• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Model Pembelajaran Outing Class pada Kelas Melukis Anak di Lembaga Sosial Masyarakat Rumah Hebat Indonesia, Banjarsari, Surakarta JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Model Pembelajaran Outing Class pada Kelas Melukis Anak di Lembaga Sosial Masyarakat Rumah Hebat Indonesia, Banjarsari, Surakarta JURNAL"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN OUTING CLASS PADA KELAS MELUKIS ANAK DI LEMBAGA SOSIAL MASYARAKAT

RUMAH HEBAT INDONESIA, BANJARSARI, SURAKARTA

Lina Nur Maulani

Email: syahulani5@gmail.com Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRAK

Lina Nur Maulani. K3211037. PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN OUTING CLASS PADA KELAS MELUKIS DI LEMBAGA SOSIAL

MASYARAKAT RUMAH HEBAT INDONESIA, BANJARSARI,

SURAKARTA. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2016.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) pelaksanaan pembelajaran outing class pada kelas melukis di Rumah Hebat Indonesia ditinjau dari tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi pembelajaran; (2) faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan model pembelajaran outing class pada kelas melukis di Rumah Hebat Indonesia ; dan (3) hasil karya lukis anak berdasarkan unsur-unsur seni dengan menggunakan model pembelajaran outing class pada kelas melukis di Rumah Hebat Indonesia.

Bentuk penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan strategi studi kasus tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan: informan, tempat dan peristiwa, dokumentasi dan arsip. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan: observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi data dan review informant. Analisis data yang digunakan analisis model mengalir.

(2)

mewarnai yang digunakan peserta didik juga beragam dari gradasi ataupun blok. Karya yang ditampilkan lebih ekspresif dengan bentuk dan warna yang variatif. Terdapat perbedaan hasil karya dari peserta didik tidak aktif, setengah aktif, dan aktif.

Kata kunci: outing class, pembelajaran, lukis.

ABSTRACT

Lina Nur Maulani. K3211037. IMPLEMENTATION OF OUTING CLASS LEARNING MODEL AT CHILDREN PAINTING CLASS IN SOCIAL INSTITUTION OF SOCIETY RUMAH HEBAT INDONESIA, BANJARSARI, SURAKARTA. Thesis, Teacher Training and Education Learning Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta, 2016.

The research attemps to describe: (1) the learning process in the outing class activity at painting class in Rumah Hebat Indonesia based from goal, materi, method, media and evaluation of learning; (2) barrier and supporting factor in the process of outing class model learning at painting class in Rumah Hebat Indonesia; (3) the results of children’s painting based in art components were use outing class model learning at painting class in Rumah Hebat Indonesia.

This study was a descriptive qualitative research using stake case study strategy. The data sources used were: informant, place and even, document and archive. The purposive sampling was used as sampling technique. Techniques of collecting data used were observation, interview and documentation analysis. The data validation was carried out using data triangulation and informant review. The data analysis was conducted using a flow model analysis.

The results of this research were: (1) The learning process in the outing class activity at painting class in Rumah Hebat Indonesia worked as well although the barriers existing during the activity, The purpose of learning leads to the expressive , creative and spontaneity . The material is minimal emphasis on implementation in the field. Learning sources come from environments . The method applied is question answer , giving tasks , free expression and lecture . The medium used is A4 and using pastels or colored pencils as a dye . The scoring is done orally . (2) supporting factor in outing class learning model were: flexible time to do learn, non formal learn did not stuck in the same room, children’s anthusiasm in outing class learn, there a evaluation in every meet of outing class activity. The barriers factor were irrepresentative infrastructure like pastel, crayon, limited watercolour, limited transportation for outing class activity, limited active tutors to accompany in outing class activity, there was not category age group in learning. (3) from the children’s painting art sample in outing class activity, it could be concluded that children’s painting dominated by the pastel colour. Children were use the colouring technique like gradient and block. The painting showed more expressive with variative forms and colours. There are differences painting results by not active, half active and active students.

(3)

Pendahuluan

Model pembelajaran sangat berpengaruh dan memiliki peran penting dalam

proses belajar mengajar baik kelas formal maupun informal. Adapun menurut

Joyce (Trianto, 2009 :22) “Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau

suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di

kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat

pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan

lain-lain”.

Penggunaan model yang tepat juga sangat berpengaruh pada hasil beajar

mengajar. Model pembelajaran yang tidak biasa dan membuat siswa terus

bersemangat juga salah satu model yang relevan untuk dapat ditepakan pada sebuah

kelas seni. Sebagai salah satu contoh model pembelajaran yang menarik adalah

model pembelajaran outing class atau karyawisata. Menurut Husamah (2013: 53), “Pembelajaran melalui wisata belajar merupakan sebuah proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan kegiatan mempelajari sumber belajar yang ada di luar

kelas, dengan maksud agar siswa memiliki wawasan yang luas tentang bahan ajar

yang dipelajari di dalam kelas”. Selain itu pembelajaran dengan metode ini juga

membuat anak bisa peka dalam mengamati lingkungan sekitar, mendapatkan

pengalaman dan kesan baru seperti yang dipaparkan oleh Moeslichatoen (2007: 21), “Wisata belajar merupakan salah satu metode yang melaksanakan kegiatan pengajaran dengan dunia luar secara langsung yang mendorong anak untuk

memperoleh kesan yang sesuai dengan apa yang diamati”.

Model pembelajaran outing class ini memberikan manfaat langsung kepada

siswa dalam pembelajaran seni. Ketika terjun langsung kelapangan untuk mencoba

mengekpresikan gambar dengan melihat objek adalah melatih anak didik untuk

lebih ekspresif dalam menggambar.

Salah satu tempat yang menerapkan model pembelajaran outing class ini

adalah sebuah rumah singgah masyarakat yang terletak di Rejosari, yaitu Rumah

Hebat Indonsia. Rumah singgah yang ada di daerah Rejosari ini memberikan

fasilitas belajar untuk anak-anak di lingkungan sekitarnya dengan pendidikan non

(4)

pendidikan non-formal ini memberikan pendidikan dengan membebaskan

anak-anak memilih untuk mendalami bakat yang mereka miliki. Selain itu karena

pendidikan yang bersifat non-formal membuat sistem pembelajaran menjadi

fleksibel. Dengan sistem pembelajaran yang fleksibel mendukung terjalannya

model pembelajaran outing class yang mana pembelajaran ini adalah pembelajaran

yang tidak terbatas, atau belajar itu bisa dimana saja dan kapan saja.

Penelitian ini bertujuan untuk Mendiskripsikan pelaksanaan model

pembelajaran outing class pada kelas melukis di Rumah Hebat Indonesia,

mengidentifikasi faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi dalam

pelaksanaan model pembelajaran outing class pada kelas melukis di Rumah Hebat

Indonesia, untuk mendeskripsikan dan mengevaluasi hasil karya anak dengan

menggunakan model pembelajaran outing class pada kelas melukis di Rumah

Hebat Indonesia. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai referensi bagi

peneliti lain yang ingin mengkaji lebih dalam mengenai pelaksanaan pembelajaran

melukis anak pada pendidikan nonformal. Dan manfaat praktis dari penelitian ini

untuk mendokumentasikan hasil karya lukis anak di lembaga sosial masyarakat

Rumah Hebat Indonesia dan mampu mengembangkan kemampuan pendidik dan

calon pendidik dalam melaksanakan pendidikan seni untuk anak pada pendidikan

nonformal.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan selama 2 bulan, yaitu Maret 2016 hingga April 2016

dengan menggunakan pendekatan diskriptif kualitatif. Pendekatan diskriptif

kualitatif digunakan untuk menjelsakan secara mendalam dan menyeluruh

peristiwa dan data-data yang diperoleh dari lapangan.

Sumber data dalam penelitian ini yaitu meliputi informan, tempat dan

peristiwa, serta arsip atau dokumen. Informan meliputi ketua Rumah Hebat

Indonesia (Anis Dyah Ayu), dan pendidik kelas melukis ( Permana dan Pipin).

Tempat dan peristiwa yaitu meliputi proses pembelajaran outing class di luar kelas

dan proses evaluasi di dalam kelas. Pengaruh lingkungan sosial dan fisik di sekitar

(5)

Indonesia. sedangkan arsip dan dokumen meliputi data ide dan target beberapa

peserta kelas melukis, data kelas di Rumah Hebat Indonesia, meliputi struktur

organisasi dan visi misi Rumah Hebat Indonesia, dokumentasi proses pembelajaran,

serta dokumentasi karya peserta kelas melukis.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara mendalam, pengamatan terlibat dan analisis arsip atau dokumen. Uji

validitas data menggunakan teknik triangulasi data. Analisis data menggunakan

teknik analisis data model mengalir.

Hasil dan Pembahasan

Pada pelaksanaan pembelajaran outing class kelas melukis di Rumah Hebat

Indonesia memiliki tujuan antara lain melatih sensitivitas anak, mengembangkan

kertifitas anak, dan melatih anak untuk lebih ekspresif dalam berkarya. Dalam

pelaksanaannya secara umum tujuan dari pelaksanaan model pembelajaran tersebut

telah tercapai, dengan melihat beberapa hasil karya dalam kegiatan outing class,

anak-anak mampu memvisualiasikan apa yang mereka lihat dan membuat karya

berdasarkan fenomena yang sedang terjadi saat outing class berlangsung. Hasil

karya yang berbeda di setiap pertemuan merupakan salah satu cerminan dalam

kreatifitas yang selalu berkembang dan tidak monoton dalam setiap

pelaksanaannya.

Materi pembelajaran pada outing class sepenuhnya diserahkan kepada

pendidik materi tersebut antara lain tahap persiapan, perencanaan, pembuatan

sketsa, dan finishing. Materi yang disampakan dalam outing class tidak terlalu

banyak karena penampaian materi seperti teknik dalam menggambar dan

pewarnaan sudah dipelajari sebelumnya dalam kelas sebelum pembelajaran outing

class dilaksanakan. Sehingga dalam pelaksanaan kegiatan outing class lebih

menekanan pada persiapan yang matang sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan.

Dalam pelaksanaan outing class pendidik hanya memberikan materi seperti

mengarahkan peserta didik dalam memilih tema yang baik, bagaimana memilih

objek yang benar. Pada proses kegiatan model pembelajaran outing class terdapat

(6)

pelaksanaan, pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Pada kegiatan perencanaan

ini peserta didik diberikan kebebasan untuk sepenuhnya merencanakan kegiatan

outing class pendidik hanya mengarahkan dan memberi saran jika dirasa

dibutuhkan, dengan menyerahkan keputusan seluruhnya pada peserta didik hal ini

melatih anak didik untuk lebih percaya diri dalam merencanakan sebuah kegiatan

dan melatih mereka untuk lebih tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan yang

telah mereka rencanakan. Pada proses pelaksanaan, peserta didik menjangkau

lokasi dengan bersepeda, menggunakan motor atau menggunakan transportasi

umum untuk mencapai lokasi. Dalam perjalanan menuju lokasi anak-anak belajar

mandiri untuk bepergian menuju lokasi tanpa orang tua, ketika mengendarai sepeda

anak-anak juga belajar untuk mengenal rambu-rambu lalu lintas yang ada. Hal

tersebut menjadi salah satu nilai positif yang bisa diambil dalam pelaksanaan outing

class. Menggunakan transportasi juga bermanfaaat agar peserta didik bisa

bersosialisasi dengan lingkungan.

Pada tahap pendahuluan dan kegiatan inti di lokasi outing class, peserta

didik mulai dengan mempersiapkan alat gambar, mengamati lingkungan, memilih

objek yang sesuai tema dan memvisualisasikannya kedalam gambar. Pada tahap ini

terdapat beberapa penghambat seperti peserta didik yang kurang fokus jika lokasi

outing class terlalu ramai, peserta didik mudah tegoda dengan situasi sekitar seperti

lebih memilih untuk bermain dan membeli jajan terlebih dahulu dari pada

menyelesaikan tugasnya. Pendidik yang terbatas sulit untuk mengontrol peserta

didik, beberapa peserta didik membutuhkan pendampingan lebih seperti mengawasi

dengan seksama dari awal sampai akhir kegiatan agar anak bisa fokus

menyelesaikan pekerjaannya tidak terpengaruh dengan kondisi sekitar. Hanya

terdapat dua pendidik yang menemani dalam kegiatan outing class. Setidaknya

dalam satu kali pelaksanaan outing class terdapat minimal 3 pendidik yang

mendampingi karena beberapa anak membutuhkan perhatian lebih seperti anak

dalam kategori usia 7-8 tahun yang masih mudah tergoda dengan lingkungan dan

sulit untuk berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugasnya sampai finishing.

Proses pemilihan objek gambar juga seringkai menjadi problem. Beberapa

(7)

kurang, pendidik mendampingi dan memberikan saran kepada peserta didik mana

objek yang pas, jika peserta didik sudah merasa cocok dengan objek barulah

pendidik meninggalkan peserta didik untuk mulai mengekspresikan karyanya

sendiri. Pada peserta didik yang mudah menangkap situasi dan mendapatkan objek

seperti tema dan keinginan mereka, pendidik hanya mengamati dari jauh dan

memberikan kesempatan kepada mereka untuk menyelesaikan karyanya sendiri

tanpa arahan dari pendidik. Disinilah peran pendidik dibutuhkan, membimbing

anak-anak dalam menentukan objek jika dirasa kurang, namun tidak sepenuhnya

membantu dari awal. Peserta didik masih dibebaskan untuk mengeksplor karya

mereka sendiri.

Pelaksanaan kegiatan outing class berlangsung kurang lebih satu setengah

jam, anak-anak biasa sudah mulai jenuh dengan menggambar dan beberapa anak

telah menyelesaikan tugasnya dengan baik, jarang ada beberapa anak yang belum

menyelesaikan tugasnya dengan sempurna dalam hal finishing namun pendidik

tidak bisa memaksa anak harus menyelesaikan tugas mereka saat itu juga pendidik

memberikan tugas finishing untuk dilanjutkan dirumah. Beberapa anak yang sering

mengalami masalah dalam waktu penyelesaian tugas biasanya adalah anak yang

memiliki usia kurang dari 8 tahun dan anak yang kurang fokus dalam menggambar.

Model pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan outing class adalah

model pembelajaran deferensiasi yang menekankan pada pelayanan yang sama bagi

peserta didik secara adil dan bertanggung jawab dengan pelakuan yang berbeda.

model pembelajaran ini dirasa paling sesuai dengan model pelaksanaan

pembelajaran ini, karena dalam pelaksanaannya tidak semua peserta didik memiliki

hmbatan yang sama. Pendidik memberikan tugas yang sama namun memberikan

pendampingan yang berbeda, pendidik akan memberikan pendampingan lebih

kepada anak didik yang masih mengalami masalah dalam pelaksanaan kegiatan

outing class, misalnya dalam memilih objek gambar. Selain itu tidak adanya

pengelompokan kelas seperti pada pengelompokan masa bagan (7-9 tahun) dan

masa permulaan realisme (9-12 tahun) membuat pendidik akan lebih

memeperhatikan kepada anak didik yang memiliki usia paling bawah (1-3 SD) atau

(8)

Terdapat 4 metode pembelajaran yang digunakan diantaranya adalah

metode tanya jawab, metode pemberian tugas, ceramah dan metode ekpresi bebas.

Kegiatan pembelajaran outing class bertujuan agar anak mengekspresikan

kreatifitasnya melalui apa yang mereka lihat. Metode diatas dirasa paling pas

dengan kegiatan outing class, karena pada pelaksanaannya beberapa anak sering

mengalami hambatan sehingga pendidik tetap memberikan pendampingan seperti

tanya jawab terhadap anak yang mengalami kesulitan. Pada beberapa peserta didik

yang belum bisa menyelesaikan tugasnya dengan maksimal pendidik juga

memberikan waktu untuk menyelesaikan dirumah. Penggunaan metode ekspresi

bebas, peserta didik diberikan keleluasaan untuk mengeksplore kreatifitas mereka

dalam berkarya namun tetap sesuai dengan tema yang telah disepakati bersama.

Media dan teknik yang digunakan dalam kegiatan outing class adalah kertas

A4 (21.5 x 29.7 cm), pewarna pastel, spidol dan pensil warna dengan menggunakan

teknik kering. Peserta didik lebih menguasai pewarnaan dengan menggunakan

teknik kering, sehingga pewarnaan dengan teknik kering dipilih dalam

pembelajaran ini. Selain praktis digunakan peserta didik juga lebih menguasai

sehingga kemungkinan untuk meyelesaikan tugas juga akan lebih cepat karena

tidak membutuhkan pelarut.

Evaluasi yang dilaksanakan dalam kegiatan outing class ini dilaksanakan di

luar kegiatan outing class. Evaluasi dilaksanakan setelah kegiatan outing class

berlangsung, yaitu pada pertemuan selajutnya di dalam kelas. Sistem penilaian yang

digunakan tidak berbentuk angka namun dilaksanakan secara lisan dengan

mengkoreksi bentuk-bentuk gambar, kesesuaian dengan tema, cerita yang ingin

disampaikan dalam gambar, dan yang terakir proses pelaksanaan. Semua hasil

gambar anak-anak merupakan hasil ekspresi mereka dalam brinteraksi dengan

lingkungan sekitar dalam proses outing class, kreatifitas anak tidak bisa dinilai

dengan angka karena kreatifitas setiap anak berbeda. Maka dari itu evaluasi dengan

cara menelaah setiap gambar dan menceritakan kembali apa yang mereka gambar

merupakan cara evaluasi terbaik, karena dalam tujuan kegiatan outing class ini

anak-anak lebih ekpresif dalam berkarya dan anak-anak bisa mengungkapkan apa

[image:8.595.88.535.196.675.2]
(9)

karya peserta didik, apakah setiap minggu semua peserta didik mengalami

perkembangan atau tidak. Tidak hanya memiih dua contoh saja yang dibahas dalam

evaluasi dalam kelas, melainkan semua karya peserta didik. Agar setiap peserta

didik juga dapat mengetahui apa kekurangan dari karyaya dan untuk selanjutnya

agar bisa lebih baik lagi.

Secara keseluruhan pelaksanaan model pembelajaran outing class pada

kelas melukis yang di Rumah Hebat Indonesia berjalan dengan baik, meskipun

terdapat beberapa kendala yang dialami. Dalam proses pelaksanaannya terdapat

komponen pembelajaran pada pendidikan formal seperti tujuan pembelajaran,

materi, metode, media dan evaluasi. Tujuan mengarah pada ekspresif, kreatif dan

spontanitas dalam berkarya sangat tepat dalam pembelajaran ini karena anak bisa

menemukan suasana baru disetiap pelaksanaanya yang menjadi ide dan inspirasi

baru. Materi yang minim lebih menekankan pada pelaksanaan di lapangan juga

menjadi kegiatan ini tidak membosankan pada anak-anak usia sekolah dasar. Dalam

hal mewarnai peserta didik lebih sering menggunakan pastel dan pensil warna.

Sistem penilaian yang tidak berbentuk angka melainkan dilakukan secara lisan

dengan cara menelaah hasil karya anak bersama-sama di dalam kelas menjadikan

kedekatan antara pendidik dan peserta didik.

Pelaksanaan model pembelajaran outing class pada kelas melukis di Rumah

Hebat Indonesia memiliki beberapa faktor pendukung dan penghambat.

Diantaranya adalah :

1) Faktor Pendukung : waktu pembelajaran yang fleksibel, pembelajaran yang

non formal tidak terpaut pada satu ruang, dan antusias anak yang tinggi

dalam pembelajaran outing class

2) Faktor Penghambat Model Pembelajaran Outing Class : prasarana belum

memadai, akomodasi, jumlah pendidik yang aktif menemani kegiatan

outing class kurang, dan tidak ada pengelompokan kategori usia

Hasil karya peserta didik diciptakan dengan media pastel diatas kertas. Pastel

dipilih oleh pendidik karena mudah digunakan dan juga mudah untuk

memperolehnya ditoko-toko alat tulis serta terdapat pilihan warna yang cukup

(10)

yaitu peserta didik tidak aktif, setengah aktif dan sangat aktif. Dari beberapa contoh

karya peserta didik dalam kegiatan outing class, jika ditinjau dari unsur-unsur seni

dapat disimpulkan yaitu karya anak-anak dalam outing class didominasi dengan

pengguanaan warna-warna cerah , karena tidak ada paksaan dari pendidik untuk

menggunakan warna seperti obyek aslinya. Teknik mewarnai yang digunakan

peserta didik juga beragam dari gradasi ataupun blok. Karya yang ditampilkan lebih

ekspresif dengan bentuk dan warna yang variatif. Hal tersebut karena setiap anak

memahami tema dan pengalamannya secara berbeda-beda sesuai dengan

kemampuannya, dan juga menuangkan idenya sesuai dengan kreativitas

masing-masing anak. Terlihat perbedaan hasil karya dari peserta didik tidak aktif, setengah

aktif, dan aktif. Seperti dalam penerapan gelap terang, perspektif, bentuk, garis,

bidang dan ruang. Peserta didik yang lebih aktif mengikuti kegiatan outing class

terlihat memiliki hasil karya yang lebih matang dengan menerapkan beberapa

unsur-unsur seni dari pada hasil karya peserta didik yang kurang aktif.

Penutup

1. Kesimpulan

(1) Pelaksanaan model pembelajaran outing class pada kelas melukis di

Rumah Hebat Indonesia berjalan dengan baik, meskipun terdapat beberapa

kendala yang dialami. Tujuan pembelajaran mengarah pada ekspresif,

kreatif dan spontanitas. Materi yang minim lebih menekankan pada

pelaksanaan di lapangan. Sumber belajar anak-anak berasal dari

lingkungan. Metode yang diterapkan adalah tanya jawab, pemberian tugas,

ekspresi bebas dan ceramah. Media yang digunakan adalah kertas A4 dan

menggunakan pastel atau pensil warna sebagai pewarnanya. Sistem

penilaian yang digunakan dilakukan secara lisan.

(2) Faktor pendukung pelaksanaan model pembelajaran outing class di

antaranya adalah, waktu pembelajaran yang fleksibel, pembelajaran yang

non formal tidak terpaut pada satu ruang, antusias anak yang tinggi dalam

pembelajaran outing class. Faktor penghambat di antaranya adalah sarana

(11)

lengkap , kendaraan untuk menuju lokasi outing class terbatas, jumlah

pendidik yang aktif menemani kegiatan outing class kurang, serta tidak

adanya pengelompkan kategori usia dalam pelaksanaan pembelajarannya.

(3) Dari contoh karya peserta didik dalam kegiatan outing class, jika ditinjau

dari unsur-unsur seni dapat disimpulkan karya anak-anak dalam outing

class didominasi dengan penggunaan warna-warna cerah . Teknik

mewarnai yang digunakan peserta didik juga beragam dari gradasi ataupun

blok. Karya yang ditampilkan lebih ekspresif dengan bentuk dan warna

yang variatif. Terdapat perbedaan hasil karya dari peserta didik tidak aktif,

setengah aktif, dan aktif.

2. Saran

(1) Lembaga ataupun pendidik diharapkan menyediakan sarana prasarana

untuk mendukung proses pembelajaran yang lebih baik, seperti menambah

jumlah pewarna pastel dan cat.

(2) Pendidik kelas melukis harus mengelompokan peserta didik berdasarkan

tingkat usia masa perkembangan gambar anak sehingga materi yang

disampaikan lebih tepat.

(3) Lembaga atau pendidik deharapkan lebih terencana dengan adanya

kurikulum yang pasti dalam kelas melukis.

(4) Merencanakan lebih matang lagi dalam hal persiapan pelaksanaan kegiatan

outing class, untuk menuju lokasi outing class yang lumayan jauh

sebaiknya ditempuh dengan kendaraan umum atau pribadi seperti motor

agar waktu pelaksanaan tidak habis dierjalanan menuju lokasi.

(5) Menambah jumlah pendidik aktif yang mendampingi untuk menemani dan

mengawasi peserta didik dalam kegiatan outing class.

Daftar Pustaka

Moeslichatoen, R. (2007). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta.

Husamah . (2013). Pembelajaran Luar Kelas (Outdoor Learning). Jakarta. Pustaka Karya.

Gambar

gambar anak-anak merupakan hasil ekspresi mereka dalam brinteraksi dengan

Referensi

Dokumen terkait

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Teknik Mesin Konsentrasi

dibatalkan gelar saya beserta hak dan kewaiiban yang melekat pada gelar tersebut. Demikian surat pemyataan ini sayabuatdengan

Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah variabel praktik manajemen sumberdaya manusia yang meliputi : perencanaan SDM (HRP), penempatan karyawan (STF), kompensasi

[r]

Gedung Pertunjukan Musik Remaja adalah pada kecamatan Melati. dan Depok

didukung oleh pelayanan infrastruktur yang baik, dapat mendorong peningkatan.. intensitas dan kualitas kegiatan tersebut, yang berakibat pada

wajar, sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi dengan kesengajaan, (2) Peneliti sebagai instrumen penelitian yaitu peneliti sebagai key instrument atau alat penelitian utama,

Chinien (Eds.), International Handbook of Education for the Changing World of Work, Bridging Academic and Vocational Learning (pp. Redefining the Status of