• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDEOLOGI PUISI PENYAIR PEREMPUAN SUMATERA UTARA TAHUN 1980-AN DAN 2000-AN(KAJIAN STRUKTURALISME GENETIK GOLDMANN).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDEOLOGI PUISI PENYAIR PEREMPUAN SUMATERA UTARA TAHUN 1980-AN DAN 2000-AN(KAJIAN STRUKTURALISME GENETIK GOLDMANN)."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

IDEOLOGI PUISI PENYAIR PEREMPUAN SUMATERA UTARA TAHUN 1980-AN DAN 2000-AN

(KAJIAN STRUKTURALISME GENETIK GOLDMANN)

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh

SARTIKA SARI NIM. 2102210005

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

▸ Baca selengkapnya: perasaan penyair puisi malaikat juga tahu

(2)

▸ Baca selengkapnya: temukan tiga puisi modern dari penyair yang berbeda lalu isilah tabel di bawah ini

(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi berjudul “Ideologi Puisi Penyair Perempuan Sumatera Utara Tahun 1980-an dan 2000-an (Kajian Strukturalisme Genetik Goldmann” dapat diselesaikan dengan baik.

Peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh kebahagiaan dan rasa syukur yang tidak terkira pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof.Dr.Ir.KH. Mohammad Nuh, sebagai Menteri Pendidikan,

2. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si., sebagai Rektor Universitas Negeri Medan, 3. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., sebagai Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

beserta Pembantu Dekan dan seluruh Staf Pegawai dan Administrasi, 4. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., sebagai Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra

Indonesia,

5. Muhammad Surif, S.Pd., M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia,

6. Dra. Rosmaini, M.Pd., sebagai Dosen Pembimbing Skripsi (Membimbing, mengarahkan, memotivasi, menasehati, menyarankan, menolong dan membantu dalam menyelesaikan masalah),

(7)

8. Seluruh Bapak dan Ibu dosen yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, ilmu yang telah berikan adalah bekal paling berharga,

9. Motivator terbaik dalam hidup saya, Bapak (Ngadimun) dan Ibu (Sutiah) juga seluruh keluarga besar saya yang selalu memberikan doa, semangat, dukungan dalam segala hal,

10.Bunda Frieda Amran dan Bu Nenden Lilis Aisyah yang senantiasa memompa semangat serta pemikiran saya dengan pedas-manis nasehat, bimbingan dan kritikan,

11.Seluruh sastrawan Sumatera Utara yang telah membantu, memberi informasi, menjadi guru, sahabat berdiskusi, khususnya Pak Damiri Mahmud, A. Rahim Qahar, M. Raudah Jambak, Afrion,

12.Sahabat satu visi saya (Yuliani dan Rusyda Nazhira) yang setia berasam garam bersama,

13.Keluarga besar Sastra Indonesia 2010, Komunitas Tanpa Nama, KPPI, Labsas, yang telah memberikan bantuan, dukungan dan semangat, khususnya Novriani dan Laila Nadira,

14.Kakak-kakak senior yang telah memberikan informasi, dukungan dan semangat,

Peneliti tidak dapat membalas semua yang telah diberikan, hanya Tuhan yang bisa membalasnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan khususnya kesusastraan di Indonesia.

Medan, Mei 2014 Peneliti,

(8)

ABSTRAK `

Sartika Sari. NIM 2102210005. Ideologi Puisi Penyair Perempuan Sumatera Utara Tahun 1980-an dan 2000-an (Kajian Strukturalisme Genetik Goldmann). Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan, 2014.

Puisi-puisi penyair perempuan Sumatera Utara senantiasa dianggap lemah oleh para kritikus, penikmat dan pegiat sastra. Hal ini dikarenakan kecenderungan teknik menulis dan tema-tema yang diangkat dalam puisi penyair perempuan adalah benda-benda rumah tangga dan sisi lain dalam kehidupan yang dinilai tidak kuat untuk diperbincangkan. Alhasil, puisi-puisi penyair perempuan Sumatera Utara terisolir dari kancah perpuisian Sumut bahkan perlahan-lahan menghilang. Oleh karena itu, penelitian dengan metode strukturalisme-genetik Goldmann ini bertujuan untuk mengetahui struktur puisi penyair perempuan Sumatera Utara tahun 1980-an dan 2000-an serta menggali kekuatan puisi penyair perempuan Sumatera Utara dengan menguak pemikiran dan ideologi yang terkandung dalam puisinya. Ideologi merupakan konsep berpikir yang mendasari karakter dan kejiwaan seseorang. Maka dalam puisi, hal itu dapat ditemukan dan dianalisis dari struktur fisik dan batin, mengambil intisari tiap bait atau larik, serta pembahasan mengenai kurun waktu perkembangan ideologi dalam puisi itu. Penyair perempuan Sumatera Utara tahun 1980-an dan 2000-an adalah penyair perempuan yang memiliki eksistensi berkarya pada tahun tersebut. Dalam penelitian ini, puisi-puisi yang dianalisis adalah puisi yang representatif mencerminkan ideologi yang diambil dari sejumlah antologi puisi penyair Sumatera Utara yang memaktub puisi penyair perempuan serta data tambahan melalui wawancara dengan sejumlah sastrawan Sumatera Utara.

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR………. ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Batasan Masalah... 9

1.4 Rumusan Masalah ... 9

1.5 Tujuan Penelitian ... 9

1.6 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL 11

2.1 Kerangka Teoretis ... 11

2.1.1 Pengertian Ideologi ... 11

2.1.2 Puisi ... 20

2.1.3 Penyair Perempuan Sumatera Utara ... 26

2.1.4 Sosiologi Sastra ... 31

2.1.5 Strukturalisme-genetik Goldmann ... 39

2.2Kerangka Konseptual... 42

2.3Pertanyaan Penelitian... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44

3.1Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44

(10)

3.3Metode Penelitian ... 45

3.4Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.5Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV PEMBAHASAN ………... 48

4.1Hasil Penelitian ... 48

4.2Pembahasan ... 52

4.2.1 Ideologi Puisi Penyair Perempuan Sumut Tahun 1980-an ... 52

4.2.1.1 Puisi “Upacara Baca Makam Terkubur” karya Murni Yanti Pakpahan ... 52

1. Analisis Struktur Puisi ... 53

1.1 Struktur Fisik ... 53

1.2 Struktur Batin ... 59

2. Ideologi yang Terkandung dalam Puisi ... 61

4.2.1.2 Puisi “Catatan Kelasi” karya Murni Yanti Pakpahan ... 63

1. Analisis Struktur Puisi ... 63

1.1 Struktur Fisik ... 64

1.2 Struktur Batin ... 67

2. Ideologi yang Terkandung dalam Puisi ... 68

4.2.1.3 Puisi “Catatan Kabut” karya Murni Yanti Pakpahan ... 71

1. Analisis Struktur Puisi ... 72

1.1 Struktur Fisik ... 72

1.2 Struktur Batin ... 76

2. Ideologi yang Terkandung dalam Puisi ... 77

(11)

1. Analisis Struktur Puisi ... 79

1.1 Struktur Fisik ... 80

1.2 Struktur Batin ... 83

2. Ideologi yang Terkandung dalam Puisi ... 85

4.2.2 Ideologi Puisi Penyair Perempuan Sumut Tahun 2000-an ... 87

4.2.2.1 Puisi “Seperti Kemarin” karya Nur Hilmi Daulay ... 87

1. Analisis Struktur Puisi ... 88

1.1 Struktur Fisik ... 88

1.2 Struktur Batin ... 92

2. Ideologi yang Terkandung dalam Puisi ... 93

4.2.2.2 Puisi “Dongeng?” karya Nur Hilmi Daulay ... 95

1. Analisis Struktur Puisi ... 96

1.1 Struktur Fisik ... 96

1.2 Struktur Batin ... 99

2. Ideologi yang Terkandung dalam Puisi ... 101

4.2.2.3 Puisi “Kamboja” karya Ria Ristiana Dewi ... 103

1. Analisis Struktur Puisi ... 103

1.1 Struktur Fisik ... 104

1.2 Struktur Batin ... 106

2. Ideologi yang Terkandung dalam Puisi ... 108

4.2.2.4 Puisi “Dilema Bangsaku” karya Ria Ristiana Dewi ... 110

1. Analisis Struktur Puisi ... 110

1.1 Struktur Fisik ... 111

(12)

2. Ideologi yang Terkandung dalam Puisi ... 115

4.2.2.5 Puisi “Sketsa Rumah Tangga” karya Febri Mira Rizki ... 117

1. Analisis Struktur Puisi ... 118

1.1 Struktur Fisik ... 118

1.2 Struktur Batin ... 121

2. Ideologi yang Terkandung dalam Puisi ... 122

4.2.2.6 Puisi “:Edisi Introfeksi” karya Febri Mira Rizki ... 124

1. Analisis Struktur Puisi ... 124

1.1 Struktur Fisik ... 125

1.2 Struktur Batin ... 127

2. Ideologi yang Terkandung dalam Puisi ... 128

4.3 Pembahasan ... 129

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 135

5.1 Kesimpulan ... 135

5.2 Saran ... 136

(13)
[image:13.595.92.519.79.572.2]

DAFTAR TABEL

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Sastra pada hakikatnya berkarakter ideologis. Ia menjadi medium penyimpanan berbagai konsep pemikiran dan tujuan hidup suatu kelompok masyarakat yang direpresentasikan melalui seorang sastrawan. Sastra menjadi jalan untuk mengungkapkan hasil penghayatan atas perkara orientasi budaya, nilai-nilai sosial, kepercayaan dan kesadaran bersikap di tengah masyarakat.

Perjalanan sastra Indonesia adalah sejarah pemikiran ideologi. Sastra lahir dari sebuah ide, lalu mengeram, berkelindan, dan tumpah menjadi gagasan tentang kehidupan manusia yang diidealisasikan. Jadi, sastra pada hakikatnya adalah ideologi yang ditawarkan sastrawan. Di sana, ada nilai-nilai yang hendak ditanamkan. Teks sastra adalah representasi ideologi pengarang (Mahayana, 2012:183). Dengan demikian, karya sastra secara tidak langsung telah menyodorkan kepada pembaca untuk melakukan pemihakan, perlawanan, atau kesadaran yang berkaitan dengan penyikapan pada nilai-nilai kemanusiaan.

Keberadaan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari ideologi. Hal ini turut didukung oleh posisi pengarang sebagai bagian dari masyarakat sosial yang memiliki konsep berpikir dalam kehidupan sosial, budaya, dan tingkah laku tertentu tidak dapat melepaskan diri dari ideologi yang mengikatnya. Mengingat bahwa memang ideologi berkaitan erat dengan gagasan dan tindakan-tindakan individu tersebut. Maka, karya yang dihasilkan pengarang, secara langsung atau tidak, mengandung ideologi pengarangnya. Ide atau gagasan sastrawan yang

(15)

dituangkan dalam karya sastra bisa mempengaruhi opini publik (Sambodja, 2011:179).

Sungguhpun demikian, sebagaimana yang dikatakan Jhon Storey dan Graeme Turner karya kreatif seorang pengarang bukanlah semata-mata sebuah ideologi an sich. Ia mestilah menyampaikan ideologi yang dianutnya dalam struktur sebuah wacana kesusastraan. Mengabaikan struktur wacana itu berarti pula mengabaikan nilai estetik karya itu, dan karyanya akan tergelincir menjadi sebuah ideologi yang dapat berupa propaganda politik atau doktrin moral, dan karyanya hanya dapat dikatakan sebagai sebuah pamflet (Mahayana, 2012: 180).

(16)

Ideologi dalam hubungan ini merupakan energi sebab semata-mata melalui sistem pemahaman bersama.

Hal ini diperkuat dalam visi kontemporer (Selden, 1986: 43-44 dalam Ratna, 2010: 373) yang menyatakan bahwa ideologi sama sekali tidak berkaitan dengan politik sebagai suatu kesadaran, melainkan sebagai sistem referensi dalam kaitannya dengan estetika, religi, hukum, dan sebagainya, mekanisme yang memungkinkan terbentuknya pesan dan harapan, cita-cita dan citra mentalitas, baik individu maupun kelompok. Kehadiran ideologi dalam karya sastra diindikasi sebagai penanda bahwa masyarakat mulai menyadari kegunaan karya sastra, khususnya sebagai salah satu cara untuk mengantisipasi degradasi mental. Ideologi itu sendiri mulai dipertimbangkan, khususnya sebagai akibat timbulnya kebebasan berpikir. Selain itu, sudah muncul kesadaran bahwa karya sastra bukan semata-mata masalah bahasa tetapi juga masalah isi, cita-cita, dan pesan. Ideologi bukan semata-mata masalah kelompok Marxis, tetapi masalah manusia secara keseluruhan. Terakhir, karya sastra bukan barang luks, bukan gejala yang unik, melainkan sebagai proses yang terjadi di mana saja dan kapan saja. Karya sastra dengan ciri-ciri ideologi tidak mesti ditolak.

(17)

secara historis sastra Indonesia lahir sekitar abad ke-19 bersamaan dengan lahirnya bahasa Indonesia. Maka ciri khas karya sastra pada masa itu adalah jiwa dan semangat keindonesiaan, sebagai ciri-ciri ekstrinsik, bukan intrinsik. Begitupun yang terjadi seterusnya.

Perkembangan sastra tidak berbeda jauh dengan perkembangan ideologi yang dipengaruhi kondisi tiap zaman. Kenyataan ini tentu telah menjelaskan bahwa memang masyarakatlah yang mengkondisikan terjadinya suatu aktivitas kreatif, bukan sebaliknya. Contoh lain, tahun 1930-an, pada periode Pujangga Baru, Sutan Takdir Alisjahbana mempelopori semangat nasionalisme, pendidikan, represi pemerintah jajahan melalui Layar Terkembang yang secara keseluruhan mengandung tendensi mengenai kebangkitan bangsa, khususnya emansipasi perempuan (Ratna, 2010:303). Selain itu, Teeuw (dalam Mahayana, 2012:237) juga mempertegas bahwa novel-novel Indonesia modern yang pertama, yaitu karangan-karangan Semaun dan Mas Marco Kartodikromo sesungguhnya ditulis dari sudut pandangan ideologi kaum marxis sebagai senjata yang dengan sadar diasah dalam kampanye untuk kebangkitan ideologi massa Indonesia. Tidak hanya berbentuk prosa, militansi melalui karya sastra bermuatan ideologis juga dilakukan lewat puisi. Dalam ini, puisi Tanah Air yang ditulis Muhammad Yamin menjadi salah satu bukti bahwa ekspresi puitik bergerak ke penyikapan atas ideologi politik. Puisi menjadi pemantik tumbuhnya kesadaran kebangsaan (Mahayana, 2012:183).

(18)

kasus yang terkait dengan hal ini misalnya, sastrawan Inggris peranakan, Salman Rushdie, dijatuhi hukuman mati oleh Ayatolah Khomeini, pimpinan tertinggi Republik Iran, karena salah satu karyanya, yakni Satanic Verses, dianggap menghina agama dan umat Islam. Di Indonesia, hal serupa salah satunya terjadi pada Pramoedya Ananta Toer yang dilarang mempublikasikan karyanya karena dianggap membahayakan. Gambaran ini jelas membuktikan bahwa ideologi tidak dapat dipisahkan dari sastra.

Di Indonesia, selain nama-nama yang tersebut di atas, masih banyak sastrawan yang produktif berkarya, bersifat ideologis, meski dinominasi kaum laki-laki. Damono (1999:223) menggarisbawahi bahwa memang semua perempuan penulis berada di bawah permukaan dan tidak menjadi populer pada zamannya. Selasih dan Hamidah adalah dua di antara nama yang selalu disebut jika kita membicarakan perempuan novelis sebelum perang. Beberapa waktu sebelum perang pecah dan di zaman pendudukan Jepang kita kenal Maria Amin si penyair. Di awal zaman republik kita membaca beberapa sajak yang bagus karya S. Rukiah dan St. Nuraini, yang menulis sezaman dengan Chairil Anwar. Pada tahun 1950-an kita membaca beberapa cerita pendek karya Nh. Dini. Hampir satu dasawarsa kemudian kita bisa membaca beberapa sajak feminin dan indah tulisan Isma Sawitri dan beberapa cerpen Titis Basino.

(19)

laki-laki yang ada, bertahan dan berkembang. Hal ini menyebabkan khazanah kritik sastra berfokus pada puisi karya penyair laki-laki. Sedangkan puisi-puisi penyair perempuan terisolir.

Fenomena tersebut dapat ditemukan pula dalam Napak Tilas Rubrik Sastra Koran yang disampaikan Sulaiman Sambas pada acara Omong-Omong Sastra

Sumatera Utara pada 8 Desember 2013. Sejak tahun 1950-an beberapa media massa yang menyediakan rubrik sastra dan budaya bermunculan, seperti: Tunas di harian Patriot, Budaya di Patriot, Gita di harian Lembaga, Khazanah di harian Mercu Suar, Gelombang di surat kabar Bahari, Wahana di Sinar Indonesia Baru, Waspada, Sinar Pembangunan dan Rebana di harian Analisa. Namun di antara sekian banyak surat kabar yang dipaparkan, sejumlah puisi dan nama penulis yang terkait dengan surat kabar itu sebagian besar adalah laki-laki. Seperti Bokor Hutasuhut, Ali Sukardi, Partahi S Sirait, Soaduon Siregar, A Aziz, Zarnas, Ibrahim Sidik, dan lainnya. Sedangkan penyair perempuan Sumatera Utara dan puisi-puisinya menjadi minoritas.

(20)

yang terlanjur patriarkhis dan juga dari sudut pembacaan laki-laki. Dalam karya perempuan, pengangkatan latar dunia dalam rumah (dapur, tempat mencuci pakaian, dan lain-lain) dianggap sebagai gagasan yang kurang estetis sehingga tak diperhitungkan dalam penilaian kanon sastra. Akhirnya terbentuklah anggapan bahwa puisi-puisi karya penyair perempuan Sumatera Utara secara ideologis tidak kuat untuk diperbincangkan.

Sampai pada tahun 2000-an, barulah bermunculan penyair perempuan muda yang aktif menulis di media massa dan sejumlah antologi puisi. Beberapa nama seperti, Ria Ristiana Dewi, Febri Mira Rizki, Sakinah Annisa Mariz, Sartika Sari, Tanita Liasna, dan Lucya Chriz. Dari segi kualitas, kandungan karya sastra yang dihasilkan dalam dua zaman berbeda itu turut membentuk ciri khas, daya ungkap, tema dan tentu ideologi masing-masing.

Sebagai bentuk respon pada perkembangan tersebut, penelitian Herlina Rusmayanti tahun 1999 di UPI Bandung mengenai Kajian Semiotik Terhadap Puisi Koran menjadi salah satu kajian yang menarik. Namun karena berorientasi

(21)

dalam hal penggalian struktur dan muatan puisi karya penyair perempuan Sumatera Utara yang sering dianggap lemah sebagai karya sastra.

Puisi penyair Sumatera Utara adalah puisi-puisi yang ditulis dalam bahasa Indonesia, bukan bahasa daerah di Sumatera Utara. Penelitian ini difokuskan pada angkatan 1980-an dan 2000-an untuk memperoleh sumber data yang memadai. Mengingat pada masa itulah ruang publikasi berupa pembuatan buku kumpulan puisi yang menjadi bukti otentik keberadaan karya sastra mulai menggiat dan dapat ditemukan serta dianggap sebagai dokumentasi yang mewakili ideologi puisi penyair sezaman. Peneliti memilih sumber data yang berasal dari antologi puisi dikarenakan dokumentasi media massa yang menyediakan rubrik sastra di Sumatera Utara sangat sulit ditemukan. Di samping itu, untuk meminimalisir adanya keterikatan tematik yang umumnya diusung oleh beberapa surat kabar. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti memberi judul Ideologi Puisi Penyair Perempuan Sumatera Utara Tahun 1980-an dan 2000-an (Kajian

Strukturalisme-Genetik Goldmann).

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Puisi-puisi penyair perempuan di Sumatera Utara terisolir dari pandangan para kritikus, penikmat, dan penggiat sastra.

(22)

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, peneliti membatasi masalah hanya pada ideologi puisi penyair perempuan Sumatera Utara tahun 1980-an dan 2000-an yang secara ideologis dianggap tidak kuat untuk diperbincangkan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ideologi yang terkandung dalam puisi-puisi penyair perempuan Sumatera Utara tahun 1980-an dan 2000-an yang pada hakikatnya bersifat ideologis dan merepresentasikan suatu ideologi tertentu.

1.4 Rumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah, yang menjadi rumusan masalah: 1. Bagaimanakah struktur puisi karya penyair perempuan Sumatera Utara

tahun 1980-an?

2. Bagaimana pulakah struktur puisi karya penyair perempuan Sumatera Utara tahun 2000-an?

3. Bagaimanakah ideologi yang terkandung dalam puisi karya penyair perempuan Sumatera Utara tahun 1980-an?

4. Bagaimana pulakah ideologi yang terkandung dalam puisi karya penyair perempuan Sumatera Utara tahun tahun 2000-an?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

(23)

2. Untuk mengetahui bagaimana struktur puisi karya penyair perempuan Sumatera Utara tahun 2000-an.

3. Untuk mengetahui bagaimana ideologi yang terkandung dalam puisi karya penyair perempuan Sumatera Utara tahun 1980-an.

4. Untuk mengetahui bagaimana ideologi yang terkandung dalam puisi karya penyair perempuan Sumatera Utara tahun tahun 2000-an.

1.6Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini diharapkan dapat menggali kembali khazanah kepenyairan

perempuan di Sumatera Utara,

2. Sebagai bukti bahwa keberadaan perempuan penyair Sumatera Utara melalui pemikiran yang tersirat dalam karyanya patut diperhitungkan juga dalam peta sastra Indonesia,

3. Sebagai informasi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian lebih lanjut di waktu yang berbeda,

(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian struturalisme genetik Goldmann terhadap puisi-puisi penyair perempuan Sumatera Utara tahun 1980-an dan 2000-an, beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut.

Pertama, puisi sebagai salah satu jenis karya sastra yang lahir dari

perasaan dan pengalaman pengarang, mengandung pemikiran dan ideologi yang dimiliki oleh pengarangnya. Hal ini dapat diidentifikasi dari unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi.

Kedua, pada tahun 1980-an, puisi-puisi penyair perempuan Sumatera

Utara didominasi ideologi feminis dan patriotisme. Begitu pun pada tahun 2000-an. Namun dalam pengungkapannya, jenjang waktu yang berbeda itu melahirkan karakteristik yang berbeda pula. Pada tahun 1980-an puisi-puisi penyair perempuan Sumatera Utara banyak menggunakan diksi yang padat-rapat. Sedangkan pada tahun 2000-an, puisi-puisi penyair perempuan Sumatera Utara lebih lugas dan berani dalam mengungkapkan pemikiran dan perasaan. Kedua ideologi tersebut menunjukkan bahwa karya sastra khususnya puisi penyair perempuan Sumatera Utara mampu menjadi karya sastra yang bertendensi karena mengandung pemikiran yang penting dan berpengaruh.

Ketiga, pengkajian strukturalisme genetik Goldmann terhadap puisi-puisi

penyair perempuan Sumatera Utara dapat dijadikan sebagai sarana keilmuan yang dapat menambah dan memperluas wawasan tentang teori dan penerapan kajian

(25)

sosiologi kepada mahasiswa dan seluruh pecinta sastra serta dapat dijadikan sebagai bahan bandingan untuk mengenal kajian model lain. Selain itu, kajian ini telah mengangkat citra karya sastra perempuan Sumatera Utara yang sebelumnya dinilai lemah melalui penggalian ideologi yang ada dalam puisi. Dengan demikian, keberadaan karya sastra khususnya puisi-puisi penyair perempuan Sumatera Utara patut diperhitungkan.

1.2 Saran

Stereotip yang melekat pada karya-karya perempuan (yaitu lemah dan cenderung bicara soal seksualitas) memang tidak dapat dihilangkan begitu saja. Penemuan-penemuan itu merupakan hasil dari penelitian terhadap karya-karya penulis perempuan yang laris di pasaran/terkenal dan sebagian besar merupakan karya masyarakat urban. Alhasil, seringkali dianggap sebagai karakteristik tunggal yang menjiwai setiap karya perempuan di Indonesia. Hal ini tentu saja berdampak negatif bagi karya-karya perempuan di daerah. Salah satunya Sumatera Utara. Di tengah arus stereotip tersebut, penyair perempuan Sumatera Utara telah memiliki karakteristik dan keistimewaan sendiri. Tampak melalui ideologi dan pemikiran dalam karya-karyanya. Maka, agar peristiwa ini tidak terulang lagi, sebagai insan penggiat sastra, sudah semestinya bekerja keras menggali potensi-potensi sastra yang ada di lokal, terutama karya perempuan yang kerap ditinggalkan.

(26)

Gambar

TABEL  1. HASIL PENELITIAN………………………………………….   48

Referensi

Dokumen terkait

Program PKM ini bertujuan untuk meningkatkanketerampilan guru dalam merancang dan mengembangkan media pembelajaran dengan bahan bekas.Metode yang digunakan dalam

Dalam hal ini para ulama terbagi dua.Jumhur berpendapat yang pertama, sedang sekelompok lainnya berpendapat yang kedua.Sebelum menunjukkan argumen masing-masing kelompok, satu

Yang muncul dengan jelas dari penelitian kami adalah: dialek Rawas dan Kebanagung yang paling penting dalam perekonstruksian bahasa Rejang Purba, sedangkan dialek Lebong, Pesisir

Penelitian ini merupakan lanjutan dari Bagan dan Road Map Penelitian sebelumnya yaitu: Model Knock Down Sistem Semi Ploating media Sphagnum Moss, namun masih perlu

Artikel ini merupakan critical review sekaligus sebagai sarana pembelajaran bagi sistem perpajakan di Indonesia atas reformasi sistem perpajakan yang dilakukan

Merujuk pada data agregat kegiatan Pengabdian Masyarakat ITB hingga tahun 2019 mengindikasikan tingginya kegiatan untuk Lingkar 1: Lingkungan Kampus ITB, Bandung dan sekitarnya;

Tuduhan teroris seringkali ditunjukan ke- pada masyarakat muslim diseluruh dunia, ang- gapan Islam sebagai agama kekerasanpun melekat sampai sekarang, di Indonesia sendiri

Seiring perjalanan waktu kerajinan kerawang tidak dihargai lagi sebagai sebuah karya seni yang memiliki cita rasa warisan para leluhur yang di dalamnya merupakan kumpulan