1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
Perpajakan telah menyebar internasional, maka dari itu perpajakan internasional memiliki hukum mengenai pajak internasional. Hukum pajak internasional sendiri merupakan aturan pajak nasional yang di dalamnya mengatur penerapan pada aspek aturan hukum internasional. Dan dapat disimpulkan bahwa pajak internasional itu berlandaskan pada ketentuan perpajakan domestic yang berlaku terhadap wajib pajak dalam negeri yang memperoleh penghasilan dari luar negeri dan terhadap wajib pajak luar negeri yang memperoleh penghasilan dari Indonesia (Perpajakan International;6, 2019).
Perkembangan perpajakan di Indonesia di era saat ini membuat kantor perpajakan di Indonesia berfikir atas perkembangan kesadaran masyarakat untuk mengikuti kewajiban dan kepatuhan dalam membayar pajak. Masa pandemi COVID-19 ini membuat penghasilan dan keadaan ekonomi masyarakat menurun sedikit demi sedikit, hingga sebab itu masyarakat mulai merasa tidak patuh dan menunda untuk melaksanakan kewajiban membayar pajak.
Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai kekayaan sumber daya, tetapi saat ini Indonesia belum mampu memaksimalkan sumber daya tersebut. Salah satu sumber pendapatan negara terbesar adalah penerimaan pajak. Pajak yang dihasilkan oleh pemerintah digunakan untuk pembangunan nasional baik pembangunan fisik maupun non fisik (Adi Rahman, Siti Paujiah, dkk, 2020). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena pajak memiliki peran dalam pembangunan nasional. Pajak dapat dirasakan manfaatnya secara langsung atau pun tidak secara langsung oleh masyarakat. Ada pun manfaat yang dirasakan dari pajak adalah fasilitas pendidikan, fasilitas transportasi, fasilitas kesehatan sarana dan prasarana umum. Untuk mencukupi semua kebutuhan pembangunan nasional, negara membutuhkan peningkatan dalam penerimaan pajak (Waluyo, 2010).
2 Pengolongan pajak berdasarkan Lembaga pemunggutannya di Indonesia dapat dibedakan menjadi 2, yaitu pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat. Sedangkan pajak daerah adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah baik tingkat provinsi maupun kabupaten kota.
Administrasi yang berhubungan dengan pajak daerah, akan dilaksanakan di kantor dinas Pendapatan Daerah atau kantor pajak Daerah (KPD) atau kantor sejenisnya yang dibawahi oleh pemerintah daerah setempat (Perpajakan Indonesia;2, 2015)
Pajak mempunyai peran bagi Negara Indonesia sebagai alat penerimaan Negara dan berfungsi untuk pengatur atau penyelaras kegiatan ekonomi pada masa yang akan datang. Penyelenggaraan pemerintah, pelayanan umum, dan pembangunan di dalam negeri didanai dari sektor pajak. Di Indonesia sendiri hampir semua wilayah menggali potensi pendapatan daerahnya melalui pajak daerah, oleh karena itu pemerintah daerah berusaha bagaiman caranya meningkatkan sumber potensi pendapaan daerah. Akan tetapi dengan adanya peningkatan jumlah kendaraan bermotor serta jumlah wajib pajak yang ada, masih banyak wajib pajak yang menunggak pembayaran pajak kendaraan bermotornya (Febri N, 2019).
Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besaarnya kemakmuran rakyat
Pajak daerah terdiri pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota. Jenis pajak provinsi terdiri dari:
a. Pajak Kendaraan Bermotor
b. Bea balik nama Kendaraan Bermotor c. Pajak bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Jenis Pajak Kabupaten /kota, meliputi:
a. Pajak air tanah b. Pajak Hiburan c. Pajak Parkir
3 Jenis Pajak di atas dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang memadai dan disesuaikan dengan daerah dan provinsi, tetapi tidak terbagi dalam daerah kabupaten/kota otonom, seperti Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, jenis pajak yang dapat dipungut merupakan gabungan dari pajak untuk daerah provinsi dan pajak untuk daerah kabupaten/kota (Perpajakan, 2016)
Jenis pendapatan pajak daerah salah satunya diperoleh melalui Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan salah satu pajak daerah yang harus dibayarkan oleh wajib pajak. Ketika wajib pajak patuh dan taat untuk membayarkan pajaknya, maka akan menambah tingkat pendapatan serta target yang telah dirancang oleh pemerintah akan tercapai. Pajak yang diterima oleh pemerintah daerah yang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2001 tentang pajak daerah adalah pajak atas kepemilikan dan penguasaan kendaraan bermotor.
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan bagian dari pajak daerah yang termasuk kedalam jenis pajak provinsi. Dalam pasal 1 angka 12 dan 13 Undang – Undang Dasar Republik Indonesia tahun 2009 tentang pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Pemungutan pajak kendaraan bermotor dilakukan dikantor Bersama SAMSAT. Pihak yang terlibat dalam kantor Bersama SAMSAT melibatkan 3 intansi pemerintah, yaitu: Badan pendapatan Daerah, Kepolisian Daerah Republik Indonesia. dan PT (perseroan), asuransi kerugian jasa raharja (Bapenda jabar, 2020).
Mustaqiem dalam Edwin, Mardalena (2019) mengemukakan bahwa kendaraan bermotor ialah semua kendaraan berroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan diseluruh jenis jalan darat dan digerakkan oleh alat yang disebut dengan motor yang dapat mengubah energi menjadi tenaga gerak. Objek pajaknya adalah kepemilikian dan/atau penguasaan kendaraan bermotor (2008:208).
4
Tabel 1.1
POTENSI KENDARAAN BERMOTOR
TAHUN
POTENSI
JUMLAH
PRIBADI DINAS UMUM
2017 1,557,475 3,215 12,492 1,573,182
2018 1,499,803 2,657 13,624 1,516,084
2019 1,535,132 2,731 14,982 1,552,845
2020 1,470,274 2,896 15,842 1,488,985
Sumber: Samsat Kab.Bekasi 2021
Diketahui bahwa jumlah kendaraan bermotor di wilayah Kabupaten Bekasi mengalami setabil. Pada tahun 2017 mengalami kenaikan sebanyak 1.557.475. pada tahun 2018 terjadi penurunan yaitu jumlah sebesar 1.449.803. pada tahun 2019 jumlah kendaraan pribadi terjadi peningkatan sebanyak 1.535.132. dan pada tahun 2020 jumlah kendaraan pribadi terjadi penurunan sebanyak 1.470.247. Jumlah kendaraan bermotor di kabupaten Bekasi mengalami peningkatan di tahun 2017 dan 2019, akan tetapi terjadi penurunan di tahun 2018 dan 2020. Meskipun selalu meningkat akan tetapi tidak dibarengi dengan asyarakat yang membayar pajak kendaraan bermotor. Dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 1.2
Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Wilayah Kabupaten Bekasi
NO TAHUN
Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kabupaten Bekasi (Cikarang)
Target Realisasi
1 2017 Rp1,485,049,247,128 Rp1,572,166,188,917
2 2018 Rp1,698,303,054,245 Rp1,777,051,319,129
3 2019 Rp1,906,214,623,107 Rp1,953,888,610,275
4 2020 Rp2,014,849,205,242 Rp1,507,928,914,844
Sumber: Samsat Kabupaten Bekasi 2021
Tabel 1.3
Target dan Realisasi Pendapatan Daerah dari Pajak Kendaraan Bermotor
NO TAHUN
Pendapatan Daerah Kab.Bekasi dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
Target Realisasi Presentase 1 2017 Rp598,381,000,000 Rp638,389,874,025 106.7%
2 2018 Rp724,159,000,000 Rp759,245,999,870 104.8%
3 2019 Rp833,220,000,000 Rp834,154,907,950 100.1%
4 2020 Rp1,088,053,794,500 Rp772,674,066,900 71.01%
5 Sumber: Samsat Kabupaten Bekasi 2021
Berdasarkan data pada table 1.2 bahwa realisasi pendapatan daerah wilayah kabupaten Bekasi lebh tinggi dari target yang telah ditetapkan per tahun 2017 hingga 2019 namun terjadi penurunan dan jauh dari target yang terjadi di tahun 2020. Pada table 1.3 menunjukkan bahwa jumlah pendapatan berasal dari pajak kendaraan bermotor yang terealisasi lebih tinggi dari target, namun itu hanya terjadi di tahun 2017 hingga 2019 dan jauh dari target dan terealisasi yang rendah yang telah di tetapkan oleh Samsat Kab.Bekasi dan selalu megalami kenaikan dari 3 tahun kebelakang ini. Terjadinya penurunan di tahun 2020 disebabkan karena adanya wabah Covid-19 dari tahun 2020 hingga tahun 2021 ini dan terjadilah penurunan jumlah kendaraan bermotor di kabupaten Bekasi. Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Bekasi, perkembangan kendaraan bermotor yang ada di Kabupaten Bekasi pada tahun 2017 hingga 2020 adalah sebagai berikut:
1.4 Tabel
Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor di Kabupaten Bekasi
Tahun
Jumlah kendaraan/unit
2017 1.446.049
2018 1.516.084
2019 1.552.045
2020 1.488.985
Sumber:Samsat Kabupaten Bekasi 2021
Berdasarkan data diatas telah terlihat bahwa tahun 2017 hingga 2019 terjadi kenaikkan pengguna kendaraan bemotor namun dari keterangan awal table 1.1 hingga saat ini selalu terjadi penurunan dari tahun 2019 hingga 2020 saat ini. Peningkatan dan penurunan yang terjadi beberapa tahun kebelakang yang terdapat pada kendaraan bermotor tersebut menjadikan jumlah wajib pajak kendaraan bermotor juga mengalami perubahan ini, sehingga berdampak pada peningkatan jumlah penerimaan pajak kendaraan bermotor. Sesuatu yang menyebabkan terjadinya penurunan hingga beberapa persen dari tahun lalu adalah disebabkan adanya wabah COVID-19 yang terjadi di Indonesia dari tahun 2020 hingga saat ini.
Pengetahuan yang kurang tentang perpajak mengakibatkan kurangnya kesadaran masyarakat dalam melakukan pembayar pajak Kendaraan Bermotor. Masyarakat jadi merasa kurang tertarik untuk membayar pajak sebab tidak adanya insentif dan timbal balik secara langsung dari negara untuk masyarakat (Rahayu,2010:141, dalam (Titi indri:2019).
6 Pengetahuan yang semakin baik akan memberikan sikap kepatuhan wajib pajak dengan benar melalui adanya kewajiban perpajakannya. Kesadaran wajib pajak jika semakin tinggi pengetahuannya akan semakin baik penilaiannya terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bernotor. Kantor pajak yang melakukan penyuluhan pajak secara intensif dan terus menerus akan meningkatkan kontribusi wajib pajak dalam memahami pemenuhan kewajiban membayar pajak sebagai wajib kepentingan untuk pembiayaan dan pembangunan nasional pemerintah (Hidayatulloh, 2015).
Pada hakekatnya, kepatuhan sukarela tidak akan tercapai karena tidak adanya kesadaran sukarela wajib pajak untuk membayar pajak. Dengan adanya pengawasan fiscus maka kepatuhan wajib pajak akan terwujud, sehingga penerimaan pajak dapat tercapai.
Pengetahuan yang dimiliki oleh Wajib Pajak adalah informasi perpajakan yang dapat digunakan dan dilaksanakan oleh Wajib Pajak itu sendiri sebagai dasar dalam bertindak, mengambil keputusan atau strategi tertentu dalam kaitannya dengan pelaksanaan hak dan kewajibannya di bidang perpajakan(Dewi Kusuma,2017). Semakin tingginya pengetahuan Wajib Pajak maka semakin tinggi kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak kendaraan bermotor di kabupaten bekasi. Semakin banyak pengetahuan perpajakan yang diperoleh, maka Wajib Pajak akan memahami kewajiban perpajakannya dan juga sanksi yang akan diterima ketika melaksanakan kewajiban perpajakan, sehingga Wajib Pajak membayar pajak tepat waktu tanpa adanya paksaan (Oktafiyanto dan wardani, 2015; Rusmawanti dan wardani,2015;
ummah,2015; Wardani dan Rumiyatun,2017).
Wajib pajak di Indonesia sudah ada sejak zaman penjajahan belanda. Perpajakan diatur dalam pasal 23A UUD 1995 dan aturan lainnya seperti UU No.28 tahun 2007 tentang peraturan umum dan tata cara perpajakan. Apabila pembayaran pajak melebihi batas yang telah ditentukan maka akan dikenakan denda yang akan diberikan oleh pemerintah sebesar 2%. Pajak yang diberikan tidak memberatkan dalam pembayaran sejumlah pajak sudah ada aturan yang mengaturnya.Wajib pajak di Indonesia masih rendah dalam hal kesadaran mambayar pajak karena disebakan oleh berbagai faktor yang relevan yaitu adanya prasangka buruk terhadap penyelenggara negara dimana pemerintah masih menganggap dirinya dirugikan, disaat masyarakat menganggap dirinya dirugikan, pada dasarnya dapat dilihat bahwa pemerintah kurang terbuka terhadap penggunaan uang pajak bagi masyarakat. Masyarakat juga kekurangan informasi terkait pajak dan segala aspek positifnya ketika masyarakat membayar pajak sesuai peraturan yang berlaku.
7 Kesadaran pajak adalah keadaan mengetahui atau memahami tentang pajak tanpa paksaan dari pihak lain (Wardani & Rumiyatun, 2017). Kesadaran pajak muncul dari dalam diri wajib pajak itu sendiri. Ketika wajib pajak mulai menyadari pentingnya pajak, tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak akan semakin besar (Nikken A, 2016).
Kesadaran wajib pajak masih sangat rendah, hal ini terlihat dari banyaknya tunggakan dan denda PKB di Kantor SAMSAT di Kabupaten Bekasi. Besarnya penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan perkembangan jumlah kendaraan bermotor mengalami peningkatan namun tidak diimbangi dengan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban dalam membayar pajak, yang tercermin dari besarnya tunggakan dan denda yang besar di tingkat pajak Kantor SAMSAT di Kabupaten Bekasi. Pemahaman tentang pengertian dan manfaat pajak dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak. Tanpa pengetahuan tentang pajak dan manfaatnya,tidak mungkin orang secara ikhlas membayar pajak.
Kekhawatiran masyarakat dalam membayar pajak disebabkan maraknya kasus-kasus yang sering terjadi khususnya bidang perpajakan. Kondisi ini dapat mempengaruhi kepatuhannya, karena wajib pajak tidak ingin pajak yang telah dibayarkan disalahgunakan oleh fskus itu sendiri (Puspa Arum, 2012 Dalam (Ketut Evi.S, 2013).
Sampai sekarang kesadaran masyarakat membayar pajak masih mencapai tingkat sebagaimana yang diharapkan. Umumnya masyarakat masih sinis dan kurang percaya terhadap keberadaan pajak karena masih merasa sama dengan memberatkan, pembayaran yang sering mengalami kesulitan, ketidak mengertian masyarakat dan bagaimana cara pajak menghitung dan melaporkannya. Namun masih memiliki upaya yang dapat dilakukan sehingga masyarakat sadar sepenuhnya untuk membayar pajak dan ini bukan sesuatu yang mustahil terjadi.
Kesadaran membayar pajak ini tidak hanya memunculkan sikap patuh, taat dan disiplin tetapi diikuti sikap kritis juga. Semakin maju masyarakat dan pemerintahnya, maka semakin tinggi kesadaran membayar pajaknya, namun tidak berhenti di satu titik saja sebab mereka semakin kritis dalam menyikapi masalah perpajakan, terutama terhadap materi pajaknya.
Regulasinya, benturan praktek dilapangan dan perluasan subjek dan objeknya.
Masyarakat saat ini memang telah merasakan manfaat pajak yang telah mereka bayar.
Bidang Kesehatan, Pendidikan, sosial, pelayanan medis gratis, sekolah murah, jaminan sosial maupun sarana prasarana dan alat-alat transportasi yang menjadi bukti pemerintah mengelola pajak dengan baik. Dengan adanya pembuktian ini untuk meningkatkan para masyarakat untuk sadar dalam membayar pajak.
8 Untuk lebih meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor, diperlukan juga sanksi pajak kendaraan bermotor dalam rangka penegakan hukum dalam mewujudkan tertip wajib pajak dalam membayar pajak. Sanksi pajak memiliki peran penting guna memberikan pelajaran bagi pelanggar pajak agar tidak meremehkan peraturan perpajakan (Sari dan Susanti, 2013 Dalam (Dewi.K, 2017).
Petugas kepolisian tidak tegas untuk menindak langsung para wajib pajak yang tidak membayar pajak tahunan kendaraan bermotornya di Kantor SAMSAT Kabupaten Bekasi.
Banyak wajib pajak yang membayar lima (5) tahun sekaligus atau tidak sama sekali. Karena tidak disamakan dengan sanksi perpajakan yang menyebabkan masyarakat menganggap remeh kewajibannya. Oleh sebab itu, sanksi perpajakan sangat relevan jika digunakan sebagai variabel bebas dalam penelitian ini (K. Evi, K. Budiartha, 2013).
Menurut Ilhamsyah (2016) kepatuhan wajib pajak yaitu dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya dan melaksanakan hak perpajakannya dengan baik dan benar sesuai dengan peraturan dan Undang-Undang pajak yang berlaku, sedangkan ketidakpatuhan pajak dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak tidak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan hak perpajakannya.
Dengan demikian, diharapkan peranan Kantor SAMSAT dalam proses pemungutan pajak Kendaraan Bermotor dapat maksimal sehingga berkontribusi positif dalam meningkatkan pendapatan asli daerah. Tingkat pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak menunjukkan tingkat kepatuhan wajib pajak terhadap penaatan peraturan Undang- Undang tentang pajak.
Sulistiyono mengemukakan bahwa kepatuhan merupakan sebuah sikap yang rela untuk melakukan segala sesuatu, yang didasari kesadaran maupun adanya paksaan, yang membuat perilaku seseorang dapat sesuai dengan yang diharapkan (2012: 6).
Secara efektif, pemerintah pusat tidak mungkin dapat mewujudkan pemerataan pembangunan, maka disentralisasi dari pemerintah pusat untuk mengawasi serta mengatur secara langsung urusan yang ada di daerah sangat dibutuhkan. Demi efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan urusan-urusan pemerintah pusat tersebut, maka sebagian unsur-unsur tersebut di serahkan kepada daerah, yakni pemerintah daerah. Baik itu yang menyangkut kebijakan, perencanaan dan pelaksanaan maupun pembiayaan. Namun semua itu tidak lepas daripada tanggung jawab pemerintah daerah kepada pemerintah pusat (Ilhamsyah, Endang, &
Dewantara, 2016).
9 Kepatuhan Wajib Pajak juga dapat diartikan bahwa Wajib Pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku tanpa perlu diadakan pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan, ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi. Kepatuhan perpajakan didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak dan perpajakannya.
Jenis pajak yang diterapkan di Negara Republik Indonesia dibagi menjadi dua jenis yaitu pajak pusat dan pajak daerah. Berdasarkan pasal 1 angka 10 UU RI No.28 tahun 2009 tentang pajak daerah, definisi pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Jenis pajak sebagaimana dimaksud dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang memadai atau disesuaikan dengan kebijakan daerah yang ditetapkana dengan peraturan daerah.
Perkembangan kendaraan bermotor yang setiap tahunnya selalu bertambah, tentunya dapat dimanfaatkan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) untuk melakukan pemungutan pajak kepada pemilik kendaraan bermotor tersebut demi meningkatkan kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor dan meningkatkan sumber pendapatan asli daerah. Semakin pesatnya perkembangan zaman membuat seluruh lapisan masyarakat menjadi semakin terpacu untuk dapat memenuhi segala kebutuhannya. Salah satunya yaitu kebutuhan akan alat transportasi.
Alat transportasi, seperti kendaraan bermotor tidak lagi menjadi barang mewah bagi masyarakat, melainkan telah menjadi salah satu kebutuhan pokok mereka dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Oleh sebab itu, tingkat daya beli masyarakat terhadap kendaraan bermotor untuk memenuhi kebutuhan alat transportasi mereka pun menjadi semakin meningkat.
Penulis memilih sanksi wajib pajak karena variable ini di anggap memiliki pengaruh yang positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Sanksi wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak (Febri Nurdian, 2019). Hal ini sejalan dengan pendapat (Rendi,2016), Ummah (2015), Dian lestari (2017). Namun, menurut Wardani (2017) bahwa sanksi wajib pajak kendaraan bermotor tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.
Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap atau yang biasa disebut Kantor SAMSAT Kabupaten Bekasi merupakan kantor pengelola keuangan daerah yang
10 melaksanakan pemungutan pajak Provinsi yang terletak di area Cikarang. Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang terjadi di Kabupaten Bekasi belum tentu menunjukan peningkatan kepatuhan dalam membayar pajak kendaraan bermotor.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas terdapat perbedaan hasil penelitian dari peneliti-peneliti terdahulu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“PENGARUH PENGETAHUAN WAJIB PAJAK, SANKSI WAJIB PAJAK DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (Studi Kasus Pada Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di SAMSAT Kabupaten Bekasi)”
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah Pengetahuan Wajib Pajak Berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor ?
2. Apakah Sanksi Pajak Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor ?
3. Apakah Kesadaran Wajib Pajak Berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor ?
4. Apakah Pengetahuan Wajib Pajak, Sanksi Pajak dan Kesadaran Wajib Pajak Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh pengetahuan Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.
2. Mengetahui pengaruh sanksi Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan bermotor.
3. Mengetahui pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.
4. Mengetahui pengaruh pengetahuan Wajib Pajak, Sanksi Pajak Kendaraan Bermotor, dan Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.
11 1.4 MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik untuk penulis maupun untuk orang lain yang membacanya. Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu dalam bidang pengetahuai Pajak Kendaraan Bermotor.
2. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi pedoman dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
3. Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan perpajakan kendaraan bermotor dan menambah kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Kantor SAMSAT
Penelitian ini diharapkan dapat bisa memberikan masukkan untuk pelayanan dan bahan evaluasi dalam pelaksanaan peraturan perpajakan yang lebih baik tiap tahunnya, dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak, menerapkan sanksi pajak dan memiliki kesadaran dalam pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor.
b. Bagi Universitas Pelita Bangsa (UPB)
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi mahasiswa dilingkungan Universitas Pelita Bangsa dan menjadi referensi serta sebagai bahan masukkan untuk penelitian selanjutnya yang akan meneliti tentang kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor
c. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan mengimplementasikan ilmu dan penelitian ini juga dapat mudah memahami tata cara penulisan karya tulis ilmiah yang sesuai,dan mempermudah memahami pengetahuan wajib pajak,sanksi pajak dan kesadaran wajib pajak kendaraan bermotor terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.
12 1.5 SISTEMATIKA PENELITIAN
Penelitian dilakukan dalam rangka menyelesaikan tugas akhir dan dapat dipaparkan dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang membahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini membahas mengenai penjelasan gambaran umum mengenai landasan teori-teori, penelitian terdahulu, hipotesis dan kerangka penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini membahas dan menjelaskan mengenai metodelogi penelitian yang berisi antara lain jenis dan design penelitian, deskripsi data hasil penelitian, variable penelitian, dan definisi oprasional variable, populasi, sampel, dan Teknik pengambilan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum penelitian, pengujian dan hasil analisis data, dan pembahasan hasil analisis data (pembuktian hipotesis).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan dan membahas tentang deskripsi data hasil penelitian, analisis statistik deskripsi, uji kualitas data, uji asumsi klasik, dan analisis regresi linear berganda.