BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
A.
A. Latar BelakangLatar Belakang
Per eklampsia dan eklampsia merupakan penyebab kematian maternal maupun Per eklampsia dan eklampsia merupakan penyebab kematian maternal maupun neonatal yang cukup tinggi, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Pre neonatal yang cukup tinggi, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Pre eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan yang eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan yang memerlukan penanganan segera untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan yang memerlukan penanganan segera untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat mengancam keselamatan ibu maupun janinnnya.
dapat mengancam keselamatan ibu maupun janinnnya.
Salah satu penanganan yang dapat dilakukan yaitu dengan terapi obat-obat yang Salah satu penanganan yang dapat dilakukan yaitu dengan terapi obat-obat yang dapat digunakan untuk penyakit pre eklampsia dan eklampsia.
dapat digunakan untuk penyakit pre eklampsia dan eklampsia.
Sebagai bidan yang pasti akan dihadapkan dengan kedua penyakit ini, harus tahu Sebagai bidan yang pasti akan dihadapkan dengan kedua penyakit ini, harus tahu apa saja obat-obat yang digunakan untuk mengurangi pre eklampsia dan eklampsia apa saja obat-obat yang digunakan untuk mengurangi pre eklampsia dan eklampsia beserta
beserta dengan konta dengan konta indikasi, indikasi, cara cara kerja kerja obat terobat tersebut dan sebut dan efek sefek samping amping yang dapatyang dapat ditimbulkan.
ditimbulkan.
Oleh karena itu, dalam makalah ini saya akan menguraikan mengenai obat-obat Oleh karena itu, dalam makalah ini saya akan menguraikan mengenai obat-obat yang lazim digunakan untuk pre eklampsia dan eklampsia.
yang lazim digunakan untuk pre eklampsia dan eklampsia.
B.
B. TujuanTujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah : Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1.
1. Tujuan UmumTujuan Umum
Mengetahui dan memahami mengenai obat-obat yang digunakan untuk pre Mengetahui dan memahami mengenai obat-obat yang digunakan untuk pre eklampsia dan eklampsia.
eklampsia dan eklampsia. 2.
2. Tujuan KhususTujuan Khusus
Tujan khusus dari penulisan makalah ini yaitu dapat : Tujan khusus dari penulisan makalah ini yaitu dapat : a.
a. Mengetahui pengertian pre eklampsia dan eklampsia.Mengetahui pengertian pre eklampsia dan eklampsia. b.
b. Mengetahui macam-macam obat pre eklampsia dan eklampsia.Mengetahui macam-macam obat pre eklampsia dan eklampsia. c.
c. Mengetahui cara kerja/khasiat obat pre eklampsia dan eklampsia.Mengetahui cara kerja/khasiat obat pre eklampsia dan eklampsia. d.
d. Mengetahui indikasi/kontra indikasi obat pre eklampsia dan eklampsia.Mengetahui indikasi/kontra indikasi obat pre eklampsia dan eklampsia. e.
e. Mengetahui dosis obat pre eklampsia dan eklampsia.Mengetahui dosis obat pre eklampsia dan eklampsia. f.
f. Mengetahui efek samping obat pre eklampsia dan eklampsia, dan caraMengetahui efek samping obat pre eklampsia dan eklampsia, dan cara mengatasinya.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pre eklampsia
Pre eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa.
Pre eklampsia di bagi menjadi dua kategori, yaitu ringan dan berat seperti berikut :
1. Pre Eklampsia Ringan
Pre eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Penyebab pre eklampsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai “maladaptation syndrome” akibat vasospasme general dengan segala akibatnya.
Gejala klinis pre eklampsia ringan meliputi :
a. Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg, diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.
b. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu.
c. Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2. d. Edema (penimbunan cairan) pada pretibia, dinding abdomen,
lumbosakral, wajah atau tangan. 2. Pre Eklampsia Berat
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Gejala klinis pre eklampsia berat meliputi : a. Tekanan darah 160/110 mmHg.
b. Oligouria, urine kurang dari 400 cc atau kurang dalam 24 jam.
d. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium.
e. Edema paru-paru atau sianosis. Eklampsia
Istilah eklampsia berasal dari bahsa Yunani dan berarti “halilintar”. Kata tersebut dipakai karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tandan-tanda pre eklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul serangan kejang yang diikuti oleh koma.
Tergantung dari saat timbulnya dibedakan eklampsia gravidarum, eklampsia parturientum, dan eklampsia peurperale. Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya pre eklampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual keras, nyeri di epigastrium, dan hiperrefleksia.
Konvulsi/kejang eklampsia dibagi dalam 4 tingkat, yakni :
1. Tingkat awal atau aura; Keadaan ini berlangsung kira-kira 30-35 detik. Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula tangannya, dan kepala diputar ke kanan atau ke kiri.
2. Kemudian timbul tingkat kejangan tonik yang berlangsung kurang lebih 30 detik. Dalam tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan menggenggam, dan kaki membengkok ke dalam. Pernafasan berhenti, muka mulai menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.
3. Stadium ini kemudian disusul oleh tingkat kejang klonik yang berlangsung antara 1-2 menit. Spasmus tonik meghilang. Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi. Bola mata menonjol. Dari mulut keluar ludah yang berbusa, muka menunjukan kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tak sadar. Kejangan klonik ini dapat demikian hebatnya, sehingga penderita dapat terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya, kejangan terhenti dan penderita menarik nafas secara mendengkur.
4. Sekarang ia memasuki tingkat koma. Lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama. Secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat
terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru yang berulang, sehingga ia tetap dalam koma.
Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat, dan suhu meningkat sampai 40o C. Sebagai akibat serangan dapat terjadi koplikasi-komplikasi seperti (1) lidah tergigit; perlukaan dan fraktura, (2) gangguan pernafasan, (3) solusio plasenta, (4) perdarahan otak.
B. Macam-Macam Obat Pre Eklampsia dan Eklampsia
1. Antikonvulsan
Magnesium Sulfat (MgSO4 ) merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada pre eklampsia berat dan eklampsia. Jika MgSO4 tidak
tersedia dapat diberikan diazepam, dengan resiko terjadinya depresi pernapasan neonatal. Dosis tunggal diazepam jarang menimbukan depresi pernapasan neonatal. Pemberian terus menerus secara IV meningkatkan resiko depresi pernapasan pada bayi yang sudah mengalami iskemia uteroplasenta dan persalinan prematur. Pengaruh Diazepam dapat berlangsung beberapa hari.
2. Antihipertensi
Jika tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih berikan obat antihipertensi. Tujuannya adalah untuk mempertahankan tekanan diastolik diantara 90-100 mmHg dan mencegah perdarahan serebral. Obat pilihan adalah Hidralazin. Jika Hidralazin tidak tersedia berikan Labetotol atau Nifedipin.
C. Cara Kerja/Khasiat Obat Pre Eklampsia dan Eklampsia
1. Magnesium Sulfat (MgSO4)
Magenesium Sulfat merupakan unsur yang sangat vital untuk metabolisme, regulasi otot polos, hantaran saraf dan tranmisi impuls. Peningkatan konsentrasi magnesium (hipermagnesemia) akan menekan aktivitas semua jaringan yang dapat dieksitasi oleh penurunan masuknya kalsium ke dalam :
Sel-sel saraf
Ion-ion magnesium akan bersaing dengan ion-ion kalsium dalam memasuki ujung terminal presinaptik saraf. Persaingan ini akan mengurangi pelepasan neurotransmiler pada sinaps. Berkurangnya pepelasan asetilkolin pada sambungan mioneural menyebabkan relaksasi otot skeletal. Demikian
pula, berkurangnya pelepasan noradrelin (norepinefrin) dari saraf simpatik yang mempersarafi otot polos vaskuler menyebabkan hipotensi.
Otot jantung
Yang menyebabkan blok jantung hipermagnesemia mengurangi masuknya ion-ion kalsium kedalam sel-sel otot yang akan menimbulkan relaksasi otot polos dan dengan konsentrasi yang tinggi, otot jantung yang kerjanya kompetitif antara kalsium dan magnesium berarti bahwa kalsium merupakan antidot jangka pendek yang efektif untuk toksisitas magnesium. Otot polos
Kontraksi semua otot polos yang meliputi otot polos pembuluh darah, uterus dan usus akan dihambat. Keadaan ini membalikan vasospasme selebri tapi menimbulkan hipertensi.
2. Diazepam/Valium
Diazepam disebutkan termasuk dalam golongan psikotropika. Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Kerja utama diazepam yaitu potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator pada sistim syaraf pusat.
Diazepam bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi hambatan neuron GABA. Reseptor Benzodiazepin dalam seluruh Sistem Saraf Pusat (SSP), terdapat dengan kerapatan yang tinggi terutama dalam korteks otak frontal dan oksipital, di hipokampus dan dalam otak kecil. Pada reseptor ini, benzodiazepin akan bekerja sebagai agonis. Terdapat korelasi tinggi antara aktivitas farmakologi berbagai benzodiazepin dengan afinitasnya pada tempat ikatan. Dengan adanya interaksi benzodiazepin, afinitas GABA terhadap reseptornya akan meningkat, dan dengan ini kerja GABA akan meningkat. Dengan aktifnya reseptor GABA, saluran ion klorida akan terbuka sehingga ion klorida akan lebih banyak yang mengalir masuk ke dalam sel. Meningkatnya jumlah ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi sel bersangkutan dan sebagai
akibatnya, kemampuan sel untuk dirangsang berkurang dan stabil . 3. Hidralazin
Hidralazin merelaksasi secara langsung otot polos arteriol dengan mekanisme yang masih belum dapat dipastikan. Salah satu kemungkinan mekanisme kerjanya adalah sama dengan kerja nitrat organik dan natrium
nitroprusid, yaitu dengan melepaskan nitrogen oksida (NO) yangmengaktifkan guanilat siklase dengan hasil aktif defosforilasi berbagai protein, termasuk protein kntraktil, dalam sel otot polos. Vasodilatis yang kuat berupa peningkatan denyut dan kontraktilitas jantung, peningkatan renin plasma, dan retensi cairan yang semuanya akan melawan efek hipotensif obat. Hidralazin menurunkan TD sistolik dengan menurunkan resistensi perifer. Oleh karena hidralazin lebih selektif mendilatasi arteriol daripada vena, maka hipotensi postural jarang terjadi.
4. Labetolol/Beta Blokers
Beta Blocker Obat-obat Beta blocker, juga dikenal sebagai beta-adrenergic blocking agents, adalah obat- obat yang menghambat norepinephrine dan
epinephrine (adrenaline) agar tidak berikatan dengan reseptor-reseptor beta. Ada tiga tipe reseptor beta dan masing-masing mengontrol beberapa fungsi berdasarkan pada lokasi mereka dalam tubuh.
Beta-1 receptors ditemukan di jantung, otak, mata, neuron adrenergik
perifer, dan ginjal; Reseptor β1 merupakan reseptor yang bertanggung jawab
untuk menstimulasi produksi katekolamin yang akan menstimulasi produksi renin. Dengan berkurangnya produksi renin, maka cardiac output akan berkurang yang disertai dengan turunnya tekanan darah.
Beta-2 receptors ditemukan dalam paru, saluran pencernaan, hati, rahim (uterus), pembuluh darah, dan otot rangka;
Beta-3 receptors dapat ditemukan pada sel-sel lemak.
Beta blockers terutama menghambat reseptor- reseptor Beta-1 dan Beta-2. Dengan menghambat efek dari norepinephrine dan epinephrine, beta blockers mengurangi denyut jantung; mengurangi tekanan darah dengan memperlebar pembuluh- pembuluh darah; dan mungkin menyempitkan jalan-jalan udara dengan menstimulasi otot-otot yang mengelilingi jalan-jalan udara untuk berkontraksi.
5. Nifedipin
Nefidin merupakan antagonis kalsium yang bekerja utama dengan menghambat masuknya ion kalsium ke dalam sel. Antagonis kalsium yang kuat menimbulkan vasodilatasi arteriol perifer sehingga menyebabkan penurunan
tekanan darah dan resistensi perifer. Nifedipin digunakan sebagai obat pilihan pertama untuk pengobatan jangka panjang pada angina stabil kronik.
D. Indikasi/Kontra Indikasi Obat Pre Eklampsia dan Eklampsia 1. Magnesium Sulfat (MgSO4)
Indikasi
Pengobatan dan pencegahan kejang berulang dalam pre eklampsia dan eklampsia, pencegahan kontraksi prematur dalam kehamilan, pengobatan serangan jantung dan asma.
Kontra indikasi
Penderita dengan gangguan hati, gagal ginjal, wanita hamil atau kemungkinan hamil.
2. Diazepam/Valium
Indikasi
Psikoneurosis, nueroleptikum, cemas, agitasi tensi,gangguan fungsi otonom, reaksi skizoafektif, kejang otot, status epilepsi, spasme otot akut, efek merileksasikan otot pada kejang.
Kontra indikasi
Hipersensitif, psikosis berat, kehamilan trimester I, glaukoma akut sudut sempit. Miastenia gravis. Wanita hamil dan menyusui, kelemahan jantung akut, keadaan fobia.
3. Hidralazin
Indikasi
Hipertensi, gagal jantung refrakter, diuretik . Kontra indikasi
Aneurisma aorta, gagal ginjal, penyakit reumatik jantung. 4. Labetolol/Beta Blokers
Indikasi
Merawat irama jantung yang abnormal, tekanan darah tinggi, gagal jantung, angina (nyeri dada), tremor, pheochromocytoma, hyperthyroidism, akathisia (kegelisahan atau ketidakmampuan untuk duduk dengan tenang), dan ketakutan, serta pencegahan migrain-migrain, serangan jantung dan kematian setelah serangan jantung.
Beberapa beta blockers mengurangi produksi dari aqueous humor dalam mata dan oleh karenanya digunakan untuk mengurangi tekanan dalam mata yang disebabkan oleh glaukoma.
Kontra indikasi
Hipersensitif, syok kardiogenik, gagal jantung, gangguan fungsi ginjal, sinus bradikardia, asidosis metabolik, gangguan sirkulasi arteri perifer.
5. Nifedipin Indikasi
Pengobatan dan pencegahan insufiensi koroner (terutama angina pektoris setelah infark jantung), sebagai terapi tambahan pada hipertensi
ringan sampai sedang dan fenomena Raynaud. Kontra indikasi
Hipersensivitas terhadap nifedipin. Hati-hati penggunaan pada wanita hamil, syok kardiogenik, porfiria, stenosis aortic sedang/berat.
E. Dosis Obat Pre Eklampsia dan Ekalmpsia yang Digunakan 1. Magnesium Sulfat (MgSO4)
Dosis awal :
- MgSO4 4 g IV sebagai larutan 20 % selama 5 menit
- Segera dilanjutkan dengan pemberian 10 g larutan MgSO4 50 %, masing-masing 5 g di bokong kanan dan kiri secara IM dalam, ditambah 1 ml lignokain 2 % pada semprit yang sama. Pasien akan merasa agak panas sewaktu pemberian MgSO4.
- Jika kejang berulang 15 menit, berikan MgSO4 2 g (larutan 50 %) IV selama 5 menit.
Dosis pemeliharaan:
- MgSO4 1-2 g per jam per infus.
- Lanjutkan pemberian MgSO4 sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang berakhir.
2. Diazepam/Valium Dosis awal:
- Dizepam 10 mg IV pelan-pelan selama 2 menit - Jika kejang berulang ulangi doisi awal
Dosis pemeliharaan
- Diazepam 40 mg dalam 500 ml larutan RL per infus
- Depresi pernapasan ibu mungkin akan terjadi jika dosis > 30 mg/jam - Jangan berikan > 100 mg/24 jam
Pemberian melalui rektum :
- Jika pemberian IV tidak mungkin, diazepam dapat diberikan per rektal, dengan dosis awal 20 mg dalam semprit 10 ml tanpa jarum.
- Jika konvulsi tidak teratasi dalam 10 menit, beri tambahan 10 mg/jam atau lebih, bergantung pada berat badan dan respons klinik.
3. Hidralazin
Berikan hidralazin 5 mg IV pelan-pelan setiap 5 menit sampai tekanan darah turun. Ulangi setiap jam jika perlu atau berikan hidralazin 12,5 mg IM setiap 2 jam.
4. Labetolol/Beta Blokers
Berikan Labetolol 10 mg IV, jika respons tidak baik (tekanan diastolik tetap >110 mmHg), berikan labetolol 20 mg IV. Naikkan dosis sampai 40 dan 80 mg mg jika respons tidak baik sesudah 10 menit.
5. Nifedipin
Berikan nifedipin 5 mg sublingual. Jika tidak baik setelah 10 menit, beri tambahan 5 mg sublingual.
F. Efek Samping Obat Pre Eklampsia dan Eklampsia dan Cara Mengatasinya 1. Magnesium Sulfat (MgSO4)
Penekanan fungsi meuromuskular, kulit kemerah-merahan, depresi, henti jantung, edema paru, henti pernafasan, penurunan kesadaran
Cara mengatasinya :
Tidak memberikan obat ini dengan frekuensi yang tinggi, pemberian dilakukan dengan interval waktu yang tidak cepat pada pemberian infuse. Tidak mengkonsumsi obat melebihi dari dosis yang dianjurkan.
2. Diazepam/Valium
Efek sampingnya, pada pemakaian kronik dapat menimbulkan ketergantungan, menimbulkan rasa kantuk, berkurangnya daya konsentrasi dan
reaksi, kelemahan otot, ataksia, gangguan mental, amnesia, depresi pernapasan, bingung, kadang nyeri kepala, vertigo, hipotensi.
Efek samping diazepam memiliki tiga kategori efek samping, yaitu : Efek samping yang sering terjadi, seperti : Pusing, mengantuk
Efek samping yang jarang terjadi, seperti : Depresi, Impaired Cognition Efek samping yang jarang sekali terjadi, seperti : Reaksi alergi, amnesia,
anemia, kehilangan keseimbangan, gangguan hati, migrain, hipotensi, diare, leukopenia, trombositopenia, tremors.
Cara mengatasinya:
Tidak mengkonsumsi obat ini untuk jangka waktu yang lama, mengkonsumsi obat tidak pada saat akan melakukan aktivitas diluar seperti berkendaraan, menjaga aktivitas dan menghindari aktivitas yang berat, tidak
memikirkan hal-hal yang dapat menyebabkan stres. Sebaiknya konseling pada dokter terlebih dahulu untuk penggunaan pada pasien yang alergi, leukopenia, trombositopenia. Tidak mengkonsumsi obat melebihi dosis yang dianjurkan. 3. Hidralazin
Hidralazin menyebabkan retensi natrium dan air, iskemi, miokard pada penderita PJK, meningkatkan kecepatan ejeksi ventrikal kiri, gangguan saluran cerna, muka merah dan rash, sindrom lupus dengan uji antibodi antinuklear (ANA) positif, demam, mialgia, artralgia, splenomegali, udem, dan sel – sel LE dalam darah perifer, takikardia, sakit kepala, muntah dan memburuknya angina pektoris. Neuropati perifer, diskarsia darah, hepatoksisitas, dan kolangitis akut
dapat terjadi meskipun jarang. Cara mengatasinya :
Memperbanyak minum air mineral/putih, beristirahat, dan menjaga pola aktivitas serta pola makanan dengan baik. Tidak diberikan pada pasien yang memiliki PJK. Tidak mengkonsumsi obat dari dosis yang dianjurkan.
4. Labetolol/Beta Blokers
Menyebabkan diare, kejang perut, mual dan muntah, ruam, penglihatan yang kabur, kejang otot, dan kelelahan. Dapat memperlambat denyut jantung, mengurangi tekanan darah, dan mungkin menyebabkan gagal jantung atau penghalangan jantung pada pasien-pasien dengan masalah jantung.
Cara mengatasinya:
Mengkonsumsi makanan rendah serat, dan rendah gizi, menjaga aktivitas dari aktivitas yang berat, memperbanyat waktu istirahat. Tidak memebrikan obat ini pada pasien yang memiliki masalah/penyakit jantung.
5. Nifedipin
Nyeri kepala, pusing, muka merah, edema perifer hipotensi, takikardia, sakit kepala (paling sering), hipotensi, rasa lemah, ruam kulit atau dermatitis eksfoliativa (kadang – kadang).
Cara mengatasinya :
Untuk mengurangi nyeri kepala dapat diberikan obat tambahan analgetik/antipiretik. Tidak mengkonsumsi obat melebihi dari dosis yang dianjurkan.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk pananganan medis secara farmakoterapi yaitu dengan obat pada pre eklampsia dan eklampsia dapat diberikan obat yang bekerja sebagai antikonvulsan yaitu Magnesium Sulfat (MgSO4 ) dan Diazepam, dan obat yang bekerja sebagai antihipertensi yaitu Hidralazin, Labetotol , atau Nifedipin.
B. Saran
Untuk setiap obat yang akan digunakan sebagai penangan pre eklampsia dan eklampsia harus diperhitungkan dosisnya dan syarat-syarat dari diberikannya obat tersebut, seperti indikasi, kontra indikasi, dan efek samping.