PEMBELAJARAN PERMAINAN GOALBALL DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOBILITAS ANAK TUNANETRA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Menperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Luar Biasa
Oleh :
Cecep Arti Fuziana 1004938
DEPARTEMEN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pembelajaran
Permainan Goalball dalam Meningkatkan Keterampilan Mobilitas Anak”. beserta
seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap
menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau
ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Agustus 2014
Yang membuat pernyataan,
PEMBELAJARAN PERMAINAN GOALBALL DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOBILITAS
ANAK TUNANETRA
Oleh
Cecep Arti Fuziana
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan
©Cecep Arti Fuziana 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
Cecep Arti Fuziana
1004938
PEMBELAJARAN PERMAINAN GOALBALL DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOBILITAS
ANAK TUNANETRA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Pembimbing 1
Dr. Juang Sunanto, M.Ed., Ph.D. NIP. 196105151987031002
Pembimbing II
Drs. Mamad widya, M.Pd. NIP. 195208231978031002
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
ii
Cecep Arti Fuziana, 2014
Pembelajaran Permainan Goalball Dalam Meningkatkan Kemampuan Mobilitas Pada Anak Tunanetra
E Tujuan Dan Kegunaan Penelitian………...
1. Tujuan Penelitian………...
2. Kemampuan Mobilitias………...
D Instrumen Dan Teknik Pengumpulan Data………
E Teknik Pengolahan Data………
F Persiapan Pelaksanaan Penelitian………..
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A Hasil Penelitian………..
B Pembahasan………
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
iv
Cecep Arti Fuziana, 2014
Pembelajaran Permainan Goalball Dalam Meningkatkan Kemampuan Mobilitas Pada Anak Tunanetra
DAFTAR GRAFIK
Grafik Keterangan hal
4.1
Kemampuan Mobilitas Lompat Jauh Pada Fase Baseline
1,Intervensi, Dan Baseline 2
Kemampuan Mobilitas Melangkah Pada Fase Baseline 1,
Intervensi, Dan Baseline 2
Kemampuan Mobilitas Lari Hilir Mudik Pada Fase Baseline 1,
Intervensi, Dan Baseline 2
Kemampuan Mobilitas Roll Depan Pada Fase Baseline 1,
Intervensi, Dan Baseline 2
Mean Perubahan Mobilitas lompat Jauh Subjek pada Sesi
Baseline 1, Intervensi, dan Baseline 2
Mean Perubahan Mobilitas Melangkah Subjek pada Sesi
Baseline 1, Intervensi, dan Baseline 2
Mean Perubahan Mobilitas Lari Hilir Mudik Subjek pada Sesi
Baseline 1, Intervensi, dan Baseline 2
Mean Perubahan Mobilitas Roll Depan Subjek pada Sesi
Baseline 1, Intervensi, dan Baseline 2
DAFTAR GAMBAR
Tabel Keterangan hal
3.1
3.2
Prosedur Dasar Desain A-B-A
Tabel Pengamatan
26
vi
Cecep Arti Fuziana, 2014
Pembelajaran Permainan Goalball Dalam Meningkatkan Kemampuan Mobilitas Pada Anak Tunanetra
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
A. Instrument Tes Lompat Jauh……….
B. Instrument Tes Melangkah………
C. Instrument Tes Lari Hilir Mudik………..
D. Instrument Tes Roll Depan………..
LAMPIRAN 2
A. Tabel Data Hasil Penelitian………..
D. Foto Melangkah………
E. Foto Pembelajaran………
89
v
Cecep Arti Fuziana, 2014
Pembelajaran Permainan Goalball Dalam Meningkatkan Kemampuan Mobilitas Pada Anak Tunanetra
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
PEMBELAJARAN PERMAINAN GOALBALL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOBILITAS PADA ANAK
TUNANETRA KELAS V SDLB SLB-A MAJALENGKA
Disusun oleh Cecep Arti Fuziana
1004938
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketidakmampuan anak tunanetra dalam melakukan mobilitas, sehingga sulit untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Oleh sebab itu peneliti mencoba menggunakan metode eksperimen yaitu suatu metode yang bertujuan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan melihat hasil ada tidaknya akibat dari suatu perlakuan pada pelajaran olahraga untuk membantu meningkatkan kemampuan anak tunanetra dalam meningkatkan kemampuan mobilitas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Single Subject Research (SSR) dengan desain A-B-A. Subjeknya seorang siswa tunanetra SDLB kelas V di SLB-A Majalengka.. Pengumpulan data menggunakan tes kinerja sebanyak 4 item tes. Data yang diperoleh dianalisis melalui statistik deskriptif, dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan mobilitas yang ditunjukkan oleh terjadinya perubahan peningkatan kemampuan dari skor perolehan antara baseline 1 (A1) kemampuan mobilitas lompat subjek 1 memperoleh skor 80cm dan subjek 2 memperoleh skor 90cm, melangkah subjek 1 memperoleh skor 114m dan subjek 2 memperoleh 108m, lari hilir mudik subjek 1 memperoleh skor 160m dan subjek 2 memperoleh skor 170m, dan berguling subjek 1 memperoleh skor 9 dan subjek 2 memperoleh skor 10 ke baseline 2 (A2) kemampuan mobilitas lompat subjek 1 memperoleh skor 82cm dan subjek 2 memperoleh skor 95cm, melangkah subjek 1 memperoleh skor 108m dan subjek 2 memperoleh 114m, lari hilir mudik subjek 1 memperoleh skor 130m dan subjek 2 memperoleh skor 140m, dan berguling subjek 1 memperoleh skor 12 dan subjek 2 memperoleh skor 13. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran permainan
Goalball dapat berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan mobilitas pada anak tunanetra kelas V SDLB SLB-A Majalengka.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan ialah salah satu hal penting bagi manusia, karena dengan
pendidikan manusia dapat mengembangkan potensinya melalui pembelajaran.
Melalui pendidikan suatu bangsa akan maju,oleh sebab itu maka pemerintah
membuat undang-undang mengenai pendidikan salah satunya adalah yang tertera
dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan yang berisi sebagai berikut:”pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara”. (UU SISDIKNAS,2003:3).
Sesuai dengan hal tersebut berdasarkan pada tujuan pendidikan bahwa
sekolah diharapkan mampu untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang bertanggung
jawab dengan kata lain pendidikan berusaha untuk mengembangkan dan
mewujudkan nilai-nilai hidup dan mendorong anak untuk mau belajar.
Pernyataan tersebut bukan hanya diperuntukkan bagi anak normal saja
tetapi termasuk didalamnya anak berkebutuhan khusus salah satunya pada anak
tunanetra. Secara fisik mereka memang memiliki suatu keterbatasan yang
sedikitnya menjadi suatu kendala dalam proses belajar namun dilihat dari sisi
yang lain mereka juga memerlukan suatu pendidikan yang layak dan sama seperti
orang pada umumnya yang mempunyai potensi untuk dikembangkan dalam
proses pembelajaran.
Maka dari itu pendidikan bagi anak tunanetra membutuhkan suatu pola
layanan tersendiri. Pembelajaran akan bermakna manakala dalam proses
2
Cecep Arti Fuziana, 2014
Pembelajaran Permainan Goalball Dalam Meningkatkan Kemampuan Mobilitas Pada Anak Tunanetra
sumber belajar yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai
sumber belajar.
Pembelajaran bermakna juga erat kaitannya dengan penerapan strategi
pembelajaran terutama berkaitan dengan efisiensi cara belajar peserta didik serta
disesuaikan dengan hambatan yang dialami.
Kehilangan penglihatan pada anak tunanetra dapat mengakibatkan
hambatan khusus dalam mengakses pendidikan. Aspek yang menjadi hambatan
tersebut antara lain dalam hal orientasi, mobilitas dan pengalaman langsung.
Maka proses pembelajaran yang dapat dilakukan yakni dengan melakukan
penyesuaian-penyesuaian baik bersifat adaptasi, subtitusi, maupun omisi yaitu
bersifat faktual, kontekstual, dan pengalaman langsung. Hal tersebut terlihat dari
kemampuan mobilitas anak kelas V SDLB YPLB Majalengka yang belum
berkembang secara optimal diantaranya kemampuan melompat Subjek 1 (YN)
memperoleh skor 80cm dalam 5 sesi sedangkan subjek 2 (IR) memperoleh skor
90cm dalam 4 sesi, pada kemampuan mobilitas melangkah subjek 1 memperoleh
skor 114m dalam 4 sesi sedangkan subjek 2 memperoleh skor 108m dalam 5 sesi,
pada kemampuan mobilitas lari hilir mudik subjek 1 memperoleh skor 160m
dalam 3 sesi sedangkan subjek 2 memperoleh skor 170m dalam 4 sesi, dan pada
kemampuan mobilitas roll depan subjek 1 memperoleh skor 9 dalam 4 sesi
sedangkan subjek 2 memperoleh skor 10 dalam 4 sesi
Untuk mewujudkan layanan pembelajaran berkualitas tersebut maka
pembelajaran memiliki peran penting dalam meningkatan kualitas pembelajaran
bagi peserta didik dengan ketunanetraan.Dengan memahami kebutuhan anak
tunanetra, maka guru diharapkan dapat memodifikasi pembelajaran yang tepat
bagi siswa tunanetra yang memiliki keterbatasan dibandingkan dengan anak
normal lainnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis ingin mengadakan
3
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan dilatar
belakang, maka yang menjadi identifikasi masalah diantaranya anak tunanetra
memiliki keterbatasan dalam kemampuan mobilitasnya, sehingga berdampak
dalam memperoleh informasi dan pengetahuannya akan mengkompensasikan dan
menggantungkan pada indera yang lainnya.
Masalah penting yang dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran adalah
memilih dan menentukan pembelajaran yang sesuai dalam rangka membantu
siswa mencapai kompetensi.Terutama dalam hal mobilitas anak tunanetra
mengalami hambatan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Seperti halnya yang terjadi di SLB-A Majalengkaini khususnya anak kelas
V SDLB, anak tersebut begitu kesulitan dalam kemampuan mobilitas. Anak
tersebut seringkali bingung untuk melakukan gerakan-gerakan dalam aktivitas
sehari-harinya.
Dilihat dari permasalahan tersebut maka peneliti akan mencoba
menerapkan permainan Goalball untuk membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan mobilitas. Serta untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
pembelajaran permainan Goalball terhadap kemampuan mobilitas anak tunanetra.
C. Batasan masalah
Untuk memberi alasan yang jelas tentang permasalahan yang akan diteliti,
perlu dikemukakan terlebih dahulu tentang batasan masalah dalam penelitian ini,
yaitu sebagai berikut :
1. Bahasan penelitian yang penulis lakukan adalah meningkatkan kemampuan
mobilitas siswa tunanetra.
2. Permainan olahraga yang penulis lakukan adalah Permainan Olahraga
Goalball.
3. Objek penelitian yang penulis teliti adalah siswa kelas VSDLB di SLB-A
4
Cecep Arti Fuziana, 2014
Pembelajaran Permainan Goalball Dalam Meningkatkan Kemampuan Mobilitas Pada Anak Tunanetra
D. Rumusan masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
“ Apakah melalui pembelajaran permainan olahraga Goalball dapat meningkatkan kemampuan mobilitas pada anak tunanetra kelas VSDLBSLB-A
Majalengka Kota Majalengka?”.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
pembelajaran permainan olahraga Goalball dapat digunakan untuk anak tunanetra dalam meningkatkan kemampuan mobilitas.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
a. Untuk mengetahui kemampuan mobilitas siswa tunanetra kelas V SDLB
SLB-A Majalengka sebelum melakukan permainan olahraga Goalball. b. Untuk mengetahui kemampuan mobilitas siswa tunanetra kelas V SDLB
SLB-A Majalengka sesudah melakukan permainan olahraga Goalball.
c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembelajaran permainan
olahraga Goalball dalam meningkatkan kemampuan mobilitas siswa tunanetra kelas V SDLB SLB-A Majalengka.
2. Kegunaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama dalam peningkatan
kualitas belajar.
a. Bagi siswa
Diharapkan dapat menumbuhkan suasana belajar yang menyenangkan,
efektif dan efisien, selain itu juga dapat mendorong siswa agar dapat belajar
mandiri dan membantu meningkatkan kemampuan mobilitas siswa tunanetra.
b. Bagi Guru
Diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu dalam menyusun program
5
F. Definisi Operasional Variable
Didalam judul diatas, terdapat istilah-istilah yang perlu penulis jelaskan.
Istilah-istilah yang dimaksud adalah;
1. Pembelajaran
Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan
maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh
pihak guru, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Konsep
pembelajaran menurut Corey yang dikutip oleh Sagala, S. (1986:195)
mengemukakan bahwa suatu proses dimana lingkungan seseorang secara
disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu
dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu,
pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.
2. Permainan Goalball
Pembelajaran Goalball adalah permainan modifikasi dari berbagai cabang olahraga seperti futsal, bolling, tenis dan sebagainya.Satu tim beranggotakan tiga
orang pemain, dengan blindfull yang sudah digelapkan. Permainan ini
membutuhkan kepekaan pendengaran, kelincahan, koordinasi, dan keterampilan
kerjasama tim. Permainan ini membutuhkan arena yang sunyi agar para pemain
dapat mendeteksi bola yang datang dan dapat menggelundungkan kembali
melewati garis yang ada di belakang lawan. Keterampilan bermain yang
diperlukan adalah melempar, blok dan mengontrol bola. Mereka bermain di
sebuah arena dengan luas 18 x 9 meter, dan gawang sepanjang 9 meter di kedua
sisinya dengan tinggi 130 meter. Saat menyerang, tim itu tidak boleh melebihi
batas pelemparan bola yakni 9 meter. Bolanya pun harus dipantulkan dulu
sebelum jarak 9 meter.
3. KemampuanMobilitas
Kemampuan Mobilitas adalah kemampuan, kesiapan, dan mudahnya
bergerak dan berpindah tempat. Mobilitas juga berarti kemampuan bergerak dan
berpindah dalam suatu lingkungan. Karena mobilitas merupakan gerak dan
6
Cecep Arti Fuziana, 2014
Pembelajaran Permainan Goalball Dalam Meningkatkan Kemampuan Mobilitas Pada Anak Tunanetra
tunanetra dalam mobilitas.Hosni (1996: 193) mengatakan ”keterampilan motorik
meliputi gerakan dasar kepala, gerakan dasar tangan dan kaki, gerak dasar
berguling, gerakan dasar duduk mandiri, gerakan dasar merangkak mandiri,
gerakan berdiri sendiri, gerak berjalan sendiri, gerakan jongkok mandiri, gerakan
koordinasi, gerakan mengeksplorasi lingkungan. Pengajaran kemampuan
mobilitas kepada tunanetra lebih pada penerapan atau aplikasi dari sejumlah
kemampuan orientasi yang telah dipelajari. Kemampuan mobilitas seperti
bergerak, berpindah tempat, berjalan mandiri dan aktivitas kemandirian lainnya.
Dalam melakukan aktivitas bergerak, berpindah tempat, berjalan mandiri, anak
tunanetra senantiasa memanfaatkan indera yang masih berfungsi atau koordinasi
antara indera yang masih berfungsi untuk merespon rangsangan dari lingkungan
sekelilingnya.
4. Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang kehilangan fungsi penglihatannya baik
seluruh atau sebagiannya. Secara etimologi kata tunanetra berasal dari tuna yang
berarti rusak, netra berarti mata atau penglihatan. Jadi secara umum tunanetra
berarti rusak penglihatan. Tunanetra berarti buta, tetapi buta belum tentu sama
sekali gelap atau sama sekali tidak dapat melihat. Ada anak buta yang sama sekali
tidak ada penglihatan,anak semacam ini biasanya disebut buta total. Disamping
buta total, masih ada juga anak yang mempunyai sisa penglihatan tetapi tidak
dapat dipergunakan untuk membaca dan menulis huruf biasa. Istilah buta ini
mencakup pengertian yang sama dengan istilah tunanetra atau istilah asingnya
blind. Untuk memberikan pengertian yang tepat tentang tunanetra, maka Tarsidi
(2011) membaginya pada dua definisi, yaitu definisi legal (berdasarkan
undang-undang) dan definisi edukasional (untuk tujuan pendidikan).Secara legal,
seseorang dikatakan tunanetra apabila ketajaman penglihatannya kurang dari
6/18.Ini berarti bahwa tingkat sisa penglihatan orang tunanetra itu berkisar dari 0
(buta total) hingga <6/18. Ini juga berarti bahwa orang yang dikategorikan sebagai
buta (blind) itu tidak hanya mereka yang buta total melainkan juga mereka yang
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Menentukan metode merupakan langkah penting sebuah penelitian karena
akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan
demikian metode penelitian yang digunakan dalam sebuah penelitian harus tepat,
artinya bahwa metode tersebut harus sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
dirumuskan.
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. (Sugiyono, 2011:2). Adapun metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap
yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2011:72)
Desain penelitian eksperimen secara garis besar dapat dibedakan menjadi
dua kelompok yaitu desain kelompok (group desgn) dan desain subjek tunggal
(single subject desgn) (Sunanto, dkk., 2006:41)
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode eksperimen dengan
subjek tunggal atau Single Subject Research (SSR) yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang sejauh mana kontribusi pembelajaran permainan
olahraga Goalball terhadap peningkatan kemampuan mobilitas anak tunanetra. Eksperimen ini tidak dilakukan pada suatu kelompok subyek, tetapi dilakukan
pada subyek secara individu. Kondisi eksperimen (Intervention) dikontrol oleh kondisi sebelum eksperimen (Baseline) pada subyek yang sama. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah A-B-A desgn, desain yang menggunakan dua kondisi control (baseline) sebelum dan sesudah intervensi. Dengan dilakukannya kontrol terhadap kondisi intervensi sebanyak enam kali akan lebih
meningkatkan keyakinan adanya hubungan sebab akibat antara intervensi dan
perubahan perilaku sasaran, dimana desain ini dapat sebab akibat antara target
behavior dan variabel bebas. Desain A-B-A memiliki tiga tahap dimana A-1
26
Cecep Arti Fuziana, 2014
Pembelajaran Permainan Goalball Dalam Meningkatkan Kemampuan Mobilitas Pada Anak Tunanetra
penelitian single subject research (penelitian subyek tunggal) dengan desain A-B-A digambarkan dengan Grafik sebagai berikut:
(A1)
Merupakan sesi pengamatan perilaku subyek penelitian sebelum mendapat
intervensi pembelajaran permainan olahraga Goalball. Dalam sesi ini subyek penelitian diperlakukan secara alami dan kontinyu, sampai menemukan kondisi
stabil yang menjadi dasar perhitungan selanjutnya. Kondisi stabil ditandai dengan
adanya angka-angka pengamatan berada antara rentang atas dan rentang bawah
dengan persentase 85%-90%. (Sunanto, 2005:110). Kondisi awal subyek sebelum
mendapat perlakuan dalam kemampuan keterampilan mobilitas belum dapat
melakukan gerak dasar dengan benar. Pada fase ini subyek diberikan tes
perbuatan untuk mengukur kemampuan penguasaan pra-syarat gerak dasar
sebanyak 4 (empat) item tes. Kemudian dihitung skor yang dimiliki anak, data
skor selanjutnya dimasukan ke dalam catatan dengan menggunakan presentase
dilakukan berturut-turut setiap harinya dilakukan satu sesi.
2. B (Intervensi)
Merupakan kegiatan-kegiatan intervensi yang dilakukan setelah
menemukan angka-angka stabil atau konsisten pada baseline A-1. Intervensi
dilakukan melalui pertemuan pembelajaran dimana subyek diberi perlakuan
melalui penerapan model pembelajaran permainan olahraga goalball secara
27
terjadi selama perlakuan diberikan sebanyak delapan kali sesi, yang setiap harinya
dilakukan satu sesi. Pada tahap awal pemberian intervensi yang berkaitan dengan
dengan penguasaan pra-syarat untuk meningkatkan kemampuan keterampilan
mobilitas adalah: gerak dasar melangkah, loncat, lompat dan lempar sebanyak 4
(empat) 4 item tes. Setiap gerakan ditampilkan subyek diminta untuk mengikuti
perintah yang diberikan peneliti dan selalu diberikan reward. Begitu seterusnya
sampai anak menangkap arti dari sebuah memiliki kemampuan akan dirinya.
3. A-2 (baseline-2)
Keadaan subyek sesudah intervensi, subyek penelitian dilakukan secara
alami dan secara berulang-ulang. Artinya subyek tidak diberi intervensi, tetapi
sesi ini dimaksudkan sebagai control untuk sesi intervensi sehingga
memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya hubunan fungsional antara
variabel bebas dan variabel terikat.
Prosedur yang dilaksanakan dalam desain A-B-A adalah:
a. Menentukan dan menetapkan perilaku yang akan ditingkatkan sebagai
perilaku sasaran atau target behavior dalam penelitian ini adalah kemampuan keterampilan mobilitas anak tunanetra.
b. Mengidentifikasi target behavior yaitu sebagai kemampuan (sebagai
kompetensi siswa) keterampilan mobilitas. Target behavior yang ingin dicapai melalui model pembelajaran permainan goalball adalah
meningkatnya kemampuan keterampilan mobilitas anak tunanetra.
c. Menetapkan kemampuan ketrampilan mobilitas dengan menggunakan
model pembelajaran permainan goalball.
d. Penerapan intervensi model pembelajaran permainan goalball terhadap
subjek penelitian sebanyak enam sesi per-60 menit.
e. Pengukuran peningkatan kemampuan keterampilan mobilitas dilakukan
pada tahap baseline-1 untuk mengetahui perkembangan kemampuan keterampilan mobilitas. Prinsip pengukuran tahap baseline-2 sama dengan
baseline-1.
Melalui seleksi yang akurat dari pemanfaatan pola desain kelompok yang
28
Cecep Arti Fuziana, 2014
Pembelajaran Permainan Goalball Dalam Meningkatkan Kemampuan Mobilitas Pada Anak Tunanetra
perlakuan dan perubahan tingkah laku. Pembelajaran yang dipergunakan dalam
penelitian ini sebagai upaya dalam meningkatkan perilaku maka pembelajaran
permainan goalball merupakan media intervensi yang dilakukan peneliti secara langsung untuk meningkatkan kemampuan keterampilan mobilitas anak tunanetra.
B.Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu objek yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel yang terdapat pada penelitian ini
adalah variabel dalam subjek tunggal dikenal dengan treatment atau perlakuan, sedang variabel terikat dikenal dengan target behavior atau perilaku sasaran.
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat.
1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat.
(Sunanto, dkk., 2006:12). Variabel bebas dalam Single Sebject Research
(SSR) dikenal dengan istilah intervensi. Dalam hal ini yang menjadi variabel
bebas adalah model pembelajaran Permainan Goalball, yang dimaksud Permainan Goalball adalah sebuah permainan yang beranggotakan tiga orang pemain. Mereka bermain di sebuah arena GoalBall dengan luas 18 X 9 meter, dan gawang sepanjang 9 meter di kedua sisinya. Tinggi gawang mencapai
130 sentimeter. Saat menyerang, tim itu tidak boleh melebihi batas
pelemparan bola yakni 9 meter. Bolanya pun harus dipantulkan dulu sebelum
jarak 9 meter. Sementara saat diserang, ketiga anggota tim tersebut mesti
menghadang bola, dan tidak diperkenankan maju sampai 3 meter. Bola yang
digunakan merupakan bola karet kempes sebesar bola basket yang telah diisi
lonceng.
2. Variabel terikat adalah “variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas”
(Sunanto, dkk., 2006:12). Variabel terikat dalam Single Subject Research
(SSR) dikenal dengan nama Target Behavior (perilaku sasaran). Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Kemampuan Mobilitas
29
mudahnya bergerak dan berpindah tempat. Mobilitas juga berarti kemampuan
bergerak dan berpindah dalam suatu lingkungan.
C.Subjek penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah seorang anak tunanetra yang duduk
dikelas V SDLB SLB-A Majalengka. Penelitian dilakukan di ruang aula setelah
proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Penentuan subjek yang akan di teliti sangat penting karena berhubungan
dengan sumber data yang akan diperlukan. Adapun profil dari siswa yang menjadi
subjek penelitian adalah sebagai berikut :
1. Nama : Yn
Tempat tanggal lahir : Majalengka, 14 Januari 1996
Jenis kelamin : Perempuan
Sekolah : SLB-A Majalengka
Alamat : Ds. Cimanggu Kec. Bantarujeg Kab. Majalengka
2. Nama : Ir
Tempat tanggal lahir : Majalengka, 21 April 1998
Jenis kelamin : Perempuan
Sekolah : SLB-A Majalengka
Alamat : Majalengka
D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
observasi dan memberikan tes perbuatan/praktek.
1. Instrumen Penelitian
Penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data yang diperlukan berupa
skor kemampuan mobilitas anak tunanetra pada kondisi baseline (A1), pada saat
intervensi (B), dan baseline (A2). Adapun langkah-langkah dalam penyusunan
30
Cecep Arti Fuziana, 2014
Pembelajaran Permainan Goalball Dalam Meningkatkan Kemampuan Mobilitas Pada Anak Tunanetra
a. Membuat Kisi-kisi dalam penelitian ini mengacu pada RPP dan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SDLB-A
b. Menyiapkan format penilaian yang akan digunakan sebagai pedoman dalam
menskor kemampuan keterampilan mobilitas anak tunanetra.
Data yang diambil dari hasil perolehan nilai tes praktek yaitu dalam
melakukan tes praktek diantaranya:
No. Aspek Indikator Keterangan
1 Lari Anak melakukan lari
bolak-balik dengan jarak 9 meter
dalam waktu 1 menit.
2 Melangkah Anak melakukan langkah ke
samping kiri dan kanan
dengan jarak 9 meter dalam
waktu 1 menit
3 Berguling Anak melakukan gerakan roll
depan dengan benar
4 Lompat Anak melakukan gerakan
lompat jauh dengan benar
Gambar 3.2 Tabel Pengamatan
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes
perbuatan, yaitu mencatat perilaku ketika perilaku itu terjadi, yaitu dengan tes
kemampuan keterampilan mobilitas dengan menggunakan pola desain A-B-A,
Baseline (A1), Intervensi (B), Baseline (A2), yaitu berupa persentase subjek
dalam kemampuan keterampilan mobilitas. Tes yang dimaksud dalam penelitian
ini yaitu aktivitas keterampilan mobilitas sebanyak 4 (empat) item tes. Setiap
langkah kegiatan dilakukan secara mandiri dan sempurna diberi skor. Kemudian
31
Semua data yang telah dikumpulkan dan dicatat pada tabel yang telah
tersedia lalu diolah dengan mencari rata-rata dari setiap sesinya dan digambarkan
dalam bentuk grafik.
E. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data didapat setelah semua data terkumpul, data diolah dan
dianalisis kedalam statistic deskriptif dengan tujuan memperoleh gambaran secara jelas tentang hasil intervensi dalam jangka waktu tertetu, untuk menganalisis dan
mendeskripsikannya. Pengolahan data dari hasil penelitian baik analisis dalam
kondisi maupun analisis antar kondisi diawali dengan mengelompokkan data
dalam kondisi masing-masing Baseline (A1), Intervensi (B), Baseline (A2).
Selanjutnya supaya bisa terlihat lebih jelas perkembangan perilakunya
ditampilkan dalam bentuk grafik. Menentukan level perubahan dengan cara
menandai data pertama dan data terakhir, menghitung selisih kedua data tersebut
dan menentukan arahnya naik (+) atau turun (-). Analisis antar kondisi, jumlah
variabel yang diubah. Perubahan kecenderungan dan efeknya menentukan
perubahan kecenderungan perubahan arah dengan mengambil data pada analisis
dalam kondisi diatas, yaitu untuk melihat perubahan perilaku. Perubahan stabilitas
perubahan kecenderungan stabil adalah melihat stabilitas perilaku subjek pada
masing-masing kondisi. Perubahan level melihat perubahan akhir sesi pada
baseline A-1 dan awal sesi pada intervensi, dengan menentukan data poin pada
kondisi baseline (A-1) pada sesi terakhir dan sesi pertama pada kondisi intervensi
(B), kemudian berapa selisihnya dan ditandai (+) bila naik, (=) bila tidak ada
perubahan, dan (-) bila turun.baik buruknya kondisi sesuai dengan tujuan
penelitian. Data tersebut masukan ke tabel. Data overlap adalah kesamaan kondisi
antara baseline A-1 dengan intervensi (B), dengan kata lain semakin kecil
presentasi overlap maka semakin baik pengaruh intervensi terhadap target
behavior.
Adapun yang menjadi alasan menggunakan tes perbuatan dalam penelitian
ini adalah:
1. Aspek yang diukur merupakan kemampuan keterampilan mobilitas
32
Cecep Arti Fuziana, 2014
Pembelajaran Permainan Goalball Dalam Meningkatkan Kemampuan Mobilitas Pada Anak Tunanetra
Mobilitas juga berarti kemampuan bergerak dan berpindah dalam suatu
lingkungan) dengan menggunakan pembelajaran permainan goalball
sehingga tes yang diberikan harus berupa praktek.
2. Data yang diperoleh secara langsung dari perbuatan yang dilakukan oleh
subjek. Hasil dari proses pengumpulan data dihasilkan dari pengamatan
selama tujuh sesi treatment dan untuk mengukur skor baseline (A’) dilakukan
empat sesi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan dan menetapkan perilaku yang akan ditingkatkan sebagai
perilaku sasaran atau target behavior dalam penelitian ini adalah kemampuan mobilitas anak tunanetra.
b. Mengidentifikasi target behavior yaitu sebagai kemampuan (sebagai
kompetensi siswa) keterampilan mobilitas. Target behavior yang ingin dicapai melalui pembelajaran permainan goalball adalah meningkatnya kemampuan mobilitas anak tunanetra.
c. Penerapan intervensi pembelajaran permainan goalball terhadap subjek penelitian sebanyak delapan sesi.
d. Pengukuran peningkatan kemampuan mobilitas dilakukan pada tahap
baseline-1 untuk mengetahui perkembangan kemampuan mobilitas. Prinsip pengukuran tahap baseline-2 sama dengan baseline-1.
Melalui seleksi yang akurat dari pemanfaatan pola desain kelompok yang
sama, hal ini memungkinkan untuk memperlihatkan hubungan fungsional antara
perlakuan dan perubahan tingkah laku. Pembelajaran yang dipergunakan dalam
penelitian ini sebagai upaya dalam meningkatkan perilaku maka pembelajaran
permainan Goalball merupakan media intervensi yang dilakukan peneliti secara langsung untuk meningkatkan kemampuan mobilitas anak tunanetra.
F. Persiapan Pelaksanaan Penelitian
Sebagai langkah awal penelitian diperlukan persiapan untuk membantu
kelancaran penelitian. Tahap-tahap persiapan pelaksanaan sebagai berikut :
a. Permohonan surat izin untuk melakukan studi pendahuluan di SLB-A
33
b. Permohonan Surat izin mengadakan penelitian di SLB-A Majalengka
c. Permohonan surat pengantar dari fakultas kepada rektor untuk pengangkatan
dosen pembimbing.
d. Permohonan surat izin dari Kepala Badan Kesatuan Bangsa Provinsi Jawa
Barat untuk pengantar kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
sebagai rekomendasi penelitian di SLB-A kota Majalengka.
e. Permohonan surat izin dari Kepala Dinas Pendidikan Privinsi Jawa Barat
47
Cecep Arti Fuziana, 2014
Pembelajaran Permainan Goalball Dalam Meningkatkan Kemampuan Mobilitas Pada Anak Tunanetra
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Berdasarkan seluruh hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa
penerapan pembelajaran permainan olahraga goalball dapat meningkatkan kemampuan mobilitas pada anak tunanetra kelas V SDLB SLB-A Majalengka.
Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan dari kondisi baseline 1 (A1)
kemampuan mobilitas lompat subjek 1 memperoleh skor 80cm dan subjek 2
memperoleh skor 90cm, melangkah subjek 1 memperoleh skor 114m dan subjek
2 memperoleh 108m, lari hilir mudik subjek 1 memperoleh skor 160m dan subjek
2 memperoleh skor 170m, dan berguling subjek 1 memperoleh skor 9 dan subjek
2 memperoleh skor 10 ke intervensi (B) kemampuan mobilitas lompat subjek 1
memperoleh skor 89cm dan subjek 2 memperoleh skor 98cm, melangkah subjek 1
memperoleh skor 132m dan subjek 2 memperoleh 138m, lari hilir mudik subjek 1
memperoleh skor 190m dan subjek 2 memperoleh skor 210m, dan berguling
subjek 1 memperoleh skor 12 dan subjek 2 memperoleh skor 13.
Kemudian skor perolehan antara baseline 1 (A1) kemampuan mobilitas
lompat subjek 1 memperoleh skor 80cm dan subjek 2 memperoleh skor 90cm,
melangkah subjek 1 memperoleh skor 114m dan subjek 2 memperoleh 108m, lari
hilir mudik subjek 1 memperoleh skor 160m dan subjek 2 memperoleh skor
170m, dan berguling subjek 1 memperoleh skor 9 dan subjek 2 memperoleh skor
10 ke baseline 2 (A2) kemampuan mobilitas lompat subjek 1 memperoleh skor
82cm dan subjek 2 memperoleh skor 95cm, melangkah subjek 1 memperoleh skor
108m dan subjek 2 memperoleh 114m, lari hilir mudik subjek 1 memperoleh skor
130m dan subjek 2 memperoleh skor 140m, dan berguling subjek 1 memperoleh
skor 12 dan subjek 2 memperoleh skor 13.
Berdasarkan hal tersebut, penerapan pembelajaran permainan olahraga
48
B.Saran
Atas dasar penelitian ini, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi guru
Diharapkan guru disekolah hendaknya menerapkan pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan serta kondisi anak didik. Serta menggunakan
pembelajaran permainan olahraga goalball sebagai alternatif dalam meningkatkan kemampuan mobilitas siswa tunanetra kelas V SDLB. Adapun cara
melakukan permainan Goalball yaitu permainan Golbol terdiri dari 10 menit dalam setiap babaknya, dengan waktu istirahat selama 3 menit. Selama permainan
berlangsung boleh melakukan 3 kali time out, masing – masing selama 45 detik.
Dalam menginformasikan waktu biasanya digunakan peluit. Tim terdiri dari 6
orang, 3 pemain berada dilapangan dan 3 orang menjadi cadangan. Selama
pertandingan berlangsung diperbolehkan melakukan pergantian pemain sebanyak
3 kali. Permainan dilakukan didalam lapangan yang telah diberi pembatas yang
terbuat dari pita/band dengan lebar 5 cm. Pembatas garis dibuat sedikit bertekstur
sehingga pemain dapat merasakan adanya garis pembatas.
Permainan dimulai dengan sebuah lemparan yang dilakukan oleh pemain
kearah garis di belakang pemain lawan. Selama permainan berlangsung, bola
harus pernah menyentuh lantai daerah permainan. Pemain bertahan diperbolehkan
untuk bergerak ke samping disekitar area pertahanan. Tetapi tidak dapat
mengubah arah bola yang sudah dilemparkan kedepan dalam usahanya untuk
mengecoh lawan. Pemain harus melemparkan bola kembali dalam waktu tidak
lebih dari 10 detik.
2. Peneliti selanjutnya
Peneliti menyadari banyak keterbatasan informasi yang diperoleh dari hasil
penelitian ini. Untuk itu diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat
menelaah lebih lanjut mengenai penerapan pembelajaran permainan olahraga
49
Cecep Arti Fuziana, 2014
Pembelajaran Permainan Goalball Dalam Meningkatkan Kemampuan Mobilitas Pada Anak Tunanetra
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Bp. Darma Bhakti. 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20.
Jakarta : Dinas Pendidikan Nasional
Hamidi, A (2007). Sport Game. Bandung : FPOK UPI.
Hendrayana, Y (2007). Pendidikan Jasmani dan Olahraga Adaptif. Japan : Criced.
_____________. (2007). Pendidikan Jasmani Dan Olahraga Adaptif. University of Tsukuba.
Hosni, I. (2013). Pengertian Tunanetra. [Online] terssedia: http://netra-indonesia.blogspot.com/2013/04/pengertian-tunanetra.html [19 Juli 2014]
Komarudin (2000). Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta : Bumi Aksara.
Rahardja, D. (2008). Ketunanetraan. [Online] tersedia: http://dj-rahardja.blogspot.com/2008/09/ketunanetraan.html [19 Juli 2014]
Rooijakker, Ad. (2003). Mengajar dengan Sukses: Petunjuk untuk Merencanakan dan menyampaikan Pengajaran. Jakarta : Grasindo.
Sagala, Syaiful. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
____________. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta
Sunanto, J. 2005. Pengantar Penelitian Dengan Subjek Tunggal. Tokyo : Center For Research on International Cooperation in Educational Development (CRICED) University Of Tsukuba.
Tarsidi, D. (2011). Definisi Tunanetra. [Online] tersedia: http://d-tarsidi.blogspot.com/2011/10/definisi-tunanetra.html [19 Juli 2014]
Wulan, D. (2013). Makalah Tunanetra. [Online] tersedia: