MANUSIA PERAHU
(Kajian Historis Terhadap Kehidupan Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah
Oleh
Omet Rasyidi 1006027
DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
MANUSIA PERAHU: KAJIAN HISTORIS TERHADAP PENGUNGSI VIETNAM DI PULAU GALANG 1979-1996
Oleh Omet Rasyidi
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
@Omet Rasyidi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2014
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang.
Skripsi tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
OMET RASYIDI
MANUSIA PERAHU: KAJIAN HISTORIS TERHADAP KEHIDUPAN PENGUNGSI VIETNAM DI PULAU GALANG 1979-1996
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Wawan Darmawan S.Pd., M. Hum NIP. 19710101 199903 1 003
Pembimbing II
Drs. Ayi Budi Santoso M.Si NIP. 19630311 198901 1 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI
Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd
Omet Rasyidi, 2014
Manusia perahu
(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Metode Penelitian ... 7
1.5 Manfaat Penelitian ... 8
1.6 Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 11
2.1 Perang ... 11
2.2 Manusia Perahu ... 13
2.3 Pengungsi Vietnam ... 14
2.4 Politik Luar Negeri ... 16
2.5 Teori Geostrategi dan Geopolitik Indonesia ... 18
2.6 Teori Konflik Ralf Dahrendorf ... 20
2.7 Penelitian Terdahulu ... 23
2.7.1 Penelitian dalam Bentuk Skripsi ... 23
2.7.2 Artikel Jurnal yang Membahas Pengungsi Vietnam ... 25
2.7.3 Buku-Buku yang Membahas Mengenai Pengungsi Vietnam ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
3.1 Persiapan Penelitian ... 32
3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian ... 32
3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... 33
Omet Rasyidi, 2014
Manusia perahu
(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.2 Pelaksanaan Penelitian ... 35
3.2.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik) ... 35
3.2.2 Kritik Sumber ... 38
3.2.2.1 Kritik Eksternal ... 38
3.2.2.2 Kritik Internal ... 40
3.2.3 Penafsiran Sumber (Interpretasi) ... 41
3.2.4 Historiografi ... 42
3.3 Laporan Hasil Penelitian ... 43
BAB IV KEHIDUPAN PENGUNGSI VIETNAM DI PULAU GALANG 1979-1996 ... 45
4.1 Latarbelakang Munculnya Manusia Perahu ... 45
4.1.1 Perang Vietnam ... 45
4.1.2 Ekspansi Vietnam ke Kamboja ... 50
4.1.3 Migrasi Masyarakat Vietnam ... 52
4.2 Peran UNHCR dan Indonesia Dalam Menanggulangi Masalah Manusia Perahu Vietnam ... 54
4.2.1 UNHCR Dalam Penyelesaian Masalah Manusia Perahu Vietnam ... 56
4.2.2 Peran Indonesia Dalam UNHCR ...60
4.3 Gambaran Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996... 71
4.3.1 Pulau Galang Sebagai Tempat Pengelolaan Pengungsi ... 72
4.3.2 Kehidupan Sosial ... 80
4.3.3 Kehidupan Ekonomi ... 92
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 97
5.1 Simpulan ... 97
5.2 Saran ... 98
DAFTAR PUSTAKA ... 101 LAMPIRAN
Omet Rasyidi, 2014
Manusia perahu
(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edui
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Manusia Perahu: Kajian Historis Terhadap Kehidupan Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996”. Masalah utama yang diangakat
dalam skripsi ini adalah “Bagaimana Keadaan Pengungsi Vietnam di Pulau Galang”. Dari masalah utama tersebut dibagi menjadi tiga pertanyaan penelitian, yaitu (1) Apa yang melatarbelakangi munculnya manusia perahu, (2) Bagaimana Peran dari UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) beserta Indonesia dalam Menyelesaikan Permasalahan Pengungsi Vietnam, (3) Bagaimana Gambaran Kehidupan Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996. Metode penelitian yang digunakan untuk mengkaji permasalahan tersebut dengan menggunakan metode historis yaitu pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Untuk memperdalam analisis, peneliti menggunakan pendekatan interdisipliner melalui kajian ilmu sosiologi dan politik dengan menggunakan konsep-konsep seperti politik luar negeri, pengungsi dan perang serta menggunakan teori geostrategi dan geopolitik Indonesia (Wawasan Nusantara) dan teori konflik Ralf Dahrendorf. Munculnya manusia perahu tidak terlepas dari perang yang terjadi di wilayah Indocina yaitu perang saudara antara Vietnam Utara dengan Vietnam Selatan serta dilanjutkan invasi Vietnam ke Kamboja yang menyebabkan ketidakamanan yang dirasakan oleh masyarakat Vietnam. Hal tersebut menjadi pemicu munculnya pengungsian masyarakat Vietnam ke beberapa negara Asia Tenggara. Munculnya pengungsi menjadi permasalahan yang harus ditangani dengan cepat karena arus pengungsi yang sudah semakin banyak, membuat negara-negara Asia Tenggara kewalahan dalam menangani permasalahan tersebut. Di sini UNHCR muncul untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan bekerja sama dengan negara-negara Asia Tenggara untuk memproses para pengungsi. Indonesia sebagai salah satu negara yang didatangi arus pengungsi mengambil langkah untuk menangani permasalahan manusia perahu dengan membentuk P3V (Penanggulangan dan Pengelolaan Pengungsi Vietnam). Tugas P3V ialah mencari pulau yang untuk memproses para pengungs dan dipilihlah Pulau Galang. Indonesia membantu meringankan beban manusia perahu Vietnam ini atas dasar kemanusiaan sebagai sesama negara yang berada di kawasan ASEAN. Kehidupan pengungsi masyarakat Vietnam d Pulau Galang tidak jauh berbeda dengan yang mereka jalani di Vietnam. Ketika Pulau Galang selesai dalam proses pembangunannya dimana terdapat fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan oleh para pengungsi seperti tempat ibadah, olahraga, keterampilan, pendidikan dan lain-lain. Selama berada di Pulau Galang, tempat tinggal mereka ialah yang berbentuk rumah panggung dan panjang. Fasilitas-fasilitas tersebut dibangun untuk menunjang kehidupan para pengungsi. Adapun dalam bidang ekonomi, para pengungsi menggunakan sistem barter untuk menukar barang baik itu dengan sesama pengungsi ataupun penduduk asli Pulau Galang. Untuk mendukung kegiatan ekonomi tersebut, muncul inisiatif dari pengungsi untuk membangun pasar sederhana untuk menambah uang saku ataupun menghabiskan waktu sebelum dikirim ke negara ketiga.
Omet Rasyidi, 2014
Manusia perahu
(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.eduii
ABSTRACT
This research entitled "The Boat: Historical Studies about Refugee Life in Galang Island Vietnam 1979-1996". The main issues that were raised in this research is "How the Vietnamese Refugee situation in Galang Island". From the main problem is divided into three research questions: (1) What is the background of the emergence of the boat people, (2) What is the Role of UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) and Indonesia in Vietnamese Refugee Problem Solving, (3) How Life Overview Vietnamese refugees in Galang Island from 1979 to 1996. The method used to assess these problems by using the historical method, namely the collection of sources, source criticism, interpretation and historiography. To deepen the analysis, the researchers used an interdisciplinary approach through the study of sociology and political science by using concepts such as foreign policy, refugees and war as well as the use of geo-strategic and geopolitical theory Indonesia (Archipelago) and Ralf Dahrendorf conflict theory. The emergence of the boat people is inseparable from the war in Indochina region, namely the civil war between North Vietnam to South Vietnam as well as the continued invasion of Vietnam to Cambodia which causes insecurity felt by the people of Vietnam. It became a trigger displacement of communities Vietnam to some Southeast Asian countries. The emergence of refugees into the problems that must be dealt with quickly because the flow of refugees has increased, making the Southeast Asian countries overwhelmed in dealing with these problems. Here UNHCR appears to overcome these problems by working with the countries of Southeast Asia to process refugees. Indonesia as one of the countries visited by the flow of refugees to take steps to address the problem of boat people by forming P3V (Prevention and Management of Vietnamese Refugees). P3V task is to find the island to process the refugee and chosen Galang Island. Indonesia to help ease the burden of these Vietnamese boat people on humanitarian grounds as fellow countries in the ASEAN region. D Vietnamese refugee community life Galang Island is not much different to the one they live in Vietnam. When finished Galang Island in the process of development where there are facilities that can be used by refugees as a place of worship, sports, skills, education and others. During their stay in Galang Island, where they lived was the stilt houses and long. These facilities are built to support the lives of the refugees. As in the economic field, the refugees use the barter system to exchange the items either by fellow refugees or natives Galang Island. To support the economic activity, emerging initiatives of refugees to build a simple market for pocket money or spend time before they are sent to a third country.
Omet Rasyidi, 2014
Manusia perahu
(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Negara Vietnam merupakan salah satu negara yang ada di Asia
Tenggara yang memiliki sejarah panjang dalam usaha meraih dan
mempertahankan kemerdekaannya. Sejarah panjang tersebut dimulai dari
upaya memperoleh kemerdekaan atas Perancis. Politik yang dijalankan oleh
Perancis itu mengakibatkan terjadinya perlawanan rakyat Vietnam untuk
mengusir Perancis dari wilayahnya. Namun perlawanan-perlawanan tersebut
dilakukan tanpa adanya kekompakan karena kejelian dari Perancis yang
melakukan politik divide and rule untuk memecah belah perlawanan serta
perjuangan merebut kemerekaan tersebut terpecah kedalam 2 kelompok besar
yaitu kelompok nasionalis dan kelompok komunis yang sulit untuk disatukan.
Namun pada perkembangan selanjutnya kelompok komunis lah yang menjadi
pemimpin gerakan kemerdekaan Vietnam (Sardiman, 1983: 7).
Dalam usaha untuk merebut kemerdekaan dari Perancis, maka
dibentuklah suatu organisasi yang merupakan wadah perjuangan bersama
sebagai Liga Kemerdekaan Vietnam yang disebut Viet Minh (Sardiman,
1983: 14). Organisasi tersebut tidak hanya bergerak dalam bidang
nasionalisme, namun juga berusaha untuk mengembangkan pengaruh
komunis. Namun organisasi tersebut lebih dikenal oleh rakyat karena
pemimpin gerakan ini yaitu Ho Chi Minh yang mengedepankan nasionalisme.
Vietnam berhasil mengusir dan memperoleh kemerdekaan dari Perancis
setelah benteng terkuat Perancis yaitu Dien Bien Phu berhasil dikuasai oleh
pasukan Viet Minh pada 7 Mei 1954. Pemimpin pasukan ini ialah Jenderal Vo
Nguyen Giap yang terkenal dengan taktik gerilyanya yang berhasil
memporak-porandakan pertahanan Perancis akibat serangan besar-besaran
permasalah di Korea dan Vietnam. Pertempuran terakhir ini memakan waktu
55 hari, 55 malam yang ditandai dengan kemenangan dari pihak Viet Minh.
Hasil dari Konferensi Jenewa membuat Ho Chi Minh selaku pemimpin
dari Viet Minh tidak setuju dengan adanya pembagian Vietnam menjadi dua
bagian yaitu Vietnam Utara (Republik Vietnam) dan Vietnam Selatan.
Pembagian tersebut membawa dampak kepada pertentangan ideologi serta
campur tangan asing. Hal tersebut memaksa Vietnam kembali menghadapi
situasi perang untuk mengusir intervensi asing yaitu dari RRC dan Uni Soviet
di Vietnam Utara karena sesama negara komunis serta Amerika Serikat di
Vietnam Selatan. Maka pecah lah perang saudara atau perang Vietnam yang
terjadi dari tahun 1957-1975 (Sudharmono, 2012: 190).
Hasil dari Konferensi Jenewa yang salah satunya yaitu akan
diadakannya pemilihan umum untuk memilih pemimpin yang berkuasa atas
Vietnam. Namun sampai tahun 1961, hal tersebut belum dapat direalisasikan
(Lee, 1961: 136). Hal tersebut memicu terjadinya pemberontakan dari pihak
Ho Chi Minh yang beranggapan bahwa apabila Vietnam belum bersatu,
berarti Vietnam belum merdeka.
Perang Vietnam yang terjadi antara tahun 1957-1975 dilatarbelakangi
adanya intervensi asing yaitu dari Amerika Serikat di Vietnam Selatan.
Dalam perang ini, Vietnam Utara dibantu oleh RRC dan Uni Soviet sebagai
sesama negara komunis. Setelah adanya dua kubu yang bereselisih tersebut,
di Vietnam Selatan muncul gerakan yang bernama Gerakan Front
Pembebasan Nasional Vietnam Selatan (FPNVS) atau yang biasa disebut Viet
Cong (Sardiman, 1983: 35). Gerakan ini bertujuan untuk melawan rezim
saigon yang dikuasai oleh Amerika Serikat untuk mewujudkan suatu
pemerintahan di Vietnam yang satu dan bebas dari intervensi asing. Dengan
begitu, Amerika Serikat terdesak karena harus berhadapan dengan Vietnam
Utara pimpinan Ho Chi Minh dan pasukan Viet Cong di Vietnam Selatan.
Akhirnya pada tahun 1975, peperangan pun berakhir ditandai dengan
isinya Amerika Serikat menyerah tanpa syarat dan Ho Chi Minh menguasai
seluruh Vietnam.
Namun berakhirnya perang tersebut tidak berarti menjadikan Vietnam
benar-benar aman. Dampak dari Perang Vietnam terasa setelah terjadinya
pergolakan di kalangan masyarakat Vietnam yang merasa kehidupan mereka
terancam, antara lain karena memburuknya situasi ekonomi sehingga hari
depan tidak menentu serta adanya re-edukasi (semacam indoktrinasi) oleh
pihak yang menang dan rasa ketakutan karena bekerja sama dengan rezim
Vietnam Selatan (Ismayawati, 2013: 1). Sedangkan menurut Ricklefs (2008:
653) dampak setelah Perang Vietnam ialah adanya invasi Vietnam kepada
Kamboja. Hal tersebut bertujuan untuk menyebarluaskan pengaruh komunis
Vietnam serta adanya permintaan dari penguasa Kamboja untuk
menggulingkan pemerintahan Pol Pot yang pada saat itu berkuasa atas
Kamboja. Hal itu menyebabkan terjadinya arus pengungsian ke
wilayah-wilayah Asia Tenggara.
Orang Vietnam yang melakukan pengungsian, selain rasa ketakutan
akan keselamatan mereka yang terancam, mereka juga mengungsi untuk
mencari kehidupan yang lebih baik di negara lain. Dalam mewujudkan
keinginan mereka tersebut, para pengungsi menggunakan perahu yang
tersedia yang menimbulkan arus pengungsi Vietnam yang mengarah ke
negara Asia Tenggara seperti Filippina, Thailand, Malaysia, Singapura dan
Indonesia (Ismayawati, 2013: 2). Karena para pengungsi tersebut
menggunakan perahu sebagai alat transportasinya sehingga mereka lebih
dikenal dengan boat people (manusia perahu).
Awal kedatangan dari para pengungsi dari Vietnam ini mendapat
respon yang kurang baik dari beberapa negara di Asia Tenggara seperti
Thailand, Filippina, Malaysia, Singapura dan Indonesia sebelum UNHCR
sebagai badan PBB yang mengurusi masalah pengungsi. Hal tersebut terkadi
karena Vietnam merupakan negara komunis yang menginginkan
wilayah-wilayah sekitar khususnya Asia Tenggara berada dalam pengaruh komunis
negara-negara Asia Tenggara tersebut berkaitan dengan teori domino yang
dikemukakan oleh John Foster Dulles yang beranggapan bahwa kemenangan
komunis di Vietnam mau tidak mau menimbulkan kekhawatiran dari
negara-negara tetangga akan adanya ekspansi dari Vietnam untuk menyebarkan
pengaruh komunis (Moertopo, 1976: 311).
Namun, pada akhirnya negara-negara tersebut menerima para
pengungsi Vietnam karena semua beban dan biaya ditanggung oleh UNCHR
selaku badan PBB yang mengurusi masalah pengungsi (Ismayawati, 2013:
80). Status pengungsi Vietnam ini yaitu mendapat perlindungan dari UNHCR
dan kesempatan untuk dicari penyelesaian terhadap permasalahan pengungsi,
dikembalikan secara sukarela ke negara asal atau dikirim ke negara dunia
ketiga. Kebijakan UNHCR tersebut dilakukan untuk mengatasi situasi darurat
demi menyelamatkan manusia perahu dari negara-negara Asia Tenggara yang
kewalahan mengatasi permasalahan pengungsi Vietnam. Hal ini
menyebabkan UNHCR bekerja lama di Asia Tenggara dalam penyelesaian
masalah manusia perahu.
Khusus untuk Indonesia, dalam menangani permasalahan pengungsi
Vietnam, dihadapkan pada prinsip yang melihat suatu kerja sama regional
maupun internasional demi peningkatan ketahanan nasional dan ketahanan
regional, dan melalui kerja sama ini ikut menciptakan perdamaian dunia pada
umumnya dan perdamaian di Asia Tenggara pada khususnya yang disebut
ZOPFAN (Zone, of Peace Freedom and Neutrality) (Moertopo, 1976: 76).
Dari prinsip tersebut, jelas bahwa Indonesia menerima para pengungsi
Vietnam dan mengesampingkan permasalahan ideologi yang dibawa oleh
para pengungsi tersebut. Indonesia ingin menciptakan suatu perdamaian
khususnya di Asia Tenggara dan berusaha untuk menyelesaikan
permalasahan yang terjadi Vietnam yaitu invasi Vietnam ke Kamboja.
Usaha yang pertama dilakukan oleh Indonesia ialah mencari tempat
untuk penampungan para pengungsi Vietnam (Ismayawati, 2013: 15-16).
Syarat utama yang menjadi acuan dalam pemilihan tempat sementara untuk
ketiga, mudah memisahkan antara penduduk setempat dengan pengungsi dan
mudah dicapai untuk bantuan logistik demi kelancaran pembangunan kamp
pengungsi serta berdekatan dengan negara tetangga yang menerima
pengungsi seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Flipina. Pencarian itu
akhirnya menetapkan Pulau Galang yang merupakan suatu Pulau kosong
dengan sedikit penduduknya sebagai tempat tinggal untuk para pengungsi.
Penetapan Pulau Galang sebagai tempat penampungan karena telah
memenuhi persyaratan yaitu mudah untuk menyalurkan pengungsi ke negara
ketiga, cukup luas untuk menampung pendirian kamp pengungsi bagi
minimal 10.000 orang. Penduduknya pun sedikit sehingga mudah
memisahkan antara pengungsi dengan penduduk setempat. Pulau Galang
juga mempunyai akses yang mudah dicapai demi kelancaran pembangunan
kamp dan dukungan logistik pengungsi serta letak Pulau Galang yang
strategis yaitu berdekatan dengan negara tetangga yang juga menerima
pengungsi dari Vietnam ini. Sehingga Pulau Galang lah yang menjadi tempat
kamp pengungsian para pengungsi Vietnam tersebut.
Setelah apa yang dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan kebijakan
politiknya dalam ASEAN (ZOPFAN) dan politik bebas aktif yang berlaku
pada masa presiden Soeharto, yang menjadi pertanyaan dalam benak peneliti
dan menjadi ketertarikan peneliti adalah alasan mendasar mengapa Indonesia
bersedia menerima para pengungsi Vietnam yang merupkan negara komunis
serta langkah-langkah dari pemerintah Indonesia untuk menangani
permasalahan pengungsi Vietnam ini. Kemudian yang menjadi ketertarikan
selanjutnya adalah ketika para pengungsi diterima dan ditempatkan di pulau
khusus untuk penampungan pengunsi yaitu di Pulau Galang. Kemudian
bagaimana proses sosialisasi dan interaksi yang dilakukan antar sesama
pengungsi selama berada di kamp pengungsian serta bagimana proses
sosialisasi dan interaksi para pengungsi dengan penduduk setempat. Hal-hal
itulah yang menarik ketertarikan peneliti untuk meneliti lebih lanjut mengenai
dampak dari Perang Vietnam yang mengakibatkan pengungsian yang
Alasan peneliti memilih tahun 1979 untuk awal kajian penulisan ini
karena pada tahun tersebut merupakan awal dipusatkannya para pengungsi
yang sebelumnya tersebar di beberapa Pulau di Indonesia, kemudian
dipindahkan ke Pulau Galang. Kemudian pemilihan tahun 1996 sebagai akhir
kajian yaitu karena pada tahun 1996 tersebut Pulau Galang telah kosong dari
para pengungsi. Pengosongan Pulau Galang sesuai dengan sidang
Internasional di Jenewa yang menyebutkan bahwa pada tahun 1995 Pulau
Galang tersebut harus kosong, namun pada kenyataannya pada 1996 baru
dapat dikosongkan. Hal tersebut dikarenakan para pengungsi berkeinginan
untuk dikirim ke negara ketiga. Namun, dalam proses pengiriman pengungsi
ke negara ketiga tidak semua pengungsi memiliki kesempatan untuk dikirim.
Pengungsi yang dikirim ialah para pengungsi yang mengungsi dari negaranya
karena faktor politik bukan ekonomi. Hal tersebut menjadikan permasalahan
yang harus diselesaikan oleh pemerintah Indonesia. Akhirnya, pada tahun
1996 Pulau Galang akhirnya dapat dikosongkan.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di latar belakang, maka peneliti membuat
batasan masalah yaitu “Bagaimana keadaan pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996 ?”. Untuk memfokuskan permasalahan yang dikaji lebih
jelas dan terarah, maka peneliti mengkajinya dalam beberapa pokok
permasalan yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut.
1. Apa yang melatarbelakangi munculnya manusia perahu Vietnam ?
2. Bagaimana peran UNHCR (United Nation High Commissioner For
Refugee) termasuk Indonesia dalam menanggulangi permasalahan para
pengungsi Vietnam ?
3. Bagaimana gambaran kehidupan para pengungsi selama berada di camp
1.3Tujuan Penelitian
1. Untuk memperoleh informasi mengenai latar belakang munculnya
manusia perahu Vietnam yang memasuki negara-negara Asia Tenggara
termasuk Indonesia
2. Untuk mengkaji peran UNHCR termasuk Indonesia terhadap para
pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996
3. Untuk memperoleh informasi mengenai gambaran kehidupan para
pengungsi selama berada di camp pengungsian Pulau Galang
1.4Metode Penelitian
Dalam melakukan proses penelitian khususnya dalam penelitian
sejarah, peneliti menggunakan metode historis yaitu suatu proses pengkajian,
penjelasan dan penganalisaan secara kritis terhadap rekaman serta peninggalan
masa lampau (Sjamsuddin, 2007: 17-19). Adapun langkah-langkah yang
digunakan dalam melakukan penelitian sejarah ini terbagi menjadi empat
tahap, yaitu:
Tahapan pertama dalam penelitian ini adalah heuristik yaitu
pengumpulan sumber-sumber yang relevan dengan tema penelitian yang akan
diteliti baik itu berupa sumber primer maupun sumber sekunder.
Tahapan kedua adalah kritik. Kritik dalam metode historis ini ada dua
yaitu kritik intern dan kritik ekstern. Kritik eksternal merupakan upaya
melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber
sejarah (Sjamsuddin, 2007: 132). Dalam kritik eksternal ini juga menilai
kelayakan dari sumber-sumber yang telah ditemukan sebagai bahan acuan
dalam penulisan skripsi. Kritik eksternal juga dilakukan klasifikasi terhadap
buku-buku yang digunakan baik itu dari segi latar belakang penulis buku,
penerbit dan tahun penerbitan. Sehingga buku-buku tersebut dapat digunakan
dan relevan untuk penulisan skripsi.
Sedangkan kritik internal merupakan penilaian terhadap aspek “dalam”
yaitu isi dari sumber sejarah yang digunakan oleh peneliti setelah sebelumnya
kritik internal peneliti berusaha untuk menyaring dan mengkritisi
sumber-sumber yang telah didapatkan dalam tahapan heuristik.
Tahapan ketiga yaitu interpretasi. Pada tahapan ini, peneliti
memberikan penafsiran terhadap sumber-sumber yang telah dikumpulkan.
Penafsiran ini dilakukan dengan menafsirkan fakta dan data dengan
konsep-konsep dan teori-teori yang telah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Fakta dan
data yang telah ditemukan tersebut selanjutnya disusun, ditafsirkan dan
dihubungkan satu sama lain. Kemudian fakta dan data tersebut dijadikan
kerangka berpikir dalam penulisan skripsi ini.
Tahapan yang terakhir atau keempat yaitu historiografi. Pada tahap ini,
peneliti berusahan merumuskan masalah apa yang akan dibahas dalam
merekonstruksi peristiwa-peristiwa dan fakta-fakta yang didapat dan
kemudian ditulis kedalam tulisan.
1.5Manfaat Penelitian
Secara umum manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan menambah pengetahuan
mengenai dampak dari perang Vietnam dan Indocina dan kehidupan sosial
para pengungsi di pulau Galang pada tahun 1979-1996.
Adapun secara khusus manfaat penelitian ini dapat bermanfaat bagi
banyak pihak diantaranya:
1. Bagi peneliti dengan adanya tulisan ini semoga bisa memberikan
pengalaman berharga dalam melakukan penelitian dan merupakan
aplikasi dari perkuliahan yang telah didapat sebelumnya. Selain itu,
tulisan ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi semua
orang yang ingin memperoleh informasi mengenai sejarah Vietnam.
2. Bagi Jurusan Pendidikan Sejarah dengan adanya ada tulisan ini dapat
memperkaya penelitian sejarah terutama yang berkaitan tentang sejarah
3. Bagi Mahasiswa dengan adanya tulisan ni dapat menjadi salah satu
tambahan sumber belajar yang dapat memperluas pengetahuan mengenai
sejarah kawasan terutama kawasan Asia Tenggara.
1.6Struktur Organisasi Skripsi
Bab I Pendahuluan, dalam bab ini menguraikan secara rinci mengenai
latar belakang belakang penelitian yang menjadi alasan ketertarikan untuk
mengkaji dan meneliti mengenai Kehidupan Sosial Pengungsi Vietnam di
Pulau Galang 1979-1996. Kemudian peneliti mencantumka rumusan dan
batasan masalah agar penelitian ini dapat dikaji secara lebih khusus. Pada bab
ini juga terdapat tujuan, metode dan manfaat penelitian.
Bab II Kajian Pustaka, dalam bab ini menguraikan mengenai
sumber-sumber yang relevan dengan penelitian yang dikaji yaitu sumber-sumber yang
berkaitan dengan Kehidupan Sosial Pengungsi Vietnam di Pulau Galang
1979-1996. Selain itu pada bab ini juga, peneliti menjelaskan mengenai
konsep dan teori yang relevan dengan judul yang dikaji.
Bab III Metode Penelitian, dalam bab ini peneliti menguraikan
mengenai metodelogi penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian.
Peneliti menguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menyelesaikan
penelitian yang berisi langkah-langkah penelitian, dimulai dari persiapan
sampai langkah terakhir dalam menyelesaikan penelitian ini. Pada tahapan ini
peneliti menggunakan langkah-langkah penelitian sejarah yang meliputi
heuristik, kritk, interpretasi dan historiografi mengenai Kehidupan Sosial
Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996.
Bab IV Manusia Perahu: Suatu Kajian Teori mengenai Kehidupan
Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996, dalam bab ini merupakan isi
dari penelitian. Permasalahan-permasalahan yang sudah disebutkan
sebelumnya diuraikan dan dijelaskan pada bab ini serta jawaban-jawaban yang
terdapat dalam rumusan masalah. Permasalahn tersebut ialah kebijakan
Indonesia terhadap pengungsi Vietnam, latar belakang pemilihan pulau
lembaga PBB yang menangani masalah pengungsian dan kehidupan para
pengungsi selama berada di pulau Galang.
Bab V Simpulan dan Saran, dalam bab terakhir ini peneliti memberikan
kesimpulan dari hasil pembahasan yang berisi jawaban terhadap masalah
Omet Rasyidi, 2014
Manusia perahu
(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab III ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian yang
digunakan dalam mengkaji permasalahan dalam penulisan skripsi ini yang berjudul “Manusia Perahu: Kajian teori Mengenai Kehidupan Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini
adalah metode historis. Metode ini digunakan oleh peneliti karena peneitian ini
merupakan kajian sejarah yang data-datanya diperoleh dari jejak-jejak yang
ditinggalkan dari suatu peristiwa masa lampau. Metode historis menurut
Gottschalk (1986: 32) adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis
rekaman dan peninggalan, kemudian menuliskannya berdasarkan fakta yang
diperoleh. Sedangkan menurut Ismaun (2005: 34), metode historis terdiri dari
empat langkah sebagai berikut:
1. Heuristik, yaitu pencarian dan pengumpulan sumber sejarah yang relevan
(Ismaun, 2005: 49). Sedangkan menurut Lucey yang dikutip oleh Sjamsuddin
(2007: 96) mengatakan bahwa heuristik adalah kajian atau pengetahuan
tentang sumber-sumber sejarah. Sumber-sumber sejarah itu dapat berupa
sumber benda, sumber tertulis, dan sumber lisan. Klasifikasi sumber juga
dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara: mutakhir atau kontemporer
(contemporary) dan lama (remote); formal (resmi) dan informal (tidak resmi);
juga pembagian menurut asal, isi, dan tujuan, yang masing-masing
dibagi-bagi lebih lanjut menurut waktu, tempat, dan cara atau produknya.
2. Kritik, yaitu suatu usaha menilai sumber-sumber sejarah yang didasari etos
ilmiah yang menginginkan, menemukan, atau mendekati kebenaran (Ismaun,
2005: 50). Sumber-sumber yang digunakan dipilih melalui kritik internal dan
eksternal sehingga diperoleh fakta-fakta yang sesuai dengan permasalahan
penelitian. Menurut Sjamsuddin (2007: 132) fungsi kritik berguna sehingga
karya sejarah merupakan produk dari suatu proses ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam metode sejarah dikenal terdapat dua macam
Omet Rasyidi, 2014
Manusia perahu
(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Interpretasi, yaitu menafsirkan keterangan-keterangan sumber secara logis
dan rasional dari fakta dan data yang telah terkumpul dengan cara
dihubungkan sehingga menjadi kesatuan yang utuh. Dalam interpretasi
dikenal dengan adanya unsur subjektivitas dari sejarawan untuk menafsirkan
sumber.
4. Historiografi, yaitu proses penyusunan hasil penelitian yang telah diperoleh
sehingga menjadi kesatuan yang utuh dalam menyajikan gambaran sejarah
dalam bentuk skripsi, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenaran
ilmiahnya.
Selanjutnya penulis membagi langkah-langkah penelitian tersebut kedalam tiga pembahasan, yaitu pembahasan mengenai persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan laporan penelitian.
3.1 Persiapan Penelitian
3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian
Penentuan dan pengajuan topik penelitian merupakan kegiatan yang
penting dan harus pertama kali dalam penelitian karya ilmiah. Ketertarikan awal
peneliti untuk mengkaji masalah Pengungsi Vietnam di Pulau Galang bermula
dari rasa ingin tahu peneliti mengenai Pulau Galang yang dijadikan tempat wisata
oleh Pemerintah Kota Batam dan mempunyai kisah sejarah mengenai para
pengungsi Vietnam yang sempat tinggal di sana.
Dari rasa ingin tahu tersebut membuat peneliti ingin mengkaji lebih dalam
mengenai kehidupan pengungsi Vietnam yang berada di Pulau Galang. Dalam
benak peneliti timbul pertanyaan yaitu, mengapa Pulau Galang yang dijadikan
tempat tinggal sementara untuk para pengungsi padahal di Indonesia memiliki
pulau-pulau yang lebih layak untuk ditempati. Dari sedikit rasa penasaran tersebut
kemudian peneliti mulai mencari dan membaca berbagai literatur mengenai
sejarah Asia Tenggara, khususnya yang berhubungan dengan Vietnam dan
kebijakan Indonesia.
Dari hasil pencarian sumber literatur tersebut peneliti kemudian
menemukan beberapa fakta lain seputar peristiwa masuknya pengungsi Vietnam
Omet Rasyidi, 2014
Manusia perahu
(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
membuat peneliti lebih tertarik lagi untuk mengangkat skripsi dengan tema
kehidupan pengungsi Vietnam di Pulau Galang tahun 1979-1996. Setelah peneliti
merasa yakin untuk menulis skripsi dengan tema tersebut di atas, peneliti
kemudian mencoba mengajukan proposal penelitian dengan judul “Kehidupan
Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996” yang diajukan pada kuliah
seminar penulisan karya ilmiah pada semester 6.
Pada kuliah seminar penulisan karya ilmiah tersebut dimana setiap
mahasiswa mempresentasikan calon judul skripsi mereka di depan kelas yang
kemudian untuk selanjutnya mendapat kritikan ataupun saran dari dosen pengajar
mata kuliah tersebut sebagai bahan masukan untuk melangkah ke tahap
selanjutnya. Selanjtunya, menindaklanjuti hasil dari kuliah seminar penulisan
karya ilmiah, maka peneliti pun bermaksud mendaftarkan calon judul skripsi ke
pihak TPPS. Pengajuan judul skripsi ke-TPPS dilakukan peneliti pada akhir
November 2013 , yang kemudian ditindaklanjuti dengan penyusunan proposal
penelitian.
3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian
Setelah peneliti melakukan pengajuan Judul ke TPPS, kemudian peneliti
menyusun proposal penelitian. Yang terdiri dari :
1. Judul
2. Latar Belakang Penelitian
3. Rumusan Masalah
4. Tujuan Penelitian
5. Manfaat Penelitian
6. Metode Penelitian
7. Kajian Pustaka
8. Struktur Organisasi Skripsi
9. Daftar Pustaka
Setelah proposal disetujui oleh TPPS, peneliti akhirnya diizinkan untuk
Omet Rasyidi, 2014
Manusia perahu
(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2013 di Laboratorium Jurusan Pendidikan Sejarah, lantai 4 Gedung FPIPS,
Universitas Pendidikan Indonesia.
Hasil dari seminar proposal skripsi tersebut di antaranya adalah perubahan
judul yang semula “Kehidupan Sosial Pengungsi Vietnam di Pulau Galang
1979-1996” menjadi “Kehidupan Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996”.
Penggantian judul ini dilakukan agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini
sedikit lebih luas karena selain kehidupan sosial, kehidupan politik, ekonomi dan
budaya juga berpengaruh terhadap kehidupan para pengungsi tersebut selama
berada di Pulau Galang. Perubahan tersebut menjadikan penelitian yang akan
diteliti ini menjadi luas ruang linkup karena mencakup berbagai aspek kehidupan.
Perubahan yang terjadi pada judul juga merubah latar belakang masalah, rumusan
masalah dan tujuan penelitian ikut berubah menjadi lebih spesifik dan sesuai
dengan judul. Perubahan tersebut harus dilakukan agar sesuai dan memudahkan
peneliti dalam penelitian skripsi ke depannya.
3.1.3 Proses Bimbingan
Bimbingan merupakan proses konsultasi dalam penelitian skripsi untuk
mendapatkan pencerahan tentang tema yang dikaji yang dilaksanakan dengan dua
orang dosen pembimbing yang memiliki kompetensi sesuai dengan tema
permasalahan yang dikaji. Dalam hal ini, kompetensi yang dimiliki oleh kedua
dosen pembimbing itu adalah kajian dalam sejarah Asia Tenggara dan Sejarah
Lokal. Berdasarkan surat penunjukkan pembimbing skripsi yang telah dikeluarkan
oleh Tim Pertimbangan Penelitian Skripsi (TPPS), dalam penyusunan skripsi ini
peneliti dibimbing oleh Wawan Darmawan, S.Pd., M. Hum. sebagai pembimbing
I dan Drs. Ayi Budi Santosa, M.Si sebagai pembimbing II. Proses bimbingan ini
merupakan hal yang sangat diperlukan oleh peneliti untuk mendapatkan
masukan-masukan yang sangat membantu dalam rangka penyelesaian skripsi ini.
Konsultasi dilakukan oleh peneliti dengan dosen pembimbing setelah sebelumnya
memberikan draft kepada dose pembimbing I dan II yang kemudian pelaksanaan
Omet Rasyidi, 2014
Manusia perahu
(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam proses bimbingan ini juga, judul skripsi yang diajukan peneliti berubah yang semula “Kehidupan Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996” berubah menjadi “Manusia Perahu: Kajian Historis Terhadap Kehidupan Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996”. Hal tersebut menjadikan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini semakin spesifik.
3.2 Pelaksanaan Penelitian
3.2.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik)
Dalam tahap ini, peneliti mencari dan mengumpulkan sumber-sumber
yang relevan dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Sumber-sumber yang digunakan peneliti adalah buku, jurnal,majalah dan internet. Dalam
penelitian ini, peneliti melakukan teknik studi literatur.
Tempat pertama yang dikunjungi oleh peneliti adalah rumah salah satu
dosen yaitu dosen PA (Pembimbing Akademik) di Jurusan Pendidikan Sejarah
yaitu Drs. R.H. Achmad Iriyadi. Dari beliau peneliti mendapatkan buku-buku yang berkaitan dengan Vietnam yaitu buku “Kemenangan Komunis Vietnam dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Politik di Asia Tenggara” yang ditulis
oleh Sardiman AM, “Indocina Dalam Kawasan Asia Tenggara Dewasa Ini” yang
ditulis oleh Dr. H. Roeslan Abdulgani dan “Asia Menang di Dien Bien Phu” yang
ditulis oleh Drs. Oey Hong Lee. Peneliti melakukan heuristik (pengumpulan
sumber) ke rumah bapak Drs. R. H. Achmad Iriyadi pada tanggal 6 November
2013.
Peneliti juga mengunjungi perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia.
Buku-buku yang ditemukan disana berhubungan dengan ilmu sosial dan politik
diantaranya adalah buku ”Sejarah Nasional Indonesia Jilid Edisi Revisi” yang
ditulis oleh Nugroho Notosusanto dan Marwati Djoened, ”Teori Sosiologi Modern” yang ditulis oleh George Ritzer dan Douglas J. Goodman, “Asia
Tenggara Dalam Perspektif Netralitas dan Netralisme” yang ditullis oleh
Budiono Kusumohamidjojo, “Politik Luar Negeri Indonesia” yang ditulis oleh
Michael Leifer, “Studi Hubungan Internasional” yang ditulis oleh P. Anthonius
Omet Rasyidi, 2014
Manusia perahu
(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sejarah” yang ditulis oleh Louis Gottschalk yang sudah diterjemahkan oleh
Nugroho Notosusanto, “Sedjarah Perkembangan Perang Dari Zaman
Klasik-Modern” yang ditulis oleh Drs. Arief Iskandar, “Asia Tenggara Dalam Pespektif
Netralitas Dan Netralisme” yang ditulis oleh Budiono Kusumohamidjojo,
“Mengerti Sejarah” yang ditulis oleh Gottschalk, “Clausewitz: Mahaguru Strategi Perang Modern” yang ditulis oleh Howart. Peneliti melakukan heuristik ke
perpustakaan ini secara berkala.
Perpustakaan berikutnya yang dikunjungi ialah Perpustakaan Fakultas
Ilmu Sastra dan Bahasa Universitas Padjadjaran. Dari perpustakaan ini penulis
mendapatkan sumber majalah lembaran khusus majalah TEMPO yang diterbitkan 28 Agustus 1982 dengan judul “Vietnam: Mereka Yang Tercampakkan” dan yang
diterbitkan 2 Mei 1981 dengan judul “Vietnam, Sebuah Ratapan Panjang”.
Peneliti melakukan heuristik ke perpustakaan ini pada tanggal 15 Januari 2014.
Perpustakaan lain yang dikunjungi adalah Perpustakaan Batoe Api
Jatinangor. Di perpustankaan tersebut peneliti menemukan buku-buku dan sumber
koran sejaman dengan peristiwa sebelum dan sesudah munculnya manusia perahu.
Buku-buku tersebut ialah “Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis” yang
ditulis oleh K.J Holsti, “Tentang Perang” yang ditulis oleh Kol Art (Purn)
M.Husni. Selain itu juga ditemukan sumber-sumber majalah dalam majalah TEMPO yaitu “Sirnanya impian orang selatan” yang terbit 26 Maret 1983.
“Suatu Sore, 100 km dari Tanjung Ca Mau” yang terbit 7 November 1981, “Bayang-bayang tawanan Amerika di Indocina” yang terbit 22 Oktober 1983,
“Dikejar hantu Vietnam” yang terbit 11 Februari 1984, “Vietnam: Sebuah episode” yang terbit 24 Maret 1984, “Kota-kota yang tabah yang menderita” yang
terbit 6 Agustus 1983, “Kolonel itu ternyata orang komunis” yang terbit 25 April
1981, “Sisa-sisa manusia perahu” yang terbit 18 Desember 1993. Peneliti melakukan heuristik ke perpustkaan ini pada tanggal 2 Juli 2014.
Peneliti juga melakukan pengumpulan ke Arsip Nasional Republik
Indonesia (ANRI) untuk mendapatkan arsip-arsip ataupun dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan pengungsi Vietnam di Indonesia. Di sana peneliti
Omet Rasyidi, 2014
Manusia perahu
(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
di dalamnya terdapat dokumen yang menceritakan tentang hasil kunjungannya ke
Pulau Galang yaitu tempat para pengungsi Vietnam tinggal.
Peneliti juga mencoba melakukan heuristik ke lokasi camp pengungsi
Vietnam di Pulau Galang pada tanggal 25 Juli 2014 untuk mendapatkan data-data
ataupun arsip-arsip serta dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pengungsi
Vietnam di Pulau Galang. Di sana peneliti mendapatkan apa yang dibutuhkan untuk proses pengerjaan skripsi ini yaitu “Surat Keputusan Presiden Nomor 38 Tahun 1979 tentang Koordinasi Penyelesaian Masalah Pengungsi Vietnam di
Indonesia” yang dikeluarkan oleh Presiden Soeharto, “Dokumen dari Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia KOGAS (Komando Tugas) Kemanusiaan Galang –
96 yaitu serah terima asset UNHCR di lokasi penampungan manusia perahu di
Pulau Galang”, “Dokumen rahasia P3V Daerah mengenai inventaris yang
terdapat di lokasi penampungan manusia perahu di Pulau Galang”, “Dokumen
daftar nama-nama pengungsi yang yang dimakamkan di Pulau Galang” Peta
denah lokasi camp pengungsi Vietnam” serta dokumentasi para pengungsi selama
berada di Pulau Galang.
Selain itu peneliti juga menemukan sumber-sumber buku dari pameran-pameran buku dan toko buku yang ada di Bandung seperti buku “Studi Wilayah Jilid Pertama” yang ditulis oleh Ali Moertopo, “Sejarah Asia Tenggara Modern:
Dari Penjajahan Ke Kemerdekaan” yang ditulis oleh Sudharmono, “Manusia
Perahu: Tragedi Kemanusiaan di Pulau Galang” yang ditulis oleh Isye
Ismayawati dan “Dasar-Dasar Geografi Politik” yang ditulis oleh Drs. N.
Daldjoeni.
Selain sumber buku-buku tersebut, peneliti juga memperoleh
sumber-sumber dari internet berupa buku, publikasi departemen, jurnal dan artikel yang
relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Sumber-sumber yang didapatkan yaitu “Prajurit TNI Dalam Tugas Kemanusiaan Galang-96” yang
ditulis oleh Saleh As’ad Djamhari, “The Comprehensive Plan of Action for Indochinese Refugees, 1989-1997: Sharing The Burden and Passing The Buck”
Omet Rasyidi, 2014
Manusia perahu
(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Septia Anggrainy, “Kebijakan Luar Negeri Indonesia Terkait Konflik Laut Cina Selatan” yang ditulis oleh Sabrina Mirza, “Pengertian Pengungsi” yang diunduh
dari http://jrs.or.id/refugee/, “Peranan UNHCR Dalam Melindungi Pengungsi di
Indonesia” yang diunduh dari www.unhcr.or.id, “Penampungan Orang Vietnam
di Pulau Galang 1975-1979” yang ditulis oleh Moh. Fandik.
Setelah sumber-sumber diperoleh, selanjutnya peneliti membaca,
memahami serta mengkaji sumber-sumber tersebut yang untuk selanjutnya
dianalisis dan kemudian dituangkan kedalam penelitian peneliti ini. Hal ini
dilakukan agar peneliti memperoleh pemahaman mengenai sumber-sumber
tersebut secara jelas dan rinci serta memudahkan peneliti dalam proses penulisan
skripsi ini.
3.2.2 Kritik Sumber
Pada tahap ini, peneliti melakukan tahapan dalam penelitian yaitu kritik.
Dalam usaha mencari kebenaran (truth), sejarawan dihadapkan untuk dapat
membedakan mana yang benar dan mana yang tidak benar, mana yang mungkin
dan apa yang meragukan atau mustahil (Sjamsuddin, 2007: 131). Pada tahapan
kritik ini peneliti mencoba memilah sumber-sumber yang telah didapatkan pada
proses sebelumnya yaitu heuristik yang dapat digunakan dalam penelitian yang
sedang dilakukan. Pada tahapan kritik ini berfungsi untuk membuat suatu
penelitian yang dilakukan dapat dipertanggungkan jawabkan secara ilmiah bukan
sebagai hasil dari suatu fantasi, manipulasi ataupun fabrikasi sejarawan.
Dalam proses kritik ini terbagi ke dalam kritik eksternal dan kritik internal.
Kritik eksternal, yaitu cara pengujian dari aspek-aspek luar dari sumber sejarah
tersebut yang digunakan, dan menggunakan kritik internal, yaitu pengkajian
terhadap isi dari sumber sejarah tersebut.
3.2.2.1 Kritik Eksternal
Kritik eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap
aspek-aspek “luar” dari sumber sejarah (Sjamsuddin, 2007: 132). Kritik eksternal
Omet Rasyidi, 2014
Manusia perahu
(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penunjang dalam penulisan skripsi ini dari aspek luarnya sebelum melihat isi dari
sumber dan untuk mengurangi subjektivitas dari berbagai sumber yang didapatkan
oleh peneliti. Menurut Sjamsuddin (2007:134) kritik eksternal harus menegakkan
fakta dari kesaksian bahwa kesaksian itu benar-benar diberikan oleh orang ini
atau pada waktu ini (authenticity), kesaksian yang telah diberikan itu telah
bertahan tanpa ada perubahan (uncorupted), tanpa ada suatu tambahan-tambahan
atau penghilangan-penghilangan yang substansial (integrity).
Kritik eksternal terhadap sumber tertulis bertujuan untuk menilai
kelayakan sumber sebelum mengkaji isi sumbernya itu sendiri. Kritik eksternal
yang dilakukan oleh peneliti ialah terhadap Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 38 tahun 1979 dan Penanganan dan Penyelesaian Masalah
Pengungsi Vietnam di Daerah yang tertuang dalam Sekretariat Wakil Presiden
Adam Malik 1978-1982. Dalam proses kritik eksternal ini, peneliti beranggapan
bahwa sumber keputusan presiden ini merupakan sumber primer yang digunakan
oleh peneliti dalam penulisan skripsi ini karena selain merupakan sumber yang
sezaman dengan penelitian yang dilakukan. Jika dihubungkan dengan yang
dimaksud dengan kritik eksternal yaitu sumber yang diklasifikasikan harus otentik
dalam artian berada dalam periode yang sezaman dengan apa yang diteliti serta
merupakan perintah langsung dari Presiden Indonesia pada saat itu yaitu Soeharto.
Otentik yang dimaksud disini ialah bahwa sumber tersebut dapat melaporkan
dengan benar mengenai sesuatu subjek yang tampaknya benar. Dalam hal ini
peneliti mencoba untuk menghubungkan surat keputusan presiden dalam tindak
lanjut masuknya manusia perahu Vietnam ke Indonesia. Sumber tersebut menurut
peneliti dapat dipertanggungjawabkan keasliannnya karena meskipun hanya
salinan dari dokumen asli, tetapi dokumen yang didapatkan oleh peneliti ketika
mengunjungi Pulau Galang itu merupakan salinan dari aslinya dan tidak ada
pengurangan ataupun penambahan yang terdapat di dalam dokumen tersebut.
Selanjutnya Penanganan dan Penyelesaian Masalah Pengungsi Vietnam di
Daerah yang tertuang dalam Sekretariat Wakil Presiden Adam Malik 1978-1982.
Dokumen tersebut merupakan sumber primer dalam penelitian ini karena
Omet Rasyidi, 2014
Manusia perahu
(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
merupakan dokumen yang dikeluarkan oleh Wakil Presiden Adam Malik dalam
kunjungannya ke Kepulauan Riau untuk melihat para pengungsi Vietnam di Pulau
Galang. Jika dihubungkan dengan yang dimaksud dengan kritik eksternal yaitu
sumber yang diklasifikasikan harus otentik dalam artian berada dalam periode
yang sezaman dengan apa yang diteliti yaitu dokumen yang yang dibuat pada
masa pemerintahan Adam Malik menjabat sebagai Wakil Presiden RI. Otentik
yang dimaksud disini ialah bahwa sumber tersebut dapat melaporkan dengan
benar mengenai sesuatu subjek yang tampaknya benar. Dalam hal ini peneliti
mencoba untuk menghubungkan Sekretariat Wakil Presiden Adam Malik dengan
proses pembangunan Pulau Galang sebagai tempat pengelolaan pengungsi.
Sumber tersebut menurut peneliti dapat dipertanggungjawabkan keasliannnya
karena meskipun hanya salinan dari dokumen asli, tetapi dokumen yang
didapatkan oleh peneliti ketika mengunjungi Arsip Nasional Republik Indonesia
itu merupakan foto copian dari aslinya, namun tidak ada pengurangan ataupun
penambahan yang terdapat di dalam dokumen tersebut.
3.2.2.2 Kritik Internal
Kritik internal merupakan kebalikan dari kritik eksternal. Pada tahap ini
peneliti membaca seluruh sumber-sumber yang yang telah diperoleh pada tahap
heuristik, melakukan penilaian terhadap sumber-sumber, dan kemudian
dibandingkan dengan sumber-sumber lainnya yang didapat peneliti. Menurut
Sjamsuddin (2007: 143) kritik internal menekankan aspek “dalam”, yaitu isi dari
sumber kesaksian (testimoni).
Dalam hal ini peneliti mencoba melakukan kritik terhadap sumber primer
yang didapatkan peneliti dalam proses pengumpulan sumber yaitu Keputusan
Presiden Nomor 38 tahun 1979 dan Sekretariat Wakil Presiden Adam Malik
1978-1982. Dalam proses kritik internal yang menekankan pada isi dari dokumen
tersebut. Keputusan Presiden Nomor 38 berisi tentang koordinasi penanganan dan
penyelesaian permasalahan pengungsi Vietnam di Indonesia harus dilakukan
secara terpadu agar tidak mengganggu stabilitas nasional. Hal tersebut dilakukan
Omet Rasyidi, 2014
Manusia perahu
(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Indonesia sehingga dibentuk tim P3V (Penanggulangan dan Pengelolaan
Pengungsi Vietnam).
Sedangkan Sekretariat Wakil Presiden Adam Malik 1978-1982 berisi
tentang latar belakang masuknya pengungsi Vietnam ke Indonesia hingga cara
penanganannya yang diserahkan kepada P3V Daerah Kepulauan Riau. Dokumen
ini merupakan tindak lanjut dari Keputusan Presiden Nomor 38 yaitu membentuk
P3V dalam mengatasi masuknya pengungsi Vietnam ke Indonesia hingga
pembangunan pulau yang terpilih sebagai tempat pengelolaan pengungsi yaitu
Pulau Galang lengkap dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung untuk kehidupan
para pengungsi sebelum dikirim ke negara ketiga atau dipulangkan kembali ke
negara asal.
3.2.3 Interpretasi
Interpretasi merupakan langkah selanjutnya setelah dilakukan kritik
sumber. Pada tahap ini, peneliti mencoba melakukan penafsiran dari fakta-fakta
yang telah ditemukan dari kritik sumber agar relevan dengan bahsan yang dikaji
oleh peneliti. Menurut Sjamsuddin (2007: 158-159) disadari atau tidak, diakui
atau tidak, dinyatakan secara eksplisit atau implisit, mereka berpegang pada salah
satu atau kombinasi beberapa filsafat sejarah yang menjadi dasar penafsirannya.
Peneliti menggunakan pemikiran sejarah yang deterministik dalam
melakukan penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah. Pemikiran sejarah yang
deterministik ini menolak semua penyebab yang berdasarkan kebebasan manusia
dalam menentukan dan mengambil keputusan sendiri dan menjadikan manusia
semacam robot yag ditentukan oleh kekuatan-kekuatan yang berada di luar
dirinya. Menurut Romein dan Lucey dalam Sjamsuddin (2007: 163) berpendapat
bahwa tenaga-tenaga yang berada di luar diri manusia berasal dari dunia fisik
seperti faktor-faktor geografi (luas daerah, letak daerah, iklim), etnologi (faktor
keturunan, fisik biologis yang rasial), faktor-faktor dalam lingkungan budaya
manusia seperti sistem ekonomi dan sosial.
Dari berbagai bentuk pemikiran sejarah deterministik, peneliti
Omet Rasyidi, 2014
Manusia perahu
(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pada sumber-sumber sejarah saja akan menggunakan porsi deksripsi dan narasi
yang lebih banyak sedangkan sejarawan yang berorientasi pada problema selain
menggunakan deskripsi dan narasi akan lebih mengutamakan analisis. Akan tetapi
apapun cara yang digunakan, semuanya akan bermuara pada penafsiran sintetis
(Sjamsuddin, 2007: 158).
Penafsiran sintetis mencoba untuk menggabungkan seua faktor atau tenaga
yang menjadi penggerak sejarah. Menurut Barnes dalam Sjamsuddin (2007: 170) menyebutkan bahwa tidak ada satu kategori “sebab-sebab” tunggal yang cukup menjelaskan semua fase dan periode perkembangan sejarah. Pada dasarnya
manusia yang tetap menjadi pemeran utama yang perkembangan dan jalannya
sejarah digerakkan oleh berbagai faktor dan tenaga bersama-sama. Pemilihan
penafsiran sintetis karena kebijakan politik luar negeri Indonesia yang menerima
para pengungsi Vietnam ini atas dasar ingin menciptakan perdamaian di kawasan
Asia Tenggara atau yang disebut ZOPFAN (Zone, of Peace Freedom and
Neutrality).
Dalam melakukan interpretasi ini, peneliti menggunakan pendekatan
interdisipliner. Pendekatan ini menggunakan bantuan dari disiplin ilmu lain yaitu
ilmu sosial dan ilmu politik. Penggunaan ilmu bantu ini dimaksudkan untuk
mempertajam hasil analisis. Ilmu politik peneliti gunakan untuk menjelaskan
konsep politik luar negeri Indonesia dan Wawasan Nusantara (Geopolitik dan
Geostrategi Indonesia). Sedangkan Ilmu sosial peneliti menggunakan teori konflik
Ralf Dahrendorf.
3.2.4 Historiografi
Historiografi adalah pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa
yang terjadi pada waktu yang lalu (Ismaun, 2005: 28). Tahap ini merupakan tahap
terakhir dari penelitian yang merupakan hasil dari langkah-langkah yang telah
dilakukan mulai dari pengumpulan sumber (heuristik), kritik sumber serta
interpretasi. Dalam tahap ini peneliti harus mengerahkan seluruh daya pikirannya
tidak hanya keterampilan teknis penggunaan pikiran-pikiran kritis analitisnya
Omet Rasyidi, 2014
Manusia perahu
(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitiannya atau penemuannya itu dalam tulisan utuh yang disebut historiografi
(Sjamsuddin, 2007: 156).
Historiografi merupakan penulisan sejarah yang telah menggunakan
langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang sesuai dengan metodologi penelitian.
Pada tahap terakhir ini seluruh hasil penelitian dituangkan oleh penulis dalam
sebuah tulisan yang ilmiah dan sesuai kaidah keilmuan. Tahap historiografi ini
pula akan peneliti laporkan dalam sebuah tulisan berbentuk skripsi dan disusun
berdasarkan pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku di lingkungan
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
3.3 Laporan Penelitian
Berdasarkan ketentuan penulisan karya ilmiah di lingkungan UPI, maka
sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan berisi latar belakang penelitian. Pada bab ini juga
dijelaskan mengenai ketertarikan peneliti dalam memilih permasalahan yang
dibahas yaitu mengenai pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996. Agar
permasalahan yang dikaji tidak melebar dari konteks maka dincatumkan
perumusan masalah dan pembatasan masalah dalam penulisan skripsi ini.
Kemudian ada tujuan peneltian dan juga dincatumkan struktur organisasi
skripsi yang akan menjadi kerangka dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bab II Kajian Pustaka berisi tentang sumber buku dan
sumber-sumber lainnya yang relevan dengan bahasan yang dikaji seperti jurnal,
artikel dan publikasi departemen mengenai pengungsi Vietnam di Pulau
Galang 1979-1996. Selain itu karena pendekatan yang digunakan peneliti
menggunakan pendekatan interdisipliner, bab ini juga berisi mengenai
teori-teori beserta konsep yang digunakan penulis untuk mengkaji permasalahan
yang diteliti. Hal tersebut dilakukan agar analisis yang dilakukan lebih tajam
3. Bab III Metode Penelitian diuraikan mengenai kegiatan-kegiatan dan
cara-cara yang dilakukan dalam penelitian skripsi. Metode yang digunakan adalah
metode penelitian sejarah. Langkah-langkah penelitiannya meliputi heuristik
Omet Rasyidi, 2014
Manusia perahu
(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dikumpulkan, interpretasi sumber, hingga ke tahap penulisan atau
historiografi. Setiap langkah-langkah tersebut nantinya akan dijelaskan lebih
rinci lagi. Metode yang digunakan adalah metode historis dan teknik yang
digunakan adalah studi literatur.
4. Bab IV Kehidupan Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996
merupakan pembahasan dari penelitian yang dilakukan dan menjawab
pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah dan pembatasan masalah.
Dalam bab ini akan dijelaskan bagaimana latar belakang muncul dan
masuknya para pengungsi Vietnam ke Indonesia dan bagaimana keadaan para
pengungsi yang mengungsi karena ingin mencari kehidupan yang lebih baik
daripada di negara asalnya dengan di Indonesia dari tahun 1979-1996.
5. Bab V Simpulan dan Saran merupakan bab terakhir dari rangkaian
penyusunan dan penulisan skripsi ini. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil
Omet Rasyidi, 2014
Manusia perahu
(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan
Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang
berjudul “Manusia Perahu: Kajian Historis Terhadap Kehidupan Pengungsi
Vietnam di Pulau Galang 1979-1996”. Kesimpulan ini merupakan jawaban atas
pemasalahan yang diteliti oleh peneliti yang telah dikemukakan dalam bab
sebelumnya. Terdapat 3 hal yang dapat disimpulkan berdasarkan permasalahan
yang dibahas, yaitu:
Pertama, latar belakang munculnya manusia perahu ini merupakan
sesuatu yang terjadi akibat perang saudara antara Vietnam Utara dengan Vietnam
Selatan yang pada saat itu dimenangkan oleh pihak Vietnam Utara di bawah rezim
Ho Chi Minh. Ketika berhasil memenangkan perang tersebut dimana Amerika
Serikat ikut terlibat dengan membantu Vietnam Selatan, pemerintahan Ho Chi
Minh melakukan apa yang disebut re-edukasi. Re-edukasi merupakan langkah
yang diambil oleh pemerintahan Ho Chi Minh untuk menghapus
pemikiran-pemikiran yang muncul di Vietnam Selatan yang berbeda dengan Vietnam Utara
karena pengaruh dari Amerika Serikat sebelumnya.
Adanya re-edukasi tersebut mendapat respon yang kurang baik dari
masyarakat Vietnam Selatan karena program tersebut dapat dikatakan menyiksa
masyarakat Vietnam Selatan seperti contohnya merampas harta benda yang
dimiliki oleh masyarakat Vietnam Selatan. Keadaan tersebut semakin diperparah
karena cita-cita dari pemerintahan Ho Chi Minh yang ingin menyatukan Indocina
di bawah kekuasaannya. Hal tersebut menjadi faktor ekspansi yang dilakukan oleh
Vietnam ke Kamboja yang pada saat itu menolak ajakan dari Ho Chi Minh, tidak
seperti halnya Laos yang menurut saja kepada Ho Chi Minh. Perang pun tidak
dapat dihindari sehingga membuat keberlangsungan kehidupan masyarakat sekitar
Indocina semakin tidak menentu. Sehingga banyak dari masyarakat Vietnam
Omet Rasyidi, 2014
Manusia perahu
(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
program re-edukasi tersebut serta terhindar dari perang yang akan terjadi antara
Vietnam dengan Kamboja. Merekapun mengungsi menggunakan perahu untuk
mengarungi lautan yang luas sehingga mereka disebut manusia perahu (boat
people).
Kedua, peranan UNHCR (United Nations High Commissioner Refugees)
sebagai lembaga PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) yang bergerak menangani
permasalahan pengungsi ini baru terlihat setelah adanya perundingan dari
negara-negara ASEAN (Association of South East Nation) yang melihat permasalahan
manusia perahu tersebut akan mengganggu stabilitas negaranya sehingga perlu
adanya sikap untuk menangani permasalahan tersebut. Ketika perundingan itu
diselenggarakan di Bangkok yang menghasilkan Bangkok Statement berisikan
bahwa negara-negara ASEAN membantu meringankan beban para pengungsi dari
Vietnam. Namun negara-negara ASEAN tersebut hanya menyediakan tempat,
sedangkan untuk biaya pemeliharaan menjadi tanggung jawab UNHCR.
Sedangkan peran dari pemerintah Indonesia sendiri ialah karena kebijakan
politik yang dianut pada saat itu yaitu politik bebas aktif yaitu bebas untuk tidak
memihak blok manapun dan aktif dalam mewujudkan perdamaian dunia. Salah
satu langkah nyata yang dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut ialah
membantu menyelesaikan permasalahan manusia perahu Vietnam. Indonesia
memberikan sebuah pulau yaitu Pulau Galang untuk tempat tinggal para
pengungsi Vietnam dan membentuk tim P3V untuk mengatur dan mengkoordinir
kegiatan dan pengamanan pengungsi Vietnam di Pulau Galang. Kemudian untuk
proses pemulangan para pengungsi Vietnam dan pengosongn Pulau Galang,
Indonesia membentuk Kogas (Komando Tugas) yang bertugas untuk
mempercepat pemulangan pengungsi.
Ketiga, kehidupan para pengungsi di Pulau Galang tidak terlepas dari
kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah Indonesia dan UNHCR. Ketika
konstruksi pembangunan di Pulau Galang seperti pembangunan barak untuk
pengungsi, tempat hiburan dan tempat ibadah selesai, para pengungsi pun
Omet Rasyidi, 2014
Manusia perahu
(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terisolasi dari dunia luar. Hal tersebut dilakukan agar para pengungsi tidak ada
yang melarikan diri dari kamp pengungsian.
Para pengungsi juga membangun pasar sendiri untuk kegiatan jual beli
mereka seperti membangun warung kopi, warung makan, dan sebagainya.
Walaupun pada dasarnya untuk kebutuhan ekonomi para pengungsi diberikan
jatah makanan tiap harinya yang diterima oleh masng-masing orang.
Pembangunan pasar tersebut untuk mengisi kekosongan waktu para pengungsi
yang mungkin saja bosan dan ingin memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
Selama berada di Pulau Galang, para pengungsi mendapatkan banyak
pendidikan dari UNHCR yang mengadakan pendidikan untuk mempersiapkan
para pengungsi untuk dikirim ke negara dunia ketiga. Secara keseluruhan,
kehidupan para pengungsi dapat dikatakan aman dan nyaman. Namun bukan
berarti tidak permasalahan karena dalam diri manusia membawa konflik dalam
dirinya. Seperti halnya pemerkosaan yang dilakukan oleh pengungsi kepada
sesama pengungsi yang menyebabkan bunuh diri dan dikenang dengan humanity
statue (tugu kemanusiaan) yang melambangkan kejadian tersebut. Selain itu juga
ketika pemulangan para pengungsi yang berjalan tidak sesuai rencana karena para
pengungsi enggan untuk dikembalikan ke negara asalnya dan lebih memilih
menetap di Pulau Galang atau dikirim ke negara dunia ketiga. Namun secara
keseluruhan pemerintah Indonesia telah maksimal dalam mengatasi permasalahan
pengungsi Vietnam ini dan kamp pengungsian Pulau Galang dinobatkan menjadi
kamp terbaik se-Asia Tenggara.
5.2 Saran
Skripsi yang berjudul ”Manusia Perahu: Kajian Historis Terhadap
Kehidupan Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996” ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang berarti bagi beberapa pihak antara lain sebagai
berikut:
1. Bagi Lembaga Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)
Bagi lembaga pendidikan, kajian dalam skripsi ini diharapkan dapat