BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pariwisata pada Program Studi Manajemen Resort & Leisure
oleh
Ratu Selly Permata NIM 1104095
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN RESORT & LEISURE
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
Oleh :
Ratu Selly Permata
1104095
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pariwisata pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
© Ratu Selly Permata – 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus – 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
PERANAN INDUSTRI KREATIF TERHADAP PERBAIKAN KONDISI SOSIAL BUDAYA DI KAMPUNG WISATA DAGO POJOK KOTA
BANDUNG
Disetujui dan disahkan oleh :
Dosen Pembimbing I :
Rosita, SS., MA
NIP. 19781019 200604 2 001
Dosen Pembimbing II :
Sri Marhanah, S.S., MM
NIP. 19811014 200601 2 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Manajemen Resort dan Leisure
Fitri Rahmafitria, SP., M.Si.
Hari, Tanggal : Kamis, 27 Agustus 2014
Waktu : 07.00 s.d. selesai
Tempat : Gedung FPIPS, lantai 5 Ruang V.21
Universitas Pendidikan Indonesia
Panitia Ujian Sidang terdiri dari :
Ketua : Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si.
Sekretaris : Fitri Rahmafitria, SP., M.Si.
Anggota : 1. Dr. Elly Malihah, M.Si.
2. Dr. HH. Aceng Kosasih, M.Ag.
3. Wida Budiarti, S.Pd.
4. Ahmad Hidayat
Penguji : HP. DyahSetiyorini, MM.
19761031 200812 2 001
Drs. Pramaputra, MM.
Reiza Miftah W., S.ST., MM.
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Peranan Industri Kreatif terhadap Perbaikan Kondisi Sosial Budaya di Kampung Wisata Dago Pojok Kota Bandung” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Agustus 2015
Yang membuat pernyataan ini,
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dengan berbagai suku dan keunikan alam yang terdapat di Indonesia,
menjadikan Indonesia sebagai salah satu destinasi wisatawan yang cukup
diminati, terbukti menurut kompas.com yang terbit pada tanggal 2 April 2014
menyebutkan bahwa Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)
yang saat itu dijabat oleh Mari Elka Pangestu, pariwisata di Indonesia merupakan
salah satu negara yang memiliki pertumbuhan pariwisata yang bagus di antara
negara-negara keanggotan G20. Seperti yang diberitakan di
international.kompas.com G20 adalah kelompok 20 ekonomi utama yang terdiri
dari 19 negara ditambah dengan Uni Eropa. Kelompok ini terbentuk pada tahun
1999. Kelompok ini menguasai 90 persen total produk nasional bruto (GNP).
G20 pun menguasai 80 persen total perdagangan dunia dan dua pertiga penduduk
dunia. Selain Indonesia, lima negara Asia lainnya yang menjadi anggota G20
adalah Arab Saudi, China, India, Jepang, dan Korea Selatan. Hal tersebut
merupakan suatu peluang dan tantangan yang harus dihadapi oleh industri
pariwisata di Indonesia. Pariwisata di Indonesia mengalami perkembangan seiring
dengan jumlah peningkatan wisatawan asing yang datang ke Indonesia.
Perkembangan pariwisata dewasa ini kadang hanya mementingkan
keuntungan dari sisi ekonomi, padahal terdapat aspek-aspek yang harus menjadi
perhatian pengelola. Aspek-aspek yang seharusnya dapat menjadi suatu kesatuan
pada saat proses pembangunan dan perkembangan itu terjadi, seperti aspek
lingkungan, sosial dan budaya masyarakat sekitar. Masyarakat yang ada di sekitar
kawasan pembangunan dan perkembangan wisata sering menjadi komunitas yang
tidak diperhitungkan oleh pihak pengelola. Padahal dengan adanya proyek
pembangunan dan pengembangan suatu kawasan khususnya pariwisata
diharapkan mampu membantu perekonomian masyarakat. Namun pihak pengelola
beranggapan bahwa masyarakat tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan
pembangunan dan perkembangan kawasan wisata tersebut, sehingga pihak
setempat. Sudah seharusnya pemerintah dan pengelola bekerja sama dengan
meningkatkan keahlian masyarakat sekitar kawasan wisata menjadi masyarakat
yang lebih produktif dan sadar wisata.
Masyarakat merupakan aspek penting dalam pembangunan dan
pengembangan kawasan wisata. Masyarakat pula yang akan merasakan dampak
yang ditimbulkan dari adanya pembangunan dan pengembangan kawasan wisata.
Tidak jarang pihak pengelola dan masyarakat lokal terjadi perselisihan,
masyarakat yang merasa aktivitasnya terganggu karena tidak dilibatkannya
mereka dalam pembangunan wisata, tidak jarang menutup akses menuju kawasan
wisata tersebut. Sehingga wisatawan yang datang berkunjung merasa terganggu
dengan adanya hal tersebut. Sehingga dapat membentuk citra yang kurang baik
bagi suatu kawasan wisata tersebut. Dengan kurangnya lapangan pekerjaan yang
disediakan pihak pengelola akan masyarakat lokal, dapat meningkatkan
kriminalitas di daerah kawasan wisata tersebut, sehingga wisatawan enggan
datang berkunjung karena merasa kemanan dan kenayamannya merasa terganggu.
Sedangkan dalam bukunya Sosiologi Pariwisata, Pitana (2005, hlm. 111)
menyatakan bahwa:
Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energi dobrak yang luar biasa, yang mampu membuat masyarakat setempat mengalami metamorphose dalam berbagai aspeknya.
Salah satu pembangunan kepariwisataan yang melibatkan masyarakat yaitu
konsep Community Based Tourism atau sering disingkat CBT, konsep ini
diharapakan mampu menguntungkan berbagai pihak yang terkait dalam
pembangunan suatu kawasan wisata. CBT sendiri dapat memberikan kesempatan
pada masyarakat lokal dalam mengontrol dan terlibat dalam manajemen
pembangunan pariwisata, selain itu masyarakat lokalpun mendapat keuntungan
dari kegiatan pariwisata yang lebih adil. CBT sendiri merupakan pariwisata
berkelanjutan yang memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial dan
budaya. CBT mampu mendukung pengentasan kemiskinan dengan mendorong
pemerintah dan masyarakat untuk tetap menjaga sumber daya alam dan budaya.
Tourism (CBT) sebagai Pendekatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan,
menyatakan:
CBT berkaitan erat dengan adanya partisipasi dari masyarakat lokal. Menurut Timothy (1999:372) partisipasi masyarakat dalam pariwisata terdiri dari dua perspektif yaitu dalam partisipasi lokal dalam proses pengambilan keputusan dan partisipasi lokal berkaitan dengan keuntungan yang diterima masyarakat dari pembangunan pariwisata.
Bandung merupakan salah satu destinasi wisata yang sangat berkembang
saat ini, berbagai pembangunan proyek wisata dan akomodasi dibangun di
berbagai daerah di Kota Bandung, selain banyak destinasi wisata yang dapat
dikunjungi, Bandung juga merupakan salah satu kota kreatif. Sebagai salah satu
kota yang memiliki julukan Kota Kreatif di Indonesia, Bandung menjadi daya
tarik tersendiri bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Salah satu bukti
bahwa Bandung merupakan Kota yang kreatif terlihat dari perkembangan kuliner
dan mode di Kota Bandung, tidak dapat dipungkiri pula Bandung mendapat
julukan Paris van Java atau Parisnya Pulau Jawa, banyak ditemui factory outlet di
sekitar Bandung dan cafe-cafe yang membanjiri Kota Bandung. Hal-hal tersebut
membuat kunjungan wisatawan yang datang ke Bandung cukup meningkat.
Tabel 1.1. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Bandung Selama Lima Tahun Terakhir
Tahun Wisatawan
Mancanegara Domestik Jumlah 2009 168.712 2.928.157 3.096.869 2010 180.603 3.024.666 3.205.269 2011 194.062 3.882.010 4.076.072 2012 158.848 3.354,857 3.513.705 2013 170.982 3.726.447 3.897.429 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung, 2014
Tabel 1.1 di atas menunjukan bahwa Bandung selalu mengalami
peningkatan jumlah wisatawan tiap tahunnya, namun penurunan yang cukup
signifikan terlihat pada tahun 2012, namun pada tahun 2013 terjadi lagi
peningkatan jumlah wisatawan. Hal tersebut membuktikan bahwa Bandung
menjadi salah satu destinasi yang diminati wisatawan, hal tersebut pula yang
Dago, salah satu kawasan yang berada di Bandung ini cukup tersohor bagi
kalangan wisatawan yang berkunjung ke Bandung. Kawasan yang berada di utara
Bandung ini menjadi primadona oleh wisatawan, karena terdapat beberapa factory
outlet, cafe, hotel, kawasan wisata dan beberapa instansi lainnya. Wisata belanja
dan wisata kuliner merupakan dua jenis wisata yang ada di Dago. Hal tersebut
mengundang pihak developer untuk mambangun dan mengembangkan beberapa
proyek wisata. Menurut data yang diperoleh dari Profil dan Tipologi Kelurahan
Dago tahun 2014, terdapat beberapa tempat prasarana hiburan di Kelurahan Dago,
di antaranya:
Tabel 1.2. Prasarana Hiburan di Kelurahan Dago tahun 2014
Uraian Jumlah
Sumber: Profil dan Tipologi Kelurahan Dago 2014
Dari tabel 1.2 di atas, terlihat bahwa jumlah hotel lebih banyak
dibandingkan dengan tempat pertunjukan tradisional, taman dan sanggar seni.
Padahal beberapa tempat tersebut memilki fungsi sosial budaya. Taman bisa
menjadi salah satu sarana sosialisasi masyarakat, sedangkan tempat pertunjukan
tradisional dan sanggar seni bisa menjadikan pelestarian budaya masyarakat lokal.
Pemerintah seharusnya memperhatikan akan sarana taman, tempat pertunjukan
tradisional, sanggar seni dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan kualitas
sosial budaya masyarakat lokal.
Dengan adanya universitas dan beberapa instansi menjadikan kawasan Dago
diminati oleh pendatang. Salah satu kawasan yang cukup dipadati pendatang
adalah Kawasan Dago Pojok. Dengan adanya pendatang yang menduduki
Kawasan Dago Pojok menimbulkan beberapa dampak. Dampak yang ditimbulkan
bukan hanya dampak positif, dampak negatif pula yang dibawa oleh pendatang.
pengelola lebih memilih pendatang yang dianggap lebih kompeten dibandingkan
masyarakat lokal selain itu, pendatang yang berasal dari berbagai daerah dan
budaya tidak selamanya diterima baik oleh masyarakat lokal karena adanya
perbedaan budaya antara masyarakat lokal dan pendatang.
Pihak pengelola yang lebih memilih pendatang sebagai tenaga kerjanya,
membuat kecemburuan sosial di antara masyarakat lokal dan pendatang.
Sempitnya lapangan pekerjaan dan kurangnya komunikasi antara masyarakat
lokal dan pendatang menjadikan penyebab tawuran di Kawasan Dago Pojok.
Tingkat kriminalitas yang cukup tinggi pula yang menjadi masalah di kawasan ini,
karena sempitnya lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga masyarakat lokal.
Seperti yang telah disebutkan di atas, masyarakat adalah aspek yang cukup
penting dalam pembangunan dan perkembangan di kawasan wisata yang sedang
berkembang dewasa ini.
Padahal dalam visi misi kelurahan Dago menyatakan bahwa harus adanya
upaya-upaya yang mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan di kawasan Dago. Beberapa misi yang dirumuskan antara lain:
menggali potensi masyarakat lokal, mndorong masyarakat lokal ke arah yang
lebih maju, menumbuhkan potensi pendidikan, ekonomi, lingkungan dan sosial
budaya, dan mengembangkan kegiatan ekonomi yang lebih produktif. Salah satu
upaya dalam mewujudkan misi yang dirumuskan oleh Kelurahan Dago adalah
mengembangan kegiatan ekonomi kreatif untuk menciptakan kreativitas dan
melestarikan nilai-nilai seni budaya yang memiliki nilai ekonomi.
Ekonomi kreatif dan pariwisata adalah dua hal yang saling berkaitan, di
Indonesia ekonomi kreatif dan pariwisata ditangani oleh satu kementerian, yakni
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang disingkat menjadi
Kemenparekraf. Sedangkan menurut Ooi dan Yoeti (dalam Suparwoko, 2010,
hlm. 5) yang berjudul “Pengembangan Ekonomi Kreatif Sebagai Penggerak Industri Priwisata” menyebutkan bahwa:
sementara something to buy terkait dengan souvenir khas yang dibeli di daerah wisata sebagai memorabilia pribadi wisatawan. Dalam tiga komponen tersebut, ekonomi kreatif dapat termasuk melalui something to buy dengan menciptakan produk inovatif khas daerah.
Kampung Wisata Dago Pojok adalah salah satu industri kreatif yang ada di
kawasan Dago. Kampung wisata ini dibentuk karena hilangnya humanitas
masyarakat lokal yang disebabkan beberapa hal yang sebelumnya telah dibahas di
atas. Selain itu kampung wisata ini mampu membantu mewujudkan visi dan misi
kelurahan Dago dengan menyertakan masyarakat dalam kegiatannya. Kampung
wisata dago pojok juga mengalami perkembangan yang cukup signifikan setelah
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang saat itu dijabat oleh Marie Eka
Pangestu dan Walikota Bandung Ridwan Kamil mengunjungi kawasan ini.
Kawasan wisata ini juga menjadikan aspek seni budaya sebagai daya tariknya.
Banyak yang dapat dilakukan wisatawan di kampung ini, dengan memiliki
konsep yang unik yaitu wisata kampung, wisatawan diajak untuk menelusuri gang
yang ada, melihat mural di beberapa dinding-dinding rumah warga lokal,
beberapa warga pun ada yang membudidayakan tanaman-tanaman obat dan hias,
sehingga wisatawan dapat belajar akan tanaman hias dan obat. Selain berwisata
kampung, wisatawan yang datang yang umumnya berkelompok akan diberikan
seminar pendek akan industri kreatif yang ada di Kampung Wisata Dago Pojok.
Bila wisatawan ingin turut mengapresiasikan kreativitasnya, wisatawan dapat
turut melukis mural di salah satu dinding. Buah tangan yang dapat dibawa oleh
wisatawanpun cukup unik, wisatawan dapat membeli patung-patung kecil yang
dibuat oleh masyarakat lokal, yang menjadi unik yakni patung-patung kecil
tersebut dibuat berbeda dan tidak ada yang sama motif maupun warnanya. Selain
itu apabila wisatawan datang pada hari libur yakni sabtu hingga minggu dapat
melihat secara langsung proses latihan warga dan anak-anak dalam melastarikan
kesenian dan kebudayaan setempatnya.
Kawasan Dago Pojok yang awalnya terlihat semerawut, kini sudah banyak
berubah. Terdapat pemandangan yang cukup menarik, yaitu berupa mural
beraneka warna yang menghiasi rumah warga dan gang-gang yang berada di
kawasan Dago Pojok, mural tersebut merupakan hasil karya masyarakat sekitar,
terjadi setelah adanya kampung wisata yang menitikberatkan dalam partsisipasi
masayarakat dalam aktivitasnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis
tertarik melaksanakan penelitian dengan judul: “Peranan Industri Kreatif terhadap Perbaikan Kondisi Sosial Budaya di Kampung Wisata Dago Pojok Kota Bandung”
B. Rumusan Masalah Penelitian
Beradasarkan permasalahan yang terdapat pada latar belakang yang telah
diuraikan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa saja industri kreatif yang ada di Kampung Wisata Dago Pojok?
2. Bagaimana kondisi sosial budaya sebelum dan sesudah adanya Kampung
Wisata Dago Pojok berdasarkan presepsi msyarakat?
3. Bagaimana peranan industri kreatif terhadap perbaikan kondisi sosial
budaya di Kampung Wisata Dago Pojok?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian yang akan
dilakukan ini adalah:
1. Mengidentifikasi industri kreatif yang ada di Kampung Wisata Dago Pojok.
2. Menganalisis kondisi sosial budaya sebelum dan sesudah adanya Kampung
Wisata Dago Pojok.
3. Menganalisis seberapa besar peranan industri kreatif terhadap perbaikan
kondisi sosial budaya di Kampung Wisata Dago Pojok.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan yang
bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya yaitu:
1. Bagi sektor pariwisata memberikan informasi mengenai pembangunan
pariwisata yang berkelanjutan dan berbasis industri kreatif.
2. Bagi pihak terkait untuk membantu dalam pengambilan keputusan pada saat
3. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian yang memilki keterkaitan dengan
penelitian ini.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Merujuk pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan
Indonesia tahun 2014/2015, maka sistematika penulisan ini adalah:
1. BAB I Pendahuluan
Berisikan latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan
penelitian manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.
2. BAB II Kajian Pustaka
Pada bab ini memiliki peran yang penting. Dengan memberikan konteks
yang jelas terhadap topik atau permasalahan yang diangkat dalam
penelitian.
3. BAB III Metode Penelitian
Berisikan desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel, instrumen
penelitian, prosedur penelitian dan analisis data.
4. BAB IV Temuan dan Bahasan
Berisi tentang temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan hingga
analisis data dan pembahasan temuan penelitian untuk menjawab
pertanyaan penelitian.
5. BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi
Menyajikan penafsiran dan pemaknaan penulis terhadap hasil analisis
temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat
dimanfaatkan dari hasil penelitian.
6. Daftar Pustaka
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah Kampung Wisata Dago Pojok
ataupun sepanjang Jalan Dago Pojok yang merupakan salah satu kawasan bagi
Komunitas Taboo Bandung yang berada pada daerah administratif Kelurahan
Dago Kecamatan Coblong Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat.
Sumber: Google Maps (2015)
Gambar 3.1. Peta Lokasi Jalan Dago Pojok dan Komunitas Taboo
B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu kegiatan penelitian yang didasarkan
pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis, untuk mendapatkan
data, dengan tujuan dan kegunaan yang telah ditentukan. Sedangkan Sugiono
(2005, hlm 1) mengemukakan bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam
penelitian ini menggunakan metode penelitian baik kualitatif maupun kuantitatif
bahwa mix method atau metode penelitian kombinasi adalah metode penelitian
yang mengkombinasikan antara metode kualitatif maupun kuantitatif secara
bersamaan dalam kegiatan penelitian, sehingga data yang diperoleh lebih
komprehensif, valid, reliabel dan obyektif.
Selain itu penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Sedangkan
penelitian deskriptif menurut Nazir (1999, hlm. 63) menyatakan merupakan suatu
metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi,
suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Sedangkan Sugiyono (2012, hlm. 29) mendefinisikan bahwa metode deskriptif
adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu
hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang luas.
C. Populasi, Sampel, Teknik Sampling dan Narasumber 1. Populasi
Dalam bukunya yang berjudul Penelitian Kuantitaif Sebuah Pengantar,
Taniredja dan Mustafidah menyadur beberapa pengertian populasi dari berbagai
ahli, Taniredja dan Mustafidah (2014:33) menyatakan bahwa populasi adalah
keseluruhan subyek yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan,
gejala-gejala atau peristiwa-pristiwa yang terjadi sebagai sumber. Sedangkan
dalam penelitian ini yang dimaksud dengan populasi adalah masyarakat yang
tinggal di sekitar Dago Pojok Kelurahan Dago Kecamatan Coblong Kota
Bandung. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat
Kelurahan Dago. Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil dan Tipologi
Kelurahan Dago, diketahui jumlah penduduk berjumlah 29.453 jiwa, terdiri atas
14.348 jiwa laki-laki dan 15.105 jiwa peremepuan pada tahun 2014.
2. Sampel
Ali (1985, hlm. 54) dalam Taniredja dan Mustafidah (2014, hlm. 34)
menyatakan bahwa sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari
keseluruhan obyek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh
populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu. Sedangkan menurut
Sugiyono (2012, hlm. 73) mendefinisikan bahwa sampel adalah bagian dari
dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. Sampel
pada penilitian ini adalah beberapa dari masyarakat yang berada di sekitar
Kampung Wisata Dago Pojok Kelurahan Dago.
Untuk mennentukan berapa jumlah sampel, penulis menggunakan
perhitungan besarnya ukuran sampel dengan menggunakan Rumus Slovin,
sebagai berikut:
= + NeN
Keterangan:
n = Jumlah sampel yang dicari
N = Jumlah populasi
e = Persentase kelonggaran penelitian karena kesalahan pengambilan yang
masih dapat ditolerir (e = 0,10)
Dalam penelitian ini jumlah populasi di Kelurahan Dago seperti yang sudah
disebutkan pada subab populasi sebelumnya pada tahun 2014 diketahui terdapat
29.453 jiwa, sedangkan persentase kelonggaran penelitian atau error tolerance
yang dilambangkan dengan e yaitu 10% atau (0,1), adapun perhitungan sampel
menurut Rumus Slovin sebagai berikut:
= 9.
+ 9. ,
= 9.9 ,
= 99, dibulatkan menjadi 100 orang)
Dengan begitu, sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang yang merupakan
masyarakat lokal Dago Pojok.
3. Teknik Sampling
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan probability sampling dengan
teknik simple random sampling. Taniredja dan Mustafidah (2014, hlm. 35)
menyebutkan bahwa teknik ini juga disebut acak, tidak pilih kasih dan obyektif,
menjadi sampel penelitian. Sampel ini berjumlah 100 orang dengan perhitungan
yang telah dilakukan sebelumnya.
4. Narasumber
Dalam penelitian ini selain menggunakan simple random sampling dalam
kebutuhannya menjawab pernyataan dalam kuesioner, diperlukan narasumber
demi kebutuhan menjawab sejumlah wawancara yang dilakukan oleh penulis.
Narasumber sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online yakni orang
yang memberi (mengetahui secara jelas atau menjadi sumber) informasi, atau
sejumlah tersebut berfungsi sebagai informan bagi penulis. Dalam penelitian ini
yang menjadi narasumber adalah penduduk lokal yang mendiami Kampung
Wisata Dago Pojok, adapula pengelola Komunitas Taboo yang bertanggung jawab
dan mengetahui segala yang ada di Kampung Wisata Dago Pojok, selain
masyarakat lokal juga terdapat anggota Komunitas Taboo yang berasal dari luar
Kampung Wisata Dago Pojok demi memperkuat data yang telah di dapat.
Tabel 3.1. Data Narasumber
No Nama Narasumber Usia Pekerjaan Domisili Lama Tinggal
1 Bapak Rahmat
Jabaril 41 tahun
Pengagas Komunitas
Taboo
Dago Pojok 19 tahun
2 Bapak Arifin 47 tahun Ketua RT Dago Pojok 21 tahun
3 Ibu Ani 53 tahun PRT Dago Pojok 14 tahun
4 Ibu Ratih 39 tahun IRT Dago Pojok 11 tahun
5 Sendhy 18 tahun Pelajar Dago Pojok 18 tahun
6 Eko 23 tahun Mahasiswa Luar Dago
Pojok -
D. Variabel Penelitian
Taniredja dan Mustafidah (2014, hlm. 40) mengungkapkan bahwa variabel
adalah karakteristik yang akan diobservasi dari satuan pengamatan, variabel
tersebut diberi definisi operasional dan selanjutnya ditentukan indikator-indikator
yang akan diukur. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel keadaan sosial
budaya, yang penulis ambil dari teori Dampak Pariwisata terhadap Kondisi Sosial
Budaya yang dikemukakan oleh Pizam and Milman dalam Pitana. Hal tersebut
diperlukan dalam pengukuran keadaan sosial budaya sebelum dan sesudah
terbentuknya Kampung Wisata Dago Pojok, seperti di bawah ini:
Tabel 3.2. Operasionalisasi Variabel Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Lokal
Variabel Sub Variabel Indikator Skala No
Item
Aspek Demografis
Adanya peningkatan
penduduk pendatang Ordinal 1
Mata
Pencaharian
Lapangan pekerjaan yang
ada bertamabah luas Ordinal 2
Perubahan mata
pencaharian penduduk Ordinal 3
Aspek Budaya
Terpeliharanya
kebudayaan setempat Ordinal 4
Kebudayaan setempat
lebih dikenal Ordinal 5
Penggunaan bahasa
setempat lebih fasih Ordinal 6
semakin baik dan terjaga Ordinal 8
Komoditas hasil olahan
masyarakat meningkat Ordinal 9
Lingkungan
mengalami keteraturan Ordinal 11
E. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, sumber data yang diperoleh melalui data primer dan
data sekunder. Sumber data digunakan untuk memperoleh informasi mengenai
data. Menurut Taniredja dan Mustafidah (2014, hlm. 46) yang dimaksud dengan
data primer dan data sekunder adalah sebagai berikut:
1. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung
secara empirik kepada pelaku yang telibat langsung dengan menggunakan
terknik data tertentu. Data dalam penelitian ini berupa hasil wawancara dengan
pihak-pihak yang dianggap paling tahu dan penyebaran kuesioner kepada
masyarakat lokal Dago Pojok Kelurahan Dago.
2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain atau data yang
sudah tersedia sebelumnya yang berasal dari buku-buku, undang-undang,
seperangkat peraturan pemerintah, literatur, artikel dan jurnal. Data ini berupa
data yang dijadikan sumber teori baik itu dari buku, literatur, peraturan
perundang-undangan, artikel, jurnal dan semacamnya yang berkaitan dengan
penelitian ini, selain itu data-data yang diperoleh dari Kampung Wisata Dago
Pojok itu sendiri.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan penulis dalam
menyimpulkan data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis,
sebagai berikut:
1. Observasi
Sudjana dalam Taniredja dan Mustafidah (2014, hlm. 47) sebagai alat penilaian
yang banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses
terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang
sebenernya maupun dalam situasi buatan. Dalam penlitian ini, peulis
melakukan observasi di Kampung Wisata Dago Pojok untuk melihat industri
kreatif dan kondisi sosial budaya yang ada di sana.
2. Wawancara
Sugiyono (2012, hlm. 231) mendefinisikan bahwa wawancara adalah diskusi
jawab dengan tujuan tertentu. Wawancara memungkinkan peneliti
mengumpulkan data yang beragam dari para responden dalam berbagai situasi
dan konteks. Dalam hal ini wawancara dilakukan guna menjawab beberapa
rumusan masalah penelitian yang terkait dengan menggunakan teknik
purposive sampling seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
3. Kuesioner/Angket
Taniredja dan Mustafidah (2014, hlm. 44) menyatakan bahwa angket adalah
daftar pernayaan tentang topic tertentu yang diberikan pada subyek, baik secara
individual atau kelompok, untuk mendapatkan informasi tertentu. Dalam
penelitian ini daftar pernyataan dalam kuesioner merupakan data yang diambil
penulis melalui olahan operasionalisasi variabel yang telah dijelaskan di atas.
Jenis pernyataan dalam kuesioner yang digunakan adalah pernyataan dengan
jawaban berupa skala. Sedangkan kuesioner dibagikan kepada 100 responden
dengan teknik sample random sampling kepada masyarakat lokal setempat
guna mengetahui keadaan sosial-budaya sebelum dan sesudah adanya
Kampung Wisata Dago Pojok, selain itu digunakan dalam mengetahui peranan
industri kreatif terhadap perbaikan kondisi sosial budaya.
4. Literatur
Studi literatur digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara
mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Data-data tersbut bisa diperoleh melalui buku literatur, jurnal, artikel dan lain
sebagainya yang relevan dengan penelitian ini.
G. Instrumen Penelitian dan Penetapan Skala
Penelitian ini menggunakan instrumen penelitiannya berkenaan dengan
validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan
dengan ketepatan cara-cara yang digunakan dalam mengumpulkan data. Dalam
mempermudah menjawab kuesioner/angket, penulis menggunakan skala likert
sebagai alternatif jawaban pada kuesioner yang akan dibagikan kepada sejumlah
responden yang telah ditetapkan. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 93) skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang atau
kuesioner, maka setiap jawaban diberi nilai atau skor berdasarkan tingkat bobot
nilai. Sedangkan Nasution (2000, hlm. 63) menyatakan bahwa skala likert
merupakan jenis skala yang mempunyai reliabilitas tinggi dalam mengurutkan
manusia berdasarkan internsitas sikap tertentu.
Penetapan skala yang digunakan dalam penelitian ini untuk penyebaran
kuesioner/angket yakni dengan menggunakan skala likert. Nasution (2000, hlm.
63) menfasirkan skala likert dalam data yang relatif lebih mudah. Skor yang lebih
tinggi menunjukkan sikap yang lebih tinggi taraf atau intensitasnya dbandingkan
dengan skor yang lebih rendah. Skala likert dalam penelitian ini terdiri dari lima
kategori dan diberi bobot dari satu sampai lima, seperti berikut
Tabel 3.3. Kategori Skala Likert
Pernyataan Nilai/Bobot
Sangat Setuju/Sangat Baik/Selalu 1
Setuju/Baik/Sering 2
Cukup 3
Tidak Setuju/Tidak Baik/Hampir Tidak Pernah 4 Sangat Tidak Setuju/Sangat Tidak Baik/Tidak Pernah 5 Sumber: diadaptasi dari Sugiyono (2005, hlm. 94)
Adapun perhitungan bobot penilaian kelas nterval berdasarkan Skala Likert, yaitu:
Jarak = Nilai Tertinggi – Nilai Terrendah
Nilai Tertinggi = Total Responden × Bobot Terbesar
= 100 × 5
= 500
Nilai Terrendah = Total Responden × Bobot Terkecil
= 100 × 1
= 100
Interval = Jarak : Banyaknya Kelas
= (500-100) : 5
= 80
Dari perhitungan bobot penilaian kelas interval berdasarkan skala likert di atas,
Tabel 3.4. Penilaian dan Kelas Interval
Interval Penilaian
100-180 Sangat Tidak Setuju/Sangat Tidak Baik 181-260 Tidak Setuju/Tidak Baik
261-340 Cukup
341-420 Setuju/Baik
421-500 Sangat Setuju/Baik
Sumber: Diolah penulis (2015)
Setelah mengkalkulasikan kuesioner yang telah disebar, terkumpul dan terisi,
penulis kemudian mengkalkulasikan jawaban dari pernyataan kemudian untuk
melihat hasilnya, akan lebih menggunakan garis kontinum seperti berikut:
STS/STB TS/TB Cukup S/B SS/SB
0 180 260 340 420 500
Sumber: Diolah penulis (2015)
Gambar 3.2. Penilaian Kelas Interval berdasarkan Skala Likert
Adapun tahapan cara mengolah kuesioner/angket ini, setalah form isian
kuesioner telah tersebar, tekumpul dan terisi, selanjutnya dianalisis dengan
menyajikan dalam bentuk tabel (tabulasi data) dengan menggunakan rumus
persentase yang merupakan teknik statistik sederhana yang digunakan untuk
melihat seberapa banyak kecenderungan frekuensi jawaban yang diberikan
responden yakni:
� =n ×f %
Dengan keterangan sebagai berikut:
P = Persentase
f = Frekuensi dari setiap jawaban yang dipilih responden
n = Jumlah seluruh frekuensi alternative jawaban yang menjadi pilihan
responden (dalam hal ini jumlah sampel)
Setelah dilakukan perhitungan, maka menurut Santoso (2001, hlm. 57), hasil
Tabel 3.5. Kategori Persentase
Persentase Kategori
0% Tidak Seorangpun
1% - 24% Sebagian Kecil 25% - 49% Hampir Setengahnya
50% Setengahnya
51% - 74% Sebagian Besar 75% - 99% Hampir Seluruhnya
100% Seluruhnya
Sumber: Santoso (2011, hlm 57)
H. Proses Pengujian Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini data yang diperoleh kemudian diolah berdasarkan
kuesioner/angket yang disebar kepada sejumlah responden yang telah ditentukan
pada sampel, maka dari itu kuesioner sebagai sebuah alat insrumen penelitian
haruslah memeiliki validitas dan realibilitasnya.
1. Uji Validitas
Dalam instrumen penelitian dengan menggunakan kuesioner, data yang
diperoleh harus dapat dipercaya kebenarannya sesuai dengan kenyataan,
sedangkan menurut Sugiyono (2012, hlm. 267) validitas merupakan derajat
ketetapan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat
dilaporkan oleh peneliti. Data penelitian tidak akan berguna apabila instrumen
yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitia itu tidak memiliki validitas
yang tinggi. Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan antar skor
item-item dengan rumus Product Momment Pearson, yaitu:
�
=
√{� .∑ 2� ∑ − ∑ ∑− ∑ 2} . √{� .∑ 2− ∑ 2}Keterangan:
r = Koefisien validitas butir pertanyaan yang dicari
n = Banyaknya koresponden
Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item
∑X = Jumlah Skor dalam distribusi X
∑Y = Jumlah Skor dalam distribusi Y
∑X² = Jumlah kuadrat masing-masing X
∑Y² = Jumlah kuadrat masing-masing Y
Guna memperoleh data yang absah, terutama data yang diperoleh melalui
wawancara, diperlukan teknik pemeriksaan data untuk membuktikan validitas dan
reliabilitasnya yang merupakan hal penting dalam sebuah penelitian. Mengacu
pada model yang dikemukakan Lincoln dan Guba sebagaiman yang dikutip oleh
Burhan Bungin (2003, hlm. 60), dalam penelitian ini akan dilaksanakan beberapa
langkah sebagai berikut ini:
a) Memperpanjang keikutsertaan peneliti proses pengumpulan data di lapangan.
Caranya antara lain dilakukan dalam bentuk peningkatan frekuensi pertemuan
peneliti dengan responden sebagai sumber informasi, atau peningkatan
frekuensi kontak dengan menggunakan berbagai momentum yang relevan
dengan masalah penelitian.
b) Melakukan pengumpulan data secara terus menerus dan sungguh-sungguh
terhadap masalah yang menjadi fokus penelitian.
c) Melakukan triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
diperoleh dari satu sumber dan membandingkannya kepada sumber yang
lainnya dalam waktu yang berbeda, atau membandingkan data yang diperoleh
dari satu sumber dengan menggunakan metode yang berbeda, proses
triangulasi berlanjut sejak penelitian dilakukan.
d) Melibatkan teman sejawat yang tidak terlibat dalam penelitian untuk
memberikan masukan, kritik atau tanggapan terhadap hasil penelitian.
e) Mengupayakan referensi yang cukup untuk meningkatkan keabsahan informasi
yang diperlukan dengan memperbanyak dukungan bahan referensi seperti
buku, media cetak maupun elektronik, jurnal, makalah ataupun artikel yang
terkait.
f) Melakukan pemeriksaan ulang atau sering disebut juga dengan “member
check” pada setiap kali selesai melakukan wawancara untuk meyakinkan
dengan yang dimaksud partisipas yang kemudian diinterpretasika oleh peneliti
sesuai dengan kerangka pemikiran penelitian.
Penulis kemudian membagikan 20 kuesioner, untuk menguji validitas dari tiap
butir pernyataan yang akan dibagikan pada responden. Selanjutnya nilai r hitung
yang dihasilkan dari perhitungan dibandingkan dengan nilai r tabel sebesar 0,3783
hasil tersebut merupakan ketentuan yang diperoleh penulis, karena membagikan
kepada 20 orang responden untuk melakukan pengujian vaiditas. Jika nilai r
hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel, maka dapat dinyatakan
bahwa pernyataan tersebut valid. Pengujian ini menggunakan software SPSS
(Statistical Product and Service Solution) versi 16 dan menggunakan tingkat
signifikasi sebsar 5%. Adapun hasil uji validitas, sebagai berikut:
Tabel 3.6. Hasil Pengujian Validitas Sosial Budaya
No Pernyataan r
hitung r tabel Keterangan
1 Banyak pendatang yang menempati
Dago Pojok 0,472
0,3783
Valid
2 Tersedia lapangan pekerjaan baru bagi
masyarakat Dago Pojok 0,532 Valid
3 Ada perubahan mata pencaharian
penduduk 0,632 Valid
4 Masyarakat Dago Pojok tetap menjaga
tradisi kebudayaan lokal 0,579 Valid
5 Budaya lokal di Dago Pojok dikenal
oleh masyarakat luar desa 0,545 Valid
6 Masyarakat Dago Pojok masih
menggunakan Bahasa Sunda 0,447 Valid
7 Masyarakat Dago Pojok masih
mentaati nilai dan moral aturan adat 0,746 Valid
8 Masyarakat Dago Pojok menjaga
dengan baik infrastruktur desanya 0,639 Valid
9
Komoditas (kerajinan) hasil olahan masyarakat Dago Pojok beragam dan meningkat
0,424 Valid
10 Masyarakat Dago Pojok tetap menjaga
kelestarian lingkungan 0,631 Valid
11 Lalu lintas di Dago Pojok teratur 0,628 Valid
Berdasarkan hasil pengujian validitas pada tabel 3.6 di atas, diketahui
bahwa seluruh butir pernyataan variabel sosial budaya menunjukkan nilai r hitung
yang lebih besar disbanding dengan nilai r tabel (0,3783). Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa seluruh butir pernyataan variabel sosial budaya dinyatakan
valid dan memenuhi syarat sebagai alat ukur variabel sosial budaya.
2. Uji Reliabilitas
Selain harus memiliki nilai validitas yang cukup tinggi, instrumen penelitian
juga harus dapat dipercaya (reliable). Arikunto (2002, hlm. 154) menyebutkan
bahwa reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Pengujian reliabilitas kuesioner penelitian dilakukan dengan teknik Cronbach
Alpha Coeficient, sebagai berikut:
r11 = [�−� ] [ −∑ �� �
� ]
Keterangan:
r11 = nilai reliabilitas
∑ s1 = jumlah varian skor tiap item St = varian total
k = jumlah item
Seperti dalam pengujian validitas, untuk menguji reliabilitas penulis
menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 16.
Adapun hasil dari pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel 3.6 di bawah ini:
Tabel 3.6. Hasil Pengujian Reliabilitas Sosial Budaya
Cronbach's Alpha N of Items
0,809 11
Sumber:Diolah penulis (2015)
Dari tabel 3.6 di atas dapat dilihat hasil pengujian Cronbach’s Alpha sebesar
0,809 lebih besar dari 0,3783. Setelah instrumen dikatakan valid dan reliabel,
maka instrumen dapat dipakai dalam pengumpulan data.
I. Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggabungkan antara analisis
kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui ada
atau tidaknya perbedaan kondisi sosial budaya sebelum dan sesudah adanya
industri kreatif yang ada di Kampung Wisata Dago Pojok dengan menggunakan
hasil kuesioner/angket yang dibagikan kepada sejumlah masyarakat Dago Pojok.
Sedangkan analisis kualitatif digunakan untuk memperkuat dan membuat data
yang telah dihasilkan dalam analisis kuantitatif menjadi kredibel, dengan
menggunakan beberapa teknik pengumpuan data seperti wawancara maupun
observasi. Adapun tahapan analisis data dalam penelitian ini:
1. Analisis Kuantitatif
Teknik penyusunan analisis data kuantitatif dalam penelitian ini antara lain:
a. Menyusun data
Kegiatan menyusun data ditujukan untuk memeriksa kelengkapan data yang
dibutuhkan seperti identitas responden, jawaban kuesioner dan data-data
lainnya yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan penelitian.
b. Tabulasi data
Tahapan dalam kegiatan tabulasi data pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Memberi skor pada setiap item variabel penelitian.
b. Menjumlahkan skor pada setiap item variabel penelitian.
c. Menyusun rangking pada setiap item variabel penelitian dari yang tertinggi
hingga terrendah.
c. Pengujian data
Dalam kegiatan mengolah data, peneliti melakukan pengujian data untuk
pembagian kuesioner/angket terlebih dahulu agar dapat diperoleh suatu
a) Method of Successive Interval (MSI)
Penelitian ini menggunakan data ordinal sehingga tidak dapat langsung untuk
dianlasis dengan menggunakan statistic parametric seperti regresi. Oleh karena
itu semua data ordinal yang terkumpul terlebih dahulu ditransformasikan
menjadi skala interval dengan cara MSI. Langkah-langkahnya diantaranta
adalah sebagai berikut:
1) Menghitung frekuensi (f) setiap pilihan jawaban berdasarkan hasil jawaban
dari responden pada setiap pertanyaan.
2) Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap pertanyaan, dilakukan
perhitungan proporsi (p) setiap pilihan jawaban dengan cara membagi
frekuensi (f) dengan jumlah responden.
3) Berdasarkan proporsi tersebut untuk setiap pernyataan, dilakukan proporsi
kumulatif untuk setiap pilihan jawaban.
4) Menentukan nilai batas Z (tabel normal) untuk setiap pernyataan dan setiap
jawaban.
5) Menentukan nilai interval rata-rata untuk setiap pilihan jawaban melalui
persamaan berikut ini:
��� � � � = �� ��� � � �� �� � − �� ��� � ��� � �� �� � − ��� � � �� �� ��� �� �
b) Paired-Sample T-Test
Paired-Sample T-Test merupakan prosedur yang digunakan untuk
membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu grup. Artinya pula analisis
ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua sampel yang
berhubungan atau dua sampel berpasangan. Adapun persamaan rumus
paired-sample t-test, yaitu:
=
��√��̅Keterangan:
t = Nilai t hitung
�̅ = Rata-rata selisih pengukuran 1 dan 2 SD = Standar deviasi seslisih 1 dan 2
N = Jumlah sampel
Nilai α
df (degree of freedom) = N-k (untuk paired sample t-test df=N-1)
Bandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel, apabila:
t-hitung > t-tabel → Berbeda secara signifikan (H0 ditolak)
t-hitung < t-tabel → Tidak berbeda secara signifikan (H0 diterima)
Adapun hipotesis yang diajukan, yakni:
H0 = Tidak terjadi perbedaan
H1 = Terjadi adanya perbedaan atau perubahan
2. Analisis Kualitatif
Teknik penyusunan analisis data kualitatif dalam penelitian ini antara lain:
a. Mengedit Data
Mengedit data atau yang biasa disebut dengan editing dalam Bahasa Inggris
merupakan kegiatan memperbaiki kualitas data. Tujuannya adalah
menghilangkan keraguan akan kebenaran yang mungkin timbul setelah
membaca data tersebut. Kegiatan editing mencakup hal-hal seperti,
pemeriksaan mengenai kelengkapan data, pemeriksaan mengenai kejelasan
data, pemeriksaan mengenai konsistensi data dan pemeriksaan mengenai
keseregaman ukuran data. Editing terhadap data yang diperoleh akan lebih baik
jika dilaksanakan sesaat setelah data diperoleh dan di tempat sumber data
supaya pengecekan terhadap data mudah dilakukan.
b. Mengolah Data
Mengolah data merupakan tahapan yang sangat penting dan menentukan
keberhasilan penelitian. Pada tahap ini data diolah sedemikian rupa sehingga
diperoleh kesimpulan berupa kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai sebagai
jawaban atas permasalahan yang diajukan dalam penelitian.
c. Triangulasi Teknik
Menurut Sugiyono (2010, hlm. 241) triangulasi teknik yaitu teknik
pengumpulan data yang dilakukan oleh penliti dengan menggunakan teknik
yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti
bisa saja menggunakan teknik pengumpualn data berupa obeservasi,
wawancara, dokumentasi dan kuesioner demi mendapatkan data yang
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kampung Wisata Dago
Pojok untuk mengetahui peranan industri kreatif terhadap perbaikan kondisi sosial
budaya, beserta data-data dan pembahasan yang disertai teori-teori yang
mendukung mengenai industri kreatif maupun kondisi sosial budaya pada bab
sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan yakni, terdapat lima sub sektor industri
kreatif yang ada di Dago Pojok yakni Seni Pertunjukan, seperti Tari Jaipong, Tari
Bajidor Kahot dan tarian tradisional lainnya. Selain tarian juga terdapat seni
pertunjukan pagelaran wayang. Industri kreatif berikutnya adalah Seni Rupa,
salah satu keunggulan dan keunikan dari Kampung Wisata Dago Pojok adalah
adanya seni melukis dinding yang disebut mural yang menghiasi rumah warga,
maupun jalan-jalan di Dago Pojok. Selanjutnya adalah Musik, musik yang
dimainkan biasanya alat musik yang berasal dari bambu seperti calung dan
angklung. Kemudian Kerajinan, kerajnan di Kampung Wisata Dago Pojok
beragam bentuknya, begitu pula dengan materialnya, seperti tanah liat, semen,
koran bekas dan kayu bekas. Dan industri kreatif yang terakhir yakni Mode, salah
satu mode disana adalah adanya batik fractal.
Tanggapan responden akan kondisi sosial budaya sebelum dan sesudah
adanya Kampung Wisata Dago Pojok yakni terdapat perbedaan yang cukup
signifikan antara kondisi sosial budaya sebelum dan sesudah adanya Kampung
Wisata Dago Pojok. Perbedaan atau perubahan terlihat pada tiap pernyataan,
perubahan pada tiap pernyataan memiliki nilai selisih yang bersifat positif atau
dengan kata lain kondisi sosial budaya di Dago Pojok mengalami perbaikan
sesudah adanya Kampung Wisata Dago Pojok.
Lima jenis industri kreatif terbentuk setelah adanya Kampung Wisata Dago
Pojok. Adanya Kampung Wisata Dago Pojok juga memberikan dampak yang
positif pada kondisi sosial budaya. Kondisi sosial budaya di Dago Pojok
mengalami perbaikan seiring adanya industri kreatif, bisa dikatakan bahwa
Wisata Dago Pojok, industri kreatif di Dago Pojok juga berperan dalam
meningkatkan toleransi dan kohesi sosial pada masyarakat, memberdayakan
masyarakat lokal lebih produktif, melestarikan budaya lokal, meningkatkan bahan
baku bekas yang ramah lingkungan serta yang terakhir adalah meningkatkan
perempuan dalam pembangunan di Kampung Wisata Dago Pojok.
B. Rekomendasi
Setelah diketahui hasil penelitian mengenai peranan industri kreatif terhadap
perbaikan kondisi sosial budaya di Kampung Wisata Dago Pojok, penulis
merekomendasikan beberapa hal yang dapat dilakukan dan perlu direalisasikan
oleh berbagai pihak. Seperti berikut:
1. Bagi pihak pengelola dan masyarakat lokal Dago Pojok agar menambahkan
sub sektor industri kreatif, guna meningkatakan produktvitas dan kreativitas
masyarakat, seperti menambahkan sub sektor industri kreatif kuliner, karena
Dago Pojok memiliki populasi ibu rumah tangga yang cukup banyak dengan
penciptaan kuliner sebagai kuliner khas, Kampung Wisata Dago Pojok bisa
lebih mendapat perhatian oleh pihak lain dan meningkatkan nilai ekonomis
industri kreatif yang ada di Kampung Wisata Dago Pojok. Selain menambah
sub sektor kuliner, perlu adanya jaminan dan hak paten yang diberikan pada
batik ractal maupun kerajinan yang dibuat di Kampung Wisata Dago Pojok
2. Pihak pengelola direkomendasikan tidak hanya membuat kelas bahasa asing
bagi anak-anak, tetapi juga mengadakan kelas Bahasa Sunda bagi anak-anak
lokal Dago Pojok, sehingga penggunaan Bahasa Sunda mampu dilestarikan
oleh anak-anak yang merupakan penerus dan tonggak dari kebudayaan dan
kesenian lokal Dago Pojok. Bukan hanya itu masyarakat juga dituntut untuk
aktif dalam kegiatan Kampung Wisata Dago Pojok, dan mampu mengajak
warga lainnya yang belum terlibat.
3. Pengelola Dago Pojok juga direkomendasikan untuk bekerja sama dengan
travel agent, untuk memasarkan Kampung Wisata Dago Pojok. Selain itu
perlu adanya kerja sama antar instansi sekitar Dago Pojok seperti Taman
Budaya, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial dan Komunitas Hong. Bukan
pihak keamaanan ketika diadakannya festival tahunan, sehingga lalu lintas
maupun keamanan Dago Pojok lebih terakomodir.
4. Saran terakhir ditujukan untuk pemerintah kota Bandung dan dinas
kebudayaan dan pariwisata Kota Bandung agar mampu menjadikan Kampung
Wisata Dago Pojok menjadi kampung percontohan kampung wisata bagi
kampung lain yang ada di Kota Bandung. Selain itu pemerintah maupun dinas
harus mampu memberikan perbantuannya berupa materi, sehingga