Pendahuluan
Pemberi dan penerima pelayanan kesehatan
berupaya menciptakan hubungan yang lebih
berkualitas dan ekonomis
Perubahan ini membawa benih2 konflik yang
ada, hal ini perlu dikelola dan diselesaikan pada
berbagai tingkatan
“Sengketa”
“Perbedaan pendapat yang telah mencapai eskalasi tertentu atau mengemuka”
Pemicu Sengketa
Kesalah-pahaman
Perbedaan penafsiran
Ketidak-jelasan pengaturan
Ketidak-puasan
Kecurigaan
Tindakan yang tidak patut, curang atau tidak
jujur
Kesewenang-wenangan atau ketidak-adilan
Terjadinya keadaan-keadaan yang tidak
Pendahuluan
Pemahaman malpraktek sampai sekarang masih
belum seragam penanganan dan penyelesaian tidak
pasti.
belum adanya (dan hampir tidak mungkin dilakukan)
standarisasi standar pelayanan profesi kesehatan
pembuktian akan sulit
pihak pasien berpendapat bahwa tenaga kesehatan
kebal hukum dan selalu berlindung di balik etika tenaga kesehatan
Pendahuluan
kalangan kesehatan berpendapat bahwa pihak pasien
sangat kuat kedudukannya pembunuhan karakter
tidak selalu hasil yang negatif itu merupakan
kesalahan atau kelalaian tenaga kesehatan yang merawat
Publikasi di mass media
menentukan suatu perbuatan merupakan malpraktek
atau tidak, harus dilakukan dengan pendekatan (yang bersifat khusus) kedokteran atau kesehatan dan ilmu hukum secara proporsional
Pendahuluan
profesinya menjadi terlalu sangat berhati-hati dan
timbul yang dinamakan negative defensive
professional practice, yang mengurangi kreatifitas dan dinamika profesional.
nilai-nilai manfaat, penyelesaian yang tidak tuntas,
maupun kerugian-kerugian yang akan terjadi bagi pihak pasien maupun tenaga kesehatan
Bentuk-Bentuk Penyelesaian Sengketa
Proses peradilan / penghakiman (ajudikasi)
is the process by which a conflict is presented
to a judge, or a third party appointed by the judge
( a panel of judges, a jury and so on) for a legal
decision that is binding and enforceable.
Proses konsensual / non-ajudikasi / ADR
Why ADR ?
98.5 % cases never getting to a jury trial (only 12.000
from 762.000 cases in U.S.)
Plaintiffs won 52 %.
Average time was + 2.5 years.
Odds of winning = loosing (50 %).
Defendants won counterclaims in 1.2 %.
ADR vs Medical Malpractice
The median award is $S 52.000, only 8 % receive more
$S 1 million medical malpractice against a hospital
Very few act of medical negligence result in
malpractice claim
Very few malpractice lawsuits actually involved
medical negligence
A patient’s motivation to sue a physician for
malpractice often rest in factor related unrelated to the quality of medical care
Alternative Dispute Resolution
Definition Any method other than litigation for resolving disputes. “Appropriate Dispute Resolution” / Alternatif Penyelesaian
Sengketa
It is intended to use the best alternative to litigation that is
available for a particular case
ADR Spectrum
Intent of removing source of conflict. Preventing its escalation into a dispute.
Finding way back to a constructive cooperative and a
Landasan Hukum ADR/APS
PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 01 Tahun 2008
TENTANGPROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN
Konsideran :
- Mengurangi masalah penumpukan perkara
- Merupakan salah satu proses sengketa yang dianggap lebih cepat dan murah, serta dapat memberikan akses seluas mungkin kepada para pihak yang bersengketa untuk memperoleh keadilan
- bahwa institusionalisasi proses mediasi ke dalam sistem
peradilan dapat memperkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga pengadilan dalam penyelesaian sengketa di samping proses
pengadilan yang bersifat memutus (ajudikatif)
UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN
ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 6
(1) Sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan oleh para pihak melalui alternatif penyelesaian sengketa yang
didasarkan pada itikad baik dengan mengesampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri.
Karakteristik ADR/APS
Privat, sukarela dan konsensual (didasarkan
kesepakatan para pihak).
Kooperatif : tidak agresif / bermusuhan dan tegang. Fleksibel dan tidak formal/kaku
Kreatif
Melibatkan partisipasi aktif para pihak dan sumber
daya yang mereka miliki.
Alternative Dispute Resolution (ADR) /
Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS)
Bentuk-bentuk ADR :
Negosiasi
Mediasi
Konsiliasi
Pendapat Ahli
ENE (
Early Neutral Evaluation)
NEGOSIASI
“Komunikasi dua arah yang dirancang untuk
mencapai kesepakatan pada saat kedua belah
pihak memiliki berbagai kepentingan yang sama
maupun berbeda (
Fisher R & William Ury).
“Communication for the purpose of persuasion”
(
Goldberg, Sander & Rogers
)
“The process whereby 2 or more disputing parties
confer together in good faith so as to settle a
matter of mutual concern” (
Breaton JJ, Hinck KE,
Huber SK
)
Mediasi
“suatu proses penyelesaian sengketa melalui proses
perundingan para pihak dibantu oleh mediator” ( PerMA No. 1 Tahun 2008, pasal 1 (6).
“proses penyelesaian sengketa yang meibatkan mediator
untuk membantu para pihak yang bersengketa guna
mencapai penyelesaian dalam bentuk kesepakatan sukarela terhadap sebagian ataupun seluruh permasalahan yang
disengketakan” (Peraturan BI No.8/5/PBI/2006, pasal 5 (1).
“The intervention in a negotiation or a conflict of an
acceptable third party who has limited or no authorative
decision – making power but who assist the involved parties in voluntary reaching a mutually aceptable settlement of issues in dispute” (Moore CW)
Konsiliasi
“A process in which a third party brings together all
sides of the conflict for discussion among themselves.
Konsiliator mempunyai peran intervensi yang lebih
besar daripada mediator, dalam konsiliasi (konsiliator) secara aktif memberi nasehat atau pendapatnya untuk membantu para pihak menyelesaikan sengketa.
Pendapat Ahli
“Para pihak dalam suatu perjanjian berhak
untuk memohon pendapat yang mengikat dari
lembaga arbitrase atas hubungan hukum
tertentu dari suatu perjanjian” (UU No. 30/1999,
Pasal 52)
Penjelasan pasal 52 ;
- lembaga arbritrase dapat memberikan
pendapat yang mengikat (binding opinion).
- Kedua belah pihak terikat pada pendapat
arbitrase tersebut dan apabila salah satu pihak
yang bertindak bertentangan dengan pendapat
itu akan dianggap melanggar perjanjian.
ENE (Early Neutral Evaluation)
Proses dimana pihak ketiga yang netral
(evaluator) menawarkan pendapat yang objektif
dan tidak mengikat, lisan maupun tulisan,
tentang posisi kasus masing-masing pihak
berdasarkan bukti-bukti dan fakta yang
tersedia, serta penyampaian analisis perkiraan
kemungkinan hasil apabila diselesaikan melalui
proses ajudikasi (litigasi atau arbitrase)
NFF (Neutral Fact Finding)
Sifat proses yang dijalankan adalah investigasi /
penyelidikan yang bersifat tertutup.
Pihak netral memiliki keahlian di bidang yang
disengketakan.
IKHTISAR
Ciri-Ciri Negosiasi Mediasi
ENE
NFF
Litigasi ArbitraseTingkat
Formalitas Tidak formal Tidak formal Tidak formal Tidak formal Sangat formal, terikat pada
hukum acara
Agak formal Sifat Proses Mufakat para
pihak Mufakat para pihak Penyajian alat bukti tapi bersifat
penilaian
Investigasi
penyelidikan Pertikaian penyajian alat bukti dan argumen Pertikaian penyajian alat bukti dan argumen Pihak ketiga
netral Tidak ada Mediator (dipilih oleh para pihak) Evaluator yang dipilih para pihak Pencari fakta yang dipilih oleh para pihak Hakim yang tidak dipilih oleh para pihak Arbiter yang dipilih oleh para pihak
Publikasi Tertutup Tertutup Tertutup Tertutup Terbuka Tertutup
Hasil Akhir Kesepakatan Kesepakatan Analisis /
Keuntungan ADR/APS
Bersifat luwes, sukarela, cepat, murah, sesuai, kebutuhan,
netral, rahasia, didasari hubungan baik Kontrol para pihak terhadap proses dan hasil
Memperbaiki komunikasi antara para pihak yang
bersengketa.
Membantu melepaskan kemarahan terhadap pihak lawan. Meningkatkan kesadaran akan kekuatan dan kelemahan
posisi masing-masing pihak.
Mengetahui hal-hal atau isu-isu yang tersembunyi yang
terkait dengan sengketa yang sebelumnya tidak disadari.
Kekurangan Litigasi
Proses yang berlarut-larut atau lama untuk
mendapatkan suatu putusan yang final dan mengikat.
Menimbulkan ketegangan atau rasa permusuhan di
antara para pihak.
Kemampuan dan pengetahuan hakim yang terbatas
dan bersifat umum.
Tidak dapat dirahasiakan.
Kurang mampu mengakomodasikan kepentingan
pihak asing.
Sistem administrasi dan birokrasi peradilan yang
lemah.
Putusan hakim mungkin tidak dapat diterima oleh
salah satu pihak karena memihak salah satu pihak atau dirasa tidak adil.
Unsur-Unsur Mediasi
Perundingan
Ada pihak ketiga yang netral (mediator)
Mediator bertugas membantu para pihak untuk
menyelesaikan sengketa
Mediator tidak mempunyai kewenangan membuat
keputusan-keputusan selama proses perundingan
Tujuan untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan
Tahapan Proses Mediasi
1. Menjalin hubungan dengan para pihak yang bersengketa
2. Memilih strategi untuk membimbing proses mediasi
3. Mengumpulkan dan menganalisa informasi latar belakang sengketa
4. Menyusun rencana mediasi
5. Membangun kepercayaan dan kerja sama diantara para pihak
6. Memulai sidang mediasi
7. Merumuskan masalah dan menyusun agenda
8. Mengungkapkan kepentingan yang tersembunyi
9. Mebangkitkan pilihan-pilihan penyelesaian sengketa
10. Menganalisa pilihan-pilihan penyelesaian sengketa
11. Proses tawar menawar akhir
Strategi Perundingan
1. Positional Based Bargaining
- Hard (kompetitif)
- Soft (kompromistis)
2. Interest Best Based Bargaining
Perundingan Posisional
Selalu dimulai dengan solusi
Para pihak saling mengusulkan solusi dan saling tawar
menawar sampai mereka menemukan satu titik yang dapat diterima bagi keduanya
Perundingan Posisional
Perbedaan Strategi Lunak dan Strategi Alot
Soft (Lunak) Hard (alot)
- perunding adalah teman perunding adalah lawan - tujuan kesepakatan mencapai kemenangan
- konsesi untuk membina hub menuntut konsesi - lunak terhadap orang & alot terhadap orang &
Perundingan Posisional
Tujuan sayaMenang/Kalah
KOMPROMI
Kalah/Menang
Perundingan Kepentingan
Perundingan berdasarkan kepentingan dimulai
dengan mengembangkan dan menjaga hubungan.
Para pihak mendidik satu sama lain akan
kebutuhan mereka dan bersama-sama
menyelesaikan persoalan berdasarkan pada
kebutuhan-kebutuhan/kepentingan
Perundingan Kepentingan
Para perunding adalah pemecah masalah Tujuan adalah mencapai kesepakatan yang
mencerminkan kebutuhan/kepentingan para pihak
Pisahkan antara orang dengan masalah
Lunak terhadap orang dan keras kepada masalah
Kepercayaan dibangun atas dasar situasi dan kondisi Fokus pada kepentingan dan bukan pada posisi
Mencegah/menghindari dari “bottom line” Buat pilihan-pilihan semaksimal mungkin Diskusikan pilihan-pilihan secara intensif
Kesepakatan mengacu pada keinginan bersama Gunakan argumentasi dan alasan serta terbuka
Perundingan Kepentingan
Tujuan Saya Menang-menang
Pemecahan Masalah Bersama
Kiat Perundingan Kepentingan
PIOC (People, Interest, Options, Criteria)Orang
Pisahkan antara orang dan masalah
Pusatkan pikiran pada masalah bukan pada mitra tanding
Para perunding melihat diri mereka sebagai mitra kerja yang harus
bekerja sama untuk menyelesaikan masalah
Kepentingan
Menititikberatkan pada kepentingan bukan kebutuhan Bukan apa yang saya inginkan atau tidak inginkan
Kiat Perundingan Kepentingan
PIOC (People, Interest, Options, Criteria)
Pilihan-pilihan
Tidak terpaku pada satu pemecahan masalah Perbanyak pilihan-pilihan pemecahan masalah
Hindarkan pemikiran bahwa pemecahan masalah hanya urusan mitra runding Tentukan penyelesaian pada pemecahan yang memuaskan para pihak.
Kriteria
Berdasarkan ukuran objektif Nilai pasar
Ukuran ilmiah
Ukuran profesional
Kendala & Cara Mengatasi
KENDALA CARA MENGATASI
1. Reaksi mereka Tidak bereaksi (Go to the balcony)
2. Emosi mereka Jangan kontra serangan (marah,takut,curiga) “step to their side”
3. Posisi mereka pahami keinginan lawan
Reframe
4. Ketidakpuasan mereka identifikasi kepentingan mereka gambarkan hasil yang akan
mencerminkan keberhasilan mrk
5. Kekuatan mereka meyakinkan mereka bahwa “harga” lebih mahal dibandingkan apabila mereka berhasil mencapai
kesepakatan.
Keterampilan
Keterampilan pengorganisasian perundingan
Keterampilan perundingan
Keterampilan memfasilitasi
Ketrampilan Komunikasi
Mendengar efektif
Berbicara dengan jelas dan tepat
Re-framing
Komunikasi non verbal
Kemampuan bertanya
Reiterase (mengulang pertanyaan)
Parafrase
Menyimpulkan
Membuat Catatan
Empati
Kekuatan & Kepastian ADR
PerMA itu sendiri, selain itu menurut tata urutan
perundang-undangan Indonesia PerMA ini tidak bersifat wajib; mengikat, sehingga PerMA ini hanya dapat dijadikan pedoman.
Perlu dibentuk undang-undang yang mengatur
tentang mediasi untuk memberikan kepastian hukum mengenai mediasi.
PerMA No 01 tahun 2008
Pasal 2 Ruang lingkup dan Kekuatan Berlaku Perma
(1) Peraturan Mahkamah Agung ini hanya berlaku untuk mediasi yang terkait dengan proses berperkara di Pengadilan.
(2) Setiap hakim, mediator dan para pihak wajib mengikuti prosedur penyelesaian sengketa melalui mediasi yang diatur dalam Peraturan ini.
(3) Tidak menempuh prosedur mediasi berdasarkan Peraturan ini
merupakan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 130 HIR dan atau Pasal 154 Rbg yang mengakibatkan putusan batal demi hukum.
(4) Hakim dalam pertimbangan putusan perkara wajib menyebutkan bahwa perkara yang bersangkutan telah diupayakan perdamaian melalui mediasi dengan menyebutkan nama mediator untuk
PerMA No 01 tahun 2008
BAB VPERDAMAIAN DI TINGKAT BANDING, KASASI, DAN
PENINJAUAN KEMBALI Pasal 21
Bab VIKesepakatan di Luar Pengadilan
Pasal 23
Bab VIIPedoman Perilaku Mediator dan Insentif
Pasal 24