PERANAN SAKSI AHLI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI DI PENGADILAN TIPIKOR PADANG
1
Ade Suryadi, 1Fitriati, 1Syafridatati 1
Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Bung Hatta Email: adesuryadi41@yahoo.co.id
ABSTRACT
The role of expert witnesses for proof of criminal procedure plays an important role in a corruption case. Expert testimony in the form of writings or letters are usually written in the form of an investigation report containing the expert opinion based on his expertise about something or some formally requested state from him. The issues to be examined are 1) How does the role of expert witnesses in corruption cases? 2) How does an expert witness on the strength of evidence of corruption? This type of research is a socio-juridical, source of data is the primary data and secondary data, engineering data collection were interviews and document study, the data were analyzed qualitatively. The results of this study concluded: 1) that the expert witness has a very important role in the proof of corruption, as an expert witness testified that the light can make a trial, and the expert witness is also useful to convince the judge when the evidence presented less optimal. 2) the strength of evidence of expert witnesses has a value of strength of evidence is free, has no binding force values and determine, and the assessment is completely up to the judge.
Keywords: Witness, Experts, Criminal, Corruption
PENDAHULUAN
Hukum Acara Pidana dipandang dari sudut sifatnya adalah termasuk hukum publik, karena hukum publik itu mengatur hubungan antara perorangan/individu dengan
masyarakat dan Negara serta dilaksanakan semata-mata untuk kepentingan umum. Di dalam hukum publik campur tangan alat perlengkapan Negara itu tidak harus
karena adanya pengaduan dan yang berkepentingan.
Pembuktian dalam proses acara pidana memegang peranan penting. Pembuktikan mengandung maksud usaha untuk menyatakan kebenaran atas suatu peristiwa; Baik dalam proses acara pidana maupun acara perdata diperlukan adanya pembuktian, yang memegang peranan penting, sehingga dapat diterima oleh akal terhadap kebenaran peristiwa tersebut.
Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) terdapat sistem pembuktian negatif menurut Undang-undang
(negatief wettelijk) yang termuat dalam
Pasal 183 KUHAP yang berbunyi: “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”.
Alat bukti yang sah menurut pada Pasal 184 KUHAP adalah :
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli 3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
Hakim dalam menjatuhkan putusan akan menilai semua alat bukti yang sah untuk memperoleh keyakinan hakim dengan mengemukakan unsur-unsur kejahatan yang didakwakan itu terbukti dengan sah atau tidak, serta menetapkan pidana apa yang harus dijatuhkan kepadanya yang setimpal dengan perbuatannya.
1. Keterangan saksi
Menurut Pasal 1 butir 27 KUHAP : keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai peristiwa pidana yang ia dengar sendiri dengan menyebutkan alasan dari pengetahuannya.
2. Keterangan ahli
Pengertian keterangan ahli terdapat di da;am Pasal 1 butir
28 KUHAP keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seoarang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu peerkara pidana guna kepentingan pemeriksaan. 3. Surat
Pengertian surat tercantum pada Pasal 187 KUHAP yang berbunyi, surat adalah sebagaimana yang termasuk dalam Pasal 184 ayat (1) huruf c KUHAP, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah yang menyatakan surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sasuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya. 4. Petunjuk
Pengertian petunjuk menurut Pasal 188 ayat (1) KUHAP adalah perbuatan kejadian atau keadaan yang karena persesuaiannya baik antara yang satu dengan yang
lainnya maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.
5. Keterangan terdakwa
Keterangan terdakwa menurut Pasal189 ayat (1) KUHAP adalah apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri. Seperti yang terlihat dalam Pasal 1 butir 28 KUHAP, yang menyebut bahwa:
“Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan”.
Penyelidikan tindak pidana korupsi dilakukan berdasarkan hukum acara pidana yang berlaku dan berdasarkan dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, dan Undang-undang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 dalam hal Komisi Pemberantasan Korupsi berpendapat bahwa perkara tersebut diteruskan dengan melaksanakan penyidikan sendiri atau dapat melimpahkan perkara tersebut kepada penyidik kepolisian atau kejaksaan, dan Pasal 44 ayat (5) dalam hal penyidikan dilakukan oleh kepolisian dan kejaksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), kepolisian dan kejaksaan wajib melaksanakan koordinasi dan melaporkan perkembangan penyidikan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi.
Dengan adanya pengaturan tentang hak peranan saksi ahli dalam persidangan yang sah menurut Undang-undang, maka saksi ahli berkewajiban untuk memberikan keterangan-keterangan yang sah menurut Undang-undang, apabila yang diberikan itu disertai dengan alat-alat bukti yang sah. Dalam menghadapi perkara tindak pidana korupsi salah satu didengarkan keterangannya yaitu saksi ahli.
Menurut hukum positif yang berlaku di Indonesia, dimungkinkan adanya dua cara seorang ahli dalam memberikan kesaksian pada sidang pengadilan, yaitu dalam bentuk tertulis atau lisan. Kesaksian ahli berbentuk tulisan atau surat ini biasanya dituangkan dalam bentuk berita acara pemeriksaan, ketentuan ini telah dinyatakan dalam Pasal 187 KUHAP huruf c yang menyatakan surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya.
Di Kota Padang adanya peristiwa tindak pidana korupsi yang disidangkan pada Pengadilan Tipikor Padang, kasus dengan terdakwa Direktur Utama PDAM Kota Padang azhar latif terkait dugaan korupsi dana representatif PDAM setempat tahun 2005-2009 sebesar Rp2,4 miliar. Dalam jalannya persidangan tersebut adanya peranan saksi ahli dalam pembuktian Tindak Pidana Korupsi di Pengadilan Tipikor Padang, dimana Jaksa Penuntut Umum menghadirkan saksi ahli Erna Dewita PNS
Inspektorat, ahli akuntansi dan auditing menyebutkan meski sebuah laporan pertanggungjawaban penggunaan dana sudah diaudit, tetap tidak menjamin untuk tidak adanya penyimpangan, sebab audit dilakukan berdasarkan sampel. Majelis hakim Pengadilan Tipikor Padang pada 25 Agustus 2011 memvonis bebas Azhar Latif setelah jaksa penuntut umum menuntutnya dengan 7,5 tahun kurungan.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PERANAN SAKSI AHLI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI DI PENGADILAN TIPIKOR PADANG”
B. Perumusan Masalah
Adapun masalah yang diuji adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah peranan saksi ahli dalam perkara tindak pidana korupsi?
2. Bagaimana kekuatan pembuktian saksi ahli pada Tindak Pidana Korupsi?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yaitu :
1. Untuk mengetahui peranan saksi ahli dalam perkara tindak pidana korupsi.
2. Untuk mengetahui bagaimana kekuatan pembuktian saksi ahli pada tindak pidana korupsi.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai dalam pennulisa ini adalah penelitian yuridis sosiologis, artinya penelitian terhadap masalah dengan melihat peraturan perundang-undangan yang berlaku, kemudian dihubungkan dengan fakta-fakta yang terjadi di tengah masyarakat.
2. Sumber Data
Diperoleh langsung di lapangan melalui wawancara dengan Jamaludin. S.H., MHD Tackdir. S.H., dan Irwan Munir. S.H, di Pengadilan Tipikor Padang.
b. Data sekunder
Data yang diperoleh melalui Kantor Pengadilan Tipikor Padang mengenai peranan saksi ahli dalam perkara tindak pidana korupsi yang ada kaitannya dengan perundang-undangan dan peraturan lainnya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Rangkaian penelitian meliputi:
a. Studi yang dilakukan dengan mengadakan pencatatan data dan laporan resmi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti atau untuk mendapatkan data sebagai bahan pedoman yang ada dalam bentuk
pembahasan ruang lingkup dari skripsi ini.
b. Pengumpulan data melalui wawancara dengan pihak yg terkait. Metode wawancara yang digunakan semi terstruktur yang mana penulisan akan melanjutkan pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu kemudian dikembangkan sesuai dengan masalah yang diteliti.
4. Analisis Data
Terhadap semua data atau bahan-bahan yang diperoleh dari data primer, data sekunder maupun dari penelitian kemudian setelah terkumpul data tersebut akan disusun dan dianalisa secara kualitatif, kemudian dengan menafsirkan fakta-fakta yang ada sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini.
Hasil Penelitian
Dalam pembuktian perkara tindak pidana korupsi yang dapat menjadi ahli yaitu orang-orang yang punya keahlian khusus antara lain: Ahli proyek, Ahli keuangan, Ahli administrasi, BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) .Saksi ahli dalam proses persidangan bisa diminta keterangannya dan bisa juga tidak diminta keterangannya tergantung dengan jalannya proses persidangan. Kehadiran seorang saksi ahli dalam proses persidangan adalah atas permintaan kedua belah pihak atau salah satu pihak. Sebelum memberikan keterangannya saksi ahli harus disumpah untuk memberikan keterangan sesuai dengan keahliannya. Saksi ahli dibutuhkan peranannya untuk memberikan keterangan sesuai dengan keahliannya dan untuk menambah keyakinan hakim
mengenai persoalan dalam proses persidangan
Saksi ahli dalam proses persidangan bisa diminta keterangannya dan bisa juga tidak diminta keterangannya tergantung dengan jalannya proses persidangan. Kehadiran seorang saksi ahli dalam proses persidangan adalah atas permintaan kedua belah pihak atau salah satu pihak. Sebelum memberikan keterangannya saksi ahli harus disumpah untuk memberikan keterangan sesuai dengan keahliannya. Saksi ahli dibutuhkan peranannya untuk memberikan keterangan sesuai dengan keahliannya dan untuk menambah keyakinan hakim mengenai persoalan dalam proses persidangan. Peranan saksi ahli dalam pemeriksaan perkara, baik pada tingkat
penyidikan maupun
persidangan tidak dapat diabaikan begitu saja. Keterangan ahli sangat berguna
dalam proses pembuktian perkara tindak pidana korupsi. Keterangan saksi ahli sangat dibutuhkan karena jaksa penuntut umum, penasihat hukum, maupun hakim memiliki pengetahuan yang terbatas. Ada kalanya pemeriksaan perkara pidana terkait dengan bidang ilmu lain yang tidak dikuasai oleh penegak hukum. Keterangan ahli juga berguna untuk meyakinkan hakim serta terdakwa dan penasihat hukum yang mendampinginya ketika alat bukti yang diajukan kurang optimal.
Perkara Pidana No 08/Pid.Sus/2014/PN.PDG. dengan terdakwa bernama Makpuat.Spd dengan kasus penyalah gunaan dana KMN (Kredit Mikro Mandiri) bahwa terdakwa dengan sengaja menyalahgunakan dana tersebut untuk tujuan lain, dengan tidak menujukan dana tersebut kepada keluarga
miskin, memberikan dana tersebut kepada keluarga yang tidakdisebut dengan kategori keluarga miskin, juga menggunakan dana tersebut untuk kebutuhan lain seperti pembebasan lahan, lomba Nagari.
Berdasarkan dari keterangan saksi ahli yang dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum, maka Hakim mengadili terdakwa Makpuat. Spd menyatakan terdakwa Makpuat. Spd bersalah dan meyakinkan dalam melakukan tindak pidana korupsi, dan menjatuhkan terdakwa Makpuat.Spd dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan.
Perkara Pidana No 173/Pid.B/2011/N.PDG
Dengan nama terdakwa Ir. Martuah tentang penggunaan dana representatif, bahwa Jaksa Penuntut Umum menghadirkan 2 (dua) orang saksi ahli untuk
memberikan keterangan sebagaimana keahliannya. Bahwa pada proses pengadilan terdakwa juga menghadirkan 2 (dua) orang saksi ahli untuk membantah tuntutan yang diberikan oleh Jaksa Penuntut Umum. Maka hakim mengadili dengan menyatakan terdakwa Ir. Maktuah tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dalam dakwaan Primair, dakwaan subsidair dan dakwaan lebih subsidair.
membebaskan terdakwa oleh dari ketiga dakwaan tersebut. memerintahkan agar terdakwa dikeluarkan dari tahanan Kota. memulihkan hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan dan harkat martabatnya.
membebankan semua biaya yang timbul dalam perkara ini kepada Negara.
Menurut Bapak Hakim Jamaluddin saksi ahli mempunyai kekuatan pembuktian dalam proses
persidangan karena saksi ahli diminta untuk memberikan keterangan sesuai dengan keahliannya untuk meyakinkan hakim dalam memutus perkara yang sedang ditanganinya. Hakim dalam mengambil keputusan tidak bisa dipengaruhi oleh saksi ahli karna sudah ada undang-undang yang mengaturnya, tetapi hakim mengambil pelajaran atas keterangan yang diberikan oleh saksi ahli tersebut, dan mendapatkan pengetahuan berhubungan dengan perkara yang ditanganinya.hakim menjatuhkan putusan berdasarkan 3 (tiga) unsur yaitu : normatif, social justice, dan edukatif karena di dalam putusan itu bersifat mendidik bukan hanya bersifat pembalasa atas tindak pidana yang dilakukan terdakwa.
Kedudukan keterangan ahli dalam pembuktian perkara pidana merupakan salah satu dari 5(lima) alat bukti yang sah menurut KUHAP. Pasal 184 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana telah membatasi bahwa alat bukti yang sah diantaranya :
a. Keterangan saksi b. Keterangan ahli
c. Surat d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa
Berdasarkan KUHAP, maka yang dinilai sebagai alat bukti dan yang dibenarkan mempunyai kekuatan pembuktian hanya terbatas kepada alat bukti yang tercantum dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP. Dengan kata lain, sifat dari alat bukti menurut KUHAP adalah limitatif atau terbatas pada yang ditentukan saja.
Keterangan ahli diperlukan untuk membuat terangnya suatu perkara pidana, untuk kepentingan pemeriksaan dan peradilan. Adapun syarat sah keterangan ahli ini adalah sebagai berikut:
1. Keterangan diberikan oleh seorang ahli
2. Memiliki keahlian khusus dalam bidang tertentu 3. Menurut pengetahuan
dalam bidang keahliannya 4. Diberikan dibawah sumpah/
janji:
a. Baik karena
permintaan penyidik dalam bentuk laporan b. Atau permintaan
hakim, dalam bentuk keterangan di sidang pengadilan.
Nilai dari kekuatan pembuktian keterangan ahli juga dapat kita lihat dalam beberapa hal berikut:
1. Mempunyai nilai kekuatan pembuktian bebas (ketentuan yang berisi penggarisan dan pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan oleh
Undang-undang, untuk
membuktikan kesalahan terdakwa).
2. Tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang mengikat atau menentukan. 3. Penilaian sepenuhnya
terserah pada hakim.
Bagi seorang hakim keterangan ahli yang sangat jelas di pengadilan dan di tambah dengan bukti, hal ini sangat kuat sekali
sifatnya untuk mempengaruhi putusan hakim nantinya di pengadilan, dan keterangan seorang ahli pada pengadilan dinilai hakim sudah bersifat sempurna dan cukup untuk meyakinkan hakim, dan hakim menilai dan memandang ini adalah merupakan suatu nilai pembuktian yang kuat. Meskipun dalam hal ini juga harus di dukung dengan alat bukti lain. Sehingga hakim dapat memutuskan dan megadili terdakwa dengan seadil-adilnya. Tetapi menurut hukum positif di Indonesia, kekuatan pembuktian keterangan ahli tidak jauh berbeda dengan keterangan saksi, keterangan ahli juga mempunyai nilai kekuatan pembuktian bebas. Di dalam keterangan ahli tidak ada melekat nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan menentukan, terserah pada penilaian hakim. Hakim bebas menilainya dan tidak terikat kepadanya. Tidak ada keharusan bagi hakim untuk menerima kebenaran keterangan ahli yang dimaksud. Hakim dalam mepergunakan wewenang kebebasan dalam penilaian pembuktian harus benar-benar bertanggung jawab, atas landasan
moral dan terwujudnya kebenaran sejati, keadilan dan demi tegaknya hukum serta kepastian hukum
Dalam menangani suatu perkara pidana, seorang hakim disampin perlu menghadirkan seorang saksi biasa (saksi yang bukan ahli) terkadang juga perlu menghadirkan saksi ahli diantaranya adalah BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), diamana ia perlu dihadirkan dalam perkara tindak pidana korupsi yang biasanya menyangkut tentang kerugian negara.
BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) sebagai saksi ahli mempunyai peran yang sangat penting dalam pembuktian tindak pidana korupsi dipersidangan, ini menyangkut hal-hal yang tidak diketahui oleh hakim tetapi diketahui oleh BPK mengenai suatu pengetahuan yang diketahuinya. Misalnya mengenai adanya kerugian uang negara maka BPK lah yang memeriksa atau menyelidikinyas. Oleh karena itulah hakim perlu menghadirkan seorang saksi ahli yang benar mempunyai
keahlian khusus di bidang audit keuangan.
Hakim berwenang untuk memanggil dan mendengarkan keterangan dari seorang ahli di muka persidangan apabila ia berpendapat bahwa keterangan itu amat diperlukan guna meyakinkan dirinya. Ahli yang telah mengutarakan pendapatnya tentang suatu hal atau keadaan dari suatu perkara tertentu itu dapat dipakai sebagai kejelasan dan dasar-dasar bagi hakim untuk menambah keyakinannya. Akan tetapi hakim dengan demikian tidak wajib untuk menuruti pendapat ahli itu bilamana pendapat ahli itu bertentangan dengan keyakinannya.
Apabila hakim setuju dengan pendapat ahli tersebut sebagai hal yang benar, maka hakim tersebut berhak untuk mengambil alih pendapat ahli tersebut
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan berkenaan penulisan skripsi dapat disimpulkan bahwa:
1. Peranan saksi ahli dalam pemeriksaan perkara
korupsi, baik pada tingkat penyidikan maupun persidangan tidak dapat diabaikan begitu saja. Keterangan ahli sangat berguna dalam proses pembuktian perkara tindak pidana korupsi. Keterangan saksi ahli sangat dibutuhkan karena jaksa penuntut umum, penasihat hukum, maupun hakim memiliki pengetahuan yang terbatas. Ada kalanya pemeriksaan perkara pidana terkait dengan bidang ilmu lain yang tidak dikuasai oleh penegak hukum. Keterangan ahli juga berguna untuk meyakinkan hakim serta terdakwa dan penasihat hukum yang mendampinginya ketika alat bukti yang diajukan kurang optimal.
2. Kekuatan pembuktian saksi ahli pada tindak pidana korupsi tidak jauh berbeda dengan keterangan saksi, keterangan ahli juga
mempunyai nilai kekuatan pembuktian bebas. Di dalam keterangan ahli tidak ada melekat nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan menentukan, terserah pada penilaian hakim.
Hakim bebas menilainya dan tidak terikat kepadanya. Tidak ada keharusan bagi hakim untuk menerima kebenaran keterangan ahli yang dimaksud.
Daftar Pustaka
Adami Chazawi, 2006, Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, Almuni, Bandung.
Andi Hamzah, 1996, Hukum Acara
Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.
Bambang Sunggono, 2003,
Metodologi Penelitian Hukum,
RajaGrafindo Persada, Jakarta. Bismar Siregar. 1983. Hukum Acara
Pidana. Bina Cipta, Jakarta
M. Yahya Harahap, 2004,
Pembahasan, Permasalahan, dan Penerapan KUHAP, Edisi
Kedua, cetakan kedua, Sinar Grafika, Jakarta.
R Wirjono Prodjodikoro, 1983, Hukum
Acara Pidana Indonesia,
Sumur Bandung
R. Tresna, 2000, Komentar HIR, Pradnya Paramita, Jakarta. Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar
Penelitian Hukum, Universitas
Indonesia (UI Press), Jakarta. Yahya harahap. 2001. Pembahasan
Permasalahan dan Penerapan KUHAP;Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi dan PeninjauaKembali, Sinar