• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG

TAHUN 1980-2000

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Sejarah

Oleh:

Budi Mulyana

1006560

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2015

(2)

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG

TAHUN 1980-2000

Oleh

Budi Mulyana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial

©Budi Mulyana 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2015

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang.

Skripsi tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Budi Mulyana

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

1980-2000

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Agus Mulyana M.Hum

NIP. 19660808 199103 1 002

Pembimbing II

Dr. Lely Yulifar, M.Pd

NIP. 19641204 199001 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI

Dr. Agus Mulyana M.Hum

(4)

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Sistem Politik Jepang ... 8

2.2 Kedudukan Perempuan Dalam Masyarakat Jepang ... 14

2.3 Keikutsertaan Perempuan didalam Politik ... 16

2.4 Landasan Teori ... 19

2.4.1 Konsep Ie ... 19

2.4.2 Teori Gender ... 20

2.4.3 Teori Feminisme Liberal ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.1.1 Metode Penelitian... 23

3.1.2 Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.2 Persiapan penelitian ... 24

3.2.1 Penentuan dan Pengajuan Topik Penelitian ... 24

(5)

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.2.3 Proses Bimbingan ... 26

3.3 Pelaksanaan Penelitian ... 26

3.3.1 Pengumpulan Sumber ( Heuristik) ... 26

3.3.2 Kritik Sumber ... 27

3.3.3 Interpretasi... 32

3.3.4 Historiografi………..32 BAB IV PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG ... 34

4.1 Kedudukan Perempuan Dalam Kehidupan Masyarakat Jepang ... 36

4.1.1 Konsep Ie dalam Budaya Masyarakat Jepang ... 39

4.1.2 Kedudukan Perempuan Setelah Pemberlakuan Undang-Undang Dasar 1947 di Jepang ... 47

4.2 Faktor-Faktor Pendukung Keterlibatan Perempuan dalam Politik Nasional Jepang ... 49

4.2.1 Pengaruh Undang-Undang Dasar 1947 Terhadap Keterlibatan Perempuan dalam Politik Jepang ... 49

4.2.2 Fenomena DOI Takako dalam Peristiwa Tahun 1989 ... 54

4.3. Peranan yang Dilakukan Perempuan dalam Politik Jepang ... 54

4.3.1 Peranan Perempuan dalam Partai Politik Jepang ... 55

4.3.2 Peranan Perempuan dalam Parlemen Jepang ... 62

4.4 Dampak Keterlibatan Perempuan dalam Politik Terhadap Kebijakan– Kebijakan Pemerintah Jepang ... 70

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 79

5.1 Simpulan ... 79

5.2 Rekomendasi ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(6)

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Peranan Perempuan Dalam Politik Nasional Jepang Tahun

1980-2000”. Masalah utama yang diangakat dalam skripsi ini adalah “Bagaimana Peranan Perempuan dalam Politik Nasional Jepang Tahun 1980-2000”. Dari masalah utama tersebut dibagi menjadi empat pertanyaan penelitian, yaitu (1) Bagaimana kedudukan perempuan dalam kehidupan masyarakat Jepang sebelum tahun 1980, (2) Bagaimana faktor pendukung keterlibatan perempuan dalam politik nasional Jepang tahun 1980-1986, (3) Bagaimana peranan yang dilakukan perempuan dalam politik Jepang 1987-2000, (4) Bagaimana dampak keterlibatan perempuan dalam politik terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang. Untuk mempermudah langkah-langkah penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan metode historis. Peneliti juga menggunakan konsep Ie, teori gender dan teori Feminisme Liberal. Berdasarkan kajian penelitian yang telah dilakukan, dapat dijelaskan bahwa Sebelum Perang Dunia II di Jepang terjadi diskriminasi dan perbedaan gender yang kuat antara laki-laki dan perempuan dalam pernikahan dan juga dalam kesempatan menerima pendidikan. Kekalahan Jepang dari Sekutu dalam Perang Dunia II membuat Amerika Serikat menduduki Jepang dan menyusun sistem politik dan pemerintahan yang baru bagi Jepang bahkan membuatkan Konstitusi Jepang pada 1947. Kedudukan perempuan dalam konsep

Ie sering dianggap hanya sebagai alat untuk meneruskan keturunan pewaris

selanjutnya. Namun selanjutnya dibuat Undang-undang yang mengatur persamaan hak dan kedudukan perempuan. Perdebatan terjadi karena adanya faktor kultural dan struktural. Kedudukan perempuan yang demikian, dengan pandangan yang meletakkan perempuan untuk terus-menerus tersubordinasi dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik ternyata tidak dapat dipertahankan lagi. Sedikit demi sedikit, bermula dari dunia barat, perempuan dapat menaikkan posisi dari subordinasinya di berbagai bidang, termasuk politik. masyarakat mulai menyadari bahwa baik di Barat maupun di Timur, perempuan dapat terjun dan terlibat dalam politik asalkan diberi kesempatan. Pada periode 1980-2000, indikasi munculnya keinginan perempuan untuk aktif dalam politik memang terlihat dan hal ini sudah menjadi permulaan yang baik untuk mengubah cara pandang tradisional yang berpihak kepada kaum laki-laki.

(7)

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

The research entitled “Peranan Perempuan Dalam Politik Nasional Jepang

Tahun 1980-2000”. The main problem of the research is how woman’s role in Japan’s national politics in 1980-2000. The main problem divided into four

research questions, 1. How woman’s state in Japan society before 1980, 2.What are the supporting factors of woman’s involvement in Japan’s national politics in

1980-1986, 3. How is the woman’s role in Japan’s politics, 4. How is the impact

of woman’s involvement in politics toward Japan’s policy.The research uses

historic methodology, le concept, gender theory and Liberal Feminism theory. The result shows that before World War II in Japan, there is discrimination and gender diversification between man and woman in marriage and education.

Japan’s defeat against the Allies in World War II caused United States to occupy

Japan and arrange a new political and government system for Japan. They even

made the constitution of Japan in 1947. Woman’s state in le concept often

considered as a tool to pass on the heir of next generation. Furthermore, laws to

arranging the equality of woman’s right and state are made. The controversy

occurred because of cultural and structural factor. That kind of woman’s state with

the perspective which put woman continuously subordinated in social, politics and economics apparently could not resisted anymore. It start from the West, woman could raising their state from the subordinate in any fields, includes politics. The society starts to realize that in the West or in the East, woman could be involved in politics as long as the chance is given. In 1980-2000, the indication of

occurrence of woman’s will to be active in politics is seen and this matter has become a fine beginning to change the traditional perspective which takes man’s

side.

(8)

Budi Mulyana, 2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Jepang merupakan negara maju yang terkenal dengan masyarakatnya yang

giat bekerja dan juga dikenal sebagai negara yang penduduknya masih menjunjung

tinggi nilai-nilai tradisional. Salah satunya adalah ajaran Konfusianisme yang dikenal

sejak zaman Tokugawa. Konfusianisme mengajarkan tata cara hidup yang seimbang

dengan mengatur bagaimana cara bersikap antara penguasa dan rakyat, suami dan

istri, dan lain sebagainya. Ajaran ini juga menempatkan posisi perempuan untuk

selalu tunduk dengan keputusan laki-laki, dan melakukan pekerjaan rumah tangga

sedangkan laki-laki melakukan pekerjaan di luar rumah. Setelah zaman Meiji ajaran

ini mulai menghilang karena perempuan sudah mulai berpikir untuk bisa setara

dengan laki-laki.

Sejak Jepang mengalami kekalahan pada Perang Dunia II, pemikiran Barat

mulai masuk dan mempengaruhi kehidupan masyarakat Jepang. Seorang perempuan

kini tidak lagi memikirkan tentang pernikahan dan mencoba untuk menjadi

perempuan modern yang bergaya layaknya perempuan Barat saat itu. Terjadi

pergeseran kecantikan tentang perempuan, mimpi-mimpi untuk tampil di ranah

publik seperti peran laki-laki. Bahkan Sumiko Iwao (1993:17) menambahkan seorang

perempuan masa kini harus siap bekerja di bawah kondisi yang sama dengan

laki-laki.

Sosok perempuan saat itu menjadi suatu wacana yang banyak dibicarakan di

lingkungan masyarakat, terutama berkaitan dengan kedudukan dan peran perempuan

dalam masyarakat. Masuknya figur perempuan ke dalam perpolitikan, hal ini akan

menimbulkan pemahaman – pemahaman baru yang dibentuk oleh masyarakat. Pemahaman ini pada dasarnya akan memposisikan bahwa pria dan perempuan

(9)

2

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Prestasi dan keterampilan yang ditunjukan kaum perempuan selama ini sudah

memunculkan anggapan bahwa antara perempuan dan laki-laki tidak banyak terdapat

perbedaan. Kekuatan berupa ketegaran, ketegasan, dan ketepatan dalam mengambil

keputusan merupakan ciri yang dimiliki perempuan sekaligus menjadi syarat bagi

kepemimpinannya. Beban dan tanggung jawab seorang perempuan lebih besar dari

tanggung jawab laki-laki, dimana perempuan berperan ganda karena memiliki

tanggung jawab baik sebagai ibu dalam rumah tangga maupun tanggung jawab dalam

pekerjaan publik lainnya. Kesejajaran antara perempuan dengan laki-laki merupakan

usaha yang tidak sia-sia apabila perempuan berusaha sesuai dengan kemampuannya,

untuk dapat bersaing dengan kaum laki-laki sesuai sifat kewanitaannya.

Politik nasional di Jepang, seperti pada negara dengan bentuk masyarakat

patriarki lainnya, merupakan cerminan dari dominasi laki-laki. Aturan-aturan yang

berlaku menjadi batasan untuk mentransformasi kekuatan perempuan dalam keluarga,

masyarakat, maupun sistem politik. Walaupun dalam konstitusi pasca perang

perempuan mendapatkan hak berpolitik yang setara dengan laki-laki, tetapi

kenyataannya partisipasi perempuan dalam perpolitikan nasional tidak lebih dari

sebagai pemilih. Sedangkan peran mereka di Majelis Rendah, Majelis Tinggi dan

Kabinet, terbilang rendah. Laki-laki Jepang, umumnya melihat arena politik sebagai

salah satu wilayah penting bagi aktualisasi diri, dan tentu saja politik juga memberi

akses terhadap kekuasaan, kebanggaan dan kesuksesan (Iwao, 1993: 214). Perempuan

dianggap tidak cocok dengan posisi yang berhubungan dengan kebijakan politik,

ekonomi, keamanan, atau diplomasi.

Proses demokrasi politik di Jepang dapat dikatakan berjalan lamban, terutama

menyangkut hak-hak perempuan dalam berpolitik, yang dapat berfungsi secara efektif

pasca Perang Dunia II, serta menggunakan sistem Barat sebagai tolak ukur. Hal ini

juga melatari sikap ‘defensif’ perempuan Jepang terhadap politik, yang dianggap sebagai pekerjaan yang ‘kotor’, dekat dengan korupsi, tidak sesuai dengan nilai-nilai hidup mereka, dan tidak berhubungan langsung dengan kehidupan kaum perempuan

(10)

3

Budi Mulyana, 2015

Perempuan cenderung tidak melihat peran gender yang tidak seimbang di

dunia politik. Mereka cenderung tidak menganggap politik sebagai suatu alat yang

penting untuk meningkatkan status dan martabat perempuan. Sebagian besar

perempuan, lebih tertarik untuk aktif di bidang yang bersifat lokal, dan sepertinya

tidak muncul dalam benak mereka bahwa suara terbaik bagi perempuan adalah

apabila perwakilan dari mereka menduduki parlemen nasional. Faktanya, di Jepang

memang terjadi gap yang besar antara laki-laki dan perempuan dalam

keikutsertaannya di bidang politik.

Satu hal yang menjadi kekurangan dalam perpolitikan Jepang, seperti yang

dikatakan Sumiko Iwao (1993) dalam bukunya Japanese Women, adalah minimnya

komunikasi verbal dalam forum, seperti dalam penetapan kebijakan, termasuk saat

Pemilu. Para pemilih lebih memperhatikan karakter pribadi dari kandidat yang akan

dipilih, seperti; kebaikannya, cara bicara, atau tampilannya yang dapat dipercaya,

dibandingkan dari isi kebijakan yang akan diterapkan kandidat tersebut jika terpilih.

Tidak sedikit perempuan Jepang yang cenderung memperhatikan penampilan dari

para kandidat seperti dasi yang dikenakan, sampai bagaimana cara istri mereka

berdandan. Dalam survei yang diselenggarakan pada tahun 1980-an, laki-laki maupun

perempuan Jepang setuju bahwa penampilan para kandidat di media, serta bagaimana

opini masing-masing kandidat, sangat mempengaruhi pilihan mereka saat pemilu.

Namun tidak sedikit yang mengatakan bahwa mereka tidak mengerti apa yang

dibicarakan kandidat. Singkatnya, daripada hal-hal yang bersifat prinsip, masyarakat

masih menilai penampilan luar sebagai faktor utama yang mempengaruhi sikap

mereka dalam memilih wakil rakyat.

Meskipun memiliki latar belakang dari keluarga politisi, hanya sedikit

perempuan yang memilih berkarir di bidang politik. Di kala politik telah terbuka bagi

para perempuan, karir politik dinilai masih dapat menimbulkan konflik dengan nilai,

norma, serta peran-peran perempuan yang sudah dibentuk selama ratusan tahun

(11)

4

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Memasuki periode 1980-1990, kesadaran kaum perempuan mengenai

pentingnya kesetaraan gender yang sudah terbentuk sejak era 1970-an, semakin

meningkat. Seperti yang dikemukakan Mackie (2003), dalam politik lokal maupun

nasional di periode 1980-an, terjadi perdebatan seputar sikap badan legislatif yang

cenderung memarjinalkan kaum perempuan, termasuk di dalamnya ketidaksetaraan

gender dan ketidaksetaraan dalam sistem lainnya yang berbasis kelas, ras, dan etnik.

Kemunculan tokoh perempuan kharismatik Doi Takako sebagai pemimpin

perempuan pertama dari partai oposisi utama; Partai Sosial Demokrat, di akhir tahun

1980-an, memang terlihat sebagai sinyal dari era baru partisipasi perempuan dalam

politik. Menurut Mackie (2003: 196), terpilihnya 22 perempuan di Majlis Tinggi pada

tahun 1989 meningkat sekitar 10 orang dari pemilihan sebelumnya merupakan apa

yang disebut media sebagai “Fenomena Madonna”. Hal ini merupakan perubahan

besar dalam perpolitikan Jepang.

Hal inilah yang menarik penulis untuk mengkaji mengenai peran perempuan

dalam politik nasional Jepang adalah semakin besarnya peran perempuan dalam

kehidupan masyarakat Jepang akhir-akhir ini. Karena pada zaman Meiji peran

perempuan Jepang diabaikan, bahkan hak-haknya pun ditiadakan. Semenjak itu

perempuan Jepang berusaha mempertahankan hak-hak yang dimilikinya secara

perlahan. Baru sekitar tahun 1980 perempuan Jepang mempunyai hak untuk turut

serta dalam pemilihan umum di Jepang. Penelitian ini juga merupakan kelanjutan dari

penelitian terdahulu mengenai peran perempuan dalam politik nasional Jepang. Pada

penelitian tersebut lebih menjelaskan tentang analisis menurut tatanan simbolik

Jacques Lacan. Hal ini juga merupakan daya tarik penulis untuk melakukan penelitian

ini untuk melanjutkan penelitian terdahulu dimana pada kajian penelitian ini, penulis

akan membahas lebih fokus dalam mencari informasi mengenai peran perempuan

dalam politik nasional Jepang. Oleh karena itu, penulis menuangkan pemikirannya

(12)

5

Budi Mulyana, 2015 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa permasalahan

yang akan menjadi kajian dalam penelitian ini. Adapun permasalahan pokok yang

akan dikemukakan ialah: “ Bagaimana peranan perempuan dalam politik nasional Jepang tahun 1980-2000?”

Untuk lebih memfokuskan kajian penelitian ini, maka diajukan beberapa

pertanyaan sekaligus sebagai batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini,

yaitu:

1. Bagaimana kedudukan perempuan dalam kehidupan masyarakat Jepang

sebelum tahun 1980?

2. Bagaimana faktor-faktor pendukung keterlibatan perempuan dalam politik

nasional Jepang tahun 1980-1986?

3. Bagaimana peranan yang dilakukan perempuan dalam politik Jepang tahun

1987-2000?

4. Bagaimana dampak keterlibatan perempuan dalam politik terhadap kebijakan

– kebijakan pemerintah Jepang?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran umum mengenai kedudukan perempuan dalam

kehidupan masyarakat Jepang sebelum tahun 1980

2. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor pendukung keterlibatan

perempuan dalam politik nasional Jepang tahun 1980-1986.

3. Untuk mengkaji mengenai peranan yang dilakukan perempuan dalam politik

Jepang tahun 1987-2000

4. Untuk menganalisis mengenai dampak keteribatan perempuan dalam politik

(13)

6

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penulisan skripsi ini adalah untuk:

1.4.1 Akademis

1. Dengan mengkaji atau meneliti mengenai peran perempuan dalam politik

nasional Jepang tahun 1980-2000 diharapkan dapat menambah pengetahuan

bagi penulis dan pembaca.

2. Memberikan kontribusi terhadap penelitian sejarah mengenai peran

perempuan dalam politik nasional Jepang tahun 1980-2000.

3. Memperkaya penulisan sejarah dalam rangka mengembangkan wawasan yang

berkaitan dengan sejarah Asia Timur khususnya Jepang.

1.4.2 Praktis

1. Mengetahui mengenai sejarah negara Jepang khususnya dalam bidang politik

mengenai peranan perempuan.

2. Mengetahui situasi politik Asia Timur khususnnya Jepang.

3. Sebagai pengetahuan khususnya begi peneliti untuk mengetahui peranan

perempuan dalam politik Jepang tahun 1980-2000.

1.5Struktur Organisasi Skripsi

Adapun struktur organisasi dalam penulisan skripsi yang akan dilakukan oleh

penelitian adalah:

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini menguraikan secara rinci mengenai latar

belakang belakang penelitian yang menjadi alasan ketertarikan untuk mengkaji dan

meneliti mengenai Peranan perempuan dalam politik nasional Jepang tahun

1980-2000. Kemudian peneliti mencantumka rumusan dan batasan masalah agar

penelitian ini dapat dikaji secara lebih khusus. Pada bab ini juga terdapat tujuan,

metode dan manfaat penelitian.

Bab II Kajian Pustaka, dalam bab ini menguraikan mengenai sumber-sumber

(14)

7

Budi Mulyana, 2015

Peranan perempuan dalam politik nasional Jepang tahun 1980-2000. Selain itu pada

bab ini juga, peneliti menjelaskan mengenai konsep dan teori yang relevan dengan

judul yang dikaji.

Bab III Metode Penelitian, dalam bab ini peneliti menguraikan mengenai

metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian. Peneliti

menguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menyelesaikan penelitian yang

berisi langkah-langkah penelitian, dimulai dari persiapan sampai langkah terakhir

dalam menyelesaikan penelitian ini. Pada tahapan ini peneliti menggunakan

langkah-langkah penelitian sejarah yang meliputi heuristik, kritk, interpretasi dan

historiografi mengenai Peranan perempuan dalam politik nasional Jepang tahun

1980-2000.

Bab IV Peranan perempuan dalam politik nasional Jepang tahun 1980-2000,

dalam bab ini merupakan isi dari penelitian. Permasalahan-permasalahan yang sudah

disebutkan sebelumnya diuraikan dan dijelaskan pada bab ini serta jawaban-jawaban

yang terdapat dalam rumusan masalah. Permasalahan tersebut ialah kedudukan

perempuan Jepang sebelum tahun 1980, latar belakang perkembangan perempuan

dalam politik nasional Jepang, kedudukan dan Keteribatan perempuan dalam politik

Jepang tahun 1980-2000.

Bab V Simpulan dan Saran, dalam bab terakhir ini peneliti memberikan

kesimpulan dari hasil pembahasan yang berisi jawaban terhadap masalah mengenai

(15)

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini merupakan pemaparan mengenai metodologi penelitian yang

digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan

penyusunan skripsi, mulai dari persiapan, pelaksanaan penelitian sampai laporan

penelitian. Dalam mengkaji permasalahan dengan judul Peranan Perempuan Dalam

Politik Nasional Jepang Tahun 1980-2000 penulis menggunakan metode historis

dengan pengumpulan data menggunakan tekhik studi literature. Metode historis

adalah suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis terhadap rekaman serta

peninggalan masa lampau ( Gosttrachlak 2006: 39)

3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

3.1.1 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan prosedur, teknik atau cara-cara yang digunakan

penyelidikan suatu disiplin ilmu untuk mendapatkan bahan-bahan yang akan diteliti.

Menurut Gosttchlak (2006: 39) metode historis adalah proses menguji dan

menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Termasuk di

dalamnya metode dalam mencari sumber, memberikan penilaian, mangartikan dan

menafsirkan fakta-fakta masa lampau untuk kemudian dianalisis dan ditarik

kesimpulan dari peristiwa tersebut. Penggunaan metode tersebut karena berkaitan

dengan tahun yang menjadi batasan waktu penelitian dimana tahun tersebut

merupakan tahun yang telah berlalu dan menjadi bagian sejarah.

Di dalam penelitian metode historis yang akan digunakan terdapat

langkah-langkah penilitian untuk mendapat sumber-sumber untuk penelitian. metode historis

terdiri dari empat langkah penting, yaitu:

1. Heuristik; mencari dan mengumpulkan sumber–sumber sejarah untuk

(16)

24

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000

2. Kritik atau analisis; proses pemberian penilaian terhadap kelayakan sumber

dan data yang telah terkumpul.

3. Interpretasi; menafsirkan akan makna fakta-fakta yang ditemukan di dalam

sumber dan data.

4. Historiografi; langakah terakhir berupa mensintesiskan data-data dan

fakta-fakta sejarah menjadi sebuah penulisan skripsi berjudul ” Peranan Perempuan

Dalam Politik Nasional Jepang Tahun 1980-2000”.

3.1.2 Teknik Pengumpulan Data

Studi Literatur merupakan teknik yang digunakan penulis untuk

mengumpulkan sumber-sumber yang relevan serta mendukung terhadap penelitian

yang dikaji berupa sumber buku, majalah, internet, maupun sumber-sumber tertulis

lainnya yang relevan. Setelah sumber-sumber tersebut ditemukan maka sumber

tersebut akan dikritisi secara eksternal maupun internal, dan peneliti kemudian

melakukan analisis. Hasil analisis inilah yang dijadikan acuan peneliti untuk

menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Penulisan skripsi ini menggunakan

sistem penulisan karya ilmiah yang ditetapkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia

(UPI).

3.2 Persiapan Penelitian

3.2.1 Penentuan dan Pengajuan Topik Penelitian

Kegiatan awal yang dilakukan penulis dalam penulisan karya ilmiah ini

adalah mengajukan topik penelitian. Awal ketertarikan penulis dalam mengkaji

penelitian ini yang pertama adalah ketika penulis menyaksikan karakter perempuan

dalam film-film drama Jepang yang beraneka ragam dan para member dari idol grup

Jepang yang berjuang keras untuk bisa menjadi terkenal terutama idol grup

Akihabara48(AKB48). Oleh karena itu penulis sangat tertarik kepada penggambaran

(17)

25

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ketertarikaan yang kedua adalah ketika penulis menyaksikan rapat Paripurna

DPR RI yang membahas kenaikan harga BBM, penulis melihat peran para

perempuan anggota DPR ketika rapat hanya menjadi pelengkap saja walaupun ada

beberapa yang aktif. Menurut Litbang Republika yang telah mengadakan penelitian

tentang aspirasi perempuan anggota parlemen Indonesia pusat dan 5 DPRD(yaitu

DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera Utara) terhadap

pemberdayaan politik perempuan. Hasilnya, mereka terdorong akan kenyataan bahwa

perwakilan perempuan dalam badan legislatif masih jauh dari memadai. Yaitu tak

lebih dari 12% saja, padahal populasi perempuan berjumlah lebih dari 50% dari total

penduduk Indonesia. Kedudukan mereka dalam badan legislatif tersebut dianggap

mempunyai akses politik terhadap pembuat kebijakan dan diharapkan pemberdayaan

perempuan Indonesia dapat dilakukan. Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa

anggota parlemen kurang bisa mengaktuallisasikan diri sesuai dengan misi yang

harus mereka emban. Bahwa 36,3% dari mereka tidak tahu Konvensi PBB tentang

perempuan dan 41,3% tidak tahu bahwa pemerintah Republik Indonesia telah

meratifikasinya.(http://www.angelfire.com/md/alihsas/aktivitas.html). Setelah itu

penulis berpikir apakah peranan perempuan anggota parlemen di Jepang sama dengan

yang ada di Indonesia sehingga membuat penulis ingin mencaritahunya.

Penulis merasa tertarik dengan kedua hal itu, penulis beranggapan mengapa

tidak digabungkan saja kedua alasan tersebut sehingga muncul keinginan penulis

untuk mengkaji tentang peranan perempuan dalam politik Jepang. Karena rasa

penasaran itu, penulis mencoba mencari artikel dari internet yang membahas sekilas

tentang peranan perempuan dalam politik Jepang, selain itu ada beberapa buku dan

jurnal yang dibaca yang membahas mengenai peranan perempuan dalam politik

Jepang, diantaranya adalah jurnal yang berjudul Peran Perempuan Dalam Politik

Nasional Jepang(1980-1990); Analisis Menurut ‘Tatanan Simbolik’ Jacques Lacan

(18)

26

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000

jurnal tersebut penulis mulai mendapatkan ide kelak pada saat akan menyusun

skripsi penulis akan membahas mengenai peranan perempuan dalam politik Jepang.

Setelah merasa yakin untuk menulis peranan perempuan dalam politik

nasional JEpang tahun 1980-1990, maka penulis mengajukan topik tersebut ke Tim

Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS), Pengajuan judul skripsi ke-TPPS dilakukan

pada akhir Januari 2014 dengan judul awal peranan perempuan dalam politik nasional

Jepang tahun 1980-1990 kemudian ditindaklanjuti dengan penyusunan proposal

penelitian.

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian mengenai topik ini sudah dilakukan penulis dalam mata

kuliah Seminar Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Tugas mata kuliah tersebut membuat

sebuah proposal penelitian sejarah yang nantinya digunakan penulis untuk mengikuti

seminar proposal skripsi sesuai dengan buku Panduan Penulisan Karya Ilmiah dari

Universita Pendidikan Indonesia. adapun isi proposal tersebut antara lain:

a) Judul penelitian

b) Latar belakang masalah

c) Perumusan masalah

d) Tujuan penelitian

e) Tinjaun pustaka

f) Metode dan teknik penelitian

g) Struktur organisasi penelitian

Sebelum mengikuti seminar proposal skripsi, penulis mengajukan judul ke-

TPPS. Setelah proposal yang telah diajukan penulis disetujui oleh TPPS, seminar

proposal skripsi yang dilakukan pada tanggal 24 Januari 2014 berdasarkan Surat

(19)

27

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil dari seminar proposal skripsi tersebut diantaranya adalah perubahan

pada latar belakang, rumusan masalah, serta manfaat penelitian. Selain perbaikaan

dalam proposal, penulis mendapat pembimbing skripsi pembimbing I Dr. Agus

Mulyana, M.Hum dan pembimbing II Dra. Lely Yulifar, M.Pd. Setelah perbaikan

proposal di setujui untuk dijadikan sebuah skripsi dengan di berikannya Surat

Keputusan (SK) pada tanggal 24 Juni 2014.

3.2.3 Proses Bimbingan

Konsultasi atau proses bimbingan merupakan salah satu proses dalam

penulisan laporan penelitian yang dilaksanakan dengan dosen pembimbing I dan

dosen pembimbing II yang memiliki kompetensi sesuai dengan topik penelitian yang

penulis akan kaji. Dalam hal ini, kompetensi yang dimiliki oleh kedua dosen

pembimbing itu adalah kajian dalam sejarah Peradaban Asia Tinur. Berdasarkan surat

penunjukan pembimbing skripsi yang dikeluarkan oleh pihak Tim Pertimbangan

Penulisan Skripsi (TPPS), dalam penyusunan skripsi ini penulis dibimbing oleh Dr.

Agus Mulyana, M. Hum sebagai pembimbing I dan Dra. Lely Yulifar, M.Pd sebagai

pembimbing II. Konsultasi ini diperlukan untuk mendapatkan masukan-masukan

yang sangat berguna dalam penulisan skripsi ini. Sebelum konsultasi atau bimbingan

ini dilakukan, biasanya penulis membuat janji dengan pembimbing soal kapan jadwal

bimbingan bisa dilakukan. Maka apabila sudah ada kesepakatan dengan pembimbing

mengenai waktu bimbingan, maka bimbingan dapat langsung dilakukan.

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Tahapan kedua adalah pelaksanaan penelitian, penulis akan menjabarkan

langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam rangka mencari sumber-sumber

yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Agar penulisan skripsi ini ini tersusun

secara sistematis, terdapat serangkaian langkah-langkah yang harus dilakukan

(20)

28

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000

bagian yaitu: Heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Langkah-langkah

tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:

3.3.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Heuristik merupakan kegiatan pengumpulan data atau sumber yang

diperlukan. Sumber-sumber yang dikumpulkan penulis merupakan sumber tulisan

yang berkaitan dengan tema penelitian yaitu mengenai peranan perempuan dalam

politik nasional Jepang tahun 1980-2000. Carrad (Sjamsuddin, 2007 : 86).

Menjelaskan bahwa heuristik adalah sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk

mendapatkan data-data, atau materi sejarah, atau evidensi sejarah. Kegiatan ini

dilakukan untuk mencari dan juga menemukan sumber sejarah, baik sumber sejarah

primer maupun yang sekunder.

Tahapan heuristik merupakan tahapan yang paling banyak menyita waktu,

biaya, tenaga bahkan pikiran. Pada tahapan ini penulis berusaha mencari

sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan masalah yang akan dikaji oleh penulis. Karena

sebagian besar sumber yang dibutuhkan oleh penulis itu adalah buku-buku, dalam

penelitian ini penulis menggunakan studi literatur.

Adapun proses pencarian sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan

penelitian, penulis mengunjungi beberapa perpustakaan diantaranya yaitu :

a. Perpustakaan pusat Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Di

perpustakaan ini penulis menemukan beberapa sumber yang

berhubungan dengan dengan penelitian ini, yaitu buku yang

membahas mengenai sejarah Jepang buku ini membantu penulis untuk

(21)

29

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang membahas mengenai politik Jepang khususnya sesudah perang

dunia kedua.

b. Perpustakaan Batoe-Api Jatinangor, penulis menemukan beberapa

sumber yang membahas mengenai kedudukan perempuan dalam

masyarakat Jepang dan mengenai Politik Jepang khususnya tentang

perlemen di Jepang. Buku-buku tersebut membantu penulis dalam

membahas mengenai bagaimana kedudukan perempuan dalam

masyarakat Jepang khususnya sesudah perang dan bagaimana sistem

politik di Jepang.

c. Perpustakaan Jurusan Sejarah di Universitas Padjajaran (UNPAD),

penulis menemukan buku yang membahas keadaan Jepang setelah

Restoraji Meiji. Buku ini membantu penulis dalam membahas tentang

perubahan yang terjadi di Jepang dalam berbagai aspek.

d. Perpustakaan Museum Konferensi Asia-Afrika (KAA), penulis

menemukan beberapa buku yang membahas mengenai wanita Jepang

dan karakter masyarakat Jepang. Buku tersebut membantu penulis

dalam menjelaskan mengenai status dan peranan perempuan.

e. Perpustakaan Nasional, penulis menemukan buku yang membahas

berbagai tentang politik di Jepang dan juga menemukan beberapa

jurnal yang berhubungan dengan peranan perempuan di Jepang.

f. Perpustakaan Universitas Indonesia, penulis banyak menemukan

buku-buku dan jurnal yang membahas tentang perempuan dan politik

Jepang. Penulis juga mendapatkan skripsi yang membahas tentang

perempuan Jepang.

g. Perpustakaan Satya Mandala, penulis menemukan satu buku yang

membahas tentang Jepang. Buku tersebut membantu penulis dalam

(22)

30

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000

Selain melakukakan pencarian buku di perpustakaan, penulis juga

mengunjungi beberapa toko buku khusunya yang ada di kota Bandung tetapi tidak

menemukan sumber-sumber yang bisa membantu dalam penulisan skripsi.

Semua sumber literatur yang diperoleh, sumber tersebut ada yang berbahasa

Jepang, Inggris dan berbahasa Indonesia. Buku-buku yang ditulis dalam Jepang dan

bahasa Inggris, terlebih dahulu diterjemaahkan ke dalam Bahasa Indonesia agar lebih

mudah dalam memahami isinya. Sumber tertulis yang sudah dibaca, dipahami, dan

kemudian dikaji untuk melihat kesesuaiannya dengan permasalahan yang diambil

oleh penulis. Selain itu, penulis mencatat hal-hal yang dianggap penting yang didapat

dari tiap sumber, seperti daftar pustaka dan kutipan-kutipan yang diperlukan.

1.3.2 Kritik Sumber

Setelah seluruh sumber didapatkan, lalu penulis melakukan kritik terhadap

sumber-sumber yang telah didapatkan. Kritik sumber atau yang biasa disebut

verifikasi sumber merupakan tahap kedua yang dilakukan oleh peneliti setelah

peneliti mendapatkan sumber-sumber pada tahap heuristik. Peran kritik sumber dalam

kegitan penelitian sangat penting bagi sejarawan untuk mencari kebenaran. Kritik

terhadap sumber tersebut dikelompokan menjadi dua yaitu kritik eksternal dan kritik

internal (Sjamsuddin, 2007: 131).

Kritik eksternal merupakan upaya melakukan verifikasi atau pengujian

terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah (Sjamsuddin, 2007: 132). Jadi kritik

eksternal dilakukan untuk mengurangi aspek subjektivitas dari berbagai sumber yang

dilakukan oleh penulis buku terhadap meteri yang ditulis.

Dalam kritik eksternal penulis melakukan klasifikasi terhadap buku-buku

yang akan digunakan dalam penulisan skripsi. Kritik eksternal terhadap

sumber-sumber terltulis, penulis lakukan dengan cara melihat siapa penulisnya, tahun

terbitnya dan perusahaan dan lokasi penerbit. Sehingga buku tersebut bisa

(23)

31

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kritik internal merupakan kebalikan dari kritik eksternal. kritik internal merupakan penilaian terhadap aspek “dalam” yaitu isi dari sumber sejarah yang digunakan oleh penulis setelah sebelumnya disaring melalui kritik eksternal

(Sjamsuddin, 2007: 143). Berhubungan dengan tahap kritik atau verifikasi sumber

ini, peneliti dalam berusaha untuk menyaring dan mengkritisi semua sumber-sumber

yang telah didapatkan. Dalam melakukan kritik internal, penulis melakukan

perbandingan isi buku, diantaranya adalah buku yang berjudul The Japanese Woman:

Traditional Image & Changing Reality karya Sumiko Iwao dan buku yang berjudul New Paradox For Japanese Women:greater Choice, greater Inequality karya

Tachibanaki Toshiaki. Kedua buku ini sama-sama membahas mengenai perempuan

Jepang yang memiliki persamaan hak dengan kaum pria diberbagai bidang dan

kadang-kadang lebih kuat daripada laki-laki dalam banyak bidang dibanding pada

masa-masa sebelumnya, termasuk dalam hal pendidikan dan pekerjaan. penulis

mengeksplorasi psikologi dan keadaan perempuan Jepang. peneliti mengungkapkan

keterlibatan intens dalam perkembangan anak-anak mereka. Meski demikian, dibalik

semakin banyaknya pilihan yang bisa diambil oleh wanita Jepang, ternyata semakin

besar pula kesenjangan di antara mereka. Beberapa di antara kesenjangan yang

disebut adalah kesenjangan dalam hal pendidikan, pekerjaan, rumah tangga, gaji, dan

jaminan sosial. Buku yang ditulis oleh Sumiko Iwao lebih detail membahas kesamaan

hak antara permpuan dan laki-laki sedangkan buku yang ditulis oleh Tachibanaki

Toshiaki didalamnya bukannya hanya persamaan hak tetapi dengan adanya

permasalahan yang dihadapi perempuan dalam proses emansipasi.

Contoh kritik internal lain terdapat dalam buku yang berjudul Feminism in

Modern Japan karya ditulis oleh Vera Mackie. Buku ini menjelaskan

permasalahan-permasalahan yang menjadi fokus utama gerakan feminism Jepang pada periode

1980-1990 adalah mengenai bagaimana para perempuan mewariskan identitas

(24)

32

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000

mendapatkan identitas kejepangannya dan Buku ini juga menjelaskan bagaimana

peranan perempuan dalam berbagai bidang terutama bidang politik.

Sebagai pembanding digunakan buku yang berjudul Gender and

Development: The Japanese Experience in Comparative Perspective yang ditulis oleh

Mayumi Murayama. Buku ini menjelaskan tentang bagaimana peranan kaum sadar

gender yang mulai berkembang di Jepang yang mengkaji mengenai perempuan pada

akhir 1970an. Geliat tersebut semakin terasa seiring dengan semakin besarnya

partisipasi perempuan tidak hanya dalam sosial dan ekonomi, tetapi juga dalam

berpolitik. Meskipun demikian, hingga saat ini di Jepang, penelitian dan penulisan

mengenai peranan perempuan dalam perkembangan perekonomian Jepang telah

banyak dilakukan, tetapi tidak demikian dengan peranan perempuan dalam

perkembangan politik, terutama yang terkait dengan isu-isu gender dan persamaan

hak dengan laki-laki. Isu yang terkait dengan permasalahan gender, belum menjadi

perhatian utama, karena budaya tradisional Jepang yang bersifat patriarki.

1.3.3 Interpretasi

Setelah penulis melakukan kritik dan analisis sumber, tahapan selanjutnya

yang penulis lakukan adalah adalah interpretasi. Interpretasi adalah manafsirkan

keterangan dari sumber-sumber sejarah berupa fakta yang terkumpul dengan cara

dirangkai dan dihubungkan sehingga tercipta penafsiran sumber sejarah yang relevan

dengan permasalahan. Interpretasi perlu dilakukan agar data atau fakta yang telah

dikumpulkan sebelumnya dapat digunakan sebagai bahan penulisan skripsi.

Dalam kaitannya dengan topik yang akan dikaji oleh penulis mengenai skripsi

yang berjudul “peranan perempuan dalam politik nasional Jepang tahun 1980 -2000”. Penulis melakukan tahapan interpretasi kepada data-data didalam sumber yang telah dikumpulkan oleh penulis, kemudian ditafsirkan oleh penulis berdasarkan

fakta-fakta yang yang ditemukan. Sehingga penulis bisa mempertanggungjawabkan

(25)

33

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perempuan dalam dunia politik di Jepang sedangkan peran laki-laki masih dominan,

padahal laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam

politik di Jepang.

1.3.4 Historiografi

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari penelitian yang memaparkan dan

melaporkan seluruh hasil penelitian dalam bentuk tertulis setelah dianalisis dan

ditafsirkan. menurut Sjamsuddin (2007: 156) bahwa historiografi yaitu usaha

mensintesiskan seluruh hasil penelitian atau penemuan yang berupa data-data dan

fakta-fakta sejarah menjadi suatu penulisan hasil penelitian. Penulis menceritakan apa

yang telah didapat dengan disertai panafsiran-penafsiran sehingga terciptalah sebuah

rangkaian peristiwa sejarah yang utuh.

Dalam memasuki tahapan historiografi, maka bukan hanya keterampilan

dalam hal teknis saja yang diperlukan. Akan tetapi, hal yang utama adalah

penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analitis sehingga menghasilkan suatu sintesis

dari seluruh hasil penelitian dan penemuan dalam suatu penelitian utuh yang disebut

dengan historiografi. sehingga hasil tulisannya tidak hanya berupa karya tulis biasa,

tetapi menjadi karya tulis ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.

Sebuah karya tulis bisa dikatakan ilmiah apabila memenuhi syarat keilmuan.

Namun selain itu, penyajian suatu karya ilmiah juga harus memperhatikan tata cara

dan susunan bahasa. Agar manfaat yang didapat dalam penyusunan karya ilmiah

menjadi maksimal, maka penyajian penelitian harus menggunakan bahasa yang

sesuai dengan tata bahasa yang baku dan disepakati secara umum.

Dalam skripsi yang berjudul peranan perempuan dalam politik nasional

Jepang tahun 1980-2000 ini, peneliti berusaha menulis dan menyajikannya dengan

mengikuti syarat dan ketentuan dari sebuah karya tulis yang baik dan benar sesuai

(26)

34

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000

yaitu dengan mengacu pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah terbaru tahun 2013.

maka struktur organisasi penulisan skripsi sebagai berikut :

1. BAB I. PENDAHULUAN

dalam bab ini menguraikan secara rinci mengenai latar belakang belakang

penelitian yang menjadi alasan ketertarikan untuk mengkaji dan meneliti

mengenai Peranan perempuan dalam politik nasional Jepang tahun

1980-2000. Kemudian peneliti mencantumka rumusan dan batasan masalah agar

penelitian ini dapat dikaji secara lebih khusus. Pada bab ini juga terdapat

tujuan, metode dan manfaat penelitian.

2. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

dalam bab ini menguraikan mengenai sumber-sumber yang relevan dengan

penelitian yang dikaji yaitu sumber yang berkaitan dengan Peranan

perempuan dalam politik nasional Jepang tahun 1980-2000. Selain itu pada

bab ini juga, peneliti menjelaskan mengenai konsep dan teori yang relevan

dengan judul yang dikaji.

3. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

dalam bab ini peneliti menguraikan mengenai metode penelitian yang

digunakan dalam melakukan penelitian. Peneliti menguraikan

tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menyelesaikan penelitian yang berisi

langkah-langkah penelitian, dimulai dari persiapan sampai langkah-langkah terakhir dalam

menyelesaikan penelitian ini. Pada tahapan ini peneliti menggunakan

langkah-langkah penelitian sejarah yang meliputi heuristik, kritk, interpretasi dan

historiografi mengenai Peranan perempuan dalam politik nasional Jepang

tahun 1980-2000.

(27)

35

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam bab ini merupakan isi dari penelitian. Permasalahan-permasalahan yang

sudah disebutkan sebelumnya diuraikan dan dijelaskan pada bab ini serta

jawaban-jawaban yang terdapat dalam rumusan masalah. Permasalahan

tersebut ialah kedudukan perempuan Jepang sebelum tahun 1980, latar

belakang perkembangan perempuan dalam politik nasional Jepang,

kedudukan dan Keteribatan perempuan dalam politik Jepang tahun

1980-2000.

5. BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

dalam bab terakhir ini peneliti memberikan kesimpulan dari hasil pembahasan

yang berisi jawaban terhadap masalah mengenai dan interpretasi peneliti

terhadap data-data penelitian

Selain pada itu ada beberapa tambahan lagi yaitu abstrak, kata pengantar,

daftar isi, lembar pengesahan, lampiran-lampiran, dan daftar riwayat hidup

dari penulis yang kemudian menjadi satu kesatuan dalam laporan utuh yang

kemudian disebut sebagai skripsi dengan judul “peranan perempuan dalam

(28)

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul

Peranan Perempuan Dalam Politik Nasional Jepang Tahun 1980-2000”.

Kesimpulan ini merupakan jawaban atas pemasalahan yang diteliti oleh peneliti yang

telah dikemukakan dalam bab sebelumnya. Penulis membagi menjadi beberapa hal

pokok yang dipaparkan pada bagian berikut.

5.1 Simpulan

Pertama, kedudukan perempuan dalam kehidupan masyarakat Jepang

dipengaruhi oleh dua faktor yaitu konsep Ie dalam budaya masyarakat Jepang dan

kedudukan perempuan setelah pemberlakuan Undang-Undang Dasar 1947 di Jepang.

Sistem Ie adalah sistem keluarga dalam masyarakat Jepang yang merupakan tempat

berkumpul anggota keluarga beserta tempat mereka melaksanakan kehidupan sosial

mereka bersama. Sistem Ie di era Meiji semakin kuat sejak diberlakukannya

Undang-Undang Sipil Meiji. Sistem Ie tidak hanya mengikat kaum bangsawan dan samurai,

tetapi juga ke seluruh masyarakat hingga ke wilayah pedesaan.

Kekalahan Jepang dari Sekutu dalam Perang Dunia II membuat Amerika

Serikat menduduki Jepang dan menyusun sistem politik dan pemerintahan yang baru

bagi Jepang. AS membawa banyak reformasi dan perubahan bagi Jepang, mereka

bahkan membuatkan Konstitusi Jepang pada 1947. Dalam konstitusi tersebut, sistem

pemerintahan Jepang diubah dari kekaisaran menjadi parlementer, posisi Kaisar

hanya sebagai simbol bangsa Jepang saja tanpa memiliki kekuasaan mengatur dan

menjalankan pemerintahan, dan masyarakat dijamin hak nya untuk beraktivitas dan

berpartisipasi dalam pemerintahan. AS juga membuat kesetaraan perempuan dalam

sistem masyarakat Jepang.

Kedua, faktor-faktor keterlibatan perempuan dalam politik jepang ada pasca

(29)

80

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mampu menjadi sejajar dan diperhitungkan di mata internasional semakin besar.

Jepang menempuh banyak proses hingga menyetujui diberlakukannnya Konstitusi

1947 sebagai Konstitusi negara. Usaha Jepang untuk menerapkan aturan sesuai

dengan kondisi domestik negaranya memakan waktu yang cukup lama. Isu tentang

Hak Asasi Manusia, yang memiliki keterkaitan erat dengan nasib kaum perempuan di

Jepang mengalami pasang surut.

Kehadiran Takako Doi di ranah politik dan pemerintahan Jepang menuai

ragam kontroversi, akan tetapi langkah tersebut dianggap revolusioner dan mampu

menjadi tren baru bagi kaum perempuan di Jepang. Fenomena hadirnya sosok

perempuan di tubuh DIet Jepang, yang ditandai oleh peran sempurna Takako Doi. Era

perempuan dianggap sebagai prestasi yang luar biasa bagi Jepang, terutama setelah

mendapatkan kritik dari dunia internasional, terkait minimnya peluang perempuan

untuk mendapatkan status sosial yang baik di masyarakat.

Ketiga, peranan yang dilakukan perempuan dalam politik Jepang seperti pada

negara dengan bntuk masyarakat patriarki lainnya merupakan cerminan dari dominasi

laki-laki. Aturan –aturan yang berlaku menjadi batasan untuk mensformasi kekuatan

perempuan dalam keluarga, masyarakat maupun sistem politik. Walaupun dalam

Konstitusi pasca perang perempuan mendapatkan hak berpolitik yang sama dengan

laki-laki, tetapi kenyataannya partisipasi perempuan dalam perpolitikan tidak lebih

dari sekedar pemilih.

Proses demokrasi politik di Jepang dapat dikatakan berjalan lamban, terutama

menyangkut hak-hak perempuan dalam berpolitik, yang baru dapat berfungsi secara

efektif pasca Perang Dunia II, serta menggunakan sistem Barat sebagai tolak ukur.

Hal ini juga melatari sikap tidak peduli perempuan Jepang terhadap politik, yang

dianggap sebagai pekerjaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai hidup mereka dan

tidak berhubungan langsung dengan kehidupan kaum perempuan.

Dengan tingkat kesadaran yang terus meningkat partisipasi politik perempuan

yang cukup tinggi tersebut diharapkan diikuti pula oleh keyakinan bahwa melalui

(30)

81

Budi Mulyana, 2015

diperhatikan, dan bahwa mereka sedikit banyak dapat mempengaruhi tindakan dari

mereka yang berwenang untuk membuat suatu kebijakan.

Keempat, dampak keterlibatan perempuan dalam politik terhadap kebijakan

kebijakan pemerintah Jepang, yang menjadi masalah utama bukanlah perbedaan

antara laki-laki dan perempuan, tetapi bahwa laki-laki memandang rendah perempuan

dan perempuan sediri yang cenderung “memaafkan” cara pandang tersebut dengan

bersikap seolah memang peran perempuan tidak cocok dengan bidang politik.

Keterlibatan perempuan Jepang di tubuh pemerintahan berkembang secara

bertahap dan memiliki pengaruh cukup baik dalam politik negara. Terutama

menyangkut perihal hak asasi perempuan di mata Internasional. Melonjaknya jumlah

perempuan untuk terjun dalam pemerintahan dikenal sebagai “madonna Boom”.

Madonna Boom adalah hasil kerja keras Takako Doi dalam memperjuangkan suara

kaum perempuan untuk bergabung di pemerintahan Jepang.

5.2 Rekomendasi

Skripsi yang berjudul ” Peranan Perempuan Dalam Politik Nasional Jepang Tahun 1980-2000” ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi beberapa

pihak antara lain sebagai berikut:

1. Bagi Lembaga Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)

Bagi lembaga pendidikan, kajian dalam skripsi ini diharapkan dapat

memberikan tambahan materi pada mata pelajaran Sejarah khususnya pada

tingkat Sekolah Menengah Atas. Semoga dengan adanya penelitian ini siswa di

lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA) mampu memperluas wawasannya

dan menambah pengetahuannya untuk mendalami sejarah bangsa lain.

2. Bagi pembaca dan penulis

penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca, baik

untuk para akademisi maupun pembaca pada umumnya mengenai permasalahan

yang terjadi setelah Perang Dunia II. Skripsi ini pun diharapkan menjadi dasar

(31)

82

Budi Mulyana, 2015

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN 1980-2000 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peranan perempuan dalam politik Jepang. Dalam kajian penelitian skripsi ini, ada

beberapa kajian yang dapat diperdalam atau diangkat, seperti faktor pendukung

keikutsertaan perempuan dalam politik Jepang.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti menyadari pembahasan mengenai peranan perempuan dalam

politik nasional Jepang tahun 1980-2000 di berbagai bidang lainnya tidak di

bahas lebih mendalam. Maka dari itu skripsi ini dapat dijadikan sebagai rujukan

atau rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. Beberapa kajian yang dapat

diangkat mengenai peranan perempuan dalam partai politik Jepang sesudah

ditetapkannya Undang-Undang 1947, kemudian peranan Takako Doi dalam

politik Jepang.

4. Bagi Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

Bagi Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI),

skripsi ini diharapkan dapat memperkaya tulisan mengenai sejarah Asia Timur

khususnya Jepang dan Peranan Perempuan Dalam Politik Nasional Jepang.

karena sejauh ini, skripsi yang meneliti tentang sejarah Peranan Perempuan

Dalam Politik Nasional Jepang masih jarang ditemukan di Jurusan Pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

melakukan ofensif terhadap Sekutu di Ardennes pada tahun 1944?”. Masalah utama tersebut dibagi menjadi empat pertanyaan penelitian, yaitu: 1) Apa latar belakang

Oleh karena itu, penelitian dengan metode strukturalisme-genetik Goldmann ini bertujuan untuk mengetahui struktur puisi penyair perempuan Sumatera Utara tahun

Masalah utama ini kemudian dibagi menjadi empat pertanyaan penelitian yaitu (1)Bagaimana desain perencanaan pembelajaran sejarah dengan menggunakan media peta konsep

Sedangkan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data digunakan studi literatur, yaitu mengkaji sumber-sumber literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang

Dalam serial Oshin perempuan yang ideal dapat menjadi sebuah mitos bagi masyarakat Jepang, bahwa idealisasi yang tergambar dalam seral Oshin mampu mengesankan bagaimana seorang

Al-Qur‟an memberikan pandangan progresif dalam melihat posisi dan eksistensi perempuan dalam kehidupan, karena kedudukan pria dan wanita di hadapan Allah SWT adalah sama,

Dalam skripsi ini mendeskripsikan atau menjelaskan bagaimana peranan sebuah LSM/NGO yakni PESADA dalam upayanya untuk meningkatkan kesadaran politik perempuan terutama di

Maka, berdasarkan ketentuan itu, ditemukan bahwa dalam puisi-puisi penyair perempuan Sumatera Utara tahun 1980-an, Upacara Baca Makam Terkubur, karya Murni Aryanti