• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Perbaikan Faktor Penyebab Terjadinya Human Error Pada Divisi Pabrik kantong PT.Semen Padang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Rancangan Perbaikan Faktor Penyebab Terjadinya Human Error Pada Divisi Pabrik kantong PT.Semen Padang"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

RANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA HUMAN ERROR

PADA DIVISI PABRIK KANTONG PT. SEMEN PADANG

Oleh :

Y

Y

U

U

S

S

R

R

I

I

Z

Z

A

A

L

L

B

B

A

A

K

K

A

A

R

R

057025007 / TI

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul Penelitian : RANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA

HUMAN ERROR PADA DIVISI PABRIK KANTONG PT. SEMEN PADANG

Nama : YYUUSSRRIIZZAALLBBAAKKAAR R

Nomor Pokok : 057025007 Program Studi : Teknik Industri

Menyetujui Komisi pembimbing

P

Prrooff..DDrr..IIrr..SSuukkaarriiaaSSiinnuulliinnggggaa,,MM..EEnngg Ketua

A

AuulliiaaIIsshhaakkSS,,SSTT..,,MMTT

Anggota

Ketua Program Studi Direktur

P

(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya atas rahmat dan

hidayah-Nya tesis ini dapat diselesaikan dengan segala upaya yang cukup berarti bagi penulis.

Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Magister

Teknik Industri Sekolah Pasca Sarjana Univeristas Sumatera Utara.

Dalam pelaksanaan penulisan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan

baik moril ataupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

− Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng, selaku ketua Program Studi sekaligus Pembimbing Utama dalam penulisan tesis ini, yang telah bersedia

membimbing.

− Bapak Ir. Harmein Nasution, MSIE selaku Sekretaris Program pada Magister

Teknik Industri, atas semua pengetahuan yang diberikan selama mengikuti

pendidikan magister.

− Bapak Aulia Ishak, ST., MT, selaku selaku pembimbing II sekaligus koordinator Program Studi Magister Teknik Industri, terima kasih atas bantuan dan arahan yang

diberikan selama mengikuti pendidikan.

− Bapak Prof. Dr. Yunazar Manjang, selaku Rektor Universitas Bung Hatta, atas izin

pendidikan yang diberikan kepada penulis.

− Bapak Prof. Dr. Ir. Rahim Matondang, MSIE dan Bapak Ir. Mangara Tambunan,

M.Sc dan Ibu Ir. Nazlina, MT selaku komisi pembanding atas masukan guna

penyempurnaan tesis ini.

− Seluruh staf pengajar pada Program Magister Teknik Industri, terima kasih atas semua pengetahuan yang diberikan.

− Bapak Irfansyah, selaku Kepala Bidang Pabrik Kantong PT. Semen Padang, dan

Bapak Jarjis selaku Kepala Urusan atas semua kemudahan dan fasilitas yang

diberikan selama penelitian dilaksanakan.

(4)

− Ayahanda H. Bakar dan Ibunda Hj. Nurhayati, beserta kakanda Salmi Bahar,

Ridwan Bahar dan Syaiful Bahar terima kasih atas segala kasih dan sayang yang

diberikan.

− Istriku Nikke Yolanda, ST beserta putri tercinta Faza Haniyah Firsrtrizanda dan

Afra Fatthiya Honesty, terima kasih atas semua kasih sayang dan kesabarannya.

− Papa H. Risnaldi dan Mama Hj. Hilda Dewita, terima kasih atas semua perhatian dan kasih sayangnya.

− Keluarga besar Karya 249 – Medan khusunya Om Al (Dr. Sjahrial R. Anas, MHA)

dan Tachi (Geta Feziyenti), serta Egy’ terima kasih atas semua bantuan dan fasilitas

yang diberikan selama pendidikan.

− Seluruh pihak yang pernah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sangat

diharapkan saran dan masukan yang konstruktif sehingga berguna bagi para pembaca.

Medan, September 2007

Penulis,

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yusrizal Bakar

Tempat/Tgl. Lahir : Duri / 01 Pebruari 1976

Agama : Islam

Alamat : Jl. Darma No. 4 Komplek Darma Panda Kelurahan Kota Lalang

Kecamatan Lubuk Kilangan – Padang.

Telp : (0751) 4770176

Pekerjaan : Staf Pengajar Tetap Yayasan Pendidikan Bung Hatta – Padang

Orang Tua : H. Bakar / Hj. Nurhayati

Istri : Nikke Yolanda, ST

Anak : Faza Haniyah Firstrizanda

Afra Fatthiya Honesty

Riwayat Pendidikan

• Pendidikan Tinggi

Program Strata 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Bung Hatta (1999)

• SMA Negeri 02 Simpang Padang Duri – Riau (1994) • SMP Negeri 01 Simpang Padang Duri – Riau (1991) • SD Negeri 040 Simpang Padang Duri – Riau (1988)

Riwayat Pekerjaan

(6)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan... i

Kata Pengantar... ii

Daftar Riwayat Hidup... iv

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel... viii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian... 6

1.4 Manfaat Penelitian... 6

1.4.1 Bagi Perusahaan ... 6

1.4.2 Bagi Mahasiswa... 6

1.4.3 Bagi Perguruan Tinggi ... 7

1.5 Batasan dan Ruang Lingkup... 7

1.6 Asumsi-Asumsi ... 8

BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Ergonomi ... 9

2.2 Human Error... 9

2.3 Klasifikasi Human Error... 10

2.4 Pendekatan untuk Mengurangi Human Error... 11

2.5 Keandalan Manusia ... 12

2.6 Model Rook Untuk Kejadian Human Error... 13

2.7 Metoda-metoda Human Reliability Assessment (HRA) ... 14

2.7.1 Metoda THERP ... 14

2.7.2 Metoda HECA ... 15

(7)

2.7.4 Metoda JHEDI... 16

2.8 Metoda Pengumpulan dan Pengujian Data... 16

2.8.1 Kuesioner... 16

2.8.2 Wawancara ... 17

2.8.3 Pengujian Validitas dan Realibilitas... 18

2.9 Sistem Manusia Mesin Mekanistik ... 19

2.10 Aspek-aspek Sistem Pencahayaan... 20

2.10.1 Intensitas dan Luminansi Cahaya ... 20

2.10.2 Keuntungan Pencahayaan yang Baik ... 24

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan... 25

3.2 Aktivitas Produksi ... 26

3.2.1 Kapasitas Produksi ... 26

3.2.2 Bahan Mentah... 26

3.3 Pabrikasi dan Konstruksi ... 26

3.4 Pemasaran... 27

3.5 Produk... 28

3.6 Unit Pabrik Kantong... 29

3.6.1 Struktur Organisasi ... 29

3.6.2 Tenaga Kerja ... 30

3.6.3 Jam Kerja... 30

3.6.4 Hasil Produksi ... 31

3.6.5 Bahan Baku Kantong... 32

3.6.6 Jenis Kerusakan Kantong ... 33

3.6.7 Pengujian Material Kantong... 33

3.6.8 Spesifikasi Ukuran Kantong... 35

3.6.9 Proses Produksi Kantong Tipe Sewing Bag... 36

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian ... 38

4.2 Metoda Pengumpulan Data ... 39

(8)

4.2.2 Data Sekunder ... 41

4.2.3 Metoda Analisis... 41

4.2.4 Metoda Pengujian ... 43

BAB V PENGEMBANGAN MODEL PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisis Masalah ... 45

5.2 Asumsi dalam Pengembangan Model ... 48

5.3 Model Pemecahan Masalah ... 48

BAB VI PEMECAHAN MASALAH 6.1 Hasil Pemecahan Masalah ... 54

6.1.1 Dekomposisi Pekerjaan dan Human Error Mode... 54

6.1.2 Estimasi λ, β, γ... 58

6.1.3 Perhitungan HEP (Human Error Probability) ... 59

6.1.4 Probabilitas Kegagalan Tiap Aktivitas ... 60

6.1.5 Probabilitas Sukses Tiap Aktivitas ... 62

6.1.6 Perhitungan Keandalan Operator... 62

6.1.7 Identifikasi Faktor Dominan Penyebab Human Error... 62

6.1.8 Rancangan Sistem Pencahayaan... 64

6.1.9 Rancangan Model Pemberian Bonus... 74

6.1.10 Rancangan Analisis Kebutuhan Pelatihan... 79

6.2 Analisis Hasil Pemecahan Masalah... 83

BAB VII DISKUSI DAN EVALUASI HASIL 7.1 Kendala Dalam Penggunaan Hasil ... 91

7.2 Metode Pendekatan Dalam Mengatasi Kendala... 93

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan... 94

8.2 Saran dan Tindak Lanjut ... 96

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jenis cacat produk kantong tipe Sewing Bag ... 3

Tabel 1.2 Faktor penyebab kegagalan/penyimpangan produksi... 4

Tabel 2.1 Kebutuhan Cahaya Untuk Pekerjaan Visual ... 23

Tabel 3.1 Pengujian Material Craft Paper... 34

Tabel 3.2 Pengujian PP Woven R. Lamination ... 34

Tabel 3.3 Pengujian Tinta... 34

Tabel 3.4 Pengujian Tepung Lem... 34

Tabel 3.5 Pengujian Benang Alas ... 35

Tabel 3.6 Pengujian Benang Multilamint Merah ... 35

Tabel 3.7 Pengujian Benang Multilamint Putih ... 35

Tabel 3.8 Ukuran dan Toleransi Kantong PT. Semen Padang ... 36

Tabel 5.1 Kategori Probabilitas Hazard... 50

Tabel 5.2 Level Kualitatif Efek Kesalahan... 50

Tabel 6.1 Uraian Pekerjaan, Human Error, Efek Error dan Estimasi λ, β, γ. 56 Tabel 6.2 Hasil Perhitungan Human Error Probability... 59

Tabel 6.3 Kejadian Human Error dengan HEP terbesar ... 60

Tabel 6.4 Probabilitas Kegagalan dan Sukses tiap Aktivitas ... 61

Tabel 6.5 Jenis Perbaikan yang Mesti Dilakukan... 64

Tabel 6.6 Skor Tiap Parameter ... 66

Tabel 6.7 Evaluasi Pemilihan Jenis Lampu... 68

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Semi Automatic Man-Machine System... 19

Gambar 2.8 Kuat Penerangan... 22

Gambar 3.1 Spesifikasi Ukuran Kantong PT. Semen Padang ... 35

Gambar 5.1 Beberapa Faktor Penyebab Kegagalan/Penyimpangan ... 47

Gambar 5.2 Kerangka Konseptual ... 53

Gambar 6.1 Pemecahan Masalah Tahap I ... 54

Gambar 6.2 Pemecahan Masalah Tahap II... 55

Gambar 6.3 Rancangan Sistem Pencahayaan... 64

Gambar 6.4 Pembobotan Tiap Parameter... 67

Gambar 6.5 Pitting Lampu Pemantul Penyebar ... 70

Gambar 6.6 Tahapan Penentuan Jumlah Lampu... 70

Gambar 6.7 Posisi Penenpatan Lampu... 71

Gambar 6.8 Rancangan Sistem Pembayaran Insentif... 75

Gambar 6.9 Insentif Dengan Tingkat Efisiensi dan Partisipasi Rendah ... 77

Gambar 6.10 Insentif Berdasarkan Prestasi Kerja Kelompok... 78

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian... L-1

Lampiran 2 Data Mentah Hasil Penyebaran Kuesioner... L-2

Lampiran 3 Pengolahan Frekuensi dengan SPSS ... L-3

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

PT. Semen Padang merupakan pabrik semen tertua di Indonesia yang didirikan

pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV Nederlandsch Indische Portland Cement

Maatschappi (NV NIPCM). Pabrik mulai berproduksi pada tahun 1913 dengan

kapasitas 22.900 ton pertahun, dan pernah mencapai produksi sebesar 170.000 ton pada

tahun 1939 yang merupakan produksi tertinggi pada waktu itu. Hingga saat ini total

kapasitas produksi PT Semen Padang dari empat pabrik yang dimiliki mencapai

5.240.000 ton/tahun.

Meskipun perkembangan perusahaan sudah cukup pesat, namun tidak sedikit

permasalahan yang muncul, baik untuk aktivitas pemasaran ataupun produksinya.

Untuk pemasaran PT. Semen Padang dihadapkan pada persoalan semakin tajamnya

persaingan karena krisis ekonomi yang melanda Indonesia sehingga terjadinya hostile

take-over oleh perusahaan asing multinasional dan semakin sempitnya daerah-daerah

ekspor perusahaan karena adanya kebijakan ekspor produsen semen nasional dengan

dikeluarkannya perjanjian yang disebut dengan Export Cooperation Agreement/ECA.

Sedangkan untuk kegiatan dan aktivitas produksi salah satu masalah yang cukup

serius adalah tingginya pemborosan pada salah satu divisi yang ada, yaitu divisi pabrik

kantong. Divisi pabrik kantong yang dimiliki oleh PT. Semen Padang adalah salah satu

divisi yang mempunyai peranan penting dalam mendukung kelancaran proses produksi

(13)

Saat ini kemampuan produksi divisi pabrik kantong milik PT. Semen Padang

mampu menutupi kebutuhan perusahaan hampir 80% dan sisanya didatangkan dari

Gresik. Kantong yang diproduksi terdiri dari dua jenis, diantaranya sewing bag dan

pasted bag. Kedua jenis ini dibedakan berdasarkan daerah pemasaran, biasanya untuk

daerah pasar lokal Sumatera Barat kantong yang digunakan adalah jenis pasted bag,

sedangkan untuk jenis sewing bag lebih diprioritaskan pada daerah penjualan yang

berada diluar Sumatera Barat, terutama daerah yang jalur transportasinya mesti melalui

laut.

Berdasarkan data produksi yang diperoleh dari divisi pabrik kantong rata-rata

kantong yang dapat dihasilkan untuk setiap bulan khususnya untuk kantong jenis sewing

bag mencapai 1.138.755 helai (laporan periode Mei 2006 – Mei 2007). Dari jumlah

tersebut sekitar 2.97% (33.971 helai) kantong yang dihasilkan tidak mampu memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan pihak pengguna (dalam hal ini adalah divisi

pengantongan), Tabel 1.1 dibawah ini memperlihatkan jenis-jenis penyimpangan yang

terdapat pada kantong tipe sewing bag yang dikelompokkan berdasarkan proses

(14)

Tabel 1.1 : Jenis Cacat Produk Kantong Tipe Sewing Bag

Tubing Unit Sewing Unit

• Hasil printing logo dan teks yang ada pada kantong tidak jelas

• Pengeleman yang tidak sempurna sehingga

mengakibatkan terbukanya bagian woven dan craft paper

• Pemotongan kantong yang tidak simetris

• Tidak meratanya jahitan miring pada kantong sehingga kantong yang sudah berbentuk tube menjadi berkerut

• Benang jahitan putus dari kantong semen yang telah berbentuk tube, dan tidak mengikuti alur

• Kertas pita yang dijahitkan pada tube sebagai penutup pinggir bawah tube lepas atau tidak terjahit

• Valve miring (lobang atau klep memasukkan

semen pada packer miring)

Polyamida tidak terpasang (benang alas yang

digunakan untuk menguatkan jahitan pada kantong dan untuk menutupi lobang jahitan)

Sumber : Penelitian Pendahuluan, 2007

Dengan tidak segera ditanggulanginya penyimpangan tersebut diatas, maka

perusahaan akan mengalami kerugian financial sebesar Rp. 2.712 (dua ribu tujuh ratus

dua belas rupiah) perlembar kantong. Sehingga rata-rata pemborosan yang terjadi setara

dengan nilai Rp 152.813.064. Berbagai upaya telah dilakukan sebelumnya oleh

perusahaan, namun hasil yang diperoleh tidak cukup signifikan, perusahaan hanya

mampu menekan pemborosan sebesar 24%, hal ini dilakukan dengan cara memberikan

pelatihan dan sosialisasi kepada pekerja tentang upaya-upaya peningkatan efisiensi dan

profitabilitas perusahaan melalui organisasi non struktural yang dibentuk oleh divisi

pabrik kantong.

Berdasarkan hasil pengamatan pada penelitian pendahuluan dapat disimpulkan

bahwa kegagalan/penyimpangan yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, antara

(15)

Tabel 1.2 : Faktor Penyebab Kegagalan/Penyimpangan Produk

Faktor Penyebab Uraian

Manusia • Melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan instruksi kerja.

• Pengaturan dan set-up mesin kurang tepat

• Motivasi dan rasa memiliki karyawan masih rendah. Mesin

dan Fasilitas Produksi

• Umur pakai mesin hampir melebihi batas ekonomis.

• Pola perawatan mesin belum efektif.

• Design beberapa instrument display belum ergonomis. Metoda

dan Cara Kerja

• Kontrol supervisi kurang terlaksana sehingga settingan temperatur ekstruder dan speed pada main motor tidak sesuai..

• Penempatan lebar dan panjang kertas tidak pada posisi yang benar.

Material • Pengadukan material lem dan cat yang kurang tepat karena kesalahan operator dalam melakukan pekerjaan. Lingkungan Kerja • Sirkulasi udara yang kurang memadai karena ventilasi

udara tidak cukup.

• Design sistem pencahayaan yang kurang ergonomis sehingga intensitas cahaya tidak cukup.

Sumber : Penelitian pendahuluan, 2007

Informasi pada tabel 1.2 diatas diperoleh melalui elaborasi data pada hasil

penelitian pendahuluan serta dengan memanfaatkan tool’s yang relevan, dengan

menggunakan analisis diagram tulang ikan (analisis rinci dapat dilihat pada bab lima).

Dari kelima faktor tersebut diatas maka dalam penelitian ini akan dibahas secara lebih

komprehensif tentang faktor penyebab yang bersumber dari manusia-nya yang

dikaitkan dengan probabilitas kesalahan yang dilakukan oleh manusia dalam melakukan

pekerjaannya (human error). Beberapa hal yang dijadikan alasan dalam pembahasan ini,

antara lain: penyimpangan hasil produksi yang terjadi salah satunya disebabkan oleh

faktor manusia yang dalam hal ini dimaksudkan adalah sesuatu yang berkaitan dengan

human error selain beberapa faktor lain yang juga didefinisikan oleh perusahaan,

misalnya faktor mesin, lingkungan kerja dsb (hasil wawancara yang dilakukan dengan

(16)

yang telah dilakukan oleh Lee pada tahun 1988 yang menyimpulkan bahwa kegagalan

sistem yang disebabkan oleh human error mencapai angka 70%-90%.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang

akan dicari pemecahannya melalui penelitian ini adalah masih terdapatnya human error

pada proses pembuatan kantong jenis sewing bag. Jika permasalahan tersebut tidak

segera ditanggulangi oleh perusahaan (dalam hal ini adalah divisi pabrik kantong), maka

dapat dipastikan bahwa divisi akan mengalami kerugian yang cukup berarti karena

biaya produksi semakin tinggi dan pemborosan masih tetap terjadi.

Untuk itu perlu dicarikan suatu metoda yang mampu menjawab kebutuhan dari

kondisi saat ini sehingga kedepannya biaya produksi dapat ditekan dan pemborosan

akan berkurang. Salah satu cara yang memungkinkan untuk dilakukan adalah melalui

rancangan perbaikan terhadap beberapa hal yang menyebabkan terjadinya human error.

1.3Tujuan dan Sasaran Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu rancangan perbaikan terhadap

beberapa aspek/faktor penyebab terjadinya human error yang efektif digunakan untuk

meminimasi munculnya penyimpangan hasil produksi pada masa yang akan datang.

Untuk mendapatkan tujuan seperti yang telah dijelaskan tersebut, maka sasaran

penelitian ini adalah :

(17)

2. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas dengan probabilitas kegagalan (human error)

paling besar yang nantinya akan menjadi fokus dalam rancangan yang akan

dilakukan.

3. Membuat rancangan perbaikan untuk beberapa faktor yang didefinisikan sebagai

penyebab terjadinya human error.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1.4.1 Bagi Perusahaan

Implementasi dari hasil penelitian ini akan memberikan suatu manfaat bagi

perusahaan dalam upaya peningkatan produktifitas pada divisi pabrik produksi kantong,

hal ini diperoleh karena dengan adanya rancangan yang dimaksud maka jumlah kantong

yang tidak sesuai dengan spesifikasi perusahaan dapat dikurangi.

1.4.2 Bagi Mahasiswa

Penelitian ini akan bermanfaat bagi mahasiswa terutama dalam mempertajam

kemampuan analisis dan berfikir yang lebih sistematis, memberikan dan menambah

pemahaman tentang cara melakukan suatu penelitian dalam menghasilkan karya ilmiah

yang bermanfaat.

1.4.3 Bagi Perguruan Tinggi

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi institusi perguruan tinggi khususnya untuk

pengembangan ilmu pengetahuan yang akan memberikan nilai tambah sehingga

peranan perguruan tinggi akan lebih terasa oleh masyarakat khususnya masyarakat

(18)

1.5Batasan dan Ruang Lingkup

Guna mempermudah pelaksanaan penelitian ini, maka perlu diberikan suatu

batasan yang menjelaskan tentang kegiatan dan waktu cakupan penelitian, yaitu :

• Pembahasan yang akan dilakukan hanya difokuskan pada proses pembuatan kantong

jenis sewing bag, hal ini disebabkan karena jenis ini merupakan produk andalan

perusahaan, disamping itu juga karena jumlah produk cacat relatif lebih banyak

dibandingkan dengan tipe kantong pasted bag.

• Faktor-faktor penyebab terjadinya human error didasari dari hasil penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya oleh Meister yang kemudian disesuaikan dengan

kondisi ril perusahaan melalui penjajagan opini dari karyawan terkait.

• Hasil dari penelitian ini dapat digunakan pada kondisi yang normal dengan

parameter-parameter yang telah ditetapkan.

1.6Asumsi-asumsi

Untuk memperoleh hasil yang lebih optimal tentunya penelitian ini mesti

dilakukan secara komprehensif dengan mempertimbangkan semua parameter dan

aspek-aspek terkait, namum oleh karena keterbatasan yang dimiliki maka perlu diberikan

beberapa asumsi-asumsi yang sangat relevan dengan cakupan penelitian ini, antara lain :

• Kualitas dan kuantitas bahan baku sesuai menurut spesifikasi yang telah ditetapkan

dan dianggap tidak menjadi salah satu penyebab munculnya human error.

• Penyebab kegagalan/penyimpangan yang bersumber dari faktor lain seperti mesin,

metoda/cara kerja, lingkungan kerja dan material tidak dibahas secara lebih

mendalam, terkecuali jika hal ini nantinya adalah merupakan bagian yang menjadi

(19)

• Semua karyawan memiliki pemahaman yang sama tentang pentingnya upaya untuk

memperbaiki dan meminimasi pemborosan salah satunya melalui peningkatan

keandalan manusianya.

• Data dan informasi yang diperoleh dianggap sudah sangat cukup untuk menjelaskan

(20)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1 Ergonomi

Istilah ergonomi pertama kali dipakai oleh ilmuwan Polandia W. Joustrzebowski

pada tahun 1857. Walaupun ergonomi dianggap sebagai suatu disiplin ilmu ilmiah yang

baru, tetapi ergonomi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat pada dekade

delapan puluhan (Heinz Schmidtke). Salah satu bentuk perkembangan yang bisa

dirasakan dengan adanya ilmu ergonomi antara lain bahwa di industri-industri telah

memikirkan atau memperkenalkan suatu kondisi kerja manusia, artinya suatu kondisi

kerja dimana merupakan suatu pencegahan pada penyalahgunaan tenaga kerja manusia

sebagai ”mesin yang multi guna”

Dalam disiplin ilmu teknik industri, ergonomi lebih dikenal dengan human

factors engineering. Ergonomi merupakan bidang ilmu yang mencakup pemanfaatan

informasi, kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk merancang alat, mesin,

cara, sistem, tugas, organisasi dan lingkungan sehingga terdapat kondisi kerja dan

lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan efisien demi tercapainya produktivitas yang

setinggi-tingginya.

2.2 Human Error

Sehubungan dengan keterbatasan yang dimiliki oleh manusia, maka akan jelas

mempunyai probabilitas untuk menghasilkan ”kesalahan” atau dikenal dengan human

(21)

Menurut Meister, beberapa alasan yang menyebabkan terjadinya human error adalah

sebagai berikut :

No Alasan Terjadinya Human Error 1 Penerangan di area kerja yang kurang memadai

2 Pelatihan dan kecapakapan sumber daya yang kurang memadai. 3 Rancangan peralatan yang kurang baik.

4 Temperatur ditempat kerja yang kurang memadai. 5 Kebisingan di area kerja yang tinggi.

6 Tempat kerja yang kurang representatif. 7 Motivasi rendah.

8 Prosedur operasi dan maintenance yang kurang baik. 9 Kompleksitas perkerjaan yang tinggi.

2.3 Klasifikasi Human Error

Dhillon mengelompokkan human error kedalam enam kelompok, antara lain :

1. Kesalahan operasi (operating errors), kesalahan jenis ini terdiri dari dua kategori,

yaitu errors of mission dan error of commission. Kategori pertama meliputi

kesalahan karena kurang perhatian (error of attention) dan kesalahan karena lupa

(error of memory), sedangkan kategori kedua meliputi kesalahan operasi (error of

operation), kesalahan identifikasi (error of identification) dan kesalahan interpretasi

(error of interpretation).

2. Kesalahan perakitan (assembly errors), merupakan kesalahan yang terjadi selama

perakitan produk.

3. Kesalahan perancangan (design errors), jenis kesalahan ini dibedakan menjadi tiga

kelompok yaitu: kegagalan dalam mengimplementasikan kebutuhan manusia dalam

desain, penugasan fungsi yang tidak sesuai pada seseorang, dan kegagalan dalam

(22)

4. Kesalahan inspeksi (inspection errors), merupakan kesalahan yang berhubungan

dengan inspeksi dimana kesalahan ini muncul karena inspeksi tidak 100% akurat.

5. Kesalahan instalasi (installation errors), kesalahan ini terjadi selama tahapan

instalasi dan merupakan kesalahan sementara. Kesalahan ini muncul karena proses

instalasi dilaksanakan tidak sesuai dengan instruksi yang ada.

6. Kesalahan perawatan (maintenance errors), kesalahan ini diakibatkan oleh tidak

tepatnya perbaikan terhadap suatu item.

2.4 Pendekatan Untuk Mengurangi Human Error

Terdapat tiga pendekatan untuk mengurangi terjadinya kesalahan manusia

(human errors), antara lain :

1. Pemilihan personil

Upaya ini dianggap mampu untuk mengurangi human errors karena orang-orang

dipilih berdasarkan kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan

pekerjaan. Hal-hal seperti kemampuan persepsi, intelektual dan skill motorik harus

dipertimbangkan dalam pemilihan personil. Pendekatan ini memiliki keterbatasan,

antara lain :

a) Tidak selalu mudah menentukan kemampuan dan keterampilan yang diperlukan.

b) Tidak selalu tersedia metoda tes yang handal dan valid untuk mengukur

kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan.

(23)

2. Pelatihan

Pelatihan yang cocok dengan kebutuhan personil dapat mengurangi terjadinya

human errors , namun pada kenyataannya orang tidak selalu menunjukkan

performansi sebagaimana yang telah diberikan dalam pelatihan, hal ini disebabkan

karena kebiasaan pada saat sebelum diberikan pelatihan

3. Perancangan

Dengan merancang peralatan kerja, prosedur dan lingkungan kerja yang tepat akan

dapat mengurangi terjadinya human errors karena performansi seseorang telah

menjadi lebih baik.

2.5 Keandalan Manusia (Human Reliability)

Secara umum performansi keandalan manusia sebagai fungsi waktu kontinyu

dari aktivitas manusia dapat dikembangkan dengan cara yang sama seperti fungsi

keandalan klasik. Laju kesalahan manusia (human error rate, he(t)) didefinisikan

sebagai berikut :

dt t d t t

he Re( )

) ( Re

1 )

( = − ... (2.1)

Dimana Re(t) adalah keandalan performansi manusia pada waktu t. Persamaan 2.1 dapat

ditulis sebagai berikut :

) ( Re ) ( Re 1 )

( d t

t dt

t

he = − ... (2.2)

Dengan mengintegralkan kedua ruas persamaan diatas pada interval waktu (0,t) maka

akan diperoleh persamaan berikut :

= − ) ( Re ) 0 ( Re 0 ) ( Re ) ( Re 1 ) ( t t t d t dt t
(24)

Dimana Re(t) = 1 pada t=0, maka : ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − =

t dt t he t 0 ) ( exp ) (

Re ... (2.4)

Persamaan keandalan diatas berlaku untuk laju kesalahan manusia konstan atau non

konstan. Dengan kata lain berlaku untuk laju kesalahan manusia yang mengikuti suatu

distribusi statistik, misalnya eksponensial, gamma, normal atau bathtub dsb. Persamaan

umum untuk mendapatkan mean time to human error (MTHE) adalah :

dt dt t he MTHE t ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − =

0 0 ) (

exp ... (2.5)

2.6 Model Rook Untuk Kejadian Human Error

Model matematis dari kejadian error diformulasikan oleh Rook. Model ini

digunakan untuk menghitung probabilitas total dari kerusakan fungsi dari sejumlah tipe

aktivitas. Asumsi-asumsi yang berhubungan dengan model ini adalah sebagai berikut :

• Sejumlah aktivitas yang berbeda dilakukan untuk menyelesaikan suatu fungsi

tujuan.

• Tiap aktivitas dapat terjadi lebih dari satu kali dan satu atau lebih kesalahan yang

berasosiasi dengan suatu aktivitas.

• Mode error adalah independent.

• Fungsi tujuan kemungkinan dapat gagal secara total karena suatu error.

Probabilitas kegagalan fungsi yang disebabkan oleh k mode error dari i aktivitas

operasional dinyatakan dengan persamaan :

ki ki ki q Q

F = ... (2.6)

(25)

qki : probabilitas aktivitas ke-i terjadi dengan mode error ke-k

Qki : probabilitas kondisional jika mode error ke-k dari aktivitas ke-i terjadi akan

menghasilkan kegagalan fungsi total.

Probabilitas fungsi berjalan sukses atau tidak gagal (Rnf) dapat ditentukan

dengan persamaan dibawah ini ;

) 1

( ki

nf F

R = − ... (2.7)

Dengan persamaan diatas dapat diperoleh probabilitas sukses yang dihasilkan

dari satu aktivitas ke-i (Rnfi) dari seluruh Mi mode error yang berbeda adalah :

) 1 ( 1

= − = Mi k ki ki

nfi q Q

R ... (2.8)

Sementara probabilitas sukses total (RT) dari seluruh aktivitas independen adalah

:

= = Zi i nfi R RT 1 ... (2.9)

2.7 Metoda-metoda Human Reliability Assessment (HRA) 2.7.1 Metoda THERP

Metoda ini dikembangkan oleh Swain & Guttmann (1983) dengan menggunakan

basis data probabilitas kesalahan yang dimodifikasi oleh penilai melalui pertimbangan

dari ahli dengan memperhatikan status dan berbagai factor yang menentukan

performansi. Tahapan analisis dengan menggunakan metoda ini secara garis besar

adalah sebagai berikut :

a) Dekomposisi aktivitas menjadi elemen-elemennya.

(26)

c) Penilaian efek dan faktor performansi untuk tiap elemen.

d) Perhitungan human error probability untuk seluruh aktivitas.

Metoda THERP memiliki kemampuan untuk menganalisis aktivitas-aktivitas

dengan probabilitas rendah, dimana didalamnya terdapat tingkat motivasi dan

infrastruktur tinggi untuk mencapai keandalan tinggi. Beberapa penilai meyakini bahwa

metoda ini sesuai untuk aktivitas berbasis pengetahuan (diagnosis) namun tetap saja

perlu dicoba melalui beberapa alternatif.

2.7.2 Metoda HECA

Metoda ini digunakan untuk mengidentifikasi aktivitas kritis manusia yang

terkait dengan human error dan akan memberikan informasi tentang keandalan dan

keamanan sistem. Metoda HECA pertama kali dikembangkan oleh National Tsing-Hua

University dan Chung Shan of Science and Technology pada tahun 1995. Proses analisis

metoda ini terdiri dari empat langkah utama, diantaranya adalah: analisis aktivitas,

pembuatan pohon kejadian, estimasi HEP dan analisis lembar kerja HECA. Berbeda

dengan metoda sebelumnya, proses analisis dengan metoda ini dilakukan berdasarkan

(27)

2.7.3 Metoda HEART

Pada langkah awal perhitungan dengan metoda HEART, dilakukan kategorisasi

aktivitas menjadi kategori generik oleh peniliai (William, 1986). Versi komputerisasi

dari perhitungan ini dikembangkan oleh Cullen (1995), yang memungkinkan

perhitungan secara otomatis, sehingga peniliai dapat langsung melihat efek dari

penilaian proporsi. Disamping itu fluktuasi acak yang ditimbulkan oleh kesalahan

perhitungan akan dapat dicegah dengan penjaminan kualitas prosedur dan validasi serta

verifikasi dari program komputer yang dikembangkan.

2.7.4 Metoda JHEDI

JHEDI merupakan metoda HRA yang dikembangkan oleh Kirwan et.al (1990).

Metoda ini valid untuk aktivitas-aktivitas dengan signifikasi tinggi, termasuk

didalamnya pengendalian administratif. Untuk aktivitas dengan kategori kesalahan

error of commision, analisis dengan metoda ini memberikan performansi yang buruk.

2.8 Metoda Pengumpulan dan Pengujian Data 2.8.1 Kuesioner

Kuesioner adalah alat yang sangat berguna untuk mendapatkan data atau

informasi mengenai suatu gejala. Penelitian dengan menggunakan kuesioner harus

beranggapan bahwa :

1. Responden atau pengisi kuesioner adalah pihak yang paling mengetahui tentang

dirinya.

(28)

3. Interprestasi responden terhadap pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner adalah

sama dengan interprestasi dari penanya.

Dilihat dari bentuk pernyataannya, maka ada dua jenis pertanyaan antara lain :

1. Pertanyaan terbuka

Pertanyaan terbuka adalah bentuk pertanyaan yang tidak diikuti pilihan jawaban,

dan jawaban pertanyaan diisi menurut kehendak responden secara penuh.

Keuntungan pertanyaan terbuka adalah kebebasan yang diberikan kepada responden

untuk mengisinya dan dengan mudah untuk ditanyakan. Kelemahannya responden

akan mengalami kesulitan dalam menjawab dan hasil jawaban sulit dianalisa.

2. Pertanyaan tertutup

Pertanyaan tertutup adalah bentuk pertanyaan yang telah diarahkan karena jawaban

sudah ada, responden tinggal memilih pertanyaan yang paling sesuai dengan

keinginannya. Keuntungan pertanyaan tertutup adalah mudah untuk dijawab dan

memerlukan waktu relatif singkat, serta mudah dianalisa. Kelemahannya antara lain

kehilangan sifat spontanitas dan penekanan dari responden, serta peneliti tidak

mengetahui apa yang terpikir oleh responden.

2.8.2 Wawancara.

Wawancara merupakan suatu langkah dalam penelitian ilmiah berupa penggunaan proses komunikasi verbal, untuk mengumpulkan informasi dari seseorang

ataupun sekelompok orang. Pengklasifikasian wawancara dapat ditinjau dari

bermacam-macam aspek, antara lain saat penggunaan, jenis penelitian, penggunaan wawancara,

(29)

2.8.3 Pengujian Validitas dan Reabilitas A. Validitas Instrument Penelitian

Pengujian validitas dimaksudkan untuk melihat sejauh mana tingkat ketepatan instrumen dalam mengukur apa yang akan diukur dengan menggunakan kuesioner. Hasil dari penyebaran kuesioner kemudian dianalisa, tiap butir pertanyaan disiapkan 5 butir pilihan jawaban. Pengujian validitas tiap butir digunakan analisa yaitu

mengkorelasi skor tiap-tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Item yang mempunyai korelasi positif dengan skor total serta korelasi yang tingi menunjukkan item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3. Korelasi yang digunakan adalah Product Moment dari Karl Pearson (1857-1936) yang dikutip dari Hadi (1997:114) sebagai berikut :

( )( )

( )

( )

⎥⎦⎤ ⎢⎣ ⎡ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∑ ∑ − ∑ = Γ 2 y 2 y N 2 x 2 x N y x xy N

xy ... (2.10)

(

)(

)

(

) (

)(

)(

[

Vy Vx 2 xy SBy SBx

)

]

SBx SBy xy bt − + − = ... (2.11)

B. Keandalan Alat Ukur (Reliability)

Koofesien keandalan alat ukur menunjukkan mutu seluruh proses pengumpulan data dalam suatu penelitian, dalam hal ini adalah kuesioner penelitian. Tujuan dari uji keandalan alat ukur ini adalah untuk mengetahui ketepatan, kemantapan, dan

homogenitas alat ukur. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode

Cronbach. Besar koefesien cronbach antara 0 (nol)dan 1 (satu). Makin besar nilai

keandalannya maka semakin tinggi keandalan alat ukur yang digunakan. Perhitungan keandalan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsistensi jawaban responden.

2.9 Sistem Manusia Mesin Mekanistik/Semi Otomatik

Adanya revolusi industri dan perkembangan teknologi maka telah berhasil

ditemukan berbagai mesin dan peralatan kerja yang semakin kompleks. Sistem manusia

mesin hubungan semi otomatik ini akan ada suatu mekanisme khusus untuk mengolah

input/informasi dari luar sebelum masuk kedalam sistem kerja manusia dan demikian

pula reaksi yang berasal dari manusia ini akan diolah atau dikontrol terlebih dahulu

(30)

dengan adanya human error maka fungsi manusia dalam hubungan ini terlihat sangat

tergantung sekali kepada kemampuannya untuk melaksanakan fungsi kontrol melalui

sensing input yang dimiliki oleh manusia. Gambar dibawah ini menunjukkan hubungan

dan keterkaitan man-machine system untuk semi otomatik yang dikaitkan dengan

[image:30.595.95.443.280.458.2]

kejadian-kejadian human error dalam sebuah pekerjaan.

Gambar 2.1 Semi Automatic Man-Machine System

2.10 Aspek-Aspek Sistem Pencahayaan 2.10.1 Intensitas dan Luminansi Cahaya

Daya dari sumber cahaya disebut intensitas iluminasi (I). Menurut sejarahnya,

sumber cahaya adalah lilin dan sekarang ini merupakan standar yang disetujui yang

disimpan di laboratorium Fisika Nasional. Lilin (candela) adalah satuan intensitas dari

sebuah titik sumber yang memancarkan energi cahaya kesemua arah. Sumber titik

merupakan suatu pengertian yang relatif karena dianggap sangat kecil dibandingkan

terhadap sekelilingnya.

Aliran cahaya atau fluksi iluminasi (F) yang dipancarkan oleh sumber cahaya

diukur dalam lumen. Satu lumen adalah fluksi cahaya yang dipancarkan dalam sudut

pejal satuan dari sebutah titik sumber sebesarr 1 lilin. Iluminasi (E) adalah cahaya yang

jatuh pada sebuah permukaan. Hal ini diukur terhadap penerangan yang diterima pada

(31)

mengikuti hukum kuadrat terbalik sehingga jika permukaan yang diterima berpindah

sejauh dua kali dari posisi semula, maka iluminasi menjadi seperempat dari harga

semula. Iluminasi dapat dihitung dengan menggunakan formulasi sebagai berikut :

lux d

I

E = 2

... (2.12)

Dimana :

E : Iluminasi (kekuatan penerangan) dalam Lux.

I : Intensitas cahaya (kuat cahaya) dalam lilin atau kandela.

d : Jarak dalam menghasilkan luminasi dalam m.

Menurut sumber lainnya menyatakan bahwa kekuatan cahaya dari sumber

cahaya yang serba sama disimbolkan dengan I. Sedangkan arus cahaya yang

dipancarkan oleh sumber cahaya dalam suatu bidang kerucut dengan sudut ruang

ω(omega) dinyatakan dengan φ maka dapat dituliskan rumus untuk kekuatan cahaya

adalah :

ω φ

=

I

... (2.13)

Dimana :

I : Kekuatan cahaya dalam satuan lilin.

φ : Arus cahaya dalam satuan lumen.

ω : Besar sudut dalam ruangan kerucut.

Kalau suatu cahaya menyinggung sebuah tabir dengan luas S, maka pada tabir

itu ditimbulkan suatu kekuatan penerangan tertentu. Besarnya kekuatan penerangan

(32)

satuan bidang dari permukaan itu, dan kekuatan penerangannya disingkat dengan huruf

E, dan dinyatakan dengan :

S

E = φ

... (2.14)

Dimana :

E : Kekuatan penerangan diukur dengan Lux.

S : Luas bidang diukur dengan m2.

φ : Arus cahaya diukur dengan lumen.

Adapun yang dimaksudkan diatas bahwa tiap-tiap saluran bidang jatuh suatu

cahaya yang sama besar. Hal ini akan dapat terjadi demikian jika tabir itu berbentuk

bulatan. Sedangkan sumber cahayanya ditempatkan dalam titik pusat dari bulatan itu.

Kalau sebuah titik sumber cahaya diletakkan diatas 2 permukaan bulatan yang sepusat

dengan jarak (r1 dan r2) tertentu dan jari-jari R1 dan R2. titik sumber tadi dihubungkan

dengan sisi-sisi dan bidang bulat yang akan membentuk sebuah kerucut.

Jelaslah karena bidang bulat tadi terletak didalam kerucut, maka dapat dikatakan

bahwa bidang saling berpotongan (lihat gambar berikut) :

R2

R1 A

C B

(33)
[image:33.595.98.514.255.435.2]

Gambar 2.2 Kuat Penerangan

Jika φ merupakan arus cahaya yang dipancarkan didalam kerucut, maka

kekuatan penerangan dari permukaan S 2

r E

ω φ

= ... (2.15)

Sebagai energi radiasi yang dipancarkan dari sebuah sumber dan memancarkan

ke berbagai macam medium, intensitasnya akan menurun, dengan kata lain intensitas

yang mencapai di permukaan penglihatan akan lebih kecil dibandingkan dengan

intensitas asli yang dipancarkan. Illuminasi didefenisikan perbandingan antara tingkat

perubahan energi yang dihasilkan dengan area tempat cahaya tersebut dipancarkan

(lumens/ft2 atau lumen/m2). Dalam berbagai lingkungan jumlah cahaya yang jatuh

diatas suatu permukaan tergantung pada beberapa faktor, antara lain : intensitas cahaya

ke permukaan, sudut sumber cahaya terhadap permukaan, jarak sumber cahaya ke

permukaan, jumlah dari sumber cahaya dan pemantulan cahaya di lingkungan sekitar.

The Chartered Institution of Building Services merekomendasikan range pencahyaan

(34)

yang dilakukan berjalan lancar tanpa menimbulkan kesalahan disebabkan oleh

[image:34.595.85.483.176.438.2]

pencahayaan. Range pencahyaaan tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini

Tabel 2.1 Kebutuhan Cahaya Untuk Pekerjaan Visual

Pekerjaan Visual Pencahyaan

Pekerjaan perakitan dan inspeksi - pekerjaan kasar

- pekerjaan sederhana - pekerjaan teliti

- pekerjaan yang sangat teliti

300 500 750 1000 Pekerjaan penenunan

- merajut goni, karung - merajut benang wol - pemeriksaan hasil rajutan

300 750 1500

Pekerjan baja 500

Pencetakan plastik 300

Pekerjaan kayu - penggergajian

- pekerjaan dengan menggunakan mesin - finishing

300 500 750

2.10.2 Keuntungan Pencahayaan Yang Baik

Syarat psikology dari pencahayaan artifical untuk kenyamanan penglihatan performansi optik yang bagus, adalah sebagai berikut :

1. Lavel illuminasi yang sesuai.

2. Luminansi permukaan benda-benda yang imbang.

3. Temporal pencahayaan seragam.

4. Menghindari efek silau.

Pada 60 tahun lalu luminansi 50-500 lux sangat umum direkomundasikan untuk bengkel dan kantor. Antara tahun 1960 sampai dengan 1968 Blackwell menggunakan tes optik yang mengukur jumlah cahaya, ukuran objek, kontras dan kecepatan persepsi. Hasilnya dirangkum dalam American

Illumination Engineering Social (IES) dan dipakai

sebagai standar pencahayaan di AS.

Menurut Grandjean, untuk pekerjaan teliti maka perlu memperhatikan hal-hal

(35)

halangi lampu agar tidak terlihat secara langsung, lampu harus mempunyai layar

penyebar sinar, penyebaran sinar harus merata dan seragam, pilih lampu neon dengan

emisi panas lebih sedikit dari lampu pijar.

Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan seorang tenaga

kerja melihat pekerjaan dengan teliti. Menurut Suma’mur sifat-sifat penerangan yang

baik ditentukan oleh, pembagian luminansi dalam daerah penglihatan, pencegahan

(36)

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI

3.1 Sejarah Singkat Perusahaan.

PT. Semen Padang merupakan pabrik semen tertua diIndonesia yang didirikan

pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV Nederlandsch Indische Portland Cement

Maatschappi (NV NIPCM). Pabrik mulai berproduksi pada tahun 1913 dengan

kapasitas 22.900 ton pertahun, dan pernah mencapai produksi sebesar 170.000 ton pada

tahun 1939 yang merupakan produksi tertinggi pada waktu itu.

Berdasarkan PP No.50 tanggal 5 Juli 1958, tentang penentuan perusahaan

perindustrian dan pertambangan milik Belanda dikenakan nasionalisasi, maka NV

Padang Portland Cement Maatschappij dinasionalisasikan dan selanjutnya ditangani

oleh Badan Pengelola Perusahaan Industri dan Tambang (BAPPIT) Pusat. Setelah tiga

tahun dikelola oleh BAPPIT Pusat, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.135 tahun

1961 status perusahaan diubah menjadi PN (Perusahaan Negara). Akhirnya pada tahun

1971 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 7 menetapkan status Semen Padang menjadi

Persero dengan Akta Notaris No. 5 tanggal 4 Juli, dan kemudian pemerintah melakukan

konsolidasi atas 3 Pabrik semen milik Pemerintah yaitu PT Semen Tonasa, PT Semen

Padang dan PT Semen Gresik, yang terealisir pada tanggal 15 September 1995,

sehingga saat ini PT Semen Padang berada dibawah PT Semen Gresik (Semen Gresik

(37)

3.2 Aktivitas Produksi 3.2.1 Kapasitas Produksi

Total kapasitas produksi PT Semen Padang hingga saat ini mencapai 5.240.000

ton/tahun yang diperoleh dari 4 (empat) pabrik yang dimiliki. Dalam mendukung mutu

produk dan pelayanan pelanggan, perusahaan memiliki fasilitas laboratorium yang telah

diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) sesuai standar sistem manajemen

mutu laboratorium pengujian dan kalibrasi SNI-19-17025-2000 dengan nomor

akreditasi LP-280-IDN.

3.2.2 Bahan Mentah

Bahan mentah yang digunakan dalam pembuatan semen adalah batu kapur, batu

silika, tanah liat dan pasir besi. Dari total kebutuhan bahan mentah, batu kapur yang

depositnya terdapat di Bukit Karang Putih (± 2 km dari pabrik) digunakan sebanyak ±

81 %. Batu silika yang depositnya berasal dari Bukit Ngalau (± 1,5 km dari pabrik)

digunakan sebanyak ± 9 % dan tanah liat yang terdapat di sekitar pabrik digunakan

sejumlah ± 9 %. Sedangkan kebutuhan pasir besi ± 1% didatangkan dari Cilacap. Pada

penggilingan akhir digunakan gipsum 3-5% yang didatangkan dari Thailand.

3.3 Pabrikasi & Konstruksi

Bengkel Pabrikasi dan Konstruksi mempunyai kemampuan memproduksi

peralatan pabrik dan telah mendapat penghargaan Internasional ISO 9001 dari QCB

(Quality Certification Bureau Inc) dalam bidang design, development, production,

installation and servicing of equipment for industries. Akreditasi ini merupakan modal

yang sangat berharga bari keberadaan Bengkel Pabrikasi dan Konstruksi tersebut.

(38)

terdapat peralatan modern seperti Automatic Welding Machine for Hard Facing of

Roller Tire dan CNC (Computerized Numerical Control) Machine.

3.4 Pemasaran

Daerah pemasaran PT. Semen Padang untuk produk Semen Portland Tipe I dan

Super Masonry Cement (SMC) meliputi seluruh wilayah Provinsi di Pulau Sumatera,

DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Sumatera Selatan.

Sedangkan untuk produk-produk lainnya seperti Semen Portland Tipe II, III, V dan Oil

Well Cement (OWC) disamping dipasarkan ke daerah yang disebut diatas juga daerah

lain yang memerlukannya. Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, PT Semen

Padang juga mengekspor diantaranya ke Bangladesh, Myanmar, Vietnam, Maldives,

Philipina, Singapura, Brunai, Timor Timur, dan lain-lain.

PT. Semen Padang hampir 63% mendistribusikan semen melalui angkutan laut

dan kemasan zak dan curah, sedangkan selebihnya menggunakan angkutan darat, dalam

kemasan zak, big bag dan curah. Distribusi ke daerah pasar melalui angkutan darat

seperti ke daerah Sumatera Barat, Tapanuli Selatan, Riau Daratan, Bengkulu, dan Jambi

dikantongkan di Pabrik Pengantongan Indarung dan distribusi angkutan melalui laut

dikantongkan di Pabrik Pengantongan Teluk Bayur. Disamping pengantongan di Teluk

Bayur, PT Semen Padang juga mempunyai packing plant di Belawan, Batam dan juga

Tanjung Priok.

3.5 Produk

1. Semen Portland, adalah perekat hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling

(39)

dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium

sulfat.

2. Cement Portland Type I, semen ini dipakai untuk keperluan konstruksi umum yang

tidak memerlukan persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan

awal. Cocol dipakai pada tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0,0%-0,10%

dan dapat digunakan untuk bangunan rumah pemukimam, gedung-gedung

bertingkat dan lain-lain.

3. Cement Portland Tipe II, semen ini dipakai untuk konstruksi bangunan dari beton

massa(tebal) yang memerlukan ketahan sulfat (pada lokasi tanah dan air yang

mengandung sulfat antara 0,10%-0,20%) dan panas hidrasi sedang, misalkan

bangunan dipinggir laut, bangunan di bekas tanah rawa, saluran irigasi, beton massa

dan dam-dam dan landasan jembatan.

4. Cement Portland Type III, semen ini dipakai untuk konstruksi bangunan yang

memerlukan kekuatan tekan awal tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan

terjadi, misalnya untuk pembuatan jalan beton, bangunan-bangunan tingkat tinggi,

bangunan-bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan

sulfat.

5. Cement Portland Type V, semen ini dipakai untuk konstruksi bangunan pada

tanah/air yang mengandung sulfat melebihi 0,20% dan sangat cocok untuk instalasi

pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan

dan pembangkit tenaga nuklir.

6. Super Masonry Cement, semen ini dapat digunakan untuk konstruksi perumahan

(40)

digunakan untuk bahan baku pembuatan Genteng Beton, Hollow Brick, Paving

Block, Tegel dan bahan bangunan lainnya.

7. Oil Well Cement, Class G-HSR (High Sulfate Resistant), merupakan semen khusus

yang digunakan untuk pembuatan sumur minyak dan gas alam di bawah permukaan

laut dan daratan. OWC yang telah diproduksi adalah Class G - HSR (High Sulfate

Resistant) atau disebut juga sebagai "Basic OWC". Aditif dapat ditambahkan untuk

pemakaian pada berbagai kedalaman dan temperatur.

3.6 Unit Pabrik Kantong

Unit kantong PT. Semen Padang berlokasi di jalan By Pass km 10, Bukit Putus.

Lokasi pabrik kantong ini terletak di pinggiran kota sehingga membuat proses produksi

tidak terlalu menganggu pemukiman penduduk dan dapat dengan mudah dicapai oleh

kendaraan serta terletak di pinggir jalan besar.

3.6.1 Struktur Organisasi

Dalam suatu perusahaan harus memiliki suatu manajemen atau organisasi yang

baik agar dalam pelaksanaan suatu pekerjaan dapat berjalan dengan lancar. Struktur

organisasi dalam sebuah perusahaan sangatlah diperlukan karena dapat memudahkan

dalam melaksanakan tugas-tugas yang akan dilakukan. Maka dengan adanya struktur

organisasi para pekerja atau bawahan dapat digerakan secara bersama-sama untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Struktur organisasi yang

dipakai oleh Divisi Pabrik Kantong PT. Semen Padang adalah struktur organisasi garis

(41)

3.6.2 Tenaga kerja

Sumber daya manusia merupakan hal yang terpenting di dalam sebuah

perusahan. Sumber daya manusia yang berkualitas akan menjadikan perusahan

berkualitas pula. PT. Semen Padang merupakan sebuah perusahaan besar yang

memiliki sumber daya manusia yang beraneka ragam dari segi jenjang pendidikannya

seperti SLTP, SLTA, Strata satu dan dua, dimana tenaga kerja pada pabrik kantong PT.

Semen Padang ini berjumlah 103 orang dan didominasi oleh laki-laki.

3.6.3 Jam Kerja

Keadaan kerja normal di bidang kantong PT. Semen Padang yaitu 5 hari kerja @

8 jam/hari dan 40 jam seminggu, dimana jam kerja yang berlaku adalah :

A. Bagian administrasi

• Senin s/d kamis : pukul 07.00 – 16.00 WIB.

• Jum’at : pukul 07.00-16.00 WIB.

• Sabtu dan minggu ditetapkan sebagai hari libur.

B. Jam kerja untuk shift

• Shift 1 : pukul 07.00-14.00 WIB.

• Shift II : pukul 14.00 s/d 21.00 WIB.

3.6.4 Hasil Produksi

Pabrik kantong merupakan salah satu unit yang terpenting bagi PT. Semen

Padang. Pabrik ini berada di bawah Departemen Utilitas dan bertugas memproduksi

kantong semen. Tipe kantong semen yang diproduksi disesuaikan dengan jenis semen

yang diproduksi pada saat itu. Adapun jenis kantong yang diproduksi oleh pabrik

(42)

1. Sewing bag

Jenis sewing bag ini terdiri dari beberapa tipe berdasarkan helainya yaitu :

a. Kantong @ 40 kg, terdiri dari SMC Merah Biru 3 ply dan PPC Merah Biru 4

ply

b. Kantong @ 50 kg, terdiri dari Tipe I Merah biru 4 ply, Tipe I Merah 4 ply dan

Tipe I Biru 4 ply

2. Pasted Bag

Jenis kantong ini lebih efisien cara pembuatan dan bahan serta kantong bekasnya

lebih mudah didaur ulang karena tidak menggunakan bahan selain kertas. Beberapa

jenis kantong tipe ini antara lain :

a. Kantong 40 kg, terdiri dari PPC DW 4 ply

b. Kantong 50 kg, terdiri dari DW 3 ply strip biru, DW 3 ply strip merah dan DW

(43)

3.6.5 Bahan Baku kantong

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan kantong sewing bag terdiri atas :

1. Kertas kraft, material ini diimport dari Rusia dan Swedia yang berupa gulungan

(roll) dengan diameter 1 m, berat 667 kg sampai 870 kg.

2. Lem tapioka (perekat).

3. Benang multifilament

Jenis benang jahit yang digunakan untuk menjahit kantong semen yaitu jenis

multifilament, yang didatangkan dari Gresik (Surabaya). Benang ini mempunyai

kekutan tarik yang cukup baik yaitu > 10 kg, yang artinya benang tersebut

direnggang dengan beban 10 kg baru akan putus. Warna benang jahit yang

digunakan saat ini adalah merah dan putih.

4. Polyamida Rope

Benang alas yang dipakai sejenis plastik yang disebut polyamida rope yang

digunakan untuk menguatkan jahitan pada kantong dan untuk menutup lobang

jahitan supaya udara keluar dari lubang jahitan sewaktu diisi semen.

5. Tinta

Tinta yang digunakan di datangkan dari Jakarta yang bermerek Indo Ink. Warna

yang digunakan adalah merah dan biru. Untuk pabrik kantong digunakan tinta

(44)

3.6.6 Jenis Kerusakan Kantong

Jenis ketidaksesuain hasil produksi kantong menurut perusahaan dibedakan atas

atas beberapa bentuk, antara lain :

1. Hasil printing logo dan teks yang ada pada kantong tidak jelas.

2. Pengeleman yang tidak sempurna sehingga mengakibatkan terbukanya bagian

woven dan kraft paper.

3. Pemotongan kantong yang tidak simetris

4. Tidak meratanya jahitan miring pada kantong sehingga kantong yang sudah

berbentuk tube menjadi berkerut.

5. Benang jahitan putus dari kantong semen yang telah berbentuk tube, dan tidak

mengikuti alur yang mengakibatkan kantong bergelombang.

6. Kertas pita yang dijahitkan pada tube sebagai penutup pinggir bawah tube lepas atau

tidak terjahit.

7. Valve miring (lobang atau klep memasukkan semen pada packer miring akibat

pengelemen kurang rata)

8. Polyamida tidak terpasang (benang alas yang digunakan untuk menguatkan jahitan

pada kantong dan untuk menutupi lobang jahitan)

3.6.7 Pengujian Material Kantong Semen

Pengujian yang dilakukan terhadap material kantong semen yang dilakukan pada

Laboratorium Pengujian Kualitas oleh Biro Jaminan Kualitas Pihak Semen Padang.

Pengujian material kantong dilakukan untuk melihat kesesuaian spesifikasi material

(45)

menjatuhkan kantong yaitu dari ketinggian ± 10 meter. Berikut standarisasi pengujian

material kantong :

Tabel 3.1 Pengujian Material Kraft Paper

No Uraian Satuan Standar Intern SP

1 2 3 4 5 Gramature Cobb-60 Reel Width Reel Core Reel Diameter g/m2 g/m2 mm mm inch

70 ± 3 26 ± 4 1018 ± 2

76 ± 1 42.5 + 2.5

No Uraian Satuan Standar Intern SP

[image:45.595.86.486.186.639.2]

1 Tingkat ketahanan (drop test) % 75 ± 5

Tabel 3.2 Pengujian PP Woven R. Laminasi

No Uraian Satuan Standar Intern SP

1 2 3 4 5 Gramature

Jumlah Anyaman per inch Reel Width (PP W / K. Kraft) Reel Core Reel Diameter g/m2 - mm mm inch

168 ± 5 (9x9) ± 1

- - -

No Uraian Satuan Standar Intern SP

1 Tingkat ketahanan (drop test) % 95 ± 5

Tabel 3.3 Pengujian Tinta

No Uraian Satuan Standar Intern SP

1 2 3 4 5 6 7

Viscositas (zun cup Ringhosa No. 3) Indek per kantong

Warna pada Kantong Operasi di mesin Endapan & gumpalan Bau pH g/m2 - - - - - -

17.5 ± 1.5 0.70 ± 0.05

Baik Lancar Tidak Ada Tidak Berbau

[image:45.595.88.482.676.735.2]

9.0 ± 0.5 *)

Tabel 3.4 Pengujian Tepung Lem

No Uraian Satuan Standar Intern SP

1 2 3

Indek per ply

Daya Rekat setelah 24 jam Operasi dimesin

g/ply - -

(46)

Tabel 3.5 Pengujian Benang Alas Polyamida Rope Putih

No Uraian Satuan Standar

Intern SP 1

2 3

Berat per meter Indeks per kantong Operasi dimesin

g/m g/kantong

-0.60 ± 0.10 0.73 ± 0.02

[image:46.595.86.483.249.435.2]

Lancar

Tabel 3.6 Pengujian Benang Multilamint Merah

No Uraian Satuan Standar Intern SP

1 2 3 4

Strength (kuat tarik) Berat per meter Indeks per kantong Operasi dimesin

kgf g/m g/kantong

-

12 ± 2 0.18 ± 0.02 0.30 ± 0.03

[image:46.595.133.428.534.749.2]

Lancar

Tabel 3.7 Pengujian Benang Multilamint Putih

No Uraian Satuan Standar Intern SP

1 2 3 4

Strength (kuat tarik) Berat per meter Indeks per kantong Operasi dimesin

kgf g/m g/kantong

-

12 ± 2 0.18 ± 0.02 0.65 ± 0.02

Lancar

Sumber : Biro Jaminan Kualitas Dept. Jaminan Kualitas & Perwakilan Manajemen, 2007

3.6.8 Spesifikasi Dimensi Kantong

Spesifikasi kantong yang diproduksi oleh divisi pabrik kantong dapat dilihat

(47)
[image:47.595.84.484.146.264.2]

Gambar 3.1 Spesifikasi Ukuran Kantong PT. Semen Padang Tabel 3.8 Ukuran dan Toleransi Kantong PT Semen Padang

Posisi Ukuran (mm) Posisi Ukuran (mm)

cl 775 ± 10 v2 80 ± 2

cl1 90 ± 10 v3 105 ± 2

cl2 110 ± 10 v4 70 ± 2

w 420 ± 10 t 40 ± 2

w1 60 ± 5 t1 110 ± 10

v 60 ± 2 t2 40 ± 3

v1 25 ± 4 Gusset 75 ± 1

Sumber : Biro Jaminan Kualitas Dept. Jaminan Kualitas & Perwakilan Manajemen, 2007

3.6.9 Proses Produksi Kantong Sewing Bag

Proses pembuatan kantong tipe sewing bag ini dilakukan dengan tahapan

sebagai berikut ;

A. Proses Tubing

Proses tubing merupakan proses awal pembuatan atau membentuk kertas kraft paper

menjadi tube dengan tahapan sebagai berikut :

1. Unwind

Proses awal pembuatan kantong semen dimulai dengan settingan material paper

dan woven pada unwind mesin dengan melakukan pengaturan akan lebar dan

panjang material yang akan diproses agar sesuai dengan jalurnya.

2. Printing

Proses printing atau pencetakan logo dan teks pada bagian permukaan kantong.

3. Longitudinal Glue

Merupakan proses pasting glue (perekat) pada woven dibagian sisi tengah dari

kantong sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh perusahaan.

(48)

Merupakan proses pemotongan kertas kraft dan woven sesuai dimensi yang telah

ditetapkan oleh perusahaan.

5. Separating

Separating unit berfungsi untuk memisahkan tube yang sudah selesai dipotong,

pengaturan ini diset sedemikian rupa sehingga penumpukan pada masing-masing

counter dapat dihindarkan.

B. Proses Sewing

Pada stasiun penjahitan, meskipun proses produksinya bersifat otomatis tetapi masih

memerlukan peran operator dalam melakukan penggantian needle guide pada

(49)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah lebih diarahkan pada

penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memberikan suatu model perbaikan

berdasarkan temuan-temuan kondisi eksisting. Hal ini dilakukan dengan cara

mengkombinasikan beberapa pendekatan baik secara kualitatif ataupun kuantitatif.

Analisis kualitatif dilakukan untuk menjelaskan fenomena dengan pola pikir ilmiah

yang diterapkan secara sistematis tanpa menggunakan model kuantitatif. Sementara

untuk pendekatan kuantitatif penulis mencoba untuk menggali dan mengumpulkan data

produksi beberapa periode sebelumnya. Data-data tersebut kemudian akan dielaborasi

sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu keterkaitan yang sangat jelas dengan dugaan

awal penelitian.

Disamping itu untuk menjelaskan secara ilmiah bahwa pembahasan yang

dilakukan sudah merupakan satu tahapan proses yang sistematik dan logis maka

beberapa jurnal dan tulisan-tulisan ilmiahpun dikupas secara lebih dalam, terutama

untuk hal-hal yang sangat terkait dengan hasil dugaan dari pendekatan kualitatif

sebelumnya.

Analisis dan pembahasan yang akan dilakukan dijelaskan berdasarkan pola pikir

yang disusun sedemikian rupa sehingga akan memberikan kemudahan dalam

melakukan pemecahan terhadap persoalan yang telah dijelaskan pada tahap sebelumnya.

(50)

disebut sebagai suatu pendekatan dalam menemukan jawaban dari tujuan penelitian

yang akan dilakukan, tahapan yang dimaksud, yaitu :

4.2. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang akan digunakan meliputi :

1. Kuesioner, dalam hal ini kuesioner yang dirancang dikelompokkan menjadi dua

model berdasarkan informasi yang akan digali, yaitu penilaian tingkat kepentingan

karyawan terhadap hal-hal yang mesti dilakukan oleh perusahaan dalam rangka

meminimasi terjadinya human error (probabilitas kesalahan manusia) dalam

melakukan pekerjaan selama ini dan gambaran terhadap upaya yang sudah

dilakukan oleh pihak perusahaan terutama yang berkaitan dengan tindakan untuk

mencapai hasil produksi yang optimum

2. Wawancara (interview), yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

tatap muka dan wawancara antara pengumpul data (pencacat) dengan responden.

Wawancara dilakukan baik secara langsung maupun dengan menggunakan pedoman

“daftar pertanyaan” dari kuesioner sebagai instrumen penelitian.

3. Pengamatan (observasi), yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan

langsung kepada obyek penelitian. Menurut Soeratno dan Lincolin Arsyad (1993),

pengamatan atau observasi merupakan “cara pengumpulan data dengan jalan

melakukan pencatatan secara cermat dan sistematik”. Teknik observasi biasanya

dilakukan bersamaan dengan teknik lain untuk mengamati keadaan fisik, lokasi atau

daerah penelitian secara sepintas lalu (on the spot) dan dengan melakukan

(51)

4.2.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan melalui

pengamatan langsung dengan menggunakan beberapa instrumen dan alat ukur yang

sesuai dengan jenis data. Berikut jenis data yang dikategorikan sebagai data primer

adalah :

• Penilaian responden terhadap beberapa faktor yang merupakan penyebab terjadinya

human error. Penilaian ini digali dengan menyusun beberapa pertanyaan melalui

sebuah instrument penelitian yang berupa kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan yang

terdapat dalam kuesioner tersebut adalah merupakan elaborasi dari hasil penelitian

yang pernah dilakukan sebelumnya, yaitu penelitian yang menghasilkan beberapa

faktor/alasan terjadinya human error.

• Penilaian tingkat kepentingan pekerja terhadap beberapa hal yang mereka inginkan

untuk dapat bekerja dengan baik dan benar sehingga kemungkinan untuk melakukan

kesalahan dalam bekerja dapat diminimasi sebaik mungkin.

• Kondisi lingkungan fisik kerja, seperti intensitas kebisingan, pencahayaan,

(52)

4.2.2 Data Sekunder

Berbeda halnya dengan data primer, data sekunder diperoleh dari

laporan-laporan perusahaan yang meliputi :

• Hasil uji kantong (kertas kraft dan drop test)

• Petunjuk/instruksi kerja setiap stasiun kerja.

• Rencana dan realisasi produksi kantong tahun 2006 dan 2007.

• Laporan jumlah produk rusak (defect) perperiode untuk tahun 2006 dan 2007.

• Rekapitulasi biaya produksi kantong jenis sewing bag tahun 2006 dan 2007

4.2.3 Metode Analisis

Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini di dukung dengan penggunaan

analisis “statistik deskriptif”. Teknik analisis deskriptif dalam hal ini antara lain

penyajian data melalui tabel atau grafik. Untuk mempermudah fokus rancangan

nantinya, maka analisis didasari dari beberapa ketentuan dibawah ini :

• Jika jawaban yang paling sering dipilih adalah sangat penting atau penting (pada

kuesioner model 1) dan sangat baik atau baik (pada kuesioner model 2), maka

jawaban tersebut merupakan aspek yang perlu diperbaiki.

• Jika jawaban yang sangat penting atau penting (pada kuesioner model 1) dan sangat

baik atau baik (pada kuesioner model 2) mempunyai jumlah yang sama maka

masing-masing indikator tersebut merupakan aspek yang perlu diperbaiki.

• Jika jawaban yang paling sering dipilih yaitu berdasarkan nilai frekuensi adalah

sangat tidak penting atau tidak penting (pada kuesioner model 1) dan sangat tidak

(53)

masing-masing variabel maka indikator tersebut bukan merupakan aspek yang

dikembangkan.

Disamping analisis yang dilakukan seperti diatas, maka untuk mendapatkan nilai

keandalan seperti yang telah dijelaskan pada tahap sebelumnya, analisis dilakukan

dengan cara perhitungan untuk mendapatkan probabilitas kesalahan manusia dan

keandalan manusia. Tahapan analisis meliputi:

A. Perhitungan HEP (Human Error Probability)

Nilai HEP untuk masing-masing aktivitas ditentukan berdasarkan hasil estimasi λij,

β ij, χ ij yang diperoleh dengan mengalikan masing-masing nilai probabilitas seperti

formulasi dibawah ini :

HEPij = λij x β ij x χ ij ... (4.1)

B. Analisis Human Reliability

Analisis human reliability dilakukan berdasarkan pohon kejadian yang telah dibuat

pada tahapan sebelumnya. Dari jalur gagal pada pohon kejadian tersebut dapat

dihitung probabilitas kegagalan untuk tiap aktivitas (Fi) melalui persamaan berikut :

Fi = 1 – ∏ (1 – HEPij ) ... (4.2)

Dari nilai pada persamaan tersebut, maka probabilitas sukses untuk aktivitas ke-I

(Ri) adalah sebagai berikut :

Ri = 1 – Fi... (4.3)

Sedangkan probabilitas sukses untuk keseluruhan aktivitas/keandalan manusia untuk

keseluruhan aktivitas ditentukan dengan menggunakan formulasi :

(54)

4.2.4 Metoda Pengujian

A. Uji Validitas

Validitas menurut Azwar (1997) didefinisikan sebagai seberapa cermat suatu

alat tes melakukan fungsi ukurnya atau menurut Singarimbun & Effendi (1989:124)

adalah sejauhmana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Pengukuran

ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson.

Teknik ini bertujuan untuk menguji apakah tiap item atau butir pernyataan benar-benar

mampu mengungkap faktor yang akan diukur atau konsistensi internal tiap item alat

ukur dalam mengukur suatu faktor. Nilai korelasi yang diperoleh (nilai korelasi per item

dengan total item yang diperoleh setelah dikorelasikan secara statistik per individu) lalu

dibandingkan dengan tabel nilai korelasi (r) Product Moment untuk mengetahui apakah

nilai korelasi yang diperoleh signifikan atau tidak. Jika indeks nilai yang diperoleh dari

perhitungan tersebut memiliki nilai yang lebih besar dari nilai tabel korelasi maka item

itu dinyatakan valid demikian juga sebaliknya. Dalam penelitian ini terdapat

keterbatasan menguji validitas alat ukur maka yang dilakukan adalah mengukur

(55)

B. Uji Reliabilitas

Reliabilitas dapat diartikan sebagai suatu petunjuk sejauhmana alat ukur yang

digunakan dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dengan kata lain, sejauhmana alat

ukur yang digunakan dapat memberi hasil yang relatif tidak berbeda jika dilakukan

pengukuran ulang.

Dalam penelitian ini pengukuran reliabilitas alat ukur dilakukan dengan teknik

sekali ukur One Shot Technique, yang kemudian diuji dengan pendekatan alpha

Gambar

Tabel 1.1 : Jenis Cacat Produk Kantong Tipe Sewing Bag Tubing Unit Sewing Unit
Tabel 1.2 : Faktor Penyebab Kegagalan/Penyimpangan Produk Faktor Penyebab  Uraian
Gambar 2.1 Semi Automatic Man-Machine System
Gambar 2.2 Kuat Penerangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan pengertian ini tujuan perlu ditetapkan terlebih dahulu sebelum melibatkan sekelompok orang yang masing-masing mempunyai kemampuan atau keahlian dalam rangka mencapai

Penelitian ini bertujuan untuk mengenalisis faktor-faktor apa sajakah yang dapat menyebabkan terjadinya kredit macet pada Bank “X” di Kabupaten Jember. Metode analisis yang

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan diatas maka kesimpulan yang dapat diambil adalah dari hasil penelitian yangtelah dilakukan yaitu bahwa faktor

Beranjak dari fenomena ini dapat dirumuskan permasalahan didalam penelitian ini, yaitu apa saja faktor penyebab terjadinya keterlambatan pekerjaan proyek bangunan

Ketidaksesuaian sistem penomoran terjadi karena petugas tidak memahami sistem yang telah diterapkan.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tentang pelaksanaan sistem

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif, yaitu dengan cara mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan untuk melihat

Dalam penelitian ini dapat disampaikan bahwa faktor dominan yang menyebabkan kredit bermasalah dari sudut intern bank adalah pelaksanaan verifikasi yang

Mengacu pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan deskripsi mengenai bentuk-bentuk kekerasan dalam berpacaran