• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Kambing Peranakan Etawah (PE)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA Kambing Peranakan Etawah (PE)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

3

TINJAUAN PUSTAKA Kambing Peranakan Etawah (PE)

Kambing peranaka n Etawah (PE) ada lah keturunan ka mbing Etawah (India) yang dikawinkan dengan kambing kacang yang berkembang sebagai kambing penghasil susu. Kambing PE memiliki bentuk tubuh mirip kambing kacang (Sarwono, 2002). Bobot badan jantan kambing PE sekitar 40-45 kg sedangkan bobot badan betina sekitar 32 kg (Susilorini et al., 2009). Kambing tersebut mempunyai karakteristik seba gai berikut: telinga panjang menggantung dengan warna bulu hitam atau merah de ngan putih. Kambing jantan PE berbulu lebih lebat dan panjang di bagian atas dan bawah leher, pundak dan paha belakang. Bulu panjang kambing PE betina hanya terdapat pada bagian paha belakang. Warna khas kambing PE adalah kombinasi coklat sampai hitam abu-abu (Sudo no et al., 2002).

Produksi susu kambing PE berkisar antara 0,5 – 2,5 liter/hari/ekor (Sarwono, 2002), 567,1 g/ekor/hari (Novita et al., 2006), 863 g/ekor/hari (Subhagiana, 1998) dan 0,99 kg/ekor/hari (Atabany, 2001) dengan masa laktasi 7 - 10 bulan (Sarwono, 2002). Asminaya (2007) mengkaji produksi susu pada kambing PE dengan ransum berbasis sampah sayuran pasar yang mencapai 1,2 liter/eko r/hari de ngan komposisi susu: berat jenis 1,0276 kg/m3

Menur ut Devendra da n Burns (1994), bahwa kandungan protein susu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan susu manusia dalam kaitannya dengan jumlah kalori. Energi total yang terkandung dalam susu kambing sebanyak 50% berasal dari lemak, dan dari laktose serta protein masing- masing 25%, sedang proporsi dalam susu manusia adalah 55% dari lemak, 38% dari laktosa hanya 7% dari protein. Komposisi susu kambing ditunjukkan dalam Tabel 1.

; protein 3,43%; laktosa 6,42%; lemak 5,56%. Astuti dan Laconi (2000) menunjukan bahwa produksi susu kambing yang diberi limbah tempe fermentasi mencapai 1.544 g/ekor/hari dengan total protein 67,51 g/ekor/hari, laktosa 57,76 g/hari, dan lemak 58,50 g/hari sedangkan produksi susu kambing yang diberi limbah tempe segar adalah 700 g/ekor/hari dengan total protein 29,89 g/ekor/hari, laktosa 27,30 g/hari, dan lemak 29,05 g/hari.

(2)

4 Tabe l 1. K ompo sisi Nutrien Susu Kambing Peranakan Etawah

Komposisi Jumlah Sumber

Bahan kering (%) 15,56 – 17,76 Hertaviani (2009) Lemak (%) 5,97 – 7,12 Hertaviani (2009) Protein (%) 4,15 – 5,0 Hertaviani (2009) Berat jenis (kg/m3) 1,030 – 1,035 Hertaviani (2009)

Laktosa (%) 4,8 Pulina dan Nudda (2004)

Energi (kka l/I) 650 Pulina dan Nudda (2004)

Kalsium (mg/I) 134 Pulina dan Nudda (2004)

Vitamin A (IU/gram) 39 ADGA (2002)

Vitamin B (μ/100mg) 68 ADGA (2002)

Riboflavin (μ/100mg) 210 ADGA (2002)

Vitamin D (IU/gram) 0,7 ADGA (2002)

Kolesterol (mg/100 ml) 12 ADGA (2002) Keterangan : ADGA = American Dairy Goat Association.

Produksi susu pada ternak perah muda lebih rendah dibanding dengan ternak tua, karena ternak muda masih mengalami pertumbuhan. Sebagian nutrien yang diserap digunakan untuk produksi susu dan sebagian lagi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Produktivitas susu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain 1) bobot badan induk; 2) umur induk; 3) ukuran ambing; 4) jumlah anak; 5) nutrisi pakan; 6) suhu lingkungan; dan 7) penyakit (Ensminger, 2002). Phalepi (2004) melaporkan bahwa prod uksi susu dipe ngaruhi oleh mut u genetik, umur induk, ukuran dimensi ambing, bobot hidup, lama laktasi, tatalaksana yang diberlakukan terhadap ternak (perkandangan, pakan, dan kesehatan), kondisi iklim setempat, daya adaptasi ternak dan aktivitas pemerahan.

Pakan dan Kebutuhan Nutrisi Kambing

Pemberian pakan yang baik dapat meningkatkan produksi susu pada kambing serta dengan penambahan nutrien yang tidak banyak terdapat dalam rumput dan konsentrat yaitu vitamin dan mineral dapat meningkatkan dan memperbaiki metabolisme ternak dalam mencapai produksi yang optimal. Asminaya (2007)

(3)

5 melaporkan bahwa ransum berbasis sampah sayuran pasar menunjukkan konsumsi bahan kering kambing Peranaka n Etawah laktasi ke-2 adalah 1,346 gram/eko r/hari.

Pakan adalah faktor utama penentu tingkat produksi susu. Kebutuhan nutrien kambing yang sedang laktasi lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan kambing dengan status fisiologis lain. Kebutuhan nutrien kambing perah pada setiap fase produksi seperti ditunjukka n dalam Tabe l 2.

Tabe l 2. Kebutuhan Nutrien Kambing Perah Dewasa pada Berbagai Fase Produksi

Fase Produksi

Konsumsi Bahan Kering

(% Bobo t Bada n)

Kebutuhan N utrien Harian Protein Kasar (% BK) TDN (% BK) Hidup Pokok 1,8 – 2,4 7 53 Awal Kebuntingan 2,4 – 3,0 9 – 10 53 Akhir Kebuntingan 2,4 – 3,0 13 – 14 53 Laktasi 2,8 – 4,6 12 – 17 53 – 66 Sumbe r: Rashid, 2008

Agar ka mbing laktasi dapat memenuhi kebutuhan nutriennya yang tinggi, maka harus mendapatkan hijauan berkualitas baik yang ditambah konsentrat. Jumlah dan kualitas pakan dapat mempungaruhi jumlah produksi dan komposisi susu. Kadar lemak dalam susu tergantung pada rasio hijauan dan konsentrat dalam ransum. Menurut Sudono et al. (2003), hijauan dalam ransum yang terlalu banyak akan menyebabkan tingginya kadar lemak susu, namun menurunkan jumlah produksi susu. Karena lemak susu tergantung pada kandungan serat kasar ransum, maka kadar serat kasar ransum disarankan minimal 17% dari bahan kering. Turunnya ratio hijauan akan menyebabkan kadar lemak turun, tetapi kadar proteinnya akan meningkat.

Pemberian pakan yang diformulasi dengan baik sangat mempengaruhi efisiensi produksi ternak. Pembe rian paka n harus de ngan presentase yang sesuai antara hijauan dan konsentrat. Apabila kualitas hijauannya tinggi, maka presentase penggunaannya dalam ransum harus ditingkatkan, sebaliknya apabila kualitas hijauan rendah, presentase dalam ransum juga harus dikurangi dengan ketentuan serat kasar dan protein harus mencapai batas minimum (Suherman, 2005). Menurut Parakkasi (1999) bahwa secara teknis diketahui bahwa ruminan mempunyai potensi

(4)

6 biologis untuk dapat menggunakan hijauan dengan baik sebagai bahan makanan utamanya.

Tingkat konsumsi adalah faktor esensial yang merupakan dasar untuk kecukupan untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan menentukan produksi. Konsumsi bahan kering (BK) kambing merupakan satu faktor yang sangat penting untuk diperhatikan. Kapasitas mengkonsumsi pakan secara aktif merupakan faktor pembatas yang mendasar dalam efisiensi pemanfaatan paka n (Devendra da n Burns, 1994). Parakkasi (1999) menambahkan ba hwa ke mampuan ternak untuk mengkonsumsi bahan kering berhubungan erat dengan kapasitas fisik lambung dan saluran pe ncernaan secara keselur uhan. Menurut Jaelani (1999), kisaran konsumsi BK kambing Peranakan Etawah adalah 446,51 g/ekor/hari atau setara dengan 3,3-3,75% dari berat hidupnya. Sedangkan menurut Atabany (2001) konsumsi bahan kering harian kambing Peranaka n Etawah dengan rataan bobot hidup 48 kg adalah 1759 g/ekor/hari atau setara dengan 3,7 % dari berat hidupnya. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Apdini (2011) dengan penambahan pellet Indigofera sp. rataan ko nsumsi bahan kering sebesar 2171 g/ekor/hari atau setara dengan 4 % bobot badan.

Kecernaan Nutrien Pakan

Kecernaan paka n sangat menent uka n jumlah nut rien ko mpo nen paka n yang dapat dimetabolisme dalam tubuh. Kecernaan pakan merupakan gambaran mengenai jumlah nutrien yang dapat dicerna oleh hewan dan digunakan untuk kelangsungan proses-proses dalam tubuh. Tingkat kecernaan nutrien dari suatu pakan menunjukkan kualitas pakan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan pakan, yaitu komposisi kimia bahan pakan, perbandingan komposisi antara bahan pakan satu dengan bahan pakan lainnya, perlakuan pakan, suplementasi enzim dalam pakan, ternak dan taraf pemberian pakan (McDonald et al., 2002).

Kecernaan merupaka n peruba han fisik da n kimia yang dialami ba han pakan da lam saluran pe ncernaan. Peruba ha n tersebut dapat berupa penghalusan bahan pakan menjadi butir-butir atau partikel kecil atau penguraian molekul besar menjadi molekul kecil. Pada ruminansia pakan juga mengalami fermentasi di dalam rumen sehingga sifat-sifat kimianya berubah menjadi senyawa lain yang berbeda dengan senyawa asalnya. Kecernaan adalah indikasi awal ketersediaan nutrien yang

(5)

7 terkandung dalam bahan pakan tertentu ba gi ternak yang mengko nsumsinya. Kecernaan yang tinggi mencerminkan besarnya sumbangan nutrien pada ternak, sementara itu pakan yang mempunyai kecernaan rendah menunjukan bahwa pakan tersebut kurang mampu menyuplai nutrien ba ik untuk hidup pokok maupun untuk tuj uan prod uks i. Henraka ncana (1992) menyataka n bahwa kecernaan bahan kering ransum memperlihatkan kenaikan sebagai akibat peningkatan kandungan nutrisi, maka dapat diduga bahwa nutrien da lam ransum semakin banyak tersedia untuk ternak. Bahan pakan yang sukar dicerna dapat disebabkan akibat tingginya kadar lignin dan silika. Lemak dan minyak dapat menurunkan kecernaan ransum dalam rumen, hal ini terutama terlihat pada ransum yang berkadar hijauan tinggi, akan tetapi kecernaan karbohidrat yang mudah dicerna dan lemak meningkat (Parakkasi,1999).

Kedelai Sangrai

Konsentrat yang umum diberikan adalah bahan pakan sumber energi dan protein atau campurannya. Salah satu bahan pakan kaya protein yang banyak digunakan peternakan adalah bungkil kedelai. Namun kedelai juga mengandung asama lemak tidak jenuh yang tinggi. Kedelai sangrai dapat menyumbangkan conyugated linoleic acid (CLA) dan meningkatkan kadarnya dalam susu (Adawiah et al., 2006; Putri, 2011). Suplementasi bahan pakan tersebut dapat meningkatkan komponen asam lemak tidak jenuh atau asam lemak khusus seperti conygated lino leic acid (CLA). Kedelai merupakan pakan yang memiliki protein tinggi, namun protein dan lemak yang tinggi dapat menjadi tidak efisien bagi ternak ruminansia. Protein tersebut akan didegradasi dalam rumen, sedangkan lemak tidak akan tersedia bagi mikroba rumen karena terikat oleh struktur lainnya. Kedelai yang telah disangrai dapat meningkatkan kualitas zat makanannya dibandingkan dengan kedelai mentah (Putri, 2011). Efisiensi pakan dapat ditingkatkan dengan cara pemanasan (sangrai) pada kedelai tersebut. Kedelai yang sudah disangrai, proteinnya akan diproteksi dari degradasi rumen dan lemaknya juga akan tersedia bagi mikroba rumen (Adawiah et al., 2007).

(6)

8

Suple mentasi Vitamin

Suplementasi vitamin dan mineral diperlukan untuk menyeimbangkan defisiensi vitamin dan mineral yang terkandung dalam pakan basal. Suplementasi dalam pakan kambing laktasi bertujuan untuk meningkatkan ko ndisi tubuh da lam mencapai produksi yang optimum dan untuk meningkatkan kadar vitamin dan mineral dalam susu yang dihasilkan.

Vitamin merupakan nutrien yang biasa diberikan kepada ternak sebagai suplemen. Vitamin adalah sekelompok komponen organik yang dalam jumlah kecil diperlukan dalam makanan, namun sangat penting untuk reaksi-reaksi metabo lik dalam sel serta diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang normal dan untuk pemeliharaan kesehatan (Piliang dan Soewondo, 2006). Vitamin A berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan perkembangan, diferensiasi sel, reproduksi dan kekebalan.

Menurut McDowell (2000) defisiensi vitamin A dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan, hilangnya bobot badan, penampilan buruk dan rabun serta menyebabkan fertilitas menurun pada kambing yang sedang tumbuh. Kambing dengan berbagai jenis status fisiologis membutuhkan vitamin A sebanyak 5000 IU/kg.

Vitamin E mempunyai fungsi utama sebagai antioksidan di dalam tubuh. Noguchi dan Niki (1999) menyatakan bahwa vitamin E termasuk antioksidan primer yang bekerja sebagai antioksidan pemutus rantai peroksidasi lipid dengan cara menjadi do nor ion hidrogen bagi radika l bebas menjadi molekul ya ng lebih stabil yaitu hidroperoksida. Vitamin E dapat bertindak sebagai scavenger (penangkap) radikal-radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh atau terbentuk di dalam tubuh dari proses metabolisme normal, sehingga dimungkinkan tidak terjadi gangguan fungsi sel (Muchtadi, 1994). Kambing dengan berbagai jenis status fisiologis membutuhkan viamin E sebanyak 100 IU/kg (McDowell, 2000).

Surai (2003) menyatakan bahwa suplementasi antioksidan pada pakan dapat memelihara status antioks idan alami da lam tubuh ternak. Sebaliknya vitamin E nampak mengurangi kebutuhan akan selenium dengan mencegah selenium dari tubuh atau mempertahankannya dalam bentuk aktif. Fungsi utama vitamin E adalah mencegah peroksidasi membran fosfolipid. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan,

(7)

9 mempunyai aktivitas biologis yang sangat penting untuk perkembangan sistem, struktur dan fungsi syaraf yang normal (Loftus, 2002).

Vitamin lain yang umum digunakan sebagai suplemen pada ternak adalah vitamin D. Bahan pakan hanya menyediakan cukup sedikit vitamin D. Akan tetapi, vitamin D dapat diperoleh dari sinar matahari, sehingga tubuh yang mendapat sinar matahari cukup, tidak memerluka n suplementasi vitamin D. Fungsi umum dari vitamin D adalah untuk meningkatkan level plasma Ca dan P yang dapat mendukung kadar mineral normal pada tulang. Bentuk aktif dari vitamin D adalah 1,25-(OH)2

Kambing dengan berbagai jenis status fisiologis membutuhkan viamin D sebanyak 1400 IU/kg (McDowell, 2000). Piliang dan Soewondo (2006) menyatakan bahwa vitamin D akan meningkatkan kadar sitrat ke peringkat normal dan pemberian vitamin D dapat meningkatkan enzim citrogenase dan pada gilirannya akan meningkatkan produksi sitrat. Defisiensi vitamin D pada ruminansia dapat menyebabkan menurunnya selera makan, pertumbuhan menurun, gangguan pencernaan, ricketsia, kaku dalam berjalan, susah bernapas, iritasi, dan kelemahan (McDowell, 2000).

D, yang berfungsi sebagai hormon steroid, yaitu hormon yang diproduksi oleh kelenjar endokrin.

Suple mentas i Mineral

Unsur kromim (Cr) adalah unsur esensial pada ternak yang sebaiknya diberikan dalam bentuk organik. Uns ur Cr da lam bentuk organik dapat memacu kadar Hb dalam darah sehingga meningkatkan level oksigen pada metabolisme ternak sehingga metabolisme berjalan normal dan tidak stress. Selain itu Cr menurunkan level kortisol (anatogistik dengan kerja insulin) pada ternak sapi stress sehingga kerja insulin berjalan normal untuk mendorong glukosa masuk ke dalam jaringan tubuh (Moonsie dan Mowat, 1993). Menurut Burton (1995) Cr berperan dalam membangun sistem kekebalan tubuh dan konversi hormon tiroksin (T4) menjadi triiodot ironin (T3) ya itu hormon yang berperan da lam meningka tka n laju metabolisme karbo hidrat lemak dan protein dalam hati, ginjal, jantung, dan otot serata meningka tkan sintesis protein. Unsur Cr diabsorbsi oleh tubuh da lam be ntuk ikatan organik dan ikatan inorganik yang berasal dari bahan makanan. Uns ur Cr

(8)

10 dalam bentuk inorganik lebih sukar diabsorbsi dibandingkan Cr yang berasal dari ekstrak ragi (Piliang dan Soewondo, 2006).

Defisiensi Cr dapat menyebabkan rendahnya inkorporasi asam amino pada protein hati, asam amino yang dipengaruhi Cr dalam sintesis protein adalah metionin, glisin, dan serin. Saat ini suplementasi Cr organik banyak digunakan karena ketersediaannya (bioavailability) lebih tinggi dibandingkan dengan Cr anorganik (Astuti et al., 2007).

Saat ini suplementasi unsur selenium (Se) banyak dilakukan, karena Se merupaka n salah satu unsur mikro ya ng dibutuhka n oleh tubuh. Bentuk fisiologis dari Se adalah sebagai Gluthation peroksidase (GSH-Px) yang berfungsi dalam memproteksi sel dan subseluler dari kerusakan oksidatif dengan cara senyawa oksidatif direduksi menjadi senyawa yang aman bagi sel, termasuk ambing (Sudrajat, 2000).

Selenium mempunyai hubungan dengan vitamin E. (Underwood dan Suttle, 2001). Menur ut Surai (2003) unsur Se dengan cara yang belum diketahui membantu retensi vitamin E dalam plasma. Selenium dan vitamin E bekerja secara sinergis sebagai antioksidan utama da lam menghilangkan radikal lemak, radikal H2O2 yang

merupakan bagian yang terpenting dari fungsi sel, akan tetapi berpotensi mengakibatkan kerusakan sel dan penyakit. Vitamin E bekerja mencegah terbentuknya peroksida bebas sedangkan Se bekerja mengurangi peroksida yang sudah terlanjur terbentuk (Fellenberg dan Speisky, 2006).

Gambar

Tabe l 2. Kebutuhan Nutrien Kambing Perah Dewasa pada Berbagai Fase Produksi

Referensi

Dokumen terkait

Bagitu pula dengan siswa SMA Negeri 42 Jakarta yang telah menggunakan internet selama 3 s/d 4 tahun, mereka memiliki kecenderungan yang lebih kecil untuk menderita

Perlu dilakukan penelitian atau kajian lanjutan untuk mengetahui perilaku imago parasitoid secara detail ketika berada di dalam habitat yang mengandung

Kegagalan material SA-210C ini dianalisa akibat tekanan internal maksimum fluida yang melewati pipa pada lokasi 1 melebihi perhitungan yang diizinkan, dengan penyebab

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul Rancang Bangun

(1) Inspektur Pembantu Investigasi melaksanakan sebagian fungsi Inspektorat di bidang pengawasan sewaktu-waktu dengan tujuan tertentu terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan

Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi yang berhubungan dengan investasi saham PT MIGAS selama tahun 2012, apabila pencatatan menggunakan metode equity dan cost. Buat jurnal

Model kinetika reaksi katalitik yang telah diuji clan memberikan ralat <l 0% adalah model di mana langkah desorpsi DME dari permukaan katalis merupakan langkah

3 Senada dengan hal tersebut Nasaruddin Umar yang menyatakan bahwa Islam memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang spiritual maupun urusan