Pembelajaran IPS”.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah : Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran
kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dan Structured Numbered Heads
(SNH) terhadap pemahaman konsep pada pembelajaran IPS di SMPN 2 Sukatani?
Agar penelitian ini lebih terarah, rumusan masalah tersebut dijabarkan ke
dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan antara skor pre test dengan post test pada kelas
eksperimen pertama?
2. Apakah terdapat perbedaan antara skor pre test dengan pos test kelas
3. Apakah terdapat perbedaan antara skor pre test dengan post test pada kelas
kontrol?
4. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep antara kelas eksperimen satu
dan kelas eksperimen dua?
5. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep antara kelas eksperimen satu
dan kelas kontrol?
6. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep antara kelas eksperimen dua
dan kelas kontrol?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan hasil perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas ,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Seberapa jauh penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan SNH melalui penggunaan media
audio-visual dapat mempengaruhi pemahaman konsep atmosfer pada siswa kelas VII SMPN 2 Sukatani?” Dari tujuan umum di atas, dapat dirumuskan tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perbedaan antara skor pre test dengan post test pada kelas
eksperimen pertama.
2. Untuk mengetahui perbedaan antara skor pre test dengan post test pada kelas
eksperimen dua.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara skor pre test dengan post test pada kelas
kontrol.
4. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep antara kelas eksperimen satu
dengan kelas eksperimen dua.
5. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep antara kelas eksperimen satu
dengan kelas kontrol.
6. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep antara kelas eksperimen dua
dengan kelas kontrol.
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan dalam
beberapa hal, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapakan dapat meningkatkan
pemahaman peserta didik pada pembelajaran IPS. Selain itu diharapakan dapat
memberikan sumbangan pemikiran terutama bagi penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dan SNH melalui media audio-visual dalam
pembelajaran IPS yang selama ini hanya menggunakan pendekatan dan media
yang sifatnya konvensional.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat :
a. Bermanfaat bagi pihak sekolah sebagai satuan pendidikan yang
menyelenggarakan proses pendidikan dengan berpegang pada kurikulum
dalam memberikan kesempatan dan fasilitas kepada guru dan peserta didik
untuk menciptakan media pembelajaran sehingga pembelajaran tidak
membosankan dan pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman siswa.
b. Menjadi masukan bagi guru bahwa penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dan SNH melalui media audio-visual merupakan salah
satu cara mengatasi kesulitan siswa dalam memahami konsep cuaca dan iklim
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Sukatani, kabupaten Bekasi, Jawa
Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan beberapa alasan di antaranya:
1. Terbatasnya kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran yang
berbasis teknologi.
2. Dukungan sarana dan prasarana untuk kegiatan penelitian tersedia secara
memadai.
3. Kebanyakan guru masih menggunakan pendekatan pembelajaran
konvensional.
4. Studi pendahuluan yang menunjukan masih terdapatnya sejumlah
permasalahan dalam kegiatan pembelajaran IPS.
5. Belum pernah digunakannya media pembelajaran audio-visual, sementara
fasilitas untuk menggunakan media tersebut tersedia dan dapat digunakan
untuk kegiatan penelitian.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Sugiyono (2012;117)Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yan ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diatarik kesimpulannya. Sedangkan
sampel adalah sebagian dari populasi itu.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII SMPN
2 Sukatani pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah 322
orang peserta didik. Peneliti memilih populasi peserta didik kelas VII SMPN 2
Sukatani tahun pelajaran 2013/2014, karena mereka merupakan kelompok peserta
didik yang siap menerima perlakuan penelitian ini baik secara waktu maupun
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak tiga kelas dengan rincian
dua kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Pengambilan sampel didasarkan atas
hasil uji normalitas dan homogenitas nilai ulangan harian mata pelajaran IPS
dalam materi Interaksi Sosial dan Proses Sosialisasi khusus pada soal-soal
pemahaman konsep dari seluruh siswa kelas VII yang dijadikan populasi.
Tabel 3.1
Nilai Ulangan Harian Pemahaman Konsep IPS ( materi interaksi dan proses
sosialisasi) kelas VII
SMPN 2 Sukatani T.P 2013-2014
SISWA KELAS VII
A B C D E F G
1 40 70 65 42 56 70 46
2 71 69 30 40 58 35 56
3 69 35 65 60 38 73 40
4 81 72 20 25 63 60 46
5 88 30 72 35 70 76 73
6 61 78 25 82 33 53 46
7 78 76 58 42 20 60 70
8 42 72 78 68 98 40 43
9 72 50 50 52 66 60 50
10 78 70 65 32 45 56 56
11 98 78 65 42 66 50 46
12 68 55 20 80 96 63 73
13 35 60 52 52 76 71 73
14 20 25 44 70 53 53 3
15 78 45 55 52 92 68 53
16 36 75 52 42 68 83 53
17 26 60 42 60 63 73 80
18 78 78 35 70 63 50 56
19 68 44 80 25 60 73 83
20 40 70 50 72 38 80 76
21 83 65 60 50 86 86 63
22 78 75 45 25 56 85 66
24 60 20 58 40 74 60 60
25 68 50 60 62 86 63 20
Tabel lanjutan 3.1
26 78 62 30 72 56 53 50
27 90 68 52 70 78 60 80
28 60 73 20 52 74 73 53
29 75 52 45 52 56 63 60
30 65 30 62 60 56 85 56
31 56 35 50 42 78 60 56
32 22 30 30 62 36 65 60
33 65 69 30 40 76 53 73
34 85 42 60 80 26 63 70
35 35 30 65 42 41 70 80
36 70 72 70 52 53 53 73
37 80 62 70 70 78 70 56
38 38 50 42 52 78 54 50
39 73 60 69 72 66 70 86
40 35 20 50 70 56 40 73
41 82 30 68 35 80 70 63
42 65 70 73 50 73 68 60
JUMLAH 2658 2357 2182 2273 2618 2651 2503
RATA-RATA 63,286 56,119 51,952 54,119 62,333 63,12 59,595 Sumber : Data SMPN 2 Sukatani, T.P 2013-2014
Berdasarkan data hasil uji normalitas diperoleh sebanyak empat kelas yang
memiliki nilai berdistribusi normal yaitu kelas C, D, E, dan F seperti yang tertera
pada tabel 3.2. Selanjutnya untuk mengetahui kemampuan awal siswa dilakukan
uji homogenitas dan uji non parametrik Mann-Withney. Dari hasil uji homogenitas
dan Mann Withney maka diperoleh tiga kelas yang tidak memiliki perbedaan yaitu
Tabel 3.2
Data Hasil Uji Normalitas
KELAS Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
A .177 42 .002 .919 42 .005
B .168 42 .004 .900 42 .001
C .119 42 .142 .952 42 .075
D .130 42 .071 .953 42 .081
E .106 42 .200* .977 42 .539
F .093 42 .200* .971 42 .349
G .108 42 .200* .919 42 .005
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2013
Tabel 3.3 Uji Mann-Whitney
Ulangan Harian
Kelas Mann-Whitney Z Asymp.Sig.(2-tailed) Keputusan
B-C 724.000 -1,416 0,157 Homogen
C-D 827.000 -0,493 0,622 Homogen
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2013
Berdasarkan data hasil uji homogenitas dan normalitas nilai ulangan
harian pada materi interaksi sosial dan proses sosialisasi pada tabel di atas, maka
diambil tiga kelas yang mempunyai nilai homogen, yaitu kelas VII B, VII C, dan
VII D. Kelas VII B dan VII C dijadikan sebagai kelas eksperimen 1 dan 2 ,
sedangkan kelas VII D sebagai kelas kontrol.
C. Metode Penelitian dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif,
Methods. Salah satu ciri penelitian dengan menggunakan design eksperimen kuasi
ini adalah adanya kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk dibandingkan
dengan kelompok eksperimen. Hal ini berarti untuk mengukur pengaruh
penerapan model pembelajaran dan media yang dieksperimenkan terhadap
pemahaman konsep siswa perlu diadakan kelas kontrol yang diberikan perlakuan
tidak sama.
Penelitian ini menggunakan tiga kelompok peserta didik, yaitu dua
kelompok siswa di kelas eksperimen 1 dan 2, serta satu kelompok peserta didik di
kelas kontrol. Peserta didik di kelas eksperimen 1 dan 2 diberikan perlakuan
dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif NHT dan SNH serta
menggunakan media pembelajaran audio-visual, sedangkan peserta didik di kelas
kontrol tidak diberikan perlakuan tetapi dibiarkan belajar seperti biasanya yaitu
menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional dengan memanfaatkan
media grafis.
2. Desain Penelitian
Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu Nonequivalent
Control Group Design dengan pola sebagai berikut:
Tabel 3.4
Desain Kuasi Eksperimen
Nonequivalent Group Desain
Kelas Pre-test Treatment Post-test
Eksperimen 1 O1 X1 O2
Eksperimen 2 O1 X2 O2
Kontrol O1 O2
Sumber: Sugiono, 2012
Keterangan:
E1 O1 = pre-test (sebelum perlakuan) pada kelas eksperimen 1
E1 O2 = post-test (setelah perlakuan) pada kelas eksperimen 1
E2 O2 = post-test (setelah perlakuan) pada kelas eksperimen 2
K O1 = pre-test pada kelas kontrol
K O2 = post-test pada kelas kontrol
X1 = perlakuan pada kelas eksperimen 1
X2 = perlakuan pada kelas eksperimen 2
D. Defenisi Operasional Variabel
Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah yang perlu dijelaskan defenisi
operasionalnya, yaitu:
1. Model pembelajaran kooperatif
Merupakan suatu model pemebelajaran di dalam kelas yang sengaja
dirancang dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok
kecil beranggotakan 4-7 orang dimana masing-masing anggota kelompok terdiri
dari siswa dengan kemampuan akademik bervariasi. Mereka dituntut untuk dapat
melakukan kerjasama dan saling membantu dalam memahami materi
pembelajaran. Aktivitas diskusi mereka dalam kelompok belum boleh diakhiri
sebelum semua anggotanya memahami seluruh materi yang dipelajari. Model
pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa macam diantaranya adalah tipe
Numbered Head Together (NHT) dan tipe Structured Numbered Head (SNH).
a. Model pembelajaran NHT
Model pembelajaran NHT adalah suatu teknik pembelajaran yang
membagi siswa ke dalam kelompok kecil, dimana masing-masing siswa dalam
kelompok mendapatkan nomor yang berbeda.
Teknik pembelajaran NHT dilakasanakan melalui langkah-langkah
sebagai berikut: siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan
4-7 orang, masing-masing siswa diberi nomor sebagai identitas diri, selanjutnya
guru memberikan tugas untuk masing-masing kelompok. Setiap kelompok harus
dapat menyepakati jawaban yang benar dan memastikan setiap anggotanya
didik secara acak, peserta didik yang bersangkutan berdiri dan membacakan hasil
kerjasama kelompoknya untuk seluruh kelas.
b. Model pembelajaran SNH
Model ini hampir sama dengan NHT, bedanya sangat kecil sekali yaitu
pada pembagian tugas dan masuk keluarnya peserta didik dalam kelompok.
Berikut ini adalah langkah-langkah dari tipe SNH : siswa dibagi dalam kelompok,
setiap siswa dalam kelompok mendapatkan nomor, penugasan pada peserta didik
diberikan berdasarkan nomornya, peserta didik nomor satu bertugas mencatat
soal, siswa nomor dua mengumpulkan data yang berhubungan penyelesaian soal,
siswa nomor tiga membacakan jawaban, dan peserta didik nomor empat mencatat
dan membacakan hasil kerja kelompoknya. Untuk peserta didik yang mendapat
tugas yang sulit diperbolehkan keluar dari kelompoknya dan bergabung dengan
siswa bernomor sama dari kelompok lain untuk mencocokkan jawaban mereka,
selanjutnya mereka melaporkan hasil kerjasama kelompoknya sementara
kelompok lain menanggapinya.
2. Pemahaman konsep
Pemhaman merupakan kemampuan siswa dalam menangkap materi
pelajaran yang disajikan dalam bentuk mudah dimengerti serta siswa mampu
menginterpretasi dan mengklasifikasikannya. Pemahaman adalah kemampuan
siswa memahami materi pelajaran. Kemampuan pemahaman siswa dapat dilihat
dari kemampuannya memperkirakan kecendrungan serta meramalkan
akibat-akibat dari berbagai penyebab suatu gejala.
Tipe-tipe pemahaman yang telah diuraikan di atas dapat diukur dengan
alat test (item soal) yang dapat menunjukkan tipe hasil belajar pemahaman yaitu
dengan mengajukan permasalahan operasional sebagai berikut:
Variabel Dimensi Operasional/Indikator Objek operasional
Pemahaman Konsep Cuaca dan iklim Translasi (Terjemahan) Menterjemahkan, merubah, menguraikan, menjelaskan, menyiapkan, membaca, menggambarkan, mengubah, mengatakan dengan cara lain, mengemukakan kembali. Arti, contoh, defenisi,intisari, gambaran, kata fase. Interpretasi (Penafsiran) Menafsirkan, menyusun kembali, mengatur kembali, membuat, menggambarkan grafik, menjelaskan, memperagakan, mengidentifikasi. Sangkut paut, hubungan dasar, aspek gembaran baru, kesimpulan, metode, teori, intisari. Ekstrapolasi (Perluasan) Menaksir, menduga, menyimpulkan, memperkirakan, membedakan, menentukan, memperluas, menyiapkan, memperhitungkan, mengisi, menggambarkan. Akibat, pengertian, kesimpulan, arti, akibat, pengaruh, kemungkinan. Sudjana, 2005.
Menurut Sudjana (1989:24) pemahaman ini dapat dibedakan menjadi tiga
kategori, yaitu:
1. Pemahaman translasi (terjemahan)
Merupakan pemahaman terhadap sesuatu yang dikomunikasikan dengan
bahasa sendiri atau diungkapkan dari suatu bahasa ke bahasa lain.
Pemahaman translasi meliputi kemampuan: (a) menterjemahkan sesuatu
dari suatu bentuk abstrak kebentuk lain yang lebih konkrit, (b)
menterterjemahkan suatu bentuk simbol ke dalam bentuk lain seperti
menterjemahkan tabel, grafik, simbol dan yang lainnya.
2. Pemahaman interpretasi (penafsiran)
Merupakan kemampuan menjelaskan atau menyimpulkan suatu
komunikasi, menghubungan bagian-bagian terdahulu dengan bagian
berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan
kejadian atau membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok.
Pemhaman ini terdiri atas tiga kemampuan ,yaitu: (a) kemampuan
(b) memahami kerangka suatu pekerjaan secara keseluruhan, (c)
memahami dan menafsirkan isi berbagai macam bacaan.
3. Pemahaman ekstrapolasi (perluasan)
Adalah pemahaman terhadap kecendrungan dari data atau menentukan
implikasi, konsekuensi-konsekuensi hasil atau aturan-aturan yang wajar,
efek-efek dan sebagainya sesuai dengan kondisi asli. Pemahaman
ekstrpolasi terbagi menjadi: (a) menyimpulkan dan menyatakan lebih
eksplisit, (b) memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari suatu tinadakan
yang digambarkan dari suatu pbentuk komunikasi.
Melalui kemampuan ekstrapolasi seseorang diharapkan mampu melihat
sesuatu dibalik yang tertulis, mampu memprediksi tentang konsekuensi
atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus ataupun
masalahnya.
Defenisi opersional variabel-variabel penelitian ini dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 3.5 Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Konsep Indikator Instrumen
1. Model pembelajara n kooperatif NHT Pembelajaran yang mengutamakan kerjasama dalam kelompok kecil, dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu tim untuk mencapai tujuan bersama yaitu pemahaman siswa terhadap materi pelajaran (Johnson & Johnson) Langkah-langkah: 1. Presentasi kelas. . 2. Pembagian kelompok. 3. Kerja kelompok.
Dokumenta si observasi
2. Model pembelajara n SNH Model pembelajaran kooperatif SNH merupakan Langkah-langkah: 1. Presentasi kelas. 2. Pembagian kelompok. 3. Penugasan diberikan
modifikasi dari model NHT, pada model ini setiap siswa
mendapatkan nomor dan tugas yang berbeda. Pada saat tertentu, siswa dapat keluar dari kelompoknya kemudian bergabung dengan kelompok lain yang bernomor sama untuk mencocokan tugas mereka sehingga mengurangi kejenuhan siswa. Menurut Lie(2008), dengan perbedaan tugas yang diberikan pada masing-masing siswa, dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap dirinya sendiri dan rekan-rekan dalam kelompoknya
pada setiap siswa. 4. Siswa penjawab soal bergabung dengan siswa lain yang bernomor sama untuk mencocokan jawaban.
mengatakan dengan cara lain, mengemukakan kembali. 2.Interpretasi (penafsiran) Kemampuan: menafsirkan, menyusun kembali, mengatur kembali, membuat, menggambarkan grafik, menjelaskan, memperagakan, mengidentifikasi. 3.Ekstrapolasi (perluasan) Kemampuan: menaksir, menduga, menyimpulkan, memperkirakan, Menterjemahkan konsep kelembaban udara. Menjelaskan konsep angin Menjelaskan konsep hujan Mengidentifikasi
jenis gas penyusun atmosfer. Mengidentifikasi karakteristik lapisan ionosfer. Mengidentifikasi karakteristik lapisan mesosfer. Mengidentifikasi karakteristik lapisan stratosfer. Memperkirakan penyebab
kerusakan lapisan atmosfer
membedakan, menentukan, memperluas, menyiapkan, memperhitungkan
, mengisi,
menggambarkan dampak dari kerusakan lapisan atmosfer Memperkirakan akibat dari fenomena cuaca elnino Memperkirakan akibat dari pemanasan global bagi kehidupan di muka bumi. Menentukan
ukuran tekanan udara.
Menentukan jenis kelembaban udara Memperkirakan
penyebab munculnya
fenomena cuaca la nina 19 8 17 18 20
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2013
E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes, , dan
observasi.
1. Tes Tertulis
Tes tertulis dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
terhadap konsep cuaca dan iklim, sesudah perlakuan baik pada kelas eksperimen
maupun pada kelas kontrol. Tes tertulis diberikan dalam bentuk pilihan ganda (tes
objektif).
2. Observasi
Sutrisno (Sugiono, 2012:203) menyatakan bahwa, observasi merupakan
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses
mengamati penampilan guru dan melihat seberapa jauh kemampuan siswa dalam
melakukan diskusi, menyusun laporan serta mempresentasikan hasil diskusi.
F.Uji Alat Tes Penelitian
1. Uji Validitas
Soal tes yang ditujukan untuk mengukur pemahaman peserta didik
terhadap konsep atmosfer, baik yang akan diujikan pada kelas eksperimen
maupun kelas kontrol sebelum digunakan dilakukan dulu uji validasi dan uji
realibilitas butir-butir soal. Soal ini diuji cobakan pada peserta didik kelas VIII-F
yaitu peserta didik yang sudah pernah mendapatkan materi pembelajaran atmosfer
pada SMPN 2 Sukatani, kabupaten Bekasi. Uji alat tes ini dimaksudkan untuk
mengetahui kualitas soal tes, dan ketepatan alat tes dalam melaksanakan
fungsinya. Dalam penelitian ini alat evaluasi yang digunakan berupa test pilihan
ganda. Uji validasi butir soal dilakukan dengan bantuan program Ana Test.
Jika dihitung secara manual, maka digunakan rumus product momen
angka kasar, seperti tyang dikemukakan Arikunto (2008:72). гxy = nΣxy ̶ (Σx) (Σy)
√{n(Σx2) - (Σx)2}{n(Σy2) - ( Σy)2}
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
n = banyaknya sampel
Σx = jumlah nilai tiap butir soal
Σy = jumlah nilai total
Pengujian validitas test dilakukan dengan menggunakan bantuan Software
Anatest V.A for Windows (data lebih lengkap lihat lampiran B.4, hal.162). Hasil
perhitungan validitas dari soal yang telah diuji cobakan dapat dilihat pada tabel
[image:31.595.111.512.252.607.2]berikut ini:
Tabel 3.6
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2013
Butir Soal Korelasi Interprestasi Keputusan
1 0,535 Sangat valid
2 0,610 Sangat valid
3 0,488 Sangat valid dibuang
4 0,602 Sangat valid
5 0,615 Sangat valid dibuang
6 0,642 Sangat valid
7 0,511 Sangat valid
8 0,481 Sangat valid dibuang
9 0,542 Sangat valid
10 0,435 Valid dibuang
11 0.311 Tidak valid dibuang
12 0,351 Valid
13 0,355 Valid dibuang
14 0,642 Sangat valid
15 0,615 Sangat valid
16 0,331 Tidak valid dibuang
17 0,242 Tidak valid diperbaiki
18 0,285 Tidak valid dibuang
19 0,419 Valid
20 0,316 Tidak valid dibuang
21 0,571 Sangat valid
22 0,198 Tidak valid dibuang
23 0,458 Sangat valid dibuang
24 0,757 Sangat valid
25 0,075 Tidak valid dibuang
26 0,516 Sangat valid dibuang
27 0,685 Sangat valid
28 -0,096 Tidak valid dibuang
29 0,149 Tidak valid dibuang
30 0,585 Sangat valid
2. Uji Reliabilitas
Sugiyono (2008:173) berpendapat instrumen yang reliabel adalah
instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama,
akan menghasilkan data yang sama. Dengan demikian setelah dilakukan uji coba
instrumen pada peserta didik kelas VIII- F SMPN 2 Sukatani, selanjutnya
dilakukan uji reliabilitas data dari hasil uji coba untuk menunjukan bahwa
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini reliabel. Uji reliabilitas dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan Software Anatest V.A for
Hasil perhitungan reliabilitas dari instrumen soal yang telah diujikan adalah 0,08
dengan simpangan baku 5,85, korelasi 0,78 dan rata-rata sebesar 17,55.
3. Uji Daya Pembeda
Daya pembeda butir instrumen soal test dapat diketahui dengan melihat
besar kecilnya angka indeks diskriminasi butir instrumen soal test. Rumus yang
digunakan untuk menghitung daya beda menurut Suherman (2003) adalah:
DP = JBA−JBB
JSA atau DP =
JBA−JBB JSB
Keterangan:
DP = Daya pembeda
= Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar, atau
jumlah benar untuk kelompok atas.
= Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar, atau
jumlah benar untuk kelompok bawah.
� = Jumlah siswa kelompok atas.
� = Jumlah siswa kelompok rendah.
Menurut Suherman (2003) klasifikasi interpretasi daya pembeda soal sebagai
[image:33.595.115.513.225.664.2]berikut:
Tabel 3.7
Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda
Kriteria Daya Pembeda Interpretasi DP ≤ 0,00 Sangat Jelek 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik
Sumber : Suherman (2003)
Perhitungan daya pembeda instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan
lengkap lihat lampiran B.2, hal.160). Pada tabel berikut ini dapat dilihat
[image:34.595.117.509.180.689.2]rangkuman daya pembeda tes.
Tabel 3.8
Data Hasil Uji Coba Daya Pembeda Butir Test
Nomor
Butir Soal DP Interpretasi Keputusan
1 45.45 Sangat baik
2 90.91 Sangat baik
3 54.55 Sangat baik dibuang
4 81.82 Sangat baik
5 54.55 Sangat baik dibuang
6 72.73 Sangat baik
7 63.64 Sangat baik
8 45.45 Sangat baik dibuang
9 63.64 Sangat baik
10 45.45 Sangat baik dibuang
11 36.36 Sangat baik dibuang
12 27.27 Sangat baik
13 36.36 Sangat baik dibuang
14 27.27 Sangat baik
15 36.36 Sangat baik
16 81.82 Sangat baik dibuang
17 54.55 Sangat baik
18 27.27 Sangat baik dibuang
19 45.45 Sangat baik
20 36.36 Sangat baik dibuang
21 63.64 Sangat baik
22 18.18 Sangat baik dibuang
23 54.55 Sangat baik dibuang
24 81.82 Sangat baik
25 0.00 Jelek dibuang
26 54.55 Sangat baik dibuang
27 72.73 Sangat baik
28 -9.09 Jelek dibuang
29 18.18 Sangat baik dibuang
30 63.64 Sangat baik
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2013
Menurut Suherman (2003), tingkat kesukaran untuk soal pilihan ganda
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
= +
� + �
Keterangan :
IK = Indeks Kesukaran
=Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar, atau jumlah benar untuk kelompok atas.
=Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar, atau jumlah benar untuk kelompok bawah.
� = Jumlah siswa kelompok atas.
� = Jumlah siswa kelompok rendah.
[image:35.595.114.511.228.579.2]Menurut Suherman (2003) klasifikasi tingkat kesukaran soal sebagai berikut:
Tabel 3.9
Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal
Kriteria Indeks Kesukaran Klasifikasi
IK = 0,00 Soal Sangat Sukar
0,00 IK 0,3 Soal Sukar
0,3 IK ≤ 0,7 Soal Sedang
0,7 IK ≤ 1,00 Soal Mudah
IK = 1,00 Soal Sangat Mudah
Hasil uji coba tingkat kesukaran soal pada materi atmosfer pada peserta didik
kelas VIII-F SMPN 2 Sukatani dapat dilihat pada lampiaran B.3, hal.161). Pada
[image:35.595.192.461.678.749.2]tabel 3.12 dapat dilihat rangkuman tingkat kesukaran alat test
Tabel 3.10
Hasil Uji Coba Tingkat Kesukaran Soal
Nomor
Butir Soal TK Klasifikasi Keputusan
1 77.27 Mudah
2 54.55 Sedang
4 50.00 Sedang
5 27.27 Sukar dibuang
6 54.55 Sedang
7 59.09 Sedang
8 77.27 Mudah dibuang
9 68.18 Sedang
10 22.73 Sukar dibuang
11 72.73 Mudah dibuang
12 68.18 Sedang
13 72.73 Mudah dibuang
14 59.09 Sedang
15 27.27 Sukar
16 77.27 Mudah dibuang
17 72.73 Mudah
18 86.36 Sangat Mudah dibuang
19 50.00 Sedang
20 45.45 Sedang dibuang
21 31.82 Sedang
22 81.82 Mudah dibuang
23 63.64 Sedang dibuang
24 40.91 Sedang
25 90.91 Sangat Mudah dibuang
26 63.64 Sedang dibuang
27 36.36 Sedang
28 95.45 Sangat Mudah dibuang
29 81.82 Mudah dibuang
30 31.82 Sedang
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2013
G. Teknik Analisa Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang berasal dari
skor post test terdistribusi secara normal atau tidak. Data gain dari sampel baik
pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol perlu diuji kenormalan distribusinya
agar dapat memenuhi syarat untuk dianalisis dengan uji statistik parametrik.
Untuk mengetahuinya maka digunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan
sofware SPSS versi 17 for Window. Untuk menetapkan data yang telah dianalisis
normal atau tidak, maka ditetapkan kriteria sebagai berikut :
a. Tentukan taraf signifikan uji ( α = 0,05)
b. Bandingkan nilai p (p value) dengan taraf signifikasi yang diperoleh.
d. Jika signifikan (Sig) yang diperoleh α, maka sampel bukan berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians sampel yang
digunakan homogen atau heterogen. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
bantuan software SPSS versi 20 for windows dalam menguji homogenitas data
yang diperoleh.
Uji homogenitas menghasilkan banyak keluaran, kita hanya perlu fokus
pada tabel Test Homogenitas of Variance. Interpretasi dilakukan dengan memilih
salah satu statistik, yaitu statistik yang didasarkan pada rata-rata (based on mean).
Untuk menetapkan data yang telah dianalisis homogen atau heterogen, maka
ditetapkan kriteria sebagai berikut:
a. Tentukan taraf signifikan uji (α = 0,05)
b. Bandingkan nilai p (p value) dengan taraf signifikan yang diperoleh.
c. Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh α, maka varians setiap sampel
sama (homogen).
d. Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh α, maka varians setiap sampel
tidak sama (tidak homogen).
3. Uji Hipotesis
Jika data yang diuji ternyata homogen dan normal, maka untuk uji
hipotesis dilakukan dengan uji t. Uji t dilakukan bertujuan untuk mengetahui
apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak, maka
sebelum uji t dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data,
berupa uji normalitas dan homogenitas data hasil penelitian. Jika data tidak
homogen dan tidak normal, maka pada penelitian ini akan dilakukan dengan uji
non parametrik, yaitu uji statistik Mann-Whitney dan Wilcoxon. Dalam rangka
program SPSS. Kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis dalam penelitian ini
dari hasil uji statistik akan ditentukan dengan melihat tingkat signifikansinya.
Pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol perlu diuji kenormalan distribusinya
agar dapat memenuhi syarat untuk dianalisis dengan uji statistik parametrik.
Untuk mengetahuinya, maka digunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan
sofware SPSS versi 20 for Window. Untuk menetapkan data yang telah dinalisis
normal atau tidak, maka ditetapkanlah kriteria sebagai berikut :
a. Tentukan taraf signifikan uji ( α = 0,05)
b. Bandingkan nilai p (p value) dengan taraf signifikan yang diperoleh.
c. Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh α, maka sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
d. Jika signifikansi (Sig) yang dipeeroleh α, maka sampel bukan berasal
dari populasi yang berdistribusi normal.
H. Prosedur Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap studi pendahuluan
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap kurikulum 2012 pada mata
pelajaran IPS kelas VII semester 1, pada kompetensi dasar : mendeskripsikan
gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya terhadap
kehidupan. Tahap ini juga memperhatikan dan mencermati perkembangan
pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Sukatani terutama yang berkaitan dengan
kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa dan guru IPS dalam proses
pembelajaran. Hasilnya masih rendahnya kemampuan siswa dalam memahami
konsep pembelajaran IPS, hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa memperoleh
nilai ulangan harian di bawah batas ketuntasan minimal (KKM) yang telah
ditetapkan oleh sekolah serta kurangnya ketertarikan siswa terhadap pembelajaran
IPS. Selain itu penggunaan pendekatan pembelajaran dan pemanfaatan media
pembelajaran oleh guru masih terbatas pada pendekatan dan media pembelajaran
yang masih bersifat konvensional seperti metode ceramah, penggunaan peta,
pengembangan pembelajaran IPS khususnya pada materi cuaca dan iklim
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan SNH melalui
media audio-visual.
2. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan beberapa kegiatan diantaranya:
a. Menetapkan kompetensi dasar dalam proses pembelajaran
b. Menetapkan jumlah pertemuan proses pembelajaran yaitu dua kali
pertemuan
c. Perancangan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan
SNH pembelajaran melalui media audio-visual
d. Menetapkan kelas eksperimen dan kelas kontrol
e. Menetapkan waktu penelitian
f. Menyusun skenario pembelajaran
g. Menyiapkan alat tes :
1) Menyusun instrumen penelitian yaitu berupa tes
2) Analisis instrumen
3) Menetapkan jumlah instrumen
h.Menetapkan cara observasi
i. Menetapkan jenis data dan teknik pengumpulan data
j. Uji coba instrumen
Untuk mengetahui tingkat validitas dan realibilitas instrumen pada
rencana penelitian ini, dilakukan uji coba instrumen pada siswa kelas VIII
SMPN 2 Sukatani.
3. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap untuk mengumpulkan data. Pada tahap ini
merupakan pengimplementasian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT dengan SNH melalui media audio-visual yang telah dirancang sebelumnya,
a. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif NHT dalam pembelajaran
IPS:
1) Langkah satu : presentasi kelas yang dialkukan oleh guru yang dengan cara
pengajaran langsung dengan menggunakan bantuan media audio-visual dalam
waktu 10 menit, serta penjelasan tentang teknik-teknik pembelajaran NHT
pada peserta didik.
2) Langkah dua : pembagian kelompok belajar, berdasarkan kemampuan
akademik dan jenis kelamin. Masing-masing kelompok mewakili strata yang
ada dan tiap anggota dalam kelompok diberi nomor yang berbeda.
3) Langkah tiga : tahap kerja dan belajar kelompok, peserta didik mempelajari
materi yang sedang dipelajari yaitu pokok bahasan atmosfer dan mengerjakan
tugas yang diberikan secara berkelompok serta berdiskusi untuk menyepakati
jawaban yang benar ( tugas kelompok lihat lampiran A... hal ..)
4) Langkah empat : presentasi hasil kerja kelompok, guru memanggil satu persatu
nomor peserta didik secara acak, peserta didik yang bersangkutan harus siap
untuk memwakili kelompoknya untuk menjelaskan hasil kerja kelompoknya
sementara kelompok lain menangapinya.
5) Langkah lima : guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran.
b. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif SNH dalam pembelajaran
IPS:
1) Langkah satu : presentasi kelas tentang materi atmosfer dengan menggunakan
media audio-visual selama 10 menit oleh guru dan penjelasan teknik
pembelajaran SNH pada peserta didik.
2) Langkah dua : pembagian kelompok belajar, tiap kelompok terdiri dari jenis
kelamin laki-laki dengan perempuan berimbang dan dengan kemampuan
akademik rendah, sedang dan tinggi.
3) Langkah tiga : kerja kelompok, setiap anggota kelompok diberi nomor dan
pemberian tugas berdasarkan nomornya (tugas kelompok lihat lampiran A.5
4) Langkah empat : untuk tugas yang agak sulit, guru menyuruh peserta didik
untuk keluar dari kelompoknya untuk bergabung dengan peserta didik dari
kelompok lain yang bernomor sama guna mencocokan hasil kerja mereka
kemudian peserta didik diminta lagi untuk kembali ke kelompoknya semula.
5) Langkah lima : pesentasi hasil kerja masing-masing kelompok sementara
kelompok lain menanggapinya.
6) Langkah enam : penyimpulan hasil pembelajaran oleh guru dan peserta didik.
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahapan, yaitu :
1) Memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen pertama dan kedua dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan SNH melalui
media audio-visual pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan gejala-gejala
yang terjadi di atmosfer dan serta dampaknya terhadap kehidupan” dengan
pokok bahasan Atmosfer.
2) Pemberian pre-test
Pre-test dilakukan untuk mengetahui pemahaman konsep awal peserta didik
tentang materi pokok Atmosfer.
3) Memberikan perlakuan pada kelas eksperimen dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan SNH melalui media audio-visual pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan Gejala-Gejala yang Terjadi Atmosfer serta Dampaknya Terhadap Kehidupan” dengan materi Atmosfer.
4) Pemberian post-test
Post-test dilakukan untuk mengetahui pemahaman peserta didik
pada pokok bahasan atmosfer.
5) Membandingkan skor pre tes dan post-test antara kelas eksperimen pertama,
kedua, dan kelas kontrol.
6) Mengolah dan menganalisa data
126
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Setelah dilakukan pengolahan data dan analisis data, serta uji hipotesis
terhadap hasil penelitian dari penggunaan model pembelajaran kooperatif NHT
dan SNH pada kompetensi dasar : mendeskripsikan gejala-gejala di atmosfer dan
hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan dengan materi atmosfer pada
peserta didik kelas VII-B, VII-C, VII-C di SMPN 2 Sukatani, kabupaten Bekasi,
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan antara skor pre test dengan post test pada kelas eksperimen
satu (sebelum dan sesudah perlakuan), perbedaan ini terjadi karena di kelas
eksperimen pertama menggunakan metode pembelajaran yang tidak biasa
didapatkan oleh peserta didik yaitu pembelajaran kooperatif NHT pada
kompetensi dasar: mendskripsikan gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan
hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan pada materi atmosfer, dengan
metode ini peserta didik mempelajari materi pembelajaran secara kelompok.
2. Terdapat perbedaan antara skor pre test dengan post test pada kelas eksperimen
dua (sebelum dan sesudah perlakuan) pada kompetensi dasar: mendeskripsikan
gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya terhadap
kehidupan, pada materi atmosfer, adanya perbedaan ini karena pada kelas
eksperimen kedua guru menggunakan pembelajaran SNH yang belum pernah
didapatkan oleh peserta didik. Peserta didik disuruh untuk mempelajari dan
memahami materi pembelajaran melalui kerjasama dengan peserta didik dalam
kelompoknya maupun dengan peserta didik pada kelompok lain yang memiliki
nomor dan tugas yang sama terutama untuk tugas yang sulit.
3. Terdapat perbedaan antara skor pre test dengan post test pada kelas kontrol
(tidak diberikan perlakuan) pada kompetensi dasar mendeskripsikan
kehidupan, dalam materi atmosfer, perbedaan ini terjadi karena peserta didik
mendapatkan pembelajaran konvensional.
4. Tidak terdapat perbedaan pemahaman siswa antara kelas eksperimen satu
dengan kelas eksperimen dua, hal ini disebabkan metode pembelajaran
kooperatif NHT yang digunakan dalam kelas eksperimen satu dengan
pembelajaran kooperatif SNH dan pada kelas eksperimen kedua sama-sama
menjadi sesuatu yang baru bagi peserta didik sehingga dengan penuh semangat
mereka mendiskusikan tugas yang diberikan oleh guru.
5. Terdapat perbedaan pemahaman peserta didik antara kelas eksperimen satu
dengan kelas kontrol setelah diberikan perlakuan, perbedaan ini terjadi karena
pada kelas eksperimen pertama peserta didik mendapatkan pembelajaran
kooperatif NHT yang tidak biasanya sedangkan pada kelas kontrol peserta
didik mendapatkan metode pembelajaran yang telah terbiasa mereka dapatkan.
6. Terdapat perbedaan pemahaman siswa antara kelas eksperimen satu dengan
kelas kontrol setelah diberikan perlakuan, perbedaan ini terjadi karena pada
kelas eksperimen kedua peserta didik memperoleh pembelajaran SNH yang
merupakan metode pembelajaran tidak biasa diterima oleh peserta didik
sedangkan pada kelas kontrol peserta didik mendapatkan pembelajaran yang
telah biasa mereka dapatkan.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian di atas, penulis
menggunakan rekomendasi sebagai berikut : 1. Penggunaan model pembelajaran
kooperatif NHT dan SNH memberikan pengaruh pada kemampuan pemahaman
siswa pada konsep pembelajaran IPS dalam kompetensi dasar: mendeskripsikan
gejala-gejala di atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan
dengan materi atmosfer . Meskipun demikian dalam pelaksanaannya harus
memperhatikan hal-hal berikut:
a. Dalam penelitian yang telah dilaksanakan ditemukan kesulitan dalam hal
presentasi hasil kerja kelompok. Untuk itu disarankan bagi guru yang akan
menerapkan model pembelajaran NHT dan SNH perlu memperhitungkan
jumlah peserta didik dalam kelas, jumlah peserta didik yang terlalu besar akan
membutuhkan banyak waktu untuk presentasi.
b. Materi pembelajaran yang dipilih dalam pembelajaran kooperatif NHT dan
SNH hendaknya dibatasi sehingga peserta didik benar-benar dapat menguasai
konsep pembelajaran secara optimal.
c. Setelah dilakukan penelitian ternyata pembelajaran kooperatif dengan jumlah
anggota masing-masing kelompok yang terlalu banyak menyebabkan peserta
didik kurang bertanggung jawab terhadap hasil belajar kelompoknya, mereka
lebih banyak bergurau. Untuk itu disarankan bagi guru yang ingin menerapkan
pembelajaran kooperatif terutama tipe NHT dan SNH jumlah peserta didik
dalam setiap kelompok pembelajaran hendaknya tidak lebih dari empat orang
sehingga kerjasama yang terjadi antara peserta didik dalam kelompok
kooperatifnya lebih maksimal dan dapat dipertanggung jawabkan oleh peserta
didik.
d. Dari pengalaman penelitian yang telah dilaksanakan ternyata pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan media audio-visual kurang efektif dilakukan
pada ruang kelas biasa. Pembelajaran kooperatif NHT dan SNH yang
memanfaatkan media pembelajaran audio-visual hendaknya dilakukan di kelas
khusus untuk multi media, sehingga pembelajaran yang diharapkan sampai
pada peserta didik secara optimal.
e. Berdasarkan pengalaman penerapan pembelajaran kooperatif NHT dan SNH
pada sekolah yang telah dipilih oleh peneliti terutama dalam kriteria penentuan
anggota kelompok kooperatif yang oleh peneliti hanya dilakukan berdasarkan
potensi akademik peserta didik saja ternyata tidak dapat sepenuhnya
menghasilkan kerjasama pembelajaran seperti yang diharapkan oleh guru.
Untuk itu disarankan bagi guru yang akan menerapkan model pembelajaran
pengetahuan yang banyak tentang peserta didiknya terutama kemampuan
129
DAFTAR PUSTAKA
1.Buku
Al Muchtar, Suwarma. (2004). Strategi Pembelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.
Amin, Muhammad. (1987). Mengajar IPA dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry Bagian I, Jakarta: Depdikbud.
Anderson, L.W & Krathwohl, D.R. (2010). Kearangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arends, Richard. (2005). Learning to Teach. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Arifin, Zainal. (1991). Evaluasi Instruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi. (1999). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Asyhar, Rayandra. (2012). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi Jakarta.
Bloom, BS. (1979). Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Gools. Hand Book 1 Cognitive Domain: USA: Longman Inc.
BSNP. (2006).Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Depdiknas. (2003:10). Pendekatan Kontekstual. Jakarta
Depdiknas. (2005). Materi Pelatihan Terintegrasi Kur