• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERANAN SAKSI AHLI BANK INDONESIA BANDAR LAMPUNG DALAM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN UANG (Studi Pada Pengadilan Negeri Tanjung Karang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PERANAN SAKSI AHLI BANK INDONESIA BANDAR LAMPUNG DALAM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN UANG (Studi Pada Pengadilan Negeri Tanjung Karang)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Admosudirjo. Prajudi. 2001.Teori Kewenangan. PT. Rineka Cipta Jakarta. 2001 Bank Indonesia. 2004Materi Penataran Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah. Jakarta Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1998. Penerbit Balai Pustaka. Jakarta.

Marpaung, Leden. 2009. Proses Penanganan Perkara Pidana (Penyelidikan dan Penyidikan). Sinar Grafika. Jakarta.

Sigalingging, Hotbin. Ery Setiawan. dan Hilde D. Sihaloho. 2005.Kebijakan Pengedaran Uang di Indonesia. Bank Indonesia. Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1986.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.Raja Grafindo Persada. Jakarta.

________________. 1999.Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia Press. Jakarta

________________. 2002.Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press.Jakarta

Tim Perundang-Undangan dan Pengkajian Hukum. 2005.Paradigma Baru dalam Menghadapi Kejahatan Mata Uang (Pola Pikir, Pengaturan, dan

Penegakan Hukum).Direktorat Hukum Bank Indonesia. Jakarta.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Jis Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 Tentang Pemberlakuan Hukum Pidana Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004.

(2)

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1971 Tentang Pembentukan Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu (Botasupal)

Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/14/PBI/2004 tentang Pengeluaran,

Pengedaran, Pencabutan dan Penarikan, serta Pemusnahan Uang Rupiah. Tim Perundang-Undangan dan Pengkajian Hukum.Paradigma Baru dalam

(3)

Halaman

I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual... 7

E. Sistematika Penulisan ... 13

II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Pengertian Peranan... 15

B. Alat-Alat Bukti... 18

C. Pembuktian Pidana... 22

D. Tindak Pidana Pemalsuan Uang ... 25

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum ... 35

III METODE PENELITIAN... 37

A. Pendekatan Masalah... 37

B. Sumber dan Jenis Data ... 37

C. Penentuan Populasi dan Sampel... 39

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 39

(4)

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 42

A. Karakteristik Responden ... 42

B. Peranan Saksi Ahli Bank Indonesia Bandar Lampung dalam Pembuktian Tindak Pidana Pemalsuan Uang ... 46

C. Faktor-Faktor Penghambat Peranan Saksi Ahli Bank Indonesia Bandar Lampung dalam Pembuktian Tindak Pidana Pemalsuan Uang ... 63

V PENUTUP... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran... 68

(5)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Peranan saksi ahli Bank Indonesia Bandar Lampung dalam pembuktian tindak pidana pemalsuan uang termasuk dalam peranan faktual, karena saksi ahli melaksanakan peranan berdasarkan fakta atau kejadian nyata yaitu tindak pidana pemalsuan uang di Kota Bandar Lampung. Peranan faktual ini dilakukan saksi ahli untuk membantu penyidik kepolisian dalam menentuan keaslian uang, menyampaikan keterangan hasil pemeriksaan terhadap mata uang baik secara lisan maupun tertulis, serta memberikan keterangan ahli dalam sidang pengadilan. Secara factual, peranan saksi ahli Bank Indonesia ini dilaksanakan dalam pembuktian tindak pidana pemalsuan uang sebagaimana tertuang dalam Putusan Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang Nomor: 770/PID/B/2009/PNTK, bahwa Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang yang menjatuhkan pidana terdahadap terdakwa Taufik Jaya Bin Sukirno karena terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana pemalsuan uang.

(6)

68

a. Faktor aparat penegak hukum, mulai dari pihak kepolisian, kejaksaan dan pengadilan membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menyelesaikan kasus tindak pidana pemalsuan uang. Saksi ahli dari Bank Indonesia pun harus menunggu proses tersebut mulai dari penyidikan, penuntutan sampai dengan persidangan, sedangkan saksi ahli sudah melaksanakan peranannya mulai dari tahapan penyidikan oleh pihak kepolisian dan kembali akan memberikan keterangan pada saat pelaksanaan persidangan terhadap terdakwa pelaku tindak pidana pemalsuan uang.

b. Faktor sarana dan fasilitas yang tidak mendukung, yaitu kurang tingginya sistem pengamanan uang rupiah karena para pelaku tindak pidana masih mudah dalam memalsukan uang. Sistem pengamanan uang yang kurang memadai tersebut disebabkan karena tingkat keamanan terhadap (security features) Bank Indonesia masih relatif mudah ditiru oleh para pelaku tindak pidana pemalsuan uang dengan menggunakan teknologi seperti alat pemindai (scanner), perangkat komputer dan mesin printer berwarna.

B. Saran

Saran dalam penelitian ini sebagai berikut:

(7)
(8)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Menurut Soerjono Soekanto (1999: 19), pendekatan yuridis normatif dimaksudkan sebagai upaya memahami persoalan dengan tetap berada atau bersandarkan pada lapangan hukum, sedangkan pendekatan yuridis empiris dimaksudkan untuk memperoleh kejelasan dan pemahaman dari permasalahan dalam penelitian berdasarkan realitas yang ada.

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah: 1. Data Primer

Data primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari lapangan penelitian dengan cara melakukan wawancara dengan hakim Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang dan saksi ahli dari Bank Indonesia Bandar Lampung untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian.

2. Data Sekunder

(9)

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer bersumber dari: 1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

4) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia

b. Bahan hukum sekunder

Bersumber dari bahan-bahan hukum yang dapat membantu dalam menganalisa serta memahami permasalahan dalam penelitian, terdiri dari: 1) Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/14/PBI/2004 Tentang

Pengeluaran, Pengedaran, Pencabutan dan Penarikan, serta Pemusnahan Uang Rupiah

2) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1971 Tentang Pembentukan Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu (Botasupal)

c. Bahan hukum tersier

(10)

39

C. Penentuan Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari obyek pengamatan atau obyek penelitian yang memiliki karakteristik tertentu. Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota kepolisian pada Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung, Jaksa pada Kejaksaan Negeri Bandar Lampung, Hakim pada Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang dan pegawai Bank Indonesia Bandar Lampung.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang masih memiliki ciri-ciri utama dari populasi dan ditetapkan untuk menjadi responden penelitian. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu menetapkan sampel secara sengaja berdasarkan pertimbangan dan tujuan penelitian yang telah ditentukan. Responden penelitian terdiri dari :

a. Anggota Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung 2 orang b. Jaksa pada Kejaksaan Negeri Bandar Lampung 2 orang c. Hakim Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang 2 orang d. Pegawai Bank Indonesia Bandar Lampung 2 orang +

Jumlah 8 orang

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: a. Studi pustaka (library research)

(11)

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pokok bahasan dalam skripsi ini.

b. Studi lapangan (field research)

Dilakukan dengan kegiatan wawancara (interview) kepada responden penelitian sebagai usaha mengumpulkan data yang berkaitan dengan penanggulangan peredaran uang palsu di Bandar Lampung

2. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan untuk mempermudah analisis data yang telah diperoleh sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Adapun pengolahan data yang dimaksud meliputi tahapan sebagai berikut:

a. Seleksi data

Merupakan kegiatan pemeriksaan untuk mengetahui kelengkapan data selanjutnya data dipilih sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

b. Klasifikasi data

Merupakan kegiatan penempatan data menurut kelompok-kelompok yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-benar diperlukan dan akurat untuk dianalisis lebih lanjut.

c. Penyusunan data

(12)

41

E. Analisis Data

(13)

(Studi Pada Pengadilan Negeri Tanjung Karang)

(Skripsi)

Oleh

RIO PRADANA AKBAR

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(14)
(15)

DALAM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN UANG

(Studi Pada Pengadilan Negeri Tanjung Karang)

Oleh

RIO PRADANA AKBAR

Tindak pidana pemalsuan uang mengalami perkembangan yang cukup kompleks dan karena objek yang dipalsukan adalah uang sebagai alat pembayaran sah pada suatu negara maka akan berdampak negatif pada perekonomian suatu negara. Tindak pidana pemalsuan uang merupakan tindak pidana khusus, sehingga penyidik perlu menghadirkan seorang atau lebih saksi ahli untuk turut membantu kelancaran proses penyidikan. Oleh karena itu pihak kepolisian meminta bantuan saksi ahli dari Kepala Bank Indonesia Cabang Lampung untuk menunjuk stafnya, guna dimintai keterangan sebagai saksi ahli tindak pidana pemalsuan uang. Pemasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah peranan saksi ahli Bank Indonesia Bandar Lampung dalam pembuktian tindak pidana pemalsuan uang? (2) Faktor-faktor apakah yang menghambat peranan saksi ahli Bank Indonesia Bandar Lampung dalam pembuktian tindak pidana pemalsuan uang?

Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Responden penelitian terdiri dari anggota Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung , Jaksa pada Kejaksaan Negeri Bandar Lampung, Hakim Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang dan Pegawai Bank Indonesia Bandar Lampung. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka (library research) dan studi lapangan (field research). Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif.

(16)

Rio Pradana Akbar

Kelas IA Tanjung Karang yang menjatuhkan pidana terdahadap terdakwa Taufik Jaya Bin Sukirno karena terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana pemalsuan uang. (2) Faktor-faktor yang menghambat peranan saksi ahli Bank Indonesia Bandar Lampung dalam pembuktian tindak pidana pemalsuan uang adalah: (a) Faktor aparat penegak hukum, mulai dari pihak kepolisian, kejaksaan dan pengadilan membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menyelesaikan kasus tindak pidana pemalsuan uang. Saksi ahli dari Bank Indonesia pun harus menunggu proses tersebut mulai dari penyidikan, penuntutan sampai dengan persidangan, sedangkan saksi ahli sudah melaksanakan peranannya mulai dari tahapan penyidikan oleh pihak kepolisian dan kembali akan memberikan keterangan pada saat pelaksanaan persidangan terhadap terdakwa pelaku tindak pidana pemalsuan uang. (b) Faktor sarana dan fasilitas yang tidak mendukung, yaitu kurang tingginya sistem pengamanan uang rupiah karena para pelaku tindak pidana masih mudah dalam memalsukan uang. Sistem pengamanan uang yang kurang memadai tersebut disebabkan karena tingkat keamanan terhadap (security features) Bank Indonesia masih relatif mudah ditiru oleh para pelaku tindak pidana pemalsuan uang dengan menggunakan teknologi seperti alat pemindai (scanner), perangkat komputer dan mesin printer berwarna.

(17)

A. Latar Belakang Masalah

Tindak pidana pemalsuan uang mengandung nilai ketidak benaran atau palsu atas sesuatu atau objek, di mana sesuatu nampak dari luar seolah-olah benar adanya, namun sesungguhnya bertentangan dengan yang sebenarnya. Dalam ketentuan hukum pidana Indonesia dikenal beberapa bentuk kejahatan pemalsuan, yaitu sumpah palsu, pemalsuan merek dan meterai, pemalsuan surat, pemalsuan dokumen dan pemalsuan uang. Tindak pidana pemalsuan uang merupakan kejahatan yang memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena para pelaku tindak pidana pemalsuan uang ini pada umumnya memiliki kemampuan dan keahlian khusus di bidang program komputer maupun teknik percetakan.

(18)

2

Dampak lain pemalsuan uang dan peredaran uang palsu adalah bisa mengganggu kestabilan perkonomian nasional, menurunkan kewibawaan negara dan menurunkan kepercayaan terhadap rupiah akan menimbulkan biaya ekonomi yang lebih besar yang harus ditanggung oleh negara, karena Bank Indonesia, memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Selain itu mata uang merupakan salah satu simbol kedaulatan negara, sehingga penggunaan mata uang rupiah di wilayah Republik Indonesia berarti penghormatan terhadap kedaulatan Indonesia, sementara pemalsuan mata uang merupakan suatu tindakan yang tidak menghormati kedaulatan Indonesia, khususnya di bidang ekonomi.

(19)

Upaya aparat penegak hukum dalam membuktikan tindak pidana pemalsuan uang adalah dengan meminta bantuan saksi ahli dari Bank Indonesia. Saksi ahli dari Bank Indonesia merupakan pihak yang berkompeten di bidangnya untuk memberikan keterangan atau penjelasan kepada majelis hakim bahwa uang yang menjadi bukti persidangan adalah uang palsu atau bukan, yang didasarkan pada hasil pengamatan atau penelitian saksi ahli terhadap ciri-ciri kepalsuan uang. Uraian di atas sesuai dengan ketentuan Pasal 1 Angka 28 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, bahwa keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan seseorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan. Apa isi yang harus diterangkan oleh ahli, serta syarat apa yang harus dipenuhi agar keterangan ahli mempunyai nilai tidaklah diatur dalam KUHAP, tetapi dapat dipikirkan bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 28 KUHAP, secara khusus ada dua syarat dari keterangan seorang ahli, yaitu:

(1) Bahwa apa yang diterangkan haruslah mengenai segala sesuatu yang masuk dalam ruang lingkup keahliannya.

(2) Bahwa yang diterangkan mengenai keahliannya itu adalah berhubungan erat dengan perkara pidana yang sedang diperiksa.

(20)

4

Menurut data prariset dengan melakukan wawancara kepada Andri Darmawan, selaku Kasir Muda Bank Indonesia Cabang Lampung pada tanggal 28 Nocvember 2011, diketahui bahwa pegawai Bank Indonesia maka diperoleh penjelasan bahwa tindak pidana pemalsuan uang merupakan tindak pidana khusus, sehingga penyidik perlu menghadirkan seorang atau lebih saksi ahli untuk turut membantu kelancaran proses penyidikan. Oleh karena itu pihak kepolisian meminta bantuan saksi ahli dari Kepala Bank Indonesia Cabang Lampung untuk menunjuk stafnya, guna dimintai keterangan sebagai saksi ahli tindak pidana pemalsuan uang.

Alasan bahwa pihak Bank Indonesia yang menjadi saksi ahli dalam tindak pidana pemalsuan uang, bukan dari pihak Laboratorium Forensik atau lembaga lainnya adalah karena pihak Bank Indonesia yang mengetahui secara pasti tentang keaslian uang, pengaman uang (security features), memiliki pusat database uang Rupiah Palsu bernama Bank Indonesia Counterfeit Analysis Center (BI-CAC). Pihak Bank Indonesia juga memiliki keahlian dalam menentukan palsu atau tidaknya mata uang, baik melalui metode pengamanan kasat mata maupun pengamanan kasat raba. Selain itu Pihak Bank Indonesia dilengkapi dengan berbagai alat pengamanan modern berupa sinar ultra violet (UV lights), sinar infra merah (infra red lights), kaca pembesar (loupe), dan alat plastik tertentu untuk melihatscramble image(tanda air) dalam menentukan keaslian uang.

Upaya yang ditempuh dalam pembuktian pidana sesuai Pasal 183 KUHP:”Hakim

(21)

Hal yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah seharusnya tindak pidana pemalsuan uang ini mengalami penurunan, tetapi pada kenyataannya mengalami peningkatan. Data tindak pidana pemalsuan uang di Kota Bandar Lampung menunjukkan angka yang cukup signifikan. Berdasarkan data Bank Indonesia Cabang Lampung, uang palsu yang ditemukan beredar di Kota Bandar Lampung dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2010 senilai Rp40,60 juta dan tahun 2011 senilai Rp55,75 juta. Pemalsuan uang tersebut dilakukan pada berbagai pecahan Rp100.000,00 Rp50.000,00, Rp20.000,00 dan Rp10.000,00 (Sumber: Bank Indonesia Cabang Lampung Tahun 2012).

Berdasarkan uraian di atas penulis akan melakukan penelitian untuk menganalisis Peranan Saksi Ahli Bank Indonesia Bandar Lampung dalam Pembuktian Tindak Pidana Pemalsuan Uang (Studi Pada Pengadilan Negeri Tanjung Karang)

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimanakah peranan saksi ahli Bank Indonesia Bandar Lampung dalam pembuktian tindak pidana pemalsuan uang?

(22)

6

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah hukum pidana formil dalam bidang hukum acara pidana. Ruang lingkup substansi dibatasi pada peranan saksi ahli Bank Indonesia Bandar Lampung dalam pembuktian tindak pidana pemalsuan uang. Ruang lingkup wilayah adalah pada Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui peranan saksi ahli Bank Indonesia Bandar Lampung dalam pembuktian tindak pidana pemalsuan uang

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat peranan saksi ahli Bank Indonesia Bandar Lampung dalam pembuktian tindak pidana pemalsuan uang

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memperkaya kajian ilmu hukum pidana, khususnya yang berhubungan dengan peranan saksi ahli Bank Indonesia Bandar Lampung dalam pembuktian tindak pidana pemalsuan uang 2. Kegunaan Praktis

(23)

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Menurut Soerjono Soekanto (1999: 73), kerangka teoritis merupakan abstraksi hasil pemikiran atau kerangka acuan atau dasar yang relevan untuk pelaksanaan suatu penelitian ilmiah, khususnya penelitian hukum. Beberapa kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Teori Peranan

Menurut Soerjono Soekanto (2002: 243), peran adalah aspek dinamis kedudukan (status), yang memiliki aspek-aspek sebagai berikut:

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.

b. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat diartikan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

(24)

8

Selanjutnya menurut Soerjono Soekanto (2002: 244), peranan terbagi menjadi: a. Peranan normatif adalah peranan yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga yang didasarkan pada seperangkat norma atau hukum yang berlaku dalam kehidupan masyarakat

b. Peranan ideal adalah peranan yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga yang didasarkan pada nilai-nilai ideal atau yang seharusnya dilakukan sesuai dengan kedudukannya di dalam suatu sistem.

c. Peranan faktual adalah peranan yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga yang didasarkan pada kenyataan secara kongkrit di lapangan atau kehidupan sosial yang terjadi secara nyata.

d. Peranan interaktif adalah peranan yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga yang berhubungan dengan peranan yang juga dimiliki oleh orang atau lembaga lain.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka peranan saksi ahli dalam penelitian ini termasuk dalam peranan normatif, karena saksi ahli melaksanakan peranannya berdasakan pada ketentuan hukum yang berlaku, yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

b. Teori Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

(25)

Penegakan hukum hanya dapat menjamin kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan hukum pada era modernisasi dan globalisasi saat ini dapat terlaksana, apabila berbagai dimensi kehidupan hukum selalu menjaga keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara moralitas sipil yang didasarkan oleh nilai-nilai aktual di dalam masyarakat beradab.

Menurut Soerjono Soekanto (1986: 8-11), penegakan hukum bukan semata-mata pelaksanaan perundang-undangan saja, namun terdapat juga faktor-faktor yang menghambat yaitu sebagai berikut:

1) Faktor Perundang-undangan (Substansi hukum)

Praktek menyelenggaraan penegakan hukum di lapangan seringkali terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan. Hal ini dikarenakan konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak sedangkan kepastian hukum merupakan prosedur yang telah ditentukan secara normatif. Tindakan atau kebijakan yang tidak sepenuhnya berdasarkan hukum merupakan suatu yang dapat dibenarkan sepanjang kebijakan atau tindakan tersebut tidak bertentangan dengan hukum. Penyelengaraan hukum merupakan proses penyerasian antara nilai-nilai dan kaidah-kaidah serta pola perilaku nyata yang bertujuan untuk mencapai kedamaian.

2) Faktor penegak hukum

(26)

10

penegakan keadilan tanpa kebenaran adalah suatu kebejatan. Penegakan kebenaran tanpa kejujuran adalah suatu kemunafikan. Dalam rangka penegakan hukum oleh setiap lembaga penegak hukum, keadilan dan kebenaran harus dinyatakan, harus terasa dan terlihat serta harus diaktualisasikan.

3) Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung

Sarana dan fasilitas yang mendukung mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup. Tanpa sarana dan fasilitas yang memadai, penegakan hukum tidak dapat berjalan dengan lancar dan penegak hukum tidak mungkin menjalankan peranan semestinya.

4) Faktor masyarakat

Masyarakat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pelaksanaan penegakan hukum. Sebab penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai dalam masyarakat. Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka akan semakin memungkinkan penegakan hukum yang baik dan semakin rendah tingkat kesadaran hukum masyarakat, maka akan makin sukar untuk melaksanakan penegakan hukum.

5) Faktor Kebudayaan

(27)

dengan kebudayaan masyarakat, maka akan semakin mudahlah dalam menegakannya. Sebaliknya, apabila peraturan-peraturan perundang-undangan tidak sesuai atau bertentangan dengan kebudayaan masyarakat, maka akan semakin sukar untuk melaksanakan dan menegakkan peraturan hukum tersebut.

2. Konseptual

Menurut Soerjono Soekanto (1999: 112), konseptual adalah susunan berbagai konsep yang menjadi fokus pengamatan dalam melaksanakan penelitian. Berdasarkan definisi tersebut maka peneliti akan melakukan analisis pokok-pokok bahasan dalam penelitian ini dan memberikan batasan pengertian yang berhubungan dengan penanggulangan tindak pidana peredaran uang palsu di Bandar Lampung.

Adapun batasan istilah yang digunakan sebagai berikut:

a.

Peranan adalah aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peran (Soerjono Soekanto, 2002: 244).

(28)

12

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana).

c. Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang berlaku (Pasal 1 Angka 20 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan).

d. Pembuktian adalah salah satu asas umum peradilan adalah asas praduga tidak bersalah (presumption innonsence) yang dirumuskan pada butir c Penjelasan Umum KUHAP bahwa setiap orang yang disangka atau dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum yang tetap (Leden Marpaung, 2009: 23).

(29)

atau menyuruh mengeluarkan sebagai yang asli dan tidak dipalsukan, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun (Pasal 245 KUHP).

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

I PENDAHULUAN

Berisi pendahuluan penyusunan skripsi yang terdiri dari Latar Belakang, Permasalahan dan Ruang Lingkup, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Teori dan Konseptual serta Sistematika Penulisan.

II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tinjauan pustaka dari berbagai konsep atau kajian yang berhubungan dengan penyusunan skripsi dari berbagai referensi atau bahan pustaka, meliputi pengertian pembuktian pidana, tindak pidana, tindak pidana pemalsuan uang, dasar pengaturan tindak pidana dan sanksi pidana tentang mata uang dan penanggulangan terhadap tindak pidana

III METODE PENELITIAN

Berisi metode yang digunakan dalam penelitian, terdiri dari Pendekatan Masalah, Sumber Data, Penentuan Populasi dan Sampel, Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data serta Analisis Data.

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(30)

14

pemalsuan uang dan faktor-faktor yang menghambat peranan saksi ahli Bank Indonesia Bandar Lampung dalam pembuktian tindak pidana pemalsuan uang.

V PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menganalisa hasil istinbath hukum fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam menetapkan hukumnya, yakni hukuman Bagi Produsen, Bandar, Pengedar Dan

Semakin rendah kadar air manisan kering jahe maka kadar lineralnya semakin tinggi, sehingga kadar abu yang diperoleh juga semakin tinggi seperti yang lijelaskan Aisyah (2005)

Tujuan menciptakan sistem perencanaan pembangunan yang terpadu, dengan sasaran terciptanya sistem perencanaan yg terintegrasi antar daerah, antar ruang, antar waktu,

14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011-2031, kawasan Simongan harus di tata dan dirubah menjadi daerah permukiman saja (bukan zona

Gaya akibat beban gempa terhadap penulangan utama pada balok dermaga mempunyai pengaruh yang tidak signifikan dibandingkan dengan gaya akibat kombinasi beban tanpa gempa, sehingga

5 utama atau tokoh tambahan dalam cerita atau karya fiksi, dapat dilakukan dengan. berbagai cara dan pertimbangan,

Th e moral theory says the intrinsic value of pleasure or pain is deserved on the basis of the intrinsic value of virtue or vice; the economic theory says the instrumental value

Pertumbuhan pada tanaman hanya dapat terjadi pada tempat-tempat tertentu saja,yaitu pada jaringan meristem yang terdapat diujung akar,ujung batang,bakal tunas,dan pada