A.Latar Belakang Masalah
Setiap manusia tumbuh dan berkembang dalam berbagai lingkungan, seperti:
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Peran
manusia dalam menjalankan kehidupan memunculkan adanya suatu hak dan
kewajiban yang harus dilaksanakan dan dipenuhi. Hak dan kewajiban manusia sering
dikenal dengan Hak Asasi Manusia. Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2000 tentang Pengadilan HAM menjelaskan bahwa:
Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun.
Di Indonesia Hak Asasi Manusia diatur dalam suatu tatanan hukum yang
menjadi dasar dalam warga negara bertindak. Bangsa Indonesia memiliki pandangan
mengenai Hak Asasi Manusia yang bersumber dari ajaran agama, nilai moral, dan
nilai-nilai luhur budaya bangsa, kemudian disatukan dalam sebuah perjanjian luhur
yang berwujud Pancasila. Pancasila dijadikan sebagai ideologi negara yang
didalamnya menyangkut norma-norma dan nilai-nilai dalam tatanan kehidupan.
Norma-norma dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila wajib dilaksanakan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai Hak Asasi
Manusia tersebut terimplementasi dalam sila-sila pancasila, yaitu nilai Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Kedudukan nilai-nilai Pancasila
tidak akan pernah bisa tergantikan, karena nilai-nilai tersebut digali dari bangsa
Indonesia sendiri.
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
anak adalah orang yang berumur 18 tahun kebawah termasuk yang masih berada
dalam kandungan. Menurut Syah (2012), hak anak terbagi dalam sepuluh hak pokok,
yaitu: (1) hak untuk bermain, (2) hak untuk mendapatkan pendidikan, (3) hak untuk
mendapatkan perlindungan, (4) hak untuk mendapatkan nama, (5) hak untuk
mendapatkan status kebangsaan, (6) hak untuk mendapatkan makanan, (7) hak untuk
mendapatkan kesehatan, (8) hak untuk rekreasi, (9) hak untuk mendapatkan
kesamaan, (10) hak peran dalam pembangunan. Negara memiliki tanggung jawab
dan kewajiban dalam hal memberikan perlindungan terhadap warga negaranya. Hal
itu dapat dilihat masuknya sepuluh hak anak tersebut.
Sekarang ini, yang menjadi fokus utama pembangunan pemerintah adalah hak
untuk mendapatkan dan pelaksanaannya dalam pendidikan. Hak atas pendidikan
merupakan salah satu bagian dari hak ekonomi, sosial, dan budaya pada dasarnya
telah terakomodasi dalam Undang-Undang Dasar 1945. Hak tersebut termuat dalam
Pasal 28C ayat (1), menjelaskan bahwa:
Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
Hak untuk memperoleh dan melaksanakan pendidikan ini berlaku pada setiap
orang tanpa memandang semua perbedaan seperti gander, suku, agama, ras, adat dan
antar golongan, tanpa terkecuali anak-anak. Anak-anak sebagai penerus bangsa,
sudah seharusnya mendapatkan pendidikan dari orang tua, tak terkecuali juga dari
pemerintah yang dalam hal ini menjadi penanggung jawab terpenuhinya hak anak
yang akan datang. Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak menjelaskan bahwa, “setiap anak berhak untuk dapat hidup,
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi”. Berdasar dari itulah yang menjadi dasar anak dalam memperoleh dan
melaksanakan pendidikan secara wajar.
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh dan
pelaksanaannya dalam pendidikan. Setiap warga negara berhak atas kesempatan
yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan,
kemampuan dan keterampilan yang sekurang-kurangnya setara dengan pengetahuan,
kemampuan, dan ketrampilan. Hak anak dalam memperoleh pendidikan sebenarnya
sudah di perhatikan oleh pemerintah sejak dulu. Hal ini dapat dilihat dari
kebijakan-kebijakan pemerintah yang mengutamakan bidang pendidikan dari pada
bidang-bidang yang lain. Contoh nyata kebijakan pemerintah yang mementingkan
pendidikan ada dalam Pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945, secara khusus terdapat
dalam ayat (4) yang menjelaskan bahwa:
Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
Selain itu ada kebijakan wajib belajar sembilan tahun secara gratis. Pemerintah
secara teknis juga membuat inovasi-inovasi baru melalui sistem pendidikan nasional
guna mempermudah mencapai tujuan negara khususnya pendidikan yang
Belajar merupakan kebutuhan pokok seorang pelajar. Siswa berhak
mendapatkan proses belajar mengajar di kelas dan di luar kelas, pengajaran untuk
perbaikan, pengayaan, kegiatan ekstrakurikuler, mengikuti ulangan harian, ulangan
umum, dan ujian nasional. Hak siswa yang secara khusus itu harus dipenuhi oleh
masing-masing sekolah sebagai pertanggungjawaban atas kebijakan-kebijakan yang
telah diterima dari pemerintah. Sekolah harus mengupayakan bagaimana
terwujudnya tujuan pendidikan yang telah menjadi komitmen bangsa Indonesia.
Realita pendidikan Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Penyelenggaraan
pendidikan dasar yang seharusnya gratis melalui dana bantuan operasional sekolah
salah satu hak semua anak di Indonesia. Pada kenyataannya banyak
pungutan-pungutan liar yang dilakukan guru atas ijin dari pihak sekolah. Hal ini tentu
bertentangan dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah itu
sendiri.
Pemenuhan hak siswa dalam melaksanakan pembelajaran sering kali
menimbulkan banyak kontroversi. Banyak tindakan-tindakan yang tidak sesuai
dengan perannya sebagai pendidik. Hal kecil sebagai contoh adalah hukuman yang
sering diberikan pendidik kepada peserta didik dengan kekerasan misalnya: dipukul,
ditendang, dijewer, dan lain sebagainya. Hukuman semacam itu tentunya sangat
berseberangan dengan prinsip-prinsip dalam pendidikan. Contoh lain dari
ketidaksesuaian tindakan pendidik adalah maraknya pelecehan seksual. Sekolah
seolah-olah tidak menjamin adanya perlindungan dan rasa aman terhadap siswa.
Hak siswa seharusnya dapat dijamin oleh lembaga-lembaga khususnya sekolah
paling mutlak harus dipenuhi sekolah adalah menciptakan suasana kondusif dalam
pelaksanaan pembelajaran. Suasana yang kondusif dapat meningkatkan minat dan
motivasi belajar anak. Suasana yang kondusif ini perlu terus dijaga ketika proses
pembelajaran dan latihan dilakukan, sebab dengan suasana tersebut internalisasi nilai
dan sikap menjadi efektif. Suasana yang kondusif tersebut dapat mempermudah
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam sistem pendidikan nasional.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, hal ini
mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian terhadap pemenuhan hak anak di
sekolah. Di pandang cukup penting untuk mengadakan penelitian tentang
implementasi hak anak dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah pada siswa SMP
Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Alasan peneliti meneliti hak anak
dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah adalah pemenuhan hak siswa dalam
pemenuhan pendidikan sangat berpengaruh terhadap pencapaian sebuah tujuan
pendidikan.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan penelitian
ini sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan implementasi hak anak dalam pelaksanaan pendidikan di
sekolah pada siswa SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014?
2. Bagaimana implementasi hak anak dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah pada
siswa SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014?
3. Bagaimana bentuk implementasi hak anak dalam pelaksanaan pendidikan di
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan perencanaan implementasi hak anak dalam pelaksanaan
pendidikan di sekolah pada siswa SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran
2013/2014.
2. Mendeskripsikan implementasi hak anak dalam pelaksanaan pendidikan di
sekolah pada siswa SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
3. Mendeskripsikan bentuk implementasi hak anak dalam pelaksanaan pendidikan di
sekolah pada siswa SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
D.Manfaat atau Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoritis
a. Mendapatkan teori baru tentang implementasi hak anak dalam pelaksanaan
pendidikan di sekolah.
b. Menambah wawasan dan pemahaman guru mengenai implementasi hak anak
dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah.
c. Menambah wawasan dan pemahaman siswa mengenai pentingnya hak anak
dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah.
d. Dapat dijadikan acuhan dalam penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa
2) Memperluas pengetahuan siswa mengenai hak dalam pelaksanaan
pendidikan di sekolah.
3) Meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah.
4) Melatih siswa untuk bertanggung jawab dalam melaksanakan haknya.
b. Manfaat bagi guru
1) Memperluas pengetahuan guru mengenai hak anak dalam pelaksanaan
pendidikan di sekolah.
2) Meningkatkan pemahaman guru dalam mengimplementasikan hak anak
pada proses pembelajaran di sekolah.
3) Memperluas pengetahuan guru untuk mewujudkan hak anak dalam
pelaksanaan pendidikan di sekolah.
4) Melatih guru untuk kreatif dan inovatif dalam mengembangkan hak anak di
sekolah.
c. Manfaat bagi sekolah
1) Meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
2) Meningkatkan kualitas siswa.
3) Meningkatkan reputasi sekolah pada masyarakat umum.
4) Meningkatkan peringkat sekolah.
E.Daftar Istilah
1. Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya
mekanisme suatu sistem. Jadi implementasi adalah suatu tindakan atau
memerlukan penyesuaian proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk
mencapai sebuah tujuan pokok (Usman, 2002:70).
2. Hak Anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu
diakui dan dilindungi oleh hukum, bahkan sejak dalam kandungannya (Pasal 52
Undang-undang RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia).
3. Pelaksanaan adalah suatu tindakan yang berjalan dengan sendirinya secara
bersama untuk mencapai suatu tujuan yang efektif (Malik, 2011).
4. Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan kepada anak oleh
orang dewasa secara sadar dan bertanggung jawab, baik mengenai aspek
jasmaniahnya maupun aspek rohaniahnya menuju tingkat kedewasaan anak
(Sagala, 2007:2).
5. Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pembelajaran dan
pengajaran siswa di bawah pengawasan guru (Sudirjo sebagaimana dikutip Syah,