• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KONTEN E-LEARNING BERBASIS STANDARISASI SCROM (SHAREABLE CONTENT OBJECT REFERENCE MODEL) DI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI KONTEN E-LEARNING BERBASIS STANDARISASI SCROM (SHAREABLE CONTENT OBJECT REFERENCE MODEL) DI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

IMPLEMENTASI KONTEN E-LEARNING BERBASIS

STANDARISASI SCROM (SHAREABLE CONTENT

OBJECT REFERENCE MODEL)

DI JURUSAN

PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI

Siti Husnul Bariah

Program Studi Pend. Teknologi Informasi STKIP Garut

Abstract

Pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang ditata dan diatur sedemikian rupa supaya memperoleh informasi baru. Dalam kegiatan belajar mengajar pendidik perlu menyiapkan sebuah perangkat pembelajaran untuk mendukung kegiatan belajar tersebut. Dengan adanya sebuah perangkat pembelajaran memudahkan peserta didik untuk mendapatkan berbagai referensi belajarnya. Jurusan Teknologi Informasi STKIP Garut menerapkan sistem e-learning sebagai bagian dalam proses pembelajaran mahasiswa. Pendistribusian bahan ajar selama ini dengan menggunakan format yang berbeda-beda seperti file doc, ppt dan pdf yang menyebabkan ketidakseragaman dalam pengisian konten tersebut. Hal lain yang ditemukan dari jenis format yang berberda-beda tersebut yakni mahasiswa hanya bisa mendownload kemudian membacanya secara offline, Dosen dapat melihat track mahasiswa dalam mengakses e-learning tersebut, tapi hanya sebatas melihat mengakses nya saja, kecuali dalam pengerjaaan evaluasi online. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah (1)Sistem e-learning membuat dosen lebih mudah dalam pemberian bahan ajar kepada mahasiswa. Dosen dalam hal ini sebagai aktor berperan penting dalam terlaksananya system e-learning dengan menyiapkan konten yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa tanpa menghilangkan kesan kelas konvensional yaitu mahasiswa mempunyai kewajiban untuk mengakses e-learning.(2)Konten yang selama ini berupa file doc, ppt, dan pdf yang hanya di download saja oleh mahasiswa tanpa dosen mengetahui apakah mahasiswa membacanya atau tidak dengan standarisasi SCORM dosen dapat mentracking konten yang telah dibuat sejauh mana dimanfaatkan oleh mahasiswa.

Keywowrds: Konten, e-learning, SCROM, Pendidikan, Teknologi, Informasi

I. PENDAHULUAN

Pengetahuan dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan satu sama lain. Pengetahuan adalah informasi yang didapat oleh seseorang secara sadar meliputi emosi, keterampilan, informasi, dan pikiran-pikiran sehingga seseorang dapat mengungkapkan apa yang ada dipikirannya berdasarkan pengalamannya. Pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang ditata dan diatur sedemikian rupa supaya memperoleh informasi baru.

Dalam kegiatan belajar mengajar pendidik perlu menyiapkan sebuah perangkat pembelajaran untuk mendukung kegiatan belajar tersebut. Dengan adanya sebuah perangkat pembelajaran memudahkan peserta didik untuk mendapatkan berbagai referensi belajarnya. Di era teknologi informasi seperti ini ditunjang dengan semakin meningkatnya akses internet peserta didik dapat dengan mudah mencari referensi sesuai yang meraka butuhkan melalui jaringan internet.

(2)

2 Peserta didik dapat belajar dimana saja, dapat memperoleh referensi darimana saja.

Internet merupakan jaringan yang luas dan mendunia yang didalamnya terdapat berbagai informasi dari mulai yang statis hingga yang dinamis. Peserta didik dapat membuka halaman berita online, social media, mereka bisa mendapatkan berbagai macam informasi. Proses pembelajaran pada saat ini tidak lepas dari peran teknologi informasi, teknologi mendukung proses pembelajaran lebih menarik, lebih cepat seperti contohnya dalam hal pengiriman tugas yang dikerjakan dirumah, banyak cara yang bisa dilakukan salah satunya dengan mengirimkan tugas tersebut melalui layanan email. Hal tersebut sudah dapat dikatakan sebagai pembelajaran berbasis elektronik, peserta didik mengakses mesin Pencari dengan mengetikan sebuah kata lalu mereka mebaca sebuah isi berita tersebut sesuai dengan masukan kata mereka itu sudah dapat dikatakan sebagai pembelajaran berbasis elektronik. Dalam kaitannya dengan social media ketika ada seseorang yang sedang update status berkaitan dengan materi atau informasi pengetahuan yang baru kemuadia ada yang mengomentari dan menjawabnya disitu sudah termasuk pembelajaran berbasis elektronik. Perlu digarisbawahi bahwa pembeajaran elektronik secara sadar atau tidak sadar sebenarnya sudah banyak digunakan oleh peserta didik jaman sekarang dari mulai tingkat sd smp sma sampai jengjang perkuliahan.

Saat ini di jurusan Teknologi Informasi STKIP Garut menerapkan sistem e-learning sebagai bagian dalam proses pembelajaran mahasiswa. Harapan yang ingin dicapai oleh pendidik adalah bahwa dengan adanya e-learning dapat menambah ruang baru kepada mahasiswa dalam melaksanakan proses pembelajaran seperti memanfaatkan bahan ajar yang telah disediakan oleh

dosen, mengikuti evaluasi online dengan hasil yang langsung diketahui dan disimpan di profile masing-masing, mengirim tugas dengan layanan khusus yang sudah dibuat oleh dosen lengkap dengan batas waktu pengerjaanya sehingga mengharuskan mahasiswa untuk lebih disiplin.

Pada jenjang perguruan tinggi, mahasiswa diberi kebebasan dalam memilih dan menentukan sebuah referensi guna mendukung kegiatan belajar. Bahkan tidak jarang seorang dosen hanya memberi beberapa link atau tautan kepada mahasiswa dengan harapan mahasiswa dapat mengaksesnya secara mandiri. Dosen menyiapkan beberapa media untuk mendukung tersampaikannya materi kepada mahasiswa, media yang digunakan bisa media cetak dan elektronik. Berdasarkan penelitian sementara yang dilakukan di jurusan pendidikan teknologi informasi stkip garut dari jumlah keseluruhan dosen 10 orang, sebanyak 90% menggunakan media powerpoint sebagai sarana menyampaikan sebuah materi perkuliahan dikelas. yang dosen siapkan dalam sebuah media tersebut adalah gabungan dari berbagai referensi yang sudah sedemikian rupa diolah untuk diketahui oleh mahasiswanya dengan sebuah harapan ada informasi berupa pengetahuan baru yang mereka dapat setelah mengontrak mata kuliah tersebut.

Pendistribusian bahan ajar berupa media powerpoint yang sudah dilakukan oleh dosen jurusan pendidikan teknologi informasi stkip garut diantaranya melalui pertemuan tatap muka langsung ketika perkuliahan selesai biasanya transfer melalui media penyimpanan kepada salah satu mahasiswa kemudian mahasiswa tersebut membagikannya ke temen-temen melalui jejaring social atau grup kelas masing-masing.atau dosen membuat sebuah bahan ajar cetak kemudian mewajibkan seluruh mahasiswanya untuk

(3)

3 mengcopy diktat tersebut. Hal lainya yang digunakan dalam pendistribusian bahan ajar yaitu dengan pemanfaatan sistem e-learning

yang bisa diakses di

http://www.elearningpti.gnomio.com menggunakan akun masing-masing mahasiswa.

Konten yang disediakan dalam sistem e-learning harus sesuai dengan kebutuhan mahasiswa dalam mendukung proses belajar mengajar. Wahono (2005) menjelaskan bahwa konten e-learning dapat berupa text-based content, multimedia-based content ataupun kombinasi keduanya (text-based content dan multimedia-based content). Dosen tidak terbatas hanya dalam satu aplikasi saja dalam membuat sebuah bahan ajar, dalam sistem e-learning dosen dapat membuat beberapa jenis konten pembelajaran yang dapat menarik minat mahasiswa untuk dapat memanfaatkannya guna mendukung proses pembelajaran misalnya dengan menyisikan video pembelajaran, link atau tautan ke halaman web lainnya. Dalam hal ini dosen disebut sebagai aktor dalam e-learning sebagaimana dinyatakan oleh (setiawan, dkk. 2014:131) konten dan aktor memiliki hubungan yang sangat erat, karena konten e-learning dibuat, disimpan, dirawat dan dipergunakan oleh aktor e-learning itu sendiri dan terdapat daur hidup (lifecycle) dalam konten e-learning dan aktor adalah pusat dari daur hidup tersebut. Dosen berperan penting dalam terlaksananya sistem e-learning sebagai sarana untuk mendukung proses pembelajaran imana dosen menyiapkan konten, menyimpannya sehingga bisa diakses oleh mahasiswa.

Sharable Content Object Refrence Model (SCORM) adalah standar yang dikembangkan oleh Advanced Distributed learning (ADL) yang kemudian di support

oleh United States Secretary of Defences (USSD) sebagai sebuah standar e-learning. Sejak dikembangkan mulai tahun 2000, saat ini hampir semua LMS yang beredar sudah menerima standar SCORM sebagai standar paket konten untuk modul pembelajaran. Salah satu diantaranya adalah LMS Moodle yang dipakai oleh jurusan teknologi informasi STKIP Garut dalam mengembangkan sistem e-learningnya. Pendistribusian bahan ajar selama ini dengan menggunakan format yang berbeda-beda seperti file doc, ppt dan pdf yang menyebabkan ketidakseragaman dalam pengisian konten tersebut. Hal lain yang ditemukan dari jenis format yang berberda-beda tersebut yakni mahasiswa hanya bisa mendownload kemudian membacanya secara offline, Dosen dapat melihat track mahasiswa dalam mengakses e-learning tersebut, tapi hanya sebatas melihat mengakses nya saja, kecuali dalam pengerjaaan evaluasi online. Kelemahan yang terjadi adalah mahasiswa hanya bisa mendownload terlebih dahulu kemudian dapat membacanya secara offline. Tpi dosen tidak bisa mengtracking apakah mahasiswa tersebut membacanya atau tidak.

Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan implementasi konten e-learning berbasis standarisasi SCORM di jurusan pendidikan teknologi informasi sehingga memudahkan ketika bertukar dengan lms yang lainnya, memudahkan kepada mahasiswa dalam mengakses materi tersebut, membuat sebuah kebiasaan baru bahwa mahasiswa membuka e-learning tidak hanya mengaksesnya semata-mata hanya untuk mendownload materi saja atau hanya dapat notif bahwa mahasiswa tersebut sudah mengaksesnya.

II. KAJIAN LITERATUR A. E-Learning

(4)

4 Definisi e-learning bermacam-macam ini dikarenakan e-learning sudah menjadi kata umum dalam sebuah proses pembelajaran yang kegiatannya dilakukan dengan menggunakan jaringan internet, dibawah ini akan dijelaskan beberapa pengertian e-learning supaya bisa dijadikan rujukan dalam penelitian ini, diantaranya adalah:

a. Menurut (Darmawan, 2011:11) Salah satu produk intergrasi Teknologi Informasi ke dalam dunia pendidika adalah e-learning atau pembelajaran elektronik. 


b. Hartley, 2001 (dalam Wahono, 2003:4) E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain. 


c. Badrul Khan, 2005 (dalam Wahono, 2010) e-learning can be viewed as an innovative approach for delivering welldesign, learner-centered, interactive, and facilitated learning environment to anyone, anyplace, anytime by utilizing the attributes and resources of various digital technologies along with other form of learning materials suited for open, flexible and ditributed learning environtment. 
 Dapat disimpulkan bahwa istilah e-learning merupakan istilah untuk proses pembelajaran yang dilakukan menggunakan media jaringan internet,

sehingga jarak sudah bukan menjadi sebuah halangan lagi asalkan mendapat jaringan yang mendukung. Menurut Henderson (dalam Wahono, 2010) ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk membangun sebuah sistem e-learning:

1. Menentukan tujuan dari sistem e-learning, pada tahap ini pengembang system harus menentukan apa yang ingin dicapai dengan adanya e-learning tersebut. 
 2. Memulai sistem dalam skala kecil,

beberapa pengembang memilih untuk memulai sistem e-elarning langsung pada skala besar. Hal ini kurang baik ditinjau dari segi manajemen resiko karena proyek dalam skala besar juga memiliki resiko kegagalan yang besar pula. Sebaiknya e-learning dimulai terlebih dahulu pada sebuah unit yang kecil dan dievaluasi sepenuhnya terlebih dahulu untuk menjadi model bagi sistem dalam skala yang lebih besar. 


3. Mengkomunikasikan dengan peserta didik, menerapkan sebuah sistem baru akan memberikan tingkat keberhasilan lebih baik apabila sasaran dari sistem tersebut memahami dengan baik sistem

(5)

5 tersebut. Demikian pula dengan e-learning, apabila peserta didik memahami tentang sistem yang dibangun dan dikembangkan maka mereka dapat turut memberikan bantuan untuk mencapai tujuan e-learning tersebut. Didasari alasan tersebut maka pengembang sistem e-learning seharusnya selalu mengkomunikasikan sistem yang sedang coba dibangun kepada peserta didik.

4. Melakukan evaluasi secara kontinyu, evaluasi terhadap sistem dan segenap aspeknya perlu dilakukan secara terus menerus untuk menjamin keberhasilan penerapan e-learning. Membandingkan hasil belajar peserta didik dengan pembelajaran secara konvensional dapat memberikan justifikasi apakah sistem e- learning yang dikembangkan memenuhi standar keberhasilan proses pembelajaran atau tidak.

5. Mengembangkan sistem dalam skala lebih besar Setelah sistem mencapai keberhasilan dalam skala kecil maka selanjutnya adalah mengembangkan sistem dalam

skala lebih besar. Menambah jumlah peserta didik, mata pelajaran, model evaluasi dan berbagai aspek pembelajaran lainnya dapat dilakukan dengan mengacu model dari skala yang lebih kecil yang telah dikembangkan sebelumnya. Seperti tampak pada gambar berikut ini:

Gambar 2.2 Memulai sistem dari skala kecil dan memperluasnya secara bertahap. Henderson (dalam Wahono,

2010)

Berdasarkan langkah-langkah diatas sudah terlihat jelas bahwa dalam mengembangkan sebuah e-learning yang paling utama adalah menentukan apa yang ingin dicapai dengan adanya e-learning tersebut sehingga dapat bermanfaat bagi peserta didik dalam skala kecil dan lebih besarnya lagi.

(6)

6

B. SCROM (Sharable Content Object Refrence Model)

Sharable Content Object Refrence Model (SCORM) adalah standar yang dikembangkan oleh Advanced Distributed learning (ADL) yang kemudian di support oleh United States Secretary of Defences (USSD) sebagai sebuah standar e-learning. Sejak dikembangkan mulai tahun 2000, saat ini hampir semua LMS yang beredar sudah menerima standar SCORM sebagai standar paket konten untuk modul pembelajaran. Menurut Rice (dalam Susanty dan Oriniati, 2013:45) SCORM (Shareable Content Object Reference Model) adalah standar pendistribusian paket e-Learning yang dapat digunakan untuk menampung berbagai spesifikasi dan standar untuk konten e-Learning berbasis web dengan mengacu pada interoperability, accesibility, dan reusability.

Menurut Susanty dan Oriniati (2013:45) Tujuan dari SCORM adalah sebuah upaya untuk mulai menyeragamkan pengembangan sistem e-Learning berbasiskan teknologi web yang disebut Learning Management Systems (LMS). SCORM menggunakan pendekatan object oriented dan memandang bahwa setiap learning object atau content object sebagai sekumpulan objek yang dapat disatukan

untuk membangun suatu sistem yang lebih besar.

Menurut Mackenzie (dalam Susanty dan Oriniati, 2013:45) Standarisasi diperlukan untuk menjamin akuntabilitas konten pembelajaran yang digunakan pada e-learning. Berdasarkan pengamatan dilapangan, banyak penyedia konten e-learning tidak memperhatikan standarisasi pendistribusian konten eLearning. Model pembelajaran e-Learning harus memenuhi standarisasi sebagai berikut:

1. Accessibility, kemampuan untuk mencari dan mengakses komponen instruksional dari suatu lokasi dan mengirimkannya ke banyak lokasi lain.

2. Adaptability,kemampuan untuk menyesuai kan materi sesuai dengan kebutuhan pribadi dan organisasi. 3. Affordability,kemampuan untuk

meningkat kan efisiensi dan produktifitas dengan mengurangi biaya dan waktu yang dibutuhkan dalam pengiriman materi.

4. Durability, kemampuan bertahan dari perkembangan dan perubahan teknologi tanpa banyak mengeluarkan biaya untuk mendesain, mengkonfigurasi serta penyimpanan ulang.

(7)

7 5. Interoperability, kemampuan untuk

mengambil komponen-komponen materi yang dikembangkan di suatu lokasi dengan kelengkapan tool atau platformnya dan menggunakannya di tempat lain dengan tool atau platform yang berbeda.

6. Reusability, kemudahan menggabungkan dan menggunakan kembali komponen–komponen materi dalam aplikasi–aplikasi dan konteks– konteks bertingkat.

Menurut Nadhiroh (2015:35) Terdapa beberapa kekurangan dari SCORM, diantaranya adalah:

1. Pemindahan konten yang terlanjur dibuat tanpa standar SCORM ke standar SCORM akan memakan waktu. 


2. SCORM belum mampu melakukan pekerjaan spesifik diluar standar SCORM yang sudah ditetapkan. Hal ini membatasi kemampuan penyamapaian materi yang bisa dilakukan oleh modul pembelajaran berstandarkan SCORM. 


C. Pendidikan Teknologi Informasi

Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi lahir berdasarkan SK Kementrian pada tanggal Februari 2013. Visi Jurusan teknologi informasi adalah Unggul dalam bidang keguruan dan ilmu pendidikan dibidang teknologi informasi dan komunikasi di tingkat regional dan nasional untuk mewujudkan masyarakat ilmiah, religious, dan berkualitas.

Misi jurusan teknologi informasi adlah meningkatkan mutu sumberdaya manusia yang professional dalam keguruan dan ilmu pendidikan teknologi informasi dan komunikasi, bertakwa kepada tuhan yang maha esa, cerdas, terampil, kreatif, mempunyai wawasan yang luas dan bertanggung jawab.

Tujuan jurusan teknologi informasi dan komunikasi adalah menyelenggarakan pendidkan tinggi yang menghasilkan tenaga kependidikan akademik dan professional yan berkepribadian serta mampu mengembangkan ilmunya untuk memenuhi kebutuhan pembangunan masyarakat, bangsa, dan Negara.

III. ANALISIS DAN PERANCANGAN

Sistem e-learning di jurusan Teknologi Informasi dan Komunikasi telah dilaksanakan sejak tahun 2014, mahasiswa dapat mengakses dengan hak akses

(8)

masing-8 masing untuk dapat masuk kedalam matakuliah yang diampu pada semester tersebut. Mahasiswa dapat mengakses semua konten yang disediakan oleh dosen termasuk diwajibkan untuk menyelesaikan penugasan-penugasan yang tersedia di e-learning.

Berdasarkan analisis pada system e-learning jurusan teknologi informasi dan komunikasi bahwa format yang disediakan masih beragam, tidak ada keseragaman antara matakuliah yang satu dengan yang lainnya. Format yang tersedia adalah file doc, dan ppt sehingga dosen tidak dapat melihat aktifitas mahasiswa dalam mengakses bahan ajar tersebut. Mahasiswa hanya dapat mendownload saja dan membacanya secara offline. Oleh karena itu dengan memanfaatkan fasilitas yang tersedia di jurusan teknologi informasi didukung oleh dosen-dosen yang aktif menggunakan e-learning sebagai media tambahan dalam mendukung proses pembelajaran maka dibuatlah jadwal pelaksanaan kegiatan untuk implementasi konten e-learning berbasis standarisasi SCROM.

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan No Kegiatan Bulan 1 2 3 4 1 Sosialisasi Pembelajaran e-learning 2 Pembuatan konten berbasis SCORM 3 Implementasi SCORM pada LMS Moodle 4 Pengujian Konten E-learning berbasis SCORM pada mahasiswa

Setelah dilakukan tahapan sosialisasi sampai implementasi konten dengan format standarisasi scorm, kemudian langkah selanjutnya adalah dengan dilaksanakannya pengujian Pengujian berupa pemberian angket kepada mahasiswa untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan konten e-learning dengan standarisasi SCORM dalam mendukung proses belajar mengajar. Kemudian angket juga diberikan kepada dosen yang mengikuti kegiatan pembuatan konten berbasis SCORM dengan tujuan mempunyai keseragaman dalam pengisian konten e-learning sehingga memudahkan jika dikemudian hari

(9)

9 memerlukan proses integrase dengan LMS yang lainnya .

Pelaksanaan diselenggarakan di lab jurusan pendidikan teknologi informasi dengan. Seluruh dosen jurusan pendidikan teknologi informasi mengikui kegiatan pembuatan konten berbasis SCORM, dan pengujian Konten e-learning berbasis SCORM diselenggarakan diakhir tahapan dengan jumlah 30 mahasiswa.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis pendahuluan dilakukan pada tahapan pertama berkaitan dengan sosialisasi pembelajaran dengan bantuan e-learning. Karena seluruh mahasiswa program studi pendidikan teknologi informasi telah memiliki hak akses masing-masing terhadap e-learning maka dibuatlah analisis pendahuluan berkaitan dengan pemanfaatan e-learning sebagai pendukung proses belajar mengajar terutama dalam mendapatkan bahan ajar yang disediakan oleh dosen.

Tampilan e-learning yang sudah bisa diakses oleh seluruh mahasiswa program studi pendidikan teknologi informasi pada halam web http://elearningpti.gnomio.com . tampilan utama seperti gambar dibawah ini.

Gambar 4.1 Tampilan utama e-learning

Hasil yang diperoleh dalam proses penyebaran angket kepada responden dalam hal ini mahasiswa tingkat 1 semester 1 tahun ajaran 2015-2016 yang akan dijadikan objek penelitian dalam implementasi konten e-learning berbasis standarisasi scorm. Sebanyak 92,5% menyatakan bahwa mereka mengenal http://www.elearningpti.gnomio.com sebagai pendukung proses pembelajaran pada mata kuliah yang diampu. Sedangkan inentsitas waktu untuk mengakses e-learning sebanyak 77,5% menyatakan mengakses 1 minggu sekali, sedangkan 12,5% menyatakan mengakses 2 minggu sekali, 5% mengakses 3 mnggu sekali, dan 2,5% menyatakan ragu-ragu serta 2,5% sisanya menyatakan tidak tahu kapan persis waku yang tepat bagi dirinya dalam mengakses e-learning.

Hasil yang diperoleh dalam tahapan pelaksanaan yang kedua berupa pembuatan konten berbasis SCORM adalah seluruh dosen dapat merubah format yang

(10)

10 sebelumnya file doc, ppt, dan pdf menggunakan software ispring sehingga format menjadi SCORM. Keseragaman format tersebut menjadikan bahan ajar yang dibuat oleh dosen dapat digunakan di bebeapa LMS lainnya seperti LMS ATutor.

Gambar 4.2 Bahan Ajar berbasis powerpoint

Gambar 4.3 format scorm dengan ispring

Gambar 4.4 Bahan Ajar dikemas dalam bentuk .zip

Gambar 4.5 aktifitas dalam LMS Moodle

Gambar 4.6 Aktifitas model SCORM

Gambar 4.7 Konten dengan standarisasi SCORM yang telah diakses oleh

mahasiswa.

Hasil angket yang diberikan kepada mahasiswa setelah tahapan pembuatan konten dengan standarisasi scorm dan implementasi pada LMS Moodle dapat membantu proses pembelajaran dengan sistem e-learning yang tidak mengesampingkan kelas konvensional bahwa mahasiswa mempunyai kewajiban

(11)

11 untuk memanfaatkan e-learning yang ada dengan konten-konten yang sudah disediakan oleh dosen, karena menjadi salah satu bagian dari penilaian dilihat hasil rata-rata persentase dengan 85% konten ini sudah masuk dalam kriteria baik dan dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa. 85% mahasiswa mengakses konten yang telah dibuat oleh dosen dengan standarisasi SCORM untuk mendukung pengerjaan evaluasi online yang menghatuskan mahasiswa mempelajari terlebih dahulu materi yang disiapkan oleh dosen sehinggan e-learning betul-betul dapat dimanfaatkan untuk mendukung proses pembelajaran.

V. SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut: (1)Sistem e-learning membuat dosen lebih mudah dalam pemberian bahan ajar kepada mahasiswa. Dosen dalam hal ini sebagai aktor berperan penting dalam terlaksananya system e-learning dengan menyiapkan konten yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa tanpa menghilangkan kesan kelas konvensional yaitu mahasiswa mempunyai kewajiban untuk mengakses e-learning.(2)Konten yang selama ini berupa file doc, ppt, dan pdf yang hanya di download saja oleh mahasiswa tanpa dosen mengetahui apakah

mahasiswa membacanya atau tidak dengan standarisasi SCOM dosen dapat mentracking konten yang telah dibuat sejauh mana dimanfaatkan oleh mahasiswa. Saran yang dapat penulis berikan yaitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan standarisasi SCORM yang dapat terintegrasi dengan LMS lainnya sepeti ATutor, perlu dibuktikan apakah dengan format yang sudah diupload ke elearningpti.gnomio.com dapat diintegrasikan dengan LMS Atutor.

REFERENSI

Darmawan, Deni. (2009). Biologi Komunikasi “Komunikasi Pembelajaran Berbasis Brain Information Communication Technology”. Bandung: Humaniora _________, Deni. (2011). Teknologi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

_________, Deni. (2011). Inovasi Pendidikan “Pendekatan Praktik Teknologi Multimedia dan pembelajaran Online”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Nadhiroh, Yusrotun, Anis. (2015). Implementasi Pembelajaran Melalui E-Learning Dengan Standar Scorm

(Studi Kasus Stt Nurul Jadid)

.

Setiawan, Wawan, dkk.(2014). Analisis Penerapan Sistem E-Learning Fpmipa Upi

(12)

12 Menggunakan Technology Acceptance Model (Tam). Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 19, Nomor 1, April 2014, hlm. 128-140

Susanty, Wiwin dan Oriiniati, Putri. (2013). Analisis Website E-Learning Berbasis Standar Scorm Content Aggregation Model 2.1 Di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bandar Lampung. Jurnal Manajemen Sistem Informasi Dan Teknologi.

Wahono, R. S. (2003). Pengantar E-Learning dan Pengembangannya. Ilmukomputer.com (IKC).

(13)

Gambar

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan  Kegiatan  No  Kegiatan  Bulan  1  2  3  4  1  Sosialisasi  Pembelajaran  e-learning  2  Pembuatan  konten  berbasis  SCORM  3  Implementasi  SCORM pada  LMS Moodle  4  Pengujian  Konten  E-learning  berbasis  SCORM pada  mahasi
Gambar 4.1 Tampilan utama e- e-learning
Gambar 4.6 Aktifitas model SCORM

Referensi

Dokumen terkait

Tanggapan Responden Untuk Item Pengalaman Karyawan Terhadap Pekerjaan Setelah Mengikuti Pelatihan ... Tanggapan Responden Untuk Item Tingkat Kemahiran

Reisolasi dari bagian daun mentimun yang terserang bercak daun menunjukkan bahwa serangan bercak daun pada mentimun disebabkan oleh jamur patogen Curvularia

Kegiatan evaluasi formatif yang dikelola dengan baik dapat dimanfaatkan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar kepada peserta didik, karena pada umumnya

[r]

Kemudahan-kemudahan yang dapat dirasakan oleh para pelamar adalah dapat melakukan pendaftaran dari mana saja dan kapan saja, tidak harus datang ke bagian

kerja, dan peran struktur organisasi pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan. BAB IV : KESIMPULAN

siswa. Mendiskusikan hasil yang diperoleh dengan praktisi dan dosen pembimbing.. Menyusun rencana yang akan dilakukan pada siklus berikutnya untuk. mengetahui hal-hal yang

Untuk membuktikan teori tersebut, maka perlu dilakukan penelitian bagaimana pengaruh penyeimbangan beban terhadap arus netral.Oleh sebab itu,untuk mempelajari lebih lanjut