PERTEMPURAN BULGE: KAJIAN MENGENAI KEGAGALAN OFENSIF MILITER JERMAN DI ARDENNES PADA TAHUN 1944
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah
oleh
Mochammad Iqbal Rafsanjani 1000606
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PERTEMPURAN BULGE: KAJIAN MENGENAI KEGAGALAN OFENSIF MILITER JERMAN DI ARDENNES PADA TAHUN 1944
Oleh:
Mochammad Iqbal Rafsanjani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
©Mochammad Iqbal Rafsanjani (2014)
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
PERTEMPURAN BULGE: KAJIAN MENGENAI KEGAGALAN OFENSIF MILITER JERMAN DI ARDENNES PADA TAHUN 1944
Oleh:
Mochammad Iqbal Rafsanjani 1000606
Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I
Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014 198601 1 001
Pembimbing II
Drs. R. H. Achmad Iriyadi NIP. 19611219 198803 1 002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Pertempuran Bulge: Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman di Ardennes Pada Tahun 1944”. Masalah utama yang dikaji dalam skripsi ini adalah “Mengapa Jerman mengalami kegagalan dalam
melakukan ofensif terhadap Sekutu di Ardennes pada tahun 1944?”. Masalah utama tersebut dibagi menjadi empat pertanyaan penelitian, yaitu: 1) Apa latar belakang Jerman melakukan ofensif terhadap Sekutu di Ardennes pada tahun 1944?; 2) Bagaimana perbedaan strategi antara ofensif Jerman pada tahun 1940 dengan ofensif Jerman di Ardennes pada tahun 1944?; 3) Bagaimana kesenjangan antara perencanaan dengan realita Jerman dalam melakukan ofensif terhadap
Sekutu di Ardennes pada tahun 1944?”; 4) Bagaimana dampak atas kegagalan Jerman dalam melakukan ofensif terhadap Sekutu di Ardennes pada tahun 1944? Pertanyaan tersebut menjadi landasan utama penelitian dan pokok permasalahan dalam penulisan skripsi. Metode yang digunakan adalah metode historis dengan melakukan empat langkah penelitian, yaitu heuristik sebagai upaya untuk pencarian sumber, kritik terhadap sumber, interpretasi terhadap sumber, dan historiografi. Teknik yang digunakan adalah studi literatur, yakni mengkaji sumber-sumber literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Pendekatan yang digunakan menggunakan pendekatan interdisipliner dengan menggunakan teori dari ilmu politik dan ilmu sosiologi untuk mempertajam analisis penelitian. Teori dari ilmu politik yang digunakan adalah teori perang, geopolitik, dan pertempuran. Sedangkan teori dari ilmu sosiologi menggunakan teori konflik. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditemukan beberapa temuan.
Pertama, ofensif Jerman di Ardennes pada tahun 1944 dilatarbelakangi oleh
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Setiap peperangan pasti terdapat beberapa pertempuran-pertempuran
penting yang walaupun betapa singkatnya, mengandung arti penting dan
berpengaruh terhadap jalannya keseluruhan perang, begitu juga dalam Perang
Dunia II. Salah satunya adalah Pertempuran Bulge yang terjadi pada bulan
Desember 1944 di Ardennes, wilayah pegunungan di Belgia bagian tenggara.
Pertempuran Bulge ini menarik untuk diangkat karena pertempuran ini adalah
pertempuran terbesar dalam Perang Dunia II yang dialami oleh pasukan
Angkatan Darat Amerika Serikat (AS). Dalam hal ini pihak Sekutu Barat,
melawan tentara Jerman di front Eropa Barat. Hal lain yang menarik perhatian
penulis adalah bahwa dalam pertempuran ini pihak Sekutu Barat menjadi
pihak yang defensif, sedangkan bagi pihak Jerman pertempuran ini menjadi
ofensif militer yang terakhir dilakukan dalam Perang Dunia II. Setelah
pertempuran ini dan hingga Jerman menyerah pada bulan Mei 1945, Jerman
tidak pernah lagi memegang inisiatif serangan terhadap lawan-lawannya.
Sejak pendaratan Sekutu Barat di Normandia pada bulan Juni 1944,
Jerman terus-menerus berada dalam posisi defensif. Begitu pula ketika di
Arnhem walaupun pasukan Jerman pada akhirnya mampu memukul mundur
pasukan Sekutu Barat pada suatu operasi militer yang bernama Market
Garden. Baru pada akhirnya Jerman pada pertengahan bulan Desember tahun
1944 melakukan ofensif terhadap Sekutu Barat setelah berbulan-bulan
menjadi pihak yang defensif. Fokus perhatian penulis pada penulisan skripsi
ini juga terletak pada perbandingan antara ofensif yang dilakukan Jerman pada
tahun 1940 dengan yang dilakukannya kembali pada tahun 1944 di tempat
yang sama. Perbandingan ini menjadi hal yang menarik dan menjadi salah satu
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tahun 1940 untuk menguasai wilayah Perancis melalui Ardennes ini tidak
dapat diulanginya lagi pada tahun 1944.
Berbagai permasalahan di atas perlu diteliti karena peristiwa tersebut
merupakan salah satu pertempuran yang penting dalam Perang Dunia II,
khususnya di front Eropa Barat. Pertempuran Bulge adalah ofensif terakhir
Jerman dan merupakan pertempuran terbesar yang dialami oleh tentara
Angkatan Darat (AD) AS di Eropa Barat pada Perang Dunia II. Pertempuran
di Ardennes ini bukan hanya sebagai salah satu peristiwa tunggal yang terjadi
selama Perang Dunia II, tetapi merupakan mata rantai berlangsungnya
pertempuran-pertempuran di Eropa dan berpengaruh terhadap
keberlangsungan Perang Dunia II. Beberapa sejarawan telah mengangkat
mengenai pertempuran Bulge ini, namun para sejarawan tersebut lebih banyak
melihat dari sudut pandang Sekutu, sedangkan dari sudut pandang Jerman
lebih minim. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mencoba untuk lebih
seimbang dalam mengkaji mengenai pertempuran Bulge ini, baik dari sudut
pandang Sekutu maupun sudut pandang Jerman.
Pada awal bulan Desember 1944, Adolf Hitler memerintahkan
dilancarkannya serangan terhadap Sekutu untuk mengambil alih inisiatif dan
memaksa Sekutu Barat menyerah. Pada pertengahan bulan itu pula, 30 divisi
tentara Jerman melancarkan serangan besar-besaran terhadap kedudukan
Sekutu Barat di daerah Ardennes. Dari sini Hitler bermaksud bergerak ke
Antwerpen “...dan memotong Group Army ke-21 Inggris serta Army ke-Satu
dan ke-Sembilan AS di sebelah utara Ardennes yang ternyata pasukan Sekutu
di wilayah ini sebagian besar telah ditarik” (Iskandar, 1971: 183).
Hal tersebut juga diungkapkan Giarusso (1986: 6) bahwa:
3
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hitler tahu bahwa Jerman tidak akan pernah memenangkan perang dengan
jalan mempertahankan Siegfried Line dan sungai Rhine (orang Jerman
menyebutnya „Rhein‟). Satu-satunya kesempatannya adalah dengan jalan
meraih suatu kemenangan kilat di front Eropa Barat. Hal itu sudah pasti tidak
akan tercapai, namun apabila dilakukan dengan kejutan siapa tahu bisa
dicapai suatu kemenangan yang menentukan (Ambrose, 2004: 208).
Giarusso menjelaskan antusias Hitler akan rencananya tersebut dalam
tesisnya bahwa “..when looking at situation maps, he would call on divisions that did not exist and would make battle plans that may have been possible in
1940 but were far out of the German military capabilitiesin 1914..” (1998:
4).
Ungkapan serupa juga diungkapkan Dominique (2003: 66) bahwa:
On December 16, Hitler unleashed an offensive in the Ardennes forest with twentyfive divisions along aisty-miles front. Operasi Autumn Fog, as he called it, took advantage of the inclement weather to attack 80.000 American soldiers in a “quiet” sector. His goal was to seize the port of Antwerp in Belgium, almost a hundred miles away, split the Allied armies,
and somehow force a political settlement in the West. The “Battle of the
Bulge” was the biggest confrontation of the European war for the United States. The 317th would be one of the first regiments to arrive in the area and would assist in correcting the line during the next month and a half.
Kejutan itu dapat dicapai, sama halnya dengan kejutan-kejutan lain dalam
peperangan, karena pihak yang mempertahankannya melakukan kesalahan
besar karena terlalu percaya diri. Bahkan setelah gagalnya operasi Market
Garden, pihak Sekutu percaya bahwa pasukan Jerman sudah melakukan
upaya yang terakhir. Hal yang terkesan meremehkan Jerman tersebut
diungkapkan pula oleh Ambrose (2007: 223) yang mengatakan bahwa:
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hitler hampir membuat pihak Sekutu Barat kembali mundur dari garis
ofensif sebelumnya sejak pendaratannya di Normandia dan membuat keadaan
perang berubah. Sebagaimana dikemukakan oleh Lee (2000: 233) bahwa:
Hitler did manage two minute successes. Hitler did manage two last-minute successes. He defeated in September 1944 a British Airborne invasion at Arnhem which attempted to capture the bridgeheads of the lower Rhine. He also come close in December 1944 to breaking through the Allied lines at the Ardennes in what usually called the Battle of the Bulge. But these did not more than slow down the Anglo-American advance.
Pihak Sekutu Barat telah keliru tentang keadaan semangat pasukan Jerman
dalam bertempur, situasi materi pasukan Jerman, ketegasan Hitler, dan
keterampilan para perwira Jerman dalam manuver-manuver serangan,
sedangkan para petinggi militer Sekutu di kamp Sekutu Barat tidak memiliki
pengalaman yang cukup dalam bertahan menghadapi serangan pasukan
Jerman. Akibat dari salah perkiraan ini, maka terjadilah salah satu
pertempuran terbesar di front Eropa Barat dalam Perang Dunia II.
Pertarungan paling besar yang pernah dilakukan Angkatan Darat AS.
Pertempuran Bulge adalah ofensif terakhir Jerman dalam Perang Dunia II.
Pada ofensif ini, Jerman berusaha mengulangi keberhasilan mereka ketika
menyerang Perancis pada musim semi bulan Mei tahun 1940. Pada tahun
tersebut Jerman berhasil menguasai dengan cepat wilayah Perancis dengan
taktik blitzkrieg melalui pegunungan Ardennes. Akan tetapi, hal tersebut
tidak terulang kembali pada bulan Desember 1944 ketika Jerman menyerang
melalui tempat yang sama. Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk
mengangkat kajian mengenai pertempuran di Ardennes pada tahun 1944
tersebut.
Ofensif Jerman ini dikenal dengan nama Pertempuran Bulge. Bulge dalam
bahasa Inggris berarti „tonjol‟. Nama julukan ini desebabkan oleh kuatnya ofensif pasukan Jerman yang begitu mendadak, sehingga pihak Sekutu Barat
5
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sekutu tersebut mengakibatkan wilayah yang dikuasai tentara Jerman
mendadak seperti tonjolan” (Ojong, 2008: 196). Sedangkan nama kode
Wehrmacht (Angkatan Perang Jerman) untuk ofensif di Ardennes ini adalah Unternehmen Wacht am Rhein (operasi Wacht am Rhein). Hal tersebut
terinspirasi dari lagu patriotik Jerman, yaitu Die Wacht am Rhein. Hitler
mengatakan bahwa serangan Jerman itu nantinya akan membelah kekuatan
Inggris dan AS dari pihak Sekutu Barat. Apabila Jerman telah menguasai
Antwerpen, maka Inggris terpaksa mundur dengan cara Dunkirk kedua,
“...lalu Hitler dapat mengambil beberapa divisi dari Barat untuk memperkuat front Timur” (Ambrose, 2004: 208).
Hal-hal yang telah disebutkan di atas kemudian dijadikan dasar oleh
penulis untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai pertempuran di wilayah
Ardennes pada tahun 1944 ini. Dengan demikian penulis memilih untuk
mengangkat judul “Pertempuran Bulge: Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman di Ardennes Pada Tahun 1944”.
1.2Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan pokok pikiran di atas, terdapat beberapa permasalahan yang
akan menjadi kajian dalam skripsi ini. Adapun permasalahan intinya adalah
“Mengapa Jerman mengalami kegagalan dalam melakukan ofensif terhadap Sekutu di Ardennes pada tahun 1944?”
Sementara untuk membatasi kajian penelitian ini, maka diajukan beberapa
rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah:
1. Apa latar belakang Jerman melakukan ofensif terhadap Sekutu di
Ardennes pada tahun 1944?
2. Bagaimana perbedaan strategi antara ofensif Jerman pada tahun 1940
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Bagaimana kesenjangan antara perencanaan dengan realita Jerman
dalam melakukan ofensif terhadap Sekutu di Ardennes pada tahun
1944?
4. Bagaimana dampak atas kegagalan Jerman dalam melakukan ofensif
terhadap Sekutu di Ardennes pada tahun 1944?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui tujuan yang hendak dicapai oleh Jerman dengan
melakukan ofensif terhadap Sekutu di Ardennes pada tahun 1944.
2. Menjelaskan perbedaan strategi antara ofensif Jerman pada tahun 1940
dengan ofensif Jerman di Ardennes pada tahun 1944.
3. Mendeskripsikan kesenjangan antara perencanaan yang dilakukan
Jerman dengan realita yang terjadi pada ofensif terhadap Sekutu di
Ardennes pada tahun 1944.
4. Menjelaskan dampak atas kegagalan Jerman dalam melakukan ofensif
terhadap Sekutu di Ardennes pada tahun 1944.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Memperkaya penulisan mengenai sejarah Eropa, khususnya mengenai
Perang Dunia II yang berlangsung di Eropa.
2. Menambah perluasan materi pelajaran sejarah yang akan
dikembangkan penulis sebagai calon pengajar peserta didik.
1.5Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi skripsi disesuaikan dengan buku Pedoman Penulisan
7
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Indonesia (UPI). Bagian ini berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap
bab dan bagian bab dalam skripsi, mulai bab pertama hingga bab akhir (UPI,
2013: 20). Struktur organisasi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan. Pendahuluan berisi latar belakang masalah penelitian.
Bab ini disertai mengenai ketertarikan penulis dalam memilih permasalahan
yang diangkat mengenai ofensif Jerman di Ardennes pada tahun 1944. Untuk
memperinci dan membatasi masalah agar fokus maka dicantumkan perumusan
masalah dan pembatasan masalah sehingga permasalahan dapat dikaji dalam
penulisan skripsi. Pada bagian akhir dari bab ini akan dimuat mengenai
struktur organisasi skripsi yang akan menjadi kerangka dan pedoman di dalam
penyusunan skripsi ini.
Bab II Landasan Teori. Bab ini berisi mengenai teori-teori yang digunakan
penulis untuk mengkaji sesuai dengan topik yang diteliti mengenai ofensif
Jerman di Ardennes pada tahun 1944. Teori-teori yang digunakan berasal dari
ilmu politik dan sosiologi, yaitu teori perang, teori konflik, teori geopolitik,
dan teori pertempuran. Penggunaan landasan teori diperlukan agar penulisan
dalam skripsi ini tidak hanya bersifat naratif, melainkan berdasarkan analisis
yang akan memperjelas suatu peristiwa historis untuk peningkatan mutu
historiografi.
Bab III Metode Penelitian. Pada bab ini diuraikan mengenai
kegiatan-kegiatan dan cara-cara yang dilakukan dalam penelitian skripsi. Metode yang
digunakan adalah metode penelitian sejarah. Langkah-langkah penelitiannya
meliputi heuristik atau proses pengumpulan sumber, kritik terhadap sumber
yang telah dikumpulkan, interpretasi sumber, hingga ke tahap penulisan atau
historiografi. Setiap langkah-langkah tersebut nantinya akan dijelaskan lebih
rinci lagi. Metode yang digunakan adalah metode historis dan teknik yang
digunakan adalah studi literatur.
Bab IV Pembahasan. Bab ini merupakan pembahasan dari penelitian
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembatasan masalah. Akan dijelaskan pada bab ini mengapa Jerman
mengalami kegagalan dalam melakukan ofensif terhadap Sekutu Barat di
Ardennes pada tahun 1944. Kemudian pembahasan dimulai dengan apa latar
belakang Jerman melakukan ofensif di Ardennes, bagaimana perbedaan
strategi antara ofensif Jerman pada tahun 1940 dengan ofensif Jerman di
Ardennes pada tahun 1944, bagaimana kesenjangan antara perencanaan
dengan realita Jerman ketika melakukan ofensif di Ardennes pada tahun 1944,
dan bagaimana dampak atas kegagalan Jerman dalam melakukan ofensif
terhadap Sekutu di Ardennes pada tahun 1944.
Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi. Bab ini merupakan bab terakhir dari
rangkaian penulisan skripsi ini. Bab ini mengemukakan kesimpulan sebagai
hasil dari pembahasan atas pertanyaan penelitian. Pada bab ini terdapat
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab III ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian yang digunakan
dalam mengkaji permasalahan dalam penulisan skripsi ini. Menurut Abdurrahman
(2007: 16), penulisan sejarah merupakan bentuk dan proses pengisahan atas
peristiwa-peristiwa masa lalu umat manusia. Metode penelitian yang digunakan
dalam skripsi ini adalah metode historis. Metode ini digunakan oleh penulis
karena penulisan ini merupakan kajian sejarah yang data-datanya diperoleh dari
jejak-jejak yang ditinggalkan dari suatu peristiwa masa lampau. Metode historis
menurut Gottschalk (1986: 32) adalah “proses menguji dan menganalisis secara
kritis rekaman dan peninggalan, kemudian menuliskannya berdasarkan fakta yang
diperoleh”. Menurut Wood Gray yang dikutip oleh Sjamsuddin (2007: 96)
dikemukakan bahwa terdapat enam tahap yang harus ditempuh dalam penelitian
sejarah, yaitu:
1. Memilih satu topik yang sesuai.
2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik.
3. Membuat catatan apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung.
4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik sumber).
5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan berarti, yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya.
6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.
Sedangkan menurut Ismaun (2005: 34), metode historis terdiri dari empat langkah
sebagai berikut:
1. Heuristik, yaitu “pencarian dan pengumpulan sumber sejarah yang relevan”
(Ismaun, 2005: 49). Sedangkan menurut Lucey yang dikutip oleh Sjamsuddin
(2007: 96) mengatakan bahwa “heuristik adalah kajian atau pengetahuan
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
seringkali merupakan suatu keterampilan dalam menemukan, menangani, dan
memerinci bibliografi, atau mengklasifikasi dan merawat catatan-catatan.
2. Kritik, yaitu “suatu usaha menilai sumber-sumber sejarah yang didasari etos
ilmiah yang menginginkan, menemukan, atau mendekati kebenaran” (Ismaun,
2005: 50). Sumber-sumber yang digunakan dipilih melalui kritik internal dan
eksternal sehingga diperoleh fakta-fakta yang sesuai dengan permasalahan
penelitian. Menurut Sjamsuddin (2007: 132) fungsi kritik berguna sehingga
“...karya sejarah merupakan produk dari suatu proses ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan”. Dalam metode sejarah dikenal terdapat dua macam
kritik, yaitu kritik eksternal dan internal.
3. Interpretasi, yaitu menafsirkan keterangan-keterangan sumber secara logis
dan rasional dari fakta dan data yang telah terkumpul dengan cara
dihubungkan sehingga menjadi kesatuan yang utuh.
4. Historiografi, yaitu proses penyusunan hasil penelitian yang telah diperoleh
sehingga menjadi kesatuan yang utuh dalam menyajikan gambaran sejarah
dalam bentuk skripsi, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenaran
ilmiahnya.
Selanjutnya penulis membagi langkah-langkah penelitian tersebut kedalam tiga
pembahasan, yaitu pembahasan mengenai persiapan penelitian, pelaksanaan
penelitian, dan laporan penelitian.
3.1. Persiapan Penelitian
Pada tahap ini awalnya dilakukan proses penentuan metode serta teknik
pengumpulan data. Teknik pengumpulan data penelitian menggunakan studi
literatur, yakni mencari sumber tertulis yang relevan dan terdapat hubungan
dengan permasalahan-permasalahan yang dikaji, baik itu berupa buku, artikel,
maupun hasil karya ilmiah seperti skripsi. Tahapan persiapan penelitian antara
lain:
23
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tahap ini merupakan tahap yang paling awal dalam melaksanakan suatu
penelitian. Pada tahap ini penulis penulis melakukan proses memilih dan
menentukan topik penelitian. Penentuan topik penelitian dari skripsi ini berawal
dari ketertarikan penulis terhadap mata kuliah Sejarah Peradaban Barat yang
pernah diikuti oleh penulis pada semester empat perkuliahan di Jurusan
Pendidikan Sejarah. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk menulis
sebuah skripsi yang bertemakan mengenai sejarah kawasan, terutama wilayah
Eropa.
Pada semester enam penulis mengikuti mata kuliah Seminar Penulisan Karya
Ilmiah yang mewajibkan penulis untuk membuat proposal skripsi. Pembuatan
proposal skripsi pada semester enam ini bertujuan untuk mempercepat masa studi
penulis. Pertama kali penulis mendapatkan ide untuk menulis mengenai
pertempuran Bulge ini ketika penulis mengikuti mata perkuliahan Sejarah
Peradaban Barat yang diampu oleh Bapak Drs. R. H. Achmad Iriyadi. Pada saat
itu beliau menjelaskan mengenai keberhasilan invasi Jerman ke Perancis melalui
Ardennes pada tahun 1940. Setelah itu karena ketertarikan penulis kepada sejarah
kawasan Eropa, maka penulis mulai banyak membaca buku-buku mengenai
pertempuran-pertempuran di Eropa pada saat Perang Dunia II. Kemudian
perhatian penulis mulai tertuju kepada pertempuran Bulge yang terjadi pada akhir
tahun 1944. Pertempuran tersebut seolah menjadi pengulangan dengan peristiwa
invasi Jerman ke Perancis melalui Ardennes pada tahun 1940. Timbul pertanyaan
besar setelah itu, mengapa Jerman mengalami kegagalan pada serangan di
Ardennes pada tahun 1944, sedangkan pada tahun 1940 mereka berhasil
melakukannya di tempat yang sama.
Penulis kemudian mencoba membuat proposal mengenai pertempuran Bulge
tersebut berdasarkan referensi yang penulis temukan di Perpustakaan Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) dan dari beberapa buku yang penulis miliki. Proposal
penulis dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Bapak Drs. R. H. Achmad Iriyadi,
kemudian beliau menyetujui tema yang diajukan oleh penulis dan menyarankan
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
asing mengenai topik yang akan penulis kaji. Proposal penulis kemudian
diajukan untuk dipresentasikan pada perkuliahan Seminar Penulisan Karya
Ilmiah. Proposal yang penulis ajukan mendapat mendapar apresiasi dari Bapak
Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si yang hadir untuk memberi masukan terhadap
proposal yang dipresentasikan. Masukan tersebut antara lain mengenai latar
belakang ketertarikan penulis lebih ditambah serta untuk mengubah rumusan
masalah yang terlalu luas menjadi dipersempit ruang lingkupnya agar penulis
lebih fokus pada topik kajian. Setelah penulis merevisi proposal skripsi hasil dari
mata kuliah Seminar Penulisan Karya Ilmiah, kemudian proposal skripsi tersebut
diajukan kembali kepada Bapak Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si selaku ketua
Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS). Pada akhir bulan November 2013,
penulis disetujui untuk mengajukan judul tersebut untuk dipresentasikan dalam
seminar proposal skripsi.
3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian
Penulis melakukan seminar proposal skripsi pada hari Kamis, 5 Desember
2013. Rancangan penelitian yang diajukan meliputi (1) Judul Penelitian, (2) Latar
Belakang Penelitian, (3) Rumusan dan Batasan Masalah, (4) Tujuan Penelitian,
(5) Manfaat Penelitian, (6) Tinjauan Kepustakaan, (7) Metode Penelitian, (8)
Struktur Organisasi Skripsi. Dalam seminar proposal tersebut penulis mendapat
masukan dari Bapak Drs. R. H. Achmad Iriyadi selaku calon pembimbing II,
diantaranya mengenai penggunaan dan tambahan landasan teori yang digunakan
harus sesuai dan relevan dengan kajian yang akan dikaji. Adapun judul yang
diajukan penulis masih tetap berjudul “Pertempuran Bulge: Kajian Mengenai
Kegagalan Ofensif Militer Jerman di Ardennes Pada Tahun 1944”
Setelah disetujui, maka pengesahan penelitian ditetapkan melalui Surat
Keputusan Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung No.
013/TPPS/JPS/PEM/ 2013. Dalam surat keputusan itu, ditentukan pembimbing I,
yaitu Dr. Nana Supriatna, M. Ed dan Drs. R. H. Achmad Iriyadi sebagai
pembimbing II.
25
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bimbingan merupakan suatu kegiatan konsultasi yang dilakukan oleh penulis
dengan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II. Proses bimbingan sangat
diperlukan oleh penulis untuk membantu dalam menentukan kegiatan penelitian,
fokus penelitian, serta proses penelitian skripsi ini. Selain itu, proses bimbingan
ini membuka jalan penulis untuk berdiskusi dengan Bapak Dr. Nana Supriatna,
M. Ed selaku pembimbing I dan Drs. R. H. Achmad Iriyadi selaku pembimbing
II mengenai permasalahan yang dihadapi selama penelitian ini dilakukan.
Proses bimbingan dilakukan bab demi bab secara intensif sehingga penulis
dan dosen pembimbing dapat berkomunikasi dengan baik. Kegiatan bimbingan
ini dilakukan setelah sebelumnya penulis menghubungi pembimbing dan dibuat
kesepakatan jadwal pertemuan antara penulis dengan pembimbing. Kegiatan
pertama bimbingan dilakukan pada tanggal 18 Desember 2013, dua minggu
setelah penulis mengikuti seminar proposal skripsi. Proses bimbingan ini sangat
berperan dalam penyusunan skripsi karena dengan adanya bimbingan tersebut
penulis memperoleh banyak pengetahuan mengenai kekurangan dan kelemahan
dalam penelitian skripsi ini.
3.2Pelaksanaan Penelitian
Dalam penelitian skripsi ini, penulis melakukan empat tahap penelitian, yakni
sebagai berikut:
3.2.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik)
Berkaitan dengan tahap penelitian ini, penulis mencari dan mengumpulkan
sumber yang sesuai dan relevan. Jenis-jenis sumber yang digunakan penulis
adalah buku, tesis, jurnal, majalah, dan sumber internet. Adapun dalam
pengumpulan sumber ini penulis menggunakan teknik studi literatur.
Tempat pertama yang penulis kunjungi adalah perpustakaan Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI). Buku-buku yang ditemukan berhubungan dengan
sejarah Perang Dunia II dan tentang ilmu sosial dan militer, diantaranya adalah
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Salib di Eropah” karya Dwight D. Eisenhower yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Nugroho Notosusanto (1986), “Hukum
Internasional Bagian Perang” karya G. P. H. Djatikoesoemo (1956), “European
Armies and The Conduct of War” karya Hew Strachan (1985), “European
Dictatorship 1918-1945” karya S. J. Lee (2000), “Politics Among Nations” karya
H. J. Morgenthau (1954), “Teori Sosiologi Modern” karya Bernard Raho (2007), “Teori Sosiologi Modern” karya George Ritzer dan Douglas J. Goodman (2010), “Geopolitik” karya I. Hidayat dan Mardiono (1983), “Metodologi Penelitian
Sejarah” karya D. Abdurrahman (2007), “Mengerti Sejarah” karya Louis
Gottschalk yang sudah diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto (1986).
Perpustakaan lain yang dikunjungi adalah Perpustakaan Daerah Kota
Sukabumi. Dari perpustakaan ini penulis mendapatkan sumber buku antara lain
buku “Citizen Soldiers-Tentara Sukarela: Tentara Amerika Serikat dari Pantai-pantai Normandia ke Bulge sampai Menyerahnya Jerman, 7 Juni 1944-7 Mei
1945” dan “Band of Brothers-Ikatan Persaudaraan: Kompi E, Resimen 506,
Lintas Udara 101 dari Normandia sampai ke Sarang Hitler” karya Stephen E. Ambrose (2004 dan 2007), “Dasar-dasar Geografi Politik” karya N. Daldjoeni (1991), “Clausewitz: Mahaguru Strategi Perang Modern” karya Michael
Howard (1993). Selain mengunjungi perpustakaan, penulis juga melengkapi
sumber dengan mencari dibeberapa toko buku seperti di Gramedia. Di toko buku
ini penulis mendapatkan buku “Das Panzer: Strategi dan Taktik Lapis Baja
Jerman” karya Fernando Rahadian Srivanto (2007).
Penulis juga mendapatkan sumber yang relevan dari internet berupa
buku-buku, tesis, publikasi departemen serta jurnal berbahasa asing yang sudah
berbentuk file pdf sehingga dapat diunduh oleh penulis. Sumber-sumber yang
berhasil didapat antara lain buku “Bodenplatte The Luftwaffe’s Last Hope The Attack on Allied Airfields New Year’s Day 1945” karya J. Manrho dan Ron Putz (2004), buku “Strategy and Tactics Tank Warfare” karya C Jorgensen dan C.
Mann (2001), buku “The Art of War: Restored Edition (2008) karya Henri de
27
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
buku “Battle of Bulge 1944 (2) Bastogne” karya S. J. Zaloga (2004), buku “Patton and The Battle of Bulge” karya M. Green dan G. Green (1999), tesis “Beginning of The End: The Leadership of SS Obersturmbanfuhrer Jochen Peiper” karya H. Bouwnmeester (2004), tesis “The Attack Will Go On The 317th Infantry Regiment in World War II” karya D. J. Dominique (2003), tesis “Against All Odds: The Story of The 106th Infantry Division in The Battle Of
Bulge” karya J. M. Giarusso (1998), jurnal “Airpower in The Battle of Bulge: A Case for Effects Based Operations” karya H. R. Winton (2001), publikasi departemen “The Ardennes: The Battle of Bulge: Winter Defense and
Counterattack” oleh CSI Battlebook (1986).
Penulis juga mempunyai beberapa koleksi buku pribadi yang relevan, yaitu “Sedjarah Perkembangan Perang dari Zaman Klasik-Modern” karya Arief Iskandar (1971), “Napoleon dan Strategi Perang Modern” karya C. H. Lanza
(2010), “Sejarah Sebagai Ilmu” karya Ismaun (2005), “Metodologi Sejarah”
karya Helius Sjamsuddin (2007), “Pengantar Ilmu Sosial” karya Dadang
Supardan (2011).
Buku utama yang digunakan penulis yang pertama adalah buku karya
Dwight. D. Eisenhower yang berjudul Perang Salib di Eropah (1968). Buku ini
diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto dan penulis menggunakan buku ini
sebagai sumber yang utama karena buku ini merupakan sumber primer dalam
penulisan skripsi ini. Eisenhower ini adalah seorang Supreme Commander dari
pihak Sekutu Barat pada saat terjadinya pertempuran Bulge ini.
Buku Perang Eropa Jilid I (2005) karya P.K Ojong membahas mengenai
awal terjadinya Perang Dunia II di Eropa hingga pendaratan Sekutu Barat di
Afrika Utara. Penulis menggunakan buku ini sebagai literatur mengenai
serangan ofensif Jerman di Ardennes pada tahun 1940 yang akan penulis
bandingkan dengan fokus penelitian penulis dalam skripsi ini, yaitu serangan
Jerman di Ardennes pada tahun 1944. Buku Perang Eropa Jilid III (2008) karya
P.K Ojong membahas mengenai suasana Perang Dunia II di wilayah Eropa dari
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hingga menyerahnya Jerman pada bulan Mei 1945 yang menandai berakhirnya
Perang Dunia II di wilayah Eropa.
Citizen Soldiers-Tentara Sukarela: Tentara Amerika Serikat dari Pantai-pantai Normandia ke Bulge Sampai Menyerahnya Jerman, 7 Juni 1944-7 Mei 1945 (2004), karya Stephen E. Ambrose ini mengkaji mengenai peran tentara
sukarela Amerika Serikat dalam keterlibatannya pada Perang Dunia II di
wilayah Eropa dari pendaratannya di Normandia pada saat D-Day hingga
menyerahnya Jerman pada 7 Mei 1945. Tentara sukarela ini terlibat pertempuran
dengan pasukan Jerman dalam pertempuran Bulge. Selain itu, penulis juga
menggunakan buku Band of Brothers-Ikatan Persaudaraan Persaudaraan:
Kompi E, Resimen 506, Lintas Udara 101 dari Normandia sampai ke Sarang Hitler (2007), karya Stephen E. Ambrose. Buku ini menjelaskan mengenai
kesaksian para veteran tentara perang pasukan Amerika Serikat Kompi E,
Resimen 506, Lintas Udara (Airborne) 101 yang terlibat langsung dalam
berbagai pertempuran di Eropa Barat pada saat berlangsungnya Perang Dunia II
dari pendaratan di Normandia hingga menyerahnya Jerman pada bulan Mei
1945. Penulis menggunakan pula buku karya B. G. Wallace yang berjudul
Patton and His Third Army (1951) dan buku karya M. Green dan G. Green yang
berjudul Patton and The Battle of Bulge (1999). Penulis menggunakan ini untuk
melihat bagaimana sudut pandang tentara Amerika Serikat ketika terlibat dalam
pertempuran di Ardennes pada tahun 1944 tersebut.
Against All Odds: The Story of the 106th Infantry Division in the Battle of the Bulge (1998), sebuah tesis oleh Joseph Martin Giarrusso ini mendeskripsikan
pengalaman Divisi 106 Amerika Serikat yang terlibat dalam pertempuran di
Ardennes dan pengalaman beberapa pasukannya yang menjadi tahanan perang
Jerman saat berlangsungnya pertempuran di Ardennes tersebut. The Attack Will
Go On The 317th Infantry Regiment In World War II (2003), sebuah tesis oleh
Dean James Dominique mendeskripsikan mengenai pasukan infanteri Amerika
Serikat Resimen 317 yang merupakan bagian dari Divisi Infanteri 80. Dalam
29
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penting di Eropa pada masa Perang Dunia II sejak pertempurannya di Nancy
pada Agustus 1944 hingga unit ini dinonaktifkan pada Januari 1946, sesudah
Perang Dunia II berakhir.
Beginning Of The End: The Leadership Of SS Obersturmbanfuhrer Jochen Peiper (2004), sebuah tesis oleh Major Han Bouwenmeester ini menjelaskan
peran pemimpin divisi pasukan SS Obersturmbanfuhrer, Jochen Peiper yang
terkenal karena reputasinya dalam memimpin sebuah penyerangan ofensif pada
pertempuran Bulge di Ardennes tahun 1944. Bodenplatte The Luftwaffe’s Last Hope The Attack on Allied Airfields New Year’s Day 1945 (2004), karya John Manrho dan Ron Putz menjelaskan secara terpisah mengenai peran Luftwaffe,
angkatan udara Jerman dalam operasi Bodenplatte. Bagian dalam buku ini juga
terdapat peran Luftwaffe ketika terjadinya serangan ofensif Jerman di Ardennes
pada tahun 1944. Kedua sumber ini penulis jadikan sebagai sumber untuk
mengetahui sudut pandang Jerman dalam pertempuran di Ardennes pada tahun
1944 ini. Selain itu, penulis juga menggunakan buku yang berjudul Das Panzer:
Strategi dan Taktik Baja Jerman 1939-1945 (2007) karya Fernando Rahadian
Srivanto untuk mengetahui bagaimana strategi dan taktik lapis baja Jerman pada
saat Perang Dunia II. Buku ini membahas peranan panzer dengan penerapan
konsep blitzkrieg dan berbagai kendaraan lapis baja yang digunakan Jerman
dalam menghadapi musuh-musuhnya.
Airpower in the Battle of The Bulge: A Case for Effects-Based Operations
(2001) oleh Harold R. Winton dalam Journal of Military And Strategis Studies
mengkaji mengenai peran kekuatan militer udara dalam pertempuran di
Ardennes yang dapat mengubah keadaan pertempuran begitu cepatnya. The
Ardennes: The Battle of Bulge: Winter Defense and Counterattack (1986) dalam
publikasi departemen CSI Battlebook secara khusus dalam publikasi ini lebih
terfokus mengenai pertempuran antara tentara Amerika Serikat Divisi Infanteri
ke-4 dengan pasukan Jerman Divisi Volksgrenadier ke-212 dalam pertempuran
Bulge dari 16 Desember 1944 - 3 Januari 1945. Kemudian penulis juga
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bastogne (2004) yang mengkaji mengenai pertempuran di salah satu wilayah
Ardennes, yaitu Bastogne pada tahun 1944.
Penulis juga menggunakan buku European Dictatorship 1918-1945 (2000),
karya Stephen J. Lee. Buku ini menjelaskan mengenai kebijakan-kebijakan yang
diambil oleh diktator negara-negara Eropa dalam kurun waktu 1918-1945,
seperti Adolf Hitler di Jerman dan Benito Musollini di Italia yang
mempengaruhi kebijakan dan strategi perang negara-negara pihak Poros dalam
Perang Dunia II. Penulis juga menggunakan buku Sedjarah Perkembangan
Perang dari Zaman Klasik-Modern (1971) karya Arief Iskandar yang membahas
mengenai proses perkembangan perang dari zaman klasik (Perang bangsa Mesir
Purba) hingga zaman modern (Perang Vietnam). Buku ini membagi
perkembangan-perkembangan yang terjadi dalam perang menjadi empat bagian,
yaitu perang sebelum modern, awal perang modern, perang-perang total, dan
perang-perang terbatas. Buku berjudul Strategy and Tactics Tank Warfare
(2001) karya C. Jorgensen dan C. Mann berisi mengenai perkembangan strategi
dan taktik serta peran tank dalam peperangan dari Perang Dunia I hingga tahun
2000.
Setelah semua sumber diperoleh selanjutnya penulis membaca, memahami,
mengkaji, dan membandingkan antara sumber yang satu dengan yang lainnya.
Hal ini dilakukan agar penulis memperoleh pemahaman yang benar-benar jelas
dan rinci. Selain itu, hal tersebut juga bertujuan agar penulis menjadi lebih
mudah di dalam proses penulisan skripsi ini.
3.2.2 Kritik Sumber
Pada tahap ini penulis melakukan upaya penilaian dan mengkritik
sumber-sumber yang ditemukan, baik dari buku, tesis, jurnal, internet, maupun sumber-sumber
tertulis lainnya yang relevan dengan bahasan yang dikaji. Sumber-sumber ini
dipilih melalui kritik eksternal, yaitu cara pengujian dari aspek-aspek luar dari
sumber sejarah tersebut yang digunakan, dan menggunakan kritik internal, yaitu
pengkajian terhadap isi dari sumber sejarah tersebut.
31
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kritik eksternal adalah cara untuk menilai keaslian sumber yang didapat
oleh penulis. Menurut Sjamsuddin (2007: 134) kritik eksternal harus
menegakkan fakta dari kesaksian bahwa kesaksian benar-benar diberikan oleh
orang yang bersangkutan pada waktu itu (authenticity), telah bertahan tanpa ada
perubahan (uncorupted), tanpa ada suatu tambahan-tambahan atau
penghilangan-penghilangan yang substansial (integrity).
Kritik eksternal terhadap sumber tertulis bertujuan untuk menilai kelayakan
sumber sebelum mengkaji isi sumbernya itu sendiri dari aspek luar. Penulis
merasa sulit untuk melakukan kritik eksternal karena sebagian besar
sumber-sumber yang penulis dapatkan merupakan sumber-sumber sekunder dikarenakan karena
keterbatasan dana yang menjadi kendala penulis untuk mendapatkan sumber
primer. Oleh karena itu, penulis tidak melakukan kritik eksternal dalam
penelitan skripsi ini.
3.2.2.2 Kritik Internal
Kritik internal merupakan kebalikan dari kritik eksternal. Pada tahap ini
penulis membaca seluruh sumber-sumber yang yang telah diperoleh pada tahap
heuristik, melakukan penilaian terhadap sumber-sumber, dan kemudian
dibandingkan dengan sumber-sumber lainnya yang didapat penulis. Menurut
Sjamsuddin (2007: 143) kritik internal menekankan aspek “dalam”, yaitu isi dari
sumber kesaksian (testimoni).
Dalam hal ini penulis melakukan kaji banding terhadap isi buku yang ditulis
oleh B. G. Wallace yang berjudul Patton And His Third Army (1951) dengan
buku yang ditulis oleh P. K. Ojong yang berjudul Perang Eropa Jilid III (2008).
Penulis menemukan dalam buku B. G. Wallace bahwa rencana Von Rundstedt
dalam melakukan serangan di Ardennes pada tahun 1944 ini adalah untuk
menguasai Liege dan Antwerpen, pelabuhan yang dijadikan suplai logistik untuk
pihak Sekutu. Sedangkan dalam buku yang ditulis oleh P.K Ojong menyebutkan
bahwa Jerman berencana menyeberangi sungai Meuse dan dengan sekali pukul
terus menerjang sampai Antwerpen. Setelah melakukan kaji banding terhadap
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
rencana Jerman di Ardennes pada tahun 1944 adalah sama, yaitu untuk
menguasai Antwerpen sebagai pelabuhan yang menjadi pasokan logistik bagi
pasukan Sekutu. Kota Liege sendiri yang disebutkan oleh B. G. Wallace ternyata
letaknya berdekatan dengan sungai Meuse seperti yang disebutkan oleh P. K
Ojong. Ini semua mempunyai maksud yang sama dengan tujuan Jerman dalam
pertempuran di Ardennes pada tahun 1944 ini yang akan penulis bahas dalam
penulisan skripsi ini, sehingga penulis dapat menggunakan kedua sumber
tersebut dalam penelitian skripsi ini.
3.2.3 Penafsiran Sumber (Interpretasi)
Interpretasi merupakan penafsiran terhadap fakta-fakta yang penulis
dapatkan dari sumber-sumber sehingga tercipta penafsiran yang relevan dengan
permasalahan yang dikaji oleh penulis. Menurut Gottschalk (1986: 23-24)
“penafsiran sejarah itu mempunyai tiga aspek penting, yaitu analitis-kritis, historis-substantif, dan sosial-budaya”. Aspek analitis-kritis menganalisis
struktur internal, pola-pola hubungan antara fakta yang satu dengan fakta
lainnya, dan gerak dinamika dalam sejarah. Historis-substantif menyajikan suatu
uraian dengan dukungan fakta yang cukup sebagai ilustrasi suatu perkembangan.
Sedangkan yang terakhir aspek sosial-budaya lebih memperhatikan menifestasi
insani dalam interaksi dan hubungan sosial-budaya.
Penulis menggunakan pemikiran sejarah yang deterministik dalam
melakukan penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah. Pemikiran sejarah yang
deterministik ini menolak semua penyebab yang berdasarkan kebebasan manusia
dalam menentukan dan mengambil keputusan sendiri. Pemikiran ini lebih
berpendapat bahwa sebenarnya manusia ditentukan oleh kekuatan yang berada
di luar dirinya seperti yang diungkapkan oleh Romein dan Lucey dalam
Sjamsuddin (2007: 163) bahwa “tenaga-tenaga atau kekuatan yang berada di
luar diri manusia berasal dari dunia fisik seperti faktor-faktor geografi, etnologi,
faktor-faktor dalam lingkungan sosial budaya manusia seperti sistem ekonomi
33
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam bentuk-bentuk pemikiran sejarah deterministik tersebut, penulis
menggunakan penafsiran sintesis. Penafsiran ini mencoba untuk
menggabungkan semua faktor yang menjadi penggerak sejarah. Menurut Barnes
yang dikutip oleh Sjamsuddin (2007: 170) mengatakan bahwa “...dalam
penafsiran sintesis tidak ada satu kategori „sebab-sebab‟ tunggal yang cukup
untuk menjelaskan semua fase dan periode perkembangan sejarah”. Manusia
tetap menjadi peran utama, namun perkembangan dan jalannya sejarah
digerakkan oleh berbagai faktor dan tenaga bersama-sama. Penggunaan
pemilihan sintesis dilakukan karena pertempuran Bulge ini tidak lepas dari
faktor-faktor pendorong lain, seperti misalnya politik Lebensraum yang
dijalankan oleh Jerman pada saat itu.
3.2.3.1Pendekatan
Penulis menggunakan pendekatan interdisipliner dalam melakukan
interpretasi. Pendekatan ini menggunakan bantuan dari berbagai disiplin ilmu
yang serumpun, yaitu ilmu-ilmu sosial. Penggunaan ilmu bantu ini dimaksudkan
untuk mempertajam hasil analisis. Dalam pendekatan interdisipliner ini penulis
menggunakan ilmu bantu, berupa ilmu politik dan sosiologi. Ilmu politik yang
penulis gunakan antara lain teori perang, teori pertempuran, dan teori geopolitik.
Sedangkan ilmu sosiologi yang digunakan adalah teori konflik.
3.2.4 Historiografi
Historiografi adalah “pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa
yang terjadi pada waktu yang lalu” (Ismaun, 2005: 28). Tahap ini merupakan
tahap terakhir dari penelitian yang memaparkan dan melaporkan seluruh hasil
penelitian dalam bentuk tulis ilmiah. Sjamsuddin (2007: 156) mengatakan
bahwa “historiografi adalah penulisan yang utuh berupa suatu sintesis hasil
penelitian atau penemuan sejarah”. Bukan hanya keterampilan teknis
penggunaan kutipan dan catatan, akan tetapi dengan penggunaan pikiran-pikiran
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Historiografi merupakan penulisan sejarah yang telah menggunakan
langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang sesuai dengan metodologi
penelitian. Pada tahap terakhir ini seluruh hasil penelitian dituangkan oleh
penulis dalam sebuah tulisan yang ilmiah dan sesuai kaidah keilmuan. Tahap
historiografi ini pula akan peneliti laporkan dalam sebuah tulisan berbentuk
skripsi dan disusun berdasarkan pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku
di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) 2013.
3.3 Laporan Penelitian
Berdasarkan ketentuan penulisan karya ilmiah di lingkungan UPI, maka
sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Pendahuluan berisi latar belakang masalah penelitian. Bab ini disertai
mengenai ketertarikan penulis dalam memilih permasalahan yang diangkat
mengenai ofensif Jerman di Ardennes pada tahun 1944. Untuk memperinci dan
membatasi masalah agar fokus maka dicantumkan perumusan masalah dan
pembatasan masalah sehingga permasalahan dapat dikaji dalam penulisan
skripsi. Pada bagian akhir dari bab ini akan dimuat mengenai struktur organisasi
skripsi yang akan menjadi kerangka dan pedoman di dalam penyusunan skripsi
ini.
2. Bab II Landasan Teori
Bab ini berisi mengenai teori-teori yang digunakan penulis untuk mengkaji
sesuai dengan topik yang diteliti mengenai ofensif Jerman di Ardennes pada
tahun 1944. Teori-teori yang digunakan berasal dari ilmu politik dan sosiologi,
yaitu teori perang, teori konflik, teori geopolitik, dan teori pertempuran.
Penggunaan landasan teori diperlukan agar penulisan dalam skripsi ini tidak
hanya bersifat naratif, melainkan berdasarkan analisis yang akan memperjelas
suatu peristiwa historis untuk peningkatan mutu historiografi.
35
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada bab ini diuraikan mengenai kegiatan-kegiatan dan cara-cara yang
dilakukan dalam penelitian skripsi. Metode yang digunakan adalah metode
penelitian sejarah. Langkah-langkah penelitiannya meliputi heuristik atau proses
pengumpulan sumber, kritik terhadap sumber yang telah dikumpulkan,
interpretasi sumber, hingga ke tahap penulisan atau historiografi. Setiap
langkah-langkah tersebut nantinya akan dijelaskan lebih rinci lagi. Metode yang
digunakan adalah metode historis dan teknik yang digunakan adalah studi
literatur.
4. Bab IV Pembahasan
Bab ini merupakan pembahasan dari penelitian sebagai jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada rumusan dan pembatasan masalah.
Akan dijelaskan pada bab ini mengapa Jerman mengalami kegagalan dalam
melakukan ofensif terhadap Sekutu di Ardennes pada tahun 1944. Kemudian
pembahasan dimulai dengan apa latar belakang Jerman melakukan ofensif di
Ardennes, bagaimana perbedaan strategi antara ofensif Jerman pada tahun 1940
dengan ofensif Jerman di Ardennes pada tahun 1944, bagaimana kesenjangan
antara perencanaan dengan realita Jerman ketika melakukan ofensif di Ardennes
pada tahun 1944, dan bagaimana dampak atas kegagalan Jerman dalam
melakukan ofensif terhadap Sekutu di Ardennes pada tahun 1944.
5. Bab IV Kesimpulan
Bab ini merupakan bab terakhir dari rangkaian penulisan skripsi ini. Bab ini
mengemukakan kesimpulan sebagai hasil dari pembahasan atas pertanyaan
penelitian. Pada bab ini terdapat penafsiran penulis dari hasil analisis dan
temuan yang didapatkan mengenai kegagalan ofensif Jerman di Ardennes pada
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5.1Kesimpulan
Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi yang berjudul
“Pertempuran Bulge: Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman di
Ardennes Pada Tahun 1944”. Kesimpulan tersebut merujuk pada jawaban atas
permasalahan penelitian yang telah ditemukakan oleh penulis pada bab
sebelumnya. Terdapat empat hal yang penulis simpulkan berdasarkan
permasalahan yang dibahas, yaitu:
Pertama, ofensif Jerman di Ardennes pada tahun 1944 dilatarbelakangi oleh
situasi perang di front Eropa Barat pada awal Desember 1944. Semenjak
pendaratan pasukan Sekutu Barat di Normandia pada awal Juni 1944, Jerman
terus mundur dalam berbagai pertempuran hingga terdesak sampai ke perbatasan
negara Jerman dekat Siegfried Line. Namun ketika Sekutu Barat mendekati tapal
batas Jerman, Sekutu mengalami masalah kendala mengenai jalur logistik yang
panjang dari wilayah Perancis hingga Ardennes. Selain itu, panjangngnya garis
depan Sekutu Barat membuat Eisenhower selaku Supreme Commander dari
pihak Sekutu Barat harus menyebarkan tentaranya dari utara di Nijmegen hingga
Strasbourg di sebelah selatan, sehingga beberapa wilayah dijaga secara tipis.
Wilayah yang dijaga secara tipis tersebut adalah wilayah di pegunungan
Ardennes karena dianggap pegunungan Ardennes ini tidak cocok untuk dijadikan
medan pertempuran dengan menggunakan lapis baja. Hitler dengan segera
melakukan inisiatif strategis dengan melihat front pertempuran yang sedang
berlangsung di front Eropa Barat. Dipilihnya wilayah Ardennes untuk melakukan
ofensif selain disebabkan oleh tipisnya pertahanan Sekutu Barat di wilayah
tersebut, juga disebabkan untuk memotivasi dan menaikkan semangat pasukan
Jerman karena pada tahun 1940 Jerman berhasil melakukan ofensif ke Perancis
85
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tersebut dengan melakukan ofensif kembali di wilayah Ardennes pada tanggal 16
Desember 1944 terhadap garis depan Sekutu Barat yang dijaga secara tipis.
Kedua, perbedaan strategi antara ofensif Jerman pada tahun 1940 dengan
ofensif Jerman di Ardennes pada tahun 1944 adalah ruang wilayah yang
dijadikan titik awal serangan. Pada tahun 1940, Jerman menyerang melalui dua
wilayah yang berbeda, yaitu melalui pegunungan Ardennes dan wilayah utara
Belanda. Hal tersebut dilakukan untuk mengecoh pasukan gabungan
Inggris-Perancis menuju utara. Tujuan dari ofensif Jerman di Ardennes pada tahun 1940
adalah mengepung pasukan gabungan Perancis-Inggris yang terkecoh menuju
Belanda. Sedangkan pada tahun 1944, Jerman lebih fokus memusatkan wilayah
ofensifnya di pegunungan Ardennes. Hal ini disebabkan karena Jerman
kekurangan pasukan karena terlibat pertempuran di dua front. Situasi pada tahun
1944 cukup berbeda dengan tahun 1940 dengan dikepungnya Jerman dari arah
utara dan selatan dari wilayah Ardennes oleh pasukan Sekutu Barat, sehingga
tidak ada cara lain bagi Jerman apabila ingin melakukan sebuah ofensif di front
Eropa Barat maka wilayah yang dijaga tipis oleh Sekutu Barat adalah wilayah
Ardennes. Tujuan dari ofensif Jerman di Ardennes pada tahun 1944 adalah untuk
menyeberangi sungai Meuse dan kemudian maju terus hingga Antwerpen yang
merupakan pelabuhan pasokan logistik bagi Sekutu.
Ketiga, tujuan Jerman dalam ofensif di Ardennes ini adalah menyeberangi
sungai Meuse, merebut Antwerpen, dan kemudian mengepung pasukan Sekutu
Barat yang berada di sebelah utara Ardennes. Sungai Meuse yang dijadikan
patokan dalam ofensif ini tidak dapat dikuasai oleh Jerman karena kekurangan
pasokan bahan bakar bagi kendaraan lapis baja yang digunakan untuk terus
melaju melakukan ofensif. Kegagalan Jerman dalam menyeberangi sungai Meuse
membuat tujuan lain tidak dapat terlaksana walaupun serangan Jerman ini
membuat wilayah yang dikuasai Jerman mendadak seperti sebuah tonjolan
(bulge) sehingga pihak Sekutu Barat harus mundur dari posisi awalnya pada
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalan menguasai jalan-jalan yang vital dalam jalur ofensifnya, seperti jalan di St.
Vith dan Bastogne.
Keempat, dampak bagi Jerman dalam kegagalan ofensif di Ardennes pada
tahun 1944 ini adalah tidak adanya cadangan tentara untuk mempertahankan
wilayah Jerman dari dua front bersamaan. Kerugian Jerman tidak hanya dari
jumlah personel, tetapi juga dari bentuk panzer, artileri, pesawat terbang, bahan
bakar kendaraan, dan logistik makanan. Kerugian-kerugian tersebut menjadi
masalah yang vital bagi Jerman karena Jerman kesulitan untuk mendapatkan
pengganti atas kerugian-kerugian tersebut. Kegagalan ini juga berdampak pada
hal politik bagi Jerman. Keputusan Hitler untuk mengosongkan front Eropa
Timur untuk dipindahkan ke front Eropa Barat menghancurkan kekuatan Jerman
yang kosong di front Eropa Timur karena tanggal 12 Januari 1945 tentara Uni
Soviet menyerbu wilayah Jerman bagian timur dan Eropa Tengah yang
merupakan awal dari penyebaran pengaruh komunis untuk beberapa puluh tahun
ke depan di wilayah tersebut. Bagi Sekutu Barat, dampak dari pertempuran Bulge
ini adalah Sekutu Barat mengalami kerugian sehingga kekuatan Sekutu Barat
menurun sepuluh persen untuk di wilayah front Eropa Barat. Kerugian yang
dialami oleh Sekutu Barat di Ardennes tersebut mengakibatkan Sekutu harus
menunda serangannya ke wilayah Jerman selama enam minggu untuk
memulihkan kekuatan. Tertundanya serangan Sekutu Barat ke wilayah Jerman
tersebut memunculkan dampak dari aspek politik. Pada bulan Januari 1945 Uni
Soviet memulai ofensif musim seminya menuju wilayah Jerman bagian timur dan
Eropa Tengah dengan sukses karena Jerman kekurangan tenaga akibat
pertempuran sebelumnya di Ardennes. Kesuksesan Uni Soviet tersebut membuat
posisinya kuat di Konferensi Yalta pada bulan Februari 1945.
5.2Saran dan Rekomendasi
Penulisan skripsi yang dikaji oleh penulis mengenai pertempuran Bulge
hanya merupakan rangkaian kecil dari peristiwa Perang Dunia II, khususnya
87
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ardennes pada tahun 1944 semoga bermanfaat untuk menambah wawasan
pembaca mengenai peristiwa Perang Dunia II serta memperkaya pengetahuan
mengenai sejarah Eropa. Pertempuran Bulge juga dapat dijadikan referensi bagi
siapapun, khusus bagi pengajar dalam dunia pendidikan karena kajian ini terdapat
dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) di Sekolah
Menengah Atas (SMA). Kajian ini dapat dimasukkan ke dalam SK dan KD kelas
XII program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), yaitu SK 3. Menganalisis
perkembangan sejarah dunia sejak Perang Dunia II sampai dengan perkembangan
mutakhir, serta KD 3.1 Menganalisis perkembangan sejarah dunia dan posisi
Indonesia di tengah perubahan politik dan ekonomi internasional setelah Perang
Dunia II sampai dengan berakhirnya Perang Dingin. Di Kurikulum 2013, kajian
ini terdapat dalam KD 3.6. Menganalisis pengaruh PD I dan PD II terhadap
kehidupan politik, sosial-ekonomi, dan hubungan internasional (LBB, PBB),
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Abdurahman, D. (2007). Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Ambrose, S. E. (2004). Citizen Soldiers-Tentara Sukarela: Tentara Amerika
Serikat dari Pantai-pantai Normandia ke Bulge sampai Menyerahnya Jerman, 7 Juni 1944-7 Mei 1945. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Ambrose, S. E. (2007). Band of Brothers-Ikatan Persaudaraan: Kompi E,
Resimen 506, Lintas Udara 101 dari Normandia sampai ke Sarang Hitler.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Daldjoeni, N. (1991). Dasar-Dasar Geografi Politik. Bandung: Citra Aditya Bakti
Djatikoesoemo, G. P. H. (1956). Hukum Internasional Bagian Perang. Jakarta: N.V. Pemandangan
Eisenhower, Dwight. D. (1968). Perang Salib di Eropah. Terjemahan Notosusanto. Jakarta: Yayasan Dana Buku Indonesia
Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Notosusanto. Jakarta: Yayasan Penerbit UI.
Green, M dan Green, G. (1999). Patton and The Battle of Bulge. Osceola: MBI Publishing Company
Hidayat, I dan Mardiyono. (1983). Geopolitik. Surabaya: Usaha Nasional.
Howard, Michael. (1993). Clausewitz: Mahaguru Strategi Perang Modern. Jakarta: PT. Pusaka Utama Grafiti.
Iskandar, Arief. (1971). Sedjarah Perkembangan Perang dari Zaman
Klasik-Modern. Jakarta: Pusat Sedjarah ABRI.
Ismaun. (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung: Historia Utama Press
Jomini, Henri de. (2008). The Art of War: Restored Edition. John Allen Price. Kingston Ontario: Legacy Books Press Classic
89
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lanza, C. H. (2010). Napoleon dan Strategi Perang Modern. Jakarta: Komunitas Bambu
Lee, S. J. (2000). European Dictatorship 1918-1945. London: Routledge.
Manrho, J dan Ron Putz. (2004). Bodenplatte The Luftwaffe’s Last Hope The
Attack on Allied Airfields New Year’s Day 194. Crowborough: Hikoki Publication Limited.
Morgenthau, H. J. (1954). Politics Among Nations. New York: Alfred A. Knopf, Inc
Ojong, P. K. (2005). Perang Eropa Jilid I. Jakarta: Buku Kompas.
Ojong, P. K. (2008). Perang Eropa Jilid III. Jakarta: Buku Kompas.
Raho, Bernard. (2007). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Pustakakarya
Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. (2010). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.
Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Srivanto, F. R. (2007). Das Panzer: Strategi dan Taktik Lapis Baja Jerman. Yogyakarta: Narasi
Strachan, H. (1985). European Armies and The Conduct of War. London: Bern Convention
Supardan, D. (2011). Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
UPI. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Wallace, B. G. (1951). Patton And His Third Army. Harrisburg: Military Service Publishing Company
Zaloga, S.J. (2004). Battle Of Bulge 1944 (2) Bastogne. Oxford: Osprey Publishing
Sumber Jurnal:
Winton, H. R. (2001). “Airpower in the Battle of the Bulge: A Case for Effects
Based Operations”. Journal of Military and Strategic Studies. 14, (1),
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumber Publikasi Departemen:
CSI Battlebook. (1986). The Ardennes: The Battle of The Bulge: Winter Defense
and Counterattack. Kansas: Combat Studies Institute Fort Leavenworth.
Sumber Tesis:
Bouwmeester, H. (2004). Beginning Of The End: The Leadership Of SS
Obersturmbanfuhrer Jochen Peiper. Tesis pada Faculty of The U.S Army
Command and General Staff College di University Of Amsterdam: Kansas, Fort Leavonwerth.
Dominique, D. J. (2003). The Attack Will Go On The 317th Infantry Regiment In
World War II. Tesis pada Graduate Faculty of the Louisiana State
University and Agriculture and Mechanical College: tidak diterbitkan.
Giarusso, J. M. (1998). Against All Odds: The Story of The 106th Infantry
Division in The Battle of The Bulge. Tesis pada Fakultas Sejarah San Jose
State University: Tidak Diterbitkan.
Sumber Internet:
Axis and Allies. (2014). Battle of The Bulge History [Online]. Tersedia: www.axisandallies.org/wp-content/.../battle-of-the bulge_history.pdf.
[Diakses 14 Mei 2014].
Britannica. (2014). Brigadier General Dwight Eisenhower [Online]. Tersedia: http://www.britannica.com/EBchecked/media/74169/Brigadier-General-Dwight-D-Eisenhower-1941-42. [Diakses 2 Mei 2014].
Britannica. (2014). George S Patton [Online]. Tersedia: http://www.britannica.com/EBchecked/media/13390/George-S-Patton-1945. [Diakses 2 Mei 2014].
Defense Gov. (2014). Battle of The Bulge [Online]. Tersedia: http://www.defense.gov/home/specials/bulge/. [2 Mei 2014]
Schewe Panzer. (2014). Erich Bradenberger [Online]. Tersedia: http://schwerpanzerabt.narod.ru/GerGeneralbIFOTOButpuHa.html.
91
Mochammad Iqbal Rafsanjani, 2014
Pertempuran Bulge : Kajian Mengenai Kegagalan Ofensif Militer Jerman Di Ardennes Pada Tahun 1944
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
United States Army Center of Military History. (2013). The Ardennes: 15
December 1944 [Online]. Tersedia:
http://ww2db.com/image.php?image_id=6892. [Diakses 3 Mei 2014].
Wehrmacht-Award. (2014). Walter Model [Online]. Tersedia: http://www.wehrmacht-awards.com/forums/showthread.php?t=584785