• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANUSIA PERAHU: kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MANUSIA PERAHU: kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

MANUSIA PERAHU

(Kajian Historis Terhadap Kehidupan Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh

Omet Rasyidi 1006027

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

MANUSIA PERAHU: KAJIAN HISTORIS TERHADAP PENGUNGSI VIETNAM DI PULAU GALANG 1979-1996

Oleh Omet Rasyidi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

@Omet Rasyidi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2014

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang.

Skripsi tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

OMET RASYIDI

MANUSIA PERAHU: KAJIAN HISTORIS TERHADAP KEHIDUPAN PENGUNGSI VIETNAM DI PULAU GALANG 1979-1996

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Wawan Darmawan S.Pd., M. Hum NIP. 19710101 199903 1 003

Pembimbing II

Drs. Ayi Budi Santoso M.Si NIP. 19630311 198901 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd

(4)

Omet Rasyidi, 2014

Manusia perahu

(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Metode Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.6 Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 11

2.1 Perang ... 11

2.2 Manusia Perahu ... 13

2.3 Pengungsi Vietnam ... 14

2.4 Politik Luar Negeri ... 16

2.5 Teori Geostrategi dan Geopolitik Indonesia ... 18

2.6 Teori Konflik Ralf Dahrendorf ... 20

2.7 Penelitian Terdahulu ... 23

2.7.1 Penelitian dalam Bentuk Skripsi ... 23

2.7.2 Artikel Jurnal yang Membahas Pengungsi Vietnam ... 25

2.7.3 Buku-Buku yang Membahas Mengenai Pengungsi Vietnam ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Persiapan Penelitian ... 32

3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian ... 32

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... 33

(5)

Omet Rasyidi, 2014

Manusia perahu

(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.2 Pelaksanaan Penelitian ... 35

3.2.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik) ... 35

3.2.2 Kritik Sumber ... 38

3.2.2.1 Kritik Eksternal ... 38

3.2.2.2 Kritik Internal ... 40

3.2.3 Penafsiran Sumber (Interpretasi) ... 41

3.2.4 Historiografi ... 42

3.3 Laporan Hasil Penelitian ... 43

BAB IV KEHIDUPAN PENGUNGSI VIETNAM DI PULAU GALANG 1979-1996 ... 45

4.1 Latarbelakang Munculnya Manusia Perahu ... 45

4.1.1 Perang Vietnam ... 45

4.1.2 Ekspansi Vietnam ke Kamboja ... 50

4.1.3 Migrasi Masyarakat Vietnam ... 52

4.2 Peran UNHCR dan Indonesia Dalam Menanggulangi Masalah Manusia Perahu Vietnam ... 54

4.2.1 UNHCR Dalam Penyelesaian Masalah Manusia Perahu Vietnam ... 56

4.2.2 Peran Indonesia Dalam UNHCR ...60

4.3 Gambaran Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996... 71

4.3.1 Pulau Galang Sebagai Tempat Pengelolaan Pengungsi ... 72

4.3.2 Kehidupan Sosial ... 80

4.3.3 Kehidupan Ekonomi ... 92

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 97

5.1 Simpulan ... 97

5.2 Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 101 LAMPIRAN

(6)

Omet Rasyidi, 2014

Manusia perahu

(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edui

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Manusia Perahu: Kajian Historis Terhadap Kehidupan Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996”. Masalah utama yang diangakat

dalam skripsi ini adalah “Bagaimana Keadaan Pengungsi Vietnam di Pulau Galang”. Dari masalah utama tersebut dibagi menjadi tiga pertanyaan penelitian, yaitu (1) Apa yang melatarbelakangi munculnya manusia perahu, (2) Bagaimana Peran dari UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) beserta Indonesia dalam Menyelesaikan Permasalahan Pengungsi Vietnam, (3) Bagaimana Gambaran Kehidupan Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996. Metode penelitian yang digunakan untuk mengkaji permasalahan tersebut dengan menggunakan metode historis yaitu pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Untuk memperdalam analisis, peneliti menggunakan pendekatan interdisipliner melalui kajian ilmu sosiologi dan politik dengan menggunakan konsep-konsep seperti politik luar negeri, pengungsi dan perang serta menggunakan teori geostrategi dan geopolitik Indonesia (Wawasan Nusantara) dan teori konflik Ralf Dahrendorf. Munculnya manusia perahu tidak terlepas dari perang yang terjadi di wilayah Indocina yaitu perang saudara antara Vietnam Utara dengan Vietnam Selatan serta dilanjutkan invasi Vietnam ke Kamboja yang menyebabkan ketidakamanan yang dirasakan oleh masyarakat Vietnam. Hal tersebut menjadi pemicu munculnya pengungsian masyarakat Vietnam ke beberapa negara Asia Tenggara. Munculnya pengungsi menjadi permasalahan yang harus ditangani dengan cepat karena arus pengungsi yang sudah semakin banyak, membuat negara-negara Asia Tenggara kewalahan dalam menangani permasalahan tersebut. Di sini UNHCR muncul untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan bekerja sama dengan negara-negara Asia Tenggara untuk memproses para pengungsi. Indonesia sebagai salah satu negara yang didatangi arus pengungsi mengambil langkah untuk menangani permasalahan manusia perahu dengan membentuk P3V (Penanggulangan dan Pengelolaan Pengungsi Vietnam). Tugas P3V ialah mencari pulau yang untuk memproses para pengungs dan dipilihlah Pulau Galang. Indonesia membantu meringankan beban manusia perahu Vietnam ini atas dasar kemanusiaan sebagai sesama negara yang berada di kawasan ASEAN. Kehidupan pengungsi masyarakat Vietnam d Pulau Galang tidak jauh berbeda dengan yang mereka jalani di Vietnam. Ketika Pulau Galang selesai dalam proses pembangunannya dimana terdapat fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan oleh para pengungsi seperti tempat ibadah, olahraga, keterampilan, pendidikan dan lain-lain. Selama berada di Pulau Galang, tempat tinggal mereka ialah yang berbentuk rumah panggung dan panjang. Fasilitas-fasilitas tersebut dibangun untuk menunjang kehidupan para pengungsi. Adapun dalam bidang ekonomi, para pengungsi menggunakan sistem barter untuk menukar barang baik itu dengan sesama pengungsi ataupun penduduk asli Pulau Galang. Untuk mendukung kegiatan ekonomi tersebut, muncul inisiatif dari pengungsi untuk membangun pasar sederhana untuk menambah uang saku ataupun menghabiskan waktu sebelum dikirim ke negara ketiga.

(7)

Omet Rasyidi, 2014

Manusia perahu

(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.eduii

ABSTRACT

This research entitled "The Boat: Historical Studies about Refugee Life in Galang Island Vietnam 1979-1996". The main issues that were raised in this research is "How the Vietnamese Refugee situation in Galang Island". From the main problem is divided into three research questions: (1) What is the background of the emergence of the boat people, (2) What is the Role of UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) and Indonesia in Vietnamese Refugee Problem Solving, (3) How Life Overview Vietnamese refugees in Galang Island from 1979 to 1996. The method used to assess these problems by using the historical method, namely the collection of sources, source criticism, interpretation and historiography. To deepen the analysis, the researchers used an interdisciplinary approach through the study of sociology and political science by using concepts such as foreign policy, refugees and war as well as the use of geo-strategic and geopolitical theory Indonesia (Archipelago) and Ralf Dahrendorf conflict theory. The emergence of the boat people is inseparable from the war in Indochina region, namely the civil war between North Vietnam to South Vietnam as well as the continued invasion of Vietnam to Cambodia which causes insecurity felt by the people of Vietnam. It became a trigger displacement of communities Vietnam to some Southeast Asian countries. The emergence of refugees into the problems that must be dealt with quickly because the flow of refugees has increased, making the Southeast Asian countries overwhelmed in dealing with these problems. Here UNHCR appears to overcome these problems by working with the countries of Southeast Asia to process refugees. Indonesia as one of the countries visited by the flow of refugees to take steps to address the problem of boat people by forming P3V (Prevention and Management of Vietnamese Refugees). P3V task is to find the island to process the refugee and chosen Galang Island. Indonesia to help ease the burden of these Vietnamese boat people on humanitarian grounds as fellow countries in the ASEAN region. D Vietnamese refugee community life Galang Island is not much different to the one they live in Vietnam. When finished Galang Island in the process of development where there are facilities that can be used by refugees as a place of worship, sports, skills, education and others. During their stay in Galang Island, where they lived was the stilt houses and long. These facilities are built to support the lives of the refugees. As in the economic field, the refugees use the barter system to exchange the items either by fellow refugees or natives Galang Island. To support the economic activity, emerging initiatives of refugees to build a simple market for pocket money or spend time before they are sent to a third country.

(8)

Omet Rasyidi, 2014

Manusia perahu

(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Negara Vietnam merupakan salah satu negara yang ada di Asia

Tenggara yang memiliki sejarah panjang dalam usaha meraih dan

mempertahankan kemerdekaannya. Sejarah panjang tersebut dimulai dari

upaya memperoleh kemerdekaan atas Perancis. Politik yang dijalankan oleh

Perancis itu mengakibatkan terjadinya perlawanan rakyat Vietnam untuk

mengusir Perancis dari wilayahnya. Namun perlawanan-perlawanan tersebut

dilakukan tanpa adanya kekompakan karena kejelian dari Perancis yang

melakukan politik divide and rule untuk memecah belah perlawanan serta

perjuangan merebut kemerekaan tersebut terpecah kedalam 2 kelompok besar

yaitu kelompok nasionalis dan kelompok komunis yang sulit untuk disatukan.

Namun pada perkembangan selanjutnya kelompok komunis lah yang menjadi

pemimpin gerakan kemerdekaan Vietnam (Sardiman, 1983: 7).

Dalam usaha untuk merebut kemerdekaan dari Perancis, maka

dibentuklah suatu organisasi yang merupakan wadah perjuangan bersama

sebagai Liga Kemerdekaan Vietnam yang disebut Viet Minh (Sardiman,

1983: 14). Organisasi tersebut tidak hanya bergerak dalam bidang

nasionalisme, namun juga berusaha untuk mengembangkan pengaruh

komunis. Namun organisasi tersebut lebih dikenal oleh rakyat karena

pemimpin gerakan ini yaitu Ho Chi Minh yang mengedepankan nasionalisme.

Vietnam berhasil mengusir dan memperoleh kemerdekaan dari Perancis

setelah benteng terkuat Perancis yaitu Dien Bien Phu berhasil dikuasai oleh

pasukan Viet Minh pada 7 Mei 1954. Pemimpin pasukan ini ialah Jenderal Vo

Nguyen Giap yang terkenal dengan taktik gerilyanya yang berhasil

memporak-porandakan pertahanan Perancis akibat serangan besar-besaran

(9)

permasalah di Korea dan Vietnam. Pertempuran terakhir ini memakan waktu

55 hari, 55 malam yang ditandai dengan kemenangan dari pihak Viet Minh.

Hasil dari Konferensi Jenewa membuat Ho Chi Minh selaku pemimpin

dari Viet Minh tidak setuju dengan adanya pembagian Vietnam menjadi dua

bagian yaitu Vietnam Utara (Republik Vietnam) dan Vietnam Selatan.

Pembagian tersebut membawa dampak kepada pertentangan ideologi serta

campur tangan asing. Hal tersebut memaksa Vietnam kembali menghadapi

situasi perang untuk mengusir intervensi asing yaitu dari RRC dan Uni Soviet

di Vietnam Utara karena sesama negara komunis serta Amerika Serikat di

Vietnam Selatan. Maka pecah lah perang saudara atau perang Vietnam yang

terjadi dari tahun 1957-1975 (Sudharmono, 2012: 190).

Hasil dari Konferensi Jenewa yang salah satunya yaitu akan

diadakannya pemilihan umum untuk memilih pemimpin yang berkuasa atas

Vietnam. Namun sampai tahun 1961, hal tersebut belum dapat direalisasikan

(Lee, 1961: 136). Hal tersebut memicu terjadinya pemberontakan dari pihak

Ho Chi Minh yang beranggapan bahwa apabila Vietnam belum bersatu,

berarti Vietnam belum merdeka.

Perang Vietnam yang terjadi antara tahun 1957-1975 dilatarbelakangi

adanya intervensi asing yaitu dari Amerika Serikat di Vietnam Selatan.

Dalam perang ini, Vietnam Utara dibantu oleh RRC dan Uni Soviet sebagai

sesama negara komunis. Setelah adanya dua kubu yang bereselisih tersebut,

di Vietnam Selatan muncul gerakan yang bernama Gerakan Front

Pembebasan Nasional Vietnam Selatan (FPNVS) atau yang biasa disebut Viet

Cong (Sardiman, 1983: 35). Gerakan ini bertujuan untuk melawan rezim

saigon yang dikuasai oleh Amerika Serikat untuk mewujudkan suatu

pemerintahan di Vietnam yang satu dan bebas dari intervensi asing. Dengan

begitu, Amerika Serikat terdesak karena harus berhadapan dengan Vietnam

Utara pimpinan Ho Chi Minh dan pasukan Viet Cong di Vietnam Selatan.

Akhirnya pada tahun 1975, peperangan pun berakhir ditandai dengan

(10)

isinya Amerika Serikat menyerah tanpa syarat dan Ho Chi Minh menguasai

seluruh Vietnam.

Namun berakhirnya perang tersebut tidak berarti menjadikan Vietnam

benar-benar aman. Dampak dari Perang Vietnam terasa setelah terjadinya

pergolakan di kalangan masyarakat Vietnam yang merasa kehidupan mereka

terancam, antara lain karena memburuknya situasi ekonomi sehingga hari

depan tidak menentu serta adanya re-edukasi (semacam indoktrinasi) oleh

pihak yang menang dan rasa ketakutan karena bekerja sama dengan rezim

Vietnam Selatan (Ismayawati, 2013: 1). Sedangkan menurut Ricklefs (2008:

653) dampak setelah Perang Vietnam ialah adanya invasi Vietnam kepada

Kamboja. Hal tersebut bertujuan untuk menyebarluaskan pengaruh komunis

Vietnam serta adanya permintaan dari penguasa Kamboja untuk

menggulingkan pemerintahan Pol Pot yang pada saat itu berkuasa atas

Kamboja. Hal itu menyebabkan terjadinya arus pengungsian ke

wilayah-wilayah Asia Tenggara.

Orang Vietnam yang melakukan pengungsian, selain rasa ketakutan

akan keselamatan mereka yang terancam, mereka juga mengungsi untuk

mencari kehidupan yang lebih baik di negara lain. Dalam mewujudkan

keinginan mereka tersebut, para pengungsi menggunakan perahu yang

tersedia yang menimbulkan arus pengungsi Vietnam yang mengarah ke

negara Asia Tenggara seperti Filippina, Thailand, Malaysia, Singapura dan

Indonesia (Ismayawati, 2013: 2). Karena para pengungsi tersebut

menggunakan perahu sebagai alat transportasinya sehingga mereka lebih

dikenal dengan boat people (manusia perahu).

Awal kedatangan dari para pengungsi dari Vietnam ini mendapat

respon yang kurang baik dari beberapa negara di Asia Tenggara seperti

Thailand, Filippina, Malaysia, Singapura dan Indonesia sebelum UNHCR

sebagai badan PBB yang mengurusi masalah pengungsi. Hal tersebut terkadi

karena Vietnam merupakan negara komunis yang menginginkan

wilayah-wilayah sekitar khususnya Asia Tenggara berada dalam pengaruh komunis

(11)

negara-negara Asia Tenggara tersebut berkaitan dengan teori domino yang

dikemukakan oleh John Foster Dulles yang beranggapan bahwa kemenangan

komunis di Vietnam mau tidak mau menimbulkan kekhawatiran dari

negara-negara tetangga akan adanya ekspansi dari Vietnam untuk menyebarkan

pengaruh komunis (Moertopo, 1976: 311).

Namun, pada akhirnya negara-negara tersebut menerima para

pengungsi Vietnam karena semua beban dan biaya ditanggung oleh UNCHR

selaku badan PBB yang mengurusi masalah pengungsi (Ismayawati, 2013:

80). Status pengungsi Vietnam ini yaitu mendapat perlindungan dari UNHCR

dan kesempatan untuk dicari penyelesaian terhadap permasalahan pengungsi,

dikembalikan secara sukarela ke negara asal atau dikirim ke negara dunia

ketiga. Kebijakan UNHCR tersebut dilakukan untuk mengatasi situasi darurat

demi menyelamatkan manusia perahu dari negara-negara Asia Tenggara yang

kewalahan mengatasi permasalahan pengungsi Vietnam. Hal ini

menyebabkan UNHCR bekerja lama di Asia Tenggara dalam penyelesaian

masalah manusia perahu.

Khusus untuk Indonesia, dalam menangani permasalahan pengungsi

Vietnam, dihadapkan pada prinsip yang melihat suatu kerja sama regional

maupun internasional demi peningkatan ketahanan nasional dan ketahanan

regional, dan melalui kerja sama ini ikut menciptakan perdamaian dunia pada

umumnya dan perdamaian di Asia Tenggara pada khususnya yang disebut

ZOPFAN (Zone, of Peace Freedom and Neutrality) (Moertopo, 1976: 76).

Dari prinsip tersebut, jelas bahwa Indonesia menerima para pengungsi

Vietnam dan mengesampingkan permasalahan ideologi yang dibawa oleh

para pengungsi tersebut. Indonesia ingin menciptakan suatu perdamaian

khususnya di Asia Tenggara dan berusaha untuk menyelesaikan

permalasahan yang terjadi Vietnam yaitu invasi Vietnam ke Kamboja.

Usaha yang pertama dilakukan oleh Indonesia ialah mencari tempat

untuk penampungan para pengungsi Vietnam (Ismayawati, 2013: 15-16).

Syarat utama yang menjadi acuan dalam pemilihan tempat sementara untuk

(12)

ketiga, mudah memisahkan antara penduduk setempat dengan pengungsi dan

mudah dicapai untuk bantuan logistik demi kelancaran pembangunan kamp

pengungsi serta berdekatan dengan negara tetangga yang menerima

pengungsi seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Flipina. Pencarian itu

akhirnya menetapkan Pulau Galang yang merupakan suatu Pulau kosong

dengan sedikit penduduknya sebagai tempat tinggal untuk para pengungsi.

Penetapan Pulau Galang sebagai tempat penampungan karena telah

memenuhi persyaratan yaitu mudah untuk menyalurkan pengungsi ke negara

ketiga, cukup luas untuk menampung pendirian kamp pengungsi bagi

minimal 10.000 orang. Penduduknya pun sedikit sehingga mudah

memisahkan antara pengungsi dengan penduduk setempat. Pulau Galang

juga mempunyai akses yang mudah dicapai demi kelancaran pembangunan

kamp dan dukungan logistik pengungsi serta letak Pulau Galang yang

strategis yaitu berdekatan dengan negara tetangga yang juga menerima

pengungsi dari Vietnam ini. Sehingga Pulau Galang lah yang menjadi tempat

kamp pengungsian para pengungsi Vietnam tersebut.

Setelah apa yang dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan kebijakan

politiknya dalam ASEAN (ZOPFAN) dan politik bebas aktif yang berlaku

pada masa presiden Soeharto, yang menjadi pertanyaan dalam benak peneliti

dan menjadi ketertarikan peneliti adalah alasan mendasar mengapa Indonesia

bersedia menerima para pengungsi Vietnam yang merupkan negara komunis

serta langkah-langkah dari pemerintah Indonesia untuk menangani

permasalahan pengungsi Vietnam ini. Kemudian yang menjadi ketertarikan

selanjutnya adalah ketika para pengungsi diterima dan ditempatkan di pulau

khusus untuk penampungan pengunsi yaitu di Pulau Galang. Kemudian

bagaimana proses sosialisasi dan interaksi yang dilakukan antar sesama

pengungsi selama berada di kamp pengungsian serta bagimana proses

sosialisasi dan interaksi para pengungsi dengan penduduk setempat. Hal-hal

itulah yang menarik ketertarikan peneliti untuk meneliti lebih lanjut mengenai

dampak dari Perang Vietnam yang mengakibatkan pengungsian yang

(13)

Alasan peneliti memilih tahun 1979 untuk awal kajian penulisan ini

karena pada tahun tersebut merupakan awal dipusatkannya para pengungsi

yang sebelumnya tersebar di beberapa Pulau di Indonesia, kemudian

dipindahkan ke Pulau Galang. Kemudian pemilihan tahun 1996 sebagai akhir

kajian yaitu karena pada tahun 1996 tersebut Pulau Galang telah kosong dari

para pengungsi. Pengosongan Pulau Galang sesuai dengan sidang

Internasional di Jenewa yang menyebutkan bahwa pada tahun 1995 Pulau

Galang tersebut harus kosong, namun pada kenyataannya pada 1996 baru

dapat dikosongkan. Hal tersebut dikarenakan para pengungsi berkeinginan

untuk dikirim ke negara ketiga. Namun, dalam proses pengiriman pengungsi

ke negara ketiga tidak semua pengungsi memiliki kesempatan untuk dikirim.

Pengungsi yang dikirim ialah para pengungsi yang mengungsi dari negaranya

karena faktor politik bukan ekonomi. Hal tersebut menjadikan permasalahan

yang harus diselesaikan oleh pemerintah Indonesia. Akhirnya, pada tahun

1996 Pulau Galang akhirnya dapat dikosongkan.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di latar belakang, maka peneliti membuat

batasan masalah yaitu “Bagaimana keadaan pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996 ?”. Untuk memfokuskan permasalahan yang dikaji lebih

jelas dan terarah, maka peneliti mengkajinya dalam beberapa pokok

permasalan yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut.

1. Apa yang melatarbelakangi munculnya manusia perahu Vietnam ?

2. Bagaimana peran UNHCR (United Nation High Commissioner For

Refugee) termasuk Indonesia dalam menanggulangi permasalahan para

pengungsi Vietnam ?

3. Bagaimana gambaran kehidupan para pengungsi selama berada di camp

(14)

1.3Tujuan Penelitian

1. Untuk memperoleh informasi mengenai latar belakang munculnya

manusia perahu Vietnam yang memasuki negara-negara Asia Tenggara

termasuk Indonesia

2. Untuk mengkaji peran UNHCR termasuk Indonesia terhadap para

pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996

3. Untuk memperoleh informasi mengenai gambaran kehidupan para

pengungsi selama berada di camp pengungsian Pulau Galang

1.4Metode Penelitian

Dalam melakukan proses penelitian khususnya dalam penelitian

sejarah, peneliti menggunakan metode historis yaitu suatu proses pengkajian,

penjelasan dan penganalisaan secara kritis terhadap rekaman serta peninggalan

masa lampau (Sjamsuddin, 2007: 17-19). Adapun langkah-langkah yang

digunakan dalam melakukan penelitian sejarah ini terbagi menjadi empat

tahap, yaitu:

Tahapan pertama dalam penelitian ini adalah heuristik yaitu

pengumpulan sumber-sumber yang relevan dengan tema penelitian yang akan

diteliti baik itu berupa sumber primer maupun sumber sekunder.

Tahapan kedua adalah kritik. Kritik dalam metode historis ini ada dua

yaitu kritik intern dan kritik ekstern. Kritik eksternal merupakan upaya

melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber

sejarah (Sjamsuddin, 2007: 132). Dalam kritik eksternal ini juga menilai

kelayakan dari sumber-sumber yang telah ditemukan sebagai bahan acuan

dalam penulisan skripsi. Kritik eksternal juga dilakukan klasifikasi terhadap

buku-buku yang digunakan baik itu dari segi latar belakang penulis buku,

penerbit dan tahun penerbitan. Sehingga buku-buku tersebut dapat digunakan

dan relevan untuk penulisan skripsi.

Sedangkan kritik internal merupakan penilaian terhadap aspek “dalam”

yaitu isi dari sumber sejarah yang digunakan oleh peneliti setelah sebelumnya

(15)

kritik internal peneliti berusaha untuk menyaring dan mengkritisi

sumber-sumber yang telah didapatkan dalam tahapan heuristik.

Tahapan ketiga yaitu interpretasi. Pada tahapan ini, peneliti

memberikan penafsiran terhadap sumber-sumber yang telah dikumpulkan.

Penafsiran ini dilakukan dengan menafsirkan fakta dan data dengan

konsep-konsep dan teori-teori yang telah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Fakta dan

data yang telah ditemukan tersebut selanjutnya disusun, ditafsirkan dan

dihubungkan satu sama lain. Kemudian fakta dan data tersebut dijadikan

kerangka berpikir dalam penulisan skripsi ini.

Tahapan yang terakhir atau keempat yaitu historiografi. Pada tahap ini,

peneliti berusahan merumuskan masalah apa yang akan dibahas dalam

merekonstruksi peristiwa-peristiwa dan fakta-fakta yang didapat dan

kemudian ditulis kedalam tulisan.

1.5Manfaat Penelitian

Secara umum manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk

mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan menambah pengetahuan

mengenai dampak dari perang Vietnam dan Indocina dan kehidupan sosial

para pengungsi di pulau Galang pada tahun 1979-1996.

Adapun secara khusus manfaat penelitian ini dapat bermanfaat bagi

banyak pihak diantaranya:

1. Bagi peneliti dengan adanya tulisan ini semoga bisa memberikan

pengalaman berharga dalam melakukan penelitian dan merupakan

aplikasi dari perkuliahan yang telah didapat sebelumnya. Selain itu,

tulisan ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi semua

orang yang ingin memperoleh informasi mengenai sejarah Vietnam.

2. Bagi Jurusan Pendidikan Sejarah dengan adanya ada tulisan ini dapat

memperkaya penelitian sejarah terutama yang berkaitan tentang sejarah

(16)

3. Bagi Mahasiswa dengan adanya tulisan ni dapat menjadi salah satu

tambahan sumber belajar yang dapat memperluas pengetahuan mengenai

sejarah kawasan terutama kawasan Asia Tenggara.

1.6Struktur Organisasi Skripsi

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini menguraikan secara rinci mengenai

latar belakang belakang penelitian yang menjadi alasan ketertarikan untuk

mengkaji dan meneliti mengenai Kehidupan Sosial Pengungsi Vietnam di

Pulau Galang 1979-1996. Kemudian peneliti mencantumka rumusan dan

batasan masalah agar penelitian ini dapat dikaji secara lebih khusus. Pada bab

ini juga terdapat tujuan, metode dan manfaat penelitian.

Bab II Kajian Pustaka, dalam bab ini menguraikan mengenai

sumber-sumber yang relevan dengan penelitian yang dikaji yaitu sumber-sumber yang

berkaitan dengan Kehidupan Sosial Pengungsi Vietnam di Pulau Galang

1979-1996. Selain itu pada bab ini juga, peneliti menjelaskan mengenai

konsep dan teori yang relevan dengan judul yang dikaji.

Bab III Metode Penelitian, dalam bab ini peneliti menguraikan

mengenai metodelogi penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian.

Peneliti menguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menyelesaikan

penelitian yang berisi langkah-langkah penelitian, dimulai dari persiapan

sampai langkah terakhir dalam menyelesaikan penelitian ini. Pada tahapan ini

peneliti menggunakan langkah-langkah penelitian sejarah yang meliputi

heuristik, kritk, interpretasi dan historiografi mengenai Kehidupan Sosial

Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996.

Bab IV Manusia Perahu: Suatu Kajian Teori mengenai Kehidupan

Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996, dalam bab ini merupakan isi

dari penelitian. Permasalahan-permasalahan yang sudah disebutkan

sebelumnya diuraikan dan dijelaskan pada bab ini serta jawaban-jawaban yang

terdapat dalam rumusan masalah. Permasalahn tersebut ialah kebijakan

Indonesia terhadap pengungsi Vietnam, latar belakang pemilihan pulau

(17)

lembaga PBB yang menangani masalah pengungsian dan kehidupan para

pengungsi selama berada di pulau Galang.

Bab V Simpulan dan Saran, dalam bab terakhir ini peneliti memberikan

kesimpulan dari hasil pembahasan yang berisi jawaban terhadap masalah

(18)

Omet Rasyidi, 2014

Manusia perahu

(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian yang

digunakan dalam mengkaji permasalahan dalam penulisan skripsi ini yang berjudul “Manusia Perahu: Kajian teori Mengenai Kehidupan Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini

adalah metode historis. Metode ini digunakan oleh peneliti karena peneitian ini

merupakan kajian sejarah yang data-datanya diperoleh dari jejak-jejak yang

ditinggalkan dari suatu peristiwa masa lampau. Metode historis menurut

Gottschalk (1986: 32) adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis

rekaman dan peninggalan, kemudian menuliskannya berdasarkan fakta yang

diperoleh. Sedangkan menurut Ismaun (2005: 34), metode historis terdiri dari

empat langkah sebagai berikut:

1. Heuristik, yaitu pencarian dan pengumpulan sumber sejarah yang relevan

(Ismaun, 2005: 49). Sedangkan menurut Lucey yang dikutip oleh Sjamsuddin

(2007: 96) mengatakan bahwa heuristik adalah kajian atau pengetahuan

tentang sumber-sumber sejarah. Sumber-sumber sejarah itu dapat berupa

sumber benda, sumber tertulis, dan sumber lisan. Klasifikasi sumber juga

dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara: mutakhir atau kontemporer

(contemporary) dan lama (remote); formal (resmi) dan informal (tidak resmi);

juga pembagian menurut asal, isi, dan tujuan, yang masing-masing

dibagi-bagi lebih lanjut menurut waktu, tempat, dan cara atau produknya.

2. Kritik, yaitu suatu usaha menilai sumber-sumber sejarah yang didasari etos

ilmiah yang menginginkan, menemukan, atau mendekati kebenaran (Ismaun,

2005: 50). Sumber-sumber yang digunakan dipilih melalui kritik internal dan

eksternal sehingga diperoleh fakta-fakta yang sesuai dengan permasalahan

penelitian. Menurut Sjamsuddin (2007: 132) fungsi kritik berguna sehingga

karya sejarah merupakan produk dari suatu proses ilmiah yang dapat

dipertanggungjawabkan. Dalam metode sejarah dikenal terdapat dua macam

(19)

Omet Rasyidi, 2014

Manusia perahu

(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Interpretasi, yaitu menafsirkan keterangan-keterangan sumber secara logis

dan rasional dari fakta dan data yang telah terkumpul dengan cara

dihubungkan sehingga menjadi kesatuan yang utuh. Dalam interpretasi

dikenal dengan adanya unsur subjektivitas dari sejarawan untuk menafsirkan

sumber.

4. Historiografi, yaitu proses penyusunan hasil penelitian yang telah diperoleh

sehingga menjadi kesatuan yang utuh dalam menyajikan gambaran sejarah

dalam bentuk skripsi, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenaran

ilmiahnya.

Selanjutnya penulis membagi langkah-langkah penelitian tersebut kedalam tiga pembahasan, yaitu pembahasan mengenai persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan laporan penelitian.

3.1 Persiapan Penelitian

3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Penentuan dan pengajuan topik penelitian merupakan kegiatan yang

penting dan harus pertama kali dalam penelitian karya ilmiah. Ketertarikan awal

peneliti untuk mengkaji masalah Pengungsi Vietnam di Pulau Galang bermula

dari rasa ingin tahu peneliti mengenai Pulau Galang yang dijadikan tempat wisata

oleh Pemerintah Kota Batam dan mempunyai kisah sejarah mengenai para

pengungsi Vietnam yang sempat tinggal di sana.

Dari rasa ingin tahu tersebut membuat peneliti ingin mengkaji lebih dalam

mengenai kehidupan pengungsi Vietnam yang berada di Pulau Galang. Dalam

benak peneliti timbul pertanyaan yaitu, mengapa Pulau Galang yang dijadikan

tempat tinggal sementara untuk para pengungsi padahal di Indonesia memiliki

pulau-pulau yang lebih layak untuk ditempati. Dari sedikit rasa penasaran tersebut

kemudian peneliti mulai mencari dan membaca berbagai literatur mengenai

sejarah Asia Tenggara, khususnya yang berhubungan dengan Vietnam dan

kebijakan Indonesia.

Dari hasil pencarian sumber literatur tersebut peneliti kemudian

menemukan beberapa fakta lain seputar peristiwa masuknya pengungsi Vietnam

(20)

Omet Rasyidi, 2014

Manusia perahu

(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membuat peneliti lebih tertarik lagi untuk mengangkat skripsi dengan tema

kehidupan pengungsi Vietnam di Pulau Galang tahun 1979-1996. Setelah peneliti

merasa yakin untuk menulis skripsi dengan tema tersebut di atas, peneliti

kemudian mencoba mengajukan proposal penelitian dengan judul “Kehidupan

Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996” yang diajukan pada kuliah

seminar penulisan karya ilmiah pada semester 6.

Pada kuliah seminar penulisan karya ilmiah tersebut dimana setiap

mahasiswa mempresentasikan calon judul skripsi mereka di depan kelas yang

kemudian untuk selanjutnya mendapat kritikan ataupun saran dari dosen pengajar

mata kuliah tersebut sebagai bahan masukan untuk melangkah ke tahap

selanjutnya. Selanjtunya, menindaklanjuti hasil dari kuliah seminar penulisan

karya ilmiah, maka peneliti pun bermaksud mendaftarkan calon judul skripsi ke

pihak TPPS. Pengajuan judul skripsi ke-TPPS dilakukan peneliti pada akhir

November 2013 , yang kemudian ditindaklanjuti dengan penyusunan proposal

penelitian.

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Setelah peneliti melakukan pengajuan Judul ke TPPS, kemudian peneliti

menyusun proposal penelitian. Yang terdiri dari :

1. Judul

2. Latar Belakang Penelitian

3. Rumusan Masalah

4. Tujuan Penelitian

5. Manfaat Penelitian

6. Metode Penelitian

7. Kajian Pustaka

8. Struktur Organisasi Skripsi

9. Daftar Pustaka

Setelah proposal disetujui oleh TPPS, peneliti akhirnya diizinkan untuk

(21)

Omet Rasyidi, 2014

Manusia perahu

(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2013 di Laboratorium Jurusan Pendidikan Sejarah, lantai 4 Gedung FPIPS,

Universitas Pendidikan Indonesia.

Hasil dari seminar proposal skripsi tersebut di antaranya adalah perubahan

judul yang semula “Kehidupan Sosial Pengungsi Vietnam di Pulau Galang

1979-1996” menjadi “Kehidupan Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996”.

Penggantian judul ini dilakukan agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini

sedikit lebih luas karena selain kehidupan sosial, kehidupan politik, ekonomi dan

budaya juga berpengaruh terhadap kehidupan para pengungsi tersebut selama

berada di Pulau Galang. Perubahan tersebut menjadikan penelitian yang akan

diteliti ini menjadi luas ruang linkup karena mencakup berbagai aspek kehidupan.

Perubahan yang terjadi pada judul juga merubah latar belakang masalah, rumusan

masalah dan tujuan penelitian ikut berubah menjadi lebih spesifik dan sesuai

dengan judul. Perubahan tersebut harus dilakukan agar sesuai dan memudahkan

peneliti dalam penelitian skripsi ke depannya.

3.1.3 Proses Bimbingan

Bimbingan merupakan proses konsultasi dalam penelitian skripsi untuk

mendapatkan pencerahan tentang tema yang dikaji yang dilaksanakan dengan dua

orang dosen pembimbing yang memiliki kompetensi sesuai dengan tema

permasalahan yang dikaji. Dalam hal ini, kompetensi yang dimiliki oleh kedua

dosen pembimbing itu adalah kajian dalam sejarah Asia Tenggara dan Sejarah

Lokal. Berdasarkan surat penunjukkan pembimbing skripsi yang telah dikeluarkan

oleh Tim Pertimbangan Penelitian Skripsi (TPPS), dalam penyusunan skripsi ini

peneliti dibimbing oleh Wawan Darmawan, S.Pd., M. Hum. sebagai pembimbing

I dan Drs. Ayi Budi Santosa, M.Si sebagai pembimbing II. Proses bimbingan ini

merupakan hal yang sangat diperlukan oleh peneliti untuk mendapatkan

masukan-masukan yang sangat membantu dalam rangka penyelesaian skripsi ini.

Konsultasi dilakukan oleh peneliti dengan dosen pembimbing setelah sebelumnya

memberikan draft kepada dose pembimbing I dan II yang kemudian pelaksanaan

(22)

Omet Rasyidi, 2014

Manusia perahu

(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam proses bimbingan ini juga, judul skripsi yang diajukan peneliti berubah yang semula “Kehidupan Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996” berubah menjadi “Manusia Perahu: Kajian Historis Terhadap Kehidupan Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996”. Hal tersebut menjadikan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini semakin spesifik.

3.2 Pelaksanaan Penelitian

3.2.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Dalam tahap ini, peneliti mencari dan mengumpulkan sumber-sumber

yang relevan dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Sumber-sumber yang digunakan peneliti adalah buku, jurnal,majalah dan internet. Dalam

penelitian ini, peneliti melakukan teknik studi literatur.

Tempat pertama yang dikunjungi oleh peneliti adalah rumah salah satu

dosen yaitu dosen PA (Pembimbing Akademik) di Jurusan Pendidikan Sejarah

yaitu Drs. R.H. Achmad Iriyadi. Dari beliau peneliti mendapatkan buku-buku yang berkaitan dengan Vietnam yaitu buku “Kemenangan Komunis Vietnam dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Politik di Asia Tenggara” yang ditulis

oleh Sardiman AM, “Indocina Dalam Kawasan Asia Tenggara Dewasa Ini” yang

ditulis oleh Dr. H. Roeslan Abdulgani dan “Asia Menang di Dien Bien Phu” yang

ditulis oleh Drs. Oey Hong Lee. Peneliti melakukan heuristik (pengumpulan

sumber) ke rumah bapak Drs. R. H. Achmad Iriyadi pada tanggal 6 November

2013.

Peneliti juga mengunjungi perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia.

Buku-buku yang ditemukan disana berhubungan dengan ilmu sosial dan politik

diantaranya adalah buku ”Sejarah Nasional Indonesia Jilid Edisi Revisi” yang

ditulis oleh Nugroho Notosusanto dan Marwati Djoened, ”Teori Sosiologi Modern” yang ditulis oleh George Ritzer dan Douglas J. Goodman, “Asia

Tenggara Dalam Perspektif Netralitas dan Netralisme” yang ditullis oleh

Budiono Kusumohamidjojo, “Politik Luar Negeri Indonesia” yang ditulis oleh

Michael Leifer, “Studi Hubungan Internasional” yang ditulis oleh P. Anthonius

(23)

Omet Rasyidi, 2014

Manusia perahu

(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sejarah” yang ditulis oleh Louis Gottschalk yang sudah diterjemahkan oleh

Nugroho Notosusanto, “Sedjarah Perkembangan Perang Dari Zaman

Klasik-Modern” yang ditulis oleh Drs. Arief Iskandar, “Asia Tenggara Dalam Pespektif

Netralitas Dan Netralisme” yang ditulis oleh Budiono Kusumohamidjojo,

Mengerti Sejarah” yang ditulis oleh Gottschalk, “Clausewitz: Mahaguru Strategi Perang Modern” yang ditulis oleh Howart. Peneliti melakukan heuristik ke

perpustakaan ini secara berkala.

Perpustakaan berikutnya yang dikunjungi ialah Perpustakaan Fakultas

Ilmu Sastra dan Bahasa Universitas Padjadjaran. Dari perpustakaan ini penulis

mendapatkan sumber majalah lembaran khusus majalah TEMPO yang diterbitkan 28 Agustus 1982 dengan judul “Vietnam: Mereka Yang Tercampakkan” dan yang

diterbitkan 2 Mei 1981 dengan judul “Vietnam, Sebuah Ratapan Panjang”.

Peneliti melakukan heuristik ke perpustakaan ini pada tanggal 15 Januari 2014.

Perpustakaan lain yang dikunjungi adalah Perpustakaan Batoe Api

Jatinangor. Di perpustankaan tersebut peneliti menemukan buku-buku dan sumber

koran sejaman dengan peristiwa sebelum dan sesudah munculnya manusia perahu.

Buku-buku tersebut ialah “Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis” yang

ditulis oleh K.J Holsti, “Tentang Perang” yang ditulis oleh Kol Art (Purn)

M.Husni. Selain itu juga ditemukan sumber-sumber majalah dalam majalah TEMPO yaitu “Sirnanya impian orang selatan” yang terbit 26 Maret 1983.

Suatu Sore, 100 km dari Tanjung Ca Mau” yang terbit 7 November 1981, “Bayang-bayang tawanan Amerika di Indocina” yang terbit 22 Oktober 1983,

Dikejar hantu Vietnam” yang terbit 11 Februari 1984, “Vietnam: Sebuah episode” yang terbit 24 Maret 1984, “Kota-kota yang tabah yang menderita” yang

terbit 6 Agustus 1983, “Kolonel itu ternyata orang komunis” yang terbit 25 April

1981, “Sisa-sisa manusia perahu” yang terbit 18 Desember 1993. Peneliti melakukan heuristik ke perpustkaan ini pada tanggal 2 Juli 2014.

Peneliti juga melakukan pengumpulan ke Arsip Nasional Republik

Indonesia (ANRI) untuk mendapatkan arsip-arsip ataupun dokumen-dokumen

yang berkaitan dengan pengungsi Vietnam di Indonesia. Di sana peneliti

(24)

Omet Rasyidi, 2014

Manusia perahu

(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

di dalamnya terdapat dokumen yang menceritakan tentang hasil kunjungannya ke

Pulau Galang yaitu tempat para pengungsi Vietnam tinggal.

Peneliti juga mencoba melakukan heuristik ke lokasi camp pengungsi

Vietnam di Pulau Galang pada tanggal 25 Juli 2014 untuk mendapatkan data-data

ataupun arsip-arsip serta dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pengungsi

Vietnam di Pulau Galang. Di sana peneliti mendapatkan apa yang dibutuhkan untuk proses pengerjaan skripsi ini yaitu “Surat Keputusan Presiden Nomor 38 Tahun 1979 tentang Koordinasi Penyelesaian Masalah Pengungsi Vietnam di

Indonesia” yang dikeluarkan oleh Presiden Soeharto, “Dokumen dari Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia KOGAS (Komando Tugas) Kemanusiaan Galang –

96 yaitu serah terima asset UNHCR di lokasi penampungan manusia perahu di

Pulau Galang”, “Dokumen rahasia P3V Daerah mengenai inventaris yang

terdapat di lokasi penampungan manusia perahu di Pulau Galang”, “Dokumen

daftar nama-nama pengungsi yang yang dimakamkan di Pulau GalangPeta

denah lokasi camp pengungsi Vietnam” serta dokumentasi para pengungsi selama

berada di Pulau Galang.

Selain itu peneliti juga menemukan sumber-sumber buku dari pameran-pameran buku dan toko buku yang ada di Bandung seperti buku “Studi Wilayah Jilid Pertama” yang ditulis oleh Ali Moertopo, “Sejarah Asia Tenggara Modern:

Dari Penjajahan Ke Kemerdekaan” yang ditulis oleh Sudharmono, “Manusia

Perahu: Tragedi Kemanusiaan di Pulau Galang” yang ditulis oleh Isye

Ismayawati dan “Dasar-Dasar Geografi Politik” yang ditulis oleh Drs. N.

Daldjoeni.

Selain sumber buku-buku tersebut, peneliti juga memperoleh

sumber-sumber dari internet berupa buku, publikasi departemen, jurnal dan artikel yang

relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Sumber-sumber yang didapatkan yaitu “Prajurit TNI Dalam Tugas Kemanusiaan Galang-96” yang

ditulis oleh Saleh As’ad Djamhari, “The Comprehensive Plan of Action for Indochinese Refugees, 1989-1997: Sharing The Burden and Passing The Buck

(25)

Omet Rasyidi, 2014

Manusia perahu

(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Septia Anggrainy, “Kebijakan Luar Negeri Indonesia Terkait Konflik Laut Cina Selatan” yang ditulis oleh Sabrina Mirza, “Pengertian Pengungsi” yang diunduh

dari http://jrs.or.id/refugee/, “Peranan UNHCR Dalam Melindungi Pengungsi di

Indonesia” yang diunduh dari www.unhcr.or.id, “Penampungan Orang Vietnam

di Pulau Galang 1975-1979” yang ditulis oleh Moh. Fandik.

Setelah sumber-sumber diperoleh, selanjutnya peneliti membaca,

memahami serta mengkaji sumber-sumber tersebut yang untuk selanjutnya

dianalisis dan kemudian dituangkan kedalam penelitian peneliti ini. Hal ini

dilakukan agar peneliti memperoleh pemahaman mengenai sumber-sumber

tersebut secara jelas dan rinci serta memudahkan peneliti dalam proses penulisan

skripsi ini.

3.2.2 Kritik Sumber

Pada tahap ini, peneliti melakukan tahapan dalam penelitian yaitu kritik.

Dalam usaha mencari kebenaran (truth), sejarawan dihadapkan untuk dapat

membedakan mana yang benar dan mana yang tidak benar, mana yang mungkin

dan apa yang meragukan atau mustahil (Sjamsuddin, 2007: 131). Pada tahapan

kritik ini peneliti mencoba memilah sumber-sumber yang telah didapatkan pada

proses sebelumnya yaitu heuristik yang dapat digunakan dalam penelitian yang

sedang dilakukan. Pada tahapan kritik ini berfungsi untuk membuat suatu

penelitian yang dilakukan dapat dipertanggungkan jawabkan secara ilmiah bukan

sebagai hasil dari suatu fantasi, manipulasi ataupun fabrikasi sejarawan.

Dalam proses kritik ini terbagi ke dalam kritik eksternal dan kritik internal.

Kritik eksternal, yaitu cara pengujian dari aspek-aspek luar dari sumber sejarah

tersebut yang digunakan, dan menggunakan kritik internal, yaitu pengkajian

terhadap isi dari sumber sejarah tersebut.

3.2.2.1 Kritik Eksternal

Kritik eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap

aspek-aspek “luar” dari sumber sejarah (Sjamsuddin, 2007: 132). Kritik eksternal

(26)

Omet Rasyidi, 2014

Manusia perahu

(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penunjang dalam penulisan skripsi ini dari aspek luarnya sebelum melihat isi dari

sumber dan untuk mengurangi subjektivitas dari berbagai sumber yang didapatkan

oleh peneliti. Menurut Sjamsuddin (2007:134) kritik eksternal harus menegakkan

fakta dari kesaksian bahwa kesaksian itu benar-benar diberikan oleh orang ini

atau pada waktu ini (authenticity), kesaksian yang telah diberikan itu telah

bertahan tanpa ada perubahan (uncorupted), tanpa ada suatu tambahan-tambahan

atau penghilangan-penghilangan yang substansial (integrity).

Kritik eksternal terhadap sumber tertulis bertujuan untuk menilai

kelayakan sumber sebelum mengkaji isi sumbernya itu sendiri. Kritik eksternal

yang dilakukan oleh peneliti ialah terhadap Keputusan Presiden Republik

Indonesia Nomor 38 tahun 1979 dan Penanganan dan Penyelesaian Masalah

Pengungsi Vietnam di Daerah yang tertuang dalam Sekretariat Wakil Presiden

Adam Malik 1978-1982. Dalam proses kritik eksternal ini, peneliti beranggapan

bahwa sumber keputusan presiden ini merupakan sumber primer yang digunakan

oleh peneliti dalam penulisan skripsi ini karena selain merupakan sumber yang

sezaman dengan penelitian yang dilakukan. Jika dihubungkan dengan yang

dimaksud dengan kritik eksternal yaitu sumber yang diklasifikasikan harus otentik

dalam artian berada dalam periode yang sezaman dengan apa yang diteliti serta

merupakan perintah langsung dari Presiden Indonesia pada saat itu yaitu Soeharto.

Otentik yang dimaksud disini ialah bahwa sumber tersebut dapat melaporkan

dengan benar mengenai sesuatu subjek yang tampaknya benar. Dalam hal ini

peneliti mencoba untuk menghubungkan surat keputusan presiden dalam tindak

lanjut masuknya manusia perahu Vietnam ke Indonesia. Sumber tersebut menurut

peneliti dapat dipertanggungjawabkan keasliannnya karena meskipun hanya

salinan dari dokumen asli, tetapi dokumen yang didapatkan oleh peneliti ketika

mengunjungi Pulau Galang itu merupakan salinan dari aslinya dan tidak ada

pengurangan ataupun penambahan yang terdapat di dalam dokumen tersebut.

Selanjutnya Penanganan dan Penyelesaian Masalah Pengungsi Vietnam di

Daerah yang tertuang dalam Sekretariat Wakil Presiden Adam Malik 1978-1982.

Dokumen tersebut merupakan sumber primer dalam penelitian ini karena

(27)

Omet Rasyidi, 2014

Manusia perahu

(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merupakan dokumen yang dikeluarkan oleh Wakil Presiden Adam Malik dalam

kunjungannya ke Kepulauan Riau untuk melihat para pengungsi Vietnam di Pulau

Galang. Jika dihubungkan dengan yang dimaksud dengan kritik eksternal yaitu

sumber yang diklasifikasikan harus otentik dalam artian berada dalam periode

yang sezaman dengan apa yang diteliti yaitu dokumen yang yang dibuat pada

masa pemerintahan Adam Malik menjabat sebagai Wakil Presiden RI. Otentik

yang dimaksud disini ialah bahwa sumber tersebut dapat melaporkan dengan

benar mengenai sesuatu subjek yang tampaknya benar. Dalam hal ini peneliti

mencoba untuk menghubungkan Sekretariat Wakil Presiden Adam Malik dengan

proses pembangunan Pulau Galang sebagai tempat pengelolaan pengungsi.

Sumber tersebut menurut peneliti dapat dipertanggungjawabkan keasliannnya

karena meskipun hanya salinan dari dokumen asli, tetapi dokumen yang

didapatkan oleh peneliti ketika mengunjungi Arsip Nasional Republik Indonesia

itu merupakan foto copian dari aslinya, namun tidak ada pengurangan ataupun

penambahan yang terdapat di dalam dokumen tersebut.

3.2.2.2 Kritik Internal

Kritik internal merupakan kebalikan dari kritik eksternal. Pada tahap ini

peneliti membaca seluruh sumber-sumber yang yang telah diperoleh pada tahap

heuristik, melakukan penilaian terhadap sumber-sumber, dan kemudian

dibandingkan dengan sumber-sumber lainnya yang didapat peneliti. Menurut

Sjamsuddin (2007: 143) kritik internal menekankan aspek “dalam”, yaitu isi dari

sumber kesaksian (testimoni).

Dalam hal ini peneliti mencoba melakukan kritik terhadap sumber primer

yang didapatkan peneliti dalam proses pengumpulan sumber yaitu Keputusan

Presiden Nomor 38 tahun 1979 dan Sekretariat Wakil Presiden Adam Malik

1978-1982. Dalam proses kritik internal yang menekankan pada isi dari dokumen

tersebut. Keputusan Presiden Nomor 38 berisi tentang koordinasi penanganan dan

penyelesaian permasalahan pengungsi Vietnam di Indonesia harus dilakukan

secara terpadu agar tidak mengganggu stabilitas nasional. Hal tersebut dilakukan

(28)

Omet Rasyidi, 2014

Manusia perahu

(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indonesia sehingga dibentuk tim P3V (Penanggulangan dan Pengelolaan

Pengungsi Vietnam).

Sedangkan Sekretariat Wakil Presiden Adam Malik 1978-1982 berisi

tentang latar belakang masuknya pengungsi Vietnam ke Indonesia hingga cara

penanganannya yang diserahkan kepada P3V Daerah Kepulauan Riau. Dokumen

ini merupakan tindak lanjut dari Keputusan Presiden Nomor 38 yaitu membentuk

P3V dalam mengatasi masuknya pengungsi Vietnam ke Indonesia hingga

pembangunan pulau yang terpilih sebagai tempat pengelolaan pengungsi yaitu

Pulau Galang lengkap dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung untuk kehidupan

para pengungsi sebelum dikirim ke negara ketiga atau dipulangkan kembali ke

negara asal.

3.2.3 Interpretasi

Interpretasi merupakan langkah selanjutnya setelah dilakukan kritik

sumber. Pada tahap ini, peneliti mencoba melakukan penafsiran dari fakta-fakta

yang telah ditemukan dari kritik sumber agar relevan dengan bahsan yang dikaji

oleh peneliti. Menurut Sjamsuddin (2007: 158-159) disadari atau tidak, diakui

atau tidak, dinyatakan secara eksplisit atau implisit, mereka berpegang pada salah

satu atau kombinasi beberapa filsafat sejarah yang menjadi dasar penafsirannya.

Peneliti menggunakan pemikiran sejarah yang deterministik dalam

melakukan penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah. Pemikiran sejarah yang

deterministik ini menolak semua penyebab yang berdasarkan kebebasan manusia

dalam menentukan dan mengambil keputusan sendiri dan menjadikan manusia

semacam robot yag ditentukan oleh kekuatan-kekuatan yang berada di luar

dirinya. Menurut Romein dan Lucey dalam Sjamsuddin (2007: 163) berpendapat

bahwa tenaga-tenaga yang berada di luar diri manusia berasal dari dunia fisik

seperti faktor-faktor geografi (luas daerah, letak daerah, iklim), etnologi (faktor

keturunan, fisik biologis yang rasial), faktor-faktor dalam lingkungan budaya

manusia seperti sistem ekonomi dan sosial.

Dari berbagai bentuk pemikiran sejarah deterministik, peneliti

(29)

Omet Rasyidi, 2014

Manusia perahu

(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada sumber-sumber sejarah saja akan menggunakan porsi deksripsi dan narasi

yang lebih banyak sedangkan sejarawan yang berorientasi pada problema selain

menggunakan deskripsi dan narasi akan lebih mengutamakan analisis. Akan tetapi

apapun cara yang digunakan, semuanya akan bermuara pada penafsiran sintetis

(Sjamsuddin, 2007: 158).

Penafsiran sintetis mencoba untuk menggabungkan seua faktor atau tenaga

yang menjadi penggerak sejarah. Menurut Barnes dalam Sjamsuddin (2007: 170) menyebutkan bahwa tidak ada satu kategori “sebab-sebab” tunggal yang cukup menjelaskan semua fase dan periode perkembangan sejarah. Pada dasarnya

manusia yang tetap menjadi pemeran utama yang perkembangan dan jalannya

sejarah digerakkan oleh berbagai faktor dan tenaga bersama-sama. Pemilihan

penafsiran sintetis karena kebijakan politik luar negeri Indonesia yang menerima

para pengungsi Vietnam ini atas dasar ingin menciptakan perdamaian di kawasan

Asia Tenggara atau yang disebut ZOPFAN (Zone, of Peace Freedom and

Neutrality).

Dalam melakukan interpretasi ini, peneliti menggunakan pendekatan

interdisipliner. Pendekatan ini menggunakan bantuan dari disiplin ilmu lain yaitu

ilmu sosial dan ilmu politik. Penggunaan ilmu bantu ini dimaksudkan untuk

mempertajam hasil analisis. Ilmu politik peneliti gunakan untuk menjelaskan

konsep politik luar negeri Indonesia dan Wawasan Nusantara (Geopolitik dan

Geostrategi Indonesia). Sedangkan Ilmu sosial peneliti menggunakan teori konflik

Ralf Dahrendorf.

3.2.4 Historiografi

Historiografi adalah pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa

yang terjadi pada waktu yang lalu (Ismaun, 2005: 28). Tahap ini merupakan tahap

terakhir dari penelitian yang merupakan hasil dari langkah-langkah yang telah

dilakukan mulai dari pengumpulan sumber (heuristik), kritik sumber serta

interpretasi. Dalam tahap ini peneliti harus mengerahkan seluruh daya pikirannya

tidak hanya keterampilan teknis penggunaan pikiran-pikiran kritis analitisnya

(30)

Omet Rasyidi, 2014

Manusia perahu

(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitiannya atau penemuannya itu dalam tulisan utuh yang disebut historiografi

(Sjamsuddin, 2007: 156).

Historiografi merupakan penulisan sejarah yang telah menggunakan

langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang sesuai dengan metodologi penelitian.

Pada tahap terakhir ini seluruh hasil penelitian dituangkan oleh penulis dalam

sebuah tulisan yang ilmiah dan sesuai kaidah keilmuan. Tahap historiografi ini

pula akan peneliti laporkan dalam sebuah tulisan berbentuk skripsi dan disusun

berdasarkan pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku di lingkungan

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

3.3 Laporan Penelitian

Berdasarkan ketentuan penulisan karya ilmiah di lingkungan UPI, maka

sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan berisi latar belakang penelitian. Pada bab ini juga

dijelaskan mengenai ketertarikan peneliti dalam memilih permasalahan yang

dibahas yaitu mengenai pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996. Agar

permasalahan yang dikaji tidak melebar dari konteks maka dincatumkan

perumusan masalah dan pembatasan masalah dalam penulisan skripsi ini.

Kemudian ada tujuan peneltian dan juga dincatumkan struktur organisasi

skripsi yang akan menjadi kerangka dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bab II Kajian Pustaka berisi tentang sumber buku dan

sumber-sumber lainnya yang relevan dengan bahasan yang dikaji seperti jurnal,

artikel dan publikasi departemen mengenai pengungsi Vietnam di Pulau

Galang 1979-1996. Selain itu karena pendekatan yang digunakan peneliti

menggunakan pendekatan interdisipliner, bab ini juga berisi mengenai

teori-teori beserta konsep yang digunakan penulis untuk mengkaji permasalahan

yang diteliti. Hal tersebut dilakukan agar analisis yang dilakukan lebih tajam

3. Bab III Metode Penelitian diuraikan mengenai kegiatan-kegiatan dan

cara-cara yang dilakukan dalam penelitian skripsi. Metode yang digunakan adalah

metode penelitian sejarah. Langkah-langkah penelitiannya meliputi heuristik

(31)

Omet Rasyidi, 2014

Manusia perahu

(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dikumpulkan, interpretasi sumber, hingga ke tahap penulisan atau

historiografi. Setiap langkah-langkah tersebut nantinya akan dijelaskan lebih

rinci lagi. Metode yang digunakan adalah metode historis dan teknik yang

digunakan adalah studi literatur.

4. Bab IV Kehidupan Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996

merupakan pembahasan dari penelitian yang dilakukan dan menjawab

pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah dan pembatasan masalah.

Dalam bab ini akan dijelaskan bagaimana latar belakang muncul dan

masuknya para pengungsi Vietnam ke Indonesia dan bagaimana keadaan para

pengungsi yang mengungsi karena ingin mencari kehidupan yang lebih baik

daripada di negara asalnya dengan di Indonesia dari tahun 1979-1996.

5. Bab V Simpulan dan Saran merupakan bab terakhir dari rangkaian

penyusunan dan penulisan skripsi ini. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil

(32)

Omet Rasyidi, 2014

Manusia perahu

(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang

berjudul “Manusia Perahu: Kajian Historis Terhadap Kehidupan Pengungsi

Vietnam di Pulau Galang 1979-1996”. Kesimpulan ini merupakan jawaban atas

pemasalahan yang diteliti oleh peneliti yang telah dikemukakan dalam bab

sebelumnya. Terdapat 3 hal yang dapat disimpulkan berdasarkan permasalahan

yang dibahas, yaitu:

Pertama, latar belakang munculnya manusia perahu ini merupakan

sesuatu yang terjadi akibat perang saudara antara Vietnam Utara dengan Vietnam

Selatan yang pada saat itu dimenangkan oleh pihak Vietnam Utara di bawah rezim

Ho Chi Minh. Ketika berhasil memenangkan perang tersebut dimana Amerika

Serikat ikut terlibat dengan membantu Vietnam Selatan, pemerintahan Ho Chi

Minh melakukan apa yang disebut re-edukasi. Re-edukasi merupakan langkah

yang diambil oleh pemerintahan Ho Chi Minh untuk menghapus

pemikiran-pemikiran yang muncul di Vietnam Selatan yang berbeda dengan Vietnam Utara

karena pengaruh dari Amerika Serikat sebelumnya.

Adanya re-edukasi tersebut mendapat respon yang kurang baik dari

masyarakat Vietnam Selatan karena program tersebut dapat dikatakan menyiksa

masyarakat Vietnam Selatan seperti contohnya merampas harta benda yang

dimiliki oleh masyarakat Vietnam Selatan. Keadaan tersebut semakin diperparah

karena cita-cita dari pemerintahan Ho Chi Minh yang ingin menyatukan Indocina

di bawah kekuasaannya. Hal tersebut menjadi faktor ekspansi yang dilakukan oleh

Vietnam ke Kamboja yang pada saat itu menolak ajakan dari Ho Chi Minh, tidak

seperti halnya Laos yang menurut saja kepada Ho Chi Minh. Perang pun tidak

dapat dihindari sehingga membuat keberlangsungan kehidupan masyarakat sekitar

Indocina semakin tidak menentu. Sehingga banyak dari masyarakat Vietnam

(33)

Omet Rasyidi, 2014

Manusia perahu

(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

program re-edukasi tersebut serta terhindar dari perang yang akan terjadi antara

Vietnam dengan Kamboja. Merekapun mengungsi menggunakan perahu untuk

mengarungi lautan yang luas sehingga mereka disebut manusia perahu (boat

people).

Kedua, peranan UNHCR (United Nations High Commissioner Refugees)

sebagai lembaga PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) yang bergerak menangani

permasalahan pengungsi ini baru terlihat setelah adanya perundingan dari

negara-negara ASEAN (Association of South East Nation) yang melihat permasalahan

manusia perahu tersebut akan mengganggu stabilitas negaranya sehingga perlu

adanya sikap untuk menangani permasalahan tersebut. Ketika perundingan itu

diselenggarakan di Bangkok yang menghasilkan Bangkok Statement berisikan

bahwa negara-negara ASEAN membantu meringankan beban para pengungsi dari

Vietnam. Namun negara-negara ASEAN tersebut hanya menyediakan tempat,

sedangkan untuk biaya pemeliharaan menjadi tanggung jawab UNHCR.

Sedangkan peran dari pemerintah Indonesia sendiri ialah karena kebijakan

politik yang dianut pada saat itu yaitu politik bebas aktif yaitu bebas untuk tidak

memihak blok manapun dan aktif dalam mewujudkan perdamaian dunia. Salah

satu langkah nyata yang dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut ialah

membantu menyelesaikan permasalahan manusia perahu Vietnam. Indonesia

memberikan sebuah pulau yaitu Pulau Galang untuk tempat tinggal para

pengungsi Vietnam dan membentuk tim P3V untuk mengatur dan mengkoordinir

kegiatan dan pengamanan pengungsi Vietnam di Pulau Galang. Kemudian untuk

proses pemulangan para pengungsi Vietnam dan pengosongn Pulau Galang,

Indonesia membentuk Kogas (Komando Tugas) yang bertugas untuk

mempercepat pemulangan pengungsi.

Ketiga, kehidupan para pengungsi di Pulau Galang tidak terlepas dari

kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah Indonesia dan UNHCR. Ketika

konstruksi pembangunan di Pulau Galang seperti pembangunan barak untuk

pengungsi, tempat hiburan dan tempat ibadah selesai, para pengungsi pun

(34)

Omet Rasyidi, 2014

Manusia perahu

(kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terisolasi dari dunia luar. Hal tersebut dilakukan agar para pengungsi tidak ada

yang melarikan diri dari kamp pengungsian.

Para pengungsi juga membangun pasar sendiri untuk kegiatan jual beli

mereka seperti membangun warung kopi, warung makan, dan sebagainya.

Walaupun pada dasarnya untuk kebutuhan ekonomi para pengungsi diberikan

jatah makanan tiap harinya yang diterima oleh masng-masing orang.

Pembangunan pasar tersebut untuk mengisi kekosongan waktu para pengungsi

yang mungkin saja bosan dan ingin memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.

Selama berada di Pulau Galang, para pengungsi mendapatkan banyak

pendidikan dari UNHCR yang mengadakan pendidikan untuk mempersiapkan

para pengungsi untuk dikirim ke negara dunia ketiga. Secara keseluruhan,

kehidupan para pengungsi dapat dikatakan aman dan nyaman. Namun bukan

berarti tidak permasalahan karena dalam diri manusia membawa konflik dalam

dirinya. Seperti halnya pemerkosaan yang dilakukan oleh pengungsi kepada

sesama pengungsi yang menyebabkan bunuh diri dan dikenang dengan humanity

statue (tugu kemanusiaan) yang melambangkan kejadian tersebut. Selain itu juga

ketika pemulangan para pengungsi yang berjalan tidak sesuai rencana karena para

pengungsi enggan untuk dikembalikan ke negara asalnya dan lebih memilih

menetap di Pulau Galang atau dikirim ke negara dunia ketiga. Namun secara

keseluruhan pemerintah Indonesia telah maksimal dalam mengatasi permasalahan

pengungsi Vietnam ini dan kamp pengungsian Pulau Galang dinobatkan menjadi

kamp terbaik se-Asia Tenggara.

5.2 Saran

Skripsi yang berjudul ”Manusia Perahu: Kajian Historis Terhadap

Kehidupan Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996” ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi yang berarti bagi beberapa pihak antara lain sebagai

berikut:

1. Bagi Lembaga Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)

Bagi lembaga pendidikan, kajian dalam skripsi ini diharapkan dapat

Referensi

Dokumen terkait

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan

suap Pilkada Lebak yang dilakukan oleh portal berita online Suara Karya (SK).

Hampir semua sector yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank Salah satu masalah yang dihadapi perbankan di Indonesia sekarang ini adalah

Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia..

Penulisan yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara deposito pada Bank Syariah dan deposito pada Bank Konvensional, juga untuk mengetahui perbedaan hasil

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. © Gumelar Abdullah Rizal 2014

Judul : Dampak Upaya Pemberdayaan Melalui Credit Union Terhadap Perkembangan Kelompok (Studi Kasus: Credit Union Syaloom Dampingan Yayasan Ate Keleng Di Desa Tanjung

gaji karyawan pusat, bayar telp, listrik, sewa kantor pusat, dsb, yang terjadi di Pusat, maka pencatatan akuntansi dilakukan di Pusat saja....