• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Indonesia terdiri atas 17.508 pulau dengan panjang garis pantainya lebih dari 81.000 km dan 70 % dari jumlah penduduknya hidup di kawasan Pesisir (Nontji, 1997, 1999).Keadaan ini sangat menguntungkan mengingat potensi laut yang sangat besar, baik sebagai sumber alam yang melimpah maupun sebagai sarana perhubungan, perdagangan dan pariwisata. Negara-negara tepi Selat Malaka telah berhasil menyepakati ketentuan-ketentuan dalam mengatasi masalah lingkungan hidup, namun upaya penegakan hukum terhadap penanganan masalah lingkungan hidup di Selat Malaka belum terlaksana dengan baik akibat koordinasi antar instansi dalam penegakan hukum belum terpadu (Suhaidi, 2005).

Pantai-pantai di Indonesia pada umumnya sudah mengalami kerusakan baik komunitas pasang surut maupun komunitas dalam sedimen laut, terutama di dekat pusat-pusat kota dengan produksi minyak dari anjungan-anjungan lepas pantai. Diperkirakan sekitar 35 % produksi minyak bumi di Indonesia berasal dari sumur-sumur minyak lepas pantai. Sedimentasi minyak bumi (seperti n-alkana dan Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) dan sumber alamiah lainnya terjadi karena banyak komponen hidrokarbon di lautan tidak larut dalam air dan selanjutnya tenggelam dalam sedimen (Anonim, 1975). Partikel-partikel yang menyusun sedimen laut terdiri atas dua asal utama, yaitu (1) terbentuk dari senyawa-senyawa terlarut (anorganik dan terutama organik) yang terbawa ke lautan sebagai fasa padat dan (2) berasal dari daratan atau tempat lain sebagai hasil buangan (Libel, 1992).

Minyak bumi dapat masuk ke lingkungan laut dalam bentuk hidrokarbon alifatik dan dapat pula berupa PAH. Hidrokarbon tersebut tersebar luas ke seluruh lautan, atmosfer, dan daratan. Dampak minyak bumi yang mengandung PAH dalam sedimen laut dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran. Minyak bumi yang masuk ke lingkungan laut akibat aktivitas manusia menyebar relatif cepat melalui proses kimia dan biologi. Penyebaran minyak bumi akan membentuk

(2)

lapisan yang menutupi permukaan laut dan dapat bertahan lama yang secara bertahap mengalami sedimentasi atau terdampar di pantai (Sloan, 1993).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kadar PAH total sekitar 2.000 ppm (mg/kg) sudah menimbulkan pencemaran (Kilbane, 1998; Meyer & Hans, 2001 ; Wijayaratih, 2001). Murygina et al., (2000) menyatakan bahwa kadar minyak bumi di perairan sebesar 400 ppm sudah bersifat mencemari lingkungan. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan hidup nilai baku mutu PAH sebagaisalah satu parameter baku mutu air lautuntuk biota sebesar 3 ppb atau 0,003 µg/L atau 0,003 ppm.

Minyak bumi dalam bentuk hidrokarbon alifatik dan PAH serta asam-asam organik pada daerah pantai dan lingkungan samudera mempunyai kadar tertinggi di daerah Estuaria (Sudarso, 1997). Adanya tumpahan minyak bumi dalam jumlah besar di laut seperti yang terjadi di dekat Prince William Sound, Alaska (sekitar 11 juta gallon minyak bumi) yang tumpah ke laut dapat menimbulkan kerusakan berat ekosistem laut (Hadi, 2003).

Banyak penelitian yang telah dilakukan pada bidang Ilmu Kimia dan Geologi serta Kelautan terutama di bidang Kimia Lingkungan berkaitan dengan PAH. Hasil penelitian Elias,et al, (2007) menunjukkan bahwa konsentrasi total PAH dalam sedimen Pantai Timur Semenanjung Malaysia adalah 0,25 – 0,59 μg/g berat sedimen kering, yang sedikit terkontaminasi petroleum yang bersumber dari proses pirolitik. Hal tersebut diperkuat pula penelitian Boonyatumanond,et al. (2006)di sekitar kawasan pantai di Thailand menganalisis PAH 3 - 7 cincin benzena denganGasChromatograpy - Mass Spectrometry (GC-MS) dan hasilnya diperoleh konsentrasi PAH mulai dari 6 hingga 8399 ng/g berat kering.Penelitian lain menunjukkan bahwa dalam sedimen pantai Pulau Lumu-lumu Kepulauan Spermonde dengan menggunakan indikator Marine Oil Pollution Index (MOPI)

dan Molar Content (MC) telah terkontaminasi dengan hidrokarbon n-alkana yang

berasal dari antara biogenik dan petrogenik sedang(Syahrir, 2001). Penelitian Melawaty (2002) menunjukkan bahwa sedimen pada salah satu Kepulauan Spermonde di Pantai Pulau Lumu-lumu Makassar mengandung beberapa jenis senyawa PAH.

(3)

PAHdapat bersumber dari proses alamiah diantaranya biogenik dan diagenetik,sedangkan dariproses anthropogenik diantaranya petroleum dan pirolitik.PAH pirolitik terjadi karena akibat dari pembakaran tidak sempurna bahan bakar sedangkan PAH petrogenik sebagian besar diperoleh dari minyak mentah (crude oil) atau bahan bakar yang tidak dipakai dan dari produksi penyulingan, misalnya aktivitas dari Pengeboran Minyak maupun Kilang Minyak serta aktivitas manusia lainnya di daratan.

Konsentrasi hidrokarbon (alifatik dan aromatik) terhadap sampel sedimen laut pada dua musim di Indonesia mengalami peningkatan pada musim kemarau dibandingkan sampel sedimen yang diambil pada musim hujan. Menurunnya konsentrasi hidrokarbon (alifatik dan aromatik) pada musim hujan disebabkan oleh tingginya tingkat pengenceran perairan terutama oleh air hujan (Noor, 1988).

Sedimentasi minyak terjadi karena banyak komponen minyak bumi termasuk hidrokarbon alifatik dan aromatik terutama PAH yang tidak larut dalam air membentuk emulsi dengan air sehingga menjadi berat dan turun ke dasar laut.Sekitar kawasan pantai terdapat sedimen maupun air yang diperkirakan telah terkontaminasi PAH dan akan mempengaruhi Biota (kerang hijau) yang hidup di sekitarnya. PAH dapat berasal dari air buangan, seperti buangan rumah tangga dan industri, sampah, dan aliran buangan kota, serta buangan atmosferik dari pembakaran bahan bakar fosil.Dampak PAH akan menimbulkan kerusakan berat ekosistem laut terutama biota. Selain itu dampak PAH bagi manusia akan merusak kesehatan misalnya mengakibatkan mutasi material genetik, kanker dan penyakit kronis lainnya.

PAH perlu selalu dipantau keberadaannya karena dapat menyebabkan mutasi material genetik dan menimbulkan penyakit kanker. PAH termasuk golongan zat kimia yang bersifat genotoksik dan memberikan efek dapat membentuk ikatan kovalen dengan basa dari DNA serta memiliki gugus elektrofil yang akan membentuk ikatan kovalen dengan gugus nukleofilik seperti asam amino, sulfohidril dan gugus hidroksil pada molekul lain (Sugiyanto, et al, 1992; Lukitaningsih, 2004)). Tingkat toksisitas PAH terhadap lingkungan dapat diurutkan berdasarkan jumlah cincin benzena yang dimiliki oleh setiap PAH. Sifat

(4)

karsinogenik dan toksisitas senyawa PAH tergantung pada berat molekul dan log Kow – nya (Haritash dan Kaushik, 2009;Falahuddin danMunawir,2011). Semakin banyak cincin benzena yang dimiliki oleh PAH semakin bersifat karsinogenik dan toksik, sehingga jika diurut berdasarkan sifat karsinogenik dan toksisitasnya mulai dari naftalena – asenaptena – fenantrena– fluorantena – pirena – benzo(a)antrasena - perilena(dari kiri ke kanan semakin besar sifatkarsinogenik atautoksisitasnya).

Konsentrasi total terhadap 7 jenis PAH (naftalena, asenaptena, fenantrena, fluorantena, pirena, benzo(a)antrasena dan perilena) dalam kerang hijau di Perairan Kamal Muara Teluk Jakarta adalah 23,2507-283,7465 µg/g (Augustine, 2008) telah melampaui ambang batas. Keberadaan PAH dalam tubuh manusia dan lingkungan yang melampaui batas dan mengalami kontak langsung dengan kulit dapat menyebabkan kulit memerah, terjadi iritasi, dan melepuh, sedangkan efek kesehatan dapat diketahui beberapa tahun kemudian setelah PAH terakumulasi dalam tubuh, diantaranya dapat menyebabkan kanker, mengganggu reproduksi, dan membahayakan organ tubuh seperti liver, paru-paru, dan kulit(Wick.et al,2011).

Selat Makassar merupakan jalur lalu lintas yang penting bagi kapal tanker minyak yang berasal dari produsen-produsen minyak (Timur Tengah) menuju ke konsumen utamanya, Jepang dan Amerika Utara yang berkisar 3 juta barrel perhari. Jalur tersebut merupakan alternatif dari Selat Malaka yang sudah menjadi jalur laut yang sempit tetapi ramai, sehingga menyebabkan banyak kecelakaan misalnya tabrakan tanker minyak (Noor dan Jawahir, 1994). Selain ituSelat Makassar juga merupakan jalur utama tanker minyak bumi yaitu pengangkutannya dari Timur Tengah menuju Laut Jawa kemudian melalui Selat Makassar untuk dibawa ke konsumen utama tersebut.

Sejauh ini pengetahuan tentang distribusi kualitatif kelimpahan sediaan serta penyebaran PAH total dalam sedimen dan kerang hijau (Perna viridis L) di sekitar Pantai Makaassar belum diketahui dengan pasti. Upaya untuk mengelompokkan faktor spasial (tempat) dapat dianggap saling bebas dapat

(5)

memberikan gambaran pola hubungan antara pengaruh tempat terhadap penyebarannya.

Kawasan perairan laut di Pantai Makassar merupakan salah satu pantai yang berada pada salah satu kota terbesar di Indonesia yang mempunyai peluang besar terhadap tercemarnya lingkungan perairan laut di sekitar Pantai Makassar berpeluang memperoleh keterpaparan PAH baik yang bersumber dari tanker minyak, aktivitas pelabuhan maupun aktivitas lainnya yang terjadi di sekitar pantai. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar kawasan pantai tersebut memanfaatkan kawasan ini, dari berbagai sektor misalnya di sektor industri, pertambangan, perhubungan, perdagangan, pertanian dan pariwisata. Kegiatan pada Kawasan Industri Makassar (KIMA), pembuangan limbah oli dari usaha perbengkelan yang banyak tersebar maupun aktivitas kendaraan bermotor, pembuangan limbah rumah tangga terutama dari kawasan pertokoan dan perhotelan di sekitar Pantai Losari, adanya lalu lintas aktivitas kapal laut terutama di Pelabuhan Sukarno-Hatta maupun pada selat Makassar serta kegiatan pembakaran sampah dengan incenerator di TPAS (tempat pembuangan akhir sampah) Antang Makassar.Berdasarkan aktivitas tersebut menyebabkan PAH akan terlarut sebagian ke dalam air baik melalui air hujan maupun air tanah kemudian terbawa aliran ke laut dan mengendap ke dalam sedimensehingga terkontaminasi PAH serta mempengaruhi biota (misalnya: kerang hijau) yang hidup di sekitar pantai, bahkan dapat menyebabkan hilangnya jenis kerang hijau di sekitar perairan laut pantai Makassar dimana kerang hijau ini dapat dijadikan sebagai bioindikator pencemaran laut.Proses pengambilan senyawa PAH oleh mikroorganisme dapat melalui beberapa cara diantaranya melalui adsorpsi langsung dari lingkungan atau melalui makanan yang telah tercemar oleh senyawa PAH tersebut (Lukitaningsih dkk, 2004).Kelarutan PAH yang sangat kecil dalam air, mengalami kesulitan dalam analisis GC sehingga diharapkanmemonitoring polutan PAH di lingkungan menggunakan sampel selain air(Lukitaningsih & Sudarmanto, 2010).

Kerang hijau dapat juga digunakan sebagai suatu biomonitor untuk mengidentifikasi adanya polutan yang disebabkan oleh ion-ion logam berat,

(6)

organoklorida dan produksi minyak bumi. Kerang yang ada di dalam lingkungan tercemar mempunyai selaput lysosomal yang labil dalam kaitannya dengan stress. Kerang juga terkenal karena dapat menyumbat pipa air yang digunakan oleh kompleks industri dan mengotori peralatan kapaldi laut. Tingginya penggunaan air dan pipa klorinasi ditunjukkan dengan berkurangnya populasi atau berpindahnya Perna viridis L. Oleh karena itu, kerang mengeluarkan zat amoniak yang bereaksi dengan klor untuk membentuk chloramin, suatu obat pembasmi hama lebih lemah dibanding klor.

Penelitian tentang senyawa PAH telah dilakukan di beberapa wilayah baik berupa distribusi, karakteristik dan akumulasinya pada sedimen, air dan biota laut, namun di sekitar pantai Makasar belum pernah dilakukan penelitian secara kuantitatif. Olehnya itu perlu dilakukan suatu kajian penelitian tentang distribusi dan sumber PAH dalam sedimen dan kerang hijau di sekitar pantai Makassar.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah metode analitik yang digunakan dalam penentuan konsentrasi PAH pada sedimen dan kerang hijau di sekitar Pantai Makassar ?

2. Bagaimanakah distribusi PAH dalam sedimen dan kerang hijau (Perna

viridis L) terutama pada wilayah Pelabuhan dan Kawasan Industri

Makassar (KIMA) ?

3. Bagaimanakahsumber PAH dalam sedimen dan kerang hijau (Perna viridis L)di sekitar Pantai Makassar ?

I.2. Keaslian Penelitian dan Kebaruan Penelitian

Penelitian yang dilakukan dengan judul “Distribusi dan Sumber PAH dalam Sedimen dan Kerang Hijau di sekitar Pantai Makassar” belum pernah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya. Menurut Melawaty, (2002)bahwa sedimen pantai Pulau Lumu-lumu Kepulauan Spermonde Makassar yang berada pada zona III mengandung PAH jenis flurena, fluorantena, naftalena, krisena, penantrena, pirena dan 3,4-benzo pirena dengan kandungan fraksi aromatik antara 13,23 – 320,94 mg/kg sedimen kering.South (1999) telah mengidentifikasi

(7)

hidrokarbon aromatik dalam sedimen Perairan Pantai Ujung Pandang dan sedimen mengandung PAH jenis naftalena, asenaptena, fenantrena, fluorantena, pirena, benzo(a)antracena, dan perilena.Pada umumnya penelitian tersebut menggunakan ekstraksi refluks dan analisis kualitatif terhadapsampel sedimen dalam keadaan di bawah suhu 0 oC.Selain itu belum adanya penelitian distribusi dan sumber PAH dalam kerang hijau di sekitar wilayah tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat dianggap sebagai hal barudan belum diteliti oleh peneliti lain yaitu:

1. Penelitian yang melakukan analisis kuantitatif dengan mengekstraksi terhadap setiap jenis PAH dalam sedimen dan kerang hijau di sekitar Pantai Makassar.

2. Sampel sedimen dan kerang hijau dapat dikeringkan pada suhu kamar dengan membutuhkan waktu dan tenaga yang praktis dalam membawa sampel dari lingkungan perairan laut ke laboratorium.

Beberapa penelitian terdahulu yang berbeda dari penelitian ini terangkum pada Tabel 1.1. dan Tabel 1.2.

(8)

T ab el 1.1 B eb er ap a Pe n eli tian T er d ah u lu p ad a S ed ime n Pe n u li s T h n Ju d u l L ok asi M etode Hasi l Penelitian 1 2 3 4 5 6 S outh 1990 Ide nti fika si hi dr oka rbon P ermuka an laut Ekstra ksi re flux da n F luora ntena , na ft alena , f ena ntre na , Ar omatik dala m sedim en da ngka l Ujung sa mpel dis im pa n pa da kr isena , a ntr ase na , b enz o (a )a ntr ase n a P anda ng suhu -20 o C , diana li sis da n P erilena S pe ktroskopi UV B aumar d, e t.al 1997 B ioava ibi li tas da n S umb er La ut Medit err anian Ekstra ksi Ve ssel, P AH ter kontaminasi t inggi ( 1700 -8400 P AH da lam Ke ra ng Hija u sa mpel dis im pa n da lam ng/g) pa da sedime n H arb our d an be r-da n S edim en suhu -20 o C , diana li sis sumb er da ri pirolit ik seda ngka n ke ra ng GC -MS da n HPLC hij au ti da k menga ndung P AH ke cua li P ada dua sampe l yang di ambi l da n be rsumbe r da ri piroli ti k W oodhe ad ,e t.al 1999 P AH pa da P ermuka an se dim en P ermuka an Ekstra ksi dg sentr ifuse Juml ah P AH tot al 10.000 µ g/kg dan da n pro se s B iol ogi yang se dim en laut da n sampe l di sim pa n se

mua stasiun tela

h ter ko ntaminasi be rka it an pa da suhu -20 o C sela ma ana li sis Mela wa ty 2001 P rof il hidroka rbon aroma ti k P ulau L umu - Ekstra ksi re fluks, Te ride nti fika si s enya wa P AH jenis be rda sa rka n ke d alama n lum u Ke p. S ampel dis im pa n pa da kr isena , f en antre n a, a ntr ase na , da n se dim en pa ntai P ulau L u mu - S pe rmonde suhu -20 o C , S pe ktroskop i 3,4 -dibenz o( a)pir en a lum u Ke pulaua n S pe rm onde UV Eliat, et.al 2007 Konta mi na si P AH da lam P antai P eninsu - Ekstra ksi s oxhlet, sa mpel 17 P AH ter identifika si denga n ka d ar se dim en lar Mala ysia disi mpan di ba wa h suhu pa da r ent ang: 0,26 -0,59 µ g/g 5 o C , diana li sis GC -MS

(9)

2 3 4 5 6 et.al 2007 Dist

ribusi dan Sum

be r PAH P antai Mediter ra - Ekstra ksi s oxhlet soni - 16 P AH da lam se dim en be rkisa r P ermuka an sed im en nian E gyti fika si ult ra ba th sampe l 88 – 6338 ng/g difr ez er -dr ie d suhu -20 o C , diana li sis et.al 2009 Va li da si M etode A na li ti k C uba , Ha va na Ekstra ksi s oxhlet, sa mpel Konse ntra si n -a lk ana da n P AH S ec ara ku anti tatif hidrok arbon difr ez er -dr ie d suhu -20 o C, ter ukur di baw ah 30 ng/g P etrole um pada sampe l s edi - diana li sis GC -MS be rka it an et.al 2009 Dist ribusi s pa sial da n tempor al Da ya B ay, Ekstra ksi s oxhlet, sa mpel 16 P AH USEP A pa da r entang; P AH da lam se dim en S outh Asi a difr ez er -dr ie d suhu -20 o C, 42,5 – 158,2 ng/g ber at k ering,, Dia na li sis GC -MS pe troge nik pada c or e 8 d an P irolit ik pada c or e 10 ,, et.al 2009 Dist ributi on, S ourc es and Luc know, Ekstra ksi s oxhlet, sa mpel P AH s pad a r ent ang: 0,068 -3,153 C ha ra cte riz ati on of P oly - India air -dr ied, dia n ali sis HPLC µ g/g ber at ker ing cyc li c Ar omatic Hydr oc ar - bons i n sed im ent t he R iv er Gomti 2013 C hr omatogr am P rof il e of P AH S ur aba ya , Ekstra ksi s oxhlet, sa mpel F ra ksinasi EB O me ngguna ka n In E OM be fo re a nd afte r se dim en ke ring a ngin pe nge lusi DCM dan n -he ksana F ra cti ona ti on of dry -win d diana li sis GC -F ID (1:1) diper oleh konsne tr asi P AH S edim ent fr om Ke n jer an g c oa st lebih ti nggi di ba ndingkan S ur aba ya by Using GC -F ID mengguna ka n DCM -n -h eksana (1:1)

(10)

T ab el 1.2. B eb er ap a Pe n eli tian T er d ah u lu p a d a Ker an g Hi jau Pe n u li s T h n Ju d u l L ok asi M etode Hasi l Penelitian 1 2 3 4 5 6 C ossa, et.al 1983 P AH da lam Ke ra ng Hija u Estuar y, Gulf Ekstra ksi re fluks, Ana li sis P AH pa da muss el um u m - C ana da sa mpel difr ez er -d rie d, nya be ra sa l dar i i ndust ry ba gian Dia na li sis GC -MS Uta ra Ame rika B aumar d, et.al 1997 B ioava ibi li tas da n sum be r La ut Medit err a-Ekstra ksi Ve sse l, P AH ter kontaminasi t inggi ( 1700 - P AH da lam Ke ra ng Hija u nian sa mpel dis im pa n da lam 8400 ng/g) pa da sedime n Ha rbour da n sed im en suhu -20 o C , diana li sis da n be rsumbe r da ri piroli ti k GC -MS da n HPLC se da ngka n ke ra ng hij au ti da k menga ndung P AH ke cu ali pa da dua sa mpel ya ng diambil di Ha rbour da n be rsumbe r da ri piroli ti k Isobe , et.al 2007 Disribusi P AH da n P he noli c P antai S outh Ekstra ksi m ase ra si, P AH tot al pada r entang: 11 -1,1333 Endokr in dala m m ussel da n S outhea st sa mpel difr ez er -d rie d ng/g ker ing denga n konta mi na si Asia -30 o C , diana li sis re nda h da n b ersumbe r pe troge nik GC -MS Munaw ir 2007 Ka da r PAH d alam se dim en, P era ira n T eluk Ekstra ksi re fluks, P AH ha nya diana li sis p ada K era ng air, da n sampe l bi ota B angka sa mpel lu mpur Da ra (ka re na ha ny a biot a ini diker ingkan da lam dit emukan) da n diper ol eh satu jenis suhu 50 o C , diana li sis P AH F luora ntena 4,589 ppb se da ng de nga n GC -F ID ka n pa d a siput gonggong dit emu - ka n 4 jenis P AH ( kr isena , be nz o( a) antra se n a), da n trib enz o( a,e ,ghi) pe rilena : 6370,641 ppb. Agusti ne 2008 Akumulasi P AH da lam Ke ra ng P era ira n Ekstra ksi re fluks, Konse ntra si 7 (tuj uh) je n is P AH Hijau Ka mal Muar a sa mpel dis im pa n da lam tot al dala m ker ang hij au dg 4 uku - Te luk Jk t lema ri pe ndingi n be rsu - ra n be rb eda a ntar a 23,25 -283,75 hu 4 -10 o C , diana li sis µ g/g be ra t ba sa h,c end er ung menig - GC -MS meningka t denga n be rta mbahnya ukura n pa njang tubuh ke ra ng

(11)

2 3 4 5 6 et.al 2008 Konse ntra si P AH da lam Estuar y, Gulf Ekstra ksi re fluks, Ana li sis P AH pa da muss el um um - Ke ra ng Hijau C ana da sa mpel difr ez er -d rie d, nya be ra sa l dar i i ndust ri ba gian Uta ra Ame rika et.al 2009 P AH pa da a ir, mussel, d an B ahia Bl anc a Ekstra ksire fluks, P AH tot al dala m air sang at re nda h, Ika n Estuar i, Arg enti na sa mpel dis im pa n da lam da n be rsumbe r pir oge nik , seda ng - suhu -20 o C , diana li sis ka n P AH da lam mus se l t elah te r-de nga n GC -MS kontaminasi t inggi et.al 2010 Ase smen konse ntra si P A H La ut Medit err a-Ekstra ksi autom ati c P AH ter ti nggi pada Mar se il le 105,5 da lam mus se ls nian ac ce ler ati on sol ve nt µ g/kg denga n ka da r te re n da h pa da P roc edur e, s ampel Ga ler ia d an Cappo 21,9 µ g/kg Dike ringbe kuka n, diana li sis GC -MS ir da n 2011 P engukur an da n Id enti fika si P asa r Cli nc ing Ekstra ksi re fluks, P AH tot al dala m daging ke ra ng sumb er a sa l P AH da la m Ja ka rta Ut ara sa mpel difr ez er -d rie d 121,64 -426,52 µ g/g bk denga n ra ta - ke ra ng hij au diana li sis GC -F ID ra ta 273,90 µg/ g bk, ke li mpaha n ter be sa r: BaP, DB A, A nt, se da ng - ka n sum be rnya : pemb aka ra n ti da k se mpurna ba h an org anic se pe rti: ka yu, B B M, kapa l, dan indust ri.

(12)

I.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menyusun metode analitik dalam penentuan konsentrasi PAH pada sedimen dan kerang hijau (Perna viridis L) di sekitar Pantai Makassar 2. Untuk melihat distribusi PAH dalam sedimen dan kerang hijau (Perna

viridis L) pada masing-masing stasiunterutama pada wilayah Pelabuhan

dan Kawasan Industri Makassar (KIMA).

3. Untuk mengkaji sumber PAH dalam sedimen dan kerang hijau di sekitar Pantai Makassar.

I.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan:

1. Hasil terbaik dari penelitian ini diharapkan memberikan perkembangan pengetahuan di bidang Ilmu Kimia khususnya di bidang Kimia Lingkungan.

2. Distribusi dan sumber PAH dapat digunakan sebagai rujukan untuk mengkaji senyawa pencemar lainnya serta pengembangan prosedur analisis sedimen dan kerang hijau yang berasal dari lingkungan laut. 3. Informasi bagi pemerintah maupun masyarakat banyak khususnya yang

berada di pesisir pantai tentang distribusi dan sumber PAH dalam sedimen dan kerang hijau, sehingga dapat meningkatkan derajatkesehatan terutama masyarakat di sekitar Pantai Makassar karena senyawa ini bersifat toksik dan penyebab penyakit tumor maupun kanker.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang menunjukan nilai ekonomi air total resapan hutan lindung Gunung Sinabung dan hutan lindung TWA Deleng Lancuk di Desa Kuta Gugung dan Desa Sigarang

3.1 Proses perumusan konsep didasari dengan latar belakang kota Surakarta yang dijadikan pusat dari pengembangan pariwisata Solo Raya karena memiliki potensi

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

Tinea pedis adalah infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela jari kaki dan telapak kaki, dengan lesi terdiri dari beberapa tipe, bervariasi dari ringan, kronis

algoritma kompresi LZW akan membentuk dictionary selama proses kompresinya belangsung kemudian setelah selesai maka dictionary tersebut tidak ikut disimpan dalam file yang

Selain variabel-variabel tersebut, untuk membentuk suatu model dinamis guna lahan permukiman dalam memproyeksikan besarnya kebutuhan permukiman pada masa mendatang,